HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP PENURUNAN ANGKA KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PEWARNAAN DI INDUSTRI BATIK TANJUNGBUMI MADURA
KARYA TULIS AKHIR
HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP PENURUNAN ANGKA KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PEWARNAAN DI INDUSTRI BATIK
TANJUNGBUMI MADURA
Oleh : Imam Muttaqin
08020131
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN
(2)
HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP PENURUNAN ANGKA KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PEWARNAAN DI INDUSTRI BATIK
TANJUNGBUMI MADURA
KARYA TULIS AKHIR Diajukan Kepada
Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran
Oleh :
IMAM MUTTAQIN 08020131
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN
(3)
ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN
Telah disetujui sebagai hasil penelitian untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
30 Mei 2012
Pembimbing I
dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK
Pembimbing II
dr. Desy Andari
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
(4)
iii
LEMBAR PENGUJIAN
Karya Tulis Akhir oleh Imam Muttaqin ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji
pada tanggal 30 Mei 2012.
Tim Penguji,
dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK , Ketua
dr. Desy Andari , Anggota
(5)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis telah berhasil menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri Terhadap Penurunan Angka Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Pekerja Bagian Pewarnaan Di Industri Batik Tanjungbumi Madura”.
Penulisan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Jurusan Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan penelitian ini, sangatlah tidak mudah. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Irma Suswanti, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
2. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
3. dr. Fathiyah Safitri, M.Kes, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
4. dr. Iwan Sis Indarwanto, Sp.KJ, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
5. dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK, selaku pembimbing I atas bimbingan, pelajaran, dukungan, kesabaran, ketelitian dan saran yang telah diberikan dalam penyusunan karya tulis akhir ini.
6. dr. Desi Andari, selaku pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan mengoreksi demi kesempurnaan penelitian ini.
7. dr. Rahayu, Sp.S selaku penguji atas saran, kritik dan bimbingannya.
8. Ayah saya H. Abdul Qadir dan Ibu saya Hj. Ruqayah yang telah memberikan dukungan material dan moral.
(6)
v
9. Sahabat dan teman-teman saya Randi Sukmana S. Ked., Pradita Saesaria Andini S. Ked., Azhari Ramadhan S. Ked., Syarifah Yasmin Khudrina S. Ked., Ari Prasetyo Utomo S. Ked., yang selalu menemani, memberikan masukan, dan mendukung saya selama ini.
10. Semua teman-teman FK UMM 2008, BEM FK UMM serta Dosen, Staff dan Laboran FK UMM.
Karya Tulis Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga karya tulis akhir ini ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, 30 Mei 2012
(7)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGUJI ...iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1 Manfaat Akademis ... 4
1.4.2 Manfaat Klinis ... 5
1.4.3 Manfaat Masyarakat ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
(8)
ix
2.2 Dermatitis Kontak Iritan ... 11
2.2.1 Definisi ... 11
2.2.2 Epidemiologi ... 12
2.2.3 Etiologi ... 13
2.2.4 Patogenesis ... 14
2.2.5 Gejala Klinis ... 16
2.2.6 Histopatologik ... 18
2.2.7 Diagnosis ... 18
2.2.8 Pengobatan ... 18
2.2.9 Komplikasi ... 19
2.2.10 Prognosis ... 19
2.3 Dermatitis Kontak Alergi ... 20
2.3.1 Definisi ... 20
2.3.2 Epidemiologi ... 20
2.3.3 Etiologi ... 21
2.3.4 Patogenesis ... 21
2.3.5 Gejala Klinis ... 24
2.3.6 Histopatologik ... 24
2.3.7 Diagnosis ... 25
2.3.8 Diagnosis Banding ... 28
2.3.9 Pengobatan ... 28
2.3.10 Prognosis ... 29
2.4 Batik ... 29
(9)
x
2.4.2 Pembuatan Batik ... 30
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 33
3.1 Kerangka Konsep... 33
3.2 Hipotesis Penelitian ... 34
BAB 4 METODE PENELITIAN... 35
4.1 Jenis Penelitian ... 35
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
4.3 Populasi dan Sampel ... 35
4.3.1 Populasi ... 35
4.3.2 Sampel ... 35
4.3.3 Besar Sampel ... 35
4.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 35
4.5 Karakteristik Sampel Penelitian ... 36
4.5.1 Kriteria Inklusi ... 36
4.5.2 Kriteria Ekslusi ... 36
4.6 Variabel Penelitian... 36
4.6.1 Variabel Bebas ... 36
4.6.2 Variabel Tergantung ... 36
4.7 Definisi Operasional Variabel ... 36
4.8 Alat dan Bahan Penelitian ... 37
4.9 Alur Penelitian ... 37
4.10 Analisis Data ... 38
(10)
xi
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 39
5.1 Karakteristik Kedua Kelompok Penelitian ... 39
5.1.1 Usia ... 39
5.1.2 Jenis Kelamin ... 40
5.1.3 Lama Kerja ... 40
5.1.4 Riwayat Atopi ... 41
5.1.5 Personal Hygiene ... 41
5.1.6 APD ... 41
5.2 Hasil Analisis Dengan Menggunakan Uji Chi-Square ... 42
5.3 Hasil penghitungan Odds Ratio ... 43
BAB 6 PEMBAHASAN ... 44
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
7.1 Kesimpulan ... 50
7.2 Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA
(11)
xii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Jadwal Penelitian…………...………...38 5.1 Rata-rata Usia Pekerja Industri Batik Tanjungbumi Madura…………..39 5.2 Distribusi Usia Pekerja Bagian Pewarnaan Di Industri
Batik Tanjungbumi Madura………40
5.3 Distribusi Jenis Kelamin Pekerja Bagian Pewarnaan Di Industri
Batik Tanjungbumi Madura………40
5.4 Distribusi Lama Kerja Pekerja Bagian Pewarnaan Di Industri
Batik Tanjungbumi Madura………40
5.5 Distribusi Riwayat Atopi Pekerja Bagian Pewarnaan Di Industri
Batik Tanjungbumi Madura………41
5.6 Distribusi Personal Hygiene Pekerja Bagian Pewarnaan Di Industri
Batik Tanjungbumi Madura………41
5.7 Distribusi APD Pekerja Bagian Pewarnaan Di Industri
Batik Tanjungbumi Madura………41
5.8 Uji Chi-square penggunaan APD terhadap angka penurunan
kejadian DKAK………..42
(12)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Patogenesis Dermatitis Kontak Iritan ... 16 Gambar 2.2 Patogenesis Dermatitis Kontak Alergi ... 23
(13)
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AA : Asam Arakhidonat
APD : Alat Pelindung Diri DAG : Diasilgliserida
DKAK : Dermatitis Kontak akibat kerja HLA-DR : Human Leukocyte Antigen-DR ICAM-1 : Intracelluler Adhesion Molekul-1
IgE : Immunoglobulin E
IL-1 : Interleukin-1 IL-2 : Interleukin-2
LT : Leukotrien
NaOH : Natrium Hidroksida
NIOSH : National Intitute of Occupational Safety Hazards PAF : Platelet Activating Factor
PG : Prostaglandin
(14)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Penjelasan Tujuan Penelitian ………. 55
2 Informed Concent…...………..………... 57
3 Kuisioner Penelitian……… 58
4 Hasil Kuisioner Penelitian……….. 59
5 Surat Pengantar……….. 62
6 Surat Industri………. 63
7 Surat Keterangan……….... 64
8 Uji Validitas……… 65
9 Crosstabs………. 67
(15)
52
DAFTAR PUSTAKA
Alice O, Mauricio M, Marzia M, et al. 2010. Occupational Dermatosis. An Bras Dermatol;85(2):137-147.
Blauvelt. A,MD,Hwang MD,PhD,Udey MC. 2003. Allergic and immunologic disease of the skin. J Allergiy Clin Immunol ; 111:S560-70.
Beltrani Sv,Bernstein LI,Cohen ED ,et al.2006. Contact Dermatitis; a practice parameter. Annals of allergy,asthma and immunology;97:s1-s38.
Bourke j,Coulsion I,English J. 2001.Guidelines for care of contact dermatitis. British Association of Dermatologist;145:877-885.
Bock M,Schimith A,Bruckner T,et al.2003. Contact Dermatitis and allergy Ocupational skin disease in the construction industry.British Journal of Dermatology;149:1165-1171.
BourkeJ,Coulson.English.2009.Guidlines for the management of contact dermatitis:an update.British Journal of Dermatology.1365-2133:946-954. Djuanda, Suria et sularsito. 2008. Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
English JSC.2004.Current Concepts of Irritant Contact Dermatitis.Occup Environ Med;61:722-726.
Ghazali MV,Sastromihardjo S,Soedjarwo SR et al. 1995. Studi cross-sectional. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hogan D,Johnathan J. 2009. Impact of Regulation on Contact Dermatitis.
Dermatologic Clinics;27(3):385-394.
Iwan Trihapsoro. 2003.Dermatitis kontak alergik pada pasien rawat jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan:1-36.
Jovanovic DL,Petrovic A,Paravina M et al. 2003. Chronic contact allergic and irritant dermatitis of palms and soles: routine histopathology not suitable for differentiation.Acta Dermatoven APA;12(4):127-130.
Ket NG, Leok GOH. 2002. Irritan Contact Dermatitis and Alergic Contact Dermatitis. The Principles and Practice of Contact and Occupational Dermatology In The Asia-Pasific Regon.
Kezic S,Visser JM,Verberr MM. 2009. Individual Susceptibility to Occupational Contact Dermatitis. Industrial Healt;47:469-478.
(16)
53
Kusumaningtiyas RF. 2009. Perlindungan Hak Cipta Atas Motif Batik Sebagai Warisan Budaya Bangsa. Proyek Pengembangan Permuseuman Indonesia, Yogyakarta.
Lestari F,Utomo HS.2007. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja di PT inti pantja press industri. Makara kesehatan;11(2):61-70.
Livesley EJ, Rushton L, English JS. 2002. The Prevalence of Occupational Dermatitis in The UK Printing Industry. Occup Environ Med;59:487-492. Ngumar S. 2006. Analisis Daya Dukung Ekonomi Daerah Terhadap
Pengembangan Kawasan Industri Kabupaten Bangkalan. STIESIA, Surabaya.
PERMENAKER. 2010. Alat Pelindung Diri. Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia. Jakarta.
Poerwodarminto. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Racheva S.2006. Etiology of common contact dermatitis.Departement of
Dematology and Venerology. Journal of IMAB;3:14-17.
Rosemary N, Frowen K, Moyle M. 2005. Occupational dermatoses. Occupational Dermatology Research and Educatin Centre;34(5):327-333.
Silbernagl S, Lang F. 2007. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC. Siregar RS. 1996. Dermatosis Akibat Kerja. Cermin Dunia Kedoktera;107:45-47. Sugiyem. 2008. Makna Filosofi Batik. FT UNY, Yogyakarta.
Sulistomo A. 2002. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja Dan Sistem Rujukan. Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Suma’mur. 2010. Diagnosa Dan Penilaian Cacat Penyakit Akibat Kerja. PT Gunung Agung, Jakarta.
Suratmo Y. 2009. Cara Bikin Batik. Jembatan Informasi Indonesia-Amerika, Jakarta.
Warshaw EM.2004. Therapeutic options for chronic hand dermatitis. Dermatologic Therapy ;17:240-250.
WHO. 2002. Guidelines on Prevention and Control of Hospital Associated Infections. Regional Office for South-East Asia. New Delhi.
(17)
54
Wisnu N. 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Yang Terpajan Dengan Bahan Kimia Di Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Makara Kesehatan;12(2):63-70
(18)
1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pembangunan di Indonesia sekarang ini sedang menuju industri atau industrialisasi, artinya industri merupakan sarana utama untuk menunjang pembangunan (Siregar, 1996). Saat ini sudah lebih dari 400 juta ton bahan kimia yang diproduksi tiap tahunnya dan lebih dari 1000 bahan kimia baru diproduksi tiap tahunnya. Penggunaan bahan kimia ini selain membawa dampak positif bagi kemajuan dunia industri juga memiliki dampak negatif terutama bagi kesehatan pekerja, salah satunya adalah dermatitis kontak akibat kerja (Lestari, 2007).
Batasan yang dimaksud dengan dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) ialah proses patologis kulit yang timbul pada waktu melakukan pekerjaan dan pengaruh-pengaruh yang terdapat didalam lingkungan kerja. Dari batasan ini terlihat bahwa penyakit kulit akibat kerja ini boleh disebut sebagai gejala sampingan usaha manusia atau sebagai buatan manusia. Oleh karena itu manusia dituntut untuk mencegah dan memperkecil kemungkinan terjadinya DKAK dengan cara menerapkan teknologi pengendalian (Siregar, 1996).
Banyak literatur yang menyatakaan faktor-faktor penyebab DKAK. Pernyataan tersebut mengarah pada dua kategori penyebab DKAK yaitu direct causes (bahan kimia, fisika, racun tanaman, dan biologi) dan
(19)
2
indirect causes (faktor genetik, usia, personal hygiene, lama kerja dan penggunaan alat pelindung diri) (Lestari, 2007).
Sejak tahun 1982, penyakit dermatitis kontak telah menjadi salah satu dari sepuluh besar penyakit akibat kerja berdasarkan potensial insiden, keparahan dan kemampuan untuk dilakukan pencegahan (Lestari, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Scmidt, Bruckner, dan Diepgen pada tahun 2003 di Jerman, prevalensi DKAK pada pekerja industri mencapai 68,2%, pekerja bangunan 74,4%, pelukis 54,5% dan pekerja mebel bagian pelitur sebanyak 55,4%. Sedangkan di Indonesia berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh D. Savitri dan H. Sukanto pada tahun 1997-2001 prevalensinya mencapai 67,7% (Trihapsoro, 2003). National Insitute of Occupational Safety Hazards (NIOSH) dalam survei tahunan (2006) memperkirakan angka kejadian dermatitis kontak akibat kerja yang sebenarnya adalah 20-50 kali lebih tinggi dari kasus yang dilaporkan.
DKAK biasanya terjadi akibat dari suatu kecelakaan kerja atau karena kecerobohan dengan tidak menggunakan alat pelindung diri (Ket dan Leok, 2002). Kebiasaan memakai alat pelindung diri (APD) diperlukan untuk melindungi pekerja dari kontak dengan bahan iritan, dimana pekerja yang selalu menggunakan sarung tangan dengan baik akan menurunkan angka kejadian DKAK baik jumlah maupun lama perjalanan dermatitis kontak (Bourke, 2009). Lestari dan Utomo (2007) melaporkan bahwa pekerja dengan penggunaan APD yang baik sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 pekerja terkena dermatitis kontak, sedangkan dengan
(20)
3
penggunaan APD yang kurang baik, pekerja yang terkena dermatitis sebanyak 29 orang (51,8%) dari 56 pekerja.
Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu kabupaten di pulau Madura yang menjadi kota sentra industri batik yang cukup besar. Hampir semua masyarakat Bangkalan mempunyai mata pencaharian sebagai home industri batik (Ngumar, 2006).
Proses pembuatan batik harus melalui beberapa tahap salah satunya adalah tahap pewarnaan. Pada tahap pewarnaan batik ada dua bahan kimia yang digunakan yaitu zat warna prokion–M dengan cara dingin, sedangkan cara panas menggunakan zat warna soda api (NAOH). Tahap pewarnaan batik dengan menggunakan bahan kimia tersebut akan membawa dampak buruk bagi kesehatan pekerja salah satunya adalah dermatitis kontak akibat kerja sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan terhadap timbulnya penyakit ini. Dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya DKAK maka diharapkan proses pencegahan dapat lebih mudah dilakukan (Suratmo, 2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan pemakaian alat pelindung diri terhadap penurunan angka kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura”. 1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan pemakaian APD terhadap penurunan angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura?
(21)
4
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pemakaian APD terhadap penurunan angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian DKAK di industri Batik Tanjungbumi Madura.
2. Untuk mengetahui angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura yang menggunakan APD.
3. Untuk mengetahui angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura yang tidak menggunakan APD.
4. Untuk mengukur besarnya risiko kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura yang tidak menggunakan APD.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis
1. Menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan kedokteran tentang hubungan pemakaian APD terhadap penurunan angka kejadian DKAK.
(22)
5
2. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemakaian APD terhadap penurunan angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri batik.
1.4.2 Manfaat Klinis
1. Sebagai wacana untuk mengurangi angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri batik.
1.4.3 Manfaat Masyarakat
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang hubungan pemakaian APD terhadap penurunan angka kejadian DKAK pada pekerja di industri batik.
2. Sebagai masukan terhadap industri Batik Tanjungbumi Madura untuk dapat melakukan upaya pencegahan terhadapat timbulnya DKAK.
(1)
Wisnu N. 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Yang Terpajan Dengan Bahan Kimia Di Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Makara Kesehatan;12(2):63-70
(2)
1 1.1 Latar belakang
Pembangunan di Indonesia sekarang ini sedang menuju industri atau industrialisasi, artinya industri merupakan sarana utama untuk menunjang pembangunan (Siregar, 1996). Saat ini sudah lebih dari 400 juta ton bahan kimia yang diproduksi tiap tahunnya dan lebih dari 1000 bahan kimia baru diproduksi tiap tahunnya. Penggunaan bahan kimia ini selain membawa dampak positif bagi kemajuan dunia industri juga memiliki dampak negatif terutama bagi kesehatan pekerja, salah satunya adalah dermatitis kontak akibat kerja (Lestari, 2007).
Batasan yang dimaksud dengan dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) ialah proses patologis kulit yang timbul pada waktu melakukan pekerjaan dan pengaruh-pengaruh yang terdapat didalam lingkungan kerja. Dari batasan ini terlihat bahwa penyakit kulit akibat kerja ini boleh disebut sebagai gejala sampingan usaha manusia atau sebagai buatan manusia. Oleh karena itu manusia dituntut untuk mencegah dan memperkecil kemungkinan terjadinya DKAK dengan cara menerapkan teknologi pengendalian (Siregar, 1996).
Banyak literatur yang menyatakaan faktor-faktor penyebab DKAK. Pernyataan tersebut mengarah pada dua kategori penyebab DKAK yaitu direct causes (bahan kimia, fisika, racun tanaman, dan biologi) dan
(3)
indirect causes (faktor genetik, usia, personal hygiene, lama kerja dan penggunaan alat pelindung diri) (Lestari, 2007).
Sejak tahun 1982, penyakit dermatitis kontak telah menjadi salah satu dari sepuluh besar penyakit akibat kerja berdasarkan potensial insiden, keparahan dan kemampuan untuk dilakukan pencegahan (Lestari, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Scmidt, Bruckner, dan Diepgen pada tahun 2003 di Jerman, prevalensi DKAK pada pekerja industri mencapai 68,2%, pekerja bangunan 74,4%, pelukis 54,5% dan pekerja mebel bagian pelitur sebanyak 55,4%. Sedangkan di Indonesia berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh D. Savitri dan H. Sukanto pada tahun 1997-2001 prevalensinya mencapai 67,7% (Trihapsoro, 2003). National Insitute of Occupational Safety Hazards (NIOSH) dalam survei tahunan (2006) memperkirakan angka kejadian dermatitis kontak akibat kerja yang sebenarnya adalah 20-50 kali lebih tinggi dari kasus yang dilaporkan.
DKAK biasanya terjadi akibat dari suatu kecelakaan kerja atau karena kecerobohan dengan tidak menggunakan alat pelindung diri (Ket dan Leok, 2002). Kebiasaan memakai alat pelindung diri (APD) diperlukan untuk melindungi pekerja dari kontak dengan bahan iritan, dimana pekerja yang selalu menggunakan sarung tangan dengan baik akan menurunkan angka kejadian DKAK baik jumlah maupun lama perjalanan dermatitis kontak (Bourke, 2009). Lestari dan Utomo (2007) melaporkan bahwa pekerja dengan penggunaan APD yang baik sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 pekerja terkena dermatitis kontak, sedangkan dengan
(4)
penggunaan APD yang kurang baik, pekerja yang terkena dermatitis sebanyak 29 orang (51,8%) dari 56 pekerja.
Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu kabupaten di pulau Madura yang menjadi kota sentra industri batik yang cukup besar. Hampir semua masyarakat Bangkalan mempunyai mata pencaharian sebagai home industri batik (Ngumar, 2006).
Proses pembuatan batik harus melalui beberapa tahap salah satunya adalah tahap pewarnaan. Pada tahap pewarnaan batik ada dua bahan kimia yang digunakan yaitu zat warna prokion–M dengan cara dingin, sedangkan cara panas menggunakan zat warna soda api (NAOH). Tahap pewarnaan batik dengan menggunakan bahan kimia tersebut akan membawa dampak buruk bagi kesehatan pekerja salah satunya adalah dermatitis kontak akibat kerja sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan terhadap timbulnya penyakit ini. Dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya DKAK maka diharapkan proses pencegahan dapat lebih mudah dilakukan (Suratmo, 2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan pemakaian alat pelindung diri terhadap penurunan angka kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura”. 1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan pemakaian APD terhadap penurunan angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura?
(5)
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pemakaian APD terhadap penurunan angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian DKAK di industri Batik Tanjungbumi Madura.
2. Untuk mengetahui angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura yang menggunakan APD.
3. Untuk mengetahui angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura yang tidak menggunakan APD.
4. Untuk mengukur besarnya risiko kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri Batik Tanjungbumi Madura yang tidak menggunakan APD.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis
1. Menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan kedokteran tentang hubungan pemakaian APD terhadap penurunan angka kejadian DKAK.
(6)
2. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemakaian APD terhadap penurunan angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri batik.
1.4.2 Manfaat Klinis
1. Sebagai wacana untuk mengurangi angka kejadian DKAK pada pekerja bagian pewarnaan di industri batik.
1.4.3 Manfaat Masyarakat
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang hubungan pemakaian APD terhadap penurunan angka kejadian DKAK pada pekerja di industri batik.
2. Sebagai masukan terhadap industri Batik Tanjungbumi Madura untuk dapat melakukan upaya pencegahan terhadapat timbulnya DKAK.