Dermatitis Kontak Alergi Karena Cat Rambut

Dermatitis Kontak Alergi Karena Cat Rambut
Sri Yusfinah M.H. Pardede, Kristo A. Nababan, Irma D. Roesyanto Mahadi
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan

Abstrak: Latar belakang: Dermatitis kontak alergi karena cat rambut banyak dijumpai pada
penata rambut atau pemakainya. Penyebab yang tersering adalah parafenilendiamin (PFD).
Tujuan: Menentukan alergen penyebab dermatitis kontak alergi karena cat rambut.
Metode: Dari 30 penderita yang datang ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik di Medan dengan sangkaan dermatitis kontak karena cat
rambut sejak bulan Januari 2004 sampai Januari 2005, semua dilakukan uji tempel kulit dengan
alergen European Standard dari Chemotechnique Diagnostic AB (Swedia), menggunakan unit uji
tempel persegi (square chamber) Van Der Bend yang ditempelkan pada daerah punggung.
Pembacaan dilakukan pada 48 jam dan 72 jam. Interpretasi hasil uji tempel menurut ICDRG
(International Contact Dermatitis Research Group).
Hasil, Bahasan: 24 penderita dengan hasil uji tempel positif terhadap PFD, 2 penderita juga
positif terhadap paraben dan 1 penderita juga positif terhadap benzokain. Tidak ada satu pun
penderita sebagai penata rambut. Dua penderita datang pertama kali setelah pemakaian cat
rambut dengan gejala yang berat, 22 penderita datang ke poliklinik setelah berkali-kali
mengalami dermatitis kontak karena cat rambut.
Kesimpulan: Penyebab dermatitis kontak alergi karena cat rambut terutama PFD, 2 penderita

mengalami reaksi silang dengan paraben dan 1 penderita dengan benzokain. Semua penderita
adalah pemakai cat rambut, tidak ada yang penata rambut. Kemungkinan prevalensi dermatitis
kontak alergi PFD karena cat rambut lebih tinggi dari data yang ada.
Kata kunci: dermatitis kontak alergi, cat rambut, PFD, reaksi silang, paraben, benzokain
Abstract: Background: Allergic contact dermatitis due to hair dye frequently found in
hairdressers or users. The most frequent cause is paraphenylendiamine (PPD).
Objective: Our aim was to determine the allergen causing allergic contact dermatitis due to hair
dye.
Method: All of 30 patients that came to the dermatovenereology clinic H. Adam Malik General
Hospital in Medan with suspected to be having contact dermatitis due to hair dye since January
2004 until January 2005, were performed patch test with allergen according to the European
Standard by the Chemotechnique Diagnostic AB (Swedia), by using the patch test square
chamber unit van der Bend which was applied to the patient’s back. Reactions were read at 48
hours and 72 hours. Patch test interpretation according to ICDRG (International Contact
Dermatitis Research Group).
Result, Discussion: All of 24 patients with a positive patch test result to PPD. Of these, 2 patients
were also positive for paraben and 1 patient was also positive for benzocain. None of the patients
were hairdressers. Two patients came for the first time after the usage of hair dye with severe
symptoms, 22 patients came after affected numerous contact dermatitis due to usage of hair dye.
Conclusion: The main cause of allergic contact dermatitis due to hair dye was PPD, 2 patients

had cross reaction with paraben and 1 patient had cross reaction with benzocain. All of patients
were users of hair dye, none of them were hairdressers. Prevalence of PPD allergic contact
dermatitis was possible higher than available data.
Keywords: allergic contact dermatitis, hair dye, PPD, cross reaction, paraben, benzocain

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008

179

Karangan Asli

PENDAHULUAN
Dermatitis kontak karena cat rambut
banyak dijumpai pada penata rambut atau
pemakainya. Penyebab tersering adalah
(1,2,3)
parafenilendiamin (PFD).
Reaksi alergi
terhadap cat rambut yang mengandung PFD
yang paling lazim terjadi adalah dermatitis

(4)
Dermatitis kontak alergi
kontak alergi.
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat
(5-7)
terhadap alergen.
Beberapa
laporan
menunjukkan
kecenderungan meningkatnya frekwensi reaksi
alergi terhadap PFD. Penelitian secara
epidemiologi terhadap populasi umum
menunjukkan sensitisasi terhadap PFD antara
0,1% dan 1%. Di India dilaporkan frekwensi
(8)
alergi terhadap PFD 11,5%.
Frekwensi
(9)
reaksi alergi terhadap PFD di Itali 24,2% dan
(10)

di Denmark 29%.
Di London, menurut
penelitian Patel S.dkk di St.John’s Contact
Dermatitis Clinic, frekwensi reaksi alergi
terhadap PFD pada tahun 1999-2004 antara
(11)
3,8%-7,1%.
Angka ini lebih tinggi dari
laporan sebelumnya oleh Armstrong D.K.B.
dkk yaitu
2,5%-4,2% pada tahun 1992(3)
1998.
PFD merupakan salah satu alergen
yang paling sering menyebabkan dermatitis
kontak alergi pada tahun 1996–1998 di
Amerika Serikat dengan reaksi positif
(6)
terhadap PFD 6%.
Di Medan, menurut
penelitian Roesyanto-Mahadi I.D di Rumah

Sakit Dr Pirngadi pada tahun 1991-1992 PFD
merupakan alergen penyebab yang terbanyak

ketiga dari dermatitis kontak dengan reaksi
(12)
positif terhadap PFD 12,28%.
PFD
yang
disebut
juga
1,4diaminobenzen atau 1,4-fenilendiamin adalah
suatu amin aromatik yang digunakan dalam
(13)
hampir setiap cat rambut di pasaran. PFD
lazim digunakan dalam cat rambut karena
memberikan hasil yang tampak alami,
menguatkan warna yang gelap dan warna
(14-16)
bertahan lama.
PFD juga dapat dijumpai

pada pewarna pakaian dan bulu, kosmetik,
tato temporer, tinta, karet hitam, minyak dan
(15,17-19)
pelumas.
PFD yang terdapat dalam cat
(10)
rambut biasanya dalam konsentrasi 6%.
PFD dikenal sebagai alergen kontak yang
(3,10)
kuat.
PFD merupakan substansi yang tidak
berwarna, menjadi berwarna pada saat
teroksidasi, dan keadaan teroksidasi sebagian
menyebabkan alergi bagi individu yang
(15)
sensitif. Paparan terhadap PFD selanjutnya,
meski dalam konsentrasi rendah dapat
menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe
lambat yang bermanifestasi sebagai dermatitis
kontak alergi. Ini lazim terjadi pada individu

yang mewarnai rambutnya dengan cat rambut
yang mengandung PFD atau zat warna para
amino lainnya setelah tersensitisasi oleh
(18)
PFD.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menentukan alergen penyebab dari dermatitis
kontak alergi karena cat rambut dengan
melakukan uji tempel.

Tabel 1.
Data penderita dengan hasil uji tempel positif
No.
penderita
1
2
3

4.
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

24

Pekerjaan
IRT
Guru
IRT
Berdagang
PRT
Pekerja foto
Wiraswasta
IRT
Peg.Swasta
Peg.Swasta
Pensiunan
Pensiunan
Peg.Swasta
Wirasawsta
Wiraswasta
Pensiunan
Wiraswasta

IRT
IRT
IRT
IRT
IRT
Peg.Swasta
IRT

Keterangan: IRT: Ibu rumah tangga

180

Jenis
kelamin
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki

Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan

Umur
(tahun)
49
63
53
56
50
27
63
46
54
54
64
63
41
49
48
67
40
40
48
63
28
41
36
55

PFD
+++
+++
++
+++
++
++
++
++
++
++
++
++
++
+++
++
++
++
+++
++
+++
++
++
++
++

Hasil Uji Tempel
Lain-lain
Paraben mix:++.
Paraben mix:++
Benzokain :++

PRT: Pembantu rumah tangga

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008

Sri Yusfinah M.H. Pardede dkk.

SUBYEK DAN CARA PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Poliklinik Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada
bulan Januari 2004 sampai Januari 2005
dengan rancangan penelitian potong lintang.
Subyek penelitian adalah semua penderita
yang datang dengan sangkaan dermatitis
kontak alergi karena cat rambut dan usia
dewasa. Hasil penelitian dianalisa secara
deskriptif.
Pada setiap subyek penelitian dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan uji tempel
yang dilakukan setelah 4 minggu sembuh. Uji
tempel dilakukan pada daerah punggung
penderita dengan menggunakan alergen
Chemotechnique
standar
Eropa
dari
Diagnostic AB (Swedia). Uji tempel ini
menggunakan unit uji tempel persegi (square
chamber) van der Bend. Pembacaan
dilakukan pada 48 jam dan 72 jam. Hasil uji
tempel dinyatakan positif apabila alergen yang
diuji menunjukkan hasil positif dengan
interpretasi berdasarkan International Contact
Dermatitis Research Group (ICDRG) yaitu:
+ = positif lemah (eritema, infiltrasi, mungkin
papul); ++ = positif kuat (eritema, infiltrasi,
papul, vesikel);+++ = positif sangat kuat
(eritema dan infiltrasi hebat dan vesikel yang
berkoalesen).
HASIL PENELITIAN
Penderita yang datang ke Poliklinik Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin dengan
sangkaan dermatitis kontak karena cat rambut
berjumlah 30 orang. Jumlah penderita yang
menunjukkan hasil uji tempel positif
terhadap PFD adalah 24 orang (80%), terdiri
dari 14 perempuan (58%) dan 10 laki-laki
(42%) dengan usia termuda 27 tahun dan usia
tertua 67 tahun. Semua penderita adalah
pemakai cat rambut, tak satupun yang bekerja
sebagai penata rambut.
Dari 24 penderita yang memiliki hasil uji
tempel positif terhadap PFD, 2 penderita
(8,3%) juga menunjukkan hasil uji tempel
yang positif terhadap alergen paraben dan
seorang penderita (4,2%) juga positif terhadap
alergen benzokain. Dari seluruh subyek
penelitian ini, 22 penderita (73,3%) datang ke
poliklinik setelah berkali-kali mengalami
dermatitis kontak karena cat rambut,
sedangkan 2 penderita (6,7%) datang ke

Dermatitis Kontak Alergi...

poliklinik pertama kali setelah mengalami
gejala klinis yang berat akibat pemakaian cat
rambut.
DISKUSI
Pada akhir abad ke-19 telah ditemukan
proses oksidatif cat rambut menggunakan PFD
yang sekarang banyak digunakan di beberapa
(11)
PFD adalah substansi kimia yang
negara.
secara luas digunakan sebagai cat rambut
(15)
PFD dikenal sebagai sensitiser
permanen.
kulit yang kuat dan menyebabkan dermatitis
(18)
Dalam penelitian ini, 24
kontak alergi.
penderita (80%) dari 30 penderita dengan
sangkaan dermatitis kontak alergi karena cat
rambut memiliki hasil uji tempel positif
terhadap
PFD.
Persentase
ini
hanya
menunjukkan bahwa penyebab dermatitis
kontak alergi karena cat rambut yang
terbanyak adalah PFD. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Sosted H. dkk di
Denmark terhadap 55 kasus dermatitis kontak
alergi, dijumpai 29% reaksi uji tempel positif
(10)
Penelitian Chan Y.C dkk
terhadap PFD.
pada National Skin Centre di Singapura
mendapatkan uji tempel positif terhadap PFD
(20)
8,1% dari 406 pasien, dan North American
Contact Dermatitis Group melaporkan angka
alergi terhadap PFD 6,4% dari 4055
(11)
individu. Proporsi uji tempel terhadap PFD
yang tinggi pada penelitian ini terjadi karena
dilakukan uji tempel pada penderita dengan
sangkaan dermatitis kontak alergi karena cat
rambut, bukan penderita dermatitis kontak
secara umum, serta makin meningkatnya
popularitas cat rambut permanen yang
(18)
mengandung PFD.
Penderita yang memiliki hasil uji tempel
positif pada penelitian ini terdiri dari 14 orang
perempuan (58%) dan 10 orang laki-laki
(42%). Hal ini sesuai dengan laporan
sebelumnya oleh Patel S. dkk, yaitu sejak
tahun 1999-2004 hasil uji tempel yang positif
terhadap PFD pada perempuan selalu lebih
(11)
Saat
ini,
tinggi
daripada
laki-laki.
diperkirakan lebih dari 40% perempuan
menggunakan cat rambut untuk mewarnai
rambut
mereka,
sehingga
sangat
memungkinkan untuk terjadi dermatitis
kontak karena PFD yang terdapat dalam cat
rambut. Lebih jauh lagi, pewarnaan rambut
menjadi makin populer pada laki-laki
(18)
sebagaimana pada perempuan.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008

181

Karangan Asli

Pada penelitian ini, penderita berusia
antara 27–67 tahun. Ini sesuai dengan laporan
sebelumnya. Di Singapura, dermatitis kontak
karena cat rambut meningkat sesuai
bertambahnya usia, karena pemakaian cat
(14)
rambut pada usia tua.
Pada penelitian ini, 2 dari 24 penderita
(8,3%) dengan hasil uji tempel positif
terhadap PFD, juga memberikan hasil positif
terhadap paraben dan 1 penderita (4,2%) juga
positif terhadap benzokain. Hal ini terjadi
karena pada individu yang alergi terhadap
PFD dapat terjadi reaksi silang antara PFD
dengan senyawa lain yang juga memiliki suatu
gugus amino pada cincin benzennya dalam
(16)
Bahan-bahan yang dapat
posisi para.
menyebabkan reaksi silang tersebut antara lain
zat warna azo, para aminobenzoic acid,
anestesi lokal seperti benzokain dan prokain,
(15,16,18,21-24)
Reaksi silang
dan obat-obat sulfa.
sangat erat hubungannya dengan alergenalergen yang diproses di kulit yang struktur
kimianya identik atau sangat mirip, sehingga
sel-sel T yang tersensitisasi tidak mampu
membedakan
alergen-alergen
tersebut,
sehingga bereaksi juga dengan bahan-bahan
(23)
yang identik tersebut.
Sensitisasi
terhadap
PFD
dapat
merupakan resiko pekerjaan bagi penata
rambut, penata rias, pekerja fotografi, pekerja
yang kontak dengan tinta mesin percetakan,
(16)
pewarna
pakaian
dan pewarna bulu.
Dermatitis kontak akibat pekerjaan karena
PFD lazim terjadi pada penata rambut dan
(10)
yang
dilaporkan
antara
19%-35%,
(25,26)
lokalisasinya sering dijumpai pada tangan.
Namun pada penelitian ini tak seorang
penderita pun sebagai penata rambut,
seluruhnya adalah pemakai cat rambut. Hal
ini terjadi kemungkinan karena jumlah subyek
penelitian yang diteliti sedikit.
Pada penelitian ini, 22 penderita (91,7%)
datang ke poliklinik setelah berkali-kali
mengalami dermatitis kontak karena cat
rambut dan mereka mengobati sendiri
penyakitnya. Sedangkan 2 orang penderita
(8,3%) karena gejala klinisnya berat, langsung
datang ke poliklinik untuk mendapat
pengobatan. Penderita ini telah berkali-kali
memakai cat rambut. Dermatitis kontak alergi
karena PFD yang terdapat dalam cat rambut
sering terjadi di daerah kulit kepala, dahi,
leher, kelopak mata dan wajah. Biasanya
182

bermanifestasi sebagai pruritus, edema, bercak
dan plak eritem berskuama, kadang-kadang
terjadi lesi vesikuler yang berat dari kulit
(15,18)
Dalam kasus
kepala dengan edema wajah.
yang sangat berat, dapat timbul urtikaria dan
(4,15,27)
Di samping
anafilaksis, meskipun jarang.
reaksi yang lokalisata, pernah dilaporkan
erupsi dermatitis yang diseminata setelah
paparan PFD. Reaksi-reaksi kulit lain, seperti
hiper atau hipopigmentasi paska inflamasi,
(18)
dapat juga terjadi. Reaksi alergi karena cat
rambut biasanya dapat diketahui sendiri oleh
penderita karena relatif berhubungan dengan
waktu paparan dan timbulnya reaksi kulit
(10)
pada daerah yang terpapar cat rambut,
sehingga
penderita
tersebut
berusaha
mengobati sendiri dan tidak datang ke tempat
pelayanan kesehatan sampai reaksi berat
terjadi dan
tidak mampu menanganinya
sendiri.
Sebagian
masyarakat
belum
menyadari bahwa reaksi kulit terhadap cat
rambut tersebut adalah suatu penyakit.
Berdasarkan hal ini kami menduga dermatitis
kontak alergi karena cat rambut lebih sering
terjadi daripada data yang ada.
Dalam penelitian ini, seorang penderita
(nomor 6) mengalami dermatitis kontak alergi
setelah memakai cat rambut pertama kali.
Dermatitis kontak alergi setelah pemakaian
cat rambut pertama kali bisa terjadi karena
kemungkinan sebelumnya penderita sudah
pernah terpapar dengan PFD yang terdapat
pada bahan lain seperti pewarna pakaian,
pewarna alis dan bulu mata, tato temporer,
tinta fotokopi dan percetakan, karet hitam,
minyak dan pelumas. Penderita ini adalah
pekerja di studio foto yang bekerja mencuci
film dengan menggunakan larutan yang
mengandung PFD. Kemungkinan penderita ini
tersensitisasi pada tempat kerja. Pada
penderita
tersebut
dianjurkan
untuk
menghindari pewarna rambut apapun yang
mengandung PFD dan bekerja di bagian lain
yang tidak terpapar dengan bahan yang
mengandung PFD.
KESIMPULAN
Penyebab dermatitis kontak alergi karena
cat rambut terutama adalah PFD, 2 penderita
mengalami reaksi silang dengan paraben dan
seorang penderita mengalami reaksi silang
dengan benzokain. Semua penderita adalah
pemakai cat rambut dan tak seorang pun

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008

Sri Yusfinah M.H. Pardede dkk.

penata rambut. Kemungkinan prevalensi
dermatitis kontak alergi PFD karena cat
rambut lebih tinggi dari data yang ada karena
sebagian masyarakat belum menyadari bahwa
reaksi terhadap cat rambut tersebut adalah
suatu penyakit. Namun masih dibutuhkan
penelitian selanjutnya dengan jumlah subyek
penelitian yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Fautz R, Fuchs A, Van Der Walle H,
Henny V, Smits L. Hair dye-sensitized
hair dressers: the cross-reaction pattern
with new generation hair dyes. Contact
Dermatitis 2002:46:319-24.
2.

Dermatitis Kontak Alergi...

9.

Guerra L,Tosti A, Bardazzi A, Pigatto
P,Lisi P, Santucci B et al. Contact
dermatitis in hair dressers: the Italian
experience.
Contact
Dermatitis
1992:26:101-7.

10. Sosted H, Agner T, Andersen KE, Menne
T. 55 Cases of allergic reaction to hair
dye: a descriptive, consumer complaintbased
study.
Contact
Dermatitis
2002:47:299-303.
11. Patel S, Basketter DA, Jefferies D, White
IR, Rycroft RJG, McFadden JP et al.
Patch
test
frequency
to
pphenylenediamine: follow up over the
last 6 years. Contact Dermatitis 2007:
56:35-7.

Hansson C, Andersson KT. Allergic
contact dermatitis from 2 chloro-pphenylenediamine in a cream dye for
eyelash
and
eyebrows.
Contact
Dermatitis 2001:45:235-6.

12. Roesyanto-Mahadi ID. Alergen pada
dermatitis kontak di RS Dr.Pirngadi
Medan pada periode tahun 1991-1992.
Komunikasi Penelitian 1992: 4(3):282-6.

3.

Armstrong DKB, Jones AB, Smith HR,
Ross JS, White IR, Rycroft RJG et al.
Occupational
sensitization
to
pphenylenediamine: a 17-year review.
Contact Dermatitis 1999:41:348-9.

13. P-phenylenediamine. Wikipedia, the free
encyclopedia 2007 Mei 15.Available
from:
URL:
http://en.wikipedia.org/wiki/Paraphenyle
nediamine.htm.

4.

Sahoo B, Handa S, Penchallaiah K,
Kumar B. Contact anaphylaxis due to
hair
dye.
Contact
Dermatitis
2000:43:244.

14. Roesyanto-Mahadi
ID.
Paraphenylenediamine-cat
rambut
yang
kontroversi?.
MK
Nusantara
2000:33(4):221-3.

5.

Rietschel RL, Fowler JF, editors. Fisher’s
th
contact dermatitis.4 ed. Philadelphia:
Lippincott
William
and
Wilkins;1995.p.1-8.

6.

Belsito DV. Allergic contact dermatitis.
In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K,
Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI,
editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
th
General Medicine. 6 ed. New York:
McGraw-Hill; 2003.p.1164-76.

15. Allergy to paraphenylenediamine. New
Zealand
Dermatological
Society
Incorporated
2007
February
24.
Available from: URL:http://en.wikipedia.
org/wiki/P-phenylenediamine.htm.

7.

8.

McFadden J. Immunology of allergic
contact dermatitis. In: Leung DYM,
Greaves MW, editors. Allergic skin
diseases a multidisciplinary approach.
New York: Basel; 2000.p.213-21.
Sharma VK, Chakrabarti A. Common
contact sensitizers in Chandigarh, India.
Contact Dermatitis 1998:38:127-31.

16. Jacob SE, Zapolanski T. Allergen Focus:
Focus on TRUE test allergen #20:
paraphenylenediamine. Skin and Aging
2005 Juni: 13:31-4.
17. Devos SA, Van Der Valk PGM. The risk
of active sensitization to PPD. Contact
Dermatitis 2001: 44:273-5.
18. Redlick F, Dekaen J. Allergic contact
dermatitis to paraphenylenediamine in
hair dye after sensitization from black
henna tattoos: a report of 6 cases.
Canadian
Medical
Association
J
2007:176(4):445-6.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008

183

Karangan Asli

19. Rietschel RL, Fowler JF, editors. Fischer’s
yh
Contact Dermatitis. 4 ed. Philadelphia:
Lippincott
Williams
and
Wilkins;
1995.p.964-72.

24. Salim A, Orton D, Shaw S. Allergic
contact dermatitis from Basic Red 22 in a
hair-colouring
mousse.
Contact
Dermatitis 2001: 45:123.

20. Chan YC, Ng SK, Goh CL. Positive
patch
test
reactions
to
paraphenylenediamine,
their
clinical
relevance and the concept of clinical
tolerance. Contact Dermatitis 2001:
45:217-20.

25. Van der Burg CKH, Bruynzeel DP,
Vreeburg JJ, von Blomberg BME, Schefer
RJ. Hand eczema in hairdressers and
nurses: a prospective study. Contact
Dermatitis 1986:14:275-9.

21. Seinedari S, Mantovani L, Manzini BM,
Pignatti M. Cross-sensitizations between
azo dyes and para-amino compound: a
study of 236 azo-dye-sensitive subjects.
Contact Dermatitis 1997: 36:91-6.
22. Nixon R, Moyle M. Occupational contact
dermatitis. How to Treat 2004
December 3: 27-34.
23. Dupuis G, Benezra C. Allergic contact
dermatitis to simple chemicals a
molecular approach. Volume 2. New
York: Marcel Dekker; 1982.p.87-127.

184

26. Katsarou A, Koufou B, Takou K,
Kalogeromitros D, Papanayiotou G,
Vareltzidis A. Patch test results in
hairdressers with contact dermatitis in
Greece (1985-1994). Contact Dermatitis
1995:33:347-61.
27. Engasser PG, Maibach HI. Cosmetics and
skin care in dermatologic practice.In:
Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen
KF, Goldsmith LA. Katz SI, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General
th
Medicine. 6 ed. New York: McGrawHill; 2003.p.2369-78.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008