RASIONALISASI JARINGAN STASIUN HUJAN DAS OPAK-OYO (Studi Kasus : DAS Kali Opak, Kab. Sleman Dan Kab. Bantul, DI. Yogyakarta)
TUGAS AKHIR
RASIONALISASI JARINGAN STASIUN HUJAN DAS
OPAK-OYO
(Studi Kasus : DAS Kali Opak, Kab. Sleman Dan Kab. Bantul, DI. Yogyakarta)
Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1
Pada Progam Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh: ISKA ISTIANINGSIH
20120110126
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
i
TUGAS AKHIR
RASIONALISASI JARINGAN STASIUN HUJAN DAS
OPAK-OYO
(Studi Kasus : DAS Kali Opak, Kab. Sleman Dan Kab. Bantul, DI. Yogyakarta)
Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1
Pada Progam Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh: ISKA ISTIANINGSIH
20120110126
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(3)
ii
HALAMAN MOTTO Jemput Bahagiamu Dengan Selesaikan SKRIPSImu (A.P)
Dengan Ilmu Pengetahuan atau Budaya Mencita-citakan Kebahagiaan, Kesejahteraan
(Ki Hadjar Dewantara)
Allah akan Meninggikan orang yang Beriman di antaramu dan Orang-orang yang diberi Ilmu Pengetahuan Beberapa Derajat.
(Q.S Al-Mujadalah : 11)
Terimalah kegagalan sebagai harga kesuksesan hari ini dan tetaplah berusaha untuk maju.
(Anonim)
Terkadang hidup memang berat dan membuat kita hampir menyerah tapi kita harus yakin bahwa Allah pelindung, pencipta, cinta kita.
( Sang Pencerah)
Pastikan orang tuamu bangga denganmu. (Hanggoro Tri Cahyo)
Life is Like Riding a Bicycle. To Keep Your Balance, You Must Keep Moving. (Albert Einstein)
Jangan Hanya Menjalani Hidup, tetapi Berkembanglah Bersama Kehidupan (-Someone-)
(4)
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Yang utama dari segalanya....
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya Tugas Akhir yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.
Saya persembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang sangat saya hormati dan saya sayangi.
Kedua orang tua tercinta Ibu Tumijem dan Bapak Sugiman, sebagai tanda
bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga saya persembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Bapak yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat saya balas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini bisa menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Bapak bahagia karena saya sadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk ibu dan Bapak yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik. Terima Kasih Ibu...Terima Kasih Bapak...
Adiku Ema Rahmadaini, tiada yang paling mengharukan saat berkumpul bersamamu, walaupun sering bertengkar namun hal itu yang selalu menjadi warna yang tak kan bisa tergantikan. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi kakak akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik untukmu.
Best Partner Ika Novia Ariani, Fandi reza Syamsu, Sigit Syusanto, Ridwan Roihan, Adit Pratama, sebagai tanda terimakasih saya, saya persembahkan karya sederhana ini untuk anda. Terimakasih atas segala bantuan, kepedulian, kesabaran anda yang telah memberikan saya semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terima Kasih...
(5)
iv
Best Friend’s, buat sahabat-sahabat saya dari masa SMA yang tak dapat
saya sebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan dan semangat yang kalian berikan selama kita kenal, kalian yang terbaik.
Buat sahabat-sahabat saya selama kuliah “Salasia Tajunnisa, Andini Paramita, Lusi Santry, Ika Novia, hesti Pangesti, Olganniza Haryusaputri, Vaya Rienka Gitry, Asih Puji Astuti” terima kasih atas segala bantuannya, kebersamaan bersama kalian luar biasa, orang-orang yang tepat untuk saling berbagi, saling menguatkan dan yang paling mengerti masalah didunia anak teknik (wkwkwk), kalian yang teristimewa. Buat
teman-teman “Teknik Sipil Kelas B 2012” dengan kekompakannya yang turut
membantu selama ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih kalian semua adalah keluarga saya semasa kuliah, semoga keakraban
antara “Teknik Sipil Kelas B 2012” tetap terjaga. Semoga sukses “CiVen B 2012”!
Teman-teman Keluarga Besar Teknik Sipil UMY Angkatan 2012.
Dosen Teknik Sipil UMY, terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan
dan pengalaman yang sangat berarti yang sudah diberikan kepada kami, terkhusus Bapak Nursetiawan, S.T., M.T., Ph.D. dan Bapak Puji Harsanto, S.T., M.T., Ph.D. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir saya, terima kasih banyak atas bantuan dan bimbingannya selama ini.
Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima Kasih....
(6)
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Mu Ya Allah, atas segala karunia, rahmat dan kasih sayangmu yang senantiasa dicurahkan kepada hambamu yang lemah ini, dan atas pertolonganmu juga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir, yang berjudul “Studi Komparasi Perancangan
Struktur Gedung Berdasarkan SNI 03-2847-2002 dan SNI 2847:2013
Menggunakan Beban Gempa SNI 1726:2012”.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan – kekurangan baik teori dan metedologinya, sehingga Tugas Akhir ini jauh dari sempurna. Disamping itu penulis juga menyadari, tanpa adanya bekal pengetahuan, bimbingan, dorongan moril dan materil serta bantuan dari berbagai pihak maka belum tentu Tugas Akhir ini bisa selesai. Oleh karena itu dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya, kepada yang terhormat:
1. Jaza’ul Ikhsan, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ir. Anita Widianti, M.T. selaku Kepala Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Nursetiawan, S.T., M.T., Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan dan penulisan Tugas Akhir ini.
4. Puji Harsanto, S.T., M.T., Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan demi selesainya Tugas Akhir ini.
5. Burhan Barid, S.T., M.T selaku dosen penguji yang telah memberikan
pengarahan dalam terselesaikanya ujian dan terselesaikanya penulisan tugas akhir ini.
6. Seluruh dosen jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
7. Seluruh staf dan karyawan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UMY atas bantuannya selama ini.
8. Pihak BBWS (Balai Besar Wilayah Serayu Opak-Oyo) yang telah membantu
(7)
vi
9. Keluarga, Bapak dan Ibu yang selalu senantiasa memberikan dukungan yang
berupa materi maupun imateri.
10.Sahabat-sahabat penulis, Achmad Hambali, sigit syusanto, Salasia Tajunnisa Setia Utami, Andini Paramita, Ika Novia, Lusi Santry, Fitratil Laila, Hesti Pangesti, Olganiza Haryusaputri, Vaya Rienka Gitri, Adit Pratama Purba dan didik, yang bersedia berbagi canda tawa, keluh kesah dan motivasinya.
11.Rekan-rekan kerja Tugas Akhir Penulis, Adit Pratama Purba, Sigit Syusanto, Fandi Reza Syamsyu, Ika Novia Ariani, dan Ridwan Royhan, yang bersedia saling membantu dalam terselesaikannya Tugas Akhir ini.
12.Teman – teman Teknik Sipil B angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan serta motivasinya.
13.Semua pihak yang tidak tersebutkan dan telah membantu meyelesaikan Tugas
Akhir ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan penulis, oleh karena itu dengan segala keterbukaan penulis, akan menerima kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan dan kebenaraan Tugas Akhir ini dan semoga nantinya tulisan ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian.
Dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih untuk semua yang telah memberikan bantuan dan dorongan dan atas banyak salah serta kekeliruan yang telah diperbuat oleh penulis, maka penulis memohon maaf.
Yogyakarta, Oktober 2016
(8)
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
INTISARI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 2
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Batasan Masalah...3
F. Keaslian Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Referensi Penelitian ... 4
BAB III LANDASAN TEORI ... 6
A. Siklus Hidrologi ... 6
B. Analisis Hidrologi ... 7
C. Tipe dan Karakteristik DAS ... 8
D. Program ArcGIS... 11
E. Overlay Data Pada ArcGIS... 12
F. Kerapatan Stasiun Hujan ... 14
G. Curah Hujan Rerata Daerah Harian Maksimum Metode Poligon Thiessen...14
H. Standar WMO (World Meteorogical organization)...16
I. Analisis Kerapatan dan Pola Penyebaran Stasiun HujanMetode Kagan-Rodda...17
J. Penentuan Pos Hidrologi...18
(9)
viii
BAB IV METODE PENELITIAN ... 21
A. Lokasi Penelitian...21
B. Bagan Alir Penelitian…...22
C. Konsep Penelitian…... 23
D. Pengumpulan Data…... 24
E. Kesulitan Penelitian…... 25
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
A. Analisis Hidrologi... 26
B. Analisis Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan Berdasarkan Standar WMO (World Meteorological Organization)... 27
C. Jarak Antar Stasiun Dan Koefisien Korelasi... 28
D. Koefisien Variasi... 33
E. Kesalahan Perataan dan Kesalahan Interpolasi... 34
F. Rekomendasi Stasiun Pos Baru... 35
BAB VI PENUTUP ... 40
G. Kesimpulan ... 40
H. Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
(11)
RASIONALISASI JARINGAN STASIUN HUJAN PADA DAS OPAK-OYO (Studi Kasus : DAS Kali Opak-Oyo)1
Iska Istianingsih2, Nursetiawan3, Puji Harsanto4
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas TeknikUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai). Analisis hidrologi merupakan tahapan penting dalam kegiatan pengembangan sumber daya air. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder yang
diperoleh dari BBWS (Balai Besar Wilayah Serayu Opak-Oyo) dibagian Hidrologi
dan data yang digunakan data Curah Hujan tahun 2000-2015. Analisis data menggunakan Software ArcGIS 10.1 dan metode Kagan-Rodda. Hasil dari Software ArcGIS 10.1 yaitu DAS Opak-Oyo, nilai Luasan, Polygon Thiessen, Jaringan Segitiga dari Kagan-Rodda, serta sebaran pos hujan baru.
Berdasarkan pengumpulan data sekunder untuk stasiun hujan DAS Opak-Oyo terdapat 20 stasiun hujan. Dan berdasarkan hasil analisis terdapat 3 stasiun hujan
dengan kondisi sulit. Dan dari hasil evaluasi menggunakan standar WMO (World
Meteorological Organization) menyarankan kerapatan minimum jaringan stasiun hujan untuk daerah pegunungan beriklim sedang, mediteran dan daerah tropis 100 – 250 km2/stasiun, sehingga terdapat 2 stasiun yang tidak memenuhi kerapatan yang di sarankan oleh standar WMO. Untuk itu perlu dilakukannya rasionalisasi untuk mendapatkan sebaran dan jumlah stasiun hujan yang efektif.
Sebelum menganalisis data untuk mendapatkan hasil dari Kesalahan Perataan dan Kesalahan Interpolasi, kita dapat menganalisis nilai (Cv) koefisien variasi hujan diperoleh dengan merata-ratakan seluruh data hujan dan selanjutnya dihitung standar deviasi dan rata-ratanya. Dengan hasil ṕ (hujan rerata tahunan) yaitu 176,853 mm, ṕ2(hujan rerata tahunan) yaitu : 36495,18457 mm, σ (standar deviasi) yaitu : 76,03906971, dan Cv (koefisien variasi hujan) yaitu : 42,99563463. Berdasarkan hasil tersebut kita mendapatkan nilai kesalahan perataan dan kesalahan interpolasi yaitu : A (luas das) : 2314,1844 km, d(0) (Radius korelasi) : 1257,1019,
Z1 (kesalahan perataan %) : 32,0224, Z2 (Kesalahan Interpolasi %) : 18,7908, dan L (Jarak antar stasiun km) : 51,4734.
(12)
1
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai).
Hujan juga salah satu merupakan komponen masukan utama dalam proses hidrologi, dalam prosesnya dibutuhkan data hidrologi yang terdiri dari data curah hujan, data debit dan data iklim. Kesalahan dalam pemantauan data hidrologi tersebut akan menghasilkan data yang kurang optimal dan biasanya disebabkan oleh jumlah stasiun dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kurang memadai dan pola penyebaran stasiun hujan yang tidak merata.
Dalam kegiatan analisis hidrologi, utamanya untuk memprediksi banjir, dibutuhkan data hidrologi seperti data curah hujan, debit air, data iklim dan lain sebagainya. Data dasar hidrologi tersebut sangat penting sebagai masukan dalam penyediaan informasihidrologi siap pakai. Kesalahan dalam pemantauan data dasar hidrologi dalam suatu daerah pengaliran sungai akan menghasilkan data siap pakai yang tidak benar dan mengakibatkan hasil perencanaan, penelitian, dan pengelolaan sumber daya air yang tidak efisien dan efektif. Kesalahan tersebut biasanya disebabkan oleh jumlah stasiun hujan dalam DAS yang kurang memadai dan pola penyebaran stasiun hujan yang tidak
merata.Untuk mengatasi masalah tersebut menurut WMO (World
Meteorological Organization), maka suatu DAS harus memiliki stasiun hujan yang mewakili kerapatan jaringan stasiun hujan minimum seluas 100-250 km2/stasiun. Kerapatan jaringan stasiun hujan dapat dinyatakan sebagai luas DAS yang diwakili oleh satu stasiun hujan. Sedangkan pola penyebaran stasiun hujan menyatakan lokasi penempatan stasiun hujan dalam DAS.Secara teoritis,
(13)
2
semakin tinggi kerapatan stasiun hujan yang digunakan maka akan semakin tinggi pula ketelitian data yang diperoleh. Mengingat pentingnya informasi data mengenai besarnya curah hujan maupun debit banjir yang bergantung pada infrastruktur pengairan, terutama stasiun hujan maka kajian rasionalisasi jaringan stasiun hujan sangat diperlukan.
Demikian juga, pos hidrologi yang tersedia yang ada saat ini dalam suatu DAS sudah memadai atau tidak serta jumlah dan lokasinya dapat memantau karakteristik hidrologi di daerah tersebut atau belum. Kemudian dalam kondisi dimana jumlah pos terlalu banyak maka untuk melakukan analisa hidrologi kadang-kadang timbul masalah, pos mana yang akan digunakan apakah seluruhnya atau sebagian saja. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan evaluasi penentuan stasiun hujan yang saat ini tersedia sehingga didapatkan jumlah dan penentuan stasiun hujan yang efektif dan efisien. sehingga dapat diketahui pos-pos mana yang sangat dominan dan atau dapat direlokasi.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sebaran pos stasiun hujan di DAS Hidrologi Opak-Oyo ?
2. Apakah sebaran pos hidrologi yang ada di DAS Opak-Oyo sudah
memenuhi untuk kondisi yang ideal ?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pola penyebaran stasiun hujan yang tidak merata terutama
didaerah aliran sungai (DAS) hidrologi yang ada diDAS Opak-Oyo. 2. Untuk melakukan rasionalisasi terhadap stasiun hujan yang ada pada
(14)
3
D.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan dan terjawabnya rumusan masalah secara akurat. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat
mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti evaluasi data DAS Hidrologi Opak-Oyo.
3. Bagi perguruan tinggi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk memecahkan masalah yang ada di DAS hidrologi khususnya daerah sebaran pos hidrologi yang ada di DAS Opak-Oyo.
E.Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang terdapat pada penelitian sebagai berikut :
1. Data hidrologi DAS Opak-Oyo yang dikaji hanya data curah hujan.
2. Dalam penelitian ini digunakan Pengolahan pos hidrologi DAS
Opak-Oyo dengan menggunakan ArcGIS 10.1.
F. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan penulis, penelitian dengan judul “Rasionalisasi
jaringan stasiun hujan pada DAS Opak-Oyo” belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Akan tetapi, terdapat penelitian yang relevan dengan
penelitian “ pedoman kerapatan jaringan pos hidrologi” yang diteliti oleh Sri
(15)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ada Beberapa Tinjauan Pustaka Tentang Rasionalisasi Analisis Hidrologi Yaitu:
1. Rodhita Muhammad (2012), meliputi tentang Rasionalisasi Jaringan
Penakar Hujan Di DAS Kedungsoko Kabupaten Nganjuk. Studi ini dilakukan di DAS Kedungsoko Kabupaten Nganjuk. DAS Kedungsoko dipengaruhi oleh kurang lebih 8 stasiun hujan yang tersebar di dalam DAS. Selama ini belum pernah dikaji secara teoritis tentang kerapatan optimum dan pola penyebaran jaringan stasiun hujan yang sudah terpasang di DAS Kedungsoko. Penelitian ini menggunakan metode Kagan-Rodda dan metode Kriging. Dari hasil pengkajian dan analisa menggunakan metode Kagan-Rodda diperoleh 4 stasiun terpilih, sedangkan metode Kriging diperoleh hasil 8 buah stasiun terpilih dengan perletakan yang menyebar dalam DAS Kedungsoko.
2. Penelitian Sutapa Wayan (2012), meliputi tentang Rasionalisasi Pos Hidrologi Pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Lambunu-Buol Dengan Metode Kagan. Studi ini dilakukan di satuan wilayah sungai Lambunu-Buol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jaringan pos hidrologi yang efisien, efektif dan dapat mewakili tangkapan sebuah daerah sehingga dapat meminimalkan biaya yang dibutuhkan untuk operasi dan pemeliharaan. Data yang digunakan adalah curah hujan bulanan selama 10 tahun mulai dari tahun 1997 sampai 2006. Metode yang digunakan dalam analisis data yang Metode Kagan. Berdasarkan hasil analisis Metode Kagan untuk SWS dari Lambunu-Buol dengan jumlah yang ada pasca hujan dalam jumlah waktu ini untuk 13 pos dengan kesalahan perhitungan menurut hasil analisis 2814% diperoleh jarak antara pos 45199 km, Amountly telah menjawab permintaan tapi penyebaran pasca hujan belum memenuhi apa yang dibutuhkan oleh Kagan, sehingga
(16)
5
perlu dilakukan reposisi. Pos yang akan di reposisi adalah Stasiun Tada, Kayu Agung, Ongka, Lalos dan Air Terang.
3. Junaidi Rahmad (2015), menyatakan tentang Kajian Rasionalisasi Jaringan
Stasiun Hujan Pada WS Parigi-Poso Sulawesi Tengah Dengan Metode Kagan Rodda dan Krigging. Studi dilakukan pada WS Parigi Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Hasil studi menunjukkan terdapat 3 stasiun hujan termasuk dalam kategori kondisi sulit (1000-5000 km2/stastiun) yaitu St. Hujan Lembontonara, St. Hujan Kilo, dan St. Hujan Pandayora. Berdasarkan metode Kriging, WS Parigi Poso diperoleh 7 stasiun hujan yang direkomendasikan dengan nilai estimasi variansi kurang dari 5%. Hasil analisis yang sesuai dengan lokasi penelitian adalah analisis Metode Kriging yang lebih rasional karena kesalahan relatif terkecil terdapat pada metode Kriging. Analisis metode Kagan Rodda tidak cocok diterapkan sehingga diambil kesimpulan metode Kagan Rodda lebih cocok digunakan pada daerah yang memiliki tingkat perbedaan elevasi / kontur yang tidak terlalu besar.
(17)
6
BAB III
LANDASAN TEORI
A.Siklus Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan air dialam kita ini. Secara khusus menurut SNI No. 1724-1989, hidrologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sistem kejadian air diatas, pada permukaan, dan didalam tanah. Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air, termasuk transformasi antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, diatas dan dibawah permukaan tanah. Di dalamnya tercakup air laut yang merupakan sumber dan menyimpan air yang mengaktifkan kehidupan diplanet bumi ini.
Sedangkan Siklus hidrologi merupakan salah satu aspek yang diperlukan pada proses analisis hidrologi. Siklus hidrologi menurut Suyono (2006), adalah air yang menguap keudara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah memulai beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju kepermukaan laut atau daratan. Sedangkan siklus menurut Soemarto (1987), adalah gerakan air laut, yang kemudian jatuh kepermukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir kelaut kembali. Dalam siklus hidrologi ini terdapat beberapa proses yang saling terkait, yaitu antara proses hujan (presipitation), penguapan (evaporation).
(18)
7
Sumber : https:/www.google.co.id/gambar+siklus+hidrologi/ Gambar 3.1 Siklus Hidrologi
B.Analisis Hidrologi
Dalam kegiatan analisis hidrologi, utamanya untuk memprediksi banjir, dibutuhkan data hidrologi seperti data curah hujan, debit air, data iklim dan lain sebagainya. Data dasar hidrologi tersebut sangat penting sebagai masukan dalam penyediaan informasi hidrologi siap pakai.
Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi (hydrologic phenomena). Fenomena hidrologi seperti besarnya : curah, temperatur, penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan aliran dan konsentrasi sedimen sungai akan selalu berubah menurut waktu. Data hidrologi merupakan bahan informasi yang sangat penting, dengan demikian suatu nilai dari sebuah data hidrologi itu hanya dapat terjadi lagi pada yang waktu berlainan sesuai dengan fenomena pada saat pengukuran nilai itu dilaksanakan. Kumpulan data hidrologi dapat disusun dalam bentuk daftar atau tabel. Sering pula daftar atau tabel tersebut disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut diagram atau grafik, dan dapat disajikan dalam bentuk peta tematik, seperti peta curah hujan dan peta tinggi muka air dengan maksud supaya lebih dapat menjelaskan tentang persoalan yang dipelajari.
(19)
8
Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam perancangan bangunan-bangunan hidraulik. Pengertian yang terkandung didalamnya adalah bahwa informasi dan besaran-besaran yang diperoleh dalam analisis hidrologi merupakan masukan penting dalam analisis selanjutnya. Bangunan hidraulik dalam bidang teknik sipil dapat berupa gorong-gorong, bendung, bangunan pelimpah, tanggul penahan banjir, dan sebagainya. Ukuran dan karakter bangunan-bangunan tersebut sangat tergantung dari tujuan pembangunan dan informasi yang diperoleh dari analisis hidrologi. Sebelum ada informasi yang jelas tentang sifat-sifat dan besaran hidrologi diketahui, hampir tidak mungkin dilakukan analisis untuk menentukan berbagai sifat dan besaran hidraulikanya. Demikian pula pada dasarnya bangunann-bangunan tersebut harus dirancang berdasar suatu patokan perancangan yang benar, yang diharapkan akan dapat menghasikan rancangan yang memuaskan. Pengertian memuaskan dalam hal ini adalah bahwa bangunan hidraulik tersebut harus dapat berfungsi baik struktural maupun fungsional dalam jangka waktu yang ditetapkan (Harto, 1993).
Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Daerah Aliran Sungai (DAS) beserta luasnya.
2. Menentukan luas pengaruh daerah stasiun – stasiun hujan.
3. Menentukan curah hujan maksimum harian rata-rata DAS dari data curah
hujan yang ada.
4. Pengukuran dispersi.
5. Pemilihan jenis seberan.
6. Uji kecocokan sebaran yang digunakan.
7. Menganalisis curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun.
8. Menghitung debit banjir rencana berdasarkan besarnya curah hujan
rencana dengan periode ulang T tahun.
C.Tipe danKarakteristik DAS
Adapun tipe dan karakteristik DAS, sebagai berikut :
(20)
9
Menurut Hallaf H.p (2006), DAS merupakan tempat pengumpulan presipitasi kesuatu tempat sungai. Luas daerah aliran dapat diperkirakan dengan mengukur daerah tersebut pada peta topografi. Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan kemasing-masing DAS. Garis batas tersebut ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari peta topografi sedangkan luas DAS nya dapat diukur dengan alat planimeter.
Sedangkan bentuk DAS mempunyai pengaruh penting dalam suatu aliran dalam sungai. Bentuk DAS mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan terpusat aliran.bentuk DAS juga sangat berpengaruh terhadap waktu konsetrasi air hujan yang mengalir menuju outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin singkat waktu konsentrasi yang diperlukan, sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir yang terjadi. Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang diperlukan semakin lama sehingga fluktuasi banjir semakin rendah. Adapun macam-macam bentuk DAS yaitu :
a. DAS berbentuk bulu burung
DAS ini memiliki bentuk yang sempit dan memanjang, dimana anak-anak sungai mengalir memanjang disebelah kanan dan kiri sungai utama.
b. DAS berbentuk radial
Sebaran aliran sungai membentuk seperti kipas atau nyaris lingkaran. Anak-anak sungai mengalir dari segala penjuru das dan tetapi terkonsentrasi pada satu titik secara radial, akibat dari bentuk DAS yang demikian. Debit banjir yang dihasilkan umumnya akan sangat besar.
c. DAS berbentuk paralel
Sebuah DAS yang tersusun dari percabangan dua anak-anak sungai yang cukup besar dibagian hulu, tetapi menyatu dibagian hilirnya. Masing-masing anak sungai tersebut dapat memiliki karakteristik
(21)
10
yang berbeda. Dan ketika terjadi hujan dikedua anak sungai tersebut secara bersamaan, maka akan berpotensi terjadi banjir yang relative besar.
Sumber : https://jurnalbumi.com/daerah-aliran-sungai/
Gambar 3.2 tipe DAS hidrologi
2. Peta topografi
Topografi atau tampakan rupa muka bumi seperti kemiringan lahan, keadaan dan kerapatan saluran, dan bentuk-bentuk cekungan lainnya mempunyai pengaruh pada laju dan volume aliran permukaan. DAS dengan kemiringan curam disertai saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan volume aliran permukaan yang lebih tingi dibandingkan dengan DAS yang landai dengan saluran yang jarang dan adanya cekungan-cekungan. Pengaruh kerapatan saluran, yaitu per satuan luas DAS, pada aliran permukaan adalah memperpendek waktu konsentrasi, sehingga memperbesar laju aliran permukaan.
(22)
11
Sumber : Penggunaan Check Dam Dalam Usaha Menanggulangi Erosi Alur. Prasetyo A,. dan Afilani N,E.
Gambar 3.2 Pengaruh kerapatan saluran pada hidograf aliran permukaan
3. Tata Guna Lahan
Pengaruh tata guna lahan (land use) pada aliran permukaan dinyatakan dalam koefisien aliran permukan (C), yaitu bilangan yang menunjukan perbandingan antara besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 sampai 1. Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C = 1 menunjukan bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran permukaan.
D. Program ArcGIS
ArcGIS adalah suatu softwaare yang dikembangkan oleh ESRI
(Environment Science & Reasearch Institue) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai macam software GIS yang bebeda seperti GIS desktop, server, GIS berbasis web. Software ini mulai dirilis oleh ESRI pada
tahun 2000. Produk utama dari ArcGIS adalah ArcGIS desktop, dimana ArcGIS
desktop merupakan software GIS profesional yang komprehensif. ArcGIS
(23)
12
1. ArcMap, adalah aplikasi utama unuk kebanyakan proses GIS dan
pemetaan dengan komputer. ArcMap memiliki kemapuan untuk
visualisasi, membangun database spasial yang baru, memilih (query), editing, membuat layout peta, analisis dan pembuatan tampilan akhir dalam laporan-laporan kegiatan.
2. ArcEditor, memiliki kemampuan sebagaimana ArcView dengan tambahan peralatan untuk memanipulasi berkas shapefile dab geodatabase.
3. ArcCatalog, adalah aplikasi yang berfungsi mengatur/ mengorganisasi berbagai macam data spasial yang digunakan dalam pekerjaan SIG. Fungsi ini meliputi tools untuk menjelajah (browsingi), mengatur (organizing), membagi (distribution) dan menyimpan (documentation) data-data SIG.
4. ArcGlobe, berfungsi untuk menampilkan peta secara 3D ke dalam bola dunia dan dapat dihubungkan langsung dengan internet.
5. ArcScene berfungsi untuk mengolah dan menampilkan peta-peta kedalam bentuk 3D.
6. ArcToolbox, terdiri dari kumpulan menu yang berfungsi sebagai
tools/perangkat dalam melakukan berbagai macam analisis keruangan.
E.Overlay Data Pada ArcGIS
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda atau dengan kata lain penggabungan beberapa peta seperti kontur, landuse, pemukiman, jalan, dan lainnya menjadi satu peta yang memiliki informasi atribut dari beberapa peta tersebut.
(24)
13
Sumber: http://resources.arcgis.com/encommunities/geodata/071. Gambar 3.3 Overlay peta
Ada bebera fasilitas yang dapat digunakan untuk menggabungkan
beberapa peta yang berbeda (overlay), yaitu: 1. Dissolve
Dissolve adalah suatu proses untuk menghilangkan batas antara poligon yang mempunyai data atribut yang identik atau sama dalam poligon yang berbeda. Kegunaan dissolve untuk menghilangkan garis-garis poligon dan menggabungkan poligon-poligon yang terpisah menjadi sebuah poligon besar dengan atribut yang sama.
2. Merge
Merge adalah proses penggabungan dua atau lebih layer menjadi satu buah layer dengan atribut yang berbeda dan atribut-atribut tersebut saling mengisi dan layer-layernya saling menempel satu sama lain.
3. Clip
Clip adalah proses penggabungan layer/ pemotongan layer namun dalam wilayah yang kecil.
(25)
14 4. Intersect
Intersect yaitu suatu operasi yang berfungsi untuk memotong sebuah layer yang memilik data dari kedua layer.
5. Union
Union berfungsi untuk menggabungkan layer/ peta dengan layer lainnya.
F. Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan
Dalam mempersiapkan data untuk analisis hidrologi untuk berbagai kepentingan pengembangan sumber daya air terdapat dua masalah pokok, yaitu :
a. Ketetapan tentang jumlah stasiun hujan dan stasiun hidrometri (stasiun pengamatan) yang digunakan dalam analisis, termasuk didalam pola penyebaran stasiun dalam wilayah sungai bersangkutan.
b. Berapa besar ketelitian yang dapat dicapai oleh suatu jaringan pengamatan dengan kerapatan tertentu.
Jaringan dalam pengertian ini dimaksudkan sebagai satu sitem yang terorganisasi untuk mengumpulkan data (hidrologi) secara optimum untuk berbagai kepentingan. Dalam memperhatikan hal tersebut, satu set stasiun hujan atau stasiun hidrometri dapat disebut sebagai jaringan (network) bila terdapat keterikatan (coherence) observasi dalam tingkat tertentu dari kejadian-kejadian (phenomena) yang diukur. Keterikatan tersebut akan meningkat dengan meningkatnya kerapatan jaringan.
Kerapatan jaringan dinyatakan dalam satu stasiun tiap luas tertentu, misalnya 1 stasiun 200 �� . Dalam merencanakan jaringan, terdapat dua hal yang penting yang perlu dipertimbangkan yaitu :
a. Menentukan berapa jumlah stasiun yang diperlukan
b. Lokasi stasiun-stasiun itu akan dipasang
G.Curah Hujan Rerata Daerah Harian Maksimum Metode Poligon Thiessen
Metode poligon Thiessen ini memperhitungkan bobot dari masing-masing
stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang
(26)
15
terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode poligon Thiessen digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari setiap stasiun.
Cara pembentukan poligon Thiessen adalah sebagai berikut:
a. Stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau
termasuk stasiun hujan diluar DAS yang berdekatan.
b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus (garis terputus) sehingga membentuk segitiga-segitiga yang sebaiknya mempunyai sisi dengan panjang yang kira-kira sama.
c. Dibuat garis pada sisi-sisi segitiga seperti ditunjukkan dengan garis penuh. d. Garis-garis berat tersebut membentuk poligon yang mengelilingi tiap
stasiun. Setiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon.
e. Luas tiap poligon diukur dan kemudian dikalikan dengan kedalaman hujan
di stasiun yang berada di dalam poligon.
f. Jumlah dari hitungan pada butir e untuk semua stasiun dibagi dengan luas daerah yang ditinjau menghasilkan hujan rerata daerah tersebut,yang dalam bentuk matematik mempunyai bentuk sebagai berikut:
R = � � +� � +� � …+� �
� +� …+� (1)
Dimana :
P = hujan rata-rata DAS.
P1, P2,...P= hujan di stasiun 1, 2, 3...,n. � + � … + �� = jumlah stasiun
(27)
16
Gambar 3.5 Poligon Thiessen
H.Standar WMO (World Meteorogical organization)
Pada umumnya daerah hujan yang terjadi lebih luas dibandingkan dengan daerah hujan yang diwakili oleh stasiun penakar hujan atau sebaliknya, maka dengan memperhatikan pertimbangan ekonomi, topografi dan lain-lain harus ditempatkan stasiun hujan dengan kerapatan optimal yang bisa memberikan data dengan baik untuk analisis selanjutnya. Untuk tujuan ini, Badan Meteorologi Dunia atau WMO menyarankan kerapatan minimum jaringan stasiun hujan sebagai berikut (Linsley, 1986).
P1
P2
P3 P4
A1
A2
A3 A4
(28)
17
Tabel 1.1 Kerapatan Minimum yang Direkomendasikan WMO
No. Tipe
Luas Daerah (km2)
Per satu pos hujan
Kondisi normal Kondisi sulit
1 Daerah dataran tropis
mediteran dan sedang
1000 – 2500 (600 – 900)
3000 – 9000
2 Daerah pegunungan tropis
mediteran dan sedang
300 – 1000 (100 – 250)
1000 – 5000
3 Daerah kepulauan kecil
bergunung dengan curah hujan bervariasi
140 – 300 (25)
4 Daerah arid dan kutub 5000 – 20000
(1500 – 10000) Sumber : Linsley, 1986
I. Analisis Kerapatan dan Pola Penyebaran Stasiun Hujan Metode Kagan-Rodda
Penetapan jaringan stasiun hujan tidak hanya terbatas pada penetapan jumlah stasiun yang dibutuhkan dalam suatu DAS, namun juga tempat dan pola penyebarannya. Petunjuk yang bersifat kualitatif diberikan oleh Rodda (1970), yaitu dengan memanfaatkan koefisien korelasi hujan (Harto, 1993). Hal ini masih harus dikaitkan dengan keadaan sekitarnya yang menyangkut masalah ketersediaan tenaga pengamat dan pola penyebarannya.
Pada penelitian yang dilakukan Kagan (1972), untuk daerah tropis yang hujannya bersifat setempat dengan luas penyebaran yang sangat terbatas mempunyai variasi ruang untuk hujan dengan periode tertentu adalah sangat tidak menentu meskipun sebenarnya menunjukkan suatu hubungan sampai
tingkat tertentu (Dalam Harto, 1993). Persamaan-persamaan yang
dipergunakan untuk analisis jaringan Kagan-Rodda adalah sebagai berikut (Dalam Harto, 1993) :
r(d) = r(0).�
−� �
Z1 = �� . √
[ −� + , √�
� √ ]
�
Z2 = �� . √ [ − � ] + , �
� √ � �
(29)
18 L = 1,07 √�
�
Dimana :
r(d) = Koefisien korelasi untuk jarak stasiun sejauh d r(0) = Koefisien korelasi untuk jarak yang sangat pendek d = Jarak antar stasiun (km)
d(0) = Radius korelasi Cv = Koefisien variasi A = Luas DAS (km) n = Jumlah stasiun
Z1 = Kesalahan perataan (%) Z2 = Kesalahan Interpolasi (%) L = Jarak antar stasiun (km)
J. Penentuan Pos Hidrologi
Penentuan lokasi pos hidrologi harus memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria umum :
a) Memperhatikan hasil evaluasi kerapatan jaringan pos hidrologi yang telah ada.
b) Didasarkan pada hasil kajian kebutuhan rehab / penambahan /
pembangunan pos berdasarkan tingkat akurasi yang telah ditetapkan dengan memprtimbangkan pendanaan dan sumber daya manusia yang tersedia serta rencana pengembangan sumber daya air.
c) Penentuan jenis pos hidrologi (alat biasa/otomatik/telemetri) perlu memperhatikan tujuan, ketelitian data yang diinginkan dan rencana pengembangan sumber daya air.
d) Telah ada kesepakatan dengan pemilik tanah/tanah yang akan
digunakan sebagai lokasi pos hidrologi (status tanah tidak dalam sengketa).
e) Lokasi pos diusahakan dekat dengan permukiman penjaga
pos/penduduk dan mudah jangkauannya (untuk tujuan keamanan dan kemudahan dalam pelaksanaan pencatatan/inpeksi pos).
f) Tidak membangun pos hidrologi pada lokasi yang sama/berdekatan dengan pos hidrologi milik instansi lain.
(30)
19
g) Ada lahan tambahan untuk membangun pos jaga yang berfungsi
sebagai ruang kerja penjaga pos dalam menjalankan tugas-tugasnya (khusus pos klimatologi).
h) Untuk pos berbasis Global Standard For Mobile Communications
(GSM), lokasi yang dipilih harus mempertimbangkan kekuatan signal provider yang akan digunakan.
i) Pos/stasiun hidrologi yang dibangun agar dilengkapi :
- Bangunan pos hidrologi
- Pagar pengaman
- Papan informasi pos
- Patok bechmark (BM)
2. Kriteria Khusus :
a) Pos hujan dan iklim
- Lokasi pos dapat mewakili gambaran distribusi hujan DAS.
- Ada ruang terbuka diatas lokasi pos terbesar ° yang diukur dari
garis tengah pos.
- Jarak pos dengan pohon/bangunan terdekat minimal sama dengan
tinggi pohon/bangunan tersebut.
- Diusahakan berada pada lahan datar.
b) Pos duga air
- Lokasi pos pada saat banjir air sungai tidak melimpah
- Pada lokasi pos tidak terpengaruh pengempangan (arus balik), pasang surut atau aliran lahar.
- Tersedia penampang kendali (section contlor).
- Terletak pada alur sungai lurus sepanjang 4 kali lebar sungai rata-rata pada saat banjir.
- Penampang melintang sungai yang uniform sehingga penyebaran
aliran merata dalam satu palung sungai.
- Penampang sungai mempunyai struktur geologi yang stabil.
- Tersedia lokasi pengukuran debit dan muka air pada saat air rendah sampai dengan muka air tinggi.
(31)
20
- Tersedia lokasi untuk pemasangan sarana pengukuran debit,
misalnya untuk cable way dan kereta gantung.
- Memungkinkan untuk ditingkatkan menjadi pos telemetri.
c) Pos pemantauan kualitas air
Penentuan dan pemilihan lokasi pos pemantauan kualitas air perlu mempertimbangkan :
- Kegunaan data yang akan dipantau (tujuan dari pemeriksaan)
- Pemanfaatan sumber-sumber air.
- Lokasi pencemar baik yang sumber titik (point sources) maupun tersebar (non points sources) untuk sumber pencemar dari kegiatan permukian, industri, pertanian dan kehutanan.
- Bangunan air yang sudah ada/sarana pengambilan contoh air
(misalnya adanya jembatan, pos duga air dan bendung)
- Pemilihan lokasi pemantauan kualitas air minimal ada yang mewakili sebagai baseline station (lokasi pos pemantauan yang terletak pada daerah yang belum terpengaruh aktivitas manusia),
impact station (lokasi pos pemantauan yang terletak pada daerah yang sudah terpengaruh aktivitas manusia dan pemanfaatan sumber air) dan lokasi pemantauan khusus untuk sumber pencemaran zat-zat berbahaya.
K.Pemilihan Tipe Bangunan Pos Duga Air
Pemilihan tipe bangunan khusus untuk pos duga air ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
1. Tipe konsol
Tebing sungai mudah dicapai, curam,stabil dan terdiri dari batuan keras.
2. Tipe pembilas
Tebing sungai landai, tidak terdiri dari batuan keras dan air sungai tidak berkadar sedimen tinggi.
3. Tipe kerangka
(32)
(33)
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.Lokasi Penelitian
Sungai Opak-Oyo atau kali Opak-Oyo adalah nama sungai yang mengalir di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Sungai ini juga melintas sisi barat Taman Wisata Candi Prambanan dan pernah menjadi batas wilayah Kesultanan Yogyakarta dengan Kesunanan Surakarta. Dapat kita lihat pada Gambar 4.1 Peta DAS Kali Opak-Oyo, berikut :
(34)
22
B.Bagan Alir Penelitian
Langkah-langkah penelitian dalam tugas akhir ini sebagai berikut :
Gambar 4.1 Bagan alir penelitian
Tinjauan pustaka
Pengumpulan data sekunder
Data pos hujan
Data curah hujan
Peta DAS Kali
Opak Standar (WMO)
Analisis Kerapatan Jaringan (WMO)
Analisis Stasiun Hujan Kagan Rodda
Koefisien Variasi Koefisien korelasi Luas DAS Radius Korelasi
Kesalahan Kerapatan (%)
Gambar jaringan Segitiga Kagan Rodda
Hasil dan pembahasan
Kesalahan Interpolasi (%)
Kesimpulan Dan Saran
Selesai Mulai
(35)
23
C.Konsep Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis jaringan pos hidrologi pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Opak-Oyo dengan beberapa tahapan yaitu :
1) Tahapan persiapan
Evaluasi jaringan pos hidrologi yang telah ada (eksisting) berdasarkan hasil rasionalisasi pos hidrologi atau program pembangunan pos baru.
2) Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data curah hujan dan peta topografi skala 1 : 450.000. data tersebut diperoleh dari Dinas Pekerja Umum (PU), Hidrologi, Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWS).
3) Pengolahan data
Berdasarkan peta topografi dapat ditentukan parameter DAS seperti: batas-batas DAS, jumlah DAS, luas DAS, kemiringan sungai dll.
Kerapatan jaringan pos hujan dapat ditentukan dengan metode kagan dengan cara sebagai berikut:
a. Memilih pos hujan yang dapat mewakili SWS.
b. Dari jaringan stasiun hujan yang tersedia, dapat dihitung nilai koefisien variasi (Cv).
c. Dari jaringan stasiun hujan yang tersedia dapat dicari hubungan antara jarak stasiun dengan koefisien korelasi.
d. Hubungan antara jarak stasiun dengan korelasi dibuat dalam bentuk lengkung eksponensial. Dari hasil persamaan yang diperoleh besaran r (o) dan p.
e. Dengan besaran tersebut, dapat dihitung besarnya kesalahan perataan
hujan dan kesalahan dalam interpolasi.
f. Setelah jumlah stasiun ditetapkan pada suatu SWS, selanjutnya ditentukan besarnya jumlah pos yang memenuhi berdasarkan hasil sebelumnya, selanjutnya digambar jaringan-jaringan segitiga sama sisi dengan panjang sisi sama dengan “ l ”.
(36)
24
Langkah selanjutnya yang dilakukan analisa metode kagan adalah penyusunan prioritas kegiatan yang perlu dilakukan terhadap pos hidrologi yang ada. Adapun tahapan dalam pembuatan peta jaringan pos hidrologi adalah peta jaringan existing pos hidrologi dibuat terlebih dahulu dan setelah analisa rasionalisasi selesai dilakukan dan sudah diperoleh jumlah pos hidrologi yang ideal baru dibuat peta jaringan pos hidrologi secara final. Pendekatan yang digunakan dalam perencanan jaringan pos hidrologi adalah metode yang mengacu kepada WMO
(World Meteorological Organization).
D.Pengumpulan Data
Untuk melakukan analisis data Kali Opak menggunakan software ArcGIS
10.1 diperlukan berbagai data seperti data curah hujan yang nantinya akan diinput untuk disimulasikan ke dalam softwareArcGIS 10.1 data sekunder.
Berdaskan cara memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder. Dimana data sekunder ialah data yang diperlukan untuk membantu dalam menganalisis data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Contohnya dalam penelitian ini data yang diperoleh dari Dinas Pekerja Umum (PU), Hidrologi, Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWS). Berikut data-data yang digunakan :
1. Data Topografi berupa SHP (Shapfile) yang diperoleh dari Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWS). Digunakn untuk membuat Daerah Aliran Sungai Kali Opak sebagai input data pada program softwareArcGIS 10.1.
2. Data Hidrologi diperoleh dari Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWS)
bagian Hidrologi. Data pengamatan meliputi 20 stasiun hujan dari tahun 2000 s/d 2015, yaitu: stasiun Panggang, Pundong, Pajangan, Nyemengan, Gemawang, Prumpung, Kemput, Terong, Karang Ploso, Santan, Tanjung Tirto, Plataran, Bronggang, Kedung Keris, Bejingawen, Plaosan, Gedangan, Beran, Sanden, dan Angin-angin.
(37)
25
E.Kesulitan Penelitian
Dalam menganalisis wilayah DAS kali Opak-Oyo salah satu kesulitan
yang dicapai oleh penulis yaitu kurang pahamnya menggunakan software
ArcGIS 10.1. serta kesalahan atau kurang teliti pada saat memasukkan angka menggunakan excel.
(38)
26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Analisis Hidrologi
Dalam analisis hidrologi dilakukan beberapa analisis yaitu analisis curah hujan rerata daerah, analisis kerapatan stasiun hujan, analisis jarak antar stasiun dan analisis koefisien korelasi, analisis koefisien variasi dan peta jaringan kagan rodda. Adapun hasil berdasarkan pengumpulan data sekunder untuk stasiun hujan diDAS Opak-Oyo terdapat 20 stasiun hujan. Dapat kita lihat pada Gambar 5.1 peta poligon thiessen DAS Kali Opak berikut :
Gambar 5.1 Peta Poligon Thiessen DAS Kali Opak-Oyo
Berdasarkan Gambar 4.1 Peta DAS Kali Opak-Oyo Dan Sebaran Stasiun Hujan dan Gambar 5.1dapat kita lihat stasiun hujan yang berada diDAS Opak-Oyo perlu dilakukan rekomendasi penambahan beberapa stasiun pos hujan.
(39)
27
B.Analisis Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan Berdasarkan Standar WMO (World Meteorological Organization)
Analisis kerapatan stasiun hujan berdasarkan standar WMO, didasarkan pada luasan daerah pengaruh masing-masing stasiun. Berdasarkan pengumpulan data – data sekunder untuk stasiun hujan diDAS Opak-Oyo terdapat 20 stasiun hujan dan Berdasarkan hasil analisis terdapat 3 stasiun hujan dengan kondisi sulit, yaitu : stasiun sanden, stasiun beran dan stasiun angin-angin. Yang dimaksud dalam kondisi sulit yaitu kondisi dimana stasiun yang tidak termasuk dalam DAS kali Opak-Oyo atau kondisi dimana stasiun hujan yang tidak terlalu berpengaruh di DAS Kali Opak-Oyo. Berikut ini hasil dari nilai luas daerah pengaruh (km2) persatu pos hujan menurut standar WMO, yakni :
Tabel 5.1 Hasil Analisis Kerapatan Stasiun Hujan berdasarkan Standar WMO
NO Stasiun Koordinat Luas Poligon Thiessen
(km2)
X Y
1 Panggang 110,4252 -8,0225 311,8973
2 Pundong 110,3414 -7,9575 106,8522
3 Pajangan 110,3167 -7,905 39,099
4 Nyemengan 110,3456 -7,8439 52,4294
5 Gemawang 110,3683 -7,7625 29,8754
6 Prumpung 110,3917 -7,7069 37,8864
7 Kemput 110,4047 -7,6386 57,4691
8 Terong 110,4517 -7,8939 156,1005
9 Karang Ploso 110,4428 -7,8428 61,9938
10 Santan 110,4164 -7,7867 48,0622
11 Tanjung tirto 110,4631 -7,7942 77,6275
12 Plataran 110,4625 -7,7148 61,8912
13 Bronggang 110,4603 -7,6644 57,8259
14 Kedung Keris 110,6 -7,8883 218,9135
15 Bejingawen 110,6994 -7,8383 172,2552
(40)
28
Lanjutan Tabel 5.1 Hasil Analisis Kerapatan Stasiun Hujan berdasarkan Standar WMO
17 Gedangan 110,6822 -7,9436 140,0318
18 Beran 110,3581 -7,7306 9,1892
19 Sanden 110,2677 -7,9539 33,4791
20 Angin - Angin 110,3706 -7,6736 9,3847
Sumber: Hasil Analisa
Pada umumnya daerah hujan yang terjadi lebih luas dibandingkan dengan daerah hujan yang diwakili oleh stasiun penakar hujan atau sebaliknya, maka dengan memperhatikan pertimbangan ekonomi, topografi dan lain-lain harus ditempatkan stasiun hujan dengan kerapatan optimal yang bisa memberikan data dengan baik untuk analisis selanjutnya. Untuk tujuan ini, Kriteria Badan
Meteorologi Dunia atau WMO (World Meteorological Organization)
menyarankan kerapatan minimum jaringan stasiun hujan untuk daerah
pegunungan beriklim sedang, mediteran dan daerah tropis 100 – 250
km2/stasiun.
Dari hasil evaluasi menggunakan standar WMO (World Meteorological Organization) terdapat 2 stasiun yang tidak memenuhi kerapatan yang di sarankan oleh standar WMO yaitu stasiun panggang dan stasiun plaosan. Untuk itu perlu dilakukannya rasionalisasi untuk mendapatkan sebaran dan jumlah stasiun hujan yang efektif.
C.Jarak Antar Stasiun Dan Koefisien Korelasi
Dengan jaringan stasiun hujan yang tersedia dapat di cari nilai jarak antar stasiun hujan dan koefisien korelasi antar stasiun. Jarak antar stasiun hujan dapat dilakukan dengan menggunakan softwareArcGIS 10.1. dan nilai korelasi dapat dicari menggunakan data curah hujan. Penelitian ini menggunakan data curah hujan pada tahun 2013 dengan cara membuat grafik regresi hubungan antara data curah hujan bulanan dengan antara kedua stasiun. Berikut adalah salah satu contoh stasiun curah hujan daerah Panggang dengan daerah Pundong, seperti terlihat pada Gambar 5.2 berikut :
(41)
29
Gambar 5.2 Contoh Hasil Korelasi Antar Stasiun (Stasiun Panggang-Stasiun Pundong)
Setelah didapat nilai Korelasi antar stasiun hujan, kemudian hasil Dari nilai Gambar 5.2 dapat kita rekapilasi nilai korelasi antar stasiun hujan kedalam tabel supaya lebih mudah untuk mengetahui hasil korelasi antar stasiun hujan. dapat kita lihat pada tabel 5.2 berikut. Kemudian kita juga dapat menentukan jarak antar stasiun hujan dengan menggunakan Peta DAS Kali Opak-Oyo dan sebaran stasiun hujan yang terlihat pada Gambar 4.1.
R² = 0,6792
0 100 200 300 400 500 600
0 100 200 300 400 500 600 700 800
STASIUN PANGGANG
S
TA
S
IU
N
P
UN
DO
(42)
30
Tabel 5.2 Rekapilasi Nilai Korelasi Antar Stasiun Hujan DAS Kali Opak-Oyo
NO S TA S IU N P A N G G A N G P U N D O N G P A JA N G A N N Y EM EN G A N G EM A W A N G P R U M P U N G K EM P U T TER O N G K A R A N G P LO S O S A N TA N TA N JU N G TI R TO P LA TA R A N B R O N G G A N G K ED U N G K ER IS B EJI N G A W EN P LA O S A N G ED A N G A N B ER A N S A N D EN ANGIN -A N G IN
1 PANGGANG 1 0,6792 0,4974 0,7649 0,6548 0,4568 0,3958 0,0423 0,5793 0,6423 0,302 0,1906 0,5331 0,8046 0,3311 0,4618 0,654 0,4268 0,75 0,6266 2 PUNDONG 1 0,5747 0,7546 0,4736 0,4112 0,2889 0,0052 0,4524 0,3855 0,1914 0,2863 0,4207 0,4954 0,4094 0,112 0,5491 0,3449 0,5398 0,659 3 PAJANGAN 1 0,5122 0,245 0,6158 0,1853 0,1868 0,2465 0,4311 0,7292 0,3451 0,619 0,3589 0,3553 0,4959 0,4863 0,6635 0,2913 0,6024 4 NYEMENGAN 1 0,6005 0,3794 0,5204 0,0717 0,8567 0,6048 0,1853 0,0639 0,5888 0,7408 0,5399 0,479 0,8134 0,458 0,629 0,7701 5 GEMAWANG 1 0,4727 0,5363 0,0034 0,6386 0,8217 0,2611 0,274 0,3356 0,5669 0,1816 0,5577 0,3796 0,3889 0,6148 0,712 6 PRUMPUNG 1 0,162 0,002 0,2645 0,5631 0,5385 0,5935 0,4778 0,4305 0,3862 0,4509 0,4098 0,7219 0,2438 0,7612 7 KEMPUT 1 0,2808 0,7232 0,4628 0,0926 0,0274 0,6311 0,4475 0,054 0,5903 0,398 0,3825 0,7103 0,5957 8 TERONG 1 0,1983 0,0746 0,0043 0,2598 0,4059 0,1939 0,0144 0,4437 0,2106 0,0411 0,1735 0,0232 9 KARANG PLOSO 1 0,6548 0,0946 0,0007 0,5993 0,6861 0,3496 0,6875 0,6843 0,239 0,6718 0,1015 10 SANTAN 1 0,4417 0,099 0,4521 0,7933 0,581 0,6691 0,6274 0,5073 0,6001 0,7752 11 TANJUNG TIRTO 1 0,5247 0,1869 0,2893 0,4086 0,2261 0,238 0,3772 0,069 0,3065 12 PLATARAN 1 0,0295 0,034 0,0508 0,0022 0,0147 0,425 0,0203 0,2504 13 BRONGGANG 1 0,6495 0,2509 0,6219 0,7123 0,4388 0,6762 0,6273 14 KEDUNG KERIS 1 0,4086 0,6194 0,8093 0,3477 0,6883 0,5704 15 BEJINGAWEN 1 0,2589 0,718 0,5035 0,1279 0,5965 16 PLAOSAN 1 0,4993 0,5311 0,4756 0,5982 17 GEDANGAN 1 0,4662 0,5254 0,6692 18 BERAN 1 0,2376 0,7298 19 SANDEN 1 0,5774 20 ANGIN-ANGIN 1
(43)
31 Tabel 5.3 Hasil Jarak Antar Stasiun DAS Kali Opak-Oyo
NO S TA S IU N P A N G G A N G P U N D O N G P A JA N G A N N Y EM EN G A N G EM A W A N G P R U M P U N G K EM P U T TER O N G K A R A N G P LO S O S A N TA N TA N JU N G TI R TO P LA TA R A N B R O N G G A N G K ED U N G K ER IS B EJI N G A W EN P LA O S A N G ED A N G A N B ER A N S A N D EN ANGIN -A N G IN
1 PANGGANG 0,00 11,70 17,66 21,61 29,42 35,08 42,50 14,51 19,96 25,09 25,58 34,26 39,77 24,31 36,44 28,66 29,63 33,11 18,95 39,04 2 PUNDONG 0,00 6,41 12,57 21,76 28,25 35,94 14,04 16,90 20,62 22,37 29,97 34,95 29,51 41,61 38,20 37,60 25,16 8,14 31,55 3 PAJANGAN 0,00 7,47 16,75 23,41 31,01 14,93 15,51 17,09 20,26 26,47 30,95 31,29 42,84 42,04 40,52 19,82 7,65 26,26 4 NYEMENGAN 0,00 9,34 15,97 23,61 12,94 10,72 10,05 14,07 19,23 23,53 28,48 39,02 41,41 38,71 12,61 14,89 19,03 5 GEMAWANG 0,00 6,66 14,27 17,19 43,99 5,93 11,02 11,64 14,84 29,08 37,46 43,99 39,98 3,71 23,90 9,83 6 PRUMPUNG 0,00 7,69 21,70 16,04 9,23 12,45 7,86 8,91 30,49 36,91 46,15 41,36 4,53 30,54 4,36 7 KEMPUT 0,00 28,69 22,96 16,42 18,36 10,56 6,76 35,01 39,29 50,93 45,53 11,39 38,00 5,40 8 TERONG 0,00 5,73 12,48 11,10 19,83 65,05 16,36 28,00 28,47 26,00 20,80 21,34 25,94 9 KARANG PLOSO 0,00 6,85 5,82 14,31 19,81 18,05 25,30 32,14 28,65 15,53 22,88 20,33 10 SANTAN 0,00 5,21 9,43 14,35 23,15 31,73 38,18 34,06 8,94 24,72 13,48 11 TANJUNG TIRTO 0,00 8,77 14,34 18,34 26,52 33,77 29,27 13,55 27,86 16,78 12 PLATARAN 0,00 5,58 24,45 29,48 40,36 35,02 11,65 34,06 11,12 13 BRONGGANG 0,00 29,15 32,64 45,05 39,39 13,44 38,41 9,95 14 KEDUNG KERIS 0,00 12,28 15,92 10,93 31,87 37,34 34,69 15 BEJINGAWEN 0,00 18,50 11,79 39,48 49,28 40,58 16 PLAOSAN 0,00 6,79 47,09 46,31 50,42 17 GEDANGAN 0,00 42,80 45,71 45,52 18 BERAN 0,00 26,63 6,44 19 SANDEN 0,00 33,00 20 ANGIN-ANGIN 0,00
Sumber : Hasil Analisa
(44)
32
Berdasarkan dari data Jarak Antar Stasiun DAS Kali Opak-Oyo didapat nilai rata-rata jarak antar stasiun yaitu : 21,848 km. dari kedua hasil data dapat dihitung parameter Kagan dengan membuat persamaan Exponensial antara jarak stasiun dan korelasi stasiun hujan seperti pada Gambar 5.3 berikut
Gambar 5.3 Grafik Hubungan Antara Jarak Stasiun Dan Korelasi
Berdasarkan Gambar 5.3 Grafik Hubungan Antara Jarak Stasiun Dan Korelasi di peroleh persamaan sebagai berikut :
r(o ) = 0,4541-0,007x (5.1)
Persamaan tersebut, dapat di peroleh nilai parameter Kagan dengan melakukan pemadanan antara persamaan yang dihasilkan dengan rumus dasar yang diterapkan oleh Kagan. Nilai parameter yang diperoleh adalah 0,4541 untuk koefisien korelasi (r(o)) dan 1257,101908 Km untuk jarak pos yang
menyebabkan korelasi berkurang (d(o)). Dapat diperoleh besaran d(o) dengan
menggunakan nilai rata-rata d dan r(d) dan persamaan (5.1). maka sebelum
mencari nilai-nilai tersebut kita terlebih dahulu menghitung Koefisien Variasi.
y = 0,4541e-7E-04x
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00
JARAK
KO
EF
IS
IE
N
KO
R
EL
(45)
33
D. Koefisien Variasi
Untuk mendapatkan nilai koefisien variasi hujan diperoleh dengan meratakan seluruh data hujan dan selanjutnya dihitung standar deviasi dan rata-ratanya.
Dengan rumus :
N = ��
�
2 (5.2)
Cv = �
� (5.3)
� = [�−� {� − {�} }]1/2 (5.4)
ṕ = ∑�
� (5.5)
dengan :
N : jumlah stasiun
Cv : koefisien variasi hujan didasarkan pada stasiun hujan yang ada
E : persentasi kesalahan yang diijinkan
ṕ : hujan rerata tahunan
N : jumlah stasiun hujan yang ada
� : standar deviasi
Penyelesaian :
ṕ = , + , + , + , + , + , + +...… = 176,853 mm
ṕ = , + , + , + , + , +⋯ = 36495,18457 mm
� = [
− { , − { , } }]
1/2 = 76,03906971
Cv = � ,
, = 42,99563463
Melalui nilai standar deviasi dan hasil rata-ratanya diperoleh nilai koefisien variasi hujan sebesar 42,99563463.
(46)
34
E.Kesalahan Perataan dan Kesalahan Interpolasi
Dari hasil parameter yang diperoleh, dapat dilakukan analisis terhadap jaringan pos hujan yang ada pada DAS Kali Opak-Oyo. Analisis yang dilakukan meliputi kesalahan interpolasi, kesalahan rata-rata dan jarak antara pos serta jumlah pos yang ideal yang tersedia berdasarkan tingkat kesalahannya. Berikut dapat dilihat dari tabel 5.4.
Keterangan :
n (jumlah sta)
Cv (koefisian variasi)
r(0)
A (luas das KM)
d(0) (Radius korelasi)
Z1 (kesalahan perataan %)
Z2 (Kesalahan Interpolasi %)
L (Jarak antar stasiun km) Dengan rumus :
Z1 = �� . √
[ −� + , √�
� √� ]
�
Z2 = �� . √ [ − � ] + , �
� √
� �
L = 1,07 √�
�
Penyelesaian :
Z1= , . √[ − , + ,
√ ,
, √ ]
= 32,0224 %
Z2 = , . √ [ − , ] + , ,
, √
,
= 18,7908 %
(47)
35
Tabel 5.4 Perhitungan Jumlah Pos, Kesalahan Perhitungan, Kesalahan Interpolasi Dan Jarak Antar Pos Pada DAS Kali Opak-Oyo
n Cv r(0) A (KM) d(0) Z1 (%) Z2 (%) L (km)
1 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 32,0224 18,7908 51,4734
2 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 22,5906 18,6601 36,3972
3 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 18,4261 18,6019 29,7182
4 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 15,9476 18,5672 25,7367
5 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 14,257 9 18,5434 23,0196
6 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 13,0116 18,5259 21,0139
7 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 12,0435 18,5122 19,4551
8 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 11,2634 18,5012 18,1986
9 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 10,6175 18,4921 17,1578
10 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 10,0713 18,4843 16,2773
11 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 9,6015 18,4777 15,5198
12 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 9,1918 18,4719 14,8591
13 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 8,8304 18,4668 14,2761
14 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 8,5085 18,4622 13,7568
15 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 8,2193 18,4581 13,2904
16 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 7,9578 18,4544 12,8683
17 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 7,7198 18,4510 12,4841
18 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 7,5018 18,4479 12,1324
19 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 7,3014 18,4451 11,8088
20 42,9956 0,4541 2314,1844 1257,1019 7,1162 18,4424 11,5098
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan Tabel 5.4 jumlah stasiun hujan yang tersedia di lokasi DAS Kali Opak-Oyo sebanyak 17 stasiun hujan dengan nilai kesalahan < 5% yaitu sebesar 7,7198 %. Nilai tersebut sudah cukup kecil dan sudah cukup baik untuk di pertahankan, namun distribusi lokasi penyebarannya posnya perlu ditinjau kembali sesuai dengan metode Kagan dengan jarak antar pos hujan 12,4841 Km. Selanjutnya dapat digambar jaring-jaring segitiga sama sisi dengan panjang sisi sama dengan jarak antar stasiun hujan (L).
F. Rekomendasi Stasiun Pos Baru
Berdasarkan dari peta jaring kagan Rodda dengan luas 2314,1844 Km2 terdapat sebaran pos yang sudah sesuai dengan reposisi atau sudah sesuai dengan penempatan semula, sehingga kita hanya memerlukan beberapa penambahan atau Rekomendasi sebaran pos hujan baru. Yang dapat kita lihat seperti pada Gambar 5.4 berikut.
(48)
36
(49)
37
Gambar 5.5 Peta Poligon Thiessen DAS Kali Opak-Oyo Dan Rekomendasi Pos Baru Dengan Peta Jaring Kagan-Rodda
(50)
38
Berdasarkan Gambar 5.4 peta jaring segitiga stasiun baru metode Kagan Rodda pada DAS kali Opak-Oyo dan Gambar 5.5 peta poligon thiessen das kali opak-oyo dan rekomendasi pos baru dengan peta jaring kagan-rodda, terdapat 20 stasiun hujan dan kami merekomendasikan 4 pos stasiun hujan. sehingga untuk jumlah keseluruhan Stasiun hujan DAS Kali Opak-Oyo yaitu 24 Stasiun hujan dan sudah termasuk pada Rekomendasi Pos baru, dapat dilihat pada Tabel 5.5 Hasil rekomendasi Pos Stasiun hujan baru berdasarkan Kerapatan Stasiun Hujan menurut Standar WMO, berikut :
Tabel 5.5 Hasil rekomendasi pos stasiun hujan baru berdasarkan Kerapatan Stasiun Hujan menurut Standar WMO
NO Stasiun Koordinat Luas Poligon
Thiessen (km2)
X Y
1 Panggang 110,4252 -8,0225 177,6686
2 Pundong 110,3414 -7,9575 106,8510
3 Pajangan 110,3167 -7,905 39,099
4 Nyemengan 110,3456 -7,8439 52,4294
5 Gemawang 110,3683 -7,7625 29,8754
6 Prumpung 110,3917 -7,7069 37,8864
7 Kemput 110,4047 -7,6386 57,4691
8 Terong 110,4517 -7,8939 149,1522
9 Karang Ploso 110,4428 -7,8428 61,9938
10 Santan 110,4164 -7,7867 48,0622
11 Tanjung tirto 110,4631 -7,7942 77,6275
12 Plataran 110,4625 -7,7148 61,8912
13 Bronggang 110,4603 -7,6644 57,8259
14 Kedung Keris 110,6 -7,8883 179,5488
15 Bejingawen 110,6994 -7,8383 172,2558
16 Plaosan 110,6847 -8,005 149,4090
17 Gedangan 110,6822 -7,9436 137,8038
18 Beran 110,3581 -7,7306 9,1892
(51)
39
Lanjutan Tabel 5.5 Hasil rekomendasi pos stasiun hujan baru berdasarkan Kerapatan Stasiun Hujan menurut Standar WMO
20 Angin - Angin 110,3706 -7,6736 9,3847
21 A 110,514 -8,118 83,1818
22 B 110,569 -8,021 177,6108
23 C 110,627 -8,118 128,9389
24 D 110,74 -8,119 275,5495
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengumpulan data sekunder untuk stasiun hujan DAS
Opak-Oyo terdapat 20 stasiun hujan. Dan berdasarkan hasil analisis terdapat 3 stasiun hujan dengan kondisi sulit. Dan dari hasil evaluasi menggunakan
standar WMO (World Meteorological Organization) menyarankan
kerapatan minimum jaringan stasiun hujan untuk daerah pegunungan beriklim sedang, mediteran dan daerah tropis 100 – 250 km2/stasiun, sehingga terdapat 2 stasiun yang tidak memenuhi kerapatan yang di sarankan oleh standar WMO. Untuk itu perlu dilakukannya rasionalisasi untuk mendapatkan sebaran dan jumlah stasiun hujan yang efektif.
2. Berdasarkan Gambar 5.4 peta jaring segitiga stasiun baru metode Kagan Rodda pada DAS kali Opak-Oyo, terdapat 20 stasiun hujan dan kami merekomendasikan 4 pos stasiun hujan. sehingga untuk jumlah keseluruhan Stasiun hujan DAS Kali Opak-Oyo yaitu 24 Stasiun hujan dan sudah termasuk pada Rekomendasi Pos baru, dapat dilihat pada Tabel 5.5 Hasil rekomendasi Pos Stasiun hujan baru berdasarkan Kerapatan Stasiun Hujan menurut Standar WMO Sehingga sebaran pos pada DAS Kali Opk-Oyo sudah memenuhi untuk kondisi yang ideal.
B.Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, beberapa hal yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan rasionalisai jaringan pos hidrologi dengan peningkatan fungsi pos hidrologi yang sudah ada dan reposisi pos sesuai lokasi yang telah ditentukan dan perlu dilakukan rasionalisasi untuk mendapatkan sebaran dan jumlah stasiun hujan yang efektif.
(58)
41
2. Perlu dilakukan rekomendasi stasiun baru yang terletak di DAS Kali Opak-Oyo supaya terdapat sebaran yang ideal.
(59)
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi Rahmad (2015), “Kajian Rasionalisasi Jaringan Stasiun Hujan Pada Ws
Parigi-Poso Sulawesi Tengah Dengan Metode Kagan Rodda Dan Kriging”. Malang : Universitas Briwijaya Malang.
Rodhita Muhammad (2012),“Rasionalisasi Jaringan Penakarhujan Di Das
Kedungsoko Kabupaten Nganjuk”. Malang : Universitas Briwijaya Malang.
Sutapa Wayan (2012), Meliputi Tentang Rasionalisasi Pos Hidrologi Pada
SatuanWilayah Sungai (SWS) Lambunu-Buol Dengan Metode Kagan.Universitas Tadulako Palu.
Sri Harto (1993), “Analisis Hidrologi”. Jakarta : PT. GramediaPustakaUtama Triatmodjo, Bambang (2008), “Hidrologi Terapan”.Teknik Sipil UGM
Yulianti Emi, (2011),” Sebaran Alat Pengukur Hujan di Kota Jayapura”. Malang
: ITN Teknik Sipil ITN Malang.
Hallaf H.p (2006), “Daerah Aliran Sungai”. Geografi Universitas Indonesia.
Suyono (2006), “Siklus Hidrologi”. Fakultas Geografi UGM.
Asdak, Chay (2004), “Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (edisi
kedua)”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Linsley, Ray K, M.A. Kohler dan JLH Pualhus. 1986. Hidrologi Untuk Insinyur.(Terjemahan). Jakarta : Erlangga
.
Sumber : https:/www.google.co.id/gambar+siklus+hidrologi/ Sumber : https://jurnalbumi.com/daerah-aliran-sungai/
Sumber : Penggunaan Check Dam Dalam Usaha Menanggulangi Erosi Alur. Prasetyo A,. dan Afilani N,E.
(1)
(2)
(3)
(4)
40 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan pengumpulan data sekunder untuk stasiun hujan DAS
Opak-Oyo terdapat 20 stasiun hujan. Dan berdasarkan hasil analisis terdapat 3 stasiun hujan dengan kondisi sulit. Dan dari hasil evaluasi menggunakan standar WMO (World Meteorological Organization) menyarankan kerapatan minimum jaringan stasiun hujan untuk daerah pegunungan beriklim sedang, mediteran dan daerah tropis 100 – 250 km2/stasiun, sehingga terdapat 2 stasiun yang tidak memenuhi kerapatan yang di sarankan oleh standar WMO. Untuk itu perlu dilakukannya rasionalisasi untuk mendapatkan sebaran dan jumlah stasiun hujan yang efektif.
2. Berdasarkan Gambar 5.4 peta jaring segitiga stasiun baru metode Kagan Rodda pada DAS kali Opak-Oyo, terdapat 20 stasiun hujan dan kami merekomendasikan 4 pos stasiun hujan. sehingga untuk jumlah keseluruhan Stasiun hujan DAS Kali Opak-Oyo yaitu 24 Stasiun hujan dan sudah termasuk pada Rekomendasi Pos baru, dapat dilihat pada Tabel 5.5 Hasil rekomendasi Pos Stasiun hujan baru berdasarkan Kerapatan Stasiun Hujan menurut Standar WMO Sehingga sebaran pos pada DAS Kali Opk-Oyo sudah memenuhi untuk kondisi yang ideal.
B.Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, beberapa hal yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan rasionalisai jaringan pos hidrologi dengan peningkatan fungsi pos hidrologi yang sudah ada dan reposisi pos sesuai lokasi yang telah ditentukan dan perlu dilakukan rasionalisasi untuk mendapatkan sebaran dan jumlah stasiun hujan yang efektif.
(5)
41
2. Perlu dilakukan rekomendasi stasiun baru yang terletak di DAS Kali Opak-Oyo supaya terdapat sebaran yang ideal.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi Rahmad (2015), “Kajian Rasionalisasi Jaringan Stasiun Hujan Pada Ws Parigi-Poso Sulawesi Tengah Dengan Metode Kagan Rodda Dan Kriging”. Malang : Universitas Briwijaya Malang.
Rodhita Muhammad (2012),“Rasionalisasi Jaringan Penakarhujan Di Das Kedungsoko Kabupaten Nganjuk”. Malang : Universitas Briwijaya Malang.
Sutapa Wayan (2012), Meliputi Tentang Rasionalisasi Pos Hidrologi Pada SatuanWilayah Sungai (SWS) Lambunu-Buol Dengan Metode Kagan.Universitas Tadulako Palu.
Sri Harto (1993), “Analisis Hidrologi”. Jakarta : PT. GramediaPustakaUtama Triatmodjo, Bambang (2008), “Hidrologi Terapan”.Teknik Sipil UGM
Yulianti Emi, (2011),” Sebaran Alat Pengukur Hujan di Kota Jayapura”. Malang : ITN Teknik Sipil ITN Malang.
Hallaf H.p (2006), “Daerah Aliran Sungai”. Geografi Universitas Indonesia.
Suyono (2006), “Siklus Hidrologi”. Fakultas Geografi UGM.
Asdak, Chay (2004), “Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (edisi
kedua)”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Linsley, Ray K, M.A. Kohler dan JLH Pualhus. 1986. Hidrologi Untuk Insinyur.(Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Sumber : https:/www.google.co.id/gambar+siklus+hidrologi/ Sumber : https://jurnalbumi.com/daerah-aliran-sungai/
Sumber : Penggunaan Check Dam Dalam Usaha Menanggulangi Erosi Alur. Prasetyo A,. dan Afilani N,E.