85
Tema 2 Subtema 2: Bekerja Sama Mencapai Tujuan
Informasi tambahan:
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Melalui Diplomasi I
Perjuangan Diplomasi
Perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan juga
dilakukan di meja perundingan atau perjuangan diplomasi yaitu dengan cara
mencari dukungan dunia internasional dan berunding langsung dengan
Belanda.
A. Mencari Dukungan Internasional
Perjuangan mencari dukungan internasional lewat PBB dilakukan secara langsung yaitu dengan mengemukakan masalah Indonesia di hadapan sidang Dewan
Keamanan PBB, dan secara tidak langsung yaitu melalui pendekatan dan hubungan baik dengan negara-negara yang akan mendukung Indonesia dalam sidang-sidang
PBB, antara lain:
Australia yang bersedia menjadi anggota Komisi Tiga Negara dan mendesak
Belanda agar menghentikan operasi militernya di Indonesia. Australia ber peran dalam membentuk opini dunia internasional untuk mendukung Indonesia
dalam sidang Dewan Keamanan PBB.
India yang mengakui kedaulatan Indonesia dalam forum internasional, juga
memelopori Konferensi Inter-Asia untuk mengumpulkan dukungan bagi Indonesia. Konferensi Inter-Asia dilaksanakan pada tahun 1949.
Negara-negara Liga Arab: Mesir, Lebanon, Suriah, dan Saudi Arabia mengakui
kedaulatan Indonesia. Pengakuan ini memengaruhi pandangan internasional terhadap Indonesia.
Negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB. Pendekatan yang dilakukan
Sutan Syahrir dan Haji Agus Salim dalam sidang Dewan Keamanan PBB pada bulan Agustus 1947 berhasil memengaruhi negara-negara anggota Dewan
Keamanan PBB untuk mendukung Indonesia.
B. Berunding dengan Belanda
Indonesia juga mengadakan perundingan langsung dengan Belanda untuk menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda, yaitu:
1. Awal Perundingan dengan Belanda 10 Februari 1946
Panglima AFNEI Letnan Jenderal Christison memprakarsai pertemuan Pemerintah RI dengan Belanda untuk menyelesaikan pertikaian Belanda-
RI. Serangkaian perundingan pendahuluan dilakukan. Archibald Clark Kerr dan Lord Killearn dari Inggris bertindak sebagai penengah. Perundingan di-
Sumber: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 1, Sudharmono
-Citra Lamtoro Gung, 1985.
Konferensi Meja Bundar
86
Buku Guru SDMI Kelas VI
mulai pada tanggal 10 Februari 1946. Pada awal perundingan, H.J. van Mook
menyampaikan pernyataan politik pemerintah Belanda. Kemudian pada tanggal 12 Maret 1946, pemerintah Republik Indonesia menyampaikan pernyataan
balasan.
2. Perundingan di Hooge Veluwe 14–25 April 1946
Setelah beberapa kali diadakan pertemuan pendahuluan, kemudian dilakukan perundingan resmi antara pemerintah Belanda dengan Pemerintah RI untuk
menyelesaikan konflik yang dilakukan di Hooge Veluwe negeri Belanda. Perundingan mengalami kegagalan.
3. Perundingan gencatan senjata 20–30 September 1946
Banyaknya insiden pertempuran antara pejuang Indonesia dengan pasukan Sekutu dan Belanda mendorong diadakannya perundingan gencatan senjata.
Perundingan diikuti wakil dari Indonesia, Sekutu, dan Belanda. Perundingan tidak mencapai hasil yang diinginkan.
4. Perundingan RI dan Belanda 7 Oktober 1946
Perundingan berlangsung di rumah Konsul Jenderal Inggris di Jakarta tanggal 7 Oktober 1946. Delegasi Indonesia diketuai PM Sutan Syahrir. Delegasi
Belanda diketuai Prof. Schermerhorn. Dalam perundingan tersebut, masalah gencatan senjata yang gagal perundingan tanggal 30 September 1946 disetujui
untuk dibicarakan lagi dalam tingkat panitia yang diketuai Lord Killearn dan menghasilkan persetujuan untuk diadakan gencatan senjata serta sepakat
untuk menyelenggarakan perundingan politik “secepat mungkin”.
5. Perundingan Linggarjati 10 November 1946