Usaha-Usaha KH. Hamam Dja'far Dalam Menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan

USAHA-USAHA KH. HAMAM DJA’FAR DALAM
MENGHIDUPKAN PONDOK PESANTREN PABELAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)

Oleh :
Mei Annisa
NIM 1112011000050

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016

ABSTRAK

Mei Annisa (NIM: 1112011000050). Usaha-Usaha KH. Hamam Dja’far

dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan Pondok Pesantren Pabelan
pada masa KH. Hamam Dja’far, untuk mengetahui usaha-usaha KH. Hamam
Dja’far dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan, untu mendeskripsikan
hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam Dja’far dalam usaha-usaha
menghidupkan Pondok Pesantren Pebelan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
kualitatif dan menggunakan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung dengan
mengamati sistem pendidikan Pondok Pesantren Pabelan, kemudian wawancara
langsung dengan keluarga dan kerabat yang berjumpa dengan KH. Hamam
Dja’far, sumber data primernya KH. Ahmad Mustofa sebagai adik kandung KH.
Hamam Dja’far dan KH. Ahmad Najib Amin sebagai anak KH. Hamam Dja’far
teknik pengumpulan data selanjutnya adalah dokumentasi, berupa foto-foto
kegiatan para santri, kegiatan KH. Dja’far dan buku-buku tentang Pondok
Pesantren Pabelan seperti KH. Hamam Dja’far dan Pondok Pabelan. Teknik
analisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik content analysis,
dimaksud untuk menggali usaha-usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan
Pondok Pesantren Pabelan dan kemudian diuraikan kembali sebagaimana hasil
analisis, dengan maksud untuk memahami, menggali informasi, tantangan, dan
usaha-usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan Pondok Pesantren

Pebelan.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa keadaan Pondok Pesantren Pabelan
pada masa kepemimpinan KH. Hamam Dja’far, mengalami perkembangan yang
sangat pesat dalam bidang ekonomi, sosial, terutama dalam bidang pendidikan.
Dalam mewujudkan ide-idenya, beliau menghadapi berbagai hambatan dan
tantangan, keadaan ekonomi dan sumber daya manusia yang sangat rendah adalah
masalah yang harus KH. Hamam hadapi. Beliau menyelesaikan masalah dengan
cara berdiskusi dengan masyarakat, pemuda dan tokoh-tokoh desa Pabelan, tidak
hanya itu KH. Hamam mendidik masyarakat dengan memberikan contoh dari
aspek pertanian, penambangan pasir, dan penghijauan lingkungan. Usaha-usaha
yang dilakukan KH. Hamam dalam mengidupkan Pondok Pesantren Pabelan
antara lain yaitu pada aspek tujuan, pendidik, peserta didik, lingkungan, lembaga
pendidikan, media, kurikulum, metode, evaluasi dan manajemen.

i

ABSTRAC

Mai Annisa (NIM: 1112011000050). Efforts KH. Hamam Dja'far in turn
Pebelan Boarding School.

This study aims to determine how to gather information, obstacles,
challenges, and efforts KH. Hamam Dja'far in turn Pebelan boarding school. This
research is qualitative research and using the phenomenological approach to
explore on efforts KH. Hamam Dja'far in turn Pebelan boarding school. Data
collection techniques used in this research is the direct observation observe
Pabelan boarding school education system, conducted direct interviews with the
family and relatives who met with KH. Hamam Dja'far, documentation of student
activities’s, KH. Hamam Dja'far activities’s pictures and books about Pabelan
boarding school. Data analysis techniques in this study, researchers used the
technique of content analysis, in this paper is to explore efforts KH. Hamam
Dja'far in turn Pabelan boarding school and later elaborated returned as results
of the analysis, with the intent to understand, gather information, challenges, and
efforts KH. Hamam Dja'far in turn Pebelan boarding school.
Research shows that a state boarding school Pabelan during the leadership
of KH. Hamam Dja'far, experienced a rapid growth in the economic, social,
especially in the field of education. In order to realize his ideas, he faced many
obstacles and challenges, the economic situation and human resources are so low
is a problem that must KH. Hamam face. He completed the problem by discussing
with the community, youth and village leaders Pabelan, not only the KH. Hamam
educate the public by providing examples of aspects of farming, sand mining, and

environmental greening. KH. Hamam Efforts in turn Pabelan boarding school,
they are, in terms of its goals, educators, students, environmental, educational
institutions, media, curriculum, methods, evaluation and management.

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-NYA kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
skripsi ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Pembaharuan Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan Oleh KH. Hamam
Dja’far”.
Shalawat beserta salam semoga Allah senantiasa melimpahkannya kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya yang telah
memberikan tuntutan bagi kita (umat Islam) kejalan yang di ridhoi Allah SWT.
Kami menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir, semoga Allah
senantiasa meridhai segala usaha kita, amin. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

2.

Dr. H. Abdul Majid Khon. M.Ag, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam. yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan
yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswi di jurusan
Pendidikan Agama Islam.

3.

Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan

Agama Islam, yang juga memberikan bimbingan dan dukungannya kepada
penulis untuk menyelesaikan studi.

iii

4.

Dr. Sururin, MA selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan
Agama Islam yang memberikan arahan, bimbingan dan dukungannya
kepada penulis untuk cepat menyelesaikan studi.

5.

Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag. Sebagai pembimbing skripsi, yang selalu
sabar dalam memberikan bimbingan dan arahan serta bantuan dalam
penyusunan skripsi ini.

6.

Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang tidak

bisa disebutkan satu persatu yang telah mendidik dan memberikan bekal
ilmu pengetahuan kepada penulis.

7.

Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan keleluasaan dalam
peminjaman buku-buku yang dibutuhkan.

8.

Pimpinan Pondok Pesantren Pabelan yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk mengadakan penelitian bagi penulisan skripsi ini.

9.

Para Staf Pondok Pesantren Pabelan serta seluruh keluarga besar Pondok
Pesantren Pabelan, yang telah membantu dan memberikan banyak
informasi kepada penulis dalam penelitian skripsi ini.


10. Ayahanda Alm. Syamhudi dan Ibunda Juyati tercinta yang selalu
memberikan limpahan kasih dan sayang yang tak terhingga, yang tidak
bisa dibalas dengan apapun, dan selalu mendo’akan serta memberi
dukungan dengan segala pengorbanan dan keihklasan. (semoga Allah
membalas segala pengorbanan bapak dan ibu).
11. Terima Kasih juga untuk Deni Pahlefi, SE dan Mamah Muslikah, adek
Nanda Wijayanti, adek Juang Hadi Wibowo, adek Sulton Abni Sukaji
Yusuf, keluarga Ngabidiyah dan keluarga Sutiem tercinta yang selalu
memberikan dukungan.
12. Teman-teman PAI B angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu, yang selalu dikampus menjaga komitmen untuk terus
bersama dan saling membantu dalam proses belajar.

iv

13. Terima Kasih juga untuk teman-teman Kost Seulanga yang selalu
bersama-sama baik suka ataupun duka sejak awal semester kuliah hingga
sekarang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan penelitian ini dari awal sampai akhir, semoga

Allah senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, 25 November 2016
Penyusun

Penulis

v

DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRAC.............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................................6

C. Fokus Penelitian ...........................................................................................6
D. Rumusan Masalah ........................................................................................6
E. Tujuan Penelitian .........................................................................................7
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................7

BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori .................................................................................................8
1. Pengertian Usaha ....................................................................................8
2. Pengertian Menghidupkan .....................................................................8
3. Pendidikan ..............................................................................................9
a. Pengertian Pendidikan ......................................................................9
b. Pengertian Pendidikan Islam ..........................................................10
4. Sistem Pendidikan Islam ......................................................................11
a. Pengertian Sistem Pendidikan Islam ............................................11
b. Komponen atau Unsur-Unsur Sistem Pendidikan Islam .............12
1) Tujuan Pendidikan Islam .........................................................12
2) Pendidik ...................................................................................13
3) Peserta Didik ...........................................................................14
4) Lingkungan Pendidikan ...........................................................15
5) Lembaga Pendidikan ...............................................................17


vi

6) Media pendidikan ....................................................................17
7) Kurikulum ...............................................................................19
8) Metode .....................................................................................21
9) Evaluasi ...................................................................................22
10) Manajemen ..............................................................................23
5. Pondok Pesantren .................................................................................24
a. Pengertian Pondok .........................................................................24
b. Elemen-Elemen Pesantren .............................................................25
c. Bentuk-Bentuk Pesantren ...............................................................27
B. Hasil Penelitian Relevan ............................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................31
B. Metode Penelitian .......................................................................................31
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................32
D. Pemeriksaan Atau Pengecekan Keabsahan Data .......................................37
E. Analisis Data ..............................................................................................39

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................................40
1. Pondok Pesantren Pabelan ...................................................................40
2. Lintas Kehidupan KH. Hamam Dja’far ...............................................45
3. Usaha-Usaha KH. Hamam Dja’far dalam Menghidupkan Pondok
Pesantren Pabelan.................................................................................49
B. Pembahasan ................................................................................................67
1. Hambatan dan Tantangan KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan
Pondok Pesantren Pabelan ...................................................................67
2. Usaha-Usaha KH. Hamam Dja’far dalam Menghidupkan Pondok
Pesantren Pabelan ................................................................................70

vii

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................93
B. Saran ...........................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumentasi Penelitian.
2. Hasil Observasi di Pondok Pesantren Pabelan.
3. Hasil Wawancara KH. Ahmad Najib Amin (Pimpinan Pondok Pesantren
Pabelan. Anak pertama KH. Hamam Dja’far).
4. Hasil Wawancara KH. Ahmad Mustofa (Pimpinan Pondok Pesantran
Pabelan, dan Satu-satunya adik KH. Hamam Dja’far).
5. Hasil Wawancara Bapak Khudori (Santri Pondok Pesantren Pabelan dan
sekarang mengabdi menjadi guru Pondok Pesantren Pabelan).
6. Hasil Wawancara Bapak Dr. Mahfudz Masduki, MA (Santri dan Guru
Pondok Pesantren Pabelan).
7. Hasil Wawancara Bapak Muhtarom (Guru pertama di Pondok Pesantren
Pabelan dan kerabat KH. Hamam Dja’far).
8. Surat Bimbingan Skripsi
9. Surat Permohonan Izin Penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah.
10. Surat Keterangan Penelitian dari Pondok Pesantren Pabelan.
11. Uji Referensi.

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Negara kita telah merdeka lebih dari 70 tahun. Bukan waktu yang
sebentar bagi sebuah negara untuk mempersiapkan bangsa yang maju. Sebuah
negara akan maju jika anak bangsanya memiliki moral yang baik. Namun
sangat disayangkan, dalam Harian Surat Kabar Kompasiana menyebutkan,
kini terjadi kemerosotan moral seperti tawuran antar pelajar, seks bebas,
penggunaan

narkoba,

dan tindakan kriminal

dilingkungan penerus bangsa ini.

1

yang lainnya, terjadi

Kondisi semacam ini memunculkan

pertanyan, bagaimana selama ini pendidikan di negara kita? seharusnya dunia
pendidikan menjadi ranah penting dalam pembangunan karakter sumber daya
manusia, dan menjadi agent of change (agen-agen perubahan) sebuah bangsa.
Dewasa ini pendidikan Islam termasuk di dalamnya pesantren dan
madrasah tengah menghadapi tantangan serius. Seperti yang disebutkan
dalam jurnal yang ditulis Sholehuddin bahwasanya, “pada era ini pendidikan
Islam

menghadapi

komersialisasi

tantangan

pendidikan,

globalisasi

mengakumulasi

yang

berakibat

kapital

dan

terjadinya
mengeruk

keuntungan. Pendidikan mereka jadikan sebagai komoditi dan tidak semua
masyarakat dapat mengaksesnya”.2
Presiden Megawati juga menyatakan, “pendidikan agama justru
mengembangkan sikap fanatisme yang berlebihan sehingga toleransi sangat
rendah”.3 kritik seperti ini memang tidak dapat dipungkiri, karena pendidikan
agama selama ini hanya mementingkan popularitas dan dokmatis, hanya

Kamaludin Makmuun, “Kemerosotan Moral Pertanda Kehancuran Bangsa,” artikel diakses
pada 17 juni 2015 dari http://www.kompasiana.com/kamaludinmakmuun/kemerosotan-moralpertanda-kehancuran-bangsa_55547b2b6523bd3e164af02f
2
Sholehuddin, “Tantangan Pesantren dalam Komersialisasi Pendidikan di Tengah Globalisasi,”
Lentera Pendidikan, vol. 15, 2012, h. 221.
3
Muhammad Munadi,”Pendidikan Agama dan Toleransi,” At- Tarbawi, vol. 3, 2005, h. 49-50.
1

1

2

sebatas menghafal teks tanpa ada pemaknaan realitas. Sehingga para siswa
hanya sekedar menghafal tanpa mengetahui maknanya. 4
Era globalisasi seperti saat ini, menghadirkan banyak peluang namun
juga tantangan, kondisi seperti ini tidak bisa dihindari oleh siapapun termasuk
pendidikan Islam. Pendidikan Islam dituntut untuk bisa lebih menyaring
segala hal yang terjadi akibat globalisasi karena tidak jarang bertentangan
dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam juga diharapkan bisa berperan dan
mewarnai peradaban dunia dan tidak hanya berorientasi pada tujuan yang
bersifat eskatologis (hidup setelah mati).5
Dengan berbagai masalah yang dihadapi pendidikan Islam saat ini,
seharusnya bukan dijadikan untuk penghambat berlangsungnya pendidikan,
namun untuk koreksian dan dijadikan tantangan sebagai pembaharuan
pendidikan Islam di negara kita yang tidak lain adalah pesantren. Pesantren
harus mampu melahirkan generasi yang memiliki integritas, daya saing yang
tinggi.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah dikenal jauh
sebelum lembaga pendidikan lainya ada di Indonesia. Pesantren telah
memberi andil yang besar dalam menyiarkan ajaran agama Islam ke seluruh
Nusantara meskipun dengan kesederhanaan dan keterbatasan prasarana yang
dimiliki.
Menurut M. Dawam Rahardjo, sebagaimana yang dikutip Arief Armai,
pernah

„menuduh’

pesantren

sebagai

lembaga

yang

kuat

dalam

mempertahankan keterbelakangan dan ketertutupan.6 Perkembangan dunia
(globalisasi), pesantren dihadapkan pada beberapa perubahan sosial-budaya.
Sebagai konsekuensi logis dari perkemangan ini, pesantren mau tidak mau
harus memberikan respon yang mutualis. Sebab, pesantren tidak dapat
melepaskan diri dari bingkai perubahan-perubahan itu.7

4

Ibid.
Abd. Haris, “Pemecahan Dikotomi Keilmuan Pendidikan Islam dengan Pendekatan Filsafat
Ilmu,” Nizamia, vol. 8, 2005, h. 139.
6
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRDS Press, 2005), h. 41
7
Ibid., h. 43
5

3

Segala bentuk kegiatan di pesantren dipengaruhi oleh kiai sehingga
dalam setiap pesantren memiliki beragam variasi pembelajaran sesuai dengan
kiai. Kemudian dalam buku sejarah pendidikan Islam di Indonesia
menyebutkan bahwa pesantren amat tergantung pada daya tarik kiai,
pesantren akan menjadi mundur dan mungkin menghilang, jika tidak ada
yang mewarisinya.8 Pesantren juga mempertahankan sistem tradisionalnya.9
Penelitian ini akan membahas tentang usaha-usaha KH. Hamam Dja’far
dalam menghidupkan kembali Pondok Pesantren Pabelan. Beliau merupakan
tokoh yang sangat berpengaruh dalam menghidupkan Pondok Pesantren
Pabelan. Dengan pandangan yang luas dan wawasan yang dalam terhadap
ajaran Islam mempengaruhi pemikiran KH. Hamam Ja’far dalam menghadapi
persoalan pendidikan, sosial, dan ekonomi Pabelan. Sejumlah ide dan
pemikirannya yang luas mempu memperbaiki sosial, ekonomi, dan yang pasti
pendidikan di Pabelan dan sekitarnya.
Beliau merupakan murid Kiai Imam Zarkasyi, lahir di Desa Pabelan,
Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, pada hari sabtu paing, 26 Februari 1938,
beliau adalah sulung dari dua putra pasangan Kiai Dja’far dan Nyai Hadijah.
KH. Hamam besar di bawah pengasuhan adik kakek pihak ibu. Dalam
keluarga K.H Hamam mengalir darah ulama yang diturunkan oleh KH.
Muhammad Ali bin Kiai Kertotaruno, pendiri Pondok Pabelan (sekitar tahun
1800-an) yang pertama dan pengikut setia Pangeran Diponegoro. Menurut
masyarakat setempat, Kiai Kertotaruno adalah keturunana Sunan Giri, salah
satu wali penyebar agama Islam di Tanah Jawa. 10
Pendidikan KH. Hamam Dja’far pada masa anak-anak dimulai dari ngaji
dengan Kiai Cholil. Desa Pabelan ketika KH. Hamam Dja’far kecil,
merupakan sebuah desa yang sangat tertinggal di antara desa-desa lainnya,
baik dibidang pendidikan, ekonomi, dan informasi. Melihat kondisi yang

8

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1986), h. 54
Ibid., h. 61
10
Ana Suryana Sudrajat, “Warisan K. H. Hamam Dja’far 1938-1993 Sekilas Biografi”, dalam
Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan
Sahabat, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2008), h. 60
9

4

sedemikian rupa tertinggal dalam segala bidang. Maka setelah menamatkan
Sekolah Rakyat (SR), beliau mondok di Pondok Modern Gontor, Ponorogo,
Jawa Timur selama kurang lebih 11 tahun (1952-1963). Di Gontor, KH.
Hamam berguru secara langsung dan sangat dekat dengan salah satu
“Trimurti Gontor” yaitu KH. Ahmad Sahal.11
Setelah 11 tahun nyantri beliau harus mematuhi Kiai Cholil yang
memintanya pulang untuk meneruskan dan sekaligus menjadi pimpinan
Pondok Pabelan yang sudah sekian lama vakum. Ketika melihat keadaan
lingkungan di sekitar desa Pabelan.
Yang dikutip oleh Umi Musyarrofah dari Komaruddin Hidayat
menuliskan bahwa, pada waktu itu masyarakat Pabelan dan sekitarnya sangat
memprihatinkan. Masyarakatnya mengalami kemunduran, kondisi ekonomi
dan sosial melemah, pengangguran meningkat, masyarakat terpecah kedalam
beberapa fraksi yang sekali-kali menimbulkan ketegangan sosial. Krisis ini
terutama (ekonomi dan pendidikan).12
Dengan keadaan yang seperti ini menimbulkan keprihatinan yang
mendalam pada diri KH. Hamam Dja’far. Lalu beliau menghidupkan kembali
Pondok Pesantren Pabelan dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh KH.
Hamam Dja’far kemudian melahirkan generasi yang menjadi sosok dinamis,
terbuka, percaya diri, menjadi gawang Islam moderat dan

progresif

menyongsong perkembangan zaman.
Penelitian tentang Pondok Pesantren Pabelan yang dilakukan oleh
Khoirul Bariyah tentang “Peranan Pondok Pesantren Pabelan Dalam
Perubahan Sosial Di Pabelan Mungkid Magelang Pada Masa KH. Hamam
DJa'far 1965-1993”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua aktivitas
yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Pabelan pada masa KH. Hamam
Dja’far membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat baik dalam

11

Ibid., h. 61
Umi Musyarrofah, Dakwah K.H. Hamam Ja’far dan Pesantren Pabelan, (Jakarta: UIN Press,
2009), h. 6.
12

5

bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi, kesehatan dan budaya.13 Ahmad
Zamharir juga meneliti tentang “Peranan Pesantren dalam Pemberdayaan
Masyarakat (Studi Kasus di Pondok Pesantren Pabelan Desa Pabelan
Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang Jawa Tengah)”. Menyatakan
bahwa program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Pondok
Pesantren Pabelan merupakan suatu proses pemberdayaan dan transformasi
masyarakat secara efektif, peranan sosial Pondok Pesantren Pabelan dalam
masyarakat dapat diketahui dari realitas.14
Penelitian yang dilakukan oleh Umi Musyarofah dengan judul “dakwah
KH. Hamam Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan.” Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa KH. Hamam adalah tuan rumah yang sekaligus
teman yang baik untuk berdiskusi, keterbukaan dan dialog merupakan salah
satu watak KH. Hamam Dja’far yang terlihat dalam kehidupan Pondok,
dakwah KH. Hamam Dja’far baik melalui media lisan (kuliah subuh) yang
diselenggarakan di serambi masjid mampu mengentaskan kebodohan dan
keterbelakangan agama bagi masyarakat Pabelan, kemudian dakwah KH.
Hamam melalui Pesantren Pabelan baik dalam bidang kesehatan, lingkungan,
dan pengadaan air bersih mampu menjawab permasalahan keterbelakangan
Pabelan dan KH. Hamam merupakan kiai

yang energik mampu

menggabungkan kebutuhan masyarakat dan keinginan dari anggota
masyarakat berpadu dengan Pondok Pesantren Pabelan.15
Atas pemaparan diatas membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang
“USAHA-USAHA

KH.

HAMAM

DJA’FAR

DALAM

MENGHIDUPKAN PONDOK PESANTREN PABELAN”.

Khoirul Bariyah, “Peranan Pondok Pesantren Pabelan Dalam Perubahan Sosial Di Pabelan
Mungkid Magelang Pada Masa Kh Hamam Ja'far 1965-1993,” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Yogyakarta, 2010, h. i, tidak dipublikasikan
14
Ahmad Zamharir, “Peranan Pesantren dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus di
Pondok Pesantren Pabelan Desa Pabelan Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang Jawa
Tengah),” Skripsi pada IAIN Walisongo Semarang, Semarang, 2005, h. i, tidak dipublikasikan.
15
Umi Musyarrofah, op. cit., h. 67-69.
13

6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan
beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1. Tantangan yang dihadapi pesantren seperti komersialisasi pendidikan,
tuntutan masyarakat global yang semakin beraneka ragam, dan toleransi
yang rendah.
2. Pendidikan Islam dituntut untuk melahirkan generasi yang mampu
memiliki daya saing yang tinggi tanpa meninggalkan syariat agama Islam.
3. Pendidikan, sosial, ekonomi, dan kehidupan masyarakat di sekitar Pondok
Pabelan sangat memprihatinkan.
4. Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang kuat dalam mempertahankan
keterbelakangan dan ketertutupan.

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka fokus penelitian ini
adalah pada usaha-usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan Pondok
Pesantren Pabelan, yang dimaksud disini yaitu usaha-usahanya pada sistem
pendidikan yaitu meliputi komponen tujuan, pendidik, anak didik,
lingkungan, lembaga pendidikan, media pendidikan, kurikulum, metode,
evaluasi, dan manajeman, pada masa KH. Hamam Dja’far.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka dapat dikemukakan
beberapa rumusan masalah, sebagai berikut:
1.

Bagaimana keadaan Pondok Pesantren Pabelan pada masa KH. Hamam
Dja’far?

2.

Bagaimana usaha-usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan
Pondok Pesantren Pabelan?

3.

Apa hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam Dja’far dalam
usaha-usaha menghidupkan Pondok Pesantren Pebelan?

7

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban kualitatif
terhadap pertanyan utama yang tersimpul dalam rumusan masalah. Lebih
rinci tujuan itu dapat diungkapkan sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui keadaan Pondok Pesantren Pabelan pada masa KH.
Hamam Dja’far.

2.

Untuk

mengetahui

usaha-usaha

KH.

Hamam

Dja’far

dalam

menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan.
3.

Untuk mendeskripsikan hambatan dan tantangan yang dihadapi KH.
Hamam Dja’far dalam usaha-usaha menghidupkan Pondok Pesantren
Pebelan.

4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang kiranya dapat diambil dari sosok KH. Hamam
Dja’far adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih luas
kepada penulis pada khususnya dan praktisi pendidikan pada umumnya, dari
sosok KH. Hamam Dja’far sebagai tokoh yang berpengaruh di desa Pabelan
dan Pondok Pesantren Pabelan. Serta memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang usaha-usaha yang dilakukan KH. Hamam Dja’far dalam
menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pengertian Usaha
Menurut Budhi Setyono, “Usaha dapat diartikan sebagai segala upaya
untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya seorang siswa berusaha
memecahkan soal-soal dalam ujian”.1
Menurut Aip Saripudin dkk, “Kata usaha dalam kehidupan sehari-hari
adalah berbagai aktivitas yang dilakukan manusia, contohnya Vaentino
Rossi berusaha meningkatkan kelajuan motornya untuk menjadi juara
dunia Moto GP yang kedelapan kalinya”.2
Menurut Harmaizar, “Usaha adalah suatu bentuk yang melakukan
kegiatan secara tetap dan terus-menerus dengan tujuan memperoleh
keuntungan baik yang diselenggarakan oleh perseorangan maupun yang
lainnya”.3
Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa usaha
adalah segala upaya kegitan atau aktivitas dengan mengarahkan pikiran
dan tenaga untuk mencapai sesuatu yang lebih baik.

2. Pengertian Menghidupkan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menghidupkan adalah
memnyebabkan hidup, membuat hidup, menyalakan. Contohnya pembantu
itu menghidupkan lilin.4

1

Budhi Setyono, Bahas Total Soal Matematika, Fisika, Biologi, dan Kimia SMA IPA Kelas XI,
(Yogyakarta, Indonesia Tera, 2011), cet. 1, h. 107
2
Aip Saripudin, Dede Rustiawan K, dan Adit Suganda, Praktis Belajar Fisika Untuk Kelas XI
Sekolah Menengah Atas Program Ilmu Pengetahuan Alam, (T.tp.: PT Grafindo Media Pratama,
t.t), h. 70
3
Harmaizar Z, Menangkap peluang Usaha, (Bekasi: CV Dian Anugerah Perkasa, t.t), h. 14
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), cet. 2, h. 324

8

9

Menurut Ahzami Samiun, “menurut beliau hidup adalah lawan dari
mati, interpretasi dari kata menghidupkan adalah manusia sebelumnya
belum pernah ada hingga akhirnya dimulailah penciptaan awalnya”.5
Kemudian “hidup dan mati adalah istilah yang berlawanan seperti
terang dan gelap, jika diam adalah makna asal mati secara bahasa, maka
gerak adalah makna asal kehidupan”.6
Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
menghidupkan adalah sebelumnya pernah ada kemudian tidak, hingga
akhirnya dimulailah kembali.

3. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan adalah terjemah dari bahasa Yunani paedagogie
yang berarti “pendidikan”, orang yang tugasnya membimbing atau
mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut
paedagogos, Istilah ini berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya
membimbing, memimpin).7
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata
didik, dan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses; cara; perbuatan
mendidik.8
Menurut Ahmad Tafsir, “Pendidikan adalah usaha meningkatkan
diri dalam segala aspeknya. Definisi ini mencakup kegiatan pendidikan
yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru, mencakup
pendidikan formal, maupun nonformal serta informal”.9

5

Ahzami Samiun Jazali, Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur’an, Terj. Dari Al-Hayaatu FilQur’an al-Kariim, oleh Sari Narulita, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), cet. 1, h. 1
6
Umar Sulaiman al asygar, Ensiklopedia Kiamat, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2011), h. 27
7
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, op. cit., h. 17
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. cit., h. 263.
9
Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1997), cet. 3, h. 6

10

Menurut Heri Jauhari Muchtar, “Pendidikan adalah segala usaha
yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan
berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana
mestinya”.10
Menurut Ibrahim Amini, “Pendidikan adalah memilih tindakan dan
perkataan yang sesuai, menciptakan syarat-syarat dan faktor-faktor
yang diperlukan, dan membantu seseorang individu agar menjadi objek
pendidikan sehingga potensi dalam dirinya dapat berkembang dan
bergerak menuju kesempurnaan yang diharapkan”.11
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah proses pengembangan, mengaktifkan atau membangkitkan
potensi-potensi yang ada dalam diri manusia. Melalui upaya
pengajaran, pelatiahan, perbuatan mendidik, dan lain sebagainya.
Dengan adanya pendidikan manusia dengan mudah membentuk
kehidupan dirinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

b. Pengertian Pendidikan Islam
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu
pada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Istilah al-ta’dib
merupaka term yang tepat dalam khazanah bahasa Arab karena
mengandung arti ilmu, kearifan, keadilan, kebijaksanaan, pengajaran,
dan pengasuhan yang baik sehingga makna al-tarbiyah, dan al-ta’lim
sudah tercakup didalam term al-ta’dib.12
Menurut Ahmad Tafsir, “Pendidikan Islam adalah bimbingan yang
diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai degan ajaran Islam. Bila disingkat pendidikan Islam

10

14

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 2, h.

Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Terj. Dari Ta’lim va Tarbiyat oleh Ahmad
Subandi dan Salman Fadhlullah, (Jakarta: Al-Huda, 2006), h. 5.
12
Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2015), h. 120
11

11

adalah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim
semaksimal mungkin”. 13
Menurut Samsul Nizar, “Pendidikan Islam adalah suatu sistem
yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan
kehidupannya sesuai dengan ideologinya Islam”. 14
Muhaimin, Suti’ah dan Nur Ali, “Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai
fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu al-Qur’an
dan sunnah”.15
Dari beberapa pengertian di atas terlihat bahwa pendidikan Islam
adalah bimbingan yang diberikan kepada peserta didik atau seseorang
dengan berlandaskan al-Qur’an dan sunnah, dengan tujuan agar peserta
didik menjadi manusia yang dapat mengarahkan hidupnya sesuai
dengan nilai-nilai Islam.

4. Sistem Pendidikan Islam
a. Pengertian Sistem Pendidikan Islam
Menurut

Armai

Arief,

“Sistem

pendidikan

Islam

adalah

seperangkat unsur yang terdapat dalam pendidikkan yang berorientasi
pada ajaran Islam yang saling berkaitan sehingga membentuk satu
kesatuan dalam mencapai tujuan”.16
Menurut Arifin, “Sistem pendidikan Islam merupakan usaha
pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan
ajaran Islam, sistem kegiatan belajar-mengajar diprogramkan ke
dalam struktur kurikulum yang berjenjang pula dari sejak pendidikan
dasar sampai perguruan tinggi yang semakin meningakat mutunya.
Antara materi, metode, tujuan pendidikan harus saling berkaitan,
berdaya saling mengembangkan sehingga benar-benar efektif, dan
13

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2007), cet. 7, h. 32.
14
Samsil Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), h. 32
15
Muhaimin, Suti’ah, dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 3, h.29
16
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
h. 70

12

efisien, dan relevan dengan tujuan akhir pendidikan Islam yang
hendak dicapai”.17
Menurut Hasan Basri, “Sistem pendidikan Islam adalah dalam
pendidikan Islam terdapat gagasan, prinsip-prinsip, dan sub-sistem
lainya yang saling berhubungan”.18
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud sistem pendidikan Islam
adalah suatu kesatuan komponen yang terdiri dari unsur-unsur
pendidikan untuk mencapai tujuan sesuai dengan ajaran Islam.

b. Komponen atau Unsur-Unsur Sistem Pendidikan Islam
Komponen dalam sistem pendidikan Islam terdiri dari: tujuan,
pendidik, anak didik, lingkungan pendidikan, lembaga pendidikan,
media, kurikulum, metode, evaluasi, manajeman.19 Untuk menghasilkan
out put dari sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting
adalah bagaimana membuat semua komponen berjalan dengan baik,
dari semua komponen di atas merupakan langkah menuju tujuan
pendidikan itu sendiri.
1) Tujuan Pendidikan Islam
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan pendidikan
Islam. Menurut Ahmad Tafsir, tujuan pendidikan Islam adalah
pertama, tujuan umum pendidikan Islam ialah muslim yang
sempurna, atau manusia yang taqwa, atau manusia beriman, atau
manusia yang beribadah kepada Allah. Kedua, tujuan khusus
pendidikan Islam adalah muslim yang sempurna itu ialah manusia
yang memiliki jasmani sehat serta kuat, akalnya yang cerdas serta
pandai, dan hatinya taqwa kepada Allah.20
Kemudian M Arifin mengatakan pendidikan Islam bertujuan
mengembangkan pola kepribadian manusia yang bulat yang
17

M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.
3, h. 77
18
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), h. 148
19
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 70
20
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, op. cit., h. 51

13

mencakup

semua

aspek,

aspek

jasmaniah,

aspek

spiritual,

intelektual, ilmiah maupun bahasa yang diperlukan untuk hidup
sebagai anggota masyarakat. Pendidikan Islam mendorong agar
semua aspek dapat berkembang secara maksimal guna mancapai
kesempurnaan hidup.21
Menurut Abdurrahman An Nahlawi, “Tujuan pendidikan Islam
adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan
manusia, baik secara individual maupun secara sosial”.22
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah
membentuknya pribadi yang beriman, berakhlak, berilmu dan
berketerampilan yang senantiasa berupaya mewujudkan dirinya
dengan baik secara maksimal guna memperoleh kesempurnaan hidup
karena didorong oleh sikap ketaqwaan dan penyerahan dirinya
kepada Allah SWT agar memperoleh ridho-Nya.

2) Pendidik
Kata pendidik berasal dari kata didik, artinya memelihara,
merawat dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu
pengetahuan seperti yang diharapkan. Selanjudnya dengan awalan pe
hingga menjadi pendidik, yang artinya orang yang mendidik.23
Menurut Sukring, “Pendidik adalah orang dewasa yang
memberikan bimbingan, memiliki kapasitas ilmu, sehat jasmani dan
ruhani, ikhlas menjalankan perintah Allah demi mengabdi pada
bangsa dan agama”.24

21

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner), (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. 3, h. 40-41
22
Abdurrahman An Nahlawi, Buku pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,
penerjemah Shihabuddin. Terj. Dari Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha Fil Baiti Wal
Madrasati Wal Mujtama’ oleh Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet. 1, h. 117
23
Ramayulis, op. cit., h. 208
24
Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), h. 81

14

Menurut Syafruddin Nurdi, “Guru adalah bukan sekedar
pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya tetapi guru
merupakan seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan
murid-muridnya

mampu

merencanakan,

menganalisis,

dan

menyimpulkan masalah yang dihadapi”.25
Menurut

Ahmad

Tafsir,

“Pendidik

adalah

orang

yang

bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan
dan perkembangan potensi anak didik, baik potensi kognitif
psikomotorik, maupun potensi efektifnya”.26
Beberapa definisi di atas mengisyaratkan, bahwa guru adalah
seseorang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak
didik dari berbagai aspek, guru tidak hanya mentrasfer ilmu namun
membimbing, sehingga anak didik mampu menyelesaikan masalah
dalam hidupnya

3) Peserta Didik
Ketika kita menelaah tentang pendidikan, kita akan menemukan
kata-kata peserta didik. Banyak yang membahas tetang pengertian
peserta didik dan memiliki berbagai macam makna, Siapakah
sesungguhnya peserta didik itu?.
Menurut Hasan Basri dan Beni Ahmad, “Peserta didik adalah
semua orang yang melibatkan diri dalam kegiatan pendidikan atau
dilibatkan secara langsung, yaitu semua masyarakat yang mengikuti
kegiatan
informal”.

pembelajaran

di

lembaga

pendidikan

formal

dan

27

Menurut Ahmad Syar’i, “Peserta didik adalah manusia muda,
baik dari segi biologis maupun psikologis, tetapi bisa pula manusia

25

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum
Teaching, 2005), h. 7
26
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, op. cit., h. 74
27
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2010), h. 133

15

dewasa yang masih memerlukan pengetahuan dan ketrampilan
tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup”.28
Menurut Marimba, “Pengertian umum, peserta didik mencakup
manusia seluruhnya, tanpa pembatasan usia. Setiap manusia
berpeluang untuk dididik".29
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa peserta didik adalah sasaran atau objek dan
sekaligus sebagai subjek pendidikan, yang mencakup seluruh
manusia tanpa dibatasi usia yang masih memerlukan pengetahuan
dan ketrampilan tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.

4) Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan atau tempat suatu kegiatan pendidikan,
akan sangat mempengaruhi pada diri peserta didik. Lingkungan
pendidikan yang baik akan menghasilkan penerus bangsa yang baik
pula, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan
anak didik, dalam sistem pendidikan Islam dikenal tiga lingkungan
pendidikan Islam seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
a) Lingkungan Keluarga
Pendidikan dilakukan sejak anak dalam
Rasulullah

SAW

memerintahkan

kepada

kandungan

ibu-ibu

yang

mengandung agar banyak melakukan dzikir dan membaca alQur’an, dan ketika anak lahir didengarkan adzan dan iqamat di
telinga anak sebagai kalimat yang mengandung ketauhidan
kepada Allah.Orang tua dan anggota keluarga yang serumah
sebagai pendidik, sedangkan pendidik adalah profil manusia

Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), cet. 2, h. 44
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Alma’arif, 1980),
cet. 4, h. 32
28

29

16

yang setiap hari didengar perkataannya, dilihat, dan ditiru
prilakunya oleh anak-anaknya.30
Maka dari itu orang tua diharapkan membentuk lingkungan
keluarga yang Islami karena anak mudah meniru apa yang ia
lihat, seperti perbuatan orang tuanya atau anggota keluarga yang
lainnya, semua aktivitas dalam keluarga harus dipantau dan
diarahkan, seperti nonton televisi, internet dan lain sebagainya,
anak harus selalau diperhatikan dan dibina. karena lingkungan
keluarga

sangat

berpengaruh

bagi

pertumbuhan

dan

perkembanan seorang anak.
b) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah terdiri atas tempat belajar dan
mengajar, lingkungan sekolah merupakan tindak lanjut dari
pendidikan di lingkungan keluarga. Pendidikan di sekolah
diarahkan untuk melatih perkembangan daya intelektual anak
didik dengan memberikan materi yang sesua dengan tingkat usia
dan kematangan anak.31
Guru dalam lingkungan sekolah merupakan pelaku utama,
guru harus selalu bertaqwa kepada Allah SWT, senantiasa
melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan semua laranganNya. Para pendidik harus dibekali ilmu yang luas; akhlaq, sehat
jasmani dan rohani, berpenampilan menarik, rapi, dan sopan.32
c) Lingkungan Masyarakat
Setelah berada di lingkungan sekolah peserta didik pasti
akan hidup dan bergaul di lingkungan yang lebih luas, yaitu
masyarakat. Setalah mendapatkan bekal dari sekolah di sinilah
peserta didik akan mengamalkan ilmu yang ia dapat dan
menerapkan teori-teori yang sudah ia pelajari.

30

Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, op. cit., h. 115
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 77
32
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, op. cit., h. 118

31

17

Sebagai manusia penting untuk bermasyarakat karena kita
makhluk sosial yang saling membutuhkan, banyak ayat-ayat alQur’an yang menyebutkan kata-kata perkumpulan atau jama’ah
tersebut

menunjukkan

pentingnya

perkumpulan

bagi

masyarakat.33

5) Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan

Islam

adalah wadah

atau tempat

berlangsungnya proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan
proses pembudayaan.34
Lembaga-lembaga

pendidikan

dapat

berbentuk

formal

(pendidikan diberikan di sekolah yang terikat pada aturan-aturan
tertentu), informal (berupa kursus yang aturan tidak terlalu ketat),
dan non formal (pendidikan diberikan di lingkungan keuarga).35
Lembaga-lembaga pendidikan Islam

diselenggarakan sesuai

dengan syariat Islam, dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia terdiri dari
pesantren, madrasah, majlis taklim, dan Institusi Agama Islam
Negeri.

6) Media pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia media adalah alat; sarana
komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan
sepanduk; perantara, penghubung.36 Menurut Ulian Barus dan
Suratno, “Media pembelajaran adalah alat dalam proses belajar

33

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 173
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996),
cet. 1, h. 37-39
35
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 79
36
Departemen pendidikan Nasional, op. cit., h.726
34

18

mengajar antara guru dan peserta didik untuk mempermudah
tercapainya tujuan pendidikan”.37
Menurut Arief Armai, “Media adalah alat-alat atau benda yang
dapat membantu kelancaran proses pendidikan yang pada masa
klasik sudah memadai sesuai dengan zamannya lalu mulai
meningkat pada masa pertengahan dan pada masa modern alat-alat
tersebut sudah semakin canggih”.38
Menurut Yudi Munadi, “Media pembelajaran dapat dipahami
sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan
pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan
belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses
belajar secara efisien dan efektif”.39
Dari penejelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa media
pendidikan adalah segala perantara, alat yang dapat menyampaikan
dan menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang fikiran,
perasaan, perhatian dan minat peserta didik untuk mengikuti proses
pembelajaran secara efisien dan efektif.
Ada empat kelompok besar media menurut Yudi Munadi, yaitu
pertama media audio yang terlibat pendengaran seperti program
radio, rakaman, kedua media visual yang terlibat penglihatan
misalnya gambar, buku, poster, komik, diorama dan lan sebagainya,
ketiga media audio visual yang melibatkan pendengaran dan
penglihatan misalnya film dokumenter, video, film drama dan lain
sebagainya, keempat multimedia sifat pesannya pengalamann
langsung misalnya komputer, pengalaman berbuat: lingkungan nyata
dan karyawisata, permainan, simulasi dan lain sebagainya.40

37

Ulian Barus dan Suratno, Pemanfaatan Candi Bahal Sebagai Media Pembelajaran Alam
Terbuka dalam Proses Belajar Mengajar, (Medan: Perdana Mitra Handalan, 2012), h. 18
38
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 79
39
Yudi Munadi, Media Pembelajaran sebuah pendekatan baru, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2012), h. 7-8
40
Ibid., h. 54-55

19

Dari penejelasan di atas maka dapat disimpulkan ada beberapa
kelompok media pendidikan yaitu pertama media audio yang terlibat
pendengaran seperti program radio, rakaman, kedua media visual
yang terlibat penglihatan misalnya gambar, buku, poster, komik,
diorama dan lan sebagainya, ketiga media audio visual yang
melibatkan pendengaran dan penglihatan misalnya film dokumenter,
video, film drama dan lain sebagainya, keempat multimedia sifat
pesannya pengalamann langsung misalnya komputer, pengalaman
berbuat: lingkungan nyata dan karyawisata, permainan, simulasi dan
lain sebagainya.

7) Kurikulum
Kurikulum secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu
curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat
berpacu”.41
Menurut Zainal Arifin, “Kurikulum adalah semua kegiatan dan
pengalaman potensial (isi atau materi) yang telah disusun secara
ilmiah, baik yang terjadi di halaman sekolah maupun luar sekolah
atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan”.42
Menurut Ahmad Tafsir, “Kurikulum adalah pengalaman belajar,
karena pengalaman belajar yang banyak berpengaruh dalam
kedewasaan anak, tidak hanya mempelajari mata-mata pelajaran”.43
Dari definisi di atas, terlihat bahawa kurikulum bukan hanya
dokumen yang dicetak tetapi pengalaman belajar atau semua
kegiatan dan pengalaman potensial (isi atau materi) yang telah
disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di halaman sekolah maupun
luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan.
41

Ramayulis, op. cit., h. 308
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengemangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 4
43
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, op. cit., h. 53-54
42

20

Para ilmuan Islam telah menjaskan apa saja yang harus dibahas
atau dipelajari oleh manusia selaku hamba Allah, yaitu sebagai
berikut:
Al-Ghazali membagi menjadi dua kelompok ilmu dilihat dari
kepentinganya, yaitu:
a) Ilmu fardhu’ain (wajib) yang wajib diketahui semua orang
muslim yaitu ilmu agama, ilmu yang bersumberkan dalam kitab
suci Allah dan Sunnah.
b) Ilmu fardhu kifayah yang bisa dipelajari setiap muslim, ilmu ini
yang dimanfaatkan untuk memudahkan hidup dunawi,contohnya
ilmu hitung, ilmu kedokteran, ilmu pengetahuan sosial dan lain
sebagainya. 44
Kemudian Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi tiga macam
yaitu:
a) Ilmu lisan yaitu ilmu lughah, nahwu, bayan dan satra (adab) atau
bahasa yang tersusun secara puitis (sya’ir).
b) Ilmu naqli yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah
Nabi, ilmu ini seperti ilmu tafsir, ilmu hadis, ushul fiqh dan lain
sebagainya.
c) Ilmu aqli yaitu ilmu yang dapat mengembangkan daya pikir atau
kecerdasannya, seperti filsafat dan ilmu pengetahuan yang
lainnya.45
Dari penjelasan diatas maka kita dapat memahami bahwa
kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam, sebaiknya semua
kategori diatas perlu dilakukan namun harus dimodifikasi atau
disempurnakan sesuai dengan tuntutan zaman.

44

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 80
Ramayulis, op. cit., h. 319-320

45

21

8) Metode
Metode dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara yang
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalm ilmu
pengetahuan), cara kerja yang bersistem untuk mempermudah
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.46
Sedangkan m