Strategi Penguatan Badan Usaha Milik Pondok (Bump) Pondok Pesantren Al-Ikhlas Dalam Peningkatan Usaha Ekonomi Produktif

STRATEGI PENGUATAN BADAN USAHA MILIK PONDOK (BUMP)
PONDOK PESANTREN AL-IKHLAS DALAM PENINGKATAN
USAHA EKONOMI PRODUKTIF

MUHAMMAD MUFTI IMAM SUYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Penguatan
Badan Usaha Milik Pondok (BUMP) Pondok Pesantren Al-Ikhlas dalam
Peningkatan Usaha Ekonomi Produktif adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Muhammad Mufti Imam Suyanto
NRP I354120165

RINGKASAN
MUHAMMAD MUFTI IMAM SUYANTO. Strategi Penguatan Badan
Usaha Milik Pondok (BUMP) Pondok Pesantren Al-Ikhlas dalam Peningkatan
Usaha Ekonomi Produktif. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan IVANOVICH
AGUSTA.
Pondok Pesantren Al-Ikhlas selain memiliki program pendidikan formal
yang terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi
(UNDOVA), juga memiliki program non formal yang bergerak dalam bidang
Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Kegitan Usaha Ekonomi Produktif dikelola oleh
Badan Usaha Milik Pondok (BUMP) Pondok Pesantren Al-Ikhlas. BUMP adalah
Badan Usaha yang dibentuk untuk menjadikan Pondok Pesantren Al-Ikhlas
sebagai pondok yang mandiri ekonomi dan tidak menggantungkan pada bantuan
dari pemerintah atau lembaga lainnya. Perlu adanya langkah-langkah untuk

penguatan BUMP tersebut, agar beberapa program non formal dengan berbagai
unit-unit usaha produktif dapat berjalan berkelanjutan yang tujuan utamanya
memberdayakan masyarakat.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah merumuskan strategi penguatan
BUMP Pondok Pesantren Al-Ikhlas dalam peningkatan Usaha Ekonomi Produktif
(UEP). Tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan spesifik
penelitian ini, yaitu: Menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat BUMP dalam peningkatan usaha ekonomi produktif; Menganalisis
keterlibatan komunitas pesantren dalam pelaksanaan BUMP; dan Merumuskan
strategi penguatan BUMP dalam peningkatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kualitatif partisipatif
dengan data kualitatif dan data kuantitatif. Metode tersebut digunakan untuk
merumuskan strategi penguatan BUMP Pondok Pesantren Al-Ikhlas dalam
peningkatan UEP. Metode analisis kualitatif yang digunakan oleh peneliti adalah
analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis kekuatan
(Strength) dan kelemahan (Weakness) dari faktor-faktor internal BUMP, serta
peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dari faktor-faktor eksternal
BUMP di dalam pengembangan kapasitasnya dengan menggunakan matriks
SWOT.
UEP yang dikelola BUMP banyak yang tidak berjalan dengan baik, ini

disebabkan beberapa faktor, diantaranya: Kelembagaan BUMP yang masih belum
memiliki legalitas operasional sehingga sangat sulit untuk mencari bantuan dana
dari pihak lain; Manajemen yang masih kurang baik, ini terlihat karena belum
adanya Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) dari setiap UEP dan tidak adanya
struktur yang jelas dari setiap UEP; Sumberdaya Manusia (SDM) yang masih
kurang profesional dalam menangani semua UEP yang ada. Program aksi
penguatan BUMP meliputi tiga aspek, antara lain: Penguatan Kelembagaan
BUMP; Perbaikan Manajemen BUMP; Peningkatan kapasitas SDM pengelola
UEP BUMP.
Kata kunci: badan usaha, ekonomi produktif, pondok pesantren.

SUMMARY
MUHAMMAD MUFTI IMAM SUYANTO. Strengthening Strategy of Al-Ikhlas
Islamic Boarding School-Owned Enterprises (BUMP) in Increasing Productive
Economic Business. Supervised by PUDJI MULJONO and IVANOVICH
AGUSTA.
Al-Ikhlas Islamic Boarding School in addition to have a formal education
program that consist of kindergarten to university (UNDOVA), also has a nonformal program which is engaged in the Productive Economic Business (UEP).
Productive Economic Business activity managed by Al-Ikhlas Islamic Boarding
School (BUMP). BUMP is a business enterprises formed to make the Al-Ikhlas

Boarding School as a self-contained cottage economy and does not rely on help
from the government or other institutions. So the need for measures to strengthen
the BUMP, that some non-formal programs with various units can be sustainable
productive enterprises whose main purpose empower communities.
The main aim of this study is to formulate a strategy of strengthening BUMP in
improving the Productive Economic Business (UEP). The main aim can be
addressed through specific aims of this study, namely: it can be answered through
the specific objectives of this study are: to analyze the factors that support and
hinder BUMP in the improvement of productive economic activities; Analyzing
the pesantren community involvement in the implementation of BUMP; and
formulate strategies to strengthen BUMP in the improvement of Productive
Economic Business (UEP). The method used in this study is a participatory
qualitative methods with quantitative and qualitative data. The method used to
formulate strategies to strengthen BUMP in improving the UEP. Qualitative
analysis methods used by the researchers is the SWOT analysis. SWOT analysis is
used to analyze the strength (Strength) and weakness (Weakness) from BUMP
internal factors, as well as opportunities (Opportunities) and threats (Threats) of
the external factors BUMP in the development of capacity using SWOT matrix.
Many UEP that managed by BUMP have not been going well, this is due to
several factors, including: Institutional BUMP who still do not have a legal

operating, so it is difficult to seek financial support from other parties;
Management is still not good, it looks because there are no Standar Operational
Implementation (SOP) of each UEP and no a clear structure of each UEP;
Human Resources (SDM) are still lacking in handling all existing UEP. BUMP
strengthening action program includes three aspects, among others: BUMP
Institutional Strengthening; BUMP Management Improvements; Capacity
building manager of UEP BUMP
Keywords: enterprises, islamic boarding school, productive economic.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

STRATEGI PENGUATAN BADAN USAHA MILIK PONDOK (BUMP)

PONDOK PESANTREN AL-IKHLAS DALAM PENINGKATAN
USAHA EKONOMI PRODUKTIF

MUHAMMAD MUFTI IMAM SUYANTO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional Pengembangan Masyarakat pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar pada Ujian Tesis: Dr Nurmala K. Panjaitan, MSDEA

Judul Kajian : Strategi Penguatan Badan Usaha Milik Pondok (BUMP) Pondok
Pesantren Al-Ikhlas dalam Peningkatan Usaha Ekonomi Produktif
Nama

: Muhammad Mufti Imam Suyanto
NIM
: I354120165

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Pudji Muljono, MSi
Ketua

Dr Ivanovich Agusta, SP, MSi
Anggota Anggota

Diketahui oleh

Koordinator Program Studi
Pengembangan Masyarakat

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS


Tanggal Ujian: 19 September 2015

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta‟ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
Strategi Penguatan Badan Usaha Milik Pondok (BUMP) Pondok Pesantren AlIkhlas dalam Peningkatan Usaha Ekonomi Produktif.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi dan
Bapak Dr Ivanovich Agusta, SP, MSi selaku pembimbing yang telah banyak
memberi bimbingan dan arahan serta motivasi , serta Bapak Dr Ir Lala M.
Kolopaking, MS dan Bapak Ir Fredian Tonny, MS selaku pengelola program yang
telah banyak memberi arahan dan motivasi. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak Dr KH. Zulkifli Muhadli, SH, MM, KH. Amir Ma’ruf
Husein, SPdI, MM, selaku pimpinan dan wakil pimpinan Pondok Pesantren AlIkhlas, para tenaga pengajar Pondok Pesantren Al-Ikhlas, staf PS MPM SPs IPB,

serta semua pihak yang telah membantu selama penulisan karya ilmiah ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, istri, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015
Muhammad Mufti Imam Suyanto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan masalah
4
Tujuan Kajian

5
Manfaat Kajian
5
Ruang Lingkup Kajian
5
PENDEKATAN TEORITIS
7
Tinjauan Pustaka
7
Pengertian Strategi
7
Peranan Strategi
10
Klasifikasi Strategi
10
Tipe-tipe Strategi
11
Konsep dan Pengertian Proses Pemberdayaan Masyarakat
13
Dimensi dan Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat

17
Bias-bias Pemberdayaan Masyarakat
19
Instrumen Proses Pemberdayaan Masyarakat
20
Konsep Kelembagaan Sosial
23
Usaha Ekonomi Produktif (UEP)
23
Legalitas Usaha
25
Bentuk – bentuk Badan Usaha
27
Analisis Lingkungan Eksternal
29
Analisis Lingkungan Internal
30
Kerangka Pemikiran
32
METODE KAJIAN
35
Lokasi dan Waktu Kajian
35
Pendekatan Kualitatif
35
Pengumpulan Data
35
Metode Pengolahan dan Analisis Data
36
Perancangan Penyusunan Program
38
Metode Perancangan
38
Partisipan Perancangan
38
Proses Perancangan
38
PROFIL KOMUNITAS KELURAHAN MENALA
KABUPATEN
SUMBAWA BARAT
41
Letak Geografis
41
Kependudukan
42
Jumlah dan Komposisi Penduduk
42
Kepadatan Geografis dan Agraris
43
Pertumbuhan Penduduk
44
Struktur Sosial
44
Stratifikasi Sosial
44
Kelembagaan Sosial
44
Jejaring Sosial
45
Kelembagaan Ekonomi
45

Kelompok Usaha Produktif
Aksesibilitas terhadap Kebijakan dan Sumberdaya
Jaringan Bisnis
Tokoh Bisnis
Pola-pola Kebudayaan
Sistem Norma dan Nilai
Orientasi Nilai Budaya
Pola Bersikap, Bertindak, dan Sarana
Pola-pola Adaptasi Ekologi
Mata Pencaharian Utama
Strategi Penghidupan
Masalah-masalah Sosial
Deskripsi Masalah Sosial
Dampak Masalah Sosial
Faktor Penyebab
Solusi yang Pernah Dilakukan
EVALUASI PROGRAM BADAN USAHA MILIK PONDOK (BUMP)
PONDOK PESANTREN AL-IKHLAS DALAM PENINGKATAN
USAHA EKONOMI PRODUKTIF
Deskripsi Program BUMP
Evaluasi Program BUMP
ANALISIS FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KINERJA
BUMP
Faktor Pendukung dan Penghambat UEP BUMP
Manajemen
Produksi dan Operasi
Pemasaran
Keuangan
Sistem Informasi Manajemen
Ekonomi
Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan
Politik, Pemerintahan, dan Hukum
Teknologi
Kompetitif
Komunitas yang Terlibat dalam UEP BUMP
Analisis SWOT BUMP
Strategi Penguatan BUMP
PROGRAM AKSI PENGUATAN BUMP
Pemberdayaan
Pembinaan
Pengembangan
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

45
46
46
47
47
47
47
48
49
49
49
50
50
51
51
52

55
55
59
63
63
63
64
64
64
64
65
65
65
65
65
69
70
77
79
79
80
81
85
85
85
87

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12

Bidang-bidang kegiatan BUMP
Matriks analisis SWOT
Luas wilayah desa di Kecamatan Taliwang tahun 2011
Jarak desa dengan ibukota kecamatan dan ibukota Kabupaten
tahun 2011
Tinggi ibukota desa dari permukaan air laut dirinci per desa di
Kecamatan Taliwang pada akhir tahun 2011
Evaluasi dari masing-masing UEP BUMP Pondok Pesantren AlIkhlas
Identifikasi faktor internal yang mempengaruhi BUMP Pondok
Pesantren Al-Ikhlas
Identifikasi faktor eksternal yang mempengaruhi BUMP Pondok
Pesantren Al-Ikhlas
Daftar faktor pendukung, faktor penghambat, komunitas yang
terlibat, dan strategi penguatan UEP BUMP
Matriks Analisis SWOT BUMP
Jumlah santri putra dan putri Pondok Pesantren Al-Ikhlas
Program Penguatan BUMP

24
38
41
42
43
59
66
67
71
72
73
84

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Elemen-elemen Dasar dari Proses Manajemen Strategi
Gambar 2 Kerangka pemikiran kajian strategi penguatan BUMP Pondok
Pesantren Al-Ikhlas dalam meningkatkan usaha ekonomi
produktif
Gambar 3 Persepektif penguatan BUMP, komunitas pesantren dan
pemberdayaan masyarakat sekitar

12

34
80

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Ide Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) berangkat dari
kenyataan bahwa rentang kendali antara pusat kabupaten dengan masyarakat
Sumbawa Barat teramat jauh, sehingga mengakibatkan lambannya pelayanan
pemerintah kepada masyarakat, lambannya pemerataan pembangunan, lambannya
upaya peningkatan SDM, dan lain sebagainya. Jumlah penduduk Sumbawa Barat
terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tahun 2010 tercatat 114.951 jiwa
terdiri dari 58.274 laki-laki dan 56.677 perempuan. Sumbawa Barat tiap tahunnya
bertambah padat, hal ini terlihat dari terus meningkatnya kepadatan penduduk dari
53,57 jiwa/km2 tahun 2008 menjadi 62 jiwa/km2 di tahun 2010. Pada periode
2000-2010 laju pertumbuhan penduduk Sumbawa Barat mencapai 3,2 persen per
tahun, termasuk tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk di
NTB. Salah satu penyebab tingginya laju pertumbuhan penduduk Sumbawa Barat
karena migrasi masuk yang relatif besar terutama untuk alasan ekonomi.
Beroperasinya perusahaan tambang tidak hanya menarik tenaga kerja di sektor
pertambangan saja, lapangan pekerjaan di sektor pendukung seperti penyediaan
makanan dan minuman juga menarik minat pencari kerja dari luar Sumbawa
Barat, bahkan dari luar NTB.
Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang lahir berdasarkan Undang-undang
Nomor 30 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat di
Provinsi Nusa Tenggara Barat, mempunyai keunggulan komparatif (comparative
adventage) dan keunggulan kompetitif (competitive adventage) yang cukup
besar. Keunggulan-keunggulan tersebut antara lain wilayahnya cukup luas
(1.849,02 km2) dengan potensi sumberdaya alam yang prospektif dikembangkan
berbagai jenis komoditas, letaknya yang sangat strategis pada jalur
transnasional (Bali-NTB-NNT) sebagai pintu masuk Pulau Sumbawa menuju ke
Wilayah Timur Indonesia, serta penduduknya tahun 2010 sebanyak 114.754
jiwa dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2009 senilai 67,31
point (menempati nomor urut ke-3 di Provinsi NTB setelah Kota Mataram dan
Kota Bima).
Penyebaran penduduk Sumbawa Barat belum merata dan masih
terkonsentrasi di wilayah tertentu. Kecamatan Taliwang tercatat sebagai
kecamatan terpadat kedua setelah Maluk, dengan penduduk mencapai 117 jiwa
per km2, sementara di setiap satu kilometer persegi wilayah Kecamatan Maluk
rata-rata dihuni sekitar 129 orang. Posisi Kecamatan Maluk yang terletak di
daerah lingkar tambang dan status Kecamatan Taliwang sebagai pusat
pemerintahan menjadi salah satu penyebab tingginya konsentrasi penduduk di dua
kecamatan. Mayoritas masyarakat terdiri dari para petani, pedagang, pegawai
negeri, dan nelayan. Semenjak tahun 1997 yang lalu telah dimulai megaproyek
penambangan emas dan tembaga oleh PT. Newmont Nusa Tenggara yang
merupakan Penanaman Modal Asing (PMA) berskala besar. Proyek penambangan
tersebut seperti juga terjadi di manapun di dunia ini, secara tidak langsung telah
memperparah kehidupan materialistik dan menjadi salah satu faktor merosotnya
moral masyarakat. Hal itu tentu memperberat beban pekerjaan Pondok Pesantren

2
Al-Ikhlas Taliwang yang terletak +30 km dari lokasi penambangan, karena
bagaimanapun, masyarakat tetap saja memandang Pondok Pesantren Al-Ikhlas
Taliwang sebagai benteng moral dan keagamaan masyarakat.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh Pemerintah KSB untuk merealisasikan
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetif wilayah dalam kurun waktu
Tahun 2006 – 2010 (Tahap I Pembangunan Jangka Panjang KSB), sehingga
pembangunan telah memberikan manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat, walau disadari pula masih terdapat kekurangan dan
permasalahan. Usaha pembangunan tersebut perlu terus dilanjutkan dan
disempurnakan melalui berbagai kebijakan dan program yang dapat
memperluas kesempatan kerja (pro job), memperbesar pertumbuhan ekonomi
(pro growth) dan menanggulangi kemiskinan (pro poor) pada bebagai bidang
kehidupan masyarakat di Bumi Pariri Lema Bariri.
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan,
pendidikan merupakan mata rantai utama yang terkait dengan solusi dari
berbagai masalah kesejahteraan karena merupakan investasi panjang dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai motor penggerak utama
pembangunan menuju kesejahteraan. Kualitas sumber daya manusia yang unggul
akan membawa implikasi langsung terhadap peningkatan daya saing sehingga
mampu melakukan terobosan pemikiran yang optimal dalam usahanya untuk
meningkatkan kesejahteraan, memutus rantai kemiskinan dan utamanya
kebodohan. Secara umum pada periode 2005-2010 APS (Angka Partisipasi
Sekolah) Sumbawa Barat mengalami kenaikan. Trend yang bisa dilihat dari APS
pada periode tersebut adalah semakin tinggi jenjang pendidikan semakin rendah
APS, hal itu menunjukkan kesadaran masyarakat untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi masih rendah. Tahun 2010 hampir seluruh penduduk
usia 10 tahun keatas Sumbawa Barat yang telah mampu membaca dan menulis
huruf latin yakni sebanyak 91,47 persen.
Pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa bagi diri
sendiri atau orang lain. Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi
seseorang. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha
manusia untuk mendapatkan kepuasan dan imbalan atau upah berupa barang dan
jasa (Soekanto 1990). Berdasarkan data SP 2010, penduduk usia kerja (berumur
15 tahun ke atas) di Sumbawa Barat terdapat sekitar 85.902 orang atau 74,73
persen dari total penduduk. Dari seluruh penduduk usia kerja tersebut 66,44
persen diantaranya termasuk angkatan kerja sedangkan 33,56 persen sisanya
termasuk bukan angkatan kerja yaitu penduduk yang tidak melakukan aktifitas
ekonomi baik karena sekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya. Tahun 2010
angkatan kerja yang bekerja mencapai 93,46 persen, dengan proporsi pekerja lakilaki sebanyak 65,61 persen dan pekerja perempuan 34,39 persen. Berdasarkan
jenis kelamin, pengangguran dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari
pada perempuan dengan persentase masing-masing sebesar 54,17 persen dan
45,83 persen. Menurut tempat tinggal, lebih dari 73,39 persen penduduk yang
menganggur bertempat tinggal di daerah perdesaan. Secara umum pada tahun
2010 sebagian besar pekerja di Sumbawa Barat bekerja pada sektor pertanian
dengan persentase lebih dari 34 persen dan lebih dari 82 persen mereka yang
bekerja di sektor pertanian bertempat tinggal di daerah perdesaan. Dari sisi tingkat

3
pendidikan, mayoritas (78,21 persen) pekerja di sektor pertanian mempunyai
pendidikan SD ke bawah.
Dilihat dari tempat tinggalnya, para pekerja yang bertempat tinggal di
daerah perkotaan mayoritas bekerja di sektor jasa dan perdagangan (masingmasing 32 persen dan 21 persen). Sementara mereka yang tinggal di daerah
perdesaan sebagian besar (41 persen) bekerja di sektor pertanian. Bagi sebagian
masyarakat pasar kerja di luar negeri menjadi alternatif karena menjanjikan
penghasilan besar. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Sumbawa Barat yang
bekerja sebagai TKI sebanyak 1.043 orang. Dilihat dari tingkat pendidikannya,
penduduk yang mencari nafkah di luar negeri ini hanya menamatkan sekolah
sampai jenjang SMP kebawah saja, yakni mencapai 93,48 persen.
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari,
memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Kata “tradisional” dalam batasan ini tidaklah merujuk dalam arti tetap tanpa
mengalami penyesuaian, tetapi menunjuk bahwa lembaga ini hidup sejak ratusan
tahun (300-400 tahun) yang lalu dan telah menjadi bagian yang mendalam dari
sistem kehidupan sebagian besar masyarakat Islam Indonesia, yang merupakan
golongan mayoritas bangsa Indonesia, dan telah mengalami perubahan dari masa
ke masa sesuai dengan perjalanan hidup masyarakat. (Mastuhu 1994). Mengingat
umurnya sudah tua dan luas penyebaran pesantren cukup merata, dapat dipahami
jika pengaruh lembaga itu pada masyarakat sekitar sangat besar. Sepanjang
kelahirannya, pesantren telah memberikan kontribusi yang sangat besar sebagai
lembaga pendidikan, lembaga penyiaran agama dan juga gerakan sosial
keagamaan kepada masyarakat.
Setelah sebelas tahun (1971-1982) menjadi santri Pondok Modern Gontor
Ponorogo, Pemuda bernama Zulkifli Muhadli mendirikan Pondok Pesantren AlIkhlas setelah dua tahun melakukan persiapan untuk membangun basis
masyarakat dan basis ekonomi, tepatnya tanggal 1 Februari 1984 dengan jumlah
pertamanya 9 orang santri yang sebelumnya adalah murid mengajinya.
Pengetahuan dan pemahaman masyarakat Sumbawa tentang pondok pesantren
masih sangat minim. Hal itu masih terus terjadi hingga saat ini. Pada awal dekade
1980-an telah ada sebuah Pondok Pesantren, tetapi oleh masyarakat dianggap
sebagai sebuah Madrasah Diniyah saja, sehingga ketika Pondok Pesantren AlIkhlas Taliwang berdiri, masyarakat memberikan sambutan yang hangat.
Perkembangan Pondok Pesantren Al-Ikhlas Taliwang terasa begitu pesat,
kemudian bermunculanlah beberapa Pondok Pesantren di tempat-tempat lain di
pulau Sumbawa. Dengan demikian, meskipun bukan yang pertama, Pondok
Pesantren Al-Ikhlas Taliwang dianggap sebagai pondok pesantren pelopor di
Sumbawa, dan dianggap sebagai yang paling berkembang.
Sebagai masyarakat yang berasal-usul dari Sulawesi Selatan dan Kalimantan
Selatan, masyarakat Sumbawa identik dengan masyarakat Islam, karena bila
seseorang sudah murtad, maka secara otomatis tidak lagi sebagai orang Sumbawa.
Dengan jiwa yang sangat terbuka, masyarakat Sumbawa memiliki daya serap
yang sangat tinggi terhadap kebudayaan-kebudayaan yang ditemuinya dalam
kehidupannya. Dengan demikian, pola kehidupan masyarakat cenderung modernis
dan meninggalkan hal-hal yang bersifat tradisional, termasuk dalam pengamalan
keagamaan. Itulah diantara faktor penyebab kurangnya jumlah santri yang belajar

4
di Pondok-Pondok Pesantren di Sumbawa, karena masyarakat Sumbawa masih
lebih memprioritaskan pendidikan putra-putrinya ke sekolah-sekolah umum,
meskipun mereka memberikan apresiasi dan mengakui prestasi pendidikan yang
telah ditunjukkan oleh alumni Pondok Pesantren. Pondok Pesantren Al-Ikhlas
selain memiliki program pendidikan formal yang terdiri dari Taman Kanak-kanak
(TK) sampai Perguruan Tinggi (UNDOVA), juga memiliki program non formal
yang bergerak dalam bidang Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Kegitan Usaha
Ekonomi Produktif dikelola oleh Badan Usaha Milik Pondok (BUMP) Pondok
Pesantren Al-Ikhlas. BUMP adalah Badan Usaha yang dibentuk untuk menjadikan
Pondok Pesantren Al-Ikhlas sebagai pondok yang mandiri ekonomi dan tidak
menggantungkan pada bantuan dari pemerintah atau lembaga lainnya. Sehingga
perlu adanya langkah-langkah untuk penguatan BUMP tersebut, agar beberapa
program non formal dengan berbagai unit-unit usaha produktif dapat berjalan
berkelanjutan yang tujuan utamanya memberdayakan masyarakat.
Sekarang muncul pertanyaan bagaimana strategi penguatan BUMP Pondok
Pesantren Al-Ikhlas dalam peningkatan usaha ekonomi produktif?

Perumusan masalah
Kelompok-kelompok merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih luas
yakni komunitas, termasuk di dalamnya adalah pondok pesantren. Kehidupan
kelompok setidak-tidaknya merupakan suatu pencerminan kehidupan komunitas
yang lebih luas, kelompok-kelompok tersebut disadari mempunyai pengaruh
terhadap pola kehidupan sehari-hari individu.
Untuk dapat mengetahui dan menganalisis pertanyaan utama yang telah
dibahas di atas maka dapat ditarik beberapa pertanyaan sepesifik dalam penelitian
ini. Pertama, faktor apa saja yang mendukung dan menghambat BUMP Pondok
Pesantren Al-Ikhlas dalam peningkatan usaha ekonomi produktif? Dalam suatu
kegiatan pengembangan masyarakat, pemahaman akan penyebab perilaku dan
cara-cara mengubah atau mempengaruhi perilaku individu dalam kaitannya
dengan individu lain akan bermanfaat dalam menyusun rencana kerja dan juga
dalam pelaksanaannya nanti. Perilaku manusia, khususnya dalam kaitannya
dengan lingkungan sosialnya adalah pusat perhatian dari psikologi sosial
masyarakat.
Menurut Baron dan Byrne (2004) dalam psikologi sosial penyebab perilaku
sosial dan pemikiran sosial dijelaskan oleh beberapa aspek yaitu: perilaku dan
karakter orang lain, proses-proses kognitif, variabel-variabel lingkungan, konteks
budaya dan faktor biologis dan genetik. Berbagai penyebab inilah yang
menjadikan psikologi sosial dapat dibedakan kedalam beberapa perspektif yang
berbeda diantaranya adalah behavioral, cognitive, struktural dan interactionist.
Setelah mengkaji peran BUMP Pondok Pesantren Al-Ikhlas, maka
pertanyaan spesifik kedua adalah bagaimana keterlibatan komunitas pesantren
dalam pelaksanaan BUMP?
Dengan adanya keterlibatan komunitas pesantren dalam pelaksanaan
BUMP, timbul pertanyaan: bagaimana strategi penguatan BUMP untuk
meningkatkan usaha ekonomi produktif?

5
Tujuan Kajian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan
diadakan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan utama dan tujuan
spesifik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan
utama dari penelitian ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah merumuskan
strategi penguatan BUMP Pondok Pesantren Al-Ikhlas dalam peningkatan usaha
ekonomi produktif. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuantujuan spesifik penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis faktor pendukung dan penghambat kinerja BUMP Pondok
Pesantren Al-Ikhlas dalam peningkatan usaha ekonomi produktif;
2. Menganalisis keterlibatan komunitas pesantren dan masyarakat desa
sekitar dalam pelaksanaan BUMP; dan
3. Merumuskan strategi penguatan BUMP dalam peningkatan usaha ekonomi
produktif.

Manfaat Kajian
Secara umum hasil penelitian ilmiah ini dapat memberikan kontribusi bagi
para pihak terhadap pengembangan pengetahuan tentang strategi penguatan
BUMP dalam peningkatan usaha ekonomi produktif. Dengan demikian,
diharapkan pemerintah ikut memperhatikan kemajuan pesantren di KSB.

Ruang Lingkup Kajian
Kajian ini meliputi BUMP Pondok Pesantren Al-Ikhlas yang ada di
Kabupaten Sumbawa Barat, khususnya di Kelurahan Menala Kecamatan
Taliwang.

6

PENDEKATAN TEORITIS

Dalam bagian ini akan dibahas tentang tinjauan pustaka, dan kerangka
pemikiran. Tinjauan pustaka menjelaskan beberapa hal yaitu pengertian strategi,
peranan strategi, klasifikasi strategi, tipe-tipe strategi, manajemen strategi, visi,
misi, dan tujuan, konsep strategi, konsep dan pengertian pemberdayaan
masyarakat, dimensi dan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat, bias-bias
pemberdayaan masyarakat, instrumen proses pemberdayaan masyarakat,
pesantren, konsep kelembagaan sosial, usaha ekonomi produktif, legalitas usaha,
bentuk-bentuk badan usaha, analisis lingkungan eksternal, analisis lingkungan
internal.

Tinjauan Pustaka
Pengertian Strategi
Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh
para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Istilah strategi dari bahasa
yunani “strategos” atau dengan kata jamak strategi yang berarti jenderal atau
perwira (state officer) dengan fungsi dan tugas yang luas. Istilah tersebut
digunakan untuk mewakili 10 (sepuluh) suku di yunani yang dikenal dengan
sebutan Board of Tai Strategy. Dan dalam artinya sempit Matlaff (1967)
menyebut strategi sebagai The Art of General (seni jenderal). Suatu strategi
mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada
dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Menurut Marrus (2002)
strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Selanjutnya
Quinn (1999) mengartikan strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang
mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian
tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi
diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian
sumberdayayang dimiliki badan usaha menjadi suatu bentuk yang unik dan
dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal
dan kelemahan badan usaha, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta
kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.
Dari kedua pendapat di atas, maka strategi dapat diartikan sebagai suatu
rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Rencana ini meliputi: tujuan, kebijakan, dan tindakan yang harus
dilakukan oleh suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi dan
menenangkan persaingan, terutama badan usaha atau organisasi harus memilki
keunggulan kompetitif. Hal ini seperti yang diungkapkan Ohmae (1999) bahwa
strategi bisnis, dalam suatu kata, adalah mengenai keunggulan kompetitif. Satusatunya tujuan dari perencanaan strategis adalah memungkinkan badan usaha
memperoleh, seefisien mungkin, keunggulan yang dapat mempertahankan atas
saingan mereka. Strategi koorperasi dengan demikian mencerminkan usaha untuk

8
mengubah kekuatan badan usaha relatif terhadap saingan dengan seefisien
mungkin. Setiap badan usaha atau organisasi, khususnya jasa, bertujuan untuk
memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggannya. Oleh karena itu, setiap
strategi badan usaha atau organisasi harus diarahkan bagi para pelanggan. Hal ini
seperti yang dijelaskan Hamel dan Prahalad (1995) “bahwa strategi merupakan
tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus,
serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa depan”. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai
dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Misalnya
strategi itu mungkin mengarahkan organisasi itu ke arah pengurangan biaya,
perbaikan kualitas, dan memperluas pasar. Terjadinya kecepatan inovasi pasar
yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core
competencies). Badan usaha perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang
dilakukan.
Goldworthy dan Ashley (1996) mengusulkan tujuh aturan dasar dalam
merumuskan suatu strategi sebagai berikut:
1. Ia harus menjelaskan dan menginterpretasikan masa depan, tidak
hanya masa sekarang.
2. Arahan strategi harus bisa menentukan rencana dan bukan
sebaliknya.
3. Strategi harus berfokus pada keunggulan kompetitif, tidak sematamata pada pertimbangan keuangan.
4. Ia harus diaplikasikan dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas.
5. Strategi harus mempunyai orientasi eksternal.
6. Fleksibilitas adalah sangat esensial.
7. Strategi harus berpusat pada hasil jangka panjang.
Suatu strategi hendaknya mampu memberi informasi kepada pembacanya
yang sekaligus berarti mudah diperbaharui oleh setiap anggota manajemen puncak
dan setiap karyawan organisasi. Maka oleh Donelly (1996) dikemukakan enam
informasi yang tidak boleh dilupakan dalam suatu strategi, yaitu:
1. Apa, apa yang akan dilaksanakan
2. Mengapa demikian, suatu uraian tentang alasan yang akan dipakai
dalam menentukan apa diatas
3. Siapa yang akan bertanggungjawab untuk atau mengoperasionalkan strategi
4. Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mensukseskan strategi
5. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk operasional strategi tersebut
6. Hasil apa yang akan diperoleh dari strategi tersebut
Untuk menjamin agar supaya strategi dapat berhasil baik dengan
meyakinkan bukan saja dipercaya oleh orang lain, tetapi memang dapat
dilaksanakan, Hatten (1996) memberikan beberapa petunjuknya sebagai berikut:
1. Strategi harus konsiten dengan lingkungan, strategi dibuat mengikuti
arus perkembangan masyarakat, dalam lingkungan yang memberi
peluang untuk bergerak maju.
2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, tergantung pada
ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat
maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain.

9

3.

4.

5.

6.

7.
8.

Jangan bertentangan atau bertolak belakan, semua strategi senantiasa
diserasikan satu dengan yang lain.
Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua
sumberdaya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain. Persaingan
tidak sehat antara berbagai unit kerja dalam suatu organisasi seringkali
mengklaim sumberdayanya, membiarkannya terpisah dari unit kerja lainnya
sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru merugikan posisi
organisasi.
Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan
kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya.
Selain itu hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan membuat
langkah-langkah yang tepat untuk menempati posisi kompetitif yang lebih
kuat.
Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah
sesuatu yang mungkin, hendaknya dibuat sesuatu yang memang layak dapat
dilaksanakan.
Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.
Memang setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslah berhati-hati,
sehingga tidak menjerumuskan organisasike lubang yang lebih besar. Oleh
karena itu strategi hendaknya selalu dapat dikontrol.
Strategi hendaknya disusn diatas landasan keberhasilan yang telah dicapai.
Tanda-tanda suksesnya dari suksesnya strategi ditampakkan dengan
adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait dari para eksekutif, dari
semua pimpinan unit dalam organisasi.

Sementara itu menurut Argyris, Mintzberg, Steiner, dan Miner seperti yang
dikutip dalam Rangkuti (1998) menyatakan bahwa strategi merupakan respon
secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman
eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi
organisasi. Bryson (2001) menjelaskan bahwa strategi dapat dipandang sebagai
pola tujuan, kebijakan, progam tindakan, keputusan atau alokasi sumberdayayang
mendefinisikan bagaimna organisasi itu, apa yang dilakukan dan
mengapa organisasi melakukannya. Dari berbagai pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa penyusunan strategi harus memperhatikan tujuan dan sasaran
yang akan dicapai di waktu yang akan datang, selain itu suatu organisasi
harus senantiasa berinteraksi dengan lingkungan dimana strategi tersebut akan
dilaksanakan, sehingga strategi tersebut tidak bertentangan melainkan searah dan
sesuai dengan kondisi lingkungan dan melihat kemampuan internal dan eksternal
yang meliputi kekuatan dan kelemahan organisasinya. Oleh karena itu, strategi
merupakan perluasan misi guna menjembatani
organisasi
dengan
lingkungannya. Strategi itu sendiri biasanya dikembangkan untuk mengatasi
isu strategis, dimana strategi menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan
kebijakan pokok. Strategi secara umum akan gagal, pada saat organisasi tidak
memiliki konsisten antara apa yang dikatakan, apa yang di usahakan dan apa yang
dilakukan.

10
Peranan Strategi
Dalam lingkungan organisasi atau badan usaha, strategi memiliki peranan
yang sangat penting bagi pencapaian tujuan, karena strategi memberikan arah
tindakan, dan cara bagaimana tindakan tersebut harus dilakukan agar tujuan yang
diinginkan tercapai. Menurut Grant (1999) strategi memiliki 3 peranan penting
dalam mengisi tujuan manajemen, yaitu:
1. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan
Strategi sebagai suatu elemen untuk mencapai sukses. Strategi merupakan
suatu bentuk atau tema yang memberikan kesatuan hubungan
antara
keputusan-keputusan yang diambil oleh individu atau organisasi.
2. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi
Salah satu peranan penting strategi sebagai sarana koordinasi dan
komunikasi adalah untuk memberikan kesamaan arah bagi badan usaha.
3. Strategi sebagai target
Konsep strategi akan digabungkan dengan misi dan visi untuk menentukan
di mana badan usaha berada dalam masa yang akan datang. Penetapan tujuan
tidak hanya dilakukan untuk memberikan arah bagi penyusunan strategi,
tetapi juga untuk membentuk aspirasi bagi badan usaha. Dengan
demikian, strategi juga dapat berperan sebagai target badan usaha.
Klasifikasi Strategi
Seperti yang dipaparkan oleh Husein (2002) bahwa strategi badan usaha
dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis badan usaha dan tingkatan tugas. Dilihat
dari jenis badan usaha, ada strategi badan usaha konglomerasi yang memiliki
beberapa Strategic Bussiness Unit (SBU), dan strategi badan usaha kecil dan
hanya memiliki satu SBU. Sedangkan dilihat dari tingkatan tugas, strategi dapat
diklasifikasikan menjadi : strategi generik (generic strategy), strategi utama/induk
(grand strategy), dan strategi fungsional.
1. Strategi generik
Menurut Porter (2002) strategi generik adalah suatu pendekatan strategi
badan usaha dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis.
Dalam praktek, setelah badan usaha mengetahui strategi generiknya, untuk
implementasinya akan ditindaklanjuti dengan langkah penemuan strategi
yang lebih operasional. Kemudian Wheelen dan Hunger (2002) membagi
strategi generik ini menjadi 3 macam yaitu:
a. Strategi stabilitas (stability). Pada prinsipnya, strategi ini
menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar, dan fungsifungsi badan usaha lain, karena badan usaha berusaha untuk
meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam rangka meningkatkan
kinerja dan keuntungan. Strategi ini resikonya relatif rendah dan
biasanya dilakukan untuk produk yang tengah berada pada posisi
kedewasaan (mature).
b. Strategi Ekspansi (Expansion). Pada prinsipnya, strategi ini
menekankan pada penambahan atau perluasan produk, pasar, dan
fungsi-fungsi badan usahanya, sehingga aktivitas badan usaha
meningkat. Tetapi, selain keuntungan yang ingin diraih lebih besar,
strategi ini juga mengandung resiko, kegagalan yang tidak kecil.

11
c. Strategi Penciutan (Retrenchment). Pada prinsipnya, strategi ini
dimaksudkan untuk melakukan pengurangan atas produk yang
dihasilkan atau pengurangan atas pasar maupun fungsi-fungsi dalam
badan usaha, khususnya yang cashflow negative. Strategi ini
biasanya diterapkan pada bisnis yang berada pada tahap menurun
(decline).
Strategi Utama
2. Strategi utama merupakan strategi yang lebih operasional dan merupakan
tindak lanjut dari strategi generik.
3. Strategi Fungsional
Strategi fungsional merupakan turunan strategi utama dan lebih bersifat
spesifik serta terperinci tentang pengelolaan bidang- bidang fungsional
tertentu, sperti bidang pemasaran, bidang keuangan, bidang SDM, bidang
pelayanan, dan lain sebagainya.
Tipe-tipe Strategi
Ada beberapa tipe strategi menurut Koteen antara lain :
1. Corporate Strategy (strategi organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, nilai, tujuan, nilainilai inisiatif-inisiatif strategi yang baru pembahasan-pembahasan
ini diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa
2. Program Stategy (strategi program)
Startegi ini memberikan perhatian pada implikasi-implikasi strategi
dari suatu program tertentu, apa dampaknya apabila suatu program
tertentu dilancarkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.
3. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)
Strategi ini memusatkan perhatian pada maksimalisasi pemanfaatan
sumberdayaessensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas
kinerja organisasi. Sumberdayaitu dapat berupa tenaga, keuangan
dan teknologi.
4. Institutional Strategy (strategi institusi)
Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan
organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategis (Salusu J
1996).
Sedangkan menurut pendapat Rangkuti (2004), strategi dapat
dikelompokkan berdasarkan 3 (tiga) tipe strategi, yaitu:
1. Strategi Manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh
manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro
misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan
harga, strategi pengembangan produk, strategi akuisi, strategi
pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.
2. Strategi Investasi
Strategi investasi merupakan kegiatan yang berorientasi pada
investasi, misalnya, apakah badan usaha ini melakukan strategi
pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi
pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi
baru atau strategi diiventasi, dan sebagainya.

12
3. Strategi Bisnis
Strategi bisnis ini juga disebut strategi bisnis secara fungsional
karena bisnis ini berorientasi kepada fungsi-fungsi kegiatan
manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau
operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategistrategi yang berhubungan dengan keuangan.
Manajemen Strategi
Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi,
implementasi strategi, dan evaluasi, serta pengendalian. Menurut Pearce dan
Robinson (1997) manajemen strategi didefinisikan sebagai kumpulan keputusan
dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan
(implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran
badan usaha.
Pengamatan
Lingkungan

Perumusan
Strategi

Implementasi
Strategi

Evaluasi dan
Pengendalian

Gambar 1 Elemen-elemen Dasar dari Proses Manajemen Strategi
Sumber: Hunger (2002)
Proses manajemen strategik menurut Pearce dan Robinson (1997) terdiri
dari sembilan tugas penting, yaitu:
1. Merumuskan misi badan usaha, meliputi rumusan umum tentang maksud
keberadaan (purpose), filosofi (philosophy), dan tujuan (goal).
2. Mengembangkan profil badan usaha yang mencerminkan kondisi internal dan
kapabilitasnya.
3. Menilai lingkungan eksternal badan usaha, meliputi pesaing maupun faktor
kontekstual umum.
4. Menganalisis opsi badan usaha dengan mencocokkan sumberdayanya dengan
lingkungan ekternal.
5. Mengidentifikasi opsi yang dikehendaki dengan mengevaluasi setiap opsi
yang ada berdasarkan misi badan usaha.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang strategi umum (grand strategic)
yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai
dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.
8. Mengimplementasikan pilihan strategi dengan cara mengalokasikan
sumberdaya angggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas,
sumberdaya manusia, struktur, teknologi dan sistem imbalan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses sebagai masukan bagi pengambilan
keputusan yang akan datang.

13
Manajemen strategi dapat membantu badan usaha dalam melihat ancaman
dan peluang di masa depan dan memungkinkan badan usaha mengantisipasi
kondisi yang selalu berubah di masa depan. Manajemen strategi merupakan suatu
proses yang senantiasa berkesinambungan. Lingkungan organisasi berubah maka
organisasi pun harus terus menerus dimodifikasi untuk memastikan bahwa yang
diinginkan tercapai.
Visi, Misi, dan Tujuan
Penentuan visi dan misi merupakan langkah awal dalam proses
perencanaan, sedangkan penentuan tujuan mengikuti formulasi strategi (David
2009). Ketiga komponen tersebut mempunyai hubungan yang saling menunjang
serta mempunyai peran dalam pelaksanaan perencanaan strategi.Visi merupakan
suatu pernyataan niat yang dirumuskan dengan seksama yang menetapkan tujuan
atau keadaan masa depan yang secara khusus digunakan oleh seseorang atau
sekelompok. Menurut David (2009) visi adalah pernyataan masa depan yang
mungkin dan didambakan oleh kelompok. Visi diperlukan untuk memotivasi
tenaga kerja secara efektif, visi bersama menciptakan perhatian bersama yang
dapat mengangkat pekerja dari kebosanan kerja sehari-hari dan menempatkan
mereka ke dunia baru yang penuh peluang dan tantangan.
Misi adalah tujuan atau alasan mengenai keberadaan organiasi, dalam misi
badan usaha yang ditetapkan apa yang ingin atau akan dicapai oleh badan usaha.
Misi ini mencakup tipe, lingkungan atau karakteristik yang dikerjakan oleh badan
usaha, harapan dan keinginan yang ingin dicapai (Jauch dan Gleueck 1999).
Sedangkan menurut David (2009) misi akan lebih berkaitan dengan tingkah laku
masa kini. Misi merupakan pernyataan alasan keberadaan suatu kelompok,
pernyataan misi mengungkapkan misi jangka panjang dari suatu kelompok dalam
arti kelompok ingin menjadi seperti apa dan siapa yang ingin dilayani.
Visi dan misi merupakan motivator dalam kelompok terutama tenaga kerja.
Misi adalah pernyataan tentang bisnis yang dijalankan oleh kelompok. Visi
biasanya dapat membangkitkan semangat. Misi dapat memastikan kebulatan
tujuan dalam kelompok, menyediakan standar untuk mengalokasikakan
sumberdaya kelompok dan berfungsi sebagai titik pusat bagi individu dalam
menyelaraskan diri dengan tujuan dan arah kelompok.
Tujuan merupakan hasil akhir dari suatu kreatifitas atau kinerja. Tujuan
menyatakan secara tegas apa saja yang akan dicapai dan kapan serta berapa yang
harus dicapai. Tujuan badan usaha umumnya meliputi profitabilitas, efektivitas,
efisiensi, pertumbuhan, kesejahteraan, pemanfaatan sumberdaya secara penuh,
reputasi, kontribusi kepada karyawan melalui program kesejahteraan karyawan,
kepemimpinan pasar, dan mempunyai keunggulan kompetitif yang tinggi.
Konsep dan Pengertian Proses Pemberdayaan Masyarakat
Proses pembangunan bersifat multidimensi begitu juga dengan
bervariasinya tujuan pembangunan. Isu mengenai strategi pembangunan yang hanya
berorientasi pada pertumbuhan untuk saat ini tidaklah cukup. Oleh karena itu
diperlukan adanya pemerataan. Hal ini disadari sebagai bentuk konsekuensi adanya
permasalahan struktural di dalam pembangunan ekonomi yang juga terkait dengan
masalah sosial di mana terdapat tatanan sosial yang memisahkan antara lapisan
ekonomi maju dengan lapisan ekonomi kerakyatan (Kartasasmita 1996).

14
Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya untuk memperkecil ketertinggalan
sektor ekonomi kerakyatan. Bagaimanapun juga, sektor ini memiliki peran di dalam
meningkatkan kemampuan ekonomi nasional karena persentasenya yang lebih
besar dibandingkan sektor ekonomi maju. Strategi yang dapat digunakan adalah
dengan membantu rakyat agar lebih berdaya sehingga dapat meningkatkan
kapasitas dan kemampuannya dalammemanfaat segala potensi yang dimilikinya.
Konsep pemberdayaan tersebut mengacu pada kemampuan masyarakat
memperoleh dan memanfaatkan akses atas sumberdaya yang penting sebagai
upaya untuk meningkatkan tingkat pendapatan dan kesejahteraan. Dengan
menciptakan dasar ekonomi yang kuat yaitu dengan meningkatkan taraf hidup
masyarakat, diharapkan lapisan ekonomi kerakyatan tersebut memiliki makna
keterlibatan di dalam proses pembangunan (Nasdian 2002).
Dengan kata lain, memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Selain itu,
pemberdayaan juga merupakan upaya mendorong dan memotivasi mereka untuk
menentukan sendiri apa yang harus dilakukannya dalam rangka mengatasi
permasalahan yang dihadapi sehingga mereka memiliki kesadaran dan kekuasaan
penuh untuk membentuk hari depannya.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, menurut Kartasasmita (1996),
upaya pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui tiga jurusan, yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling)
Setiap masyarakat pasti memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya,
tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak berdaya karena jika ada, tentu saja
mereka sudah punah. Pemberdayaan berarti suatu upaya untuk membangun daya
tersebut dengan cara mendorongnya, memotivasi, serta membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimilkinya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering)
Untuk mendukung langkah pemberdayan di atas, maka diperlukan adanya
penyediaan berbagai input seperti pembangunan prasarana dan sarana serta
kemudahan akses terhadap berbagai peluang dan sumberdaya. Upaya lain yang
dapat dilakukan adalah meningkatkan taraf pendidikan masyarakat; penyediaan
fasilitas kesehatan; kemudahan akses terhadap modal, teknologi, informasi,
lapangan kerja dan pasar; serta adanya lembaga-lembaga pendanaan, lembaga
pendidikan dan pelatihan, serta lembaga pemasaran di tingkat lokal.
3. Memberdayakan mengandung arti melindungi mereka yang lemah
Masyarakat yang lemah harus dicegah untuk semakin bertambah lemah.Oleh
karena itu, diperlukan adanya pemihakan dan perlindungan bagi masyarakat yang
tidak berdaya. Memberi perlindungan di sini tidak berarti mengisolasi yang
lemah, akan tetapi mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta
adanya tindakan eksploitasi oleh pihak yang kuat kepada yang lemah. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah, agar tindakan perlindungan yang dilakukan tidak
berlebihan karena ini justru akanmenyebabkan mereka semakin tergantung oleh
bantuan pihak luar. Dengan demikian, proses pemberdayaan masyarakat harus
melatih masyarakat untuk memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya secara
optimal sehingga hasilnya nanti diharapkan dapat dipertukarkan dengan pihak
lain.

15
Secara konseptual, fokus proses pemberdayaan adalah bagaimana individu,
kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.
“ Such a definition of empowerment is centrally about people taking
control of their own lives and having the power to shape their own
future. “ (Shardlow dalam Adi 2003).
Dengan demikian, proses pemberdayaan masyarakat adalah proses
memberdayakan individu, keluarga, kelompok, ataupun komunitas dengan cara
mengembangkan masyarakat dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi
mempunyai daya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaa

Dokumen yang terkait

Kemitraan Usaha Kecil Menengah Dengan Badan Usaha Milik Negara Di Kota Medan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) dan PT. Jamsostek (PERSERO) Cabang Kantor Medan)

0 56 199

PARTISIPASI PONDOK PESANTREN AL-IKHLAS DALAM PENDIDIKAN POLITIK (Studi Di Pondok Pesantren Al-Ikhlas Di Desa Menala Dusun Tanakakan Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat)

0 12 1

Analisa strategi koperasi pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi rakyat : studi pada koperasi pondok pesantren al-ikhlas subang jawa barat

0 4 74

Usaha-Usaha KH. Hamam Dja'far Dalam Menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan

1 27 193

Pengaruh Penyaluran Dana Koperasi Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Anggota Di Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Ikhlas Pondok Pesantren Nu Paringgonan Sumatera Utara

3 15 117

USAHA PONDOK PESANTREN DALAM MENGANTISIPASI KENAKALAN REMAJA Usaha pondok pesantren dalam mengantisipasi kenakalan remaja (Studi Kasus di Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah, Pringan, Karang Tengah, Sragen) Tahun 2006.

0 1 14

PERAN ALUMNI DALAM PENGEMBANGAN UNIT USAHA PESANTREN : STUDI KASUS PONDOK PESANTREN NURUL JADID.

0 1 68

YAYASAN PONDOK PESANTREN AL IKHLAS

1 81 11

STRATEGI PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN MELALUI USAHA KECIL MASYARAKAT

0 0 25

BAB IV PEMBAHASAN A. Kontribusi Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren Al-Fatah terhadap Kesejahteraan Pondok 1. Kontribusi dari Koperasi Pondok Pesantren Al-Fatah - ANALISIS PEMBERDAYAAN EKONOMI PONDOK PESANTREN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PO

0 0 12