Jangkauan Media, Pengetahuan, dan Sikap Siaga Bencana di Daerah Rawan Bencana Kabupaten Bandung

JANGKAUAN MEDIA, PENGETAHUAN DAN SIKAP SIAGA
BENCANA DI DAERAH RAWAN BENCANA
KABUPATEN BANDUNG

FITRIA KHOIRUNNISAK

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Jangkauan Media, Pengetahuan,
dan Sikap Siaga Bencana di Daerah Rawan Bencana, Kabupaten Bandung adalah
benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya pihak lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah
disebutkan dalm teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis ini kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Fitria Khoirunnisak
NIM. I24070062

ABSTRAK
FITRIA KHOIRUNNISAK. Jangkauan Media, Pengetahuan, dan Sikap Siaga
Bencana di Daerah Rawan Bencana, Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh
RETNANINGSIH dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
Indonesia secara geografis memiliki resiko bencana alam yang sangat
tinggi, sehingga diperlukan upaya meminimalisasi dampak dengan meningkatkan
pengetahuan dan sikap siaga bencana. Penelitian ini bertujuan menganalisis sosial
ekonomi, jangkauan media, pengetahuan dan sikap siaga bencana di Daerah
Rawan Bencana Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian di Desa Cipelah, Desa
Sukaresmi, Kecamatan Rancabali, dan Desa Kutawaringin, Desa Sukamulya,
Kecamatan Kutawaringin, dengan jumlah 200 keluarga dipilih secara purposive.
Sosialisasi bencana tergolong masih rendah dengan media informasi terbanyak
melalui media berbasis manusia (tatap muka langsung) oleh petugas penyuluh.
Kepercayaan dan penerimaan informasi responden terhadap aparat desa dinilai
baik. Pengetahuan siaga bencana 53.5% persen berada pada kategori rendah dan
sikap siaga bencana 81.0 persen berada pada kategori tinggi. Pendidikan,

frekuensi dan durasi penggunaan media serta pengetahuan siaga bencana memiliki
hubungan positif signifikan dengan sikap siaga bencana. Usia dan pendapatan perkapita memiliki hubungan negatif signifikan dengan sikap siaga bencana. Uji
regresi menunjukkan sikap siaga bencana dipengaruhi pengetahuan, dan
pendapatan per-kapita.
Kata kunci: siaga bencana, bencana longsor, jangkauan media, pengetahuan,
sikap.
FITRIA KHOIRUNNISAK. Media Outreach, Knowledge and Attitudes Disaster
Preparedness on Disaster-Prone Areas In Bandung Regency. Supervised by
RETNANINGSIH and ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
ABSTRACT
Indonesia is geographically at risk of natural disasters is very high, so it
takes effort to minimize the impact by increasing knowledge and disaster
preparedness. This study aims to analyze the social-economic, media outreach,
knowledge and disaster preparedness in disaster prone regions of Bandung
regency. Study sites in the village Cipelah, Sukaresmi Village, District Rancabali,
and Kutawaringin Village, Village Sukamulya, District Kutawaringin, the number
of 200 families were selected purposively. Socialization disaster is still relatively
low with most information media through human-based media (face to face) by
the extension workers. Trust and acceptance of information respondents to village
officials considered good. Knowledge of disaster preparedness 53.5% percent are

in the low category of disaster preparedness and 81.0 percent are in the high
category. Education, frequency and duration of use of the media as well as
knowledge of disaster preparedness has a significant positive relationship with
disaster preparedness. Age and income per capita has a significant negative
relationship with disaster preparedness. Regression test showed influenced
disaster preparedness knowledge, and per-capita income.
Keywords: disaster preparedness, disaster landslide, media outreach, knowledge,
attitude.

RINGKASAN
FITRIA KHOIRUNNISAK. Jangkauan Media, Pengetahuan, dan Sikap Siaga
Bencana di Daerah Rawan Bencana, Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh
RETNANINGSIH dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
Kabupaten Bandung merupakan wilayah perbukitan atau pegunungan
dengan lereng terjal dan curah hujan cukup tinggi, sehingga potensi kerawanan
tanah longsor tinggi. Beberapa wilayah di Kabupaten Bandung sering terjadi
longsor dengan skala kecil sampai besar yang mengakibatkan kerusakan
infrastruktur, terganggunya kegiatan sosial ekonomi dan terancamnya keselamatan
penduduk. Upaya pemerintah meminimalisasi dampak bencana dengan
meningkatkan pengetahuan dan sikap siaga bencana.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh karakteristik sosial
ekonomi, jangkauan media, dan pengetahuan siaga bencana terhadap sikap siaga
bencana pada keluarga daerah rawan bencana Kecamatan Rancabali dan
Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tujuan Khusus
adalah (1) Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi, jangkauan media,
pengetahuan siaga bencana, dan sikap siaga bencana di Kecamatan Rancabali dan
Kecamatan Kutawaringin, (2) Menganalisis hubungan karkateristik sosial
ekonomi, jangkauan media, dan pengetahuan siaga bencana dengan sikap siaga
bencana, (3) Menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi, jangkauan
media, pengetahuan siaga bencana terhadap sikap siaga bencana di Rancabali dan
Kutawaringin.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian strategis nasional DIKTI
yang berjudul “Pengembangan Model Pemasaran Sosial Siaga Bencana di Daerah
Rawan Gempa” tahun 2011-2012 oleh Krisnatuti, Retnaningsih, dan Rahmayani.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Lokasi penelitian
di Desa Cipelah, Desa Sukaresmi, Kecamatan Rancabali, dan Desa Kutawaringin,
Desa Sukamulya, Kecamatan Kutawaringin, dengan jumlah 200 keluarga dipilih
secara purposive. Jumlah contoh pengambilan data masing-masing desa 50
keluarga tercatat sebagai keluarga yang mengalami dampak bencana alam dan
tinggal di daerah rawan bencana (longsor) dan bersedia diwawancara. Total

contoh pengambilan data terdapat 200 keluarga. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Juni 2012 hingga juli 2012. Data dikumpulkan melalui metode wawancara
dengan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi (72.0%) keluarga
termasuk kategori keluarga kecil. Persentase tertinggi usia suami (47.9%) berada
pada kategori dewasa madya (41–65 tahun) dan istri (61.7%) berada pada kategori
dewasa muda (18-40 tahun). Rata-rata usia istri (39.0 tahun) lebih muda dari pada
rata-rata usia suami (44.4 tahun). Lama pendidikan suami-istri masih rendah
dengan tingkat pendidikan suami-istri di dominasi tamatan SD (suami 68.1% dan
istri 68.9%). Pekerjaan buruh merupakan pekerjaan utama yang paling banyak
(46.5%) dilakukan suami. Sejumlah 48.1 persen istri bekerja, dengan 23.8 persen
memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta. Pendapatan per-kapita berada pada
kategori di atas garis kemiskinan BPS (2012), dengan pendapatan per-kapita
minimal yang dimiliki sebesar Rp 50 000 sedangkan pendapatan per-kapita
maksimal Rp 804 800, dan rata-rata pendapatan per-kapita Rp 322 903.25.

Pengalaman sosialisasi bencana masih rendah. Aparat desa sebagai salah
satu bentuk media berbasis manusia bersifat internal, yang dipercaya hampir
keseluruhan contoh (83.5%). Sumber informasi eksternal televisi sebagai media
berbasis audio-visual lebih dipercaya 61.0 persen contoh. Hal tersebut

menjelaskan, kepercayaan dan penerimaan informasi contoh dari aparat desa
cukup tinggi, namun keluarga sebagian besar hanya menggunakan 1 jenis media
dan pada jenis media informasi, yang disukai 58.5 persen contoh cenderung lebih
menyukai televisi. Jenis acara yang paling disukai 41.0 persen contoh dari 98.0
persen pengguna televisi lebih menyukai sinetron/drama. Media lain yang
digunakan adalah radio (14.5%) dengan lebih menyukai musik (13.5%), majalah
(2.0) dengan rublik pendidikan (1%) dan rublik fasion (1%), serta Koran (5%)
dengan rublik olahraga (2.5%). Pengetahuan siaga bencana yang dimiliki keluarga
masih tergolong rendah, akan tetapi sikap positif mampu ditunjukkan keluarga.
Penguasaan setiap pertanyaan pengetahuan siaga bencana tergolong rendah,
karena dari 15 pertanyaan pengetahuan, 7 diantaranya berada pada skor dibawah
60. Sikap siaga bencana masih terdapat satu pernyataan sikap negatif sebesar 10.3
persen contoh, yaitu pernyataan sikap untuk tidak panik saat menyelamatkan diri
ketika terjadi bencana.
Semakin banyak anggota keluarga maka semakin sering keluarga
menonton TV dan membaca Koran. Semakin tinggi usia suami-istri maka semakin
sering menggunakan media komunikasi dan lebih mempercayai informasi dari
pihak internal. semakin baik pendapatan keluarga maka semakin sering
memperoleh informasi dan menggunakan media Koran-radio. Semakin lama
menempuh pendidikan kemudian semakin sering frekuensi dan lama durasi

menggunakan media informasi atau semakin banyak informasi yang didapatkan
maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki contoh, sehingga semakin
banyak sikap positif siaga bencana yang ditunjukkan contoh. Semakin tua usianya
maka semakin rendah pengetahuan siaga bencana yang dimiliki dan semakin
negatif sikap siaga bencana yang ditunjukkan. Semakin banyak mengikuti
sosialisasi bencana dan semakin banyak penggunaan media maka semakin baik
tingkat pengetahuan siaga bencana. Semakin semakin tinggi pendapatan perkapita maka sikap siaga bencana semakin negatif. Pendapatan perkapita memiliki
pengaruh nyata secara negatif terhadap sikap siaga bencana, sedangkan
pengetahuan siaga bencana berpengaruh nyata secara positif terhadap siaga
bencana.
Saran yang diberikan kepada pemerintah berdasarkan hasil penelitian
adalah sosialisasi bencana lebih dapat dimaksimalkan melalui aparat desa dan
televisi. Materi yang perlu diberikan adalah pengetahuan tentang kesiapsiagaan
bencana, bentuk siaga bencana, program desa/pemerintah yang berkaitan dengan
upaya siaga bencana, dan lembaga-lembaga pemerintah yang membantu dalam
kesiapsiagaan bencana. Pemerintah perlu membuat peta jalur evakuasi dan
memasang rambu jalur evakuasi, (Desa Sukaresmi yang hampir tidak memiliki
jalur evakuasi) karena terdapat sikap negatif pada sebagian besar masyarakat yang
panik ketika bencana terjadi sehingga proses penyelamatan diri cenderung tidak
memperhatikan jalur evakuasi.

Kata kunci: siaga bencana, bencana longsor, jangkauan media, pengetahuan,
sikap.

JANGKAUAN MEDIA, PENGETAHUAN, DAN SIKAP SIAGA
BENCANA DI DAERAH RAWAN BENCANA
KABUPATEN BANDUNG

FITRIA KHOIRUNNISAK

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
Pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014


Judul Skripsi : Jangkauan Media, Pengetahuan, dan Sikap Siaga Bencana di
Daerah Rawan Bencana Kabupaten Bandung
Nama
: Fitria Khoirunnisak
NIM
: I24070062

Disetujui oleh,

Ir. Retnaningsih, M.Si.
Pembimbing 1

Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si.
Pembimbing 2

Diketahui oleh,

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc.
Ketua Depertemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
petunjuk dan kekuatan selama proses penyelesaian skripsi. Penelitian ini
merupakan bagian dari penelitian program Dikti yang berjudul “Pengembangan
Model Pemasaran Sosial Siaga Bencana di Daerah Rawan Gempa”, tahun 20112012.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Retnaningsih, M.Si. dan Dr. Ir.
Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi. Penghargaan
penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir Ujang Sumarwan, M.Sc. sebagai ketua
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.F.S.A.
sebagai pembimbing akademi, Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS sebagai penguji sidang,
serta para dosen dan Staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas
bimbingan, dukungan, kerjasama, dan arahannya selama penulis menjadi
mahasiswa Departemen IKK, IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Kedua Orangtua yang tidak hentinya berjuang, memberikan semangat dan
doa untuk mendukung penulis selama menempuh pendidikan dan penyelesaian
skripsi. Selain itu adik-adik tersayang yang selalu memberikan semangat,
dukungan dan keceriaan. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
masa depan. Demikian skripsi ini disusun semoga bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Fitria Khoirunnisak

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Teknik Pengambilan Contoh
Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan Dan Analisis Data
Definisi Operasional
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Lokasi Penelitian
Karakteristik Keluarga Contoh
Jangkauan Media
Pengetahuan Siaga Bencana
Sikap Siaga Bencana
Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi, Jangkauan Media,
Pengetahuan Siaga Bencana Dengan Sikap Siaga Bencana
Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi, Jangkauan Media,
Pengetahuan Siaga Bencana Dengan Sikap Siaga Bencana
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
2
4
4
4
6
6
6
7
7
10
11
11
12
15
18
19
21
21
22
25
25
26
26
36

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Variabel dan Kategori Data
Tabel 2 Nilai minimal, maksimal, dan rataan
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan usia suami dan istri
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan suami-istri
Tabel 5 Sebaran contoh menurut lama pendidikan suami-istri
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan utama
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan
Tabel 9 Sebaran contoh menurut pengalaman sosialisasi bencana
Tabel 10 Sebaran contoh menurut jumlah penggunaan media

9
13
13
13
14
14
15
15
16
17

Tabel 11 Sebaran contoh menurut penggunaan media
Tabel 12 Sebaran contoh menurut frekuensi penggunaan media
Tabel 13 Sebaran contoh menurut durasi penggunaan media
Tabel 14 Persentase responden yang menjawab benar pada item
pertanyaan pengetahuan
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan yang dimiliki
Tabel 16 Persentase responden yang setuju dengan item
pernyataan sikap siaga bencana
Tabel 17 sebaran contoh berdasarkan kategori sikap siaga bencana
Tabel 18 Hubungan karakteristik sosial ekonomi,
jangkauan media, dan pengetahuan, dengan sikap siaga bencana
Tabel 19 Pengaruh karakteristik sosial ekonomi, jangkauan media,
pengetahuan terhadap sikap siaga bencana

17
17
18
19
19
20
21
21
22

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Mekanisme pengambilan contoh penelitian

5
7

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Persentase sebaran pilihan responden berdasarkan
sumber informasi (internal dan eksternal), bentuk
perolehan informasi, media yang disukai (%)
Lampiran 2 Persentase sebaran pilihan responden berdasarkan rublik
(koran dan majalah) dan acara (radio dan TV) yang disukai (%)
Lampiran 3 Gambar lokasi penelitian 1
Lampiran 4 Gambar lokasi penelitian 2
Lampiran 5 Hasil uji kolerasi karakteristik sosial ekonomi, jangkauan
media, pengetahuan, dan sikap siaga bencana

31
32
33
34
35

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Letak Indonesia secara astronomis dilewati garis katulistiwa, secara
geografis Indonesia terletak dipertemuan dua samudra (Pasifik dan Hindia), dua
benua (Asia dan Australia). Indonesia terdapat pertemuan jalur gunung berapi
aktif (Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania), pertemuan lempeng (Eurasia,
Indoaustralia, dan Pasifik), dan pertemuan pergerakan angin barat dan timur
(angin berasal dari dataran Asia bersifat panas dengan angin dari dataran Australia
bersifat dingin), serta kontur topografi Indonesia dominan dengan dataran tinggi,
dan perbukitan atau pegunungan. Kondisi tersebut dapat membuat Indonesia yang
berbentuk kepulauan menjadi rawan terhadap bencana, terlebih dengan luas lautan
Indonesia lebih besar dari daratannya.
Kejadian bencana alam di Indonesia mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Tahun 2011-2012, intensitas atau curah hujan tinggi dan berjangka
lama mengakibatkan bencana alam sering terjadi. Terlebih wilayah dengan
kondisi tanah tidak berpenahan, drainase air buruk, terjadinya pencemaran alam,
perilaku manusia merusak alam (seperti buang sampah sembarangan, mendirikan
rumah di daerah resapan air, dan sebagainya). Menurut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) 1815-2012, pulau jawa memiliki tiga provinsi
yang memiliki intensitas terjadi bencana terbanyak, dengan urutan yaitu provinsi
Jawa Tengah, provinsi Jawa Barat, dan provinsi Jawa Timur. Tercatat 1.700
kejadian bencana di provinsi Jawa Barat. Total kejadian dari tahun 2000-2012 di
Indonesia adalah 12.614 kejadian bencana dengan 188.045 korban meninggal
dunia. Bencana di Indonesia mengalami peningkatan tahun 2008 sebesar 47
persen, terlihat peningkatan korban bencana dari 624 jiwa (2008) menjadi 2.611
jiwa pada tahun 2009.
Upaya pemerintah meminimalisasikan dampak bencana alam, salah
satunya dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kesiapsiagaan
bencana, melalui program sosialisasi bencana, pelatihan siaga bencana, dan
peringatan dini bencana oleh BPBD atau Tagana. Kebijakan pemerintah sebagai
bentuk keseriusan penanganan bencana diperkuat dengan adanya mandat
pengurangan resiko bencana Undang-undang No. 24 tahun 2007 mengenai
penanggulangan bencana alam dan Undang-undang No. 21 tahun 2008 terkait
penyelenggaraan penanggulangan bencana untuk menciptakan ketahanan
masyarakat. Tanggung jawab pemerintah dalam melaksanakan kebijakan
penanggulangan bencana bertujuan menciptakan kesejahteraan sosial masyarakat
sesuai Undang-undang No. 11 tahun 2009.
Peningkatan pengetahuan yang dilakukan bertahap dan berkesinambungan
dapat mengembangkan potensi diri, merubah sikap dan perilaku sesuai tujuan
pembelajaran secara aktif terhadap masyarakat sebagai target atau sasarannya.
Upaya tersebut memerlukan komunikasi efektif dengan media yang tepat sebagai
perantara. Pengetahuan bahaya bencana alam didapatkan melalui berbagai sumber
informasi, baik dari luar atau dari dalam desa yang berisiko bencana. Pihak-pihak
luar yang terlibat dalam transmisi pengetahuan adalah guru, wartawan atau pihak
berwenang setempat. Sumber internal meliputi orang yang di tuakan maupun
orang yang di hormati. (Maarif, Pramono, Kinseng, Sunarti, 2012).

2

Media massa adalah bentuk komunikasi yang sasarannya berjumlah
banyak dan beragam dengan jangkauan luas serta pesan dapat diterima audiens
secara serempak dengan jumlah relatif banyak. Menurut Leshin, Pollock dan
Reigeluth (1992), mengklasifikasikan media menjadi lima kelompok, yaitu media
berbasis manusia (tatap muka langsung), media berbasis cetak, media berbasis
audio-visual, dan media berbasis computer. Media massa yang sifat pesan atau
informasinya begitu kuat dan diulang-ulang dengan frekuensi serta durasi tinggi
akan dapat mendorong perubahan pemikiran penerima pesan. Hal tersebut
menjelaskan dampak dan proses sebuah persuasi yang datang dari media massa
juga mampu memegang peran penting dalam merubah cara penerima pesan atau
informasi dalam berpikir, bersikap, maupun berperilaku. Namun, terkadang efek
media terjadi tidak secara langsung dan perlu termediasi dengan pendapat para
pakar atau individu kharismatik yang dipercaya dalam komunitas sosial dalam
penyampaian informasi (Severin, W. J., dan Tankard, J, W., 2007).
Media massa lebih daripada sekadar pemberi informasi dan opini. Media
massa mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan sesuatu,
tetapi sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa yang perlu
dipikirkan (Cohen, 1963). Dampaknya Menurut Severin, W. J., dan Tankard, J,
W., (2007), penggunaan media dapat menyebabkan perubahan pendapat, nilai,
moral, dan tata cara kehidupan. Maka perlu adanya evaluasi isi dan informasi dari
media yang digunakan khalayak dalam menilai realita sosial yang dihadapi, agar
tidak terjadi perubahan nilai-nilai positif menjadi negatif. Namun, menurut
Klapper (1960), komunikasi massa pada umumnya bukan penyebab utama dari
timbulnya efek bagi penerima pesan, melainkan lebih merupakan fungsi antara
faktor mediasi dan pengaruh. Sehingga efektif dalam penyebaran informasi,
pengetahuan, dan kesadaran dasar, serta kurang efektif dalam mengubah
pendapat-pendapat khusus, bahkan tidak efektif untuk mengubah sikap dan
perilaku. Sikap merupakan ungkapan perasaan yang menunjukkan positif atau
negatif, setuju atau tidak setuju, dan suka atau tidak suka. Sikap siaga bencana
positif diperlukan untuk menentukan tindakan atau perilaku yang lebih baik dalam
mengurangi dampak bencana alam. Sikap positif secara tidak langsung maupun
secara langsung dapat terjadi ketika pengetahuan siaga bencana dimiliki
masyarakat melalui media massa sebagai perantara informasi.
Perumusan Masalah
Kabupaten Bandung merupakan wilayah perbukitan atau pegunungan
dengan lereng terjal dan curah hujan cukup tinggi, sehingga potensi kerawanan
tanah longsor tinggi. Beberapa wilayah di Kabupaten Bandung sering terjadi
longsor dengan skala kecil sampai besar yang mengakibatkan kerusakan
infrastruktur, terganggunya kegiatan sosial ekonomi dan terancamnya keselamatan
penduduk. Penyebab bencana tanah longsor adalah kondisi geologi, topografi,
jenis litologi, tata ruang dan konversi hutan menjadi tanaman pangan atau
perkebunan. Pemukiman penduduk yang banyak dibangun pada daerah yang
berlereng, mengakibatkan sangat rawan terhadap ancaman longsor. Zona
kerentanan tanah longsor tinggi mempunyai tingkat kecenderungan terjadinya
gerakan tanah tinggi yang aktif bergerak akibat pengaruh curah hujan yang tinggi.
(Naryanto, 2011). Pengaruh curah hujan dalam menghasilkan longsor adalah suatu

3

yang jelas, sehingga radio local dan TV dapat memberikan peringatan dini ketika
terjadi hujan dengan intensitas dan durasi tinggi (Hasnawir, 2012).
Kabupaten Bandung menduduki peringkat ketiga skala nasional dalam
indeks kerawanan tanah longsor. Menurut BPS (2011), penduduk Jawa Barat
berjumlah kurang lebih 44 juta jiwa dan sebanyak 28 juta bertempat tinggal di
daerah rawan bencana. Wilayah di Kabupaten Bandung yang terindikasi masuk
dalam daerah rawan bencana berada di bagian tengah dan selatan (BPLHD, 2010).
Kecamatan Rancabali dan Kecamatan Kutawaringin berada di Kabupaten bagian
selatan yang masuk ke kategori rawan bencana. Hal ini karena termasuk daerah
tersebut dikelilingi tebing dengan kecuraman tinggi yang rawan longsor.
Dampak terjadinya bencana alam dapat menimbulkan korban jiwa,
psikologis, dan ekonomi. Bencana alam dapat menyebabkan krisis keluarga yang
kehilangan pekerjaan, dan berkurangnya pendapatan. Pengurangan dampak
bencana alam dengan meningkatkan pengetahuan melalui sosialisasi bencana,
peringatan dini, memberikan pendidikan kebencanaan di sekolah sejak dini.
Upaya pemerintah dalam penanganan bencana hasilnya tidak dapat dirasakan
optimal oleh masyarakat apabila terjadi perbedaan pendapat masyarakat dan
pemerintah. Hal itu disebabkan dari cara berkomunikasi yang tidak tepat,
pemilihan media komunikasi yang tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat,
serta terbatasnya pengetahuan dan kesadaran untuk bersikap atau perilaku
menghargai alam yang dimiliki masyarakat. Akibat dari kesenjangan masyarakat
dengan pemerintah dapat mempengaruhi penerimaan masyarakat dalam
penanganan bencana yang dilakukan pemerintah berjalan lamban.
Keterbatasan media yang digunakan masyarakat dapat menghambat akses
kinerja dari penanggulangan bencana melalui proses pembelajaran mengenai
kesiapsiagaan bencana. Hal tersebut dapat diatasi melalui komunikasi antar
pribadi menggunakan peran aktif aparat desa, pemuka adat, orang dituakan
maupun penerima pesan pemerintah lainnya yang dipercaya masyarakat. Bentuk
investasi ketahanan masyarakat yang dilakukan pemerintah salah satunya dengan
peningkatan kualitas masyarakat dalam menghadapi bencana (kesiapsiagaan
bencana) dan pengenalan alam Indonesia melalui proses pembelajaran atau
pendidikan. Menurut Everett (1973) mass media akan berperan secara efektif
dalam merubah pendapat atau menambah pengetahuan, sedangkan komunikasi
antar pibadi umumnya lebih efektif dalam perubahan sikap, kecuali jika pesanpesan tersebut justru memperkuat nilai-nilai dan kepercayaan (belief) audience,
sedangkan pesan-pesan yang bertentangan akan disaring audience melalui tingkat
selektivitas mereka.
Sesuai dengan pemaparan permasalahan di atas, maka pertanyaan utama
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi, jangkauan media, pengetahuan
siaga bencana, dan sikap siaga bencana di Rancabali dan Kutawaringin?
2. Bagaimana hubungan karkateristik sosial ekonomi, jangkauan media, dan
pengetahuan siaga bencana dengan sikap siaga bencana?
3. Apakah ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi, jangkauan media,
pengetahuan siaga bencana terhadap sikap siaga bencana di Rancabali dan
Kutawaringin?

4

Tujuan
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh karakteristik sosial
ekonomi, jangkauan media, dan pengetahuan siaga bencana terhadap sikap siaga
bencana pada keluarga daerah rawan bencana Kecamatan Rancabali dan
Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung Bagian Selatan, Jawa Barat
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi, jangkauan media,
pengetahuan siaga bencana, dan sikap siaga bencana di Kecamatan
Rancabali dan Kecamatan Kutawaringin.
2. Menganalisis hubungan karkateristik sosial ekonomi, jangkauan media,
dan pengetahuan siaga bencana dengan sikap siaga bencana.
3. Menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi, jangkauan media,
pengetahuan siaga bencana terhadap sikap siaga bencana di Rancabali dan
Kutawaringin.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis dalam meningkatkan
kemampuan menganalisa suatu permasalahan sesuai dengan disiplin ilmu yang
dimiliki, serta memperkaya wawasan dan studi kepustakaan mengenai bidang
konsumen. permasalahan sikap kesiapsiagaan bencana pada keluarga daerah
rawan bencana dengan jangkauan media, dan pengetahuan kesiapsiagaan bencana
yang dapat digunakan sebagai referensi literature dan dapat sebagai masukanmasukan untuk penelitian selanjutnya. Partisipasi aktif masyarakat secara tidak
langsung dijadikan bahan pertimbangan dan masukan untuk lembaga terkait
pengurangan resiko bencana atau penanggulangan bencana atas desakan
kebutuhan masyarakatnya. Penelitian ini dapat menjadi masukan pembuatan
program-program pemerintah dalam peningkatan pengetahuan masyarakat,
perubahan sikap, dan perilaku masyarakat sebagai wujud kesuksesan mengenai
penanganan bencana dengan orientasi kesiapsiagaan bencana.
KERANGKA PEMIKIRAN
Resiko bencana tinggi perlu perlu penanganan dan antisipasi yang tepat
pada daerah-daerah prioritas. Berbagai upaya meminimasisasi dampak dilakukan
pemerintah, salah satunya dengan kesiapsiagaan bencana, peningkatan
pengetahuan, dan perubahan sikap positif. Peningkatan pengetahuan dapat
dilakukan dengan sosialisasi bencana, pelatihan bencana, pembelajaran atau
pendidikan serta pemanfaatan media massa dengan baik dan efektif. Menurut
Naryanto (2011), Korban bencana alam akan kehilangan pekerjaan, sehingga
kekurangan keuangan keluarga dan dapat menurunkan perekonomian daerah.
Kerusakan infrastruktur dapat melumpuhkan pemasukan retribusi, potensi
pendapatan, serta fasilitas sosial. Pembangunan tempat tinggal oleh masyarakat
dan fasilitas publik oleh pemerintah perlu memperhatikan faktor ancaman longsor.

5

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa
maupun lingkungan. Pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan
dengan realitas-realitas yang tetap dan senantiasa berubah.
Proses pembelajaran pada peningkatan pendidikan selain peran
pemerintah, dan pendidik perlu komunikasi baik, jelas dan tepat sasaran, dengan
menggunakan jangkauan media massa sehingga mampu menembus suatu wilayah
tanpa terikat lagi keterbatasan ruang dan waktu yang dimiliki sebuah komunikasi.
Media merupakan sarana perantara informasi atau pesan dari pengirim pesan ke
penerima pesan secara audio, visual, maupun audiovisual. Dampak adanya media
massa adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat yang menerima informasi,
terbentuknya opini publik atau persepsi dalam masyarakat yang menerima
informasi, adanya perubahan sikap masyarakat serta dapat berdampak pada
perubahan perilaku masyarakat yang menerima informasi (Agustin, 2011).
Media massa akan berperan secara efektif dalam merubah pendapat atau
menambah pengetahuan, sedangkan komunikasi antar pribadi umumnya lebih
efektif dalam perubahan sikap, kecuali jika pesan-pesan tersebut justru
memperkuat nilai-nilai dan kepercayaan audience, sedangkan pesan-pesan yang
bertentangan akan disaring audience melalui tingkat selektivitas mereka. Sikap
seseorang terbentuk dengan perubahan cara pandang dan peningkatan
pengetahuan yang melalui pengalaman sebelumnya maupun pembelajaran. Upaya
pemerintah dalam pencegahan atau mitigasi bencana jangka panjang dengan
memberikan pendidikan kebencanaan sebagai mata pelajaran di sekolah sejak
dini, sehingga pengetahuan masyarakat mengenal alam atau lingkungan sekitarnya
akan semakin meningkat (Andayani, 2011).
Adapun kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Karakteristik Sosial
Ekonomi Keluarga :
1. Usia suami-istri
2. Besar Keluarga
3. Pendidikan suami-istri
4. Pekerjaan suami-istri
5. Pendapatan

PENGETAHUAN
SIAGA BENCANA
JANGKAUAN MEDIA

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

SIKAP SIAGA
BENCANA

6

METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian berjudul Jangkauan Media, Pengetahuan, dan Sikap Siaga
Bencana di Daerah Rawan Bencana, merupakan bagian dari penelitian strategis
nasional DIKTI yang berjudul “Pengembangan Model Pemasaran Sosial Siaga
Bencana di Daerah Rawan Gempa” tahun 2011-2012 oleh Krisnatuti,
Retnaningsih, dan Rahmayani. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan menggunakan desain cross sectional study, yakni penelitian dengan
mempelajari objek riset hanya pada satu waktu tertentu atau tidak
berkesinambungan dalam jangka waktu panjang (single periode in time).
Pemilihan tempat Kabupaten Bandung dengan Kecamatan Rancabali dan
Kecamatan Kutawaringin dilakukan secara purposive sampling dengan alasan
sebagai daerah rawan bencana, kondisi topografi pegunungan dan terdapat
patahan darat aktif (sumber peta topografi BPBD Kabupaten Bandung).
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012 hingga juli 2012.
Teknik pengambilan Contoh
Populasi penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di daerah rawan
bencana Kabupaten Bandung bagian selatan. Cara pemilihan contoh
menggunakan metode purposive dengan kriteria keluarga pernah mengalami
bencana alam sehingga memiliki pengetahuan setidaknya berdasarkan
pengalaman bencana alam. Responden penelitian merupakan istri atau kepala
keluarga di lokasi penelitian yang bersedia memberikan informasi sebagai data
penelitian.
Tahap pertama, berdasarkan data BNPB kejadian bencana per-provinsi
1815-2012, Provinsi Jawa Barat menjadi urutan kedua terbanyak bencana alam.
Tahap kedua, daerah Kabupaten Bandung bagian selatan memiliki topografi
pegunungan dengan patahan darat aktif yang merupakan daerah rawan bencana
terutama longsor. Tahap ketiga, terdapat patahan darat aktif (retakan tanah atau
pergeseran tanah) dan bencana alam terutama longsor di Kecamatan Rancabali
dan Kutawaringin, serta merupakan daerah dengan korban bencana terbanyak.
Tahap keempat, Desa Cipelah, Desa Sukaresmi, Desa Kutawaringin, dan Desa
Sukamulya dipilih dengan alasan pada data dan peta topografi BPBD Kabupaten
Bandung berwarna merah bata serta pernah terjadi longsor dan retakan tanah.
Jumlah contoh pengambilan data masing-masing desa 50 keluarga tercatat sebagai
keluarga yang mengalami dampak bencana alam dan tinggal di daerah rawan
bencana (longsor) dan bersedia diwawancara. Total contoh pengambilan data
terdapat 200 keluarga. Mekanisme pengambilan contoh tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.

7

Jawa Barat

Purposive

Kabupaten Bandung Selatan

Purposive

Kecamatan Rancabali
N= 48449
Desa
Cipelah
(N= 8028
n=50)

Kecamatan Kutawaringin
N= 92036

Desa
Sukaresmi
(N=9315
n=50)

Desa
Kutawaringin
(n=50)

Desa
Sukamulya
(n=50)

Purposive

Purposive

Gambar 3. Proses pengambilan contoh penelitian

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer yang digunakan adalah wawancara
dengan kuesioner terstruktur yang dibuat sendiri. Data primer meliputi
karakteristik sosial ekonomi keluarga (usia, pendidikan, besar keluarga, pekerjaan,
dan pendapatan keluarga), jangkauan media (penggunaan media, nama
koran/majalah/radio/TV, rublik/acara yang disukai, frekuensi dan durasi,
pengalaman sosialisasi bencana dan kepercayaan terhadap informasi),
pengetahuan siaga bencana, serta sikap siaga bencana.
Hasil uji reliabilitas menunjukkan masing-masing variabel jangkauan
media α= 0.638, pengetahuan α= 0.741, dan sikap siaga bencana memiliki
α=0.752.
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2007,
Statistic Program for Sosial Science (SPSS) versi 16.0 for windows, dan minitab
versi 15.0 melalui tahapan proses editing, coding, scoring, entrying, dan cleaning
data. Editing meliputi pengecekan mengenai kelengkapan isi yang dapat diterima
pada kuesioner serta konsistensi jawaban antara satu pertanyaan dengan
pertanyaan lain. Coding berupa penyusunan kode sebagai panduan entri dan
pengolahan data. Scoring adalah sistem skoring yang dilakukan dengan
menjumlahkan dan mengkategorikan. Entrying adalah memasukkan data
penelitian yang sudah dilakukan coding maupun scoring kedalam program
Microsoft Excel 2007. Cleaning adalah pengecekan kesesuaian data.
Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif
merupakan metode penelahan data menggunakan rataan, median, nilai maksimum,
dan nilai minimum untuk dapat menggambarkan data menjadi lebih dipahami.
Data yang dianalisis deskriptif meliputi karakteristik sosial ekonomi, jangkauan
media, pengetahuan siaga bencana, dan sikap siaga bencana. Analisis deskriptif
menggunakan alat uji descriptive statistics. Teknik scoring secara normatif

8

merupakan sistem scoring yang dilakukan dengan menjumlahkan dan
mengkategorikan data menggunakan cut off point dengan interval Khomsan
(2007) yaitu rendah (80%), digunakan
untuk variabel pengetahuan siaga bencana dan sikap siaga bencana. Analisis
inferensia digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik sosial ekonomi,
jangkauan media, dan pengetahuan siaga bencana terhadap sikap siaga bencana
yang menggunakan Uji Regresi, berikut merupakan pengolahan data pada setiap
variabel:
Pengolahan data setiap variabel adalah, karakteristik sosial ekonomi terdiri
dari usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga. Berdasarkan
Hurlock (1998), Usia dibagi menjadi tiga kategori. Pendidikan diukur berdasarkan
tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti dan lama pendidikan yang
pernah ditempuh. Jenis pekerjaan merupakan pekerjaan utama maupun pekerjaan
tambahan yang dilakukan untuk menghidupi keluarga (pekerjaan kepala keluarga
dan pekerjaan istri). Pendapatan keluarga per-bulan diperoleh dari pendapatan
utama, pendapatan tambahan, bonus perusahaan, kiriman anak yang ditotalkan
kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori sesuai UMR (Upah minimum
Regional). Menurut SK Gub. 561/KEP.1540-BANGSOS/2011 (UMK seJABAR), Upah Minimum Regional Kabupaten Bandung tahun 2012 sebesar Rp 1
223 800. Pendapatan per-kapita diperoleh dari total pendapatan keluarga yang
dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang ditanggung yang kemudian
diklasifikasikan menurut BPS (2012) Rp 228 577. Berdasarkan data BKKBN
(1998) besar keluarga dibagi menjadi tiga kelompok.
Jangkauan media yang diteliti adalah penggunaan media, frekuensi
penggunaan dalam seminggu, durasi menggunakan dalam satu hari, macam acara
atau rublik yang disukai, pengalaman sosialisasi bencana, pihak/sumber informasi
internal dan eksternal yang dipercaya, bentuk perolehan informasi, media
informasi paling disukai. Penggunaan media di skoring berdasarkan jumlah
penggunaan jenis media cetak dan media elektronik, dan macam acara atau rublik
yang disukai, ditanyakan kemudian di coding.
Frekuensi penggunaan dalam seminggu menggunakan pertanyaan terbuka
yang kemudian dihitung total frekuensi. Durasi penggunaan dalam satu hari
diperoleh dari pertanyaan terbuka yang kemudian satuan menit diubah menjadi
jam dan dihitung total durasi penggunaan. Pengalaman sosialisasi bencana
menggunakan teknik scoring. Sumber pengalaman sosialisasi bencana,
pihak/sumber informasi yang dipercaya (internal dan eksternal), bentuk perolehan
informasi, dan media informasi paling disukai, menggunakan pertanyaan terbuka
yang diolah dengan mengelompokkannya sesuai coding yang dibuat.
Kuesioner pengetahuan siaga bencana yang digunakan memiliki 15
pertanyaan terbuka dan dibuat dengan acuan website BNPB, buku pengenalan
karakteristik bencana dan upaya mitigasinya di Indonesia (Harjadi, Triutomo,
Widjaja, dan Amri, 2007) dan Undang-undang No 24 tahun 2007. Sikap siaga
bencana memiliki 20 pernyataan, dengan 8 pernyataan sebelum bencana, 6
pernyataan saat bencana dan 6 pernyataan sesudah bencana. Pernyataan sikap
siaga bencana diolah dengan teknik skoring. Penanggulangan bencana merupakan
segala upaya dan kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, mitigasi,
dan kesiapsiagaan pada saat sebelum terjadinya bencana serta penyelamatan pada
saat bencana, rehabilitasi dan rekronstruksi setelah terjadinya bencana

9

(BAKORNAS, 2009). Menurut Fothergill, alice, and lori peek (2004)
menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan
bencana terdiri atas kesiapsiagaan yaitu peringatan bahaya. Selanjutnya adalah
tanggap darurat, pemulihan, dan terakhir rekonstruksi.
Tabel 1 Variabel kategori data dan skala data
NO
1.

2.

Variabel
Karakteristik sosial ekonomi
Usia

Satuan

Skala Data

Tahun

Rasio

Pendidikan
Lama pendidikan

Tahun

Rasio

Pendapatan

Rupiah per bulan

Rasio

Besar Keluarga

Orang

Rasio

Jumlah

Rasio

Frekuensi

Kali dalam seminggu

Rasio

Durasi

Jam dalam sehari

Rasio

Jangkauan Media
Penggunaan media

Pengalaman
bencana

sosialisasi Tidak = 0
Iya = 1

Ordinal

3.

Pengetahuan Siaga Bencana

(0) Tidak menjawab/Jawaban salah
(1) Menjawab/Jawaban benar

Ordinal

4.

Sikap Siaga Bencana

(0) Tidak
Ordinal
(1) Ya
Kecuali, pertanyaan kedua sebelum
bencana dan pertanyaan keenam saat
bencana (0) Ya (1) Tidak.

Regresi versi Galton adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen (terikat) terhadap satu atau lebih variabel independen (variabel bebas),
dengan tujuan mengestimasi dan/atau memprediksi rataan populasi atau nilai
rataan variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui
(Gujarati, 2003). Asumsi klasik regresi yang harus dipenuhi agar dapat
menentukan model uji regresi yang baik, apabila tidak ada autokolerasi data, tidak
ada multikoliniaritas dan homokedastisitas.
Regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh atau
hubungan sebab-akibat secara linear antara dua atau lebih variabel bebas
(independen) terhadap variabel terikat (dependen). Persamaan regresi linear
berganda dinyatakan dalam rumusan sebagai berikut :

10

Y = a + b1X1 + b2X2 + ….+ bnXn
Keterangan :
Y
X1 dan X2
a
b

= variabel dependen (nilai yang diprediksi)
= variabel independen
= konstanta (parameter intercept)
= koefisien regresi (kemiringan/gradien)
peningkatan ataupun penurunan.

mengetahui

nilai

Pengambilan data penelitian dari 200 contoh, yang dapat diolah secara
regresi adalah 185 contoh setelah diuji kenormalan dengan program minitab versi
15.0. H0: residual menyebar normal, H1: residual tidak menyebar normal, hasil uji
kenormalan p-value 0.010 < alpha 5%, artinya tolak H0, karena residual tidak
menyebar normal. Selanjutnya menghilangkan beberapa data yang heterogen dan
large standardized residual. Hasilnya tidak ada autokolerasi positif (1.608 < dw
65 tahun)

Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan suami-istri di dominasi tamatan SD (suami 68.1% dan
istri 68.9%). Namun masih ada yang tidak bersekolah (suami-istri 2.1 persen).
Data selengkapnya disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan suami-istri
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD/MI
Tamat SD/MI
Tamat SMP/MTS
Tamat SMA/MA
Akademi/Diploma/PT
Total

Suami
n
4
18
128
17
18
3
188

Istri
%
2.1
9.6
68.1
9.0
9.6
1.6
100

n
4
25
133
20
8
3
193

%
2.1
12.9
68.9
10.4
4.1
1.6
100

14

Lama Pendidikan
Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase tertinggi berada pada kategori
rendah, dengan suami sebesar 80.3 persen dan istri sebesar 85.5 persen. Suamiistri sebesar 1.6 persen menempuh lama pendidikan lebih dari 12 tahun,
sedangkan suami yang menempuh 9 tahun hingga 12 tahun sebanyak 18.1 persen
dan 12.9 persen istri. Rata-rata lama pendidikan usia suami lebih tinggi (6.6
tahun) dari pada rata-rata lama pendidikan istri (6.2 tahun).
Tabel 5 Sebaran contoh menurut lama pendidikan suami-istri
Lam