Penguatan Kapasitas Manajerial Koperasi Pada Upaya Pemberdayaan Masyarakat Lokal (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat).

(1)

PENGUATAN KAPASITAS MANAJERIAL KOPERASI PADA

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL

(Studi Kasus pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat)

JALALUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(2)

(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penguatan Kapasitas Manajerial Koperasi pada upaya Pemberdayaan Masyarakat Lokal (Studi Kasus

Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat)

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015


(4)

(5)

JALALUDDIN. Penguatan Kapasitas Manajerial Koperasi pada upaya Pemberdayaan Masyarakat Lokal (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat). Dibimbing oleh SARWITITI S. AGUNG sebagai ketua dan ARYA H DHARMAWAN sebagai anggota komisi pembimbing.

Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) adalah kabupaten yang mendukung kepada berkembanganya koperasi dan UMKM. Salah satu bukti nyata dukungan ini adalah dikeluarkannya Program Stimulus Ekonomi (PSE) pada tahun 2010 dengan skema memberikan dana stimulus bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi. Gerakan Pemda KSB ini sejalan dengan konsep Cornelis (2003) yang mendukung gerakan koperasi sebagai upaya pengembangan masyarakat yang berbasis komunitas.

Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri (KJKS PALEBA)

adalah sebuah komunitas koperasi yang melakukan pengembangan masyarakat melalui pemberian kredit / pembiayaan kepada masyarakat lokal. KJKS PALEBA juga mendapat dukungan dari Pemda KSB berupa pengelolaan Dana Abadi Desa (DAD) pada tahun 2006 sampai 2008 dengan total berjumlah Rp. 7,5 milyar. KJKS PALEBA mendapatkan apresiasi dari pemda KSB tahun 2009 sebagai koperasi berkualitas, juga dari Pemprov NTB tahun 2011 sebagai koperasi berprestasi bahkan dari Kemenkop RI tahun 2011 sebagai koperasi berprestasi.

Apresiasi yang diberikan oleh pemerintah bukan berarti KJKS PALEBA berjalan tanpa hambatan dan rintangan. Sejak berdirinya pada tahun 2006,

koperasi syari’ah ini banyak menghadapi polemik. Adanya pelaporan masyarakat

ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan korupsi, menyebabkan koperasi diinvestigasi oleh BPKP wilayah Bali pada tahun 2009 dan tahun 2010. Kondisi ini menyebabkan citra koperasi menjadi buruk.

Buruknya citra koperasi menjadi potensi kearah pelemahan koperasi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal. Dilain pihak pelaku UMKM menurut data Disperindagkop dan UMKM tahun 2013 mencapai 3.566 pelaku.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kapasitas kelembagaan KJKS PALEBA dalam kapasitas sebagai kelembagan ekonomi dan kapasitas sebagai kelembagan sosial, mengetahui kapasitas manajemen KJKS PALEBA, mengetahui kapasitas kelembagaan KJKS PALEBA SERTA merumuskan strategi dan program aksi penguatan kapasitas manajerial KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi kuantitatif dan kualitatif. Teknik mendapatkan data kuantatif melalui data sekunder berupa laporan keuangan koperasi dan data kualitatif melalui observasi lapangan, wawancara mendalam dan FGD. Alat analisis kuantitatif menggunakan rasio profitabilitas dan analisis kualitatif menggunakan SWOT.

Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan rendah dan kurangnya tingkat kemampuan koperasi dalam menghasilkan keuntungan. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa KJKS PALEBA sebagai kelembagaan ekonomi terlihat pada berperannya pada pemberdayaan masyarakat lokal, dan sebagai kelembagaan sosial KJKS PALEBA memberikan santunan kematian bagi ahli waris anggota koperasi.Kapasitas manajemen secara ekonomi kurang menguntungkan sehingga


(6)

Kapasitas sumberdaya manusia pada KJKS PALEBA pada pengelolaan usaha telah memenuhi standar namun pada sisi pengurus dan pengawas masih minim.

Pada aspek SDM, kapasitas sumberdaya manusia pada KJKS PALEBA pada pengelolaan usaha telah memenuhi standar namun pada sisi pengurus dan pengawas masih minim. Pada manajemen koperasi, keterlibatan pengurus dan pengawas sangat minim dan hanya bersifat formalitas. Fungsi-fungsi organisasi dijalankan oleh manajer. Pada aspek kepemimpinan koperasi, manajer termasuk dalam katagori kepemimpinan paternalistik. Kelembagaan KJKS PALEBA menemui persoalan komunikasi internal yang menimbulkan adanya konflik interes sehingga membutuhkan solusi untuk keberlanjutan pembedayaan masyarakat.

Strategi penguatan yang harus dilakukan diantaranya adalah menggunakan kemampuan manajer yang untuk mendapatkan sumberdaya baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya modal.Program aksi yang perlu dilakukan untuk penguatan kapasitas manajerial KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal yaitu aspek struktur koperasi, tata aturan koperasi (penegakkan SOP) dan penyadaran anggota koperasi.

Kata kunci : Penguatan kapasitas, Manajerial koperasi, Pemberdayaan masyarakat Lokal


(7)

Jalaluddin. Managerial Capacity Strengthening cooperative efforts on Local Community Empowerment (Case Study Cooperative Financial Services Shariah Pariri Lema Bariri West Sumbawa regency). Guided by SARWITITI S AGUNG as chairman and ARYA H DHARMAWAN as a member of the supervising commission.

West Sumbawa Regency (KSB) is a district berkembanganya support to cooperatives and SMEs. One of the clear evidence of this support is the release of the Economic Stimulus Program (PSE) in 2010 with a scheme providing stimulus funds for perpetrators of Micro, Small and Medium Enterprises (SMEs) and cooperatives. KSB local government movement is in line with the concept of Cornelis (2003) which supports the cooperative movement as a community-based community development.

Cooperative Financial Services Shariah Pariri Lema Bariri (KJKS PALEBA) is a cooperative community that community development through the provision of credit / financing to local communities. KJKS PALEBA also received support from the local government on managing the Endowment Fund KSB Village (DAD) in 2006 to 2008 with a total amount of Rp. 7.5 billion. KJKS PALEBA gain an appreciation of the local government in 2009 as a cooperative KSB quality, also from the NTB provincial government in 2011 as a cooperative achievement of even Kemenkop RI in 2011 as a cooperative achievement.

Appreciation is given by the government does not mean KJKS PALEBA run without hindrance and obstacles. Since its establishment in 2006, this shariah cooperative faces many polemics. The existence of public reporting to the Corruption Eradication Commission (KPK) over allegations of corruption, causing a cooperative investigation by BPKP area of Bali in 2009 and 2010. This condition causes the image of the cooperative to be bad.

The bad image of the cooperative into a potential weakness towards cooperative in efforts to empower local communities. On the other hand, according to data Disperindagkop SMEs and SMEs in 2013 reached 3,566 offenders.

This study aims to look at the institutional capacity KJKS PALEBA in the capacity as an institutional economic and social institutional capacity, management capacity KJKS PALEBA knowing, knowing the institutional capacity KJKS PALEBA AND formulate a strategy and an action program to strengthen the managerial capacity KJKS PALEBA on efforts to empower local communities. This study uses a combination of quantitative and qualitative methods. Quantitative techniques to get the data through secondary data from the financial statements of the cooperative and qualitative data through field observations, in-depth interviews and focus group discussions. Quantitative analysis tools using profitability ratios and qualitative analysis using the SWOT.

The results of quantitative research showed a low level and a lack of cooperative ability to generate profits. Qualitative research results indicate that KJKS PALEBA as an economic institution looks at the involvement of the local community empowerment, and as a social institution KJKS PALEBA provide a death benefit to the heirs of the cooperative members. Capacity management is


(8)

inadequate in number. Human resource capacity in KJKS PALEBA on business management meets the standards, but on the side of the board and the superintendent is still minimal.

On cooperative management, the management and supervisory involvement was minimal and merely a formality. Organizational functions carried out by the manager. In the aspect of cooperative leadership, managers included in the category of paternalistic leadership. Institutional KJKS PALEBA meet internal communication problems which give rise to a conflict of interest so requires solutions to the sustainability of the community empowerment.

Strengthening strategies to do them is to use the ability of the manager to get the resources both human and capital resources. The action program needs to be done to strengthen the managerial capacity KJKS PALEBA on efforts to empower local communities are aspects of cooperative structures, rules governing cooperatives (enforcement SOP) and awareness of members of the cooperative.

Keywords: Capacity building, Managerial cooperative, Local community


(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(10)

(11)

PENGUATAN KAPASITAS MANAJERIAL KOPERASI PADA

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL

(Studi Kasus pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat)

JALALUDDIN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(12)

(13)

Pemberdayaan Mayarakat Lokal (Studi Kasus pada Koperasi Jasa

Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Kabupaten Sumbawa Barat)

Nama : Jalaluddin NIM : I354120135

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Sarwititi S Agung MS Ketua

Dr Ir Arya H Dharmawan, MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr


(14)

(15)

(16)

Alhamdulillh wa syukrulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT sehingga karya ilmiah ini bisa dilaksanakan. Tema yang dipilih dalam kajian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah Penguatan Kapasitas Manajerial Koperasi pada upaya Pemberdayaan Masyarakat Lokal (Studi Kasus Koperasi

Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat)

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Sarwititi S Agung, MS dan Bapak Dr Ir Arya H Dharmawan, MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan. Penghargaan penulis sampaikan juga kepada Dr Ir H Amri Rahman Msi selaku dosen pembimbing lapangan, Managemen KJKS PALEBA dan para informan yang tidak bisa saya sebut semuanya.

Ungkapan terima kasih peneliti haturkan kepada Almarhum Ayahanda M. Ali. AR teriring do’a semoga amal ibadah beliau diterima disisiNya, Ibunda tercinta Nurbaya Anwar, istri tersayang Dwi Lapitarini serta anak-anakku Brivanto Ayatullah dan Brigitta Rahmatillah atas dukungan motivasi dan do’a, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015


(17)

(18)

(19)

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR GRAFIK xiii

DAFTAR MATRIK xiii

DAFTAR DIAGRAM xiii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Kajian 2

Manfaat Kajian 3

Ruang Lingkup 3

2 PENDEKATAN TEORITIS 5

Kapasitas Kelembagaan Koperasi 5

Manajemen Koperasi 8

Pengembangan Masyarakat Lokal 14

Kerangka Pemikiran 15

3 METODE KAJIAN 17

Lokasi, Objek dan Waktu Kajian 17

Kajian Kualitatif 17

Kajian Kuantitatif 17

Metode Perancangan Program 20

4 PROFIL KOMUNITAS KELURAHAN DALAM 23

Luas dan batas wilayah 23

Kependudukan 25

Struktur Sosial 27

Pola-pola Kebudayaan 30

5 PROFIL KJKS PALEBA 33

KJKS PALEBA sebagai Pengelola Dana Abadi Desa (DAD) 39 KJKS PALEBA sebagai Pengelola Tabungan Abadi Sosial (TAS) 41 6 ANALISIS MANAJEMEN ORGANISASI KJKS PALEBA 43

Analisis Sumberdaya Manusia 43

Analisi Kapasitas Kelembagaan 45

Analisis Manajemen 51

Analisis Kelembagaan 66

7 PERANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM AKSI 65

Analisis SWOT 65

Program Aksi 80

Matrik Perancangan Program Kelembagaan 81

Matrik Perancangan Program SDM 87

Analisis Strategi dan Program Aksi 92

8 KESIMPULAN DAN SARAN 95

Kesimpulan 95

Saran 95

DAFTAR PUSTAKA 97


(20)

Tabel 1. Teori SWOT 19

Tabel 2. Analisis strategi 19

Tabel 3. Tingkat Kesehatan KJKS 21

Tabel 4. Batas Wilayah 23

Tabel 5. Tingkat Pendidikan 24

Tabel 6. Penggunaal dan Luas Lahan 25

Tabel 7. Nama Lembaga dan Status 27

Tabel 8. Nama Lembaga, Jenis dan Jumlah 28

Tabel 9. Modal Sendiri KJKS PALEBA 37

Tabel 10. Kewajiban Lancar KJKS PALEBA 38

Tabel 11. Kekayaan KJKS PALEBA 38

Tabel 12. Nilai ROA KJKS PALEBA 50

Tabel 13. SWOT Kelembagaan KJKS PALEBA 67

Tabel 14. Strategi Kekuatan - Peluang 71

Tabel 15. Strategi Kekuatan - Ancaman 71

Tabel 16. Strategi Kelemahan - Peluang 72

Tabel 17. Strategi Kelemahan - Ancaman 72

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran 15

Gambar 2. Peta Wilayah Kelurahan Dalam 23

Gambar 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Dalam 24

Gambar 4. Pola Hubungan antar lembaga 28

Gambar 5. Struktur Organisasi 32

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Dalam 26 Grafik 2. Persentase dan Jenis Mata Pencaharian 30

Grafik 3. Perkembangan SHU 51

DAFTAR MATRIK

Matrik 1. Programn Aksi Gugus Kelembagaan 89


(21)

Diagran 1 Persentase Penduduk Bersarkan Agama 24


(22)

(23)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) adalah kabupaten yang mendukung kepada berkembanganya koperasi dan UMKM. Salah satu bukti nyata dukungan ini adalah dikeluarkannya Program Stimulus Ekonomi (PSE) pada tahun 2010 dengan skema memberikan dana stimulus bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi. Gerakan Pemda KSB ini sejalan dengan konsep Cornelis (2003) yang mendukung gerakan koperasi sebagai upaya pengembangan masyarakat yang berbasis komunitas.

Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri (KJKS PALEBA)

adalah sebuah komunitas koperasi yang melakukan pengembangan masyarakat melalui pemberian kredit / pembiayaan kepada masyarakat lokal. KJKS PALEBA juga mendapat dukungan dari Pemda KSB berupa pengelolaan Dana Abadi Desa (DAD) pada tahun 2006 sampai 2008 dengan total berjumlah Rp. 7,5 milyar. KJKS PALEBA mendapatkan apresiasi dari pemda KSB tahun 2009 sebagai koperasi berkualitas, juga dari Pemprov NTB tahun 2011 sebagai koperasi berprestasi bahkan dari Kemenkop RI tahun 2011 sebagai koperasi berprestasi.

Apresiasi yang diberikan oleh pemerintah bukan berarti KJKS PALEBA berjalan tanpa hambatan dan rintangan. Sejak berdirinya pada tahun 2006, koperasi syari’ah ini banyak menghadapi polemik. Adanya pelaporan masyarakat ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan korupsi, menyebabkan koperasi diinvestigasi oleh BPKP wilayah Bali pada tahun 2009 dan tahun 2010. Kondisi ini menyebabkan citra koperasi menjadi buruk.

Buruknya citra koperasi menjadi potensi kearah pelemahan koperasi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal. Dilain pihak pelaku UMKM menurut data Disperindagkop dan UMKM tahun 2013 mencapai 3.566 pelaku.

Dengan demikian pengembangan kapasitas diperlukan oleh KJKS PALEBA sehingga tujuan koperasi untuk mensejahterakan anggota dapat terwujud. Melalui kajian ini peneliti ingi mengetahui bagaimana strategi penguatan kapasitas manajerial koperasi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal?

Perumusan Masalah

Sebagai kelembagaan yang mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai kelembagaan ekonomi dan sebagai kelembagan social, KJKS PALEBA berperan aktif pada upaya pemberdayan masyarakat. Peran aktif sebagai fungsi ekonomi dilakukan dengan pemberian pembiayaan / kredit kepada masyarakat dalam berbagai model. Pada fungsi sebagai kelembagaan sosial KJKS PALEBA memberikan santunan kematian kepada ahli waris anggotanya sebesar Rp 1.000.000. Kajian ini lebih lanjut ingin menilai kapasitas kelembagaan KJKS PALEBA sebagai kelembagaan sosial dan ekonomi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal

PengelolaanKJKS PALEBAdilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kompetensi dan kapasitas pada usaha koperasi. Koperasi yang bergerak usaha


(24)

simpan pinjam membutuhkan kemampuan dan keterampilan khusus sebagaimana koperasi simpan pinjam juga membutuhkan ijin usaha tambahan selain adanya legalitas koperasi, maka dengan penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana kapasitas sumberdaya manusia KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal

Sebagai kelembagaan koperasi yang melakukan pemberdayaan masyarakat tentunya banyak mengalami gejolak. Gejolak yang ada berdampak kepada pengelolaan usaha yang dilakukan oleh manajemen KJKS PALEBA. Manajemen koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, pengawas dan pengelola. Koperasi menjalankan usahanya berdasarkan sistem partisipatif. Dengan kondisi ini peneliti ingin melihat bagaimana manajemen koperasi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal

Koperasi sebagai kelembagaan partisipatif, mendjalankan roda kegiatan usaha dengan keterlibatan seluruh manajemen kopersi mulai dari rapat anggota, pengurus, pengawas dan pengelola bahkan anggota. Dengan ini peneliti ingin melihat bagaimana manajemen kelembagaan koperasi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal

Dengan adanya analisis SWOT yang teridentifikasi maka dalam upaya memperkuat manajerila koperasi diperlukan cara-cara dan upaya yang terstruktrur dan sistematsi, maka dengan itu kajian ini ingin merumuskan strategi dan program aksi penguatan kapasitas manajerial koperasi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal

Tujuan Kajian

Tujuan utama kajian ini adalah penguatan kapasitas manajerial koperasi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal. Tujuan utama ini dapat dijabarkan menjadi beberapa tujuan spesifik diantaranya:

1. Menilai kapasitas kelembagaan KJKS PALEBA sebagai kelembagaan sosial dan ekonomi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal

2. Mengidentifikasi sumberdaya manusia KJKS PALEBApada upaya pemberdayaan masyarakat lokal

3. Mengidetifikasi manajemen KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal

4. menganalisa kelembagaan KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal

5. merumuskan strategi dan program aksi penguatan kapasitas manajerialkoperasi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal

Manfaat Kajian

Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaatkhususnya kepada:

1. Kelembagaan KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal 2. Kalangan akademisi dalam upaya memperkaya kajian penguatan kelembagaan


(25)

Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup kajian ini adalah kelembagaan koperasi yang difokuskan analisa pada fungsi dan perannya sebagai kelembagaan ekonomi dan sebagai kelembagaan sosial. Disamping melihat kondisi pengelolaan usaha, kondisi manajemenn koperasi juga menjadi perhatian, termasuk menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan kelembagaan koperasi sampai akhirnya merumuskan strategi dan program aksi penguatan manajerial koperasi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal. Kajian berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat NTB .


(26)

(27)

2 PENDEKATAN TEORITIS

Kapasitas Kelembagaan Koperasi

Pengertian Koperasi

Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang koperasi mendefinisikan koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip demokratif.Koperasi dan bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Menurut Subandi (2011) koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Menurut Hendrojogi (2000)koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk menemuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui pemisahan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis.

Beberapa pengertian tersebut menggambarkan koperasi sebagai kumpulan orang-orang yang menginginkan kemajuan kesejahteraan ekonomi bersama

Kapasitas kelembagaan

Pengembangan kapasitas (capacity buliding) banyak dikemukakan para ahli sebagaimana menurut:

1. Milen (2006) bahwa pengembangan kapasitas adalah proses dimana individu, organisasi, institusi dan masyarakat meningkakan kemampuannya untuk (1) menjalankan fungsi pokok, memecahkan masalah, menentuskan dan mencapai tujuan (2) memahami dan menghubungkan kebutuhan pengembangan mereka dalam konteks yang luas dan dengan cara yang terus menerus.

2. Wrihatnolo (2007) pengkapasitasan pada masyarakat meliputi (1) manusia, peningkatan kapasitas dalam konteks ini meliputi manusia sebagai individu maupun kelompok. Adapun tujuan capacity building pada manusia merupakan hal mendasar karena tanpa adanya kecakapan (skillfull) individu maupun kelompok yang akan diberi kekuasaan/diberdayakan dengan program pemberdayaan tidak dapat merespon dengan baik program tersebut, apalagi untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan program. Kegiatan peningkatan kapasitas ini dapat dilakukan dengan penyuluhan, bimbingan teknis, pelatihan, atau pendampingan sosial oleh tenaga teknis yang dibutuhkan, (2) organisasi, pengkapasitasan organisasi dapat dilakukan dengan restrukturisasi. Peningkatan kapasitas organisasi ini dapat juga dilakukan pada organisasi yang sudah ada di masyarakat dengan memperkuat fungsi dan peran organisasi tersebut, (3) sistem nilai, peningkatan kapasitas pada masyarakat dalam membuat aturan yang menjadi acuan bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pengkapasitasan juga dilakukan dengan memperkuat dan mempertahankan kelembagaan yang memiliki sistem


(28)

nilai yang telah berlaku dalam masyarakat seperti pola hubungan antar warga, kepercayaan, norma adat yang berlaku dan nilai sosial lainnya. Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan kapasitas khususnya pada organisasi dalam hal ini koperasi adalah peningkatan kemampuan organisasi koperasi untuk menjalankan fungsi dan perannya pada upaya mensejahterakan anggota.

Koperasi sebagai kelembagaan sosialdan ekonomi

Menurut Soekanto (2000) lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma dari segala tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat 2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial.

Hayami dan Kikuchi (1987) mengatakan bahwa dasarnya kelembagaan mempunyai dua pengertian yaitu : kelembagaan sebagai suatu aturan main (rule of the game) dalam interaksi personal dan kelembagaan sebagai suatu organisasi yang memiliki hierarki.

Subandi (2011) mengatakan bahwa umumnya usaha koperasi memiliki dua fungsi penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu fungsi bidang ekonomi dan fungs bidang sosial.

Fungsi dalam bidang ekonomi

1. Membutuhkan motif berusaha yang lebih berperikemanusiaan. 2. Mengembangkan metode pembagian sisa hasil usaha yang lebih adil. 3. Memerangi monopoli dan bentuk-bentuk konsentrasi permodalan lainnya. 4. Menawarkan barang-barang dan jasa dengan harga yang lebih murah. 5. Menigkatkan penghasilan anggota.

6. Menyederhanakan dan mengefisienkan tata niaga.

7. Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan. 8. Menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran, antara kebutuhan

dan pemenuhan kebutuhan.

9. Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapat secara aktif. Fungsi dalam bidang sosial

1. Mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat bekerja sama, baik dalam menyelesaikan masalah mereka, maupun dalam membangun tatanan sosial masyarakat yang lebih baik.

2. Mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat berkorban, sesuai dengan kemampuannya masing-masing, demi terwujudnya tatanan sosial dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan beradab 3. Mendorong terwujudnya suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis,

menjamin dan melindungi hak dan kewajiban setiap orang.

4. Mendorong terwujudnya suatu kehidupan masyarakat yang tentram dan damai.

Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa kelembagaan yang bersifat sosial mempunyai norma, aturan dan hirarki dalam masyarakat untuk mencapai tujuan . Koperasi sebagai sebuah kelembagaan sosial tercermin dari tujuan dan aturan –aturan yang ada pada kelembagaan koperasi.


(29)

Manajemen Koperasi

Pengertian manajemen dirujuk pada pendapat beberapa ahli:

1. Rivai (2007) dapat dilihat dari berbagai sisi pandang diantaranya arti manajemen terkait dengan empat fungsinya, yaitu planing, organizing, actuating, dan controling.

2. Menurut Terry (2009), manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pamanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber yang lain.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses ilmu yang mulai dari planing, organizing, actuating, sampaicontroling guna suatu tujuan tertentu.

Walaupun secara kelembagaan koperasi mempunyai prinsip, fungsi dan ciri-ciri yang berbeda dari bentuk-bentuk perusahaan lainnya, namun koperasi tetap merupakan sebuah organisasi yang ingin mencapai tujuan tertentu. Organisasi sebagai wadah untuk mencapai tujuan harus mempunyai bentuk dan struktur yang tepat, efisien dan efektif. Agar kegiatan usaha koperasi berhasil dengan baik maka harus didukung oleh manajemen yang baik dan organisasi yang tangguh (Subandi 2011).

Kelembagaan koperasi sebagai sebuah badan usaha yang berbadan hukum mempunyai struktur yang berbeda dengan badan hukum lainnya. Perbedaan ini tercermin pada beberapa hal diantaranya pemilik koperasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama untuk mencapai suatu tujuan dan kesejahteraan bersama. Kesejahteraan bersama hanya akan bisa dicapai jika pengelolaan koperasi berada ditangan orang-orang yang mempunyai kompetensi dan komitmen yang tinggi. Manajemen koperasi mengarah kepada manajemen partisipatif yang didalamnya terdapat kebersamaan dan keterbukaan antar anggota. Manajemen pengelolaan koperasi mempunyai peran ganda, satu sisi mempunyai motif ekonomi yang mengedepankan profit oriented dan pada sisi lain mempunyai motif sosial (Hendrojogi 2000).

Selanjutnya Subandi menjelaskan manajemen merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap organisasi. Sebagaimana diketahui, hakikat manajemen ialah mencapai tujuan dengan tangan orang lain. Pencapaian tujuan dengan tangan orang lain itu dilakukan oleh manajemen dengan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, dan fungsi pengawasan. Dengan demikian, keberhasilan manajemen sebuah organisasi akan sangat tergantung pada pelaksanaan masing-masing fungsi tersebut.

Selanjutnya Subandi menjelaskan manajemen merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap organisasi. Sebagaimana diketahui, hakikat manajemen ialah mencapai tujuan dengan tangan orang lain. Pencapaian tujuan dengan tangan orang lain itu dilakukan oleh manajemen dengan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, dan fungsi pengawasan. Dengan demikian, keberhasilan manajemen sebuah organisasi akan sangat tergantung pada pelaksanaan masing-masing fungsi tersebut.


(30)

Perencanaan adalah proses perumusan program beserta anggarannya yang harus dilakukan oleh sebuah koperasi sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan strategi yang hendak dilaksanakan. Sebagai tindak lanjut dari strategi, maka pelaksanaan fungsi perencanaan dalam sebuah organisasi koperasi harus secara konsisten mengacu pada tujuan dan misi koperasi tersebut. Dengan kata lain, perencanaan bukanlah hanya sekedar pengungkapan keinginan, melainkan merupakan pengewanjatahan dari strategi yang telah dipertimbangkan.

Koperasi dalam melaksanakan sebuah perencanaan, selain harus mengacu pada tujuan dan misi koperasi itu, penentuan strategi harus mempertimbangkan secara cermat hal-hal berikut:

a. Berbagai ketentuan internal koperasi;

b. Berbagai kelemahan internal yang dimilikinya;

c. Kesempatan / peluang bisnis yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan koperasi;

d. Hambatan / kendala bisnis yang diperkirakan akan menggangu pencapaian tujuan organisasi.

Bertolak dari analisis diatas, barulah ditentukan strategi yang sebaiknya ditempuh untuk mencapai tujuan dan misi koperasi. Adapun jenis strategi yang dapat dipilih oleh koperasi dalam garis besarnya dibedakan antara strategi ditingkat korporasi dan strategi ditingkat unit usaha. Jenis strategi yang dapat dipilih pada tingkat korporasi meliputi : usaha tunggal, diversifikasi usaha terkait, dan diversifikasi usaha tidak terkait atau konglomerasi.Sedangkan jenis strategi yang dapat dipilih pada tingkatan unit usaha meliputi: minimasi biaya, diferensiasi produk, konsentrasi pada dasar tertentu, atau gabungan ketiganya.

2. Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah pembagian tugas dan wewenang dalam koperasi diantara pelaku yang bertanggungjawab atas pelaksanaan rencana-rencana koperasi itu.Dalam garis besarnya, jenis struktur organisasi dibedakan atas struktur fungsional, struktur unit usaha, dan struktur matriks. Struktur fungsional adalah yang membagi wewenang pengelolaan koperasi berdasarkan fungsi-fungsinya. Struktur unit usaha ialah yang membagi wewenang pengelolaan koperasi berdasarkan unit-unit usahanya dan struktur matriks ialah gabungan antara struktur fungsional dan struktur unit usaha.

Masing-masing jenis struktur tersebut tentu memiliki kelemahan serta kekurangan masing-masing. Sekedar pedoman, 2 (dua) hal penting yang perlu dipertimbangkan pengurus dalam hal struktur organisasi adalah :

a. Efektifitas struktur organisasi tersebut dapat dilihat dari segi pencapaian tujuan koperasi;

b. Efektifitas struktur organisasi itu dapat dilihat dari segi biaya penyelenggaraannya. Koperasi yang masih kecil dan yang hanya menyelenggarakan satu unit usaha, biasanya cukup diselenggarakan dengan menggunakan struktur fungsional.

3. Fungsi Pelaksanaan

Pelaksanaan ialah proses penerapan rencana-rencana koperasi oleh masing-masing fungsi atau unsur dalam organisasi koperasi. Aspek terpenting pada tahap pelaksanaan ini ialah aspek koordinasi dan monitoring.Dengan melakukan koordinasi, maka berbagai unsur dalam organisasi diupayakan untuk bekerja saling bahu-membahu dalam mencapai tujuan koperasi. Dalam garis


(31)

besarnya, unsur-unsur yang terlibat pada tahap pelaksanaan ini terdiri dari anggota, penasihat, pengawas, pengurus, pengelolaan dan karyawan koperasi.

Secara keseluruhan, tanggung jawab fungsi pelaksanaan merupakan tanggung jawab pengurus koperasi. Tetapi, karena pengurus tidak dapat melaksanakan semua tugasnya tanpa bantuan orang lain, maka pengurus memiliki wewenang untuk mengangkat pengelola sebagai pelaksana harian manajemen koperasi. Sehubungan dengan tugas yang dipikulnya itu, maka seorang pengelola harus mempunyai wawasan dan kemampuan bisnis koperasi dengan sebaik-baiknya.

4. Fungsi Pengawasan

Pengawasan ialah upaya yang dilakukan oleh kewenangan yang lebih tinggi, untuk mengukur tingkat kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dengan hasil yang telah dicapai.Sesuai dengan Undang undangnomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha koperasi dilaksanakan oleh pengawas. Kegiatan pengawasan terutama sekali dilakukan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan usaha koperasi. Dengan demikian pengawas diharapkan dapat mencegah / mengurangi akan terjadinya penyalahgunaan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh koperasi secara tidak bertanggungjawab.

Dalam melaksanakan fungsi kepengawasannya, pengawas koperasi bisa meminta bantuan tenaga ahli (dalam hal ini akuntan publik) untuk mengungkapkan terjadinya penyalahgunaan wewenang atau terjadinya penyelewengan yang dilakukan pengurus koperasi. Walaupun pelaksanaan kegiatan pengawasan dilimpahkan kepada pihak lain, namun fungsi dan tanggung jawab pelaksanaan pengawasan tetap berada di tangan pengawas.

Dengan demikian pada dasarnya manajemen koperasi sama dengan organisasi lainnya untuk mencapai tujuan dengan melaksanakan fungsi manajemen secara efektif dan efisien.

Menurut Sitio dan Tamba (2001) bahwa watak manajemen koperasi adalah manajemen partisipatif yang melakukan interaksi antar unsur-unsur:

1. Rapat Anggota, merupakan pemegang kuasa tertinggi dalam menetapkan kebijakan koperasi.

2. Pengurus, dipilih dan diberhentikan oleh rapat anggota.

3. Pengawas, mewakili anggota untuk melakukan pengawasan koperasi.

4. Pengelola, tim manajemen yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus untuk menjaklankan usaha koperasi.

Selanjutnya Gophar dalam Sitio dan Tamba (2001)mengatakan bahwa manajemen koperasi pada dasarnya dapat ditelaah dan tiga sudut pandang, yaitu organisasi, proses, dan gaya.Dari sudut pandang organisasi, manajemen koperasi pada prinsipnya terbentuk dan tiga unsur yaitu anggota, pengurus, dan karyawan. Sudut pandang proses, manajemen koperasi lebih mengutamakan demokrasi dalam pengambilan keputusan. Sudut pandang gaya manajemen, manajemen koperasi menganut gaya partisipatif (participation management).

Dari pendapat ahli tersebut diambil kesimpulan bahwa manajemen koperasi bergaya manajemen partisipatoris yang mengedepankan demokrasi dan mempunyai unsur anggota, pengurus, pengawas dan karyawan / pengelola.


(32)

Manajer koperasi

Kartasapoetra (2005) manajer adalah seorang tenaga khusus yang mempunyai kecakapan dan kemampuan dibidang usaha, diangkat oleh pengurus dengan berpedoman pada rapat anggota, untuk memimpin usaha koperasi dengan mengkoordinir seluruh karyawan yang melaksanakan usaha tersebut.

Subandi (2011) mengatakan bahwa manajer adalah seseorang yang oleh pengurus melalui persetujuan dalam rapat anggota untuk melakukan teknis operasional kegiatan usaha koperasi.

Jadi manajer adalah seorang tenaga khusus yang mempunyai kecakapan dan kemampuan diangkat oleh pengurus melalui persetujuan rapat anggota untuk untuk melakukan kegiatan usaha koperasi.

Menurut Malayu (2011) menjabarkan tugas-tugas manajer sebagai berikut:

1. Manajerial cycle atau siklus pengambilan keputusan, membuat rencana, menyusun organisasi, pengarahan organisasi, pengendalian, penilaian dan pelaporan.

2. Memotivasi, artinya seorang manajer harus dapat mendorong para bawahannyauntuk bekerja giat dan membina para bawahan dengan baik dan harmonis.

3. Manajer harus berusaha memenuhi kebutuhan para bawahannya.

4. Manajer harus dapat menciptakan kondisi yang akan membantu bawahannya mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya.

5. Manajer harus berusaha agar para bawahannya bersedia memikul tanggung jawab.

6. Manajer harusmembina bawahannya agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.

7. Manajer harus membenahi fungsi-fungsi fundamental manajemen secara baik.

8. Manajer harus mewakili dan membina hubungan yang harmonis dengan pihak luar.

Kriteria Manajer

Bernhard (2011) mengatakan supaya seorang manajer dapat menjalankan tugasnya dengan baik, dia harus memiliki beberapa kemampuan dasar. Sekurang-kurangnya ada lima kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang manajer sebagimana dianjurkan oleh Robert L. Katz dan Ricky W. Griffin yang meliputi:

1. Keterampilan konseptual.

Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.


(33)

Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah

3. Keterampilan teknis

Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain

4. Keterampilan manajemen waktu

Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana 5. Keterampilan membuat keputusan

Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik, dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

Hendrojogi (2000) memberikan kriteria manajer yang baik harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :

1. Harus cakap dan memiliki technical skill, dalam arti bawahan mereka harus mampu memecahkan permasalahan sumber daya secara fisik (nyata).

2. Memiliki executive skill, yaitu mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan SDM.

3. Harus kreatif, mampu menciptakan ide, metode atau cara baru dalam pekerjaan, sehingga lebih efektif dan efisien.

4. Mampu mempunyai pandangan jauh ke depan.

5. Mempunyai jiwa kepemimpinan (leadership), sehingga dipatuhi oleh bawahan.

6. Memiliki organizational skill, sehingga mampu menjabarkan kegiatan-kegiatan operasional.

7. Mampu mengambil keputusan tanpa rasa ragu-ragu.

8. Mampu memisah-misahkan mana yang benar dan yang salah 9. Mampu bekerjasama dengan orang lain.


(34)

11.Mampu memadukan dan mengakomodasi perbedaan pandangan dari bawahan

Gaya dan tipe kepemimpinan

Robert (1992) Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar. Sedangkan pengertian menurut Siagian (2002) kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal bawahannya, sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan, meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya.

Jadi kepemimpinan adalah bagaimana seseorang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan cara mempengaruhi bawahan. Siagian membedakan tipe pemimpin sebagai berikut:

1. Tipe Otokratis 2. Tipe Militeristis 3. Tipe Paternalistis 4. Tipe Kharismatis 5. Tipe Demokratis Tipe Otokratis

Seorang pemimpin yang bertipe otokratis adalah pemimpin yang 1. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;

2. Mengidentikan tujuan pribadi menjadi tujuan organisasi; 3. Menganggap bawahan sebagai alat semata;

4. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; . 5. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya;

6. Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan ap-proach yang mengandung unsur paksaan dan punishtif (bersifat menghukum).

Sifat-sifat tersebut di atas jelas terlihat, bahwa tipe pemimpin itu kurang tepat untuk suatu organisasi modern, di mana hak-hak manusia itu harus dihormati.

Tipe Militeristis

Tipe seorang pemimpin militeristis berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang yang memiliki sifat:

1. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan

2. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatan

3. Senang kepada formalitas yang berlebihan

4. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan 5. Menggemari upacara untuk berbagai keadaan.

Tipe Paternalistis

Seorang pemimpin yang bertipe patnerlistis adalah seorang yang : 1. menganggap bawahannya sebagai orang yang belum dewasa 2. bersikap terlalu melindungi


(35)

3. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif

4. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi

5. Sering bersikap maha tahu. Tipe Kharismatis

Sampai saat ini para ahli belum berhasil menemukan penyebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma. Namun yang diketahui hanyalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Meskipun para pengikutnya sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin tersebut.

Kurang pengetahuan tentang penyebab yang menjadikan pemimpin kharismatis, sehingga sering hanya dikatakan pemimpin tersebut diberkahi kekuatan gaib (supernatural power). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Misalnya Mahatma Gandhi, Iskandar Zulkarnin bukanlah seorang yang mempunyai fisik sehat; John F. Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki kharisma, meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.

Tipe Demokratis

1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat, bahwa manusia itu adalah makhluk termulia di atas dunia 2. Selalu berusaha mensikronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi

dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari bawahannya;

3. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya 4. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha

mencapai tujuan

5. Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain.

6. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses darinya. 7. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

Pengembangan Masyarakat Lokal

Suharto (2005) mengemukakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas dalam mengemukakan pendapat melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka untuk dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengag mempengaruhi mereka.

Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi


(36)

aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan (Suharto 2005).

Tonny (2014) memaknai pemberdayaan pada aras komunitas dengan usaha para individu, kelompok, ataupun komunitas untuk mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka, dengan kata lain mereka didorong untuk menentukan sendiri apa yang seharusnya dilakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga mereka mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh untuk membentuk hari depannya.

Konsep pengembangan masyarakat yang berbasiskan komunitas salah satunya tercermin pada kelembagaan koperasi. Kelembagaan koperasi merupakan salah satu lembaga ekonomi yang mampu memberikan kesempatan dan menumbuhkan prakarsa masyarakat untuk meningkatkan usaha sesuai dengan kebutuhan serta sekaligus memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi kesejahteraan. Koperasi harus diperkuat dan dibudayakan dalam kehidupan ekonomi rakyat (Cornelis 2003).

Dengan demikian pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dinama masyarakat bisa melakukan upaya tentunya dengan kemampuan yang dimilikinya berupa sumberdaya yang untuk menghasilkan tujuan yang ingin dicapai berupa kesejahteraan.

Kerangka Pemikiran

Penguatan kapasitas manajerial pada KJKS PALEBA dalam kajian ini mengarah pada pemberdayaan anggota koperasi yang mempunyai sektor usaha riil sehingga pengembangan perekonomian lokal pada umumnya bisa tercapai.

STRATEGI PENGUATAN KAPASITAS MANAJERIAL

MANAJEMEN PENGELOLAAN USAHA (tata kelola keuangan yang

belum maksimal)

KJKS

PALEBA

KAPASITAS KELEMBAGAAN (lemahnya fungsi sosial dan

ekonomi)

KEBERDAYAAN MASYARAKAT

LOKAL

MANAJEMEN KOPERASI

(lemahnya koperasi pada penegakan SOP)

KAPASITAS SDM (lemahnya fungsi pengurus,

pengawas dan pengelola)


(37)

KJKS PALEBA sebagai sebuah kelembagaan koperasi melakukan usaha-usaha untuk mencapai tujuan bersama. KJKS PALEBA melakukan fungsi ekonomi sekaligus menjalankan fungsi sosial. Pada fungsi sosial salah satu kegiatan KJKS PALEBA adalah memberikan santunan kematian anggota. Pada fungsi ekonomi KJKS PALEBA melakukan pembedayaan masyarakat melalui pemberian pembiayaan untuk mendukung sektor usaha produktif anggota. Karena fungsi dan peran yang dilakukan KJKS PALEBA mempunyai makna sosial dan ekonomi maka diperlukan upaya-upaya penguatan.

Pengelolaan usaha koperasi khususnya konsep syari’ah membutuhkan

keterampilan dan kemampuan khusus yang berbeda dengan sistem konvensional. KJKS PALEBA membutuhkan SDM yang handal dalam pengelolaan usaha agar konsep ekonomi Islam dapat diterapkan pada perkoperasian serta tujuan koperasi secara khusus dalam peningkatan kesejahteraan anggota bisa terlaksana.

Manajemen pengelolaan usaha koperasi dilakukan dengan melihat kepada aspek ekonomi dimana dapat terlihat pada laporan rugi laba koperasi. Analisis profitabilitas akan memberikan gambaran kepada stakeholder pada kemampuan KJKS PALEBA untuk memperoleh keuntungan pada satu periode tertentu. Dengan mengetahui rasio profitabilitas ini maka dapat dilakukan proses penguatan untuk keberlangsungan pemberdayaan masyarakat lokal. upaya untuk memaksimalkan peran, salah satunya dengan menjalankan fungsi manajemen koperasi yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengontrolan.

Pada aspek kelembagaan koperasi yang berwatak partisipatif dan demokratif keterlibatan semua pihak pada kegiatan keperasi sangat diperlukan. Koperasi adalah sebuah badan usaha bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Oleh karena itu dibutuhkan kebersamaan. Pengembangan masyarakat dengan basis komunitas ini perlu didukung dan dikembangkan pada masyarakat karena azas koperasi adalah kekeluargaan.


(38)

(39)

3 METODE KAJIAN

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kombinasi yang menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan guna perolehan data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan objektif(Sugiyono 2013).

Lokasi, Objek dan Waktu Kajian

Kajian ini mengambil lokasi Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tengggara Barat.

KJKS PALEBA sebagai objek penelitian karena koperasi syari’ah ini dalam

menjalankan fungsi ekonominya mendapatkan DAD sebesar Rp 7.500.000.000 dan pada fungsi sosialnya memberikan santunan kematian kepada anggota sebanyak Rp 1.000.000.

Waktu yang dibutuhkan pada kajian ini selama satu tahun, dimulai pada bulan Agustus 2014 sampai dengan bulanAgustus 2015.

Kajian Kualitatif Pemilihan informan

Informan berasal dari orang-orang yang dianggap mempunyai informasi signfikan dan menguasi keadaan dan dilakukan dengan teknik snowball yang akan terus bergulir sampai titik jenuh. Informan adalah komunitas koperasi yang terdiri dari pengurus, pengawas, karyawan dan anggota yang berjumlah 31 orang.

Teknik pengumpulan data

Menggunakan teknik triangulasi yang terdiri dari: 1. Wawancara mendalam

2. Observasi lapangan 3. Dokumentasi 4. FGD

Jenis Data

1. Data kuantitatif, berupa data dan analisis laporan keuangan koperasi 2. Data kualitatif, berupa data hasil wawancara dan observasi lapangan Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data mulai dilakukan sejak peneliti terjun kelapangan dengan adanya hipotesis. Pengolahan dan analisis data dimulai dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.


(40)

Alat analisis

Alat analisis yang digunakan pada kajian ini adalah analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman).

Rangkuti (2009) mengatakan bahwa analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities dan Threath), adalah identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pada perusahaan. Analisis ini merupakan analisis dengan pendekatan dua faktor utama yang mempunyai pengaruh besar pada , yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor ekternal terdiri dari peluang dan ancaman.

Strengths (kekuatan) adalah segala hal yang dibutuhkan pada kondisi yang sifatnya internal organisasi agar supaya kegiatan-kegiatan organisasi berjalan maksimal. Misalnya : kekuatan keuangan, motivasi anggota yang kuat, nama baik organisasi terkenal, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih, anggota yang pekerja keras, memiliki jaringan organisasi yang luas, dan lainnya.

Weaknesses (kelemahan) adalah terdapatnya kekurangan pada kondisi internal organisasi, akibatnya kegiatan-kegiatan organisasi belum maksimal terlaksana. Misalnya; kekurangan dana, memiliki orang-orang baru yang belum terampil, belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai organisasi, anggota kurang kreatif dan malas, tidak adanya teknologi dan sebagainya

Opportunities (peluang) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang positif,yang dapat dan mampu mengarahkan kegiatan organisasi kearahnya. Misalnya; Kebutuhan lingkungan sesuai dengan tujuan organisasi, masyarakat lagi membutuhkan perubahan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap organisasi yang bagus, belum adanya organisasi lain yang melihat peluang tersebut, banyak pemberi dana yang berkaitan dengan isu yang dibawa oleh organisasi dan lainnya.

Threats (ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi. Misalnya : masyarakat sedang dalam kondisi apatis dan pesimis terhadap organisasi tersebut, kegiatan organisasi seperti itu lagi banyak dilakukan oleh organisasi lainnya sehingga ada banyak competitor atau pesaing, isu yang dibawa oleh organisasi sudah basi dan lainnya

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dalam suatuproyek atau suatu spekulasi bisnis. Analisis SWOT memandu untuk mengidentifikasi positif dan negatif didalam organisasi atau perusahaan dan diluar itu dalam lingkungan eksternal.Berikut adalah beberapa tujuan dari analisis SWOT:

1. Mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang terlibat sebagai input untuk merancang proses, sehingga proses yang dirancang dapat berjalan optimal, efektif, dan efisien.

2. Untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu


(41)

4. Menganalisis prospek perusahaan untuk penjualan, keuntungan, dan pengembangan produk yang dihasilkan

5. Menyiapkan perusahaan untuk siap dalam menghadapi permasalahan yang terjadi

6. Menyiapkan untuk menghadapi adanya kemungkinan dalam perencanaan pengembangan di dalam perusahaan.

Tabel 1 Analisis SWOT

FAKTOR POSITIF NEGATIF

INTERNAL KEKUATAN KELEMAHAN

Daftar kekuatan-kekuatan yang dimiliki

Daftar kelemahan-kelemahan yang dimiliki

EKTERNAL PELUANG ANCAMAN

Daftar peluang-peluang yang harus diraih

Daftar ancaman-ancaman yang didapat

Pada kajian ini SWOT digunakan untuk menganalisis kapasitas manajer pada pengelolaan koperasi dalam upaya pembedayaan ekonomi lokal yang dilakukan secara kualitatif. Setelah analisis terhadap kapasitas manajer, diperlukan analisis strategi penguatan kapasitas manajer, dengan menggunakan analisis strategi SWOT yaitu memadukan faktor internal dengan faktor-faktor eksternal yang ada secara kualitatif.

Tabel 2 Analisis Strategi SWOT

Faktor internal Faktor eksternal

Strengths (S) Daftar kekuatan internal

Weaknesses (W)

Daftar kelemahan internal Opportunities (O)

Daftar peluang eksternal Strategi SO Strategi WO

Threats (T)

Daftar ancaman eksternal Strategi ST Strategi WT

1. Strategi SO adalah strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan guna merebut dan mendapatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO adalah strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki. 4. Strategi WT adalah strategi yang berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Kajian Kuantitatif

Menggunakan alat analis rasio profitabilitas. Menurut Kasmir (2008) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi


(42)

Identifikasi variabel

Variabel-variabel yang akan dianalisis pada laporan keuangan koperasi dapat adalah analisis profitabilitas konten sebagai berikut :

a. Sisa Hasil Usaha b. Modal Sendiri c. Total Aktiva

Definisi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang telah diidentifikasikan tersebut selanjutnya dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Profitabilitas adalah kemampuan KJKS PALEBA untuk menghasilkan laba bersih atau Sisa Hasil Usaha.

2. Sisa hasil usaha merupakan pendapatan KJKS PALEBA yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk bunga dan pajak dalam satu tahun buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

3. Modal sendiri adalah modal KJKS PALEBA yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib, modal sumbangan, sumbangan gedung, SHU tak terbagi serta sisa hasil usaha tahun berjalan yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

4. Total Aktiva yaitu harta KJKS PALEBA berupa aktiva lancar dan aktiva tetap yang digunakan koperasi untuk operasi usahanya dalam memperoleh Sisa Hasil Usaha dinyatakan dalam satuan rupiah.

Prosedur Analisis Data

Menjawab dan memecahkan masalah yang diajukan melalui identifikasi masalah dan rumusan masalah pada penelitian ini dilakukan dengan mencari dan mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan penelitian ini. Informasi ini dapat berupa neraca dan laporan Laba Rugi KJKS PALEBA. Setelah neraca dan laporan Laba Rugi koperasi tersebut diperoleh secara lengkap kemudian dilakukan pengolahan data agar mudah dianalisis. Menganalisis suatu data diperlukan alat analisis yang dalam penelitian ini menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dengan mengacu kepada pedoman kesehatan koperasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan UMKN nomor 35.3/Per/M.KUKM/X/2007TentangPedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa KeuanganSyariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah dengan tahapan sebagai berikut:

1. Perhitungan nilai profitabilitas dinyatakan dalam persentase dan dihitung dengan menggunakan 2 rumus sebagai berikut:

% 100 Aktiva

Total

Usaha Hasil Sisa

x ROA

2. Memberikan nilai akhir dengan pembobotan terhadap nilai profitabilitas aset dan ekuitas kemudian mengklasifikasikannya sesuai dengan pedoman penilaian kesehatan koperasi tahun 2007. Adapun standar yang digunakan untuk masing-masing analisis sebagai berikut:


(43)

Tabel 3 Perhitungan Kesehatan Koperasi Aspek Profitabilitas Aset

Rasio Rentabilitas Ekuitas (%)

Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kreteria

< 5% 25 3 0.75 Rendah

5 - 7.4 50 3 1.50 Kurang

7.5 – 10 75 3 2.25 Cukup

>10 100 3 3.00 Tinggi

Sumber: Kemenkop dan UMKM 2007

Perancangan Program Partisipan Perancangan

Beberapa pihak terlibat dalam perancangan ini adalah: 1. Pengurus, pengawas, pengelola dan anggota KJKS PALEBA 2. Kepala desa

3. Badan Permusyawaratan Desa.

Proses perancangan strategi dan program aksi

Proses perancangan strategi dan program aksi dimulai dengan pendataan melalui FGD kemudian data diolah menggunakan analisis SWOT.


(44)

(45)

4 PROFIL KOMUNITAS KELURAHAN DALAM

Luas dan Batas Wilayah

Secara administratif Kel. Dalam merupakan salah satu dari tujuh kelurahan yang ada di Kec. Taliwang KSB. Berdasarkan data tahun 2011 Kel. Dalam mempunyai luas wilayah sebesar 109,2 hektar (ha), ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2010 yang wilayahnya mencapai 196 ha. Pada tahun 2010, Kel. Dalam mengalami pemisahan dua wilayah lingkungan, yaitu Ling. Arab dan Ling. Kenangan dimekarkan berdasarkan Perda Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Kelurahan Arab Kenangan, menjadi kelurahan definitif baru di Kecamatan Taliwang. Kelurahan Dalam di Kecamatan Taliwang KSB dibatasi oleh beberapa batasan wilayah berikut ini:

Tabel 4 Batas Wilayah Kelurahan Dalam Kecamatan Taliwang

No Batas Desa/kelurahan

1 Sebelah utara Kelurahan Sampir/Desa Batu Putih

2 Sebelah selatan Kelurahan Kuang/Kelurahan Sampir

3 Sebelah timur Kelurahan Kuang

4 Sebelah barat Kelurahan Arab Kenangan/Kelurahan Bugis

Sumber: Profil Kelurahan Dalam 2011 Peta wilayah

Berikut peta wilayah Kelurahan Dalam Kecamatan Taliwang


(46)

Kependudukan

Penduduk Kelurahan Dalam Tahun 2011 sebanyak 3741 jiwa dengan dengan komposisi laki-laki sebanyak 1742 orang, sedangkan perempuan 1999 orang, kepadatan penduduk 34 jiwa perkilometer persegi. Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 830.

Gambar3 Jumlah Penduduk Kelurahan Dalam dengan Katagori Usia

Sumber: Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah

Berdasarkan agama, maka komposisi penduduk Kelurahan Dalam dapat digambarkan melalui diagram berikut :

Diagram1 Persentase Penduduk Kelurahan Dalam berdasarkan Agama

Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah

Gambar menggambarkan bahwa mayoritas penduduk (100%) Kelurahan Dalam memeluk Agama Islam sebagai keyakinannya. Keragaman budaya dan etnis bisa mencair dalam kegiatan keagamaan yang memang diikatkan dengan persaudaraan sesama umat Islam. Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk Kelurahan Dalam dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5 Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Dalam

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tamat Sekolah Dasar / Sederajat 222

2 Tamat Sekolah Menengah Pertama / Sederajat 93

3 Tamat Sekolah Menengah Atas / Sederajat 139

4 Tamat Diploma / Sederajat 14

5 Tamat Strata 1 80

6 Tamat Strata 2 8

Sumber: Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah

300 200 100 0 100 200 300

0-4 10-14 20-24 30-34 40-44 50-54 60-64 70-74

PEREMPUAN LAKI-LAKI

ISLAM 100% KRISTEN

0%

PROTESTAN 0% BUDHA

0%

HINDU

0% LAIN


(47)

Pada tabel dapat dilihat bahwa penduduk yang tamat SD mendominasi jenjang pendidikan penduduk, namun disisi jenjang sarjana cukup signifikan. Pada tingkatan Strata 1 (S1) jumlah sarjana ini mencapai total 80 orang, pada tingkatan Strata 2 (S2) jumlah magister sebanyak 8 orang. Hal ini menggambarkan bahwa dalam jenjang pendidikan, penduduk Kelurahan Dalam cukup menaruh perhatian pada proses pendidikan.

Berdasarkan ragam etnis yang berada pada Kelurahan Dalam, dapat dilihat pada diagram data berikut:

Diagram 2 Persentase Ragam Etnis Penduduk Kelurahan Dalam

Sumber : Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah

Diagram menunjukkan penduduk Kelurahan Dalam mempunyai ragam etnis yang heterogen, mulai dari Suku Samawa (suku asli), Suku Arab, Suku Makasar, Suku Bugi, Suku Minang, Suku Sunda, Suku Jawa, Suku Bali, Suku Sasak dan Suku Mbojo. Dari sekian banyak suku-suku yang ada di Kelurahan Dalam, Suku Samawa masih mendominasi, artinya penduduk asli lokal masih tetap bertahan. Kepadatan Geografis dan Agraris

Kelurahan Dalam setelah mengalami pemisahan Lingkungan Arab dan Lingkungan Kenangan, luas geografisnya berkurang sekitar 44,3% yang menjadi 109,2 hektar. Adapun penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6 Penggunaan dan Luas Lahan

No Penggunaan Luas

1 Pemukiman 44,500 Ha

2 Perkantoran 3,200 Ha

3 Pertamanan 0,500 Ha

4 Persawahan 40,000 Ha

5 Perkebunan 5,000 Ha

6 Perkuburan 1,500 Ha

7 Prasarana Umum 9,700 Ha

8 Pekarangan 4,800 Ha

9 Total 109,200 Ha

Sumber : Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011 Samawa

75% Mbojo

2% Sasak

4%

Bali 0% Jawa

3%

Sunda 1%Minang1%

Bugis 5%

Makasar 3%

Arab 6%


(48)

Pertumbuhan Penduduk

Pada tahun 2010 jumlah Kelurahan Dalam mencapai 6289 jiwa dengan komposisi laki-laki 3017 orang dan perempuan sebanyak 3280 orang. Kepadatan penduduk mencapai 32 jiwa permeter persegi. Jumlah Kepala Keluarga (KK) 1587. Tingginya jumlah penduduk dan kepadatan penduduk tahun 2010 ini disebabkan belum mekarnya Lingkungan Arab dan Lingkungan Kenangan menjadi kelurahan.

Setelah mekarnya lingkungan Arab dan Lingkungan Kenangan menjadi Kelurahan Arab Kenangan, jumlah penduduk Kelurahan Dalam Tahun 2011 mengalami pengurangan menjadi 3741 jiwa dengan dengan komposisi laki-laki sebanyak 1742 orang dan perempuan sebanyak 1999 orang, kepadatan penduduk 34 jiwa perkilometer persegi. Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 830.

Grafik 1 Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Dalam

Sumber : Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011

Pada grafik Kelurahan Dalam mengalami pertumbuhan penduduk yang negatif yang cukup signifikan yaitu kisaran 40%, hal ini berdasar pada pemekaran wilayah geografis dan demografis.

Struktur Sosial

Kelurahan Dalam merupakan kelurahan dengan tingkat pelapisan sosial yang cukup beragam. Hal ini terlihat pada beragamnya jenis matapencaharian, mulai dari pedagang, petani/peternak, karyawan stasta dan pemerintah, dosen dan lainnya, yang kesemuanya itu menjadi satu kesatuan dalam interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, terkadang dalam satu jenis matapencaharian, misalnya seorang penduduk berstatus sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), pada saat yang bersamaan juga berperan sebagai seorang pedagang. Pada contoh yang lain, petani garapan sawah misalnya, terkadang juga mengambil peran sebagai peternak untuk menambah inventarisir kekayaan. Seorang pedagang yang secara etnis masuk sebagai seorang keturunan Etnis Arab, dalam pergaulan sehari-hari juga mengambil peran sebagai tokoh agama.

Khususnya dalam sektor perdagangan/bisnis, peran HMB pemilik Toko MJM sangat berpengaruh, demikian juga Bpk Su pemilik UD. ST. Dalam masalah keagamaan, masing-masing lingkungan pada Kelurahan Dalam mempunyai tokoh yang cukup menonjol. Ada HU pada Lingkungan Beleong HZ pada Lingkungan Sebok, HR di Lingkungan Selayar, HZ di Lingkungan Kota Baru. Tokoh pemuda yang cukup berperan melalui Ikatan Karang Taruna Dalam

6289

3741

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

2010 2011


(49)

adalah HS, yang juga selaku ketua Gabungan Kelompok Tani se Kecamatan Taliwang.

Kelembagaan Sosial

Disamping eksistensi lembaga pemerintahan, berkembang pula lembaga-lembaga sosial yang memang dalam kesehariannya mempunyai dimensi sosial. Kelembagaan sosial pada Kelurahan Dalam meliputi :

Tabel 7 Nama Lembaga dan Status Pergerakan

No Nama Lembaga Status

1 Lembaga Ketahanan Masyarakat Kelurahan Aktif

2 Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Aktif

3 Lembaga Ikatan Pemuda Dalam Aktif

4 Karang Taruna Aktif

5 Kelompok Tani/Nelayan Aktif

6 Lembaga Adat Aktif

7 Organisasi Keagamaan Aktif

8 Organisasi Pemuda dan Olahraga Aktif

9 Kelompok Gotong Royong Aktif

10 Yayasan sosial Aktif

Sumber: Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah Jejaring Sosial

Keaktifan peran kelembagaan non formal bentukan masyarakat pada Kelurahan Dalam tergolong aktif sehingga dalam perannya masing-masing mempunyai andil tersendiri. Persatuan Mate Telas (Persatuan Mati Hidup) adalah organisasi kemasyarakat yang berperan sebagai Stering Committee (SC) dibawah komando Subrata Calik dan wakilnya Supriadi Sus. Fungsi pengkoordinasian dan pengawasan pada acara-acara kemasyarakatan menjadi tugas dari organisasi yang sudah berdiri sejak era 80 an ini. Organisasi ini tidak memperbolehkan bagi tuan rumah dalam menjamu para pekerja yang membatu dengan makan besar, cukup sekedar rokok.

Pada tingkat pelaksana, peran lembaga kemasyarakatan lain adalah sebagai Organizing Committee (OC). Sebut saja Kelompok Kerja Dalam yang diketuai oleh Herman. Organisasi ini membatu komunitas dalam penyediaan alat-alat seperti terop, kursi, panggung, lighting sampai sound system. Aset-aset tersebut menjadi inventarisir organisasi, juga disewakan bagi masyarakat umum untuk kas, namun bagi komunitas Kelurahan Dalam khususnya tidak dipungut biaya.

Peran Remaja Masjid Darul Arqam sebagai OC khusus dalam hal keagamaan yang dipimpin oleh In, cukup aktif. Pengajian remaja, bapak-bapak dan pengajian ibu-ibu sampai perayaan hari-hari besar Islam akan menjadi tugas dan fungsi organisasi ini.

OC yang lain adalah Ikatan Karang Taruna Dalam yang diketuai pimpin oleh HS dan wakilnya An juga tidak kalah berperan. Andilnya pemuda dalam kerja bakti dan olah raga menjadi bagian keseharian para pemuda demi


(50)

terwujudnya kekompakan para pemuda yang terkadang rawan akan konflik jika tidak ada saluran kegiatan yang positif.

Gambar 4 Pola Hubungan antar Jejaring Sosial Kelembagaan Kelembagaan Ekonomi

Kelurahan Dalam mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangan usaha produktif, dikarenakan pasar induk tradisional kecamatan berada dilokasi kelurahan ini.

Tabel 8 Nama Lembaga, Jenis dan Jumlah

No Nama Lembaga Jenis Jumlah

1 Koperasi Jasa 19

2 Bank pemerintah Jasa 1

3 Angkutan desa/kota Jasa 3

4 Ekspedisi Jasa 1

5 Group musik/band Jasa 4

6 Penyewaan alat musik/band Jasa 4

7 Pertukangan Jasa 43

8 Pengacara/advokat Jasa 1

9 Penginapan Jasa 43

10 Perindustrian penyamakan kulit Barang 22

11 Restoran/rumah makan Barang 8

12 Swalayan Barang 4

13 Toko/kios Barang 95

14 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Barang 1

15 Pangkalan minyak tanah Barang 10

Total Barang/Jasa 260

Sumber: Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah.

Data pada tabel menggambarkan pelaku UMKM cukup bervariasi, namun dari sekian banyak usaha masyarakat, jenis usaha toko/kios menempati urutan tertinggi jumlahnya yaitu sebanyak 95 unit, diikuti pula oleh penyewaan kamar-kamar atau kos-kosan untuk menopang kegiatan pasar. Kegiatan jual beli pada pasar induk menimbulkan dampak yang luar biasa kompleksnya. Kegiatan pasar tradisional tentunya ditopang oleh akses sumberdaya lokal maupun luar.

Persatuan Mate Telas Kelurahan Dalam Kelompo

k Kerja Dalam

Remaja Masjid Dalam Ikatan

Karang Taruna Dalam


(51)

Keberadaan pasar induk memang menjadi perangsang tersendiri dalam tumbuh berkembangnya usaha produktif, sehingga jumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berkembang pesat. Perkembangan jumlah UMKM juga didukung oleh adanya Program Dana Stimulus Ekonomi oleh Pemerintah Daerah (Pemda) KSB

Pola-Pola Kebudayaan

Kelurahan Dalam dengan kondisi sosial masyarakatnya yang heterogen, sebagaimana terlihat pada diagram persentase etnis diatas, mempunyai sistem norma dan nilai yang bervariatif. Kehadiran pendatang yang berasal dari luar daerah, misalnya Suku Mbojo, Suku Sasak, Suku Bali, Suku Jawa, dan lain-lain menambah inventarisir keragaman budaya yang ada pada Kelurahan Dalam. Pola-pola penerapan kebijakan pun harus disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Budaya Suku Samawa belum tentu kiranya cocok bagi mereka yang berasal dari Suku Minang misalnya, atau yang dari Bali. Begitu juga budaya yang berasal dari daerah Jawa, belum tentu juga akan cocok dengan budaya Suku Samawa, atau bahkan diantara para pendatang dengan beragam suku dan adat istiadat yang mereka bawa belum tentu juga serasi dan sejalan dengan para pendatang yang lain, misalnya Suku Bugis cocok dengan Suku Sunda dan lain-lain.

Pola-Pola Adaptasi Ekologi

Kelurahan Dalam berlokasi cukup strategis yang berada pada Ibu Kota kabupaten. Dengan demikian posisi yang cukup strategis ini mempunyai potensi perkembangan disektor perekonomian terutama perdagangan barang dan jasa.

Pasar tradisional mempunyai daya tarik tersendiri bagi penduduk. Perubahan rumah-rumah penduduk yang berdekatan dengan lokasi pasar

tradisional menjadi toko atau kios kian berkembang. Munculnya “pasar kaget"

pada ruas-ruas jalan menjadi pemandangan yang biasa ditemukan disekitar pasar. Lapak-lapak illegal yang terbentuk disekitar pasar menjadi sarana bagi penduduk untuk bisa mencari rezeki.

Penduduk Kelurahan Dalam mencoba memaksimalkan lokasi lingkungan mereka untuk mencari aktifitas produktif yang cukup menghasilkan bagi keluarga. Perubahan ini menjadi hal yang biasa karena konsep adaptasi dengan lingkungan dan ekologis yang berbasis perdagangan.

Matapencaharian Utama

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Dalam beraneka ragam, mulai dari petani/peternak, pelaku UMKM, Pegawai Negeri Sipil (PNS), nelayan, dosen, karyawan swasta, karyawan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan lain-lain. komposisi matapencaharian penduduk Kelurahan Dalam digambarkan pada grafik berikut ini:


(52)

Grafik 2 Persentase dan Jenis Matapencaharian Penduduk Kelurahan Dalam

Sumber: Data Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah

Berdasarkan grafik dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk Kelurahan Dalam mempunyai matapencaharian utama pada sektor pertanian/peternakan sebesar 33 persen, yang berimbang dengan sektor UMKM 33persen selanjutnya selanjutnya buruh dan PNS masing-masing 8% dan 7%. Matapencaharian yang lain rata-rata dibawah 5%.

Ikhtisar

Kelurahan Dalam merupakan salah satu dari 7 kelurahan ada di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. Secara geografis letak Kelurahan Dalam berada pada posisi yang cukup strategis dalam upaya pengembangan masyarakat pada berbagai sektor. Perkembangan sektor perdagangan begitu pesat di wilayah kelurahan ini, salah satu faktor perkembangannya dikarenakan keberadaan pasar induk kabupaten. Keberadaan pasar induk kabupaten ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat lokal secara khusus maupun bagi penduduk pendatang yang memang mencoba mencari penghasilan khusus dalam dunia perdagangan.

Berbagai etnis dan suku yang hadir di Kelurahan Dalam pada akhirnya menjadi suatu keragaman sosial dan budaya. Perbauran dan interaksi masyarakat lokal dan pendatang membentuk suatu tatanan sistem dan nilai tersendiri. Ada pola-pola adaptasi bagi pendatang dan ada pola-pola adopsi bagi penduduk lokal. Masalah-masalah yang muncul di Kelurahan Dalam, mulai dari masalah sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan memang merupakan bagian dari dinamika perjalanan kehidupan sehari-hari. Peran kelembagaan baik formal bentukan pemerintah maupun non formal atau lembaga sosial yang dibentuk oleh masyarakat pada Kelurahan Dalam dirasakan cukup membantudalam upaya penanganan berbagai masalah. Kebekuan dan kekakuan interaksi dari pelapisan sosial yang ada, mulai dari keragaman etnis dan keragaman matapencaharian yang mengarah kepada ketimpangan penghasilan, dapat terpecahkan dengan adanya forum-forum keagamaan, kepemudaan dan lainnya.

0 100 200 300

291 293

99

7 78 8 1 5 107


(53)

5 PROFIL KJKS PALEBA

Sebagai upaya mewujudkan visi KSB menjadi kabupaten percontohan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dibawah naungan ridha Allah dalam melaksanakan program-program pembangunan, maka didirikanlah KJKS PALEBA pada tahun 2006. KJKS PALEBA adalah koperasi yang menjalankan operasionalnya

berdasarkan sistem syari’ah. Koperasi ini merupakan koperasi simpan pinjam

yang berkedudukan di Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat.

Landasan hukum

KJKS PALEBA adalah sebuah lembaga keuangan non bank yang berbadan hukum koperasi (koperasi simpan pinjam). KJKS PALEBA mempunyai landasan hukum operasional umum meliputi:

1. UU No. 25/1992Tentang Perkoperasian

2. Peraturan Pemerintahnomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi

3. Instruksi Presidennomor 18 Tahun 1998 Tentang Peningkatan Pembinaan dan Pengembangan Perkoperasian

4. PP No.33/1998 Tentang Modal Penyertaan pada Koperasi

5. Keputusan Menteri koperasi, Pengusaha Kecil & Menengah No.145/KEP/M/VII/1998 Tentang Petunjukan Pelaksanaan Penamanan Modal Penyertaan Pada Koperasi

6. Keputusan Menegkop dan UKM RI No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah

7. Peraturan Menegkop dan UKM RI No. 15/per/M.KUKM/XII/2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Menegkop dan UKM RI No. 19/per/M.KUKM/XI/2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi

Kondisi Keuangan

Sebagai sebuah lembaga keuangan non bank, KJKS PALEBA melakukan aktifitas simpan pinjam. Usaha simpan yang dikelolah koperasi

syari’ah ini terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Berikut aspek permodalan / keuangan KJKS PALEBA pada RAT 2014.

Tabel 9 Modal Sendiri / Kekayaan Bersih

No Uraian Jumlah

1 Simpanan Pokok 16.500.000

2 Simpanan Wajib 22.820.000

3 Modal Penyertaan 7.500.000.000

4 Modal Donasi 600.000.000

5 Cadangan Umum 27.060.812

6 Cadangan Resiko 11.275.338

7 SHU tahun berjalan 177.236.703

Total 8.354.892.853


(54)

Tabel 10 Kewajiban Lancar

No Uraian Jumlah

1 Simpanan Paleba 228.500.359

2 Simpanan Berjangka 296.000.000

3 Modal Penyertaan Jangka Pendek 720.000.000

4 Tabungan Abadi Sosial 156.435.000

5 Bagi Hasil YMH dibayar 502.204.552

6 Zakat, infaq dan shadaqoh 4.636.609

7 Pembiayaan Channeling 237.500.000

Total 2.145.276.520

Sumber: KJKS PALEBA 2014 Tabel 11 Harta / Kekayaan

No Uraian Jumlah

1 Kas 26.310.750

2 Bank 21.311.333

3 Piutang 8.799.457.741

4 Aktiva Ijarah -

5 Inventaris 4.693.250

6 Amortisasi 82.776.749

7 Santunan Kematian 1.779.000.000

Total 10.500.169.373

Sumber: KJKS PALEBA 2014 Struktur Organisasi

Gambar 5 Struktur Organisasi Koperasi Pembagian tugas dan wewenang masing-masing jabatan Tugas pengawas

1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi

2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan MANAGER KABAG OPERASIONAL KABAG MARKETING Pembu kuan Teller/ Kasir Adm

Pbiayaan AO/ FO Remedial/ Kolektor Pengurus Ketua Sekretaris Bendahara Pengawas Ketua Anggota RAPAT ANGGOTA TAHUNAN


(1)

Simpulan

Berdasarkan kajian yang dilakukan pada penguatan kapasitas manajerial KJKS PALEBA pada upaya pengembangan masyarakat lokal di Kabupaten Sumbawa Barat, disimpulkan sebagai berikut:

1. Kapasitas KJKS PALEBA sebagai kelembagaan ekonomi terlihat pada berperannya pada pemberdayaan masyarakat lokal, dan sebagai kelembagaan sosial KJKS PALEBA memberikan santunan kematian bagi ahli waris anggota koperasi.

2. Kapasitas sumberdaya manusia pada KJKS PALEBA pada pengelolaan usaha telah memenuhi standar namun pada sisi pengurus dan pengawas masih minim

3. Kapasitas manajemen secara ekonomi kurang menguntungkan sehingga pelayanan pembiayaan dan santunan kematian tidak memadai jumlahnya. Pada manajemen koperasi, keterlibatan pengurus dan pengawas sangat minim dan hanya bersifat formalitas. Fungsi-fungsi organisasi dijalankan oleh manajer. Pada aspek kepemimpinan koperasi, manajer termasuk dalam katagori kepemimpinan paternalistik.

4. Kelembagaan KJKS PALEBA menemui persoalan komunikasi internal yang menimbulkan adanya konflik interes sehingga membutuhkan solusi untuk keberlanjutan pembedayaan masyarakat

5. Strategi dan program aksi yang perlu dilakukan untuk penguatan kapasitas manajerial KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal yaitu aspek kelembagaan koperasi dan aspek personal sumberdaya manusia

Saran

1. KJKS PALEBA sebagai sebuah kelembagaan koperasi yang merupakan salah satu konsep pengembangan masyarakat berbasis komuinitas hendaknya memperhatikan aspek-aspek pelemahan yang ada sehingga pada upaya penguatan kapasitas kelembagaan bisa berjalan lancar.

2. Strategi dan program aksi hendaknya memperhatikan skala perioritas sehingga pada taraf implementasi lebih efektif.


(2)

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Sitio dan Tamba Halomoan. 2001. Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga

Anonymous. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB Press.

Dale, Robert. D. 1992. Pelayan Sebagai Pemimpin. Gandum Mas. Malang

George R. Terri dalam Melayu S. P. Hasibuan 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Hasibuan Malayu S.P. 2011. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara

Hayami, Yujiro dan Masao Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa: Suatu Pendekatan Ekonomi terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia, Editor: Gunawan Wiradi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hendrojogi. 2000. Koperasi, Azas-azas Teori dan Praktek. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kartasapoetra. 2005. Praktek Pengelolaan Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers

Kementrian Koperasi UKM RI. 2007.Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah

Kementrian Koperasi UKM RI. 2007.Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah

Limbong Bernhrad. 2011. Pengusaha Koperasi. Jakarta: Margaretha Pustaka Milen, Anneli. 2006. Capacity Building Meningkatkan Kinerja Sektor Publik.

Yogyakarta: Pembaharuan.

Mintzberg Henry 1973. The Nature of Managerial Work Profil Kelurahan Dalam. 2011. Taliwang KSB

Rangkuti Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Rintuh Cornelis. 2003. Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Yogyakarta: Pustep Siagian Sondang. P. 2002. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka

Cipta

Soekanto Suryono. 2000. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Subandi. 2011. Ekonomi Koperasi Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi.Bandung; Alfabeth.

Suharto. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Jakarta: Refika Aditama

Tonny Nasdian Fredian. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: YOI

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.

Veithzal Rivai, Andria Prermata Rivai. 2007. Credit Management Handbook. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Wrihatnolo, Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Elex Media Komputindo.


(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumbawa Besar pada tanggal 13 Mei 1977. Anak pertama dari pasangan M. Ali Ar dan Nurbaya Anwar. Pendidikan sarjana ditempuh di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Syari’ah Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan Syari’ah tahun 2003. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program Studi Magister Pengembangan Masyarakat pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2015. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari kerjasama anatara Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan PT NNT.

Pengalaman pekerjaan penulis: (1) Tenaga pengajar di Universitas Cordova Indonesia (Undova) (2008-sekarang); (2) Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Undova (2008-2010); (3) Wakil Dekan Ekonomi Undova (2010-2012); (4) Ketua Penjaminan Mutu Undova (2012-2014); (5) Ketua Amaliyah Islam dan Kepesantrenan (2014-sekarang); (6) Penyuluh Agama Islam di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat; (7) Konsultan Koperasi Jasa

Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat (2008


(6)