Perancangan Next Generation OPAC Berbasis Library 2.0 Di STT Amanat Agung

PERANCANGAN NEXT GENERATION OPAC BERBASIS
LIBRARY 2.0 DI STT AMANAT AGUNG

TONI AFANDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perancangan Next
Generation OPAC Berbasis Library 2.0 adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Toni Afandi
NIM G652110025

RINGKASAN
TONI AFANDI. Perancangan Next Generation OPAC Berbasis Library 2.0 Di
STT Amanat Agung. Dibimbing oleh WISNU ANANTA KUSUMA dan JANTI
G. SUJANA
Katalog perpustakaan, sebagai sarana temu kembali informasi, terus
berkembang seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komputer. Dewasa
ini katalog memanfaatkan teknologi web sebagai media bagi layanannya.
Perkembangan teknologi informasi dan komputer juga menjadi penantang layanan
perpustakaan dengan berkembangnya mesin-mesin pencari informasi. Selain
menjadi penantang layanan penyedia informasi, teknologi web juga membentuk
tingkah laku pencari informasi dalam lingkungan Web 2.0, yang tidak puas
dengan hanya memperoleh informasi, tetapi juga mengharapkan dapat
menciptakan dan membagikan informasi.
Penelitian ini bertujuan mengembangkan prototipe next generation OPAC
yang akan menggunakan kontribusi pengguna untuk memperkaya cantuman
bibliografi. Pengguna dapat memperkaya cantuman bibliografi dengan tagging,
peringkat dan komentar. Prototipe ini dikembangkan dengan menggunakan

Drupal 7 dan diuji dengan metode Black Box. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa prototipe ini dapat memenuhi semua persyaratan fungsionalitas.
Kata kunci: next generation OPAC, Web 2.0, Library 2.0, kontribusi
pengguna.

SUMMARY
TONI AFANDI. Next Generation OPAC Design based on Library 2.0 at STT
Amanat Agung. Supervised by WISNU ANANTA KUSUMA and JANTI G.
SUJANA.
Library catalogs, as a means of information retrieval, continue to evolve
with advances in information technology and computers. Nowadays catalogs
utilizing web technologies as a medium for its service. The development of
information and computer technology is become a competitor to library service
by the development search engines. It also has change users’ interaction with
information in this Web 2.0 environment. Users expect to participate and
collaborate in the creation of information.
This study aims to create a prototype of next generation OPAC which will
use users’ contribution as an enrichment to bibliographic records. Users can
contribute information to existing bibliographic record with tagging, rating and
comment. Prototype was created using Drupal 7 and tested using Black Box

method. Testing results shows that this prototype can fulfill all functional
requirements.
Keywords: next generation OPAC, Web 2.0, Library 2.0, user’s contribution

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERANCANGAN NEXT GENERATION OPAC BERBASIS
LIBRARY 2.0 DI STT AMANAT AGUNG

TONI AFANDI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional
pada
Program Studi Magister Teknologi Informasi Untuk
Perpustakaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Drs B Mustafa, MLib

Judul Tesis : Perancangan Next Generation OPAC Berbasis Library 2.0 Di STT
Amanat Agung
Nama
: Toni Afandi
NIM
: G652110025


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Eng Wisnu Ananta Kusuma, ST, MT
Ketua

Ir Janti G Sujana, MA
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Magister Teknologi Informasi Untuk
Perpustakaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Aziz Kustiyo, SSi, MKom.

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian:
19 Juni 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah sumber segala berkat atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah
katalog perpustakaan, dengan judul Perancangan Next Generation OPAC Berbasis
Library 2.0 di STT Amanat Agung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Eng Wisnu Ananta
Kusuma, ST, MT dan Ibu Ir Janti G Sujana, MA selaku pembimbing. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Hilda V Putong, MP yang telah
membuka jalan untuk melanjutkan studi pada program Magister Teknologi
Informasi untuk Perpustakaan ini. Juga kepada Yayasan Satyabhakti Widya yang
telah memberikan beasiwa dan Bapak Tjahjadi Rameli yang mendukung sebagian
pendanaan untuk studi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada terkasih
istriku Tjong I Min, yang setia mendampingi dengan penuh kasih; Thomas Calvin

Afandi yang kehadirannya memberikan sukacita dalam proses studi ini; ayah;
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Toni Afandi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup
Manfaat
Kerangka Pemikiran

1
1
2
2
3
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Katalog
Web. 2.0
Library 2.0

Crowdsourcing
Next Generation Catalog (NGC)
Content Management System (CMS)
Metode Prototyping
Metode Black Box

3
3
4
5
6
7
9
9
10

3 TAHAPAN PENELITIAN

10


4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Prototipe I
Prototipe II
Implikasi Pengembangan Next Generation OPAC

12
12
24
27

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

27
27
28

DAFTAR PUSTAKA


28

RIWAYAT HIDUP

30

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tujuan penggunaan aplikasi dan alat Web 2.0 dalam perpustakaan ............ 6
Fitur Library 2.0 beberapa perpustakaan .................................................... 13
Fungsionalitas prototipe I Next Generation OPAC .................................... 13
Hasil pengujian prototipe I Next Generation OPAC .................................. 22
Presepsi Kegunaan Fungsionalitas Next Generation OPAC ...................... 23
Presepsi Kemudahan Fungsionalitas Next Generation OPAC ................... 23
Fungsionalitas tambahan prototipe II Next Generation OPAC .................. 24
Hasil pengujian prototipe II Next Generation OPAC ................................. 26
Presepsi Kegunaan Fungsionalitas Prototipe II Next Generation
OPAC .......................................................................................................... 26

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Model katalog generasi baru
Proses pengembangan prototipe
Diagram konteks prototipe I Next Generation OPAC
Contoh cantuman bibliografi dalam format MARC
Contoh bentuk lengkap cantuman bibliografi
Menu Home
Menu Administrator
Antarmuka People
Antarmuka Create Biblio
Antarmuka cantuman bibliografi Prototipe I Next Generation OPAC
Antarmuka Prototipe II Next Generation OPAC

9
10
14
15
16
18
19
19
20
21
25

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Katalog perpustakaan merupakan salah satu layanan perpustakaan yang
dikembangkan untuk memudahkan pengguna menemukan kembali informasi yang
tersedia. Seiring dengan perkembangan teknologi, layanan katalog juga
berkembang. Pada awalnya berbentuk kartu kemudian berkembang menjadi
berbentuk elektronik. Katalog elektronik disebut juga sebagai Online Public
Access Catalog (OPAC) (Rowley dan Harley 2008).
Perkembangan teknologi informasi mempengaruhi perkembangan layanan
penyediaan informasi. Dewasa ini berkembang juga mesin-mesin pencari, seperti
Google dan Yahoo, yang menyediakan layanan pencarian informasi yang dapat
menyediakan informasi secara cepat dan menjadi saingan perpustakaan dalam
layanan yang sama.
Perkembangan mesin pencari berdampak pada layanan informasi yang
disediakan perpustakaan, seperti yang dlaporkan oleh Online Computer Library
Center (OCLC). Dalam laporannya OCLC memperlihatkan bahwa para pencari
informasi tidak lagi melirik situs web perpustakaan sebagai titik awal pencarian
informasi. Pada tahun 2005 situs web perpustakaan hanya diakses oleh satu persen
responden, sedangkan pada tahun 2010 tidak ada satupun responden yang
memulai pencariannya melalui situs web perpustakaan. Sebagian besar pencarian
informasi dimulai melalui mesin pencari (de Rosa et al. 2011). Hal ini
menunjukkan bahwa impresi situs web perpustakaan sebagai tempat mencari
informasi sudah tidak tersirat dalam pikiran para pencari informasi. Pamor situs
web perpustakaan sebagai penyedia informasi sudah dikalahkan oleh mesin
pencari.
OPAC dan situs web perpustakaan tidak menarik untuk dikunjungi jika
dibandingkan dengan mesin pencari. Pengguna memandang situs web
perpustakaan terlihat ketinggalan zaman dan sulit untuk dinavigasi, sehingga
pengguna kesulitan untuk memperoleh informasi. Pengguna yang sudah terbiasa
menggunakan Google, mengalami kebingungan untuk menggunakan katalog
perpustakaan.
Permasalahan ini juga ditambah dengan perubahan tingkah laku pencari
informasi pada saat ini yang selain menghendaki kemudahan dalam pencarian
informasi, juga dapat berpartisipasi dalam penciptaan informasi. Pengguna
menuntut penambahan fitur sosial untuk dapat melakukan interkoneksi dengan
sesama pengguna. Layanan OPAC tradisional dipandang sudah tidak memadai
karena hanya memberikan informasi statis. Pengguna tidak diberikan kesempatan
untuk berpartisipasi dan berkolaborasi. OPAC tradisional sebagai sarana pencari
informasi kalah bersaing dengan layanan yang ditawarkan oleh Google atau
Amazon. Oleh karena itu perpustakaan perlu mengakomodasi perilaku pencari
informasi agar OPAC dapat kembali dilirik oleh pencari informasi generasi baru
ini.
Dalam penelitian terdahulu, Widyawan (2010) meneliti lima belas situs web
perpustakaan di Indonesia dan menemukan perpustakaan sudah memanfaatkan
berbagai macam alat Web 2.0, tetapi masih dalam taraf percobaan, sehingga

2
terkesan tidak terencana dan terorganisasi. Pemanfaatan alat-alat Web 2.0 ini
dilakukan oleh individual dan bersifat sukarela. Widyawan mengusulkan agar
pemanfaatan Web 2.0 didukung oleh para pengambil keputusan dan menjadi
keputusan lembaga.
Yang dan Hofmann (2010) meneliti beberapa OPAC untuk melihat
pergerakan menuju Next Generation OPAC. Tiga OPAC yang diteliti adalah
Koha, Evergreen dan Voyager. Mereka menemukan bahwa OPAC Koha lebih
mendekati Next Generation OPAC dibanding dengan yang lainnya.
Emanuel (2011) meneliti usability dari VuFind, sebuah sistem Next
Generation OPAC, yang diimplementasikan oleh Consortium of Academic and
Research Libraries di llinois. Para pengguna memuji implementasi ini karena
VuFind mengadopsi fitur-fitur Web 2.0, meskipun masih terdapat masalah dengan
data katalog.
Sumendap (2011) mengadakan penelitan untuk memanfaatkan fitur-fitur
Facebook, yang merupakan salah satu alat Web. 2.0 yang sangat populer, bagi
pengembangan layanan depan perpustakaan. Pemanfaatan Facebook ini
diharapkan akan membangun hubungan antara pengguna dan perpustakaan, dan
juga meningkatkan kualitas layanan perpustakaan.
Hofmann dan Yang (2013) meneliti kembali 260 OPAC perpustakaan
akademis di Amerika Serikat dan Kanada yang pernah diteliti hampir dua tahun
sebelumnya dan menemukan bahwa terjadi peningkatan dalam implementasi Next
Generation OPAC. Kecenderungan ini dapat memberikan masukan bagi
perpustakaan akademis untuk menyediakan antarmuka next generation bagi
katalog mereka.
Mulatiningsih dan Johnson (2013) meneliti tentang pengertian pustakawan
Indonesia terhadap Library 2.0. Mereka menemukan walaupun istilah Library 2.0
sudah dikenal luas oleh pustakawan Indonesia, tetapi mereka tidak menangkap
konsep yang berhubungan dengan teknologi informasi, terutama Web 2.0. Konsep
partisipasi yang menjadi inti Library 2.0 belum dipahami oleh pustakawan
Indonesia. Dengan latar belakang permasalahan ini maka pada penelitian ini
dibuat prototipe OPAC yang dinamis sehingga dapat memenuhi tuntutan generasi
Web 2.0.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka
dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana perpustakaan dapat
mengakomodasi perubahan perilaku pencari informasi dan mengadopsi
perkembangan teknologi situs web yang sudah memasuki era Web 2.0 yang
memungkinkan pengguna untuk melakukan kolaborasi dan membagikan
informasi?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membuat prototipe Next Generation OPAC
perpustakaan yang dapat mengakomodasi kebutuhan pencari informasi generasi
baru untuk berkolaborasi dalam penciptaan dan pembagian informasi.

3
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
1. Perancangan Next Generation OPAC perpustakaan berbasis web yang
dinamis dan melibatkan peran serta pencari informasi dalam
memperkaya isi katalog perpustakaan.
2. Perangkat lunak yang digunakan dalam desain ini adalah content
management system (CMS).
3. Pengembangan OPAC ini dilaksanakan sampai pada tahap pembuatan
prototipe.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas layanan perpustakaan.
2. Menjadikan layanan perpustakaan lebih personal dan proaktif.
3. Memberikan landasan konseptual yang diharapkan dapat menjadi
rujukan bagi perpustakaan dalam mengembangkan OPAC bagi
generasi baru.
Kerangka Pemikiran
Dalam era Web 2.0 ini, OPAC perpustakaan perlu bertransformasi dalam
memberikan layanannya sesuai dengan perkembangan teknologi masa kini agar
tidak ditinggalkan penggunanya. OPAC tidak hanya merupakan daftar inventaris
koleksi perpustakaan yang sudah disiapkan oleh pustakawan, tetapi juga
memungkinkan pengguna memberikan sumbangsih untuk memperkaya isi OPAC.
Perpustakaan perlu mengantisipasi perilaku pemustaka generasi baru yang
menuntut peran serta mereka dalam penciptaan dan pembagian informasi. Dengan
adanya penelitian berupa rancangan Next Generation OPAC dalam rangka
mengakomodasi perilaku pencari informasi dalam era Web 2.0, diharapkan dapat
menciptakan akses informasi yang memenuhi kebutuhan pencari informasi.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Katalog
Secara tradisional katalog dimengerti sebagai daftar informasi pustaka atau
dokumen yang ada di perpustakaan atau toko buku maupun penerbit tertentu
(Saleh 2003). Daftar tersebut dapat tersedia dalam bentuk kartu, lembaran, buku
atau bentuk lain, yang memuat informasi mengenai pustaka atau kepustakaan
yang terdapat dalam perpustakaan. Ada dua hal yang perlu dipahami berkaitan
dengan katalog yaitu:
1. merupakan daftar buku atau dokumen;
2. koleksi yang terdapat dalam daftar tersebut dimiliki oleh perpustakaan
tersebut.

4
Katalog merupakan sarana temu kembali yang sangat vital dalam
penyelenggaraan perpustakaan. Katalog dapat disebut sebagai miniatur
perpustakaan, sebab katalog mewakili seluruh koleksi yang dimiliki oleh
perpustakaan. Katalog dikembangkan untuk mempermudah pengguna untuk
menelusur informasi.
Tujuan utama penggunaan katalog adalah untuk
1. menolong pengguna dalam menemukan kembali material,
2. membuat titik akses pada material dari deskripsi yang ada dalam
kartu,
3. menentukan judul, pengarang dan subyek.
4. membangun kendali otoritas
Pada mulanya katalog menggunakan kartu sebagai alat untuk mewakilkan
koleksi. Dengan hadirnya komputer, penggunaan kartu mulai bergeser dan katalog
bertransformasi menjadi katalog elektronik. Rak katalog berubah menjadi terminal
komputer yang terbukti sangat memudahkan proses temu kembali informasi.
Perkembangan teknologi informasi dan kehadiran internet memungkinkan akses
informasi tidak dihalangi oleh waktu dan ruang. Dengan menggunakan Web,
katalog perpustakaan dapat diakses kapan pun dan di mana pun selama pengguna
mempunyai koneksi ke internet.
Web. 2.0
Web 2.0 merupakan perkembangan dari Web. 1.0. Pada Web 1.0 pengguna
mendapatkan informasi secara statis dan searah, sedangkan pada Web 2.0
pengguna dapat menggunakan, menciptakan dan mengendalikan informasi dengan
sangat mudah tanpa atau sedikit biaya. Web 2.0 juga disebut sebagai web sosial
(O’Reilly 2005). Dalam era Web 2.0 pengguna dilengkapi dengan teknologi,
aplikasi dan layanan untuk dapat berinterkasi dan mempersonalisasi situs web
(Anttiroiko dan Savolainen 2011).
Levy (2009) menjelaskan Web 2.0 sebagai berikut:
1. Web merupakan sebuah flatform. Pengguna menggunakan web
sebagai saluran untuk mendapatkan dan membagikan informasi.
Perhatian utamanya bukan pada Web tetapi pada perolehan dan
penyebaran informasi melalui Web. Aplikasi Web 2.0 harus
diperlakukan hanya sebagai saluran.
2. Pengembangan layanan. Prinsip selanjutnya adalah pengembangan
layanan, bukan pengembangan aplikasi. Sebuah layanan akan
mempunyai nilai tambah jika layanan tersebut dapat dipadukan dengan
layanan lain.
3. Partisipasi aktif dari pengguna. Dalam paradigma lama, pengguna
hanya menggunakan informasi yang sudah dikumpulkan,
dikategorikan dan diorganisasikan mereka yang mempunyai otoritas,
misalkan pustakawan. Dalam Web 2.0, pengguna merupakan
partisipan aktif dan dapat memberikan nilai tambah terhadap informasi.
Konsep-konsep yang tercakup dalam Web 2.0 adalah jaringan sosial dan
partisipasi dalam internet, keterlibatan komunitas pengguna dan tagging, blog,
wiki dan syndicates feeds. Situs-situs Web 2.0 menawarkan ruang publik bagi
pengguna untuk dapat mengategorikan informasi dengan mengunakan folksonomy

5
tagging. Hal ini dilakukan dengan memberikan kata kunci pada dokumen (Jetty et
al. 2011). Dalam Web 2.0 pengguna dapat dengan mudah berinteraksi dan
terkoneksi dengan bersumbangsih memberikan informasi sekecil apapun.
Misalnya dalam Facebook, sumbangsih terkecil dalam memberikan respon
terhadap suatu posting adalah dengan menekan tombol like. Peran serta pengguna
merupakan fitur yang paling penting dalam Web 2.0. Kehadiran Web 2.0 telah
merubah lanskap informasi. Pada era masa kini informasi diciptakan dan
dibagikan oleh pengguna. Perubahan lanskap informasi ini juga berpengaruh
terhadap perpustakaan. Perpustakaan tidak dianggap lagi sebagai sumber
informasi. Mayoritas orang mencari informasi pertama-tama melalui mesin-mesin
pencari. Orang sekarang dapat secara langsung mendapatkan informasi tanpa
perantara. Fenomena ini disebut sebagai “disintermediasi,” yang berdampak
langsung pada layanan tradisional perpustakaan.
Library 2.0
Library 2.0 didefinisikan Holmberg et al. (2008) sebagai sebuah
kebudayaan baru yang mengubah interaksi antara pengguna dan perpustakaan
dengan dimungkinkannya partisipasi pengguna dengan dukungan teknologi web
sosial. Dengan kata lain, Library 2.0 adalah perpustakaan yang mengadopsi
konsep Web 2.0 dalam layanannya. Hal ini dilakukan dengan memberikan
kesempatan pada pengguna untuk dapat memberikan kontribusi. Library 2.0
berpusat pada penguna, yaitu mengundang pengguna untuk berpartisipasi dalam
pembentukan layanan yang mereka inginkan dan didukung oleh layanan evaluasi
yang konsisten.
Beberapa contoh layanan katalog online perpustakaan yang mencoba
mengadopsi konsep ini:
1. AquaBrowser, yang mempunyai dua daerah dalam tampilannya: sisi
pertama menampilkan faceted search dengan menampilkan kata-kata
yang berhubungan dengan kriteria pencarian; sedangkan sisi kedua
berisikan cantuman bibliografi.
2. Social OPAC (SOPAC) yang dikembangkan oleh John Blyberg di
Perpustakaan Darien. Dengan SOPAC pengguna diharapkan untuk
memberikan rating, tinjauan dan tag pada katalog perpustakaan.
Dengan demikian aspek “kita” diharapkan dapat tercipta melalui fiturfitur tambahan yang terdapat pada katalog.
3. BiblioCommons merupakan sistem penemuan sosial yang mempunyai
fitur faceted search, tagging dan komentar.
Perpustakaan perlu mengadopsi kecenderungan masyarakat informasi dalam
era Web 2.0 ini agar tidak dianggap ketinggalan zaman dan ditinggalkan oleh
pencari informasi. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan
menambahkan aspek sosial pada OPAC perpustakaan. Dalam konsep ini
pengguna dapat memberikan kontribusi dengan membagikan ide mereka dan
berinteraksi dengan anggota komunitas yang lain. Tag, review pengguna
merupakan sebuah cara baru untuk menemukan informasi dengan istilah alamiah
dan organik, tidak tergantung lagi pada struktur kosa kata yang terkendali.
Implementasi sosial pada OPAC perpustakaan layak dipertimbangkan, karena
dengan demikian dapat mendekatkan kembali pengguna dengan perpustakaan.

6
Anttiroiko dan Savolainen (2011) membagi aplikasi Web 2.0 dalam
perpustakaan menjadi empat kategori sesuai dengan tujuan penggunaan aplikasiaplikasi tersebut. Pembagian ini dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1 Tujuan penggunaan aplikasi dan alat Web 2.0 dalam perpustakaan*
Tujuan penggunaan
Komunikasi dan
pesan pendek
Pembagian konten
Jaringan Sosial

Crowdsourcing
(membagi,
mengumpulkan dan
memproses
pengetahuan yang
dihasilkan
pengguna)

Contoh aplikasi teknologi
Web 2.0
MSN, Yahoo, AIM, Meebo,
RSS feed, Twitter
YouTube, Slide.com, Flickr,
Multiply
Facebook, MySpace, Tagged,
Betlog, Friendster, Orkut
Wikipedia, 7tipson, Patient
Opinion (UK), Delicious.

Contoh aplikasi Library
2.0
Live Chat dalam Web site
Perpustakaan
YouTube dan blog
perpustakaan
Kehadiran perpustakaan
dalam Facebook dan
jaringan sosial lainnya
Bagian user-oriented
dalam situs web
perpustakaan,
Wiki perpustakaan,
Fungsionalitas tagging,
Folksonomi,
Sistem peringkat buku

*Sumber: Anttiroiko dan Savolainen (2011)

Crowdsourcing
Web 2.0 memanfaatkan wisdom of crowds dalam layanannya. Masukan dari
pengguna dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas dan memperkaya
layanan perpustakaan. Informasi yang diciptakan oleh pengguna dapat diintegrasi
pada layanan perpustakaan. Dengan demikian keterlibatan pengguna akan
membuat layanan lebih menarik, dengan adanya aspek komunal dan kepemilikan
dalam perpustakaan.
Contoh penggunaan crowdsourcing adalah tagging. Tagging adalah
penandaan dokumen dengan memberikan kata kunci pada metadata informasi.
Penandaan dilakukan agar pengguna dapat menemukan kembali informasi dalam
OPAC dengan mudah. Penandaan ini juga dapat dipandang sebagai peran serta
pengguna dalam proses pengkatalogan (Anttiroiko dan Savolainen 2011). Istilah
yang digunakan dalam tagging bersifat bebas, tidak terikat pada satu aturan yang
baku. Tagging memakai bahasa alamiah bukan kosa kata yang terkendali.
Pemakaian istilah yang mudah diingat dan umum ini membuat tag dapat dengan
mudah dibagikan dan membantu pencari berikutnya untuk menemukan informasi
yang baru dalam satu kategori (McFadden dan Weidenbenner 2010). Tag yang
sudah terkumpul dapat dipresentasikan secara visual. Istilah yang paling banyak
dipergunakan akan tampil dalam huruf yang lebih besar dan tebal.
Menurut McFadden dan Weidenbenner (2010) ada tiga cara penggunaan tag
dalam OPAC:

7
1. Penggunaan secara terbatas. Tag dibuat oleh staf perpustakaan, sebagai
tambahan fitur dalam OPAC mereka.
2. Tag dibuat oleh pengguna, tetapi terpisah dari katalog. Daftar tag dapat
diakses dan dibagikan oleh pengguna. Contoh: University of
Pennsylvania dengan proyek PenTags.
3. Tag yang dibuat oleh pengguna menjadi bagian yang integral dalam
OPAC, berada dalam satu antarmuka. Contoh: SOPAC (Social OPAC)
dari Ann Arbor District Library.
Selain tagging, crowdsourcing dapat dilakukan dengan menggunakan fitur
peringkat (rating). Sistem peringkat digunakan untuk mengevaluasi kualitas dari
suatu produk (atau cantuman bibliografi dalam konteks OPAC) (Farmer dan
Glass 2010). Sistem yang paling sederhana adalah dengan memberikan “jempol
naik/turun” atau “peringkat bintang” kepada sebuah cantuman bibliografi.
Pemberian peringkat ini dapat dilanjutkan kepada tinjauan (review) atau komentar
dan diskusi oleh beberapa kontibutor. Tinjauan ini mengekspresikan berbagai
reaksi terhadap sebuah cantuman bibliografi. Cantuman bibliografi yang paling
banyak mendapat peringkat adalah cantuman bibliografi yang populer atau
penting.
Tag, peringkat dan tinjauan merupakan umpan balik dari pengguna yang
dapat dimanfaatkan untuk menciptakan sumber daya yang lebih informatif bagi
pengguna yang lain. OPAC yang mempunyai antar muka yang dinamis, dengan
tambahan fitur untuk memberikan komentar, menulis tinjauan, menciptakan tag
dan memberi peringkat, dan kemudian dapat membagikannya kepada orang lain
akan memperkaya dan meningkatkan fungsionalitas katalog.
Next Generation Catalog (NGC)
Istilah next generation catalog dicetuskan oleh Eric Lease Morgan dari
Universitas Notredame ketika menyadari bahwa perilaku pencari informasi sudah
berubah. Pencari informasi hanya memasukkan satu atau dua kata pada kotak
pencarian, menekan tombol, dan mendapatkan hasil yang terurut sesuai dengan
relevansi, memilih sebuah item dari hasil dan melihat/mengunduh informasi.
Proses ini cepat, mudah dan segera. Meskipun orang tahu bahwa informasi yang
ada dalam perpustakaan itu gratis dan berotoritas, mereka menggunakan
perpustakaan sebagai pilihan terakhir, karena bagi mereka sistem pencarian
perpustakaan membingungkan, sulit digunakan, membuang waktu dan tidak
nyaman.
Morgan (2006) mencatatkan empat prinsip yang mendefinisikan NGC ini:
1. NGC bukan sebuah katalog
2. NGC menghindari multiple database
3. NGC memberikan layanan tambahan pada hasil pencarian.
4. NGC dibangun di atas teknologi terbuka.
NGC Bukan Sebuah Katalog
Katalog adalah daftar invetaris koleksi yang ada dalam perpustakaan. Isi
katalog menunjuk pada koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan, oleh karena itu
layanan katalog tradisional terbatas hanya mengidentifikasi koleksi di dalam
perpustakaan. NGC dirancang tidak menyerupai katalog, tetapi lebih merupakan

8
alat temuan (discovery tools). Selain daftar inventaris koleksi, NGC juga memuat
hal-hal lain yang berguna untuk mencapai tujuan organisasi induk perpustakaan.
Dunia informasi telah bergerak melampui jenis koleksi perpustakaan.
Perkembangan teknologi digital telah menyediakan beragam macam data yang
melampaui koleksi perpustakaan, seperti gambar, buku elektronik, artikel jurnal
elektronik dan sebagainya. Hal-hal ini dapat berguna bagi pengguna sesuai dengan
tingkatan kebutuhan mereka.
NGC menghindari multiple database
Basisdata dan indeks yang banyak akan memperumit proses pencarian.
Dengan menghindari basisdata dan indeks jamak, pencarian secara global akan
menjadi lebih mudah. Informasi berlebih dapat dikurangi dengan faceted search,
antar muka yang “cerdas”, dan kemampuan menciptakan kueri indeks yang
terfokus.
NGC memberikan layanan tambahan pada hasil pencarian
Antarmuka NGC tidak hanya mendaftarkan dan memberikan akses pada
hasil penelusuran informasi saja. NGC ini bukan sekadar katalog, tetapi juga
sebuah alat. Layanan tambahan dalam NCG dapat berupa fitur membuat format
sitasi sesuai format Turabian atau format lainnya, tautan ke toko buku online, atau
fitur komentar terhadap sebuah buku. Pemberian layanan-layanan ini akan
menghemat waktu pengguna dan menjadikan mereka lebih produktif.
NGC dibangun di atas teknologi terbuka
NGC dibangun dengan menggunakan standar terbuka, perangkat lunak open
source, dan open content sebagai usaha untuk meningkatkan interoperability,
modularity, dan mendukung pembagian ide secara bebas. Hal ini sesuai dengan
prinsip kolaboratif dari profesi kepustakawanan. Prinsip kolaboratif ini tercermin
dalam praktek menyalin katalog (copy catalouging). Ada beberapa perpustakaan
bergabung membentuk konsorsium dan membeli lisensi untuk digunakan
bersama-sama. Proses kolaboratif ini dilakukan dengan menggunakan standar
terbuka seperti Z39.50, MARC, dan AACR2.
Morgan (2006) yang mempunyai visi tentang katalog generasi baru,
membuat sketsa model katalog generasi baru seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Terdapat 18 layanan yang akan menjadi ciri NGC yang masih relevan pada masa
sekarang. Nagy (2011) menambahkan tiga layanan lain yang diperlukan pengguna,
yaitu, rekomendasi, penelusuran (browse), dan kaitan (relate).

9

Gambar 1 Model katalog generasi baru (Sumber: Morgan 2006)
Content Management System (CMS)
Pengolahan dan pengelolaan infomasi perpustakaan melalui situs web dapat
dilakukan dengan bantuan Content Management System (CMS). Dengan CMS,
para penulis informasi dapat lebih berfokus isi situs web karena CMS
menyediakan struktur back-end bagi situs web (Austin dan Harris 2008).
Antarmuka CMS memudahkan para penyedia informasi untuk menambahkan
kontribusi mereka tanpa perlu mengetahui HTML. Tata letak dan desain halaman
web terpisah dari konten sehingga perubahan tata letak dan desain tidak
mengganggu konten dan kode (Black 2011).
Terdapat beberapa jenis CMS, seperti Joomla, Mamboo, PHP Fussion,
Drupal. CMS Drupal merupakan yang paling disukai karena perangkat lunak ini
fleksibel. Drupal bahkan menjadi pokok bahasan khusus dalam satu edisi Library
Technology Reports. Situs web yang indah dan kompleks dapat secara mudah
dikembangkan dengan menggunakan Drupal.
Metode Prototyping
Metode yang digunakan pada penelitian ini tersusun dengan tahapan
penelitian yang mengacu kepada metode Prototyping. Sommerville (2011)
menyatakan bahwa sebuah prototipe adalah sebuah versi awal dari sistem
perangkat lunak untuk memperlihatkan konsep, mencoba pilihan rancangan dan
menemukan masalah dan kemungkinan pemecahannya. Pengembangan prototipe
yang cepat, berulang merupakan hal yang mendasar sehingga biaya dapat
dikendalikan dan pihak-pihak yang berkepentingan dapat bereksperimen dengan
prototipe di awal proses pembuatan perangkat lunak.
Sebuah prototipe perangkat lunak dapat mengantisipasi perubahan:
1. Dalam persyaratan proses rekayasa, sebuah prototipe dapat membantu dalam
menentukan dan memvalidasi persyaratan sistem.

10
2. Dalam proses perancangan sistem, sebuah prototipe dapat digunakan untuk
memeriksa solusi perangkat lunak tertentu dan mendukung rancangan
antarmuka pengguna.
Menentukan
Tujuan
Prototipe

Rencana
Prototyping

Mendefinisikan
Fungsionalitas
Prototipe

Menguraikan
Definisi

Membangun
Prototipe

Prototipe
yang
dapat
dijalankan

Mengevaluasi
Prototipe

Laporan
Evaluasi

Gambar 2 Proses pengembangan prototipe (Sumber: Sommerville 2011)
Model proses pengembangan prototipe ditunjukkan Gambar 2 dengan
proses sebagai berikut:
1. Tujuan prototyping harus dikomunikasi pada awal proses dengan
tujuan untuk mengembangkan prototipe antarmuka pengguna,
memvalidasi fungsional persyaratan sistem, atau memperlihatkan
kelayakan aplikasi. Tujuan prototipe harus dinyatakan untuk
menghindari kesalahpahaman fungsi prototipe oleh pengguna.
2. Langkah berikutnya adalah menentukan apa yang akan dimasukkan
atau yang akan dikeluarkan dalam prototipe. Persyaratan nonfungsional, seperti penggunaan memori dan waktu respon, dapat
diabaikan. Kualitas sistem dapat dikurangi pada tahap ini.
3. Selanjutnya adalah membuat prototipe yang dapat dijalankan.
4. Tahap akhir adalah evaluasi prototipe yang menghasilkan umpan balik
untuk memperbaiki persyaratan. Evaluasi ini didasarkan pada tujuan
pembuatan prototipe.
Metode Black Box
Pressmann (2010) mengemukakan bahwa fungsionalitas sebuah sistem
dapat diuji dengan metode black box. Sistem yang sudah dibuat prototipenya
diumpamakan seperti sebuah kotak hitam yang akan diuji dengan memasukkan
sekumpulan stimuli untuk dilihat apakah responnya sesuai dengan permintaan
rancangan Metode ini tidak memperhatikan struktur logika internal sistem.

3 TAHAPAN PENELITIAN
Tahapan penelitian dilaksanakan berdasarkan metode prototyping yang
dapat dilihat pada Gambar 3.

11
Mulai

Menentukan Tujuan Prototipe

Mendefinisikan Fungsionalitas
Prototipe

Membangun Prototipe

Menguji Prototipe

Sesuai dengan
tujuan?

T
idak

Y
a
Membuat laporan

Selesai
Gambar 3 Tahapan penelitian
Tahap pertama dalam pembuatan prototipe adalah penentuan tujuan
prototipe. Dalam menentukan tujuan akan dilakukan:
1. Studi pustaka yang berkaitan dengan teori dan penelitian yang
membahas Library 2.0 dan Next Generation OPAC.
2. Pengumpulan data dengan mengamati pada situs web yang telah
menerapkan konsep Library 2.0 dalam membangun OPAC. Fitur yang
akan diamati adalah fitur yang dapat memperkaya isi OPAC. Ada
tujuh OPAC yang diamati: LibraryThing, Ann Arbor District Library
(SOPAC), New York Public Library (BiblioCommons), Harvard
Library, Worldcat, Bina Nusantara, Atma Jaya.
3. Wawancara dengan pihak yang berkepentingan, dalam hal ini adalah
pengelola perpustakaan.
Tahap kedua adalah mendefinisikan fungsionalitas prototipe. Fungsionalitas
yang akan diterapkan dalam OPAC adalah tagging, rating dan komentar.

12
Tahap ketiga adalah membangun prototipe dengan mengunakan perangkat
lunak content management system (CMS).
Tahap keempat adalah menguji fungsionalitas prototipe dengan metode
black box.
Jika dalam pengujian respon yang diberikan sistem sesuai dengan
permintaan awal, maka pembuatan prototipe selesai dan dilanjutkan dengan
pembuatan laporan.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Prototipe I
Tujuan Pembuatan Prototipe
Tujuan penelitian ini adalah membuat prototipe Next Generation OPAC
yang mempunyai fungsionalitas yang memungkinkan partisipasi pengguna dalam
memperkaya isi katalog.
Mendefinisikan Fungsionalitas Prototipe I
Fungsionalitas yang akan diterapkan dalam prototipe ini ditentukan
berdasarkan studi literatur, wawancara dengan pengelola perpustakaan dan
pengamatan terhadap beberapa situs web perpustakaan.
Studi literatur terhadap perkembangan Web 2.0 dan Library 2.0
memperlihatkan bahwa perpustakaan perlu merubah paradigma untuk lebih
memusatkan perhatian pada pengguna. Perhatian terhadap pengguna dapat
diwujudkan dengan mengakomodasi kebutuhan mereka dalam penciptaan dan
pembagian informasi dalam layanan perpustakaan. Prinsip crowdsourcing
merubah paradigma bahwa pengguna bukan hanya penikmat informasi, tetapi
dapat menjadi sumberdaya penghasil informasi.
Wawancara dengan Kepala Perpustakaan Sekolah Tinggi Teologi Amanat
Agung menyimpulkan bahwa layanan perpustakaan perlu menyesuaikan diri
dengan perkembangan teknologi dan juga tuntutan pengguna teknologi yang
terbentuk karena penggunaan teknologi. Tanpa penyesuaian ini, perpustakaan
akan menjadi artefak kebudayaan yang kurang relevan dengan kehidupan
masyarakat masa kini. Wawancara dengan pengelola Perpustakaan Universitas
Bina Nusantara dan Universitas Katholik Atma Jaya, menyimpulkan bahwa
penambahan fungsionalitas komentar dalam OPAC mereka lebih merupakan
sarana layanan komunikasi antara pemustaka dan perpustakaan, misalnya
berkaitan dengan pengadaan jumlah eksemplar buku. Dari pihak pengelola
perpustakaan belum muncul kesadaran untuk mengakomodasi perkembangan
Web 2.0 untuk menuju Library 2.0.
Pengamatan pada beberapa OPAC perpustakaan dilakukan untuk
mengidentifikasi fitur-fitur yang mengakomodasi partisipasi pengguna dalam
memperkaya informasi. Tujuh OPAC yang diamati adalah LibraryThing, Ann
Arbor Distric Library, New York Public Library, Harvard Library, WorldCat,
Universitas Bina Nusantara, Universitas Katholik Atma Jaya. Tabel 2
memperlihatkan bahwa partisipasi tersebut dimungkinkan dengan fitur rating,

13
tagging dan user review. Untuk dapat melakukan hal tersebut pengguna harus log
in dengan memasukkan user ID dan password. OPAC perpustakaan dalam negeri
sudah ada yang mencoba mengarah kepada Next Generation OPAC dengan
menambahkan fungsionalitas user review.
Tabel 2 Fitur Library 2.0 beberapa perpustakaan
Library
Thing

AADL

NYPL

Harvard
Library

Tagging















Rating















User
Review















User Login















Fitur
Library 2.0

WorldCat Binus

Atma
Jaya

✓ = menunjukkan ketersediaan

Berdasarkan studi literatur, wawancara, pengamatan terhadap beberapa situs
web, maka fungsionalitas pengayaan dokumen yang akan diterapkan dalam
prototipe Next Generation OPAC ini adalah rating, tagging dan user review.
Tabel 3 mendaftarkan fungsionalitas prototipe Next Generation OPAC.
Tabel 3 Fungsionalitas prototipe I Next Generation OPAC
No Fungsionalitas
1

Login

2

Manipulasi data
pengguna

3
4

Manipulasi data
bibliografi
Tagging

5

Rating

6

Review

7

Pencarian koleksi

Tujuan
Memberikan akses bagi pengguna untuk masuk ke
dalam sistem.
Memungkinkan administrator mengelola pengguna
dengan cara memasukan, mengedit atau menghapus
data pengguna
Memungkinkan administrator memasukkan, mengedit
atau menghapus data bibliografi.
Memungkinkan pengguna untuk memberikan
penandaan dengan kata kunci secara bebas sesuai
preferensinya.
Memungkinkan pengguna untuk memberikan evaluasi
pada data bibliografi.
Memungkinkan pengguna untuk memberikan
komentar atau tinjauan pada data bibliografi.
Memungkinkan pengguna untuk mencari informasi
dalam basisdata berdasarkan kriteria yang diberikan.

14
Pengembangan Prototipe I Next Generation OPAC
Prototipe I Next Generation OPAC dirancang supaya pengguna dapat
menambahkan data pada OPAC. Gambaran umum dari Next Generation OPAC
ini dapat diperlihatkan melalui diagram konteks pada Gambar 4. Diagram konteks
menggambarkan cakupan sistem dalam hubungan dengan input dan output.
Sistem berinteraksi dengan administrator dan pengguna. Untuk masuk ke dalam
sistem, administrator dan pengguna harus melakukan login dengan memasukkan
username dan password, sesudah terjadi validasi login, administrator dan
pengguna diizinkan masuk ke dalam sistem. Administrator mempunyai wewenang
untuk melakukan manipulasi dan pengaturan data bibliografi, pengguna,
comments, rating dan tagging. Sedangkan pengguna dapat memasukkan data
rating, comments, dan tagging untuk memperkaya data bibliografi.

Gambar 4 Diagram konteks prototipe I Next Generation OPAC
Karakteristik Pengguna
Terdapat dua jenis pengguna yang dapat terlibat dalam sistem Next
Generation OPAC ini:
1. Pengguna otentik (selanjutnya disebut pengguna), yaitu pengunjung
yang log in menggunakan user ID dan password. Pengguna ini dapat
memperkaya informasi pada OPAC.
2. Administrator, yaitu pengelola OPAC. Administrator merupakan
anggota yang mempunyai otoritas tertinggi dan berfungsi sebagai
superuser. Administrator bertanggung jawab memelihara data seperti
mengelola pengguna, mengelola data bibliografi, back up, user
management, security, pengembangan dan lainnya.
Desain Perangkat Lunak
Perangkat lunak Content Management System (CMS) yang digunakan
dalam pembuatan prototipe ini adalah Drupal. Drupal merupakan CMS yang
tersedia gratis, namun dikenal tangguh, fleksible dan aman. Situs-situs yang
menggunakan Drupal, bukan hanya situs kecil, tetapi beberapa situs terbesar

15
dalam Web juga menggunakannya, seperti The Economist, The White House.
Daftar situs yang menggunakan Drupal dapat dilihat di https://drupal.org/casestudies. Selain itu banyak perpustakaan yang menggunakan Drupal, bahkan
Library Technology Reports secara khusus membahas Drupal dalam satu edisi.
Dalam Web terdapat situs Drupalib (http://drupalib.interoperating.info/) bagi
perpustakaan-perpustakaan yang menggunakan Drupal untuk berkumpul berbagi
ide.
Desain basisdata
Struktur basisdata untuk Next Generation OPAC adalah mengacu pada
format Machine-Readable Cataloging (MARC). MARC adalah standar data
bibliografi yang dikembangkan pertama-tama oleh Library of Congres di Amerika
Serikat pada tahun 1968 sebagai format standar untuk bibliografi. Dengan format
ini perpustakaan dapat menyimpan dan saling bertukar data bibliografi. Format ini
dapat mengakomodasi bukan hanya buku, tetapi juga berbagai material
perpustakaan lainnya, termasuk elektronik. Selain perpustakaan, format MARC
juga dapat dipergunakan oleh industri penerbitan dan komunitas informasi.
Cantuman dalam format MARC dapat diaplikasikan untuk keperluan: temu
kembali infomasi, menampilkan sitasi, katalog, mengidentifikasi terbitan baru,
dan pembagian sumber informasi. Contoh cantuman bibliografi dalam format
MARC yang diambil dari situs Perpustakaan Nasional RI dapat dilihat pada
Gambar 5, sedangkan format dalam bentuk lengkap dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5 Contoh cantuman bibliografi dalam format MARC

16

Gambar 6 Contoh bentuk lengkap cantuman bibliografi
Persyaratan Fungsionalitas Prototipe I Next Generation OPAC
Prototipe I Next Generation OPAC ini mempunyai persyaratan
fungsionalitas yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Login
Tujuan : Memberikan akses bagi pengguna untuk masuk ke dalam sistem.
Masukan : Masukan berupa user name dan password melalui formulir login.
Operasi : Sistem memeriksa apakah pengguna telah memasukkan
informasi pada textbox username dan textbox password yang
tersedia pada formulir login. Kemudian sistem melakukan
pengecekan kecocokan informasi dengan data yang terdapat
pada tabel pengguna.
Keluaran : Keluaran yang dihasilkan pada tahap ini berupa pesan atau
reaksi sebagai berikut:
a. Pesan meminta pengguna memasukkan data login jika
belum terisi.
b. Pesan kesalahan jika informasi login tidak benar.
c. Memindahkan pengguna pada menu pengguna jika data
masukan valid.
2. Manipulasi data pengguna
Tujuan
: Memungkinkan administrator mengelola pengguna sistem.
Masukan : Masukan berupa username, alamat email, password, pilihan
status dan pilihan role.
Operasi : Sistem memeriksa apakah administrator telah memasukkan
informasi pada text box username, email address, password
yang tersedia pada formulir Add New User. Kemudian sistem
melakukan pengecekan informasi dengan data yang terdapat
pada tabel pengguna.
Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa:
a. Pesan meminta pengguna memasukkan data username jika
belum terisi.
b. Pesan meminta pengguna memasukkan data alamat email
jika belum terisi.

17
c. Pesan meminta pengguna memasukkan data password jika
belum terisi.
d. Pesan meminta pengguna memasukkan data konfirmasi
password jika belum terisi.
e. Pesan kesalahan jika username sudah ada dalam basisdata.
f. Pesan kesalahan jika alamat email sudah ada dalam
basisdata.
g. Pesan kesalahan jika password dan password confirmation
tidak sesuai.
h. Menampilkan formulir Add New User jika data berhasil
disimpan dalam basisdata.
3. Manipulasi data bibliografi
Tujuan
: Memungkinkan administrator mengelola data bibliografi.
Masukan : Masukan berupa judul publikasi, tahun publikasi dan data-data
lain.
Operasi : Sistem memeriksa apakah administrator telah memasukkan
informasi pada judul publikasi dan tahun publikasi.
Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa:
a. Pesan kesalahan jika data judul publikasi belum terisi.
b. Pesan kesalahan jika data tahun publikasi belum terisi.
c. Menampilkan cantuman bibliografi publikasi yang baru
dimasukkan. Menampilkan formulir Add New User jika data
berhasil disimpan dalam basisdata.
4. Tagging
Tujuan
: memungkinkan pengguna untuk memberikan tagging dengan
kata kunci secara bebas sesuai preferensinya.
Masukan : Masukan berupa kata kunci yang dimasukkan pada formulir web
tag.
Operasi : Kata kunci yang dimasukkan disimpan dalam basisdata tagging.
Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa:
a. Kata kunci ditampilkan di bawah label My Tags.
b. Kata kunci ditampilkan di bawah label All Tags
5. Rating
Tujuan

: Memungkinkan pengguna untuk memberikan evaluasi pada
cantuman bibliografi.
Masukan : Masukan berupa jumlah bintang yang dipilih pengguna.
Operasi : Jumlah bintang disimpan dalam basisdata. Sistem akan
menghitung jumlah pemberi suara dan rata-rata suara yang
diberikan.
Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa:
a. Bintang berubah warna sesuai jumlah suara yang dipilih
pengguna.
b. Jumlah suara yang diberikan pengguna tertera dibawah
bintang.
c. Jumlah pemberi suara ditampilkan di sebelah jumlah suara.

18
d. Detil pemberian suara dan jumlah
ditampilkan dalam tab Voting results.

rata-rata

suara

6. Comment
Tujuan

: Memungkinkan pengguna untuk memberikan komentar atau
tinjauan pada data bibliografi.
Masukan : Masukan berupa teks subyek komentar dan isi komentar.
Operasi : Sistem akan menyimpan komentar dalam basisdata berikut
dengan data pengguna dan time stamp.
Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa komentar yang ditampilkan di
bawah label Comments berikut data pemberi komentar dan time
stamp.

7. Pencarian Koleksi
Tujuan
: Memungkinkan pengguna untuk mencari informasi dalam
basisdata berdasarkan kriteria pencarian.
Masukan : Masukan berupa kata kunci melalui formulir web pencarian.
Operasi : Sistem mencari kata kunci dalam basisdata OPAC
Keluaran : Keluaran yang dihasilkan berupa
a. Daftar cantuman bibliografi yang mengandung kata kunci.
b. Pesan kesalahan jika kata kunci tidak terdapat dalam
basisdata.
Antarmuka Prototipe I Next Generation OPAC
Ketika pengguna membuka Next Generation OPAC (Home), maka sistem
akan menampilkan halaman utama dengan beberapa fitur, yaitu daftar cantuman
bibliografi yang terdapat dalam OPAC, formulir login untuk memasuki sistem dan
formulir pencarian untuk mencari koleksi (Gambar 7).

Gambar 7 Menu Home
Jika administrator login ke dalam sistem, maka administrator dapat
melakukan tugas-tugas administrasi melalui tautan-tautan yang ada di paling atas

19
halaman (Gambar 8). Tugas-tugas yang dapat dilakukan antara lain: manipulasi
dan melihat data pengguna melalui antarmuka People (Gambar 9); dan manipulasi
data bibliografi, seperti memasukkan data bibliografi melalui antarmuka Create
Biblio (Gambar 10).

Gambar 8 Menu Administrator

Gambar 9 Antarmuka People

20

Gambar 10 Antarmuka Create Biblio
Pengguna yang masuk ke dalam sistem dapat menggunakan fungsionalitas
yang memperkaya cantuman bibliografi dengan masukan dari pengguna.
Fungsionalitas-fungsionalitas ini adalah tagging, rating dan comment, yang
terletak di bagian bawah cantuman bibliografi, seperti yang terlihat pada Gambar
11.

21

Gambar 11 Antarmuka cantuman bibliografi Prototipe I Next Generation OPAC

Hasil Pengujian
Prototipe I Next Generation OPAC diuji dengan metode Black Box.
Prototipe diberikan stimulus untuk diperhatikan responnya apakah sesuai dengan
harapan pengembangan prototipe. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4 yang
menunjukkan prototipe berfungsi sesuai dengan harapan.

22
Tabel 4 Hasil pengujian prototipe I Next Generation OPAC
No
1

2

3

4

Pengujian
Login
Administrator

Stimulus
Memasukkan
username dan
password
Administrator
Login
Memasukkan
pengguna
username dan
password
pengguna
Manipulasi
Memasukkan
data pengguna data pengguna

5

Manipulasi
data
bibliografi
Tagging

6

Rating

7

Review

8

Pencarian

Memasukkan
data bibliografi
Memasukkan
kata kunci pada
data bibliografi
Memilih
sejumlah
bintang
Memasukkan
teks ke dalam
text box
Memasukkan
kata
kunci
sebagai kriteria
pencarian

Hasil yang diharapkan
Masuk ke dalam sistem
Next Generation OPAC
dengan menu
adminisitrator
Masuk ke dalam sistem
Next Generation OPAC

Hasil uji
1

1

Pengguna terdaftar dan
memiliki username dan
password
Cantuman
bibliografi
terdaftar

1

Kata kunci tertera dalam
cantuman bibliografi

1

Bintang berubah warna
sesuai pilihan

1

Teks tertera di bawah
label Comments

1

Menampilkan
daftar
bibliografi
yang
mengandung kata kunci

1

1

1 : Sesuai dengan hasil yang diharapkan
0 : Tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan

Evaluasi Pengguna
Prototipe I Next Generation OPAC dievaluasi oleh responden di lingkungan
STT Amanat Agung. Jumlah responden adalah 10 mahasiswa STT Amanat
Agung yang sudah terbiasa menggunakan OPAC. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui presepsi kegunaan dan kemudahan dari prototipe Next Generation
OPAC.
Tabel 5 memperlihatkan bahwa pengguna merasa fungsionalitasfungsionalitas Next Generation OPAC mempunyai kegunaan dalam penemuan
kembali informasi, pemberian peringkat dan pemberian komentar yang
merupakan masukan dari pengguna untuk memperkaya cantuman bibliografi.

23
Tabel 5 Presepsi Kegunaan Fungsionalitas Next Generation OPAC
Kegunaan
Dengan fitur tagging saya
dapat menemukan
kembali buku yang saya
tandai
Dengan fitur tagging saya
dapat menemukan buku
lain yang berkaitan
dengan subyek yang saya
cari
Dengan fitur rating saya
dapat menilai buku
Dengan fitur komentar
saya dapat
mengekspresikan
pendapat saya tentang
sebuah buku
Dari fitur komentar saya
memperoleh tambahan
informasi buku

Setuju
f
%
10
100%

Tidak Setuju
f
%
0
0%

Total
f
%
10
100%

10

100%

0

0%

10

100%

10

100%

0

0%

10

100%

10

100%

0

0%

10

100%

10

100%

0

0%

10

100%

Tabel 6 Presepsi Kemudahan Fungsionalitas Next Generation OPAC
Kemudahan
Saya dapat dengan mudah
memasukkan tag
Saya dapat dengan mudah
memberi komentar
Saya dapat dengan mudah
memberikan peringkat
Next Generation OPAC
mudah dipelajari
Susunan menu Next
Generation OPAC mudah
dipahami

f
10

Setuju
%
100%

Tidak Setuju
f
%
0
0%

f
10

Total
%
100%

10

100%

0

0%

10

100%

10

100%

0

0%

10

100%

10

100%

0

0%

10

100%

10

100%

0

0%

10

100%

Tabel 6 memperlihatkan semua responden menyatakan Next Generation
OPAC mempunyai kemudahan dalam penggunaanya, tidak ada kesulitan dalam
menggunakan fungsionalitas-fungsionalitas yang ada dalam OPAC.

24
Wawancara dengan responden pada evaluasi pengguna ini menghasilkan
masukan sebagai berikut:
1. Judul OPAC sebaiknya mencirikan institusi.
2. Menampilkan nama pengguna yang log in.
3. Tag dari pengguna dapat ditampilkan semuanya dalam bentuk Tag
Cloud.
Prototipe II
Tujuan Pembuatan Prototipe
Prototipe II Next Generation OPAC merupakan pengembangan prototipe I
berdasarkan masukan dari pengguna. Pengguna mengusulkan perbaikan
antarmuka dan dapat menampilkan semua tag.
Mendefinisikan Fungsionalitas Prototipe
Fungsionalitas yang ditambahkan pada prototipe II ini ditentukan
berdasarkan wawancara dengan responden pada evaluasi prototipe I.
Fungsionalitas yang ditambahkan adalah sebagai berikut
Tabel 7 Fungsionalitas tambahan prototipe II Next Generation OPAC
No Fu