Pemanfaatan Ekosistem Hutan Mangrove Secara Lestari untuk Tambak Tumpang Sari di Kabupaten Indramayu Jawa Barat

PEMANFAATAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE
SECARA LESTARI UNTUK TAMBAK TUMPANGSARI
Di KABUPATEN fNDRAMAYU JAWA BARAT

Oleh
SOFYAN HASANUDDIN MUR

PROGRAM PASCASARSANA
INSTITUT PERTANBAN BOGOR
2002

ABSTRAK
SOFYAN HASANUDDIN NUR Pemanfaatan Ekosistem Hutan Mangrove
Secara Lestari Untuk Tambak Tumpangsari di Kabupaten Indramayu Jawa
Barat. Dibawah bimbingan M. Sri Saeni, Rokmin Dahuri, M. Yahya
Fakuara Ts (alm), Cecep Kusmana, dan Khairil Anwar Notodiputro.
Pemanfaatan hutan mangrove untuk perikanan dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu tambak terbuka, yang jika tidak dikelola dengan bail dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan tambak turnpangsari,
yang lebih lestari untuk lingkungan. Rasio tambak turnpangsari 20:80 (20 %
tambak ikan dan 80 % hutan mangrove) sesuai ketentuan P e r m Perhutani sulit

diimplementasikan. Hal ini karena ketentuan tersebut lebih menekankan aspek
ekologi (konservasi) dan h a n g mernperhitungkan nilai ekonominya, sehingga
petani tambak cendemg meningkatkan luas tambaknya. Oleh karena itu perlu
diteliti nilai optimum rasio tambak turnpangsari yang secara ekologi tetap stabil
dan secara ekonomi mempunyai kelayakan yang cukup tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengkaji beberapa aspek ekologi
tambak tumpangsari (keadaan vegetasi, guguran serasah, kesuburan tanah,
kualitas air, kelimpahan plankton dan bentos serta kelangsungan hidup ikan
bandeng), (2) Mengkaji kelayakan ekonomi terutama kelayakan finansial dari
tambak turnpangsari pola empang parit, dm (3) Menentukan rasio antara empang
parit dengan lahan berhutan mangrove yang optimum. Penelitian dilakukan di
RPH Cangknng BKPH Indramayu, KPH Indramayu, Jawa Barat mulai bulan
Agustus 2000 sampai dengan Januari 200 1.
Hasil peneiitian menunjukkan, persentase hidup semai tergolong tinggi,
namun nilainya semalun menurun dengan semakin m e n u m y a lahan berhutan
mangrove (luasan empang parit meningkat). Produksi serasah hutan mangrove
tergolong sedang sampai tinggi dm Qdominasi oleh komponen dam. Produksi
total serasah, laju dekomposisi dan residence time, serta N dan P serasah nilainya
berfluktuasi d m tidak d i p e n g d oleh luas empang parit. Kandungan N tanah
tergolong tinggi dan P tanah tergolong rendah, yang berkaitan dengan produksi

serasah mangrove yang cenderung meningkat dengan semakin luasnya empang
parit. Kualitas air dalam tambak termasuk normal untuk perairan payau, nilainya
tergolong layak untuk perikanan (tennasuk bandeng), fluktuasinya relatif kecil,
serta termasuk dalam kelas kesuburan air rendah sampai sedang. Makin luas
empang parit kualitas air cenderung makm ba&, Kelimpahan plankton dan bentos
relatif rendah sampai sedang sesuai dengan kondisi kualitas airnya. Kelimpahan
plankton dan bentos relatif tidak dipengaruhi oleh luas empang parit. Persentase
hidup ikan tergolong sedang sesuai dengan kondisi kualitas air dan kehpahan
plankton. Makin luas empang parit makin tinggi persentase hidup ikan.
Oleh karena kelangsungan hdup ikan meningkat pada tambak-tambak yang
lebih luas, maka produksi bandeng cenderung meningkat sesuai dengan
pertambahan rasio tambak hutan, dengan produksi tertinggi pada rasio 80 : 20.
Nilai NPV berkisar Rp. 20,976,795 - Rp. 28,415,841,-, BCR berkisar 1.72 - 2.60,
dan IRR berkisar 56.81 - 69.17 % yang tergolong tinggi, serta secara ekonomi

layak untuk diterapkan. Makin besar rasio tambak hutan, makin tinggi nilai NPV,
BCR, dan IRR..
Berdasarkan skenario pembobotan parameter ekologi dan ekonomi
didapatkan bahwa rasio 50 : 50 dan 60 : 40 merupakan nilai optimum bagi
pemanfaatan hutan mangrove secara lestari, baik secara ekologi maupun ekonomi.

Hal ini berarti bahwa para petani tambak diperbolehkan meningkatkan luas
tambak sarnpai 50 % atau 60 % dari luas total mangrove untuk meningkatkan
keuntungan ekonomi mereka dengan tetap dapat mempertahankan ekosistem
mangrove secara lestari. Jika luas tambak lebih dari 80 % luas total mangrove,
maka ekosistem mangrove tidak akan mampu mendukung sistem kehidupan
secara lestari dan kerusakan lingkungan pesisir tidak dapat d b d a r k a n .
Kata Kunci : Ekosistem hutan mangrove lestari tarnbak turnpangsari optimisasi

ABSTRACT
SOFYAN HASANUDDIN NUR Utilization of Mangrove Forest Ecosystem
for Sustainable Silvofishery in Kabupaten Indramayu West Java. Under the
direction of M. Sri Saeni, Rokmin Dahuri, M. Yahya Fakuara Ts (late),
Cecep Kusmana, and Khairil Anwar Notodiputro.
The utilization of mangrove forest for fishery can be in two ways, i.e. open
fishpond (tambak), which if is not properly managed would cause negative
environmental impacts, and fish pond forest (tambak tumpangsari), which is more
environmentally sustainable. The 20 : 80 ratio of tambak tumpangsari (20 %
fishpond and 80 % mangrove forest) as regulated by Perurn Perhutani is very
difficult to be implemented. Since the regulation is only emphasized on
ecological aspect (conservation) and gives less attention on the economical aspect,

the fish fanners usually tend to increase the area of the fishpond. So, the study on
optimum ratio between fishpond and forest mangrove area which is ecologically
stable and economically feasible is necessary.
The research was aimed to: (1) study several ecological aspects of fish pond
forest (vegetation, litter fall, soil fertility, water quality, plankton and benthos
abundance, and fish survival); (2) study financial feasibility of fish pond forest;
and (3) determine optimum fish pond forest ratio for sustainable mangrove
ulitization. The research was done at RPH Cangknng BKPH Indramayu, KPH
Indramayu, West Java from August 2000 until January 200 1.
The results showed that vegetation survival was high, but the value tended
to decrease as decreasing forest mangrove coverage. Litter fall production was
high especially from leaves (6.89 - 10.76 ton/years). Litter decomposition rate
was relatively slow and dominated by leaf component. Total litter fall production,
decomposition rate and residence time, and N and P content of litter fall fluctuated
and were not affected by fishpond area. N content in the soil was high but P
content in the soil was low as increasing mangrove litter fall production by
increasing fishpond area. Water quality of the fishpond was normal for brackish
waters, feasible for fishey (includmg for milk fish), less fluctuated, with low until
moderate fertility. The bigger the fishpond area, the better the water quality.
Plankton and benthos abundance was low until moderate according to the water

quality. The fishpond area did not affect plankton and benthos abundance. The
survival of fish was high according to the water quality and plankton abundance.
The bigger the proportion of the fishpond, the higher the survival of the fish.
Since milk fish survival increases in bigger fish ponds, milk fish production
tended to increase as increasing fish pond forest ratio, with maximum production
at 80 : 20 ratio. The values of NPV were Rp. 20,976,795 - Rp. 28,4 15,841,-,BCR
values were 1.72 - 2,60, and IRR values were 56.81 - 69.17 %, which were high
and economically feasible to apply. The bigger the fishpond forest ratio, the
higher the values of NPV, BCR, and IRR.
Based on the scenario of ecological and economical weighmg, it was found
that the ratios of 50 : 50 and 60 : 40 were optimum for sustainable mangrove
forest utilization, both ecologically and economically. This has meant that the
fish f m e r s are allowed to increase the area of fishpond up to 50 % or 60 % of
total mangrove forest area to increase their income or profit and are able to

maintain sustainable mangrove ecosystem. I f the fishpond area is more than 80 %
of total mangrove area, the mangrove ecosystem is unable to support life system
sustainably and seashore environmental damage will be unavoidable.
Key Words: Ecosystem mangrove forest


optimization.

sustainable

tambak turnpangsari

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pemyataan daIam
disertasi saya yang berjudul

Pemanfaatan Ekosistem Nutan Wangrove Secara Lestari 'ZlntukTam6ak
Turnpangsari rgi m6upaten Idramayu Jawa &rat
merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan
pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya. Disertasi ini belwn pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada
program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan &pat
lperiksa kebenarannya.


~ofjlanhiasanuddinNur

Nrp : 95544

PEMANFAATAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE
SECARA LESTARI UNTUK TAMBAK TUMPANGSARII
DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT

Oleh
SOFYAN HASANUDDIN NUR

Disertasi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
DOKTOR
Pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002


Judul Disertasi

: Pemanfaatan Ekosistem Hutan Mangrove Secara Lestari
Untuk Tambak Turnpangsari di Kabupaten Indramayu Jawa
Barat.

Narna Mahasiswa

: SofLan Hasmuddin Nut-.

Nomor Pokok

: 95544

Menyetujui :
1. Komisi Pernbimbing

A*


Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS
Ketua

Prof. Dr. Ir. R O W Dahuri. MS
Anggota

Prof. Dr. Ir. C e c a Kusmana. MS
Anggota

Dr. Ir. M. Yahva Fakuara Ts. MS (Alrn)
Anggota

Dr. Ir. K. A. ~oto~iwutro.
MS
Anggota

2. Ketua Program Studi Pengelolaan
Surnberdaya Alam dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, MS

Tanggal lulus : 12 September 2002

. Sjafiida Manuwoto, MSc

IUWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat pa&
tanggal 23 Agustus 1958. Penulis adalah putera kedua dari enam bersaudara, dari
keluarga H.M. Nur Effendi Almarhum (Ayah) dan Hj. Tuti Muto7ah(Ibu).
Jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) diselesaikan di SDN VIII
Majalengka di Kabupaten Majalengka pa& tanggal 19 Desember 1970.
Pendidikan sekolah lanjutan pertama (SLTP) diselesaikan di SMPN 1 Majalengka
di Kabupaten Majalengka pa& tanggal 3 Desember 1973. Adapun jenjang
pendidikan sekolah lanjutan atas (SLTA) diselesaikan di SMAN Majalengka dI
Kabupaten Majalengka pada tanggal 9 Desember 1976.
Pada tanggal 7 September 1977 penulis melanjutkan Studi Institut Pertanian
Bogor (PB) di Bogor. Tahun 1978 penulis diterima dI Bidang Keahlian
Agrometeorologi Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Fakultas Pertanian IPB,
Bogor. Penulis lulus dan meraih gelar Sarjana Pertanian dari PB, Bogor tahun
1982. Kemudian Penulis melanjutkan studi pada jenjang Strata I1 (S2) di Fakultas
Pascasarjana (FPs) P B , Bogor tahun 1984 pada program Studi Agroklimatologi

dan lulus serta mendapatkan gelar (Magster Sains (MS) tahun 1988. Sejak tahun
1995 penulis melanjutkan studi jenjang Strata I11 (S3) pada Program Pascasarjana
(PPs) IPB, Bogor.
Penulis bekerja di Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti,
Jatinangor sejak 1995, juga pernah bekerja sebagai tenaga honorer di Pusat
Penelitian Tanah tahun 1983, dan setelah itu menjadi tenaga pengajar di
Perguruan Tingg Swasta (PTS) di Jakarta. Penulis juga turut serta &lam
beberapa survai penyiapan lahan dan AMDAL di seluruh Indonesia.
i

Pada tanggal 21 Desember 1985 penulis menikah dengan Ir. Erna Sri
Adiningsih, MSi, dan telah dikaruniai 4 orang anak yaitu Indra P. Wibisono lahir
5 Januari 1987, Rachrnadita D. Pramesti lahir 11 Mei 1990, Novriadi Tri

Kurnianto lahir 1 November 1998 dan Fourina S. Rahrnah lahir 1 1 Oktober 200 1.
Saat ini keluarga penulis tinggal di Kota Depok.

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Pengasih dan
Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan disertasi ini. Tema yang
dipilih dalam disertasi ini adalah ekosistem hutan mangrove dengan judul
Pemanfaatan Ekosistem Hutan Mangrove Secara Lestari untuk Tambak
Turnpangsari di Kabupaten Indramayu.

Dalam disertasi ini penulis meneliti rasio hutan mangrove dengan empang
parit yang optimum dengan pendekatan ekologi ekonomi. Tujuannya adalah agar
tercapai kompromi dalam pembukaan hutan mangrove, sehlngga hutan mangrove
tersebut tetap lestari.
Selanjutnya, disertasi ini tidak akan tenvujud tanpa bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Komisi pembimbing yang terdiri atas Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, MS (ketua),

Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS (anggota), Dr. Ir. M. Yahya Fakuara Ts, MS
almarhum (anggota), Prof Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS (anggota), dan Dr. Ir.

K. A. Notodiputro, MS (anggota) atas segala arahan, bimbingan, dan
nasehatnya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

2. Rektor Universitas Winaya Mukti, Rektor Institut Pertanian Bogor, Direktur
Program Pascasarjana (PPs) Institut Pertanian Bogor, Dekan Fakultas
Kehutanan Universitas Winaya Mukti, Ketua dan Staf Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) PPs - XPB yang telah

berkenan memberikan kesempatan, bantuan, dan ilmu pengetahuan kepada
Penulis selama mengikuti pendidikan program Doktor.
3. Perum Perhutani Unit I11 Jawa Barat dan Banten khususnya KPH Indramayu

yang telah memberi tempat penelitian.
4. Prof Dr. Dedi Soedharma sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup, dan

Dr. Ir. Dedi M.M. Riyadi serta Dr. Ir. Kadanvan Soewardi yang keduanya
ditunjuk sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka disertasi.
5. Ahrnad Budiyana, S.Hut, yang telah membantu sejak penelitian lapang sampai

terselesaikannya disertasi ini, Yayan Suryana, S.Hut. dan Sastro Miharjo,
S.Hut, yang membantu sejak perencanaan sampai selesainya pelaksanaan
penelitian di lapang, Yuana Dwi Handayani, S.Hut; Ujang Gunawan, S.Hut;
dan Tedi Herawandi S.Hut atas bantuan selama pelaksanaan penelitian lapang.
6. Endang Hilmi S.Hut. MSi, yang telah membantu dengan diskusi-diskusi, serta

Ir. I Made Sumertajaya, MSi yang membantu dalam pengolahan dan analisis
data diucapkan terima kasih.
7. Orang tua dan mertua yang telah memberikan dorongan kepada Penulis dan

kasih sayang kepada putera - puteri Penulis.
8. Istri tercinta Ir. Erna Sri Adiningsih, MSi. dan keempat putera - puteri tercinta

Indra P. Wibisono, Rachrnadita D. Pramesti, Novriadi T. Kurnianto dan
Fourina S. Rahimah atas semua pengorbanan, pengertian, ketabahan, dan
dorongan semangat yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan
pendidikan Program Doktor.
9. Seluruh keluarga besar Saudaraku, baik dari pihak orangtua maupun mertua

atas segala nasehat dan pengertiannya.

Demikian disertasi ini disusun, dengan harapan semoga kelak bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu diharapkan
juga bermanfaat bagi pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan di Indonesia.

Bogor, September 2002

Sofyan Hasanuddin Nur

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................
Permasalahan ..........................................................................................
Kerangka Pemikiran ...............................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Hutan Mangrove ...............................................................
Luas dan Penyebaran Hutan Mangrove .................................................
Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove ....................................................
Peranan Hutan Mangrove Untuk Pertambakan ......................................
Sistem Tarnbak Turnpangsari .................................................................
Ekologi Tambak - Hutan Mangrove ......................................................
Vegetasi .............................................................................................
Serasah ...............................................................................................
Tanah .................................................................................................
Kualitas Air ........................................................................................
Plankton dam Bentos .........................................................................
Ikan ....................................................................................................
Ekonomi Tambak Tumpangsari .............................................................

KEADAAN UMUM LOKASI
Letak dan Luas .......................................................................................
Keadaan Fisik .........................................................................................
Iklim ...................................................................................................
Tanah .................................................................................................
Topografi ...........................................................................................
Keadaan Flora dan Fauna .......................................................................
Keadaan Sosial - Ekonomi ....................................................................
Aksesibilitas .......................................................................................
Sarana dan Prasarana .........................................................................
Perekonomian ....................................................................................
Kependudukan ...................................................................................
Kegiatan Usaha Tani .........................................................................
Gambaran Tambak Turnpangsari Pola Empang Parit ............................
Keadaan Umum .................................................................................
Pengelolaan Tarnbak Turnpangsari Pola Empang Parit ....................
Pemasaran Hasil Tarnbak Tumpangsari Empang Parit .....................

...

v111
x

...

Xlll

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu .................................................................................
Bahan dan Alat .......................................................................................
Bahan Penelitian ................................................................................
Alat-alat Penelitian ............................................................................
Pembuatan Petak Penelitian ...................................................................
Peubah Amatan .....................................................................................
Pengurnpulan Data .................................................................................
Pengurnpulan Data Vegetasi ..............................................................
Pengumpulan Data produksi Serasah ................................................
Pengumpulan Data Laju Dekomposisi Serasah .................................
Pengambilan Contoh Air ...................................................................
Pengambilan Contoh Biota Air ..........................................................
Analisis Data ..........................................................................................
Analisis Data Persentase Hidup Semai ..............................................
Analisis Kandungan N dan P Daun ...................................................
Analisis Data Produksi Serasah .........................................................
Analisis Dekomposisi Serasah ...........................................................
Analisis Kualitas Tanah .....................................................................
Analisis Kualitas Air .........................................................................
Analisis Biota Air ..............................................................................
Koreksi Hasil Analisis Data Kualitas Air dan Biota Air ...................
Analisis Data Sosial Ekonomi ...........................................................
Optimisasi Rasio Empang Parit dengan Lahan Berhutan Mangrove .....
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .......................................................................................................
Parameter Ekologi .............................................................................
Parameter Ekonomi ...........................................................................
Optimisasi Rasio Empang Parit dengan Lahan Berhutan Mangrove..
Pembahasan ............................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .............................................................................................
Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman
Luas dan Penyebaran Hutan Mangrove di Indonesia ...................

15

Rata-rata Kerapatan. Dominansi dan Nilai Penting Berbagai Spesies
Tumbuhan di Hutan Mangrove Delta Cirnanuk ...............................

28

Karekteristik Struktural Hutan Mangrove di Delta Cimanuk ...........

29

pH Rata-rata dan Kandungan Hara Tanah di Hutan Mangrove
Cimanuk Pada Berbagai Jarak Dari Laut ..........................................

35

Rata-rata Bahan Organik. KTK. dan Kation Dapat Dipertukarkan
Dalam Tanah di Hutan Mangrove Delta Cimanuk Pada Berbagai
Jarak Dari Laut ..................................................................................

37

Data Luas Hutan Mangrove di BKPH Indramayu ............................

59

Jurnlah Penduduk Desa Cangknng Berdasarkan Kelompok Umur ..

62

Kerapatan Vegetasi pada Berbagai Pola Penelitian ..........................

77

Peubah Amatan Dalam Penelitian ...................................................

78

Parameter-parameter Metode dan Alat yang Digunakan Dalam
Analisis Kualitas Air .........................................................................

85

Parameter-parameter Metode dan Alat yang Digunakan Dalam
Analisis Biota Air .............................................................................

86

Persentase Hidup Semai Pada Setiap Pola Penelitian .......................

95

Rata-rata Produksi Serasah Setiap Pengamatan ................................

98

Rata-rata Produksi Serasah Tahunan (tonha) dari Berbagai
Jaringan Vegetasi pada Setiap Pola Penelitian ..................................

99

Nilai Konstanta Penguraian dan Residence Time Serasah Pada
Setiap Pola Penelitian ......................................................................

99

Kandungan Unsur Nitrogen dan Fosfor Serasah ..............................

100

Rata-rata Produksi Ikan dan Udang Setiap Pola Penelitian ..............

122

Harga Ikan Bandeng dan Ikan Lainnya per Kilogram ......................

123

Total Penerimaan Usaha Tambak Tumpangsari setiap Pola
Penelitian ...........................................................................................

123

Rekapitulasi Perhitungan Kelayakan Finansial Setiap
Pola Penelitian ..................................................................................

125

Nilai Skor Baku pada Setiap Alternatif ............................................

127

22. Luas Optimum Empang Parit Untuk Beberapa Skenario...................

129

23 . Nilai Pengamatan setiap Aspek Dari Parameter Ekologi .................

149

24. Perbandingan Kualitas Air Pengamatan dan Kebutuhan Ikan
Bandeng ............................................................................................

150

25. Nilai Pengamatan setiap Aspek Parameter Ekonomi ........................

151

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................

8

Klasifikasi Pemanfaatan Kawasan Hutan Mangrove di Indonesia ...

18

Rantai Makanan yang Menggambarkan Peranan Habitat Mangrove
Bagi Biota Laut .................................................................................

21

Model Rantai Makanan Berdasarkan Detritus Daun Mangrove
Yang Gugur ke Perairan di Florida Selatan ......................................

22

Pola Tambak Turnpangsari Berbentuk Empang Parit (a) dan
Komplangan (b) di Kawasan Mangrove ...........................................

24

Bagan Alir Energi di Hutan Mangrove Sekitar Estuaria ..................

31

Pengaruh pH Terhadap Perikanan Kolam ........................................

40

Bentuk Twnpangsari Empang Parit di RPH Cangkring ....................

66

Tata Letak dan Bentuk Tambak Turnpangsari dalam Penelitian ......

76

Produksi Serasah Daun (d). Bunga (b). Buah (c). dan Ranting (d)
Pada Setiap Pola Pengamatan ............................................................

97

Konsentrasi N Rata-rata (%) Pada Beberapa Jaringan Pohon
Pada Setiap Pola Penelitian ...............................................................

101

Konsentrasi P Rata-rata. (%)
. Pada Beberapa Jaringan Pohon
Pada Setiap Pola Penelltian................................................................

101

Konsentrasi Unsur Nitrogen-total
di Tanah
..
................................................................
Pada Setiap Pola Penelltian

102

Konsentrasi Unsur Fosfor-tersedia dalam Tanah
Pada Setiap Pola Penelitian................................................................

103

Keadaan Suhu Air pada Setiap Pola Penelitian .................................

103

Keadaan Kecerahan pada Setiap Pola Penelitian ...............................

104

Keadaan Salinitas pada Setiap Pola Penelitian...................................

105

Keadaan Derajat Kemasaman pada Setiap Pola Penelitian ...............

105

Kandungan Amonia pada Setiap Pola Penelitian ..............................

106

Kandungan Nitrit pada Setiap Pola Penelitian ...................................

107

Kandungan Nitrat pada Setiap Pola Penelitian...................................

107

Kandungan Ortho-Fosfat pada Setiap Pola Penelitian ......................

108

Kandungan Oksigen Terlarut pada Setiap Pola Penelitian ................

109

Kandungan Kebutuhan Oksigen Biokimia pada Setiap Pola
Penelitian ...........................................................................................
Kandungan Kebutuhan Oksigen Kimiawi pada Tambak Mangrove
selarna Penelitian ..............................................................................
Kandungan Bahan Organik Total pada Setiap Pola
Penelitian ...........................................................................................
Jumlah Taksa Fitoplankton Pada Setiap Pola Penelitian ...................
Jumlah Individdliter Fitoplankton Pada Setiap Pola Penelitian .......
Indeks Keanekaragaman Fitoplankton Pada Setiap Pola
Penelitian ..........................................................................................
Indeks Keseragaman Fitoplankton Pada Setiap Pola Penelitian .......
Indeks Dominansi Fitoplankton Pada Setiap Pola Penelitian ............
Jumlah Taksa Zooplankton Pada Setiap Pola Penelitian ...................
Jumlah Individdliter Zooplankton Pada Setiap Pola Penelitian .......
Indeks Keanekaragaman Zooplankton Pada Setiap Pola
Penelitian ..........................................................................................
Indeks Keseragaman Zooplankton Pada Setiap Pola Penelitian .......
Indeks Dominansi Zooplankton Pada Setiap Pola Penelitian ...........
Jurnlah Taksa Bentos Pada Setiap Pola Penelitian ............................
Jumlah 1ndividu/meter2Bentos Pada Setiap Pola Penelitian ............
Indeks Keanekaragaman Bentos Pada Setiap Pola Penelitian ...........
Indeks Keseragaman Bentos Pada Setiap Pola Penelitian .................
Indeks Dominansi Bentos Pada Setiap Pola Penelitian .....................
Persentase Hidup Ikan Bandeng Pada Setiap Pola Penelitian ...........
Rata-rata Produksi Ikan dan Udang setiap Pola Penelitian ...............
Rata-rata Biaya yang Dikeluarkan selama Setahun setiap Pola
Penelitian ...........................................................................................
rata Net Present Value (NPV) pada Setiap
Nilai Rata .
Pola Penelitian ......................... ,.........................................................
Nilai Rata .
rata Benefit Cost Ratio (BCR) pada Setiap
Pola Penelitian ...................................................................................

47. Nilai Rata - rata Internal Rate of Return (IRR) pada Setiap
Pola Penelitian ...........................................................,.......................

126

48. Bentuk Regresi antara Rasio Hutan Mangrove dan Empang
Parit dengan Bobot Parameter Ekologi dan Ekonomi pada
Setiap Skenario .............................................. .. ....... .,.....................

128 .

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Parameter Ekologi Dan
Ekonomi .............................................................................................

176

2. Data Hasil Pengamatan Komponen Vegetasi, Serasah Dan Tanah ....

178

3. Data Pengamatan Analisis Kualitas Air pada Setiap Pola Penelitian .

179

4. Data Hasil Pengamatan Kelimpahan Fitoplankton pada Setiap
Pola Penelitian ....................................................................................

181

5. Data Hasil Pengamatan Kelimpahan Zooplankton pada Setiap
Pola Penelitian ...................................................................................

183

6. Data Hasil Pengamatan Kelimpahan Bentos pa& Setiap
Pola Penelitian .....................................................................................

185

7. Data Analisis Finansial Parameter Ekonomi Net Present Value
(NPV) ................................................................................................

188

8. Data Analisis Finansial Parameter Ekonomi Benefit Cost Ratio
(BCR) .................................................................................................

188

9. Data Analisis Finansial Parameter Ekonomi Internal Rate of
Return (IRR)........................................................................................

188

10. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pada Pola I Ulangan ke-1
Lokasi Penelitian ...............................................................................

189

11. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pada Pola I Ulangan ke-2
Lokasi Penelitian ...............................................................................

193

12. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pada Pola I Ulangan ke-3
Lokasi Penelitian ................................................................................

197

13. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pa& Pola I1 Ulangan ke- 1
Lokasi Penelitian ...............................................................................

20 1

14. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pa& Pola I1 Ulangan ke-2
Lokasi Penelitian .................................................................................

205

15. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pada Pola II Ulangan ke-3
Lokasi Penelitian .................................................................................

209

16. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pada Pola I11 Ulangan ke- 1
Lokasi Penelitian ................................................................................

2 13

17. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pa& Pola I11 Ulangan ke-2
Lokasi Penelitian .................................................................................

2 17

18. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pada Pola I11 Ulangan ke-3
Lokasi Penelitian .................................................................................

22 1

19. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pada Pola IV Ulangan ke- 1
Lokasi Penelitian .................................................................................
20. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pada Pola IV Ulangan ke-2
Lokasi Penelitian .................................................................................
2 1. Contoh Perhitungan Analisis Finansial pada Pola IV Ulangan ke-3
Lokasi Penelitian .................................................................................
22. Hasil Analisis Ragam Persentase Hidup Semai (%) ...........................
23. Hasil Analisis Ragam Produksi Serasah Setahun (tonha) ..................
24. Hasil Analisis Ragam Nilai Konstanta Penguraian Serasah Daun
(tanpa satuan) ......................................................................................
25. Hasil Analisis Ragam Residence Time Serasah (tahun) ......................
26. Hasil Analisis Ragam Kandungan Unsur Nitrogen pa&
Serasah (%) .........................................................................................
27. Hasil Analisis Ragam Kandungan Unsur Fosfor pada Serasah (%) ...
28. Hasil Analisis Ragam Konsentrasi Unsur N-total pada Tanah (%) ....
29. Hasil Analisis Ragam Konsentrasi Unsur P-tersedia pada
Tanah (O/rn) ........................................................................................
30. Hasil Analisis KOragam Suhu (OC) .....................................................
3 1. Hasil Analisis KOragam Kecerahan (cm) ...........................................
32. Hasil Analisis KOragam Salinitas ('loo)

............................................

33. Hasil Analisis KOragam Derajat Kemasaman (pH) ...........................
34. Hasil Analisis KOragam Amonia (mg/l) .............................................
35. Hasil Analisis KOragam Nitrat (mg/l) ................................................
36. Hasil Analisis KOragam Nitrit (mg/l) .................................................
37. Hasil Analisis KOragam Orthofosfat (mg/l) .......................................

38. Hasil Analisis KOragam Oksigen Terlarut (mg/l) ..............................
39. Hasil Analisis KOragarn Kebutuhan Oksigen Biokimia (mg/l) ..........
40. Hasil Analisis KOragam Kebutuhan Oksigen Kimiawi (mg/l) ...........
41. Hasil Analisis KOragam Bahan Organik Total (mg/l) ........................
42. Hasil Analisis KOragam Jumlah Taksa (JmTS) Fitoplankton ............
43. Hasil Analisis KOragam Jumlah Individu (Indll) Fitoplankton ..........
44 . Hasil Analisis KOragam Indeks Keanekaragaman Shanon (tanpa
satuan) Fitoplankton ............................................................................

45. Hasil Analisis KOragam Indeks Keseragaman (tanpa satuan)
Fitoplankton ........................................................................................
46 . Hasil Analisis KOragam Indeks Dominansi (tanpa satuan)
Fitoplankton ........................................................................................
47. Hasil Analisis KOragam Jumlah Taksa (JmTS) Zooplankton ............
48. Hasil Analisis KOragam Jumlah Individu (Ind/l) Zooplankton ..........

49. Hasil Analisis KOragam Indeks Keanekaragaman Shanon (tanpa
satuan) Zooplankton ............................................................................
50. Hasil Analisis KOragam Indeks Keseragaman (tanpa satuan)
Zooplankton ........................................................................................
5 1. Hasil Analisis KOragam Indeks Dominansi (tanpa satuan)
Zooplankton ........................................................................................
52. Hasil Analisis KOragam Jumlah Taksa (JmTS) Bentos .....................
53. Hasil Analisis KOragam Jumlah Individdliter (1ndlm2)Bentos ........
54. Hasil Analisis KOragam Indeks Keanekaragaman Shanon (tanpa
satuan) Bentos .....................................................................................
55. Hasil Analisis KOragam Indeks Keseragaman (tanpa satuan)
Bentos ..................................................................................................
56. Hasil Analisis KOragam Indeks Dominansi (tanpa satuan) Bentos ....
57. Hasil Analisis KOragam Kelangsungan Hidup Ikan (%) ....................
58. Hasil Analisis Ragam Net Present Value (Rp.) ...................................
59. Hasil Analisis Ragam Benefit Cost Ratio (tanpa satuan) ....................
60. Hasil Analisis Ragam Internal Rate of Return (%) ..............................
6 1. Data Hasil Nilai Baku Parameter Ekologi dan Parameter Ekonomi
pada Setiap Ulangan Pengamatan .......................................................
62. Keadaan Tambak .
Hutan di Lokasi Penelitian Pada Rasio 20 : 80 ..
63. Keadaan Tambak .
Hutan di Lokasi Penelitian Pada Rasio 20 : 80 ..
64. Keadaan Tambak .
Hutan di Lokasi Penelitian Pada Rasio 40 : 60 ...
Hutan di Lokasi Penelitian Pada Rasio 60 : 40 ...
65. Keadaan Tambak .
66. Keadaan Tambak .
Hutan di Lokasi Penelitian Pada Rasio 80 : 20 ...
67. Contoh Empang Parit Petani di Lokasi Penelitian ..............................
68. Suasana Hutan Mangrove di Sepanjang Sungai Dalam Perjalanan
ke Lokasi Penelitian ............................................................................

241

69. Gubug sebagai Tempat Diskusi dan Rumah Tinggal Penjaga
Tambak ................................................................................................

249

70. Kunjungan Lapang Ketua Komisi Pembimbing .................................

250

xvi

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
17 508 pulau dan panjang garis pantainya kira-kira 81 000 kin serta wilayah laut

pedalaman dan teritorialnya seluas 3.1 juta km2 dan Zone Eksklusif Ekonomi
(ZEE) Indonesia seluas 2.7 km2(Dahuri, 2001). Dengan demikian jelas, bahwa
Indonesia mempunyai kekayaan sumberdaya hayati pesisir dan lautan yang besar.
Salah satu bentuk kekayaan tersebut adalah hutan mangrove, yang luasnya di
Indonesia pada tahun 1993 diperlurakan sekitar 3 771 493 ha (Direktorat Jenderal
Inventarisasi dan Tata Guna Hutan, 1993). Adapun proporsi daerah hutan
mangrove di Indonesia adalah 35.1 % di Irian Jaya, 20.6 % di Kalimantan Timur,
9.6 % di Sumatera Selatan, dan daerah lainnya kurang dari 6 % (Kusmana, 1995).

Pada dasarnya hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang unik,
karena ekosistem mangrove memadukan dua tipe ekosistem yaitu ekosistem
daratan dan lautan. Selain sebagai suatu ekosistem yang unik, hutan mangrove
mempunyai peranan yang sangat penting, baik dari aspek sosial, ekonomi maupun
ekologi. Besarnya peranan hutan mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari
banyaknya jenis binatang dan turnbuhan serta manusia yang hidup bergantung
pada hutan mangrove. Disamping itu, hutan mangrove juga mempunyai berbagai
peranan lingkungan yang penting, baik terhadap lahan, satwa liar maupun
perikanan serta dimanfaatkan manusia untuk memperoleh hasil alam (Anwar,
Damanik, Hisyarn dan Whitten, 1984).
Menurut Saenger, Hegerl dan Davies (1981), selain mempunyai peran yang
penting untuk keludupan, ekosistem hutan mangrove mempunyai beberapa fungsi,

2

yakni : (1) h g s i fisik meliputi menjaga garis pantai agar tetap stabil,
mempercepat perluasan lahan, melindungi pantai dan tebing sungai, mengolah
limbah; ( 2 ) fungsi biologis atau ekologis meliputi tempat bersarangnya burungburung besar, habitat alami bagi banyak jenis biota, daerah asuhan (nursery
ground), daerah mencari makan (feeding ground), daerah pemijahan (spawning
ground) dan daerah perlindungan (shelferarea) bagi biota perairan; dan (3) fungsi

ekonomi meliputi keberadaan tambak, tempat pembuatan garam, rekreasi, kayu
dan balok.
Walaupun telah disadari, bahwa hutan mangrove mempunyai peran dan
fungsi penting, akan tetapi kondisi hutan mangrove saat ini telah mengalami
banyak kerusakan. Kusmana (1991) menyebutkan, bahwa kerusakan ekosistem
mangrove terjadi karena pengaruh dua faktor, yakni faktor alam dan faktor
manusia. Dari faktor alam kerusakan tersebut dapat terjadi melalui pengaruh
proses selmentasi maupun kenaikan pennukaan air laut. Adapun dari faktor
manusia, kerusakan yang terjadi merupakan akibat perilaku manusia itu sendiri
seperti aforestasi, reforestasi dan eksploitasi hutan mangrove yang tidak terkendali
serta pencemaran di perairan estuaria pantai dan lokasi tumbuhnya mangrove.
Menurut Dahuri (1996), ada beberapa faktor yang dapat mengancam kelestarian
mangrove yaitu : ( 1 ) tanah timbul dan tanah tenggelam; (2) masalah sosialekonomi dan kesadaran masyarakat; (3) penggunaan lahan mangrove untuk
budidaya tambak; (4) kegiatan pembangunan di darat; (5) kegiatan pembangunan
di laut; dan (6) lemahnya pengelolaan hutan mangrove. Dari keenam faktor
tersebut maka faktor penggunaan lahan mangrove untuk budidaya tambak
memberikan kontribusi terbesar bagi penurunan luas dan kerusakan ekosistem

3

mangrove. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanografi (P30) LIPI dan Pusat Pemanfaatan Penginderaan
Jauh (Pusfatja) LAPAN (2000) yang memperlihatkan adanya penurunan luas
hutan mangrove sejalan dengan adanya pertambahan luas pertambakan. Data
Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian tahun 1990 luas tambak
mencapai 269 000 ha dan tahun 1998 sebesar 340 000 ha, yang berarti meningkat
sebesar 71 000 ha atau 26.4 %. Peningkatan tersebut tentunya akan
mengakibatkan terjadinya konversi lahan-lahan mangrove yang ada di Indonesia.
Selanjutnya, penelitian P30 LIPI dan Pusfatja LAPAN (2000) juga menunjukkan,
bahwa rasio hutan mangrove dengan tarnbak & pesisir utara Pulau Jawa telah
cukup mengkhawatirkan. Hal ini diduga karena hutan mangrove yang ada sudah
tidak dapat lagi menjaga keseimbangan lingkungan pantai. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan rasio hutan mangrove dengan tambak di pesisir utara Jawa
Barat dan DKI sebesar 16 % : 84 %, di pesisir utara Jawa Tengah 3 % : 97 %, dan
di pesisir utara Jawa Timur sebesar 27 % : 73 %.
Pada prinsipnya konversi hutan mangrove menjadi pertambakan dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu tambak terbuka dan tambak hutan. Sistem
tambak terbuka merupakan suatu sistem tambak dengan hutan mangrove
seluruhnya ditebang, sehingga lahan pertambakan terbuka dari lingkungannya,
baik lingkungan laut maupun lingkungan darat. Sistem ini praktis dilakukan,
namun secara ekologi sangat merugikan lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi
karena sistern tambak terbuka akan mengakibatkan terganggunya mata rantai
utama jaringan makanan bagi biota akuatik. Disamping itu, terdapat
kecenderungan terjadinya pencemaran dari sistem tambak terbuka akibat

4

intensifikasi sistem tambak tersebut. Sistem tambak hutan dapat diartikan sebagai
suatu sistem pertambakan yang mengkombinasikan konservasi hutan mangrove
dengan pembukaan lahan tambak. Salah satu bentuk dari hutan tambak adalah
sistem turnpangsari atau silvofishery. Contoh lain adalah pembukaan tambak di
lahan belakang jalur hijau mangrove. Dalam ha1 ini beberapa keuntungan yang
didapat dari penggunaan hutan tambak adalah : (1) terjaganya prinsip kelestarian
hutan mangrove; (2) biaya perrnudaan mangrove relatif murah; (3) ter'bentuknya
sarana pengangkutan dari saluran-saluran bekas pemeliharaan ikan; dan (4) dapat
memberi kehidupan yang lebih layak kepada penduduk setempat.
Walaupun sistem hutan tambak seperti yang telah dijelaskan diatas memiliki
berbagai keuntungan yang lebih tinggi, baik secara ekologis maupun ekonomi,
namun implementasinya masih perlu dikaji lebih mendalam lagi. Salah satu faktor
yang perlu dikaji adalah rasio empang parit dengan lahan berhutan mangrove yang
optimum secara ekologi dan ekonomi. Perum Perhutani (1988) menentukan rasio
empang parit dengan lahan berhutan mangrove sebesar 20 : 80, yang berarti
daerah hutan mangrove yang boleh dikonversi hanya sekitar 20 % dari luas
hutannya. Penelitian Meilani (1996) tampaknya sejalan dengan ketentuan Perum
Perhutani (1988) yang mendapatkan rasio empang parit dengan hutan mangrove
sebesar 20 : 80. Penelitian Zuna (1998) menghasilkan rasio empang parit dengan
hutan mangrove sebesar 54 % luasan empang parit dan 46 % luasan hutan
mangrove.
Dilihat dari hasil penetapan kedua rasio empang parit dengan lahan berhutan
mangrove tersebut tampak adanya perbedaan nilai yang cukup besar. Penetapan
menurut Perum Perhutani (1988) maupun Meilani (1996) menekankan pada aspek

5

konservasi, sedangkan Zuna (1998) mencoba melihat dari sisi aspek ekologr dan
ekonomi yang walaupun masih dalam lingkup terbatas, tetapi sudah mengkaji
aspek teknis penerapan di lapangan yang lebih memungkinkan, Untuk itu,
tampaknya diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai rasio empang parit dengan
lahan berhutan mangrove yang optimum di berbagai tempat, sehingga didapatkan
rasio yang secara ekologi masih cukup baik tetapi secara ekonomi layak untuk
diusahakan.

Permasalahan
Seperti telah dijelaskan, bahwa hutan mangrove merupakan salah satu
sumberdaya alam di daerah pesisir yang potensial untuk dimanfaatkan. Namun
pemanfaatannya hams dilakukan secara optimum, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar hutan mangrove tersebut. Pola tambak
tumpangsari dipandang sebagai pola pendekatan teknis yang cukup baik dalam
pemanfaatan hutan mangrove secara optimum. Sistem empang parit merupakan
salah satu bentuk pola tambak tumpangsari yang diyakini merupakan alternatif
terbaik dalam prakteknya di lapangan.
Secara umum bentuk sistem empang parit adalah parit-parit empang selebar

5 m dari tanggul yang mengelilingi hutan mangrove clan panjang parit disesuaikan
dengan keadaan luasan hutan yang direboisasi. Dengan mengikuti ketentuan ini
maka rasio empang parit dengan lahan berhutan mangrove akan berkisar 20 : 80,
yaitu 20 % luasan empang parit dan 80 % luasan hutan mangrove. Namun
demikian dalam kenyataannya rasio tersebut sulit diterapkan bahkan seringkali
terjadi penylmpangan pembukaan lahan mangrove yang jauh Iebih besar dari
20 %. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memperoleh rasio yang dianggap

6
optimum untuk diterapkan di lapangan. Akan tetapi ternyata hasil penelitian
seperti yang dilakukan Meilani (1996) dan Zuna (1998) menunjukkan perbedaan
nilai rasio yang cukup besar. Perbedaan yang terjadi tersebut lebih banyak
Qtentukan oleh pendekatan yang berbeda dalam melakukan penelitian rasio antara
empang parit dengan lahan berhutan mangrove. Dalam ha1 ini ada dua pendekatan
yang sering digunakan untuk menentukan rasio empang parit dengan lahan
berhutan mangrove optimum, yaitu pendekatan konsewasi ekosistem mangrove
dan pendekatan ekonomi. Masing - masing pendekatan mempunyai kekuatan dan
kelemahan, namun jarang sekali keduanya diteliti secara bersama-sama sehingga
hasilnya akan lebih baik dan sesuai dengan konsep pengelolaan hutan mangrove
lestari. Dengan demikian diperlukan gabungan pendekatan ekologi dan ekonomi
agar hasilnya mendekati optimum. Pendekatan ini dapat diartikan sebagai
pendekatan ekologi dan ekonomi. Secara m u m pendekatan ekologi dan ekonomi
merupakan suatu pendekatan gabungan dalam melakukan pemanfaatan
sumberdaya alam secara rasional tennasuk hutan mangrove. Pendekatan ini secara
bersama-sama menggunakan parameter ekologi dan parameter ekonomi untuk
menentukan nilai optimum dari keduanya. Akan tetapi, seperti yang disinyalir
oleh Kusmana (1996), bahwa data dasar ekologi ternyata terbatas. Disamping itu,
data ekonomi mangrove yang terkumpul ternyata juga masih tergolong kurang
lengkap. Untuk itu diperlukan pengurnpulan data ekologi dan ekonomi secara
serempak untuk menentukan rasio empang parit dengan luasan hutan mangrove
yang optimum. Untuk itu pennasalahan mendasar adalah :
1. Bagaimana karakteristik parameter ekologi pada berbagai rasio empang parit
dengan luasan hutan mangrove yang berbeda.

7

2. Bagaimana kondisi kelayakan ekonomi pada berbagai rasio empang parit
dengan luasan hutan mangrove yang berbeda.
3. Berapakah nilai optimum dari rasio empang parit dengan luasan hutan

mangrove.

Kerangka Pemikiran
Prinsip dasar dari pola tambak tumpangsari empang parit adalah melindungi
vegetasi hutan mangrove sekaligus memberikan hasil lain dari segi perikanan.
Dengan demikian &lam pola tambak tumpangsari empang parit dikandung dua
nilai sekaligus yaitu nilai ekologi dan nilai ekonomi.
Secara ilmiah nilai ekologi dari suatu hutan mangrove dapat diukur dari
beberapa komponen yaitu komponen vegetasi, guguran serasah, kualitas tanah,
kualitas air maupun biota air. Adapun nilai ekonomi dari hutan mangrove tersebut
dapat diukur dari aspek finansialnya untuk menentukan kelayakan usaha yang
dijalankan. Selanjutnya dari dua parameter tersebut (ekologi dan ekonomi) dapat
disusun suatu skenario optimisasi rasio empang parit dengan luasan hutan
mangrove, yang secara ekolog ekosistem mangrove relatif stabil sekaligus secara
ekonomi layak untuk diusahakan. Optimisasi yang ditemukan diharapkan dapat
menjadi arahan yang tepat dalam pemanfaatan hutan mangrove yang lestari.
Secara diagrarnatik kerangka pemikiran tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
a. Mengkaji beberapa aspek ekologi seperti persentasi hidup semai, guguran
serasah, kesuburan tanah, kualitas air, kelimpahan plankton dan bentos serta
persentase hidup ikan dalam hubungannya dengan produksi ikan bandeng
pada sistem tambak turnpangsari pola empang parit.

k
Hutan Mangrove

Tambak Turnpangsari
Pola Empang Parit
r

I

- -

I

I

Nilai Ekologi

I

Nilai Ekonomi

I
Vegetasi

Serasah

Analisis Finansial

I
Net Present
Value

I

Benefit
Cost