2. Pola Kebijakan Pemerintah Daerah sebagai
Upaya Pemberdayaan
Hukum dalam
Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Telantar
Maksud “pola” dalam tulisan ini berkaitan dengan kebijakan pemerintah
daerah adalah “sistem kerja” atau “cara kerja”.
22
Dengan demikian, yang dimaksud dengan “pola kebijakan” dalam hal ini
adalah sistem kerja atau cara kerja yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
rangka melakukan pemberdayaan hukum dalam rangka penertiban dan pendayagunaan
tanah-tanah telantar yang dikuasai oleh para investor.
Pola-pola kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama BPN dalam
rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 jo.
Keputusan Kepala
Badan Pertanahan
Nasional Nomor 24 Tahun 2002 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah
Terlantar adalah sebagai berikut:
a. pemerintah daerah Provinsi dan
KabupatenKota bersama
BPN kabupatenkota dan BPN Provinsi
melakukan rapat-rapat
koordinasi untuk menentukan langkah-langkah
hukum dalam pelaksanaan peraturan perundang-undang tersebut;
b. masing-masing pemerintah kabupaten kota
dan pemerintah
Provinsi menentukan
alokasi dana
untuk membiayai pelaksanaan ketentuan
aturan hukum tersebut; c. masing pemerintah kabupatenkota
bersama BPN melakukan inventarisasi tanah-tanah yang dikuasai oleh para
investor yang diduga ditelantarkan; d. hasil inventarisasi tersebut selanjutnya
diserahkan ke BPN Provinsi sebagai in- stansi yang berwenang untuk melaku-
kan identiikasi dan veriikasi, dan selanjutnya memberikan peringatan-
peringatan;
e. selama dalam proses hukumnya ber- langsung, maka pemerintah Kabupaten
Bima mengambil langkah kebijakan khusus untuk melakukan pemanfaatan
lahan kosong tersebut dengan pena- naman tanaman musiman, baik yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten
kerjasama dengan pihak ketiga maupun oleh rakyat atas izin pemerintah kabu-
paten; dan
f. pemerintah Kabupaten Lombok Timur
berusaha melakukan penekanan kepada Pemerintah Pusat yaitu Kepala Badan
Pertanahan Nasional selaku pemegang
kewenangan dengan bersurat melalui Menteri Dalam Negeri untuk segera
melakukan pembatalan hak-hak inves- tor yang sudah lama menelantarkan ta-
nah haknya;
3. Langkah-Langkah Hukum Pemerin- tah Daerah dan BPN se-NTB dalam
Memberdayakan Hukum terhadap Penelantaran Tanah oleh Investor
Pemerintah telah membentuk aturan hukum yang mengatur persoalan pertanahan,
yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria dan peraturan pelaksanaannya.
22
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003, Balai Pustaka.
Khusus di bidang pengaturan tanah telantar telah diatur di dalam UUPA, dan atas dasar
ketentuan tersebutlah, maka pemerintah membentuk Peraturan Pemerintah Nomor
36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Telantar, yang diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 24 Tahun 2002.
Atas dasar peraturan tersebut di atas, maka ada beberapa langkah hukum yang
dilakukan oleh pihak Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten bekerjasama dengan
Badan Pertanahan Nasional sebagai wujud komitmennya dalam upaya penertiban dan
pendayagunaan tanah-tanah telantar, yakni: 1.
Pembentukan Panitia
Inventarisasi dan Identiikasi Tanah-tanah Telantar,
baik tingkat KabupatenKota maupun tingkat Provinsi;
2. Sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor
36 Tahun 1998 jo. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 24
Tahun 2002 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Telantar;
3. Pelaksanaan inventarisasi dan identi-
i kasi tanah-tanah yang diduga dite- lantarkan oleh badan-badan hukumin-
vestor Anggaran APBD Provinsi dan KabupatenKota. 2003, 2004, 2005;
4. Memberikan peringatan kepada badan-
badan hukum pemegang hak yang diduga mentelantarkan tanah haknya
peringatan I dan II;
Langkah-langkah hukum tersebut di- lakukan dalam rangka mewujudkan tujuan
dan fungsi hukum, yaitu mencapai keter- tiban, kepastian, keadilan dan kemanfaatan
di bidang pertanahan, lebih khusus di bidang penertiban dan pendayagunaan tanah telan-
tar. Langkah hukum yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama Badan Pertana-
han Nasional KabupatenKota dan Provinsi dalam rangka mewujudkan komitmennya
dalam melaksanakan peraturan perundang-
undangan di bidang penelantaran tanah dalam skala besar oleh para investor. Hal ini
mengingat diberbagai Kabupaten dan Kota di wilayah Nusa Tenggara Barat cukup luas
tanah-tanah produksi yang ditelantarkan oleh para investor dalam jangka waktu yang
cukup lama.
4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberdayaan Hukum dalam Pelak-