2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan manusia terhadap energi setiap tahun cenderung meningkat, hal ini menyebabkan perlu adanya sumber bahan bakar alternatif penghasil energi
yang bisa didaur ulang secara terus menerus karena pada saat ini manusia sangat bergantung kepada bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam ataupun
batu bara dimana bahan bakar fosil ini tidak bisa di daur ulang dan akan habis jika terus digunakan. Salah satu sumber bahan bakar alternatif yang bisa di daur
ulang secara terus menerus adalah biomassa. Biomassa merupakan sumber
energi yang mengacu pada bahan biologis yang berasal dari organisme yang belum lama mati dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Salah satu contoh
biomassa adalah sekam padi, sehingga perlu dikembangkan suatu metode pemanfaatan sekam padi. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar terhadap
energi biomassa sekam padi ini karena berdasarkan data tahun 2010 sampai dengan 2014, Indonesia setiap tahun panen padi rata-rata sebesar 68.6 juta ton.
Salah satu cara mengkonversi energi biomassa sekam padi adalah dengan gasifikasi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tungku tipe
downdraft.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur udara masuk yang digunakan yaitu pada temperature udara biasa 30
o
C, 40
o
C , 50
o
C , 60
o
C terhadap temperatur pembakaran rata-rata,nyala,waktu awal penyalaan dan nyala efektif dari tungku tipe downdraft dengan bahan bakar
sekam padi.
1.2 Tinjauan Pustaka
Lailun Najib 2012, dalam jurnalnya yang berjudul “Karakterisasi Proses Gasifikasi Biomassa Tempurung Kelapa Sistem Downdraft Kontinyu dengan
Variasi Perbandingan Udara-Bahan Bakar
AFR
dan Ukuran Biomassa” Dari penelitian gasifikasi tempurung kelapa dengan jenis downdraft sistem kontinyu
3
mampu menghasilkan nyala api yang stabil. Semakin besar AFR
Air Fuel Ratio
, semakin kecil komposisi
flammable gas
dan LHV
Lower Heating Value syn-
gas
. Samsudin 2008, dal
am jurnal “Studi Eksperimen Gasifikasi Sekam Padi Pada
Updraft Circulating Fluidized Bed Gazifier
” pemanasan awal yang dilakukan sebelum masuk gasifier berdampak pada berbagai faktor antara lain
temperatur pembakaran, energi gas yang dihasilkan, komposisi gas hasil pembakaran, dan efisiensi gasifikasi. Peningkatan temperatur awal udara akan
meningkatkan temperatur pembakaran. Energi gas meningkat dengan meningkatnya temperatur udara. pemanasan awal udara akan mempercepat
proses pirolisis. Giri Santosa 2015
, crossdraft gasifier
yang dijadikan sebagai kompor untuk mendidihkan 1 liter air menggunakan bahan bakar 1 kg sekam padi dan
udara dilakukan variasi pada temperatur awal udara antara lain temperatur awal udara normal 32 °C, 50 °C dan 80 °C meyatakan bahwa pemanasan awal
udara berpengaruh terhadap temperatur pembakaran. Semakin tinggi temperatur awal udara maka semakin tinggi pula nilai temperatur pembakaran dan
pemanasan awal udara tidak berpengaruh signifikan terhadap waktu penyalaan awal tungku. Pemanasan awal udara juga berpengaruh terhadap waktu nyala
efektif yang dihasilkan, Semakin tinggi temperatur awal udara maka semakin sebentar nyala efektif yang dihasilkan.
1.3 Dasar Teori