Konflik batin tokoh utama dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari serta implikasinya terhadap pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di MTS Al-Mansuriyah, Kec Pinang, Kota Tangerang

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM
NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK
KARYA AHMAD TOHARI
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENGAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DI MTS AL-MANSURIYAH, KEC PINANG,
KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

oleh
Nikmat Saputra
1811013000008

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015


ABSTRAK
Nikmat Saputra NIM: 1811013000008 Konflik Batin Tokoh Utama Dalam
Novel RDP Karya Ahmad Tohari Serta Implikasinya Terhadap Pengajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di MTs Al-Mansuriyah Kec. Pinang, Kota
Tangerang. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negri Syarif Hidaytullah Jakarta.
Pembimbing Rosida Erowati, M.Hum.
Novel RDP mewakili sebagian kehidupan manusia yang mengalamiI
konflik batin, ini dialami oleh Rasus, baik terjadi pada diri dan lingkungannya.
Mengisahkan selama bertahun-tahun ia hanya berandai-andai tentang kepergian
Emak yang menjadi salah satu korban tempe bongkrek sehinggga mengakibatkan
pergolakan batin, dan kecemasan yang menggangu kejiwaan Rasus. Pergolakan
batin Rasus semakin menjadi setelah Srintil menjadi seorang ronggeng yang harus
melewati syarat ritual terakhir. Sedangkan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan
interdisipliner, yaitu psikologi sastra yang memfokuskan penelitiannya pada
masalah konflik batin, pada masalah pribadi dan lingkungannya, karena manusia
sering mengalami hal seperti itu dalam suatu masyarakat. Temuan penelitian ini
diantaranya, pertama, seorang pemuda yang kuat perlu memiliki prinsip hidup dan

pendirian serta ketegasan dalam mengambil keputusan. Kedua seorang pemuda
harus mau keluar bermasyarakat untuk mencari pengalaman hidup dari tempat
yang membuatnya terkungkung.
Pembahasan novel RDP dapat disampaikan dalam pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di MTs, untuk materi, agar peserta didik dapat membangun
karakterkritis, kreatif, mengajarkan bagaimana menghargai sesama manusia di
lingkungan sekitarnya dan dapat mengambil nilai-nilai moral kemanusian yang
jelas tersampaikan dalam novel RDP.
Kata kunci. Konflik batin tokoh utama, psikologi sastra, dalam novel Ronggeng
Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari

i

ABSTRACT

Nikmat Saputra NIM : 1811013000008 Inner Conflict Main Figures In
Novel RDP work Ahmad Tohari And Its Implication to Indonesian Language and
Literature Teaching in MTs Al-Mansuriyah district. Pinang,Tangerang. Education
Department of Indonesian Language and Literature Faculty of MT and Teaching.
State Islamic University Syarif Hidaytullah Jakarta. Supervisor Rosida Erowati,

M.Hum.
RDP novel human life that represent the inner conflict that had been
experienced by Rasus,both happen to themselves and their surroundings, telling
over the years he could only suppose about the departure of Mother who became
one of the victims so as tempeh Bongkrek resulting inner turmoil,and anxiety that
interfere with psychiatric Rasus. Rasus inner turmoil after Srintil become
increasingly becoming a requirement ronggeng must pass the last rites. While the
methods used in this study is qualitative deskriptive, using an interdisciplinary
approach, namely the psychology literature that focused his research on the
problem of inner conflict, the personal and environmental issues,because humans
often experienced anything like that in a society. The findings of this study in
between, first, a strong young man needs to have the principle of life and the
establishment as well as firmness in making decisions. Both young man must
come out of society for the experience of a life that made him confined.
Discussion novel RDP can be delivered in learning Indonesian language
and literature at MTs, for the material, so that learners can build a critical
character, creative, teaches how to respect fellow human beings in the surrounding
environment and can take the moral values of humanity that is clearly conveyed in
the novel RDP.
Keywords. Inner conflict the main character, the psychology literature, the novel

Ronggeng Dukuh Paruk Hamlet by Ahmad Tohari.

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbi l‘Alamin, segala puji syukur kehadirat Tuhan yang
Maha kuasa akan segala sesuatu yang berada di seluruh alam raya, yang telah
menciptakan kenikmatan dan memberikan rahmat serta karunianya, sehingga
penelitian ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga senantiasa Allah
SWT memberikan kepada Nabi Muhamad SAW, keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya.
Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis banyak menerima saran,
petunjuk, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak .Penulis berutang jasa
kepada mereka yang telah mendampingi dalam proses penyelesaian skripsi
sebagai tugas akhir untuk menempuh S1. Oleh karena itu penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Hindun, M.Pd.,dan Dona Aji Karunia Putra, MA., Ketua dan Sekertaris

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Tarbiyah.
3. Rosida Erowati, M.Hum., Dosen pembimgbing skripsi, yang selalu sabar
dalam mengoreksi dan meluangkan waktunya, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dan arahan di sela-sela kesibukannya, dan meminjam
buku koleksi perpustakaan pribadi sebagai penunjang penelitian, sehingga
peneliti yakin penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
5. Keluargabesar (alm) H. Lisan dan Hj. Halimah selaku orang tua penulis
Kakak-kakak dan adik serta keponakan yang selalu senantiasa mendoakan
setiap saat, memberikan dorongan serta memotivasi penulis, sehingga
penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

iii

6. Istri dan anak-anak yang tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan
memotivasi penulis, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Abdul Hadi

yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam


menyelesaikan penelitian ini.
8. Teman-teman PBSI seperjuangan, yang dengan sabar selalu membantu dalam
memberi informasi kepada penulis.
Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyelesaian penelitian ini. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian semua.
Penulis mengarapkan saran dan kritik yang membangun dalam pembuatan
penelitian ini semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis
dan umumnya untuk yang membutuhkan.

Jakarta, 12 Januari 2015

Penulis

iv

DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................

i


ABSTRACT …………………………………………………………………

ii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………...

iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………

1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….
B. Identifikasi Masalah …………………………………………...
C. Pembatasan Masalah …………………………………………..
D. Perumusan Masalah ……………………………………………
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………..
G. Metodologi Penelitian ………………………………………….

1. Objek ………………………………………………………..
2. Data dan Sumber Data Penelitian …………………………...
3. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….
4. Teknik Analisis Data ………………………………………..
BAB II KAJIAN TEORI…………………………………………………….
A. Hakikat Psikologi ………………………………………………
1. Pengertian Psikologi………………………………………….
2. Oedipus Kompleks……………………………………………
3. Delir…………………………………………………………..
4. Kecemasan…………………………………………………....
B. Hakikat Novel ……..……………………………………………
1. Pengertian Novel …………………………………………….
2. Jenis Novel……………………………………………………
3. Unsur Novel ………………………………………………….
C. Penelitian Yang Relevan …………………………….………….
D. Pembelajaran Sastra ……………………………………………..
BAB III PROFIL AHMAD TOHARI ............................................................
A. Biografi Ahmad Tohari ………………………………………….
1. Karir Ahmad Tohari………………………………………….
2. Penghargaan yang Pernah diraih……………………………..

B. Karya Ahmad Tohari…………………………………………….
C. Karakteristik Dunia Kepengarangan Ahmad Tohari …………….
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN KONFLIK BATIN TOKOH
DALAM NOVEL RDP……………………………………………..
A. Unsur Intrinsik Novel RDP ……………………………………...
1. Tema ………………………………………………………….
2. Tokoh dan Penokohan ………………………………………..

1
3
3
4
4
4
5
5
6
6
7
8

8
8
10
11
11
12
12
13
14
31
32
34
33
35
35
36
36

v


39
39
39
42

3. Alur …………………………………………………………...
4. Latar (Setting) ………………………………………………...
5. Sudut Pandang…………………………………………………
6. Gaya Bahasa ………………………………………………….
7. Amanat ……………………………………………………...
B. Implikasi ……………………………………………………….
BAB V PENUTUP …………………………………………………………..
A. Simpulan ………………………………………………………..
B. Saran ……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..............
LAMPIRAN

vi

58
62
68
69
70
71
72
72
73
75

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan suatu cerita tentang kehidupan yang terjadi di
masyarakat yang mempunyai hubungan dengan lingkungan dan manusia itu
sendiri. Novel merupakan hasil dialog, dan reaksi pengarang terhadap
lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan, tidak benar jika novel
dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan dengan penghayatan
dan perenungan secara mendalam, perenungan terhadap hakikat hidup dan
kehidupan, serta perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab dari segi kreativitas seni.
Di dalam novel tidak terlepas dari adanya peristiwa yang dibangun
oleh pengarang. Peristiwa tersebut jadi adalah sebuah kebenaran, yang ingin
disampaikan kepada khalayak umum. Meskipun novel dianggap sebagai
karya imajinatif. Bagi sebagian orang, peristiwa yang dibangun oleh
pengarang dalam karyanya merupakan sebuah pesan tentang kebenaran yang
ingin disampaikan kepada khalayak umum. Dengan demikian, pendapat
tentang novel merupakan karya imajinatif belaka tidak sepenuhnya benar.
Peristiwa yang diangkat dalam novel mencakup segala kehidupan seluruh
lapisan masyarakat.
Kita tidak memungkiri dan harus mengakui bahwa sebuah karya sastra
begitu menyentuh hati dan perasaan pembaca, karena karya sastra sebagai
cerminan, dan pengalaman yang pembaca alami. Karya sastra juga dapat
dijadikan sebagai sumber pengetahuan tentang kebudayaan suatu masyarakat,
dan berbagai peristiwa, baik psikologi, sosial, hubungan kekeluargaan serta
sistem budaya yang ada di dalamnya.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari (selanjutnya
disingkat RDP) memperlihatkan aspek latar dan orientasi sosial-budaya yang
sangat luar biasa. Latar dalam RDP sangat kuat melukiskan suasana alam
pedesaan dengan lingkungan flora dan faunanya. Kekuatan pelukisan latar

1

2

tempat itu juga ditunjukan oleh citra-citra yang menyarankan keserasian
lingkungan hidup.
Selain pelukisan latar yang bagus dan menarik, RDP memberikan
gambaran kondisi sosial masyarakat pedesaan di Jawa, khususnya masyarakat
Dukuh Paruk. Pada masa itu disibukkan oleh perubahan-perubahan sosial
yang susul menyusul seiring dengan bergairahnya orang berpolitik untuk
menghimpun kekuatan dan kekuasaan.
RDP bercerita tentang suatu pedesaan terpencil yang dihuni oleh
masyarakat terbelakang dengan paham mistis. Pada waktu itu Dukuh Paruk
mengalami malapetaka yang menyebabkan seorang anak Dukuh Paruk
mengalami konflik batin. Hal ini seakan melukiskan dan menggambarkan sisi
kehidupan insan manusia yang mengalami pergolakan batin yang selalu
menghantui. Konflik batin ini merupakan suatu gejolak yang terjadi di dalam
diri seorang tokoh yang dialami, baik terjadi di dalam suatu keluarga maupun
yang terjadi di lingkungan sekitarnya yang dirasakan dalam kehidupan seharihari.
Peristiwa yang dialami oleh tokoh dalam novel RDP tersusun dalam
urutan peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat, sehingga
membentuk suatu alur yang runtut. Alur itu sendiri dibangun oleh konflik
dengan dunia sekitarnya. Adapun konflik dalam novel ini didominasi oleh
konflik tokoh Rasus dengan dirinya sendiri dan konflik dengan dunia
sekitarnya. Konflik dengan diri sendiri terjadi karena Rasus sangat
merindukan sosok Emaknya yang ia temukan pada diri Srintil. Namun, hal itu
kemudian harus ia akhiri setelah Srintil memutuskan untuk menjadi
ronggeng. Konflik dengan dunia sekitar terjadi ketika Dukuh Paruk sangat
mendambakan dan membanggakan sosok ronggeng, sementara Rasus justru
mengutuk tokoh seni tersebut di dalam hatinya.
RDP mengisahkan bagaimana perjuangan tokoh utama, yaitu Rasus
menemukan jati diri dan impiannya sebagai seorang pria yang hidup di
lingkungan yang kental dengan seni tradisi. Novel ini tidak saja menuturkan
kehidupan ronggeng. Lebih dari itu, ia memaparkan struktur kompleks

3

kehidupan para tokohnya dalam menjalani kehidupan. Tokoh Srintil serta
sistem nilai yang mengelilinginya hadir mewakili dunia perempuan yang
mempunyai peran atau bahkan kewajiban alami sebagai penyeimbang bagi
dunia lelaki.
Novel RDP karya Ahmad Tohari tidak hanya menceritakan konflik
batin tokoh utamanya saja, akan tetapi menceritakan bagaimana seorang
ronggeng menjalankan ritual terakhirnya. Dari cerita novel di atas akan dicari
peristiwa-peristiwa yang berhubungan langsung dengan konflik batin yang
dialami oleh tokoh utama dalam novel tersebut. Novel ini banyak memiliki
cerita di masa lalu tentang masyarakat Indonesia, yang nantinya bisa
dijadikan materi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah yaitu,
tentang nilai-nilai kebudayaan dalam masyarakat, maupun unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik di dalam novel tersebut.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang memungkinkan menjadi pembahasan suatu
penelitian mencakup seluruh variabel karya sastra yang meliputi:
1. Perlunya pembahasan tentang struktur novel RDP.
2. Perlunya pembahasan tentang konflik batin tokoh utama RDP.
3. Perlunya pembahasan tentang Peran tokoh dalam novel sebagai inspirasi
siswa di Mts Al-Mansuriyah
4. Perlunya pembahasan tentang implikasi RDP dalam pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di Mts Al-Mansuriyah.

C. Batasan Masalah
Dalam penelitian sastra, melalui kegiatan analisis sebuah karya sastra,
tidak harus meliputi keseluruhan aspek yang terkandung dalam karya
tersebut, melainkan dapat dibatasi, oleh karena itu, peneliti membatasi
masalah pada Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Ronggeng Dukuh
Paruk Karya Ahmad Tohari Serta Implikasinya Terhadap Pengajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di Mts Al-Mansuriyah, Kec. Pinang, Kota Tangerang.

4

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah konflik batin yang dialami tokoh utama RDP?.
2. Bagaimanakah implikasi novel dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di Mts Al-Mansuriyah?.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan karakter tokoh dalam novel RDP.
2. Mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel
RDP.
3. Mendeskripsikan implikasi novel dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam aspek cakupan,
aspek teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis penelitian ini dapat
diharapkan memperluas pengetahuan tentang sastra Indonesia, khususnya
dalam pembelajaran sastra di sekolah. Penelitian ini juga diharapkan mampu
memberi sumbangan dalam kajian psikologi sastra dalam mengungkapkan
novel RDP karya Ahmad Tohari. Sedangkan secara praktis penelitian ini
diharapkan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami isi cerita dalam
novel RDP karya Ahmad Tohari, terutama menguraikan yang dipentasikan
dalam karyanya, dengan menggunakan lintas disiplin ilmu, yaitu psikologi
dan sastra.

G. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan cara kerja yang bersistem untuk
mengungkapkan atau menganalisis suatu permasalahan yang menjadi objek
penelitian.untuk mencapai tujuan yang diinginkan, peneliti harus menetapkan

5

metode apa yang akan digunakan dalam penelitian yang akan dilaksanakan.
Metode merupakan rancangan menyeluruh untuk menyajikan pembahasan
secara teratur, tak ada bagian yang bertentangan, dan semuanya berdasarkan
pada asumsi pendekatan.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, yaitu metode yang secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara
penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskriptif, dengan model
kajian ini berdasarkan penelitian multi disiplin psikologi sastra, jadi
penelitian ini berupaya memaparkan suatu peristiwa secara rinci, cermat,
sistem matis, dan faktual mengenai Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel
RDP Karya Ahmad Tohari Serta Implikasi Terhadap Pengajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di Mts Al-Mansuriyah, Kec. Pinang, Kota Tangerang.
Dengan demikian, laporan penelitian berisi kutipan-kutipan data dan
interpretasi untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.Dalam
penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa kutipan kata, kalimat, dan
wacana dari novel RDP karya Ahmad Tohari.
Hal-hal yang perlu dipaparkan dalam penelitian ini meliputi objek
penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
1. Objek Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, yang menjadi objek penelitian ini
adalah Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel RDPKarya Ahmad
Tohari Serta Impliksinya Terhadap Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di Mts Al-Mansuriyah Kec. Pinang, Kota Tangerang.
2. Data dan Sumber Data Penelitian
a. Data
Data adalah keterangan yang benar dan nyataatau bahan nyata yang
dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan)1. Data meliputi
semua keterangan yang dicari dan dikumpulkan oleh peneliti untuk
memberikan jawaban terhadap masalah yang akan dikaji. Data
1

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Gitamedia Perss, Edisi Terbaru), hlm. 211

6

penelitian ini berupa kutipan-kutipan kata, kalimat, dan wacana yang
terdapat dalam novelRonggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari yang
di dalamnya terkandung konflik batin tokoh utama.
b. Sumber Data
Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder.
1) Sumber Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel
Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari yang diterbitkan oleh
PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2011.
2) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu buku
maupun artikel yang berkaitan dengan penelitian ini dan karyakarya Ahmad Tohari
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam novel RDP
karya Ahmad Tohari dan yaitu:
a. Membaca novel secara cermat dan teliti tentang konflik batin tokoh
utama dalam novel RDP.
b. Mencatat kalimat yang berkaitan dengan struktur novel kalimat yang
menggambarkan konflik batin tokoh utama.
c. Hasil dari poin b digunakan sebagai data untuk menganalisis konflik
batin dalam novel.
d. Hasil poin c digunakan untuk mengimplikasikan Konflik Batin Tokoh
Utama dalam Novel RDP Karya Ahmad Tohari pada Terhadap
PembelajaranSastra.
4. Teknik Analisis Data
Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis data
adalah:
a. Menganalisis

novel

RDP

karya

Ahmad

Tohari

dengan

cara

menggunakan analisis struktural. Analisis struktural dilakukan dengan

7

membaca dan memahami kembali data yang sudah diperoleh.
Berikutnya mengelompokkan teks-teks yang terdapat dalam novel RDP
yang mengandung unsur tema, tokoh dan penokohan, alur, sudut
pandang, gaya bahasa, dan amanat.
b. Analisis dengan tinjauan psikologi sastra dilakukan dengan membaca
dan

memahami

kembali

data

yang

diperoleh.

Selanjutnya

mengelompokkan tek-teks yang mengandung bahasan mengenai konflik
batin dalam novel.
c. Mengimplikasikan novel RDP karya Ahmad Tohari pada pembelajaran

sastra di Mts Al-Mansuriyah yang dilakukan cara menghubungkannya
dengan materi pelajaran sastra di sekolah.

BAB II
KAJIAN TEORI
Pada prinsipnya, penelitian tentang, Konflik Batin Tokoh Utama
dalam Novel RDP Karya Ahmad Tohari Serta Implikasinya Terhadap
Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Mts Al-Mansuriyah, Kec. Pinang,
Kota Tangerang. Ini memanfaatkan kajian yaitu, penelitian bidang
pendekatan psikologi meliputi Oedipus komplek, Delir, dan Kecemasan. Oleh
sebab itu, perlu diketahui lebih jauh lagi atau lebih seksama tentang tinjauan
teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.
A. Hakikat psikologi
1. Pengertian Psikologi
Perlu peneliti sampaikan, bahwa telaah karya-karya sastra yang
mencerminkan

konsep

psikologi,

agar

dapat

diselusuri

secara

komprehensif. Apa yang menjadi latar belakang timbulnya masalahmasalah psikologis dari tokoh di dalam sebuah karya sastra, sehingga
dapat dipahami proses dan akibat dari kondisi yang mendorong
pencerminan konsep psikologis.
Berbicara mengenai istilah “Psikologi” berasal dari kata Yunani
psyche, yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi psikologi
berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku
manusia.1 Tingkah laku dan perbuatan manusia mempunyai arti yang lebih
konkret daripada “jiwa.” Yang termasuk dalam tingkah laku di sini adalah
perbuatan-perbuatan yang terbuka maupun tertutup. Tingkah laku terbuka
misalnya berpikir, berkhayal, sedih, bermimpi dan sebagainya. Objek
materi psikologi yaitu manusia, karena manusia berkepentingan dengan
ilmu ini. Lingkungan yaitu tempat di mana manusia itu hidup,

1

Atkinson, dalam Albertine Minderop, Psikologi Sastra, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2013), hlm. 3

8

9

menyesuaikan dirinya (beradaptasi) dan mengembangkan dirinya.2
Kadang-kadang tingkah laku itu sifatnya tersembunyi, seperti ditunjukan
dengan ketegangan otot, atau pengerutan isi perut.
Tingkah laku manusia dapat dilihat dari gejala-gejala kejiwaan
yang pastinya berbeda satu dengan yang lainnya. Pada diri manusia dapat
dikaji dengan ilmu pengetahuan yakni psikologi yang membahas tentang
kejiwaan. Karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas penulis, yang
sering

dikaitkan

dengan

gejala-gejala

kejiwaan,

seperti:

obsesi,

kontemplasi, kompensasi, sublimasi, bahkan sebagi neurosis. Oleh karena
itulah, karya sastra disebut sebagai salah satu gejala (penyakit) kejiwaan.3
Sastra dan psikologi sama-sama mempelajari hidup manusia. Bedanya,
kalau sastra mempelajari manusia sebagai ciptaan imajinasi pengarang,
sedangkan psikologi mempelajari manusia sebagai ciptaan ilahi secara
riil.4 Dengan demikian, psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa atau sebuah
kajian yang membicarakan masalah kejiwaan. Namun, dengan suatu
perubahan dan perkembangan keduanya menjadi bidang yang mempunyai
sedikit

berbeda

kecenderungan

dan

penggunaannya

dikalangan

masyarakat.
Karya sastra yang merupakan hasil kreativitas penulis sering
dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan karena karya sastra merupakan
hasil dari penciptaan seorang pengarang yang secara sadar atau tidak sadar
menggunakan teori psikologi. Sedangkan asumsi dasar penelitian
psikologi antara lain dipengharui oleh beberapa hal. Pertama adanya
anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan
pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar, setelah jelas
baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar. Antara sadar dan tidak
sadar selalui mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Kekuatan karya
2

Nuraida Zahara, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Syarif
Hidayatullah, 2011), hlm. 6.
3
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), hlm.62.
4
Ahmad Bahtiar, Metode Penelitian Sastra, (Jakarta: Pujangga Rabani Perss, 2013), hlm.
24

10

sastra dapat dilihat dari seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan
ekpresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam karya sastra yang
diciptakannya. Kedua kajian psikologi di sampinh mengkaji perwatakan
tokoh secara psikologi, juga aspek-aspek pemikiran dan perasaan jiwa
ketika menciptakan karya tersebut.5 Dua hal dasar yang menjadi acuan
penelitian sastra tersebut merupakan aspek psikologi pengarang, sehingga
kejiwaan dan pemikiran serta perasaan jiwa seorang pengarang sangat
mempengharui hasil dari karya sastra tersebut. Pengarang dalam
menuangkan ide-idenya ke dalam karya sastra terkadang terjebak dalam
situasi tak sadar atau halusinasi yang dapat membelokan rencana
pengarang semula. Sastra sebagai gejala kejiwaan yang di dalamnya
terkandung kejadiaan atau fenomena-fenomena yang terkait dengan fisikis
atau kejiwaan. Dengan demikian, karya sastra dapat didekati dengan
menggunakan pendekatan psikologi.
2. Oedipus Kompleks
Istilah “kompleks” (complex) sangat penting dan sering digunakan
dalam psikoanalisis. Jadi perlu kiranya dijelaskan lebih dahulu. Suatu
kompleks adalah keseluruhan reaksi efektif (tampilan dan kenangan) yang
sebagian atau seluruhnya taksadar. Pembentukan suatu “kompleks”
terlaksana dari hubungan antarpribadi yang dijalin subjek pada masa
kanak-kanaknya, dan hal itu normal saja. Yang bersifat patologis bukanlah
“kompleks” itu sendiri, tetapi keadaanya yang terus-menerus berlangsung,
melampaui batas stadium yang ditentukan.6
Oedipus kompleks adalah suatu keseluruhan hasrat cinta dan benci
yang dirasakan anak terhadap orang tuanya. Oedipus kompleks berkaitan
dengan stadium phalus, jadi sekitar tiga sampai lima tahun. Pada anak lakilaki, terpancang libido pada ibu betul-betul terdapat dalam logika
kehidupan afektif dan material sebelumnya, tetapi hal itu tidak
berlangsung tanpa frustrasi, agresivitas karena tidak mungkin memiliki ibu
5

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Capes, 2011), hlm.96
Okke K. S. Zaimar, Psikoanalisis dan Sastra,(Depok: Pusat Penelitian Kemasyrakatan dan
Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003), hlm. 34
6

11

secara total (adanya bapak, saudara laki-laki, dan saudara perempuan).
Agresivitas

itu

membangkitkan

perasahan

bersalah

yang

dapat

menimbulkan kecemasan yang dapat dikemukakan melalui proses taksadar
(mimpi, fantasme) maupun melalui tindakan yang tidak biasa.7 Sedangkan
menurut Freud Oedipus compleks adalah masa ketika seorang anak lakilaki secara normal menunjukan rasa erotikanya kepada ibunya.8 Dengan
demikian menurut peneliti Oedipus complex merupakan rasa kasih dan
sayang serta perhatian dari seorang ibu yang harus diberikan kepada
seorang anak yang masih anak-anak.
3. Delir
Delir adalah gangguan kejiwaan yang menyebabkan penderitanya
memberi kepercayaan yang sama besar pada ciptaan imajinasi, khayalan
maupun persepsi nyata sehingga si penderita membiarkan kelakuannya
dibelokan atau diarahkan oleh apa saja yang timbul dalam khayalannya.9
Gejala delir biasanya berupa khayalan yang dipercaya oleh penderita
sebagai

kenyataan atau biasanya berupa tindakan-tindakan

yang

diakibatkan oleh kepercayaan pada khayalan.
4. Kecemasan
Situasi apa pun yang mengancam kenyamana suatu organisme
diasumsikan melahirkan suatu kondisi yang disebut anxitas. Salah satu
sumber anxitas adalah berbagai konflik dan bentuk prustasi yang
menghambat kemajuan individu untuk mencapai tujuan.
Freud membagi kecemasan dalam tiga jenis: kecemasan tentang
kenyataan /kecemasan objektif merupakan respon realistis ketika seorang
merasakan bahaya dalam suatu lingkungan. Kecemasan neurotik berhasal
dari konflik alam bawah sadar dalam diri individu, karena konflik tersebut
tidak disadari, orang tersebut tidak menyadari alasan dari kecemasan
tersebut. Kecemasan moral yang sumber ancamanya adalah hati nurani

7

Ibid, hlm. 34-35
Minderop, Op. Cit, hlm. 101
9
Milner, dalam Bahtiar, Op. cit, hlm. 58
8

12

dan sistem superego.10 Kebanyakan dari pulsi tersebut mengancam
individu yang disebabkan oleh pertentangan nilai-nilai personal atau
berseberangan dengan nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Misalnya
perasaan tidak senang seorang anak kepada orang tuanya yang
bertentangan dengan keharusan anak mencintai orang tuanya, mengakui
perasan sesungguhnya akan mengakibatkan kecemasan bagi si anak karena
akan menghancurkan konsep diri sebagai anak baik dan mengancam
posisinya karena akan kehilangan kasih sayang dan dukungan orang tua.

B. Hakikat Novel
1. Pengertian Novel
Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar
rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang
pengarang dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik kisahan dan
ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan.11 Dengan demikian, novel
dapat diartikan oleh pengarang sebagai karya rekaan dan dinikmati oleh
pembaca dengan memperhatikan konvensi sastra, bahasa, dan budaya yang
ada. Di dalam suatu novel, seorang sastrawan mengutarakan pengalaman
lewat perasaan dan pikiran kepada para pembaca lewat penceritaan.
Dari penjabaran di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
novel adalah suatu bentuk karya sastra seoarang sastrawan yang
disampaikan melalui tulisan berupa pikiran dan perasaan kepada para
pembaca dengan bahasa sebagai mediumnya. Para pembaca sebagai
penikmat karya sastra karya sastra maka harus memahami karya sastra
yang ditulis oleh pengarang, cara ini agar menghindari salah penafsiran
dan pemahaman suatu karya sastra.
Novel RDP merupakan salah satu jenis karya sastra yang
menyimpan unsur kenyataan dari pengalaman hidup seorang pengarang
atau orang lain yang disampaikan melalui sebuah karyanya. Dengan
10

Minderop, Op. Cit, hlm. 28
Abdul Rojak Zaidan dkk, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 136

11

13

menukil sebuah tema konflik batin yang dialami oleh tokoh yang ada
dalam novel tersebut, ini sebagai bahan informasi dan daya tarik untuk
pembaca.
2. Jenis Novel
Dalam dunia kesusastraan, ada usaha mengelompokan sebuah
karya sastra yang berbentuk prosa, yaitu novel, tidaklah mudah seperti kita
membalikan telapak tangan. Ini semua harus ada unsur subjektivitas dari
kritikus, dan campur tangan pengarang dan penerbit. Akan tetapi, terlepas
dari pendapat di atas, mengelompokan sebuah karya sastra, yaitu novel
dibedakan menjadi dua, yaitu novel popular dan novel serius, meskipun
mengelompokkan

tersebut

masih

kabur

dikarenakan

batas-batas

pemisahannya kurang jelas.
a. Novel populer
Kehadiran novel-novel populer di Indonesia sudah ada sejak
perkembangan kesusastraan Indonesia. Kehadiran novel-novel terbitan
swasta baik yang diproduksi komunitas Tionghoa peranakan dan kaum
pergerakan yang kemudian pemerintah kolonial mendirikan Balai
Pustaka merupakan awal kehadiran novel-novel populer di Indonesia.12
Novel populer mulai merebak dikalangan masyarakat dan sangat
digemari khususnya bagi remaja, sesudah suksesnya novel Karmila dan
Cintaku di Kamupus Biru. Pada tahun 70-an dan mulai bermunculan
industri-industri baik media massa dan penerbitan. Pada masa itu pula
menjamurnya majalah-majalah wanita. Dalam hal ini, faktor sosial,
politik, dan ekonomi yang merupakan sebagai pendukung yang penting.
Tema yang ditulis umumnya masih berkisar tentang cinta yang serba
manis. Namun, beberapa pengarang laki-laki seperti Ashadi Siregar,
Teguh Esha, Remy Silado, Yudhistira Ardinugraha, dan Eddy D.
Iskandar mencoba memasukkan protes sosial, dalam novelnya. Novel

12

Rosida Erowati, dan Bahtiar, Sejarah Sastra Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian
Uin Syarif Hidayatullah, 2011), hlm. 125.

14

ini memberikan informasi dan masalah-masalah yang aktual dan
menzaman, namun hanya sampai pada tingkat awalan saja.
Novel populer merupakan jenis sastra populer yang menyuguhkan
problema kehidupan yang berkisar pada cinta asmara yang bertujuan
menghibur. sebagai sastra literer.
b. Novel Serius
Novel serius lebih dominan menampilkan yang baru, dengan
cara pengucapan yang baru juga. Di dalam novel ini unsur kebaruan
yang diutamakan, baik dari bahan bacaan dan gagasan yang diungkap
kembali dengan cara dan gaya bahasa yang khas, ini yang harus
diperhatiakan dalam kesusatraan. Secara singkat dapat dikatakan,
bahwa tujuan kehadiran atau penciptaan karya serius adalah untuk
memberi peluang bagi pembaca mengimajinasi dan memahami
pengalaman manusia.13
Novel serius mengambil sebuah kenyataan hidup sebagai model,
kemudian menciptakan sebuah “dunia baru” dengan menapilkan cerita
dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus. Novel serius menuntut
aktivitas pembaca secara lebih serius, menuntut pembaca untuk
“mengoprasikan” daya intelektualnya. Pembaca diuntut untuk ikut
merekontruksikannya

duduk

persoalan

masalah

dan

hubungan

antartokoh. Walau hal yang demikian juga ditemui dalam novel
popular, teks kesusastraan menuntut aktivitas yang lebih besar. Teks
kesusastraan sering mengemukakan sesuatu secara inplisit, sehingga hal
itu boleh jadi “menyibukan” pembaca, dan pembaca haruslah mengisi
sendiri bagian-bagian yang kosong tersebut, (ingat: peran pembaca
implisit „Implicit reader‟) untuk merekontruksi cerita.14
Dengan demikian RDP bisa dikatakan termasuk novel serius.
Novel ini termasuk jenis teks sastra yang menuntut pembacanya agar
13

M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya Padang, 1990), hlm.71
Nurgiantoro,Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Perss,
2005), hlm. 21.
14

15

lebih memperhatikan untuk ikut serta merekontruksikan permasalahan
yang ada di dalam novel, sehingga membutuhkan peran serta aktivitas
yang lebih besar saat membaca dan mengkajinya.
3. Unsur Novel
Sebuah karya sastra yang jadi, diibaratkan seperti sebuah
bangunan, cerita yang mempunyai struktur atau unsur-unsur yang
membangun sebuah karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran karya
sastra tersebut.15 Struktur luar dan struktur dalam merupakan unsur atau
bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lainnya. Apabila
kedua unsur tersebut tidak mempunyai hubungan maka ia tidak dapat
dinamakan struktur. Struktur karya sastra secara garis besarnya dibagi atas
dua bagian, yaitu struktur luar (ektrinsik} dan struktur (intrinsik).
Pembagian tersebut dimaksudkan untuk mengkaji novel, serta karya sastra
pada umumnya.
a. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bagunan sistem
organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan
sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bagunan cerita sebuah karya
sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walaupun
demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh (untuk tidak dikatakan:
cukup menentukan) terhadap totalitas bangunan cerita yang dihasilkan.
Oleh karena itu, unsur ini tetap dipandang sebagai suatu yang penting
juga.
Ada beberapa unsur ekstrinsik di luar dari karya itu sendiri.
Unsur yang dimaksud antara lain biografi pengarang, buah pikiran
pengarang, serta latar sosial-budaya yang dapat mendukung kehadiran
karya sastra. ini berarti menunjukan bahwa karya sastra lahir tanpa
adanya kekosongan budaya.
15

Ibid, hlm. 22

16

b. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun suatu
sebuah karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan
karya sastra hadir sebagai karya sastra imajinasi seorang pengarang.
Unsur-unsur secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya
sastra. unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara
langsung) turut serta membangun cerita kepaduan antar-berbagai unsur
intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.16
Adapun unsur yang termasuk dalam karya ini adalah tema,
tokoh dan penokohan, alur (plot), sudut pandang, latar (setting), gaya
bahasa, serta amanat. Unsur ini akan dijumpai dalam novel saat kita
membacanya.
1) Tema
Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang
melatarbelakangi ciptaan karya sastra.17 Ketika seorang membaca
sebuah novel tidak hanya bertujuan semata-mata mencari dan
menikmati kehebatan dari cerita tersebut, maka akan tersirat suatu
pernyataan

yang sederhana.

Apa

sebenarnya

yang ingin

diungkapkan pengarang lewat cerita ini?. Menanyakan makna
sebuah karya, sebenarnya, juga mempertanyakan tema. Setiap karya
fiksi tentulah mengandung dan menawarkan tema. Namun isi tema
itu sendiri tidak mudah ditunjukan. Ia harus dipahami dan ditafsirkan
melalui cerita dan data-data (unsur-unsur pembangun cerita) yang
lain, dan itu merupakan kegiatan yang sering tidak mudah dilakukan.
Unsur tokoh (dan penokohan), plot, latar, ini merupakan
menjadi padu dan bermakna jika diikat oleh sebuah tema. Tema
merupakan bersifat memberi koherensi dan makna terhadap keempat
unsur tersebut dan juga berbagai unsur fiksi yang lain. Dengan

16

Ibid, hlm. 23.
Zainuddin Fananie, Telaah Sastra, (Surakarta: Muhammadiyah Unipersity Perss
2002), hlm. 84.
17

17

demikian, tokoh-tokoh cerita dalam sebuah novel yang bertugas
untuk menyampaikan tema yang dimaksudkan oleh pengarang.
Kata tema sering kali disamakan dengan pengertian topik;
padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda.
Topik berarti pokok pembicaraan sedangkan tema merupakan suatu
gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam fiksi.
Tema sering juga disebut ide atau gagasan yang menduduki tempat
utama dalam pikiran pengarang dan sekaligus menduduki tempat
utama cerita. Serangkaian pernyataan di atas bahwa tema merupakan
sesuatu ide atau gagasan yang telah diuraikan pada tempatnya oleh
seorang pengarang.
Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok.18 Jadi
dengan demikian tema merupakan suatu pikiran yang akan
diungkapkan oleh seorang pengarang yang akan ditemui oleh setiap
pembaca. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna
dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu
pengalaman begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan
dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami seperti cinta, derita,
rasa takut, kedewasaan, keyakinan penghianatan manusia terhadap
diri sendiri, atau bahkan usia tua.19 Dengan demikian, menentukan
sebuah tema haruslah membaca secara cermat dan detail dan
menelusuri seluruh cerita, sehingga bisa mengetahui yang menjadi
terbangunnya sebuah cerita.Terlepas dari masalah di atas, penafsiran
tema sebuah novel memang bukan pekerjaan yang mudah.
Walaupun penulisan sebuah novel berdasarkan tema atau ide
tertentu. Namun, tema itu sendiri pada umumnya tidak di kemukakan
dengan secara eksplisit. Maka dalam usaha menemukan dan
menafsirkan tema sebuah novel kita harus memulai dengan cara
memahami cerita, mencari kejelasan ide-ide perwatakan, peristiwa18

Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Aangkasa, 2008), hlm. 167.
19
Stanton, Op. Cit, hlm.36.

18

peristiwa konflik, dan latar. Di samping menemukan tema, dengan
cara tersebut, sebaiknya juga disertai dengan usaha menemukan
konflik sentral yang ada dalam cerita, dengan mengamati secara teliti
setiap konflik yang ada di dalamnya. Tema dalam sebuah novel
dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a) Tema Utama atau Tema Mayor
Tema pada hakikatnya merupakan makna yang terkandung
dalam sebuah cerita atau secara singkat di sebut makna cerita.
Makna cerita pada sebuah fiksi-novel, mungkin saja lebih dari
satu, hal inilah yang menyebabkan tidak mudahnya kita
menentukan tema pokok cerita, atau tema mayor. Artinya makna
pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya
itu).20
Dalam menentukan tema pokok sebuah cerita pada
hakikatnya ,antara sejumlah makna yang kita tafsirkan ada dan
tersimpan di dalam karya yang bersangkutan.
b) Tema Tambahan atau Tema Minor
Tema minor atau tema tambahan merupakan makna yang
terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita. Dengan demikian,
banyak sedikitnya tema minor tergantung pada banyak sedikitnya
makna tambahan yang dapat ditafsirkan dari sebuah cerita novel.
Penafsiran makana itu haruslah dibatasi pada makna-makna yang
terlihat menonjol, di samping mempunyai bukti-bukti konkret
yang terdapat pada karya itu yang dapat dijadikan dasar untuk
penunjukan dan penafsiran sebuah makna tertentu pada sebuah
karya itu bukannya dilakukan secara ngawur.
Makna-makna tambahan bukan merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri, terpisah dari makna pokok yang bersangkutan
berhubungan sebuah novel yang jadi merupakan satu kesatuan.
Makna pokok cerita bersifat merangkum berbagai makna khusus,
20

Nurgiantoro, Op. Cit, hlm. 82

19

makna-makna tambahan yang terdapat pada karya itu. Sebaliknya,
makna-makna

tambahan

itu

bersifat

mendukung

dan

mencerminkan makna utama keseluruhan cerita.21 Dengan
demikian, makna utama keseluruhan cerita mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan makna tambahan inilah yang akan
memperjelas makna pokok cerita. jadi makna tambahan atau tema
minor bersifat mempertegas eksistensi makna utama atau tema
mayor.
Adanya penafsiran tema pokok dan tema-tema tambahan
dalam sebuah karya pembacalah sebenarnya yang lebih banyak
menentukan berdasarkan persepsi, dan pemahaman.
2) Tokoh dan Penokohan
Berbicara tentang masalah tokoh dan penokohan ini
merupakan salah satu hal yang penting kehadirannya dalam sebuah
karya sastra dan bahkan sangat menentukan, karena tidak akan
mungkin ada suatu karya sastra tanpa adanya tokoh yang diceritakan
dan tanpa adanya tokoh yang bergerakyang akhirnya membentuk
alur cerita. tokoh dan penokohan bisa juga dikatakan sebagai tulang
punggung dari suatu cerita sebuah karya sastra. prilaku para tokoh
dapat

diukur

melalui

tindak-tanduk

ucapan

kebiasaan

dan

sebagainya. Penokohan adalah proses penampilan tokoh dengan
pemberian watak, sifat, atau kebiasan tokoh pemeran suatu cerita.22
Sedangkan

tokoh

cerita

biasanya

mengemban

suatu

perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang.
Perwatakan

(karakterisasi)dapat

diperoleh

dengan

memberi

gambaran mengenai tindak-tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya
antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan.23 Serangkaian
pernyataan di atas jelas menyiratkan bahwa, tokoh dan penokohan
merupakan dua hal yang paling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan,
21

Ibid, hlm. 83
Zaidan, dkk.,Op. Cit, hlm. 206.
23
Semi, Op. Cit, hlm. 36
22

20

keduanya menjadi pembahasan dalam unsur intrinsik pada sebuah
karya sastra yang berbentuk prosa. Tokoh dan penokohan merupakan
bagian unsur intrtinsik yang bersama dengan unsur-unsur yang lain
membentuk totalitas. Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi-novel
dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan
perbedaan sudut pandang dan tinjauan.
a) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Ketika kita membaca sebuah novel, pasti kita akan
dihadapkan sejumlah tokoh yang hadir di dalamnya. Namun,
dalam kaitan keseluruhan cerita, peranan masing-masing tokoh
berbeda. Dilihat dari peranan atau tingkat

pentingnya tokoh

dalam sebuah cerita, ada tokoh yang berperan penting dan
ditampilkan terus menerus sehingga mendominasi sebagian besar
cerita, dan sebaliknya ada tokoh yang dimunculkan sekali atau
beberapa kali dalam cerita.
Tokoh

utama

adalah

tokoh

yang

diutamakan

penceritaannya dalam novel yang bersangkutan.24 Dengan
demikian tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak
diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
kejadian. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan
selalu berhubungan dengan tokoh lain, maka ia sangat
menentukan perkembangan plot secara keseluruhan.
Munculnya tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita
lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada
keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak
langsung.
b) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Jika dilihat dari peran tokoh dalam pengembangan alur
cerita atau plot dapat dibedakan tokoh utama dan tokoh tambahan,

24

Nurgiantoro, Op. Cit, hlm. 176.

21

dan jika dilihat dari pungsi penampilan tokoh dapat dibedakan
yaitu: tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi yang salah
satu jenisnya secara popular disebut hero tokoh yang merupakan
pengejawantahan norma-norma dan nilai yang ideal bagi kita.25
Serangkaian pernyataan di atas tokoh protagonis merupakan
menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan
kita, sebagai pembaca.Maka, kita harus mengenalinya sebagai
memiliki kesamaan dengan kita, permasalahan yang dihadapinya
seolah-olah juga sebagai permasalahan kita.
Sebuah

fiksi-novel

harus

mengandung

konflik,

ketegangan, khususnya konflik dan ketegangan yang dialami oleh
tokoh protagonis. Tokoh antagonis yang menjadi penyebab
terjadinya konflik.
c) Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan
ke dalam tokoh sederhana dan tokoh bulat. Pengkatagorian
seorang tokoh ke dalam sederhana atau bulat haruslah didahului
dengan analisis perwatakan.Tokoh sederhana, dalam bentuknya
yang asli, adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi
tertentu, satu sifat-watak yang tertentu saja.26 Dengan demikian,
sebagai seorang tokoh manusia, ia tak diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupan Sifat dan tingkah laku seorang tokoh
sederhana bersifat datar, monoton hanya mencerminkan satu
watak tertentu.
Tokoh sederhana dapat saja melakukan berbagai tindakan,
namun semua tindakannya itu dapat dikembalikan pada
perwatakan yang dimiliki dan yang telah diformulakan itu.

25

Altenbernd dan Lewis, dalam Nurgiantoro, Teori Pengkajain Fiksi, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Perss, 1995), hlm. 178.
26
Nurgiantoro, Op. Cit, hlm. 181-182

22

Dengan demikian, seorang pembaca dengan mudah memahami
watak dan tingkah laku tokoh sederhana.
Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap
berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya dan
jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat
diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan
tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin bertentangan
dan suit diduga.27 Ada juga yang mengatakan bahwa tokoh bulat
adalah tokoh cerita yang sifatnya mempunyai lebih dari satu
dimensi.28 Dengan demikian, tokoh bulat tokoh yang sulit
dipahami dan kurang akrap serta kurang dikenal kadang-kadang
tingkah lakunya sering tak terduga memberikan efek kejutan
kepada pembaca.
3) Alur (Plot)
Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita
yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus
menandai

urutan

bagian-bagian

dalam

keseluruhan

fiksi.29

Serangkaian pernyataan di atas jelas menyiratkan bahwa, alur
merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga
menjadi kerangka utama. Dalam pengertian ini, alur merupakan
rangkaian-rangkaian cerita yang menjadi tempat lewatnya rentetan
suatu peristiwa. Alur merupakan kerangka dasar yang penting dan
alur juga bisa dikatakan sebagai tulang punggung cerita.
Kejadian peristiwa dalam cerita dipengaruhi dan dibentuk
beberapa hal karakter tokoh, pikiran atau suasana hati sang tokoh,
latar, waktu dan suasana lingkungan. Unsur alur yang penting yaitu,
konflik dan klimaks. Di dalam novel terdiri dari konflik internal,
yaitu pertentangan dua keinginan dalam diri seorang tokoh. Dan
konflik eksternal yaitu konflik antara satu tokoh dengan tokoh yang
27

Ibid, hlm. 183.
Zaidan, dkk., Op. Cit, 206.
29
Semi,Op. Cit, hlm.43
28

23

lain. Ada yang mendeskripsikan bahwa plot atau alur, kadangkadang disebut juga jalan cerita, ialah struktur rangkaian kejadian
dalam cerita yang disusun secara logis. Plot atau alur dibangun oleh
beberapa peristiwa yang biasa disebut alur. Unsur-unsur alur
meliputi perkenalan, pertikaian, perumitan, klimaks, peleraian,
akhir.Unsur-unsur alur tidak selalu berurutan, tetapi ada yang dari
tengah dulu, lalu ke peristiwa awal, kemudian berakhir. Ada pula
yang dari akhir terus menuju ke tengah kemudian sampai ke awal.30
Dengan demikian, dari kedudukan unsur-unsur inilah, maka
ada yang disebut alur maju, alur mundur, dan alur maju mundur atau
alur campuran.
4) Latar (Setting)
Sebuah karya fiksi-novel, pada hakikatnya kita berhadapan
dengan

dunia,

yang

sudah

dilengkapi

dengan

tokoh

dan

permasalahan. Namun, tentu saja hal itu kurang lengkap sebab tokoh
dengan berbagai pengalaman kehidupannya itu memerlukan ruang
lingkup, tempat dan waktu. Setiap suatu peristiwa terjadi pasti ada
tempat, waktu, hari, tahun, bahkan musim kejadian. Begitu juga
dengan halnya latar atau setting sebagai unsur intrinsik dalam sebuah
karya sastra memerlukan ruang, tempat, waktu, dan sosial
sebagaimana kehidupan manusia di dunia nyata. Kadang-kadang
pembaca tidak terlalu memperhatikan latar, karena lebih terserap
asik dan dengan asiknya jalan cerita.
Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal
ini sangat penting untuk memberikan kesan realistis kepada
pembaca, seakan men

Dokumen yang terkait

Ronngeng dalam kebudayaan Banyumas dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA “suatu tinjauan objektif”

5 126 140

Ronggeng dalam kebudayaan Banyumas dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA

9 242 140

KAJIAN STILISTIKA ASPEK BAHASA FIGURATIF NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

0 7 14

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

3 14 178

MAJAS NOVEL TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA Majas Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia Di Sma.

441 3114 24

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastr

0 2 12

BAB I Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 4 7

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 14

KONFLIK BATIN TOKOH SRINTIL DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 2 21

PEMAHAMAN KONFLIK BATIN TOKOH DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI | Ramlah | BAHASANTODEA 6320 20914 1 PB

0 0 12