Perancangan Buku Ilustrasi Gaya Busana Remaja Era 90-An

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI JENIS GAYA BUSANA REMAJA ERA 90-an

DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2014-2015

Oleh :

Ayova Pranata 51910011

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan perancangan ini. Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan program studi strata I dan sebagai bahan untuk mata kuliah Tugas akhir pada program studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Dalam menyusun laporan ini masih menemui beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainya, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata, semoga penelitian dan perancangan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukanya.

Bandung, Februari 2015


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ii

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah 1

I.2 Identifikasi Masalah 6

I.3 Rumusan Masalah 6

I.4 Batasan Masalah 7

I.5 Tujuan Penelitian 7

I.6 Manfaat Penelitian 7

BAB II Gaya busana Remaja 90-an dan Buku Ilustrasi ... 8

II.1 Tinjauan Tentang Gaya busana ... 8

II.1.1 Tinjauan Perkembangan Gaya busana di Indonesia ... 8

II.1.2 Tinjauan Perkembangan gaya busana di Bandung ... 9

II.1.3 Tinjauan Gaya busana Remaja di Bandung Era 90-an ... 10

II.2 Tinjauan Tentang Remaja ... 12

II.3 Tinjauan Tentang Buku ... 14

II.4 Tinjauan Tentang Ilustrasi ... 16

II.4.1 Sejarah Ilustrasi di Indonesia ... 17

II.4.2 Fungsi Ilustrasi ... 18

II.4.3 Jenis Ilustrasi ... 19

II.5 Analisa Masalah dan Pengolahan Data ... 20

II.6 Hasil Kuesioner ... 21


(6)

II.4.3 Solusi Permasalahan ... 22

BAB III Strategi Perancangan dan Konsep Visual ... 23

III.1 Strategi Perancangan ... 23

III.1.1 Target Audiens ... 23

III.2 Pendekatan Komunikasi ... 24

III.2.1 Pendekatan Visual ... 24

III.2.2 Pendekatan Verbal ... 26

III.3 Strategi Kreatif ... 26

III.4 Strategi Media ... 26

III.5 Strategi Distribusi ... 28

III.6 Konsep Visual ... 30

III.7 Format Desain ... 31

III.8 Tata Letak ... 31

III.9.Tipografi ... 31

III.9.1 Tipografi Judul ... 31

III.9.2 Tipografi Narasi. Dialog dan Credit ... 32

III.9.3 Studi Warna ... 33

BAB IV. TEKNIK PRODUKSI MEDIA ... 35

IV.1 Proses Pembuatan Buku Ilustrasi ... 35

IV.2 Media Utama ... 38

IV.2.1 Cover ... 39

IV.2.2 Isi Buku ... 40

IV.3 Media Pendukung ... 41

IV.3.1 Poster ... 41

IV.3.2 Flyer ... 42

IV.3.3 Stiker dan Pin ... 42

IV.3.4 X-Banner ... 43

IV.3.5 Kaos... 44


(7)

BAB I

MEDIA INFORMASI BUKU ILUSTRASI JENIS GAYA BUSANA REMAJA ERA 90-AN

I.1 Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai gaya busana manusia tak akan luput untuk membutuhkannya dikarenakan seiring berjalannya waktu manusia pasti akan berkembang begitu juga dengan gaya busana, Masyarakat pun akan sangat berpengaruh pada model gaya busana pada masanya dan gaya busana akan berbeda karena terpengaruh oleh budaya, kelompok, geografis dan musik. Poppy Dharsono (2010) menjelaskan “busana adalah sebuah kecenderungan pakaian yang sedang digemari pada saat itu dan berlaku dalam jangka waktu tertentu”. Pada awalnya gaya busana hanya berupa seperti baju, kemeja, jaket, celana dan lain lain juga hanya dianggap untuk menutupi tubuh dan aurat saja, Arghya Narendhra (2013) menjelaskan “di tahun 1920 di era ini lah masyarakat dunia mulai mengenal gaya berbusana untuk memperindah dirinya dengan aksesoris dan lain lain”(h.119). Di tahun era 1920 ini masyarakat dunia tertuju pada negara Amerika Serikat yang pada saat itu negara Amerika memainkan peran penting pada gaya berbusana tahun 1920. Di masa setelah Perang Dunia I, Amerika sebagai salah satu pusat mode dunia memasuki era makmur yang mempengaruhi gaya busana mereka. Musik Jazz dan tarian glamor muncul pada tahun tersebut. Perempuan mendapat kebebasan pada tahun 1920 dan memasuki dunia kerja dalam jumlah besar. Tahun-tahun 1920an juga ditandai dengan maraknya bisnis ilegal, salah satu cartel yang terkenal di dunia saat itu adalah Al Copone. Gaya busana gaya Melindrosa (Flapper) yang berarti New Breed muncul. Style penggunaan make-up yang berlebihan, berdandan glamor, minum alkohol, mengendarai mobil, dan merokok menjadi hal yang mendampingi gaya berbusana glamor


(8)

seperti ini. Bukan hanya itu, gaya berbusana tahun 1920 juga menunjukkan adanya milenia baru setelah sebelumnya gaya berbusana lebih condong pada zaman Victoria. Di era 1930 atau sering disebut era calca comprida gaya busana di era ini dipengaruhi oleh Ekonomi Amerika Serikat yang sedang mengalami depresi. Gaya berbusana pun mangalami perubahan menjadi lebih casual, dan tidak glamor layaknya pada masa 1920 atau pada dekade sebelumnya. Baju yang lebih longgar dari bahan kain tebal dan tertutup menjadi pilihan. Di tahun 1940 atau di sebut era “war and working” class Adanya WW II atau Perang Dunia ke-2 menyebabkan terpengaruhnya gaya busana dunia. Pabrik-pabrik baju digunakan untuk sarana pembuatan senjata. Bahan pembuatan kain wool digunakan untuk mendanai perang, sehingga munculah produk-produk sintetis seperti stocking dan pakaian dalam yang terbuat dari nilon, Nuansa baju juga dibuat bewarna hitam dan nuansa Navy dengan warna coklat dan hijau kehitaman. Pakaian yang digunakan kebanyakan merupakan pakaian yang fleksibel digunakan dan mayoritas mengkombinasikan dengan pakaian di era 1930-an. hal ini dikarenakan kebanyakan pabrik pembuat tekstil digunakan untuk pembuatan perlengkapan perang. Selain itu, yang menjadi tren gaya busana pada tahun 1940 adalah ikat kepala penutup rambut untuk kalangan pekerja wanita. Di tahun 1950 terjadi menjadi 2 masa yaitu masa new look dan pin up. Baju-baju dibuat dengan kain nilon, orlon dan dracon. Gaya busana pada tahun ini lebih merujuk pada citra yang lebih segar namun tidak terlihat mewah pada tahun 1920, Pendekatan gaya busana pada remaja putri pun mulai diperkenal pada era ini sehingga gaya busana remaja bersaing dengan gaya busana dewasa. Gaya berbusana populer pada era ini adalah adalah perpaduan yang sangat khas antara penggunaan spandek, kaos ketat panjang dan topi lebar. Selain gaya berbusana new look tahun 1950 juga dihiasi dengan berkembangnya pakaian yang lebih urban namun tetap modis. Dipengaruhi oleh lagu-lagu Elvis Presley yang bernuansa Rock and Roll dan juga gaya berbusana Merlyn Monroe. Gaya urban dan pop culture ini


(9)

dikenal dengan sebutan Pin Up. Gaya busana Pin Up lebih cenderung ringan dan semi terbuka. Di era 1960-an mempunyai juga 3 masa terkenal dalam gaya busana yaitu Futurismo era ini adalah era “Masa Depan” yang lebih dikenal dengan istilah Futurismo di dunia busana. Mode gaya busana juga berubah dengan pengaruh invasi teknologi. Gaya busana tahun 1960-an di dominasi busana minimalis dengan motif garis atau bintik yang mengesankan modernitas dan arti teknologi tinggi pada zamannya ada juga era Camiseta Tahun 1960 juga dihiasi dengan sering munculnya gerakan-gerakan pemuda yang menentang pemerintah. Budaya memakai celana jin dan kaos oblong pertama kali populer pada tahun-tahun ini. Camiseta sendiri berarti Kaos dalam bahasa Spanyol. Ada pula era hippie di tahun 1960-an, kaum Hippie terpengaruh gaya berbusana Bohemian Style pada tahun 1950an. Kaum Hippie identik dengan pakaian longgar yang menunjukkan kedekatan mereka dengan alam. Masuk ke tahun 1970 disini dikenal dengan sebutan era disco. Tahun 1970an terkenal dengan budaya musik disco, gaya berbusana yang mencirikan budaya disco berkembang pesat. Sekali lagi, tahun-tahun ini didominasi oleh anak-anak muda. Gaya berbusana ditunjukkan dengan penggunaan celana pendek ketat/ hot pant, sepatu beralas rata dan tentunya celana komprang. Salah satu artis yang mempopulerkan gaya busana ini terkenal adalah John Travolta dengan celana komprangnya, juga rambut ditarik ke belakang. Di tahun ini juga gaya busana punk turut menghiasi, gaya berbusana Punk berasal dari Inggris yang kemudian menyebar di Amerika Serikat dan Dunia. Awal mula budaya Punk diramaikan dengan munculnya grup band beraliran Punk bernama Sex Pistols dengan lagunya yang populer pada saat itu yaitu “God Save The Queen”. Kaum urban yang menentang kondisi politik identik dengan sebutan kaum punk, punk merupakan budaya subculture yang secara terbuka menentang politik kotor, menerapkan kehidupan mandiri, lugas dan kebebasan. Masuk ke tahun 1980-an disebut dengan era new wave, kaos dan celana jin menjadi begitu populer dikalangan remaja. Pada masa ini lagi musik menjadi bagian penting dari gaya berbusana


(10)

urban pada tahun 1980an awal. Masih dipengaruhi oleh budaya Punk, New Wave menawarkan gaya berbusana yang lebih diterima khalayak umum ketimbang Punk. Pengaruh televisi dan film yang lebih mudah terjangkau menyebabkan budaya ditahun 1980 lebih cepat tersebar. Pengaruh musik dari Inggris masih mendominasi, semacam Elastica dan grup beraliran Britpop lain. Di era ini juga ada yang disebut era gaya busana Yuppie, berkembangnya teknologi juga menyebabkan perubahan lifestyle. Kalkulator, saku dan jam digital sudah mulai banyak digunakan yang merembet pada kegiatan dunia kerja yang semakin tegas dan profesional. Kalangan pekerja tidak lagi bergelut dengan mesin sebagai buruh, banyak kelas pekerja yang bekerja di dalam ruangan dengan perangkat elektronik di hadapan mereka. Para kelas pekerja juga tidak hanya melulu kaum pria, wanita pun mulai menapaki dunia karier sehingga julukan wanita karir dan mandiri mulai dikenal dunia. Tata busana akhir tahun 1980an akibat merebaknya kalangan pekerja kantoran ini disebut Yuppie. Singkatan dari “young urban professional” atau “young upwardly mobile professional”. Gaya berbusana Yuppie dikenal dengan pakaian-pakaian kantoran yang rapi dengan aksen minimalis. Tak terkecuali perempuan yang mulai menggunakan jas dipadu dengan rok atau celana panjang dari kain. Masuk ke tahun 1990-an Musik Grunge menjadi simbol gaya busana tahun 1990an. Meskipun begitu, tahun 1990 dikenal sebagai tahun terburuk dalam sejarah gaya busana dunia atau dikenal dengan sebutan “The decade fashion has forgotten.” Style Grunge ini mirip gaya Punk namun tidak begitu radikal. Celana jeans, kaos, dan perpaduan dengan baju bermotif kotak-kotak lebar menjadi ciri identik gaya berbusana masa ini, selain itu tentu saja rambut gondrong dan berantakan sebagai pelengkap. Di era ini sering disebut dengan era gaya busana “mix up” dengan blue jeans, denim jackets in acid wash, baby doll dresses, kaos kedodoran, pakaian olah raga, pakaian basket, pakaian baseball, sweatshirt and sweater dengan perpaduan sepatu sneakers and keds. Menurut Ilmi Putri (2014) gaya busana tahun 1960-an dan 1970-an juga berkembang


(11)

lagi di tahun 1990-an dengan pakaian floral dan gaya hippie. Tren tahun 1990an lebih pada mengkombinasikan gaya busana tahun 1960-1980. Namun demikian pada tahun 1990an banyak sekali pengulangan dari gaya busana era sebelumnya. Celana jin dan pakaian longgar yang dimasukkan menjadi simbol umum berbusana.

Begitupun juga di Indonesia sebagai negara yang turut mengikuti perkembangan gaya busana dunia para masyarakat Indonesia selalu menerapkan gaya berbusana negara wilayah barat terhadap pakaian non formal atau formal, terutama pada remaja yang selalu trendy dalam berbusana mereka kadang mengkombinasikan gaya asli mereka dengan gaya busana barat. Remaja Indonesia pun terbilang kreatif dalam memadukan busana yang mereka terapkan dan dimata remaja apabila terlambat mengikuti gaya busana disebut sebagai kuper. Bahwa ketika suatu gaya berlalu maka bisa dikatakan ketinggalan jaman alias tidak gaul (Malcolm Barnard, 2004). Maka seolah mau tak mau para remaja di Indonesia pasti harus mengikuti gaya busana yang trend pada masanya. Karena juga dalam gaya berpakaian, remaja dapat memberikan aspirasi yang ingin mereka ungkapkan atau mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai suatu kelompok. Begitu suatu masyarakat berkembang, gaya busana pun akan turut berkembang . Dan gaya busana biasanya mengkomunikasikan atau memiliki kekuatan yang di ketahui secara umum. Dari sini ada beberapa hal yang bisa di pahami. misalnya orang yang mengenakan potongan rambut cepak, kacamata besar, jeans levi’s, baju polos atau bergaris dan sepatu boot berhak tinggi Doctor Martin menunjukan orang itu adalah anggota skinhead. Kata Malcolm, dalam hal ini seorang individu awalnya bukanlah skinhead tapi pakaian mereka itulah yang membentuk dirinya sebagai skinhead.

Iga Rosalina (2008) menjelaskan Bandung selaku kota yang disebut-sebut menurut para masyarakatnya kreatif dan mempunyai potensi yang sangat besar dalam industri sandang dengan dimudahkanya media informasi tentang


(12)

gaya busana luar yang didapat oleh masyarakat mulai dari televise, koran, majalah dan lainya masyarakat pun terutama pada remaja dapat menelaah dan menerapkan gaya busana ke gaya busana mereka, fenomena yang terjadi dalam dunia gaya busana di Bandung terdapat bahwa masyarakat terutama pada remaja mempunyai daya kreatif untuk memadukan dan mengkombinasikan antara gaya busana luar dengan asal mula gaya busana mereka. Hanya saja para pengusaha di industri pakaian anak muda terbilang terlalu berseragam dan tidak mencoba hal-hal yang yang baru dalam model gaya busana yang mereka jual, juga tidak menyadari bahwa perkembangan gaya busana itu sebenarnya mengalami pengulangan dari gaya busana yang dahulu. Sangat disayangkan para pelaku industri kurang menyadari hal itu, padahal apabila mereka menyadari dan mengetahui akan hal pengulangan gaya busana mereka mendapatkan referensi agar menjadi ilmu untuk memajukan usaha yang mereka jalankan.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasikan bahwa identifikasi masalah sebagai berikut :

• Para pelaku industri tidak peka akan hal pengulangan gaya busana

• Para pelaku industri kurang menyadari bahwa di era 90-an gaya busana banyak terjadi pengulangan gaya busana tahun sebelumya.

• Pengusaha di Bandung kurang mengetahui jenis-jenis gaya busana. • Industri pakaian di Bandung kurang beragam.

I.3 Rumusan Masalah

Bagaimana menerapkan informasi kepada para pelaku pengusaha agar mereka mengetahui bahwa beragamnya jenis gaya busana dari tahun ke tahun. Dan dengan mengetahui dapat menjadi referensi dalam usaha mereka.


(13)

I.4 Batasan Masalah

Dengan terpaparnya masalah yang terjadi maka batasan masalah melingkupi para pengusaha bidang sandang di wilayah Kota Bandung berkisaran 35-60 tahun dikarena dimasa itu mereka terbilang sangat berpotensi dalam menggeluti dunia usaha.

I.5 Tujuan Penelitian

• Memberikan informasi tentang gaya busanayang mudah dipahami • Memberikan referensi untuk para pengusaha di bidang sandang. • Memberikan referensi untuk para masyarakat di bidang gaya busana • Menyadarkan masyarakat bahwa gaya busana masa sekarang kadang

terdapat dari tren gaya busanamasa lalu.

I.6 Manfaat Penelitian

• Memberikan referensi tren gaya busana untuk para pengusaha di bidang gaya busana

• Dapat mengetahui asal mula gaya busana • Dapat mengetahui jenis-jenis gaya busanadulu.

• Mengetahui beberapa perintis yang memperkenalkan gaya busana ciri khas mereka.


(14)

BAB II

GAYA BUSANA REMAJA ERA 90-an DAN BUKU ILUSTRASI

II.1 Tinjauan Tentang Gaya busana

Pengertian gaya busana sendiri adalah suatu istilah untuk menggambarkan gaya yang dianggap lazim pada satu periode waktu tertentu (Iqra’ al-firdaus, 2010). Biasanya gaya yang dimaksud, cenderung fokus ke gaya berpakaian masyarakat pada periode waktu itu. Dalam perkembangannya, gaya busana juga merambah pada bidang lain selain pakaian, aksesoris, gaya hidup, tatanan rias wajah dan rambut. Bahkan tren gaya busana juga merambah pada perangkat teknologi (hp, televisi, dll) dan otomotif (mobil).

II.1.1 Tinjauan Perkembangan Gaya busana di Indonesia

Tren gaya busana di Indonesia berkembang sangat pesat walaupun masih terpengaruh oleh gaya busana internasional karena busana yang dikenakan memang busana modern, yang awalnya dari Barat. Kini banyak ditemukan event pagelaran pakaian di kota-kota besar dalam berbagai kesempatan, namun karya yang ditampilkan tidak selalu dari luar, justru datang dari desainer lokal papan atas dengan karya nasional yang tidak kalah mutunya dengan desainer asing. Dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri Indonesia yang kaya budaya di setiap daerahnya. Kebaya, songket, batik, kain tenun dan endek termasuk kain hasil budaya setiap daerah di Indonesia, kain – kain tersebut dapat dipakai menjadi bahan baku yang tidak kalah dengan bahan-bahan dari luar, kain – kain tersebut adalah kain khas Indonesia. Mengangkat bahan tersebut menjadikan sesuatu yang berbeda dengan gaya busana lainnya. Menunjukan kreatifitas gaya busana , dengan sesuatu yang berbeda dan dipamerkan, kemudian diperagakan pada fesyen show di depan pengamat gaya busana . Arti fesyen Show sendiri adalah sebuah pentas seni


(15)

peragaan dari perkembangan dunia gaya busana di Indonesia. Kegiatan ini menghadirkan perkembangan gaya busana , bisnis, dan pendidikan yang terbaru dari industri gaya busana dan tekstil khususnya di Indonesia. Kegiatannya meliputi pameran, seminar, dan fesyen show. Biasanya pameran gaya busana akan memperlihatkan produk garmennya, tekstil dan aksesori yang fashionable dan berkualitas. Seminar dengan topik yang berhubungan dengan gaya busana, garmen dan tekstil menjadi salah satu bagian dari kegiatan yang diminati banyak insan fesyen. Peragaan busana para desainer di Indonesia, menampilkan koleksi gaun malam, contemporary outfits, busana muslim, busana non formal dan busana etnik Indonesia. Para desainer yang akan menampilkan hasil rancangannya di dalam acara tertentu mempunyai tujuan tersendiri yaitu untuk membujuk para insan gaya busana agar semakin berminat dengan hasil rancangannya itu. Dan selama ini selalu berupaya semakin menunjukan hasil karya mereka yang nantinya bergerak di dalam negeri ataupun luar negeri (internasional).

II.1.2 Tinjauan Perkembangan Gaya busana di Bandung

Kota Bandung, selain terkenal dengan aneka ragam kulinernya, kota kembang ini pun dikenal dengan sebutan “Bandung Konveksi”. Produksi baju dan banyaknya konveksi di Bandung begitu menjamur dan tersebar di beberapa titik kota Bandung. Pakaian adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, kebutuhannya sejajar dengan kebutuhan pangan dan papan (rumah). Bagi beberapa kalangan eksekutif, kebutuhan yang satu ini, merupakan kebutuhan yang sangat primer. Tidak menyakitkan kebutuhan pangan tidak terpenuhi selama berhari-hari asalkan bisnis berjalan lancar. Tidak salah jika seseorang dinilai karena penampilannya. Oleh karena itu, pentingnya pakaian/baju, membuat bisnis baju/pakaian menjadi salah satu bisnis yang tidak pernah tenggelam sejak zaman dulu. Malahan pakaian sudah menjadi suatu kategori yang mendapatkan perhatian ekstra/khusus dan menjadi sebuah karya seni yang dikenal sebagai desain fesyen. Kota Bandung dikenal dengan FO-nya


(16)

yang menjual berbagai macam baju yang sering dijumpai oleh pelanggan dari luar kota bahkan dari mancanegara seperti malaysia, singapura hingga benua eropa.

Tak sedikit dari masyarakat Bandung yang bermata pencaharian dari aktivitas konveksi ini. Umumnya sebuah perusahaan konveksi dalam produksi baju memerlukan berbagai macam ahli dan SDM yang menunjang produksi tersebut. Kualitas baju tersebut mengandalkan ahli desain baju yang benar-benar mengerti di dunia mode. Dulu ahli desain yang terbiasa membuat baju terbiasa menggunakan pola baju yang standar. Kini dengan beragamnya dunia gaya busana , sebut saja "demam gaya busana korea", ahli desain sekarang dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman yang ada. Jika tidak, posisi desainer tersebut akan tersingkir oleh para desainer muda.

Kota Bandung, sejak dulu terkenal dengan sebutan "Paris van Java". Julukan tersebut tidak diperoleh dengan tanpa sebab. Kota Parisnya di pulau Jawa. Sejak dulu, kota Bandung terkenal dengan pusat gaya busana atau pelopor gaya busana di Indonesia. Berkembangnya konveksi-konveksi di kota Bandung ini merupakan salah satu alasan tumbuhnya perkembangan gaya busana di kota kembang ini.

Selain itu, berbagai macam hasil karya kreativitas di kategori desain pakaian oleh masyarakat Bandung, menjadikan berbagai desain-desain gaya busana Bandung cukup banyak diminati oleh masyarakat hingga keseluruh Indonesia. Selain di sisi desain, Kota kembang ini juga memiliki cara pemasaran tersendiri dalam memasarkan produk baju melalui distro-distro (distribution store), FO-FO maupun festival gaya busana yang diadakan seperti “Kickfest” dan “Jakcloth” setiap setahun sekali. Hasilnya, menimbulkan minat yang positif di berbagai kalangan masyarakat bahkan hingga pelosok negeri.

II.1.3 Tinjauan Gaya busana Remaja di Bandung Era 90-an

Tidak dipungkiri bahwa remaja di Bandung sejak dulu sudah pada trendy dengan didukungnya iklim tropis, cuaca di Bandung, banyaknya sarana


(17)

berkreatifitas dan lain-lain membuat para remaja seakan tidak kehabisan ide terutama pada cara berpakaian, dengan seiringnya diadakan event musik, event clothing, dan lainya seolah menjadi bahan untuk menjadi triuan cara berpakaina agar dapat mengekspresikan jati diri mereka sebagai remaja. Musik menjadi salah satu media yang sangat berpengaruh pada gaya busana remaja di Bandung dari dulu, pada awal tahun 1990-an musik disco sudah mulai masuk ke Indonesia terutama Bandung dengan gaya pakaian serba cerah, celana komprang, celana ketat ala rockstar pada saat itu pun genre musik punk, grunge, britpop, metal, pop pun ikut mewarnai.

Gambar II.1. Gaya busana remaja era 90-an

Sumber:(http://upload.kapanlagi.com/c.php?f=201311290749444_jadul_011_5297e4a85ebd 0.jpg)


(18)

Gambar II.2. Gaya busana ala rockstar era 90-an

Sumber : (http://lols.me/uploads/6e8a1355fecf26e9af392e9fa9c5a164.jpg)

Gambar II.3. Gaya remaja 90-an

Sumber : ( http://eu.elementbrand.com/Content/Media/022513-SC%2090S%2003-GROUP.jpg)


(19)

II.2 Tinjauan Tentang Remaja

Kartini Kartono (1995: 148) “asa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007). Menurut Soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda”. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat defenisi tentang remaja yaitu:

a. Remaja awal

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa. b. Remaja madya

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli,


(20)

ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan.

c. Remaja akhir

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu:

• Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

• Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru.

• Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

• Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010).

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

• Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. • Tampak dan merasa ingin bebas.

• Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) • Tampak dan ingin mencari identitas diri.

• Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. • Timbul perasaan cinta yang mendalam.

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)


(21)

• Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

• Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. • Dapat mewujudkan perasaan cinta.

• Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak. II.3 Tinjauan Tentang Buku

Buku adalah terobosan revolusioner dalam teknologi, tanpa kabel, rangkaian listrik, baterai, tidak ada yang perlu dihubungkan atau dinyalakan. Sangat mudah dijalankan bahkan anak kecilpun dapat mengoperasikan dimana saja. Tetapi cukup canggih sehingga dapat menyimpan banyak informasi. (Maurice J. Elias, Steven E. Tobisa 22 dan Brian S. Friedlander; 2000; 72).

Struktur atau anatomi buku jelas sangat beda dengan artikel. Buku memiliki anatomi yang tersusun secara rinci. Sekalipun pada masing-masing penerbit berbeda dalam memahami anatomi buku ini, namun praktenya memiliki banyak kesamaan. Memahami anatomi buku sangat penting, seorang penulis dengan sendirinya tidak mempersulit diri sendiri dan penerbit. Penulisan buku yang semau gue, tidak lengkap sesuai anatomi yang umum, sekalipun diterima oleh penerbit, nantinya akan dikembalikan untuk dilengkapi.

Secara garis besar anatomi buku terbagi dalam tiga besar; pendahulu, isi naskah, dan penutup (end matter). Tiga besar tersebut rinciannya sebagai berikut:

a. Pendahulu (Preliminary pages/front mater)

Pendahulu (bukan pendahuluan) adalah halaman yang mendahului halaman isi. Halaman ini hanya menginformasikan keberadaan isi buku yang akan Anda baca. Sebagian penerbit memberikan nomor dan jenis angka tersendiri pada halaman pendahulu ini (tidak satu rangkaian dengan halaman naskah dan umumnya menggunakan angka romawi). Namun banyak juga penerbit yang tidak membedakan hal tersebut.


(22)

1) halaman pancir (lembar pertama setelah cover) 2) halaman judul (lembar kedua)

3) balik halaman judul (halaman copy right) 4) daftar isi

5) daftar pedanan kata (transilasi) 6) halaman persembahan

7) ucapan terima kasih 8) pengantar

9) Sambutan

Tidak semua penerbit menggunakan secara lengkap poin-poin tersebut terutama halaman persembahan, pedanan kata, ucapan terima kasih, dan sambutan semuanya disesuaikan dengan kebutuhan.

b. Isi Naskah Buku

Setelah pendahulu halaman, selanjutnya isi naskah atau menurut Sofia Mansoor “daging buku”. Isi naskah buku berisi pembahasan lengkap sebagai penjabaran dari judul. Isi naskah terbagi dalam beberapa bab, sub bab dan pasal yang dimaksudkan untuk memisahkan antara satu sub bahasan dengan sub bahasan yang lainnya. Di samping itu untuk mempermudah pembaca memahami isi naskah. Adakalanya bab-bab itu tidak ditulis, cukup menuliskan nomornya saja.

c. Penutup (end matter)

Penutup, end matter, atau back matter adalah halaman akhir setelah halaman naskah. Halaman penutup ini umumnya terdiri dari:

1) lampiran 2) daftar pustaka 3) indeks


(23)

Struktur buku di atas harus dipahami penulis. Buku yang dikirim dalam kondisi lengkap, sangat memudahkan penerbit dalam mengolahnya.

II.4 Tinjauan Tentang Ilustrasi

Ilustrasi adalah lukisan atau gambar yang memiliki fungsi memperjelas atau memperindah sesuatu. Wirya (1999) menjelaskan Ilustrasi adalah merupakan salah satu unsur yang penting dan sering digunakan dalam komunikasi sebuah buku, karna dianggap sebagai bahasa yang universal yang dapat menembus rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan kata kata. Ilustrasi sangat dekat sekali kaitannya dengan komik, bedanya ilustrasi hanya terdiri dari beberapa gambar yang melukiskan isi dari suatu cerita, namun komik adalah gambar-gambar yang memvisualkan keseluruhan isi cerita. Ilustrasi juga dikatakan sebagai gambaran pesan yang tak terbaca, namun bisa mengurai cerita. Dengan ilustrasi ini maka pesan yang disampaikan akan lebih berkesan karena pembaca akan lebih mudah mengingat gambar daripada kata-kata (Kusrianto,2007, h.154).

Menurut Ensiklopedi Indonesia, Ilustrasi dalam bahasa latin illustrare, yaitu menerangi, menghias. Suatu penghiasan buku dapat berupa ornamen ragam- ragam hias beserta naskah yang menyertainya. Secara garis besar dapat diperinci sebagai berikut:

• Dalam pengertian umum, gambar-gambar dan foto-foto yang menyertai naskah dalam buku, majalah/ media masa untuk lebih menjelaskan naskah tersebut.

• Dalam pengertian khusus yaitu ilustrasi diluar naskah maupun diantaranya juga berfungsi untuk menyemarakan halaman-halaman buku sebagai karya abstrak yang mempunyai keindahan sendiri dengan kombinasi dengan huruf cetak yang dipakai.


(24)

• Dengan pengertian yang lebih khusus dan historis dulu dipergunakan istilah iluminasi untuk gambar-gambar dan hiasan-hiasan yang keseluruhanya dikerjakan dengan tangan sebelum seni cetak ditemukan.

Jadi ilustrasi adalah suatu upaya untuk memberikan penjelasan atau gambaran atas sesuatu dengan maksud membeberkan informasi yang terkandung didalamnya. Dalam hal ini Ilustrasi adalah gambar yang dihadirkan untuk memperjelas sesuatu yang bersifat tekstual. (Grolier Multimedia Encyclopedia dikutip dari Wiratmo, 2009).

II.4.1 Sejarah Ilustrasi Indonesia

Ilustrasi berawal dari ditemukannya lukisan-lukisan gua zaman prasejarah. Para ahli banyak menemukan artefak-artefak visual naratif. Di Indonesia, sejarah ilustrasi dapat merujuk kepada lukisan gua yang terdapat di kabupaten Maros, provinsi Sulawesi selatan dan di pulau Papua. Jejak ilustrasi tersebut berupa tangan-tangan yang dipercaya adalah jejak tangan manusia purba pada zaman paleolithikum.

Menurut Wiratmo (2009), Di Indonesia karya ilustrasi dapat dilihat dari jejak-jejak artifak-artifak visual naratif seperti gambar diatas. Menurut khasanah visual, Indonesia tidak kalah panjang dengan sejarah visual naratif di belahan dunia lainnya. Dari rentang waktu antara tahun 1920-1960 dari artifak yang berhasil dikumpulkan akan memberikan gambaran dinamika ilustrator dan karya ilustrasinya. Pengklasifikasian artifak temuan terdiri dari dua jenis: ilustrasi untuk rubrikasi dan ilustrasi yang menjelaskan cerita atau artikel. Masih menutur perkataan Wiratmo (2009), Ilustrasi pada rubrikasi secara fungsi menjelaskan atau memberi gambaran umum tentang isi rubrik yang diwakilinya. Wakil-wakil visual adalah resonansi dari judul-judul rubrikasi. Beberapa artifak rubrikasi dijumpai juga gambar-gambar memiliki korelasi terasa jauh atau bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan rubrik yang diwakilinya. Relasi gambar dan teks tidak langsung menjelaskan, terkadang malah terjebak sebagai dekorasi saja. Fungsi gambar pada ilustrasi rubrikasi


(25)

jenis ini memiliki kecenderungan besar kearah ilustrasi sebagai dekorasi visual, walaupun tidak menutup kecenderungan lainnya.

Kategori lainnya adalah gambar–gambar yang menyertai teks didalam media massa. Artifak visual biasanya muncul mengiringi teks pada cerpen dan tajuk utama atau editorial. Seorang Ilustrator dalam menanggapi teks melalui gambar atau wakil visual yang dihadirkannya dapat kita klasifikasikannya dalam dua pola; pertama, bagaimana Ilustrator mengolah pesan (what to say), kedua, adalah bagaimana cara Ilustrator mengolah rupa (how to say). Hampir sebagian besar artifak visual yang telah dikumpulkan bersifat Naratif dalam olah pesannya.

Di masa Jepang (1942–1945) para seniman sering mengerjakan karya ilustrasi dalam rangka propaganda Jepang. Keimin Bunka Shidosho adalah wadah kelompok kesenian yang langsung dibawah pengawasan Sendenbu atau Barisan Propaganda Bala Tentara Dai Nippon (Dullah, Raja Realisme Indonesia: 17). Ilustrator (para seniman yang mengerjakan karya ilustrasi) mendapat posisi yang baik secara politis karena pemanfaatan untuk kepentingan perang. Dalam berbagai aplikasi medianya seperti di poster maupun media massa dapat kita amati seringkali ilustrator memposisikan dirinya sebagai interpreter visual. Pesan-pesan baik gagasan propaganda maupun pesan naskah pada media massa ditranslasikan dengan gamblang oleh ilustrator. Tetapi di era ini juga muncul jurnalisme-jurnalisme visual yang kuat dari para seniman.(Wiratmo, 2009).

Seiring perkembangan zaman kini dunia ilustrasi Indonesia semakin modern, ilustrasi dibuat menggunakan teknologi komputer dan program- program yang menunjang seperti adobe illustrator, adobe photoshop, coreldraw, dan banyak lagi. Terlihat dari banyaknya buku-buku ilustrasi cerita maupun buku pengetahuan yang diterbitkan dari berbagai penerbit.


(26)

II.4.2 Fungsi ilustrasi

Ilustrasi memiliki fungsi untuk menciptakan efek atau memperlihatkan suatu subyek dengan tujuan:

• Untuk menggambarkan suatu produk atau suatu ilusi yang belum pernah ada.

• Menggambarkan kejadian atau peristiwa yang agak mustahil, misalnya gambar sebuah pohon yang memakai sepatu.

• Mencoba menggambar ide abstrak, misalnya depresi.

• Memperjelas komentar, biasanya komentar editorial, dapat berbentuk kartun atau karikatur.

• Memperjelas suatu artikel untuk bidang medis atau teknik dengan gambar yang memperlihatkan bagaimana susunan otot atau cara kerja sebuah mesin.

• Menggambar sesuatu secara rinci, misalnya ilustrasi untuk ilmu tumbuh-tumbuhan yang mengurai bagian tampak tumbuhan.

• Membuat corak tertentu pada suatu tulisan yang menggambarkan masa atau zaman pada saat tulisan ini dibuat, misalnya masa “Victorian” digambarkan dengan bentuk yang lembut dan garis beroramen. (kusmiati, 1999, h.47).

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ilustrasi dapat dijadikan sebagai penarik perhatian bagi pembacanya untuk lebih mudah memahami isi dari media tersebut.

II.4.3 Jenis Ilustrasi

Ilustrasi mulai berkembang tidak hanya untuk pengiring teks saja namun ilustrasi memasuki bidang-bidang lainnya sehingga menjadi luas. bidang tersebut adalah sebagai berikut: (Muharrar, 2003, h.13)

• Ilustrasi buku (merujuk pada ilustrasi yang dibuat sebagai pendamping atau penjelas teks pada buku). Adapun beberapa jenisnya antara lain : Ilustrasi Buku Ilmiah (non-fiksi), Ilustrasi


(27)

Buku Kesusastraan, Ilustrasi Buku Anak-anak, Ilustrasi Buku Komik.

• Ilustrasi Editorial merujuk pada ilustrasi yang dibuat untuk menyajikan pandangan (opini) dimuat di surat kabar atau majalah, jenisnya antara lain : Ilustrasi Kolom, Komik Strip, Karikatur, Kartun.

• Ilustrasi Busana (merujuk pada ilustrasi yang dibuat untuk memperkenalkan atau menjual produk busana yang sedang mode). • Ilustrasi Televisi (Ilustrasi yang dibuat untuk kepentingan siaran

televisi. Dapat berupa sket sederhana sampai ilustrasi yang mendetail dan berwarna warni, ilustrasi televisi didesain untuk siaran televisi).

• Ilustrasi Animasi (ilustrasi ini menampilkan unsur rupa atau gambar dan gerak. Penggabung antara ilustrasi dan film membawa pada penemuan ilustrasi animasi).

• Seni Klip (Clip Art) merupakan ilustrasi yang dibuat untuk mendukung suatu tulisan, tetapi tidak memiliki biaya untuk membelinya. Seni klip merupakan seni siap saji di mana dapat ditempatkan pada lay out tanpa harus meminta izin atau membayar royalti pada orang lain, seni ini dapat berbentuk cetakan atau digital.

• Ilustrasi Cover, Kalender, Kartu Ucapan, Perangko, Poster, dan lain sebagainya. (Ilustrasi ini dibuat untuk memenuhi maksud dan tujuan dari benda-benda di mana ia ditampilkan.

Buku ilustrasi menjadi populer dikalangan anak-anak karena mudah dimengerti dan dipahami oleh pembacanya.


(28)

II.5 Analisa Masalah dan Pengolahan Data

Pada bagian ini akan dilakukan pengolahan data yang akan digunakan untuk mengetahui seberapa dalamnya pengetahuan masyarakat terutama orang dewasa Bandung terhadap informasi jenis-jenis gaya busana era 90-an serta media yang mengangkatnyaPenelitian ini menggunakan metode penelitian seperti yang dipaparkan berikut dibawah ini :

1. Tipe Penelitian

Menggunakan tipe penelitian penggunaan penjelasan yang menghubungkan gejala sosial dengan gejala lain.

2. Metode Penelitian

Menggunakan penelitian survey yaitu metode yang dilakukan dengan mengambil sampel dari sebuah populasi. Sampel diambil untuk mewakili keseluruhan populasi. Survey menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Unit analisa ini adalah individu.

3. Lokasi Penelitian

Kota Bandung yang kental dengan industri pakaian 4. Teknik Pengumpulan Data.

Data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan menggunakan kuisioner kepada responden yang dipilih melalui teknik pengambilan sampel. Dan data sekunder adalah fakta/data yang mendukung, bersumber dari pengembang fesyen. Fakta lapangan ini dilakukan dengan cara mencari sumber dari bukti-bukti di luar wawancara pengembang.

Alur penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Melakukan wawancara terhadap sumber ( Ilmi Putri ) untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan gaya busana dan jenis-jenis fesyen


(29)

2. Menyebarkan kuisoner kepada target untuk mengetahui apresiasi dan pengetahuan masyarakat terhadap fesyen, jenis gaya busana 90-an dan media yang mengangkatnya.

3. Melakukan kesimpulan dengan menerapkan dan menghubungkan fakta yang sudah didapat dengan metode dan landasan-landasan teorinya.

II.6 Hasil Kuisoner

Berdasarkan kuisioner yang disebarkan kepada target audiens, maka didapatkan berbagai fakta sebagai berikut:

Gambar II.4 Hasil Kuesioner Sumber : data pribadi


(30)

II.7 Kesimpulan Analisa

Kuisoner yang berisi 10 pertanyaan terdiri dari 7 soal pilhan ganda dan 3 essay. Sepuluh pertanyaan tersebut bertemakan apresiasi, pengetahuan dan tanggapan masyarakat terhadap jenis gaya busana era 90-an

Berusaha menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh serta melakukan analisa. Maka dapat disimpulkan :

1. Data membuktikan bahwa masyarakat sanagat tertarik akan info tentang hal fesyen.

2. Masyarakat setuju apabila ada media informasi yang menginformasikan tentang jenis gaya busana era 90-an

3. Masyarakat sangat setuju dengan akan dibuatnya buku ilustrasi tentang jenis gaya busana era 90-an. Karena menurut masyarakat masih terbilang jarang buku ilustrasi yang menjelaskan tentang jenis gaya busana era 90-an.

II.7 Solusi Permasalahan

Berdasarkan data-data dan kesimpulan diatas masyarakat tertarik akan hal tentang gaya busana hanya saja media informasi tentang gaya busana masih terlalu kaku dan kurang unik, dengan ini maka buku ilustrasi akan menjadi media informasi yang berbeda dan informatif melalui visual yang unik juga mudah dimengerti.


(31)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Dengan adanya permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dan batasan masalah yang telah di fokuskan maka didapatkan sebuah solusi yang bisa menjawab permasalahan tersebut dengan media yang telah dipilih yaitu dengan membuat media informasi baru mengenai asal jenis gaya busana remaja era 90-an.

Strategi perancangan yang akan dilakukan yaitu dengan cara mengenalkan jenis gaya gaya busana apa saja yang terjadi di Bandung era 90-an kepada masyarakat Bandung juga masyarakat umum tentang beberapa jenis, sejarah, asal usul gaya gaya busana di Bandung era 90-an dari masing masing gaya busana akan dikenalkan dengan dibuatnya buku ilustrasi dengan melalui visual yang menarik serta bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat terutama pada pelaku usaha industri sandang.

III.1.1 Target Audiens

Target Audiens dari media informasi buku ilustrasi jenis gaya busana remaja era 90-an ini adalah sebagai berikut:

a. Demografis

- Usia : Dewasa 35-55 tahun - Status Ekonomi : Menengah Keatas

- Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan

- Pekerjaan : Wirausaha, Karyawan dan Desainer Busana - Warga Negara : Indonesia


(32)

Target Audiens dengan status menengah keatas dipilih karena mayoritas yang tertarik terhadap media informasi tentang gaya busana ini cocok untuk diinformasikan kepada kalangan menengah keatas karena biasanya mereka hidup di daerah perkotaan dan sering berkunjung ke toko buku atau mall-mall. Dan juga memiliki harga yang tidak murah sehingga daya beli target bisa dicapai. b. Psikografis

Media yang akan dibuat ditujukan kepada target audiens dewasa yang menyukai hal tentang gaya busana dan menyukai buku ilustrasi, juga yang ingin memulai usaha dalam bidang sandang untuk memperbanyak referensi agar menjadi inovasi baru dalam usaha mereka.

c. Geografis

Orang dewasa yang berada di Indonesia khususnya wilayah perkotaan. Lebih spesifik lagi adalah di Kota Bandung.

d. Target Sekunder

Target sekunder dari buku ilustrasi jenis gaya busana remaja 90-an ini adalah para masyarakat yang suka mengunjungi toko-toko baju.

III.2 Pendekatan Komunikasi

Strategi perancangan media informasi ini akan diproses mencangkup beberapa aspek yang disesuaikan dengan target audiens (dewasa) yang dituju, menyampaikan pesan dengan baik dan efektif, dengan visualisasi yang tepat diangkat pada tema permasalahan dan elemen visual hasil studi terhadap target audiens (dewasa). Dalam pendekatan komunikasi yang akan dilakukan, maka digunakan pendekatan melalui dua cara pendekatan yaitu pendekatan verbal dan pendekatan visual. Berikut penjelasan mengenai pendekatan verbal dan visual:

III.2.1 Pendekatan Visual

Pendekatan visual adalah faktor yang penting dalam mencapai daya tarik target audience maka penggambaran visual pada buku ilustrasi ini adalah dengan teknik


(33)

penggambaran manual serta ditambah warna yang menarik. Teks dan visual harus berimbang sehingga para pembaca dapat tertarik dan nyaman untuk membacanya. Pendekatan visual ini dapat membantu tertanamnya pengetahuan serta dapat mengaplikasikanya terhadap gaya gaya busana mereka sehari-hari

Gambar III.1. Gaya gambar gaya busana

Sumber : (http://anayawa.blogspot.com/2011/04/fashion-illustration.html)

Gambar III.2. Gaya foto model busana


(34)

III.2.2 Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal berupa kalimat yang akan ditujukan pada target audiens, dimana dalam media informasi ini orang dewasa dijadikan target audiens, maka nantinya akan dibentuk sebuah pendekatan verbal dengan bahasa Indonesia yang tidak terlalu baku secara informatif. Pendekatan verbal bersifat kalimat inti yang memberitahukan kepada para pelaku industri agar tertanam banyak pengetahuan dan menyadari pengulangan gaya busana.

III.3 Strategi Kreatif

Menambah media utama yang sebelumnya menggunakan majalah menjadi buku ilustrasi yang disesuaikan dengan ketertarikan para target dengan definisi tentang busana yang diterapkan juga visual yang menarik dengan bahasa yang lugas

III.4 Strategi Media

Pendekatan yang akan dilakukan untuk perancangan buku sebagai media informasi adalah dengan cara melakukan studi terhadap masyarakat remaja.

Media Utama

Media utama yang akan digunakan adalah berupa buku ilustrasi mengani jenis gaya busana remaja era 90-an dengan dibuatnya buku ini maka sangat diharapkan akan menambah wawasan dan menyadari bahwa gaya busana itu sering terjadi pengulangan, serta menjadi aspirasi gaya busana bagi pengusaha di bidang sandang serta masyarakat.

Media Pendukung

Media pendukung merupakan media pelengkap atau tambahan bagi media utama untuk membantu menginformasikan, agar menjadi rangsangan target audiens untuk membaca buku informasi tentang jenis gaya busana di Bandung era 90-an.


(35)

Banner digital

Media banner ini digunakan unuk mengarahkan target untuk membeli dan membaca buku informasi ini. banner ini dipasang pada media internet seperti jejaring sosial, iklan pada aplikasi smartphone, serta dipasang di dekat toko buku

Kaos

Media ini dipilih karena merupakan media luar ruang yang sangat banyak dikota Bandung dan juga menjadi media bagi pemerintah untuk melakukan sosialisasi, sehingga memungkinkan bagi target untuk mengingat jenis gaya gaya busana di Bandung era 90-an.

Pin

Pin dan gantungan kunci adalah media yang mudah dibawa atau dipasang dan dapat digunakan sebagai bagian dari aksesoris dalam, sehingga diharapkan dapat menjadi media yang efisien.

Poster

Poster digunakan pada tempat tempat tertentu, dimana untuk mengarahkan kemana para target untuk mendapatkan buku tersebut.

Stiker

Stiker dibuat karena sifatnya individu dan stiker dikenal sangat praktis dan efektif, dapat ditempelkan dimana saja sehingga memperluas jangkauan dari pesan yang ingin disampaikan.

stiker ini bertujuan agar target lebih mudah untuk mengetahui dan mengingat jenis gaya gaya busana di Bandung era 90-an.


(36)

Mug

Mug dipilih karena mayoritas remaja sering mengkonsumsi kopi dan dapat digunakan sehari-hari juga efektif untuk menjadi media pendukung.

Flyer

Flyer dipilih karena ukurannya yang kecil, dan media yang efektif untuk disebarkan dipusat-pusat keramaian dan acara-acara yang sering dikunjungi oleh remaja.

X-Banner

Dipasang pada lokasi letak buku gaya busana yang menjadi media utama untuk dipajang saat launching atau dipajang agar terlihat dari kejauhan.

Cutting Hanger

Dibuat agar menjadi gantungan buku untuk display juga untuk menjadi bonus dalam pembelian buku gaya busana yang beredisi terbatas.

III.5 Strategi Distribusi

Untuk lebih memudahkan penyebaran distribusi, terdapat di wilayah penyebaran meliputi toko buku yang telah mempunyai nama besar di Indonesia maupun di kota-kota besar seperti Gramedia menjadi target pendistribusian buku “gaya busana remaja era 90” ini. Sekarang dengan banyaknya acara-acara pakaian yang suka digandrungi oleh kaum remaja, dengan bekerja sama dengan komunitas “generasi 90-an” maka akan membuat stand/booth yang membantu menjual buku ini. Strategi lainya pun buku ini akan dijual terbatas dengan bonus-bonus yang menarik maka dapat memikat para target audiens. Wilayah penyebaran tersebut sebagian besar adalah tempat dimana target biasa mencari atau membeli buku dan sebagai daerah pergaulan target audiens.


(37)

Berikut adalah tabel dari jadwal penyebaran media :

Tabel III.1. Gaya tabel distribusi Sumber : Data pribadi

Dengan Tabel penyebaran media ini yang pertama di publikasikan adalah poster, karena dengan adanya poster target utama dapat melihat dan membacanya di berbagai tempat dengan harapan target utama dapat tertarik dan membeli media utama tersebut. Begitu juga dengan fungsi flyer hanya saja flyer dapat dibawa pulang dan dibaca secara individu.

Kemudian setelah semuanya tersebar, media utama dipiblikasikan dan dijual belikan, sedangkan x banner untuk mengingat kembali dan memberi petunjuk dimana media


(38)

utama berada atau ditampilkan. Sedangkan gelas, baju, stiker,pin dan hanger hanya untuk menarik dan bonus dari membeli media utama pada masa promo, selebihnya dijual belikan.

III.6 Konsep Visual

Buku informasi ini menggunakan teknik penggambaran manual teknik ini sesuai dengan segmentasi pelaku industri yang merespon baik dengan gaya gambar manual terhadap buku. Di dalam buku ini terdapat beberapa unsur utama yaitu : ilustrasi dan tipografi dengan penggabungan dua unsur tersebut sangat diharapkan penyampaian informasi akan lancar. Materi pesan yang di sampaikan pada buku ini adalah jenis gaya busana di Bandung era 90-an serta penjelasanya.

kata kunci visual :

- Beragam - unik

Gambar III.3. sketsa gambar penulis Sumber : Dokumentasi Pribadi


(39)

III.7 Format Desain

Format ukuran buku menggunakan format potrait dengan ukuran 18 x 24cm bahan yang sangat tipis serta tahan lama dan dapat menghasilkan print yang sangat baik.

III.8 Tata Letak

Tata letak atau layout pada buku ini jenis gaya busana akan ditampilkan di tengah dan untuk penjelasan dan definisi berada disamping serta mengisi memenuhi buku.

Gambar III.4. Tata letak Sumber : Dokumentasi Pribadi III.9 Tipografi

Jenis huruf dan tipografi merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah buku ilustrasi. Untuk pemilihan tipografi harus dipilih dengan seksama karena sangat mempengaruhi kenyamanan pembaca dalam membaca pesan yang disampaikan.


(40)

III.9.1 Tipografi Judul

Tipografi yang digunakan dalam judul buku ilutrasi gaya busana 90’s ini adalah fontmanual dengan tulisan “Gaya Busana Remaja Era 90”

Gambar III.5 Judul buku ilustrasi

sumber: Dokumentasi Pribadi

III.9.2 Tipografi Narasi, Dialog, dan Credit

Untuk Credit menggunakan font Times New Roman karena huruf ini memiliki keterbacaan yang cukup jelas untuk itu. Untuk judul menggunakan Edo SZ, untuk narasi menggunakan bold font Bradley.


(41)

III.9.3 Studi Warna

Teknik pewarnaan menggunakan cat air, warna dipengaruhi oleh gaya, trend dan pengalaman estetis, dengan mempertimbangkan kesesuaian yang akan diterapkan pada gambar pakaian, warna warna disesuaikan dengan pada sumber yang didapat mengenai pakaian tersebut.

Berikut adalah warna-warna yang sering digunakan dan sering muncul dalam buku gaya busana remaja era 90 :


(42)

Coklat : Dapat mewakili pemaknaan dalam sejarah dikarenakan pengulangan gaya busana menyangkup dalam hal sejarah.

Kuning : Mewakili suatu ilmu atau pencerahan yang dapat mereka temukan dalam buku ini.

Hitam : Mewakili untuk warna tipografi dalam buku tersebut dengan penyesuaian warna coklat dan kuning yang sering muncul pada buku ini.

Gambar III.6 Studi Warna

sumber: Dokumentasi Pribadi


(43)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Proses Pembuatan Buku Ilustrasi

Proses pembuatan buku ilustrasi ini dimulai dari pengembangan definisi yang kemudian menjadi isi model pakaian yang mencakup teks dialog dan deskripsi. Setelah mendapatkan gaya busana ternetu makan dibuat sketsa model untuk memperagai suatu pakaian atau sering disebut sebagai figure in proses sketsa ini sudah mencapai tahap

Setelah menetapkan beberapa gaya untuk sketsa figure in maka dibuatlah sketsa awal yang telah di studi visual dari berbagai sumber terlebih dahulu yang akan menjadi hasil akhir dari visual yang akan dijadikan buku ilustrasi, tetapi sebelum pemindahan sketsa kasar ke sketsa awal di kertas dilakukan proses pengukuran ukuran tubuh manusia pada figure in.

Gambar IV.1 Proses Sketsa Awal Sumber: Dokumentasi pribadi


(44)

Proses selanjutnya adalah proses penebalan sketsa awal menggunakan pensil. Setelah proses penebalan garis sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah proses pewarnaan. Proses pewarnaan ini dilakukan secara manual menggunakan media yaitu cat air

Gambar IV.2 Proses Pewarnaan Melalui Manual Sumber: Dokumentasi pribadi

Setelah proses pewarnaan secara manual selesai, barulah proses selanjutnya adalah

proses pemindaian dengan menggunakan scanner. Seluruh sketsa yang telah dipindai kemudian dibersihkan dari noise dan melalui proses inking untuk menebalkan sekaligus merapihkan garis pada gambar dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS6.


(45)

Gambar IV.3 Tahap Pemindaian Sumber: Dokumentasi pribadi

Pada saat pemindaian harus melakukan retouch lagi, dalam proses digital ini menggunakan koreksi tone warna dan Colour Balance, agar dapat menghasilkan warna yang soft dan tidak terlalu mencolok. Setelah mendapatkan warna yang di inginkan, proses selanjutnya adalah memberikan teks kedalam kolom ilustrasi untuk menceritakan ilustrasi didalamnya. Kemudian proses terakhir adalah menggunakan layer tambahan dan sedikit efek agar terlihat rapih.

Komposisi layout juga dilakukan kembali untuk menempatakan posisi yang diinginkan. Penempatan teks pun disesuaikan dengan ruang sehingga tidak terlihat kosong. Dan untuk menambah kesan layout yang berbeda makan untuk bagian ilustrasi yang menggunakan 1 lembar halaman penuh di hapus menggunakan eraser tools tetapi untuk opacity dan flow disesuaikan agar pada saat penghapusan tidak terlihat kaku.


(46)

Gambar IV.4 Tahap Retouch dan Penambahan Teks Sumber: Dokumentasi pribadi

IV.2 Media Utama

Media utama berbentuk buku ilustrasi yang memberikan informasi tentang gaya busana remaja era 90.


(47)

Gambar IV.5 Buku Ilustrasi “Gaya Busana Remaja Era 90” Sumber: Dokumentasi pribadi

IV.2.1 Cover

Gambar IV.8 Cover Depan dan Cover Belakang Buku Sumber: Dokumentasi pribadi

Media utama : Buku ilustrasi

Ukuran : 18 x 24 cm

Material : Art Paper 260 gram Teknis produksi : Cetak offset sparasi Jilid : Laminasi Dof dingin

Pada cover buku ilustrasi terdapat judul utama buku dan nama pengarang untuk memudahkan identifikasi judul buku, selain itu pada cover terdapat ilustrasi gambar hanger yang berbentuk tulisan . Pada bagian cover belakang juga terdapat sinopsis dari buku ilustrasi ini sehingga pembeli dapat mengetahui sekilas cerita sehingga mereka tertarik.


(48)

IV.2.2 Isi Buku

Ukuran : 18 x 24 cm

Material : Art Paper 100 gram Jumlah halaman : 47 halaman

Teknis produksi : Cetak offset sparasi

Jilid : -

Gambar IV.7 Contoh Halaman Ilustrasi Sumber: Dokumentasi pribadi

Pada buku ilustrasi ini terdapat 47 halaman yang isinya mengilustrasikan jenis jenis gaya busana remaja pada era 90, diisi dengan definisi dan fakta-fakta tentang pakaian tersebut.


(49)

IV.3 Media Pendukung IV.3.1 Poster

Gambar IV.8 Poster Sumber: Dokumentasi pribadi

Media Pendukung : Poster

Ukuran : 42 x 29 cm

Material : Art Paper 260 gram Teknis produksi : Cetak offset sparasi Jilid : Laminasi Dof dingin

Media pendukung poster memuat informasi mengenai buku ilustrasi tentang Gaya buku Gaya busana remaja era 90


(50)

IV.3.2 Flyer

Gambar IV.9 Flyer Sumber: Dokumentasi pribadi

Media Pendukung : Flyer

Ukuran : 21 x 14,8 cm

Material : Art Paper 100 gram Teknis produksi : Cetak offset sparasi

IV.3.3 Stiker dan Pin

Gambar IV.10 Stiker dan Pin Sumber: Dokumentasi pribadi


(51)

Media Pendukung : Stiker

Ukuran : 9 x 9 cm

Material : Stiker Cromo Teknis produksi : Digital Printing

Media Pendukung : Pin

Ukuran : 4,5 x 4,5 cm Material : Plastik

Teknis produksi : Digital Printing

Laminasi : Canvas

IV.3.4 X-Banner

Gambar IV.11 X-Banner Sumber: Dokumentasi pribadi


(52)

Media Pendukung : X-banner

Ukuran : 160 x 60 cm

Material : X-Banner

Teknis produksi : Digital Printing

IV.3.5 Kaos

Gambar IV.12 Kaos Sumber: Dokumentasi pribadi

Media Pendukung : Kaos

Ukuran : M

Material : Cotton Teknis produksi : Print DTG


(53)

IV.3.6 Mug

Gambar IV.13 Mug Sumber: Dokumentasi pribadi

Media Pendukung : Mug

Ukuran : 20 x 10 cm

Material : Keramik

Teknis produksi : Cetak offset sparasi Jilid : Laminasi Dof Panas

IV.3.7 Hanger

Gambar IV.14 Hanger Sumber: Dokumentasi pribadi


(54)

Media Pendukung : Hanger

Ukuran : 30 x 22 cm

Material : Plastik Teknis produksi : Cutting


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Al-Firdaus, I. (2010). Inspirasi-inspirasi Ragam Kreasi Busana. Jogjakarta: PT DIVA Press.

Burke,S. (2006). Fashion Artist: Drawing Techniques To Portfolio Persentation:Burke

Daradjatun, Nunun dan Samuel Watimena. 2003. Insiprasi Mode Indonesia. Jakarta: Yayasan Buku Bangsa bekerja sama dengan Gramedia Pustaka Utama

Kamil, Sri Ardiati. 1986. FashionDesign. Jakarta

Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V Andi

Stalder, E. (2008). Fashion 101 A Crash Course In Clothimg: Zest Book

Wijaya, Priscilia Yunita. (1999). Tipografi dalam Desain Komunikasi Visual Nirmana. Jurnal Deskomvis Vol. 1, No.1, Januari 1999.

Sumber Website :

Wiratmo,Triyadi Guntur (2009). Transformasi Fungsi Gambar dalam Ilustrasi: Dari Dekorasi Visual, Interpretasi Visual, Jurnalis Visual sampai Opini Visual. Diperoleh 1 Juli 2014, dari: http://dgi- indonesia.com/transformasi-fungsi-gambar-dalam-ilustrasi-dari-dekorasi-visual-interpretasi-visual-jurnalis-visual-sampai-opini-visual/


(56)

(57)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Ayova Pranata

Alamat : GBA 1 Blok B.165

Tempat, Tanggal, Lahir : Bandung, 22 Agustus 1991

Email : ayovapranataa@gmail.com

Handphone : 087822313358

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan

1997 – 2003 : Sekolah Dasar Negeri Karang Pawulang IV 2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama 28

2006 – 2009 : Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung

2010 – Sekarang :Program Sarjana (S-1), Universitas Komputer Indonesia


(1)

Media Pendukung : X-banner

Ukuran : 160 x 60 cm

Material : X-Banner

Teknis produksi : Digital Printing

IV.3.5 Kaos

Gambar IV.12 Kaos Sumber: Dokumentasi pribadi Media Pendukung : Kaos

Ukuran : M

Material : Cotton Teknis produksi : Print DTG


(2)

45

IV.3.6 Mug

Gambar IV.13 Mug Sumber: Dokumentasi pribadi Media Pendukung : Mug

Ukuran : 20 x 10 cm

Material : Keramik

Teknis produksi : Cetak offset sparasi Jilid : Laminasi Dof Panas

IV.3.7 Hanger

Gambar IV.14 Hanger Sumber: Dokumentasi pribadi


(3)

Media Pendukung : Hanger

Ukuran : 30 x 22 cm

Material : Plastik Teknis produksi : Cutting


(4)

47 DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Al-Firdaus, I. (2010). Inspirasi-inspirasi Ragam Kreasi Busana. Jogjakarta: PT DIVA Press.

Burke,S. (2006). Fashion Artist: Drawing Techniques To Portfolio Persentation:Burke

Daradjatun, Nunun dan Samuel Watimena. 2003. Insiprasi Mode Indonesia. Jakarta: Yayasan Buku Bangsa bekerja sama dengan Gramedia Pustaka Utama Kamil, Sri Ardiati. 1986. FashionDesign. Jakarta

Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V Andi Stalder, E. (2008). Fashion 101 A Crash Course In Clothimg: Zest Book

Wijaya, Priscilia Yunita. (1999). Tipografi dalam Desain Komunikasi Visual Nirmana. Jurnal Deskomvis Vol. 1, No.1, Januari 1999.

Sumber Website :

Wiratmo,Triyadi Guntur (2009). Transformasi Fungsi Gambar dalam Ilustrasi: Dari Dekorasi Visual, Interpretasi Visual, Jurnalis Visual sampai Opini Visual. Diperoleh 1 Juli 2014, dari: http://dgi- indonesia.com/transformasi-fungsi-gambar-dalam-ilustrasi-dari-dekorasi-visual-interpretasi-visual-jurnalis-visual-sampai-opini-visual/


(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Ayova Pranata

Alamat : GBA 1 Blok B.165

Tempat, Tanggal, Lahir : Bandung, 22 Agustus 1991

Email : ayovapranataa@gmail.com

Handphone : 087822313358

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan

1997 – 2003 : Sekolah Dasar Negeri Karang Pawulang IV 2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama 28

2006 – 2009 : Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung

2010 – Sekarang :Program Sarjana (S-1), Universitas Komputer Indonesia