4. Kelembapan Udara
Kelembapan udara, yaitu banyak sedikitnya uap air di udara. Kelembapan ini mempengaruhi pengendapan air di udara. Pengendapan
air di udara dapat berupa awan, kabut, embun, dan hujan. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut higrografi.
Kelembapan udara terdiri atas kelembapan relatif dan kelembapan absolut.
Gambar 5.14 Alat pencatatan kelembaban udara.
Sumber: Kuswanto, 2003
a. Kelembapan Relatif Kelembapan relatif adalah perbandingan jumlah uap air di udara
dengan jumlah uap air maksimum yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Misalnya pada suhu 27
o
C, udara tiap-tiap 1 m
3
maksimum dapat memuat 25 gram uap air, sedangkan pada suhu yang sama ada 20 gram uap air maka kelembapan udara pada waktu itu
adalah 20
25 100
80 x
. =
a b
c d
e f
g Termometer Maksimum Minimum
Six Belani Alat pencatat kelembaban udara
suhu maksimum
20
uap alkohol
30 20
10 30
10
suhu minimum
Higrograf Alat pencatat suhu
Ombrometer Alat pengukur curah hujan
Keterangan: a = corong
b = tabung c
= pengisap d = pena
e = kertas pias yang selalu berputar pada silinder
f = pipet
g = penadah
Geografi X
126
Di unduh dari : Bukupaket.com
b. Kelembapan Absolut Kelembapan absolut, yaitu banyaknya uap air dalam udara pada
suatu daerah tertentu, yang dinyatakan dalam gram uap air per meter kubik. Hal ini tergantung pada temperatur yang mempengaruhi
kekuatan udara untuk memuat uap air, tiap suhu mempunyai batas dari uap air yang dimuatnya.
Semakin naik temperatur udara maka kelembapan relatif akan makin kecil. Kelembapan relatif paling besar hanya mencapai 100.
Pada saat tersebut terjadi titik pengembunan. Artinya, jika pendinginan terus berlangsung maka terjadilah kondensasi, yaitu perubahan uap air
menjadi titik air. Apabila kondensasi melampaui titik beku maka terjadilah sublimasi, yaitu terbentuknya kristal-kristal es.
Gambar 5.15 Alat pengukur cuacaiklim.
Sumber: Kuswanto, 2003
5. Curah Hujan
Hujan merupakan peristiwa alam yang ditandai dengan jatuhnya titik- titik air ke permukaan bumi. Terjadinya hujan diawali oleh adanya
penyinaran matahari pada air laut, danau, sungai, dan lain-lain sehingga menyebabkan terjadinya penguapan. Hasil penguapan yang berupa uap
air terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi. Pada ketinggian tertentu karena proses pendinginan kondensasi terjadilah titik-titik air
yang semakin lama semakin besar volumenya dan kemudian jatuh sebagai hujan. Alat pengukur arah hujan disebut ombrometer.
Macam-macam hujan antara lain sebagai berikut. a. Hujan Zenital
Hujan ini terjadi oleh arus konveksi yang menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal. Karena pemanasan air laut terus-menerus
maka akan terjadi kondensasi dan turun depresi frontal.
a Bendera Angin
b Kantong Angin
c Anemometer
Geografi X
127
Di unduh dari : Bukupaket.com
Gambar 5.16 Hujan zenital.
Sumber: Kuswanto, 2003
b. Hujan Siklon Hujan ini terjadi apabila udara yang mengandung uap air naik ke
atas dibawa oleh angin siklon lalu terjadi kondensasi akhirnya turun sebagai hujan. Hujan siklon ini banyak terjadi di daerah depresi frontal.
c. Hujan Frontal Hujan frontal terjadi apabila udara panas yang mengandung uap air
naik ke atas udara dingin, lalu terjadi kondensasi dan akhirnya turun sebagai hujan. Hujan ini banyak terjadi di daerah depresi frontal.
Gambar 5.17 Hujan frontal.
Sumber: Kuswanto, 2003
d. Hujan Naik Pegunungan Orografis Hujan ini terjadi karena naiknya udara yang mengandung uap air di
lereng pegunungan. Akibat ketinggian lereng maka terjadi kondensasi dan turun hujan.
30
o
40
o
60
o
70
o
90
o
Lintang hujan frontal
massa udara dingin massa udara
panas Sinar Matahari
Hujan Zenithal Angin Zenithal
23
1 2
LS
o
23
1 2
LU
Geografi X
128
Di unduh dari : Bukupaket.com
Gambar 5.18 Hujan orografis
Sumber: diolah oleh Pandu Hatmoko, 2006
6. Gejala Cuaca