PENGARUH BELOK KIRI LANGSUNG (LTOR) TERHADAP KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang BCA dan Simpang Galunggung Kota Malang)

PENGARUH BELOK KIRI LANGSUNG (LTOR)TERHADAP KINERJA
SIMPANG EMPAT BERSINYAL(Studi Kasus Simpang BCA dan Simpang
Galunggung Kota Malang)
Oleh: HERMIN EKA WIJAYANTI ( 04520013 )
Civil Engineering
Dibuat: 2009-06-23 , dengan 3 file(s).

Keywords: Kinerja simpang bersinyal, belok kiri langsung
ABSTRAK
Kondisi pergerakan kendaraan pada simpang bersinyal BCA saat ini, semua kendaraan belok kiri
langsung, padahal dari marka jalan yang ada seharusnya hanya pendekat barat (Jl. Semeru) yang
dapat belok kiri langsung pada saat lampu merah menyala (LTOR), dan yang lainnya tidak.
Sementara pada simpang bersinyal Galunggung semua pendekat LTOR, karena tidak terdapat
rambu yang melarangnya. Pergerakan kendaraan yang ada tidak sesuai dengan disiplin lalulintas
yang diterapkan, karena minimnya pengetahuan masyarakat mengenai aturan belok kiri langsung
pada simpang bersinyal. Maka perlu dilakukan studi untuk mengetahui pengaruh LTOR, dan
operasional pergerakan belok kiri langsung yang terbaik pada simpang bersinyal.
Dalam studi ini mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997. Dilakukan
penilaian antara kinerja simpang bersinyal pada kondisi eksisting dengan kinerja simpang
bersinyal hasil simulasi pergerakan kendaraan, sehingga dapat memberi penilaian mengenai
pengaruh LTOR pada simpang bersinyal.

Kinerja simpang bersinyal BCA pada kondisi awal adalah derajat kejenuhan terbesar terjadi pada
pendekat timur (Jl. Kahuripan) = 0.692 dan tundaan simpang rata-rata 13.87 detik. Sementara
pada simpang bersinyal Galunggung derajat kejenuhan terbesar terjadi pada pendekat selatan (Jl.
Galunggung) = 0.75 dan tundaan simpang rata-rata 22.79 detik. Pergerakan kendaraan yang
LTOR berpengaruh (meningkatkan) kinerja simpang. Operasional pergerakan kendaraan terbaik
untuk simpang bersinyal BCA adalah arus kendaraan dari pendekat utara (Jl. Basuki Rachmat)
tidak LTOR, sedangkan arus kendaraan dari pendekat lainnya LTOR. Pada simpang bersinyal
Galunggung sebaiknya semua kendaraan pada keempat lengan simpang LTOR.
ABSTRACT
The condition of vehicle movement in signaling BCA crossroad today are all vehicle left turn on
red (LTOR), however based on street body there should be movement from west direction
(Semeru Street) that can be LTOR when the red light on. In other word, it is not allowed for the
movement from others ways. While in signaling Galunggung crossroad all vehicle movement are
LTOR because there is no traffic sign that prohibits. The existing vehicle movement is not
appropriate to traffic discipline, because the lack of society knowledge on the rule of LTOR in
signaling crossroad. In this case, it needs to conduct study on LTOR and its best operational
LTOR in signaling crossroad.
The study focused on Indonesian Highway Capacity Manual (HCM) in 1997. The study
examined the work of signaling crossroad in existing condition and in simulation resulted in
vehicle movement that came out with estimation on the effect of LTOR in this part.

The work of signaling BCA crossroad in the initial condition has the highest Degree of
Saturation (DS) from east direction (Kahuripan Street) about 0.692 and average crossroad delay
was 13.82 seconds. The signaling Galunggung crossroad has the highest DS from south direction

(Galunggung Street) about 0.75 and average crossroad delay was 22.79 seconds. The vehicle
movement of LTOR resulted in (increased) crossroad work. The best operational of vehicle
movement in signaling BCA crossroad is movement from north (Basuki Rachmat Street) not
LTOR; the vehicle from other directions should be LTOR. In Galunggung crossroad, all vehicle
movements should be LTOR from all directions of crossroad.