Faktor Mikro Asumsi Dasar

62

b. Faktor Mikro

Asumsi faktor mikro yang digunakan untuk menyusun proyeksi keuangan UM adalah berasal dari kondisi internal, meliputi tingkat keketatan persaingan penerimaan mahasiswa baru, tarif yang mendasari penentuan besaran Uang Kuliah Tunggal, dan selanjutnya dipergunakan untuk melakukan proyeksi pendapatan-beban tahun 2015— 2019. Keketatan masuk UM pada tahun terakhir 2014 dari tiga jalur masuk, yaitu SNMPTN, SBMPTN, dan Mandiri memiliki rata-rata keketatan sebesar 1 : 10 dari keseluruhan program studi. Hal demikian menunjukkan bahwa perbandingan antara banyaknya calon mahasiswa yang berkeinginan melanjutkan studi di UM yang tinggi dibanding dengan ketersediaan daya tampung program studi yang relatif terbatas. Penambahan kapasitas UM untuk meningkatkan daya tampung penerimaan mahasiswa dilakukan dengan pembukaan lima program studi baru yang terdiri dari S1 Perpustakaan, S1 Teknik Informatika, S1 Teknik Mesin, S1 Teknik Elektro, dan S1 Sosiologi. Untuk mendukung tambahan daya tampung mahasiswa, juga dilakukan penambahan kapasitas ruang-ruang belajar, laboratorium, dan peningkatan jumlah dan kualifikasi tenaga dosen. Selain itu, penambahan mahasiswa untuk pascasarjana dilakukan baik untuk program studi yang telah ada maupun dilakukan melalui pembukaan program studi baru baik untuk jenjang magister dan doktor. Asumsi tarif yang mendasari penentuan besaran Uang Kuliah Tunggal untuk proyeksi penerimaan anggaran UM adalah sebagai berikut. 1 Untuk menggantikan biaya SPP dan SPSA, semenjak tahun anggaran 2012 UM telah memberlakukan sistem Uang Kuliah Tunggal UKT. Setiap mahasiswa memiliki nilai besaran UKT yang sama per semester sesuai yang telah ditetapkan untuk mahasiswa yang bersangkutan, dan besaran UKT tersebut berlaku selama yang bersangkutan mulai menempuh hingga menyelesaikan studi di UM. 2 Pertambahan mahasiswa baru setiap tahun untuk jenjang S1 didasarkan pada kebutuhan pengguna, dan penambahan lima program studi baru prioritas untuk periode 2015-2019. Sedangkan untuk jenjang S2 dan S3 secara berkelanjutan dilakukan penambahan kapasitas penerimaan mahasiswa baru baik untuk program studi yang telah ada, maupun dengan pembukaan ijin operasional program studi baru. Hal demikian akan berpengaruh pada kenaikan nilai pendapatan yang diperoleh dari UKT. 3 Penyesuaian tarif UKT dilakukan secara berkala sesuai dengan asumsi makro dan mikro sebagaimana disebutkan di atas. Penyesuaian tersebut dilakukan untuk menjaga tingkat operasional kelembagaan hingga mampu mempertahankan kondisi terkini yang telah mencapai posisi baik dan menjamin terjadinya proses peningkatan kualitas hingga sesuai dengan target mampu mencapai posisi yang lebih baik secara berkelanjutan. 4 Proyeksi pelaporan dengan mempergunakan basis akrual. Kondisi keuangan yang dilaporkan di arus kas, neraca, bukan berdasarkan penerimaan kas melainkan berdasarkan penetapan tarif UKT pada setiap mahasiswa. Oleh karenanya, besaran UKT dapat berbentuk piutang karena belum dipenuhinya kewajiban pembayaran oleh mahasiswa, namun sudah dicatat sebagai jumlah penerimaan. 63

c. Proyeksi Pendapatan dan Beban