Evaluation of Activities of Save and credits For Women (SPP) On Unit of Management Activities (UPK) PNPM MP at Kalirejo District On Lampung Tengah Regency at 2012)
ABSTRACT
Evaluation of Activities of Save and credits For Women (SPP) On Unit of Management Activities (UPK) PNPM MP at Kalirejo District On Lampung
Tengah Regency at 2012)
By
DERIL PARAMITHA SANDRA
The National program for empowering and self sustaining community in rural area (PNPM MP) if one of the community empowerment program used in order to accelerate poverty reduction and expansion of empolyment opportunities in rural areas. This research aim to analyze the evaluation of the implementation of SPP on UPK PNPM MP to measure the achievement from SPP’s activities in Kalirejo district at Lampug Tengah Regency. The method used is descriptive reseacrh type with qualitative approach. Data collection techniques used in this study are documentation, in-depth interviews, and observations.
The result shows; 1) from input evaluation. The implementation of SPP activities have met the procedures state on basic regulation of SPP activities. The level of community participation is quite high seen from the number of beneficiaries of SPP program, but for socialization activity is SPP less touches the community wich is located in remote villages, so that many of them do not know about SPP program. 2) from process evaluation; the procedures of SPP program is easy to follow. High participation of the community in the activities of SPP can create .of employment field for women, like making culinary ventures, and others. Implementation of the program done in accountable: at the administrative process performed with the listing which is cear careful consideration, and supported the evidences of use or the distribution of funds. 3) from output evaluation; the SPP was only able to meet the needs of funding as much as 10,48% of the families in Kalirejo. The poverty level during the past two years has increased, this indicates that the program has not been able to increase economic of poor households, especially women. 4) from outcome evaluation; program SPP considered quite successful in practice based on the audit evaluation on return the credit that achieve 90%.
(2)
(3)
(4)
(5)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Poncowarno pada tanggal 1 Desember 1990 dari pasangan Bapak Wendra Heriko dan Ibu Saminah, S.Pd. Pendidikan yang ditempuh oleh penulis yaitu dimulai dari TK Aisyah Bustanul Atfal Poncowarno pada tahun 1995-1996, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Poncowarno sejak tahun 1996-2002. Pendidikan lanjut tingkat pertama penulis tempuh pada tahun 2002-2005, di SMP Negeri 1 Kalirejo. Jenjang pendidikan tingkat atas penulis tempuh di SMA N 1 Pringsewu sejak tahun 2005-2008. Di tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi di lingkungan kampus Universitas Lampung tercinta yaitu Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (HIMAGARA) yang menjadi anggota di bidang Rumah Tangga Organisasi (2008-2009). Dalam organisasi tersebut penulis ikut mengembangkan karakter dan kepribadian penulis dalam masa akan datang terutama saat kuliah. Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (HIMAGARA) yang menjadi anggota di bidang Rumah Tangga Organisasi.
(6)
Berbagai pengalaman organisasi selama menjadi mahasiswa ikut menginspirasi, memberi pengalaman dan spirit kepada penulis. Tumbuh dan besar di lingkungan yang hangat dengan kasih sayang dan cinta dari keluarga, saudara, serta teman-teman, membuat penulis termotivasi untuk membahagiakan orang-orang di sekeliling penulis.
(7)
PERSEMBAHAN
Dengan segala kekurangan dan kerendahan diri Puji syukur atas nikmat ALLAH SWT
Karya ini ku Persembahkan Untuk:
Papa tersayang dan Ibu paling hebat Sedunia Kekasih dan belahan jiwaku
Adik-adik ku
Seluruh Keluarga Besar Mbah Bandung Semua Pahlawan tanpa tanda jasa ku
Soulmete dan Seluruh sahabat ku
Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara Unila Almamater Tercinta
(8)
MOTO
Nikmati hidup bukan dengan lari dari masalah, namun melihat sisi positif dari suatu masalah.
(WilzKanadi)
Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.
(Ir.Soekarno)
Barang siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak pernah mencoba sesuatu yang baru.
(9)
DAFTAR ISI Hal ABSTRAK HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP MOTO PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR BAGAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian ...1
B. Rumusan Masalah ...8
C. Tujuan Penelitian ...8
D. Manfaat Penelitian ...9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Evaluasi Program ...10
1. Pengertian Evaluasi ...10
2. Pengertian Kegiatan ...11
3. Evaluasi Kegiatan ...12
4. Jenis Evaluasi ...13
5. Tujuan Evaluasi ...17
6. Pengertian pemberdayaan ...18
B. PNPM Mandiri Perdesaan ...21
1. Pengertian PNPM Mandiri Perdesaan ...21
2. Prinsip-prinsip Dasar PNPM ...23
3. Pengertian PNPM MP Simpan Pinjam Perempuan (SPP)...25
4. Tujuan dan Ketentuan PNPM MP SPP ...25
5. Ketentuan Dasar PNPM MP SPP ...26
Kerangka Pikir ...28
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ...32
B. Fokus Penelitian ...33
(10)
D. Tehnik Pengumpulan Data ...36
1. Observasi ...36
2. Wawancara Mendalam ...37
3. Dokumentasi ...39
E. Tehnik Analisis Data ...40
1. Reduksi Data ...40
2. Penyajian Data ...41
3. Penarikan Kesimpulan ...41
F. Teknik Keabsahan Data ...42
1. Derajat Kepercayaan ...42
2. Keteralihan ...44
3. Ketergantungan ...45
4. Kepastian ...45
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah ...46
B. Kecamatan Kalirejo ...48
C. Unit Pengelola Kegiatan (UPK ...51
BAB V PEMBAHASAN A. Evaluasi Masukan (Input Evaluation) ...60
a. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan SPP ...60
b. Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat ...68
B. Evaluasi Proses (Process Evaluation) ...72
a. Kemudahan ...72
b. Pengembangan ...79
c. Akuntabilitas ...83
C. Evaluasi keluaran (output evaluation) ...87
a. Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar ...88
b. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha ...92
c. Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan ...95
D. Evaluasi akibat (outcome evaluation) ...97
a. Pemberdayaan Ekonomi ...98
b. Keberlanjutan Program ...108
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...113
B. Saran ...115 DAFTAR PUSTAKA
(11)
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. Nama-nama informan penelitian ... 38
Tabel 2. Dokumen program SPP ... 39
Tabel 3. Contoh tabel triangulasi... 43
Tabel 4. Daftar kelompok SPP ... 73
Tabel 5. Laporan keuangan SPP ... 84
(12)
Tabel Triangulasi
Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input)
a. Prosedur Pelaksanaan SPP
Wawancara Dokumentasi Observasi
Informan Substansi
1. M.Basuki Sutopo (ketua UPK)
Dana yang dikeluarkan untuk pinjaman kepada kaum perempuan harus membuat kelompok dan diluar kelompok tidak menerima pinjaman dari SPP. Cara penyaluran dana SPP ini yaitu dengan mensurvey dan memverifikasi data kelompok apakah benar adanya dan apakah sesuai dengan kebutuhannya, setelah tim verifikasi melakukan survey dan semua data-data yang diberikan kelompok itu benar, maka dana akan segera dicairkan seminggu setelah verifikasi dengan jangka waktu pengembalian duabelas bulan.
Buku panduan PTO dan proposal pengajuan kegiatan SPP
Pelaksanaan kegiatan SPP dialkukan di kantor UPK, dan dilaksanakan secara prosedural.
2. Kholidah (Kader SPP)
Dana yang diterima yaitu perkelompok, tetapi setelah itu dibagikan per anggota kelompok dengan bagian masing-masing yang sudah ditentukan berapa besar dana yang dipinjam. Maksimal dana yang diterima per anggota yaitu lima juta rupiah. Pengembaliannya dibayarkan perkelompok juga, sesuai angsuran yang ditetapkan beserta bunganya. 3. Suranti
(Ketua Badan Pengawas UPK)
Kriteria kelompok SPP yaitu, kelompok minimal sudah terbentuk selama satu tahun. Kelompok yang mengajukan sebelumnya telah melakukan kegiatan simpan pinjam, dan
(13)
biaya yang diusulkan cukup wajar sesuai dengan kebutuhan usaha. Dana yang telah diterima oleh kelompok disalurkan dan kelompok melakukan kegiatan simpan pinjam di dalam kelompok tersebut yang dinamakan usaha bersama (UB) dan dipinjamkan kembali kepada masyarakat miskin yang membutuhkan pinjaman, jadi semacam koperasi kecil yang dibuat oleh kelompok.
Kesimpulan: Dari hasil wawancara di atas maka dapat dikatakan bahwa bahwa pinjaman SPP diberikan secara terorganisir, yaitu diberikan kepada kelompok kemudian diolah dan diberikan secara merata kepada setiap anggotanya.
b. Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat
Wawancara Dokumentasi Observasi
Informan Substansi
1. Tingah (Masyarakat)
Saya tidak tahu kalau ada PNPM yang memberikan pinjaman kepada masyarakat. Kalau mendengar saya pernah mendengar PNPM, tapi tidak SPP. Mungkin hanya orang-orang yang ada di sekitar tempat-tempat usaha seperti pasar dan yang rumahnya dekat dengan balai desa tempat pihak UPK memberikan sosialisai yang mengetahui program SPP ini. Masyarakat di sekitar tempat tinggal saya memang jauh dari kelurahan, dan agak terpencil jadi tetangga saya banyak yang tidak tahu apa itu SPP.
Foto kelompok mawar yang sedang melakukan
pertemuan.
Banyak masyarakat yang belum mengetahui program SPP, karena sosialisai yang dilakukan kurang maksimal.
2. Yuli
(Ketua Kelompok Mawar)
Pertemuan yang kami lakukan yaitu untuk membahas atau mengevaluasi tentang simpan pinjam yang dilakukan kelompok itu sendiri. Jadwal rutin
(14)
pertemuan kami adalah satu bulan sekali. Namun dalam pertemuan masih ada anggota yang tidak bisa atau jarang menghadiri pertemuan karena sibuk.
Kesimpulan: Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pengelola kurang menyentuh seluruh lapisan masyarakat, khusunya di daerah masyarakat yang berada di pelosok atau terpencil. Namun, walaupun begitu, masyarakat sudah banyak yang berpartisipasi dalam kegiatan SPP, sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkan program ini.
Fokus 2. Evaluasi Proses (Evaluation Process)
a. Kemudahan
Wawancara Dokumentasi Observasi
Informan Substansi
1.M. Basuki Sutopo (Ketua UPK)
Syarat untuk mendapatkan pinjaman dana SPP yaitu masyarakat mengajukan proposal khususnya kaum perempuan dengan membuat kelompok minimal anggotanya lima orang. Untuk meminjam dana SPP ini tidak menggunakan agunan jadi sangat mudah sekali untuk masyarakat mendapatkan pinjaman dari SPP. Dana yang dipinjam minimal 10 juta dan maximal lima juta perorang dengan suku bunga yang sangat rendah yaitu 1,5 persen dari pinjaman.
Data jumlah kelompok SPP di Kecamatan Kalirejo.
Dalam pengajuan proposal sudah ada prosedur yang dibuat oleh pihak pengelola yaitu UPK, sehingga masyarakat hanya mengisi data-data yang sudah ada dan menjelaskan alasan kagiatan SPP.
2.Suranti (Ketua Badan Pengawas UPK)
Syarat yang dibutuhkan untuk mengajukan pinjaman sangat mudah yaitu hanya dengan membuat kelompok minimal 5 orang, fotokopi KTP, dan membuat proposal pengajuan pinjaman. Membuat proposal pengajuan pinjaman pun
(15)
sangat mudah, format proposal sudah disediakan dari UPK sehingga masyarakat hanya tinggal mengisi data-data yang sudah ditentukan
3.Warsini (Anggota
Kelompok Mawar)
Syarat untuk mendapatkan pinjaman dana SPP tidak sulit dan sangatlah mudah karena tidak menggunakan anggunan, hanya menggunakan fotokopi KTP,lalu membuat kelompok yang beranggotakan minimal lima orang dan membuat proposal dan bunganya pun sangat rendah hanya 1,5 persen. Dana yang dicairkan mudah dan cepat, namun memang membutuhkan proses yaitu di survey dan di verifikasi dulu apakah kelompok yang dibuat itu benar adanya atau hanya manipulasi saja.
4.Nuraini (Masyarakat miskin)
Persyaratan untuk mendapatkan dana SPP sebenarnya tidaklah sulit, hanya dengan menggunakan fotokopi KTP dan membuat proposal saja, namun saya tidak mengajukan proposal dan saya tidak mampu untuk membuat kelompok sebanyak lima orang, tidak ada yang mau menjadi ketua kelompok sehingga saya tidak berani untuk meminjam uang di SPP walaupun bunganya sangat rendah dan saya membutuhkan uang pinjaman itu. Hal ini terjadi karena pendapatan saya yang kecil sehingga takut tidak bisa mengembalikan uang pinjaman tersebut. Pihak pengelola program SPP khususnya UPK sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat khususnya perempuan, mereka sudah menjelaskan bagaimana cara mengajukan proposal, bagaimana prosesnya dan lain-lain
(16)
Kesimpulan: Dari hasil wawancara di atas maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan dari PNPM SPP memiliki prosedur dalam pengajuan dana pinjaman SPP cukup mudah, tidak berbelit-belit, dan tidak memberatkan masyarakat, yaitu hanya dengan membuat kelompok berjumlah minimal lima orang, mengajukan proposal, fotokopi KTP dan tanpa agunan, sehingga masyarakat banyak yang ikut serta dalam kegiatan SPP. Akan tetapi terdapat pengelompokan terhadap masyarakat mampu dan tidak mampu, sehingga dana pinjaman lebih banyak diberikan kepada masyarakat yang mampu dan kurangnya keikutsertaan masyarakat tidak mampu karena kurangnya rasa percaya terhadap masyarakat tidak mampu untuk dapat membayar cicilan.
b. Pengembangan
Wawancara Dokumentasi Observasi
Informan Substansi
1. Girah (Masyarakat penerima program SPP)
Setelah menerima dana SPP usaha yang saya miliki semakin meningkat dan berkembang, karena modal saya bertambah sehingga barang dagangan saya juga ikut bertambah dan pendapatan saya pun meningkat. Karena pendapatan saya meningkat sekarang saya lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, seperti membayar biaya sekolah anak, membeli peralatan sekolah anak, dan kebutuhan sehari-hari saya juga.
Arsip rencana kegiatan pengajuan proposal kegiatan SPP.
Kaum perempuan pendapatan bertambah karena usaha mereka yang semakin
berkembang, sehingga dapat ,memenuhi kebutuhan rumah tangga.
(17)
2. Ana
(Penjual kue keliling)
Tadinya saya bekerja menjadi buruh pabrik di jakarta, tetapi karena saya mau mengurus anak saya dirumah jadi saya ingin mandiri bekerja mencari uang sendiri di rumah tanpa tergantung dengan orang lain, maka saya berniat untuk berjualan kue dan sayur kepada tetangga-tetangga. Uang sisaan saya bekerja hanya sedikit sehingga tidak mencukupi untuk membeli bahan dagangan saya. Saya diajak bergabung dengan tetangga saya untuk meminjam uang di SPP, setelah uang pinjaman SPP itu cair, langsung saya gunakan untuk membuat daganga, seperti kue-kue tradisional, nasi uduk, dan sayur yang sudah dimasak. Alhamdulillah saya pun mempunyai pendapatan tetap sekarang dan saya bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga saya.
Kesimpulan: Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa masyarakat penerima dana SPP mengalami pengembangan, mulai dari usaha maupun yang baru akan memulai usaha. Selain itu, mereka dapat meningkatkan perekonomiannya yakni meningkatkan modal usaha dan meningkatkan pendapatan, dan masyarakat sudah bisa membuat usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan perekonomian keluarga.
c. Akuntabilitas
Wawancara Dokumentasi Observasi
Informan Substansi
1. Suranti
(Ketua BPUPK)
Dana yang pinjaman diberikan secara berkelanjutan kepada masyarakat, jika ingin melanjutkan pinjaman, kelompok tidak perlu memverifikasi ulang hanya dengan membuat proposal
Data Laporan keuangan SPP. Arsip kertas
Pengelolaan dana yang dilakukan oleh UPK atau kelompok
(18)
pinjaman yang baru.Dalam pengembalian dana, masyarakat rutin dan teratur mengembalikan dana pinjaman tepat pada waktunya dan ada juga yang telat dalam pengembalian, tetapi tidak banyak.Bagi kelompok yang tepat mengembalikan dana tepat waktunya, di akhir pengembalian terakhir kelompok mendapatkan intensif sebanyak tujuh persen dari bunga pinjaman, dan jika kelompok menunggak dalam pengembalian, maka dikenakan denda.
angsuran pinjaman, Surat pernyataan tanggung renteng, rencana angsuran kredit.
dengan jelas dapat dilihat transparasinya, yaitu dengan adanya surat-surat yang telah dibuat.
2. Saminah (Ketua Kelompok Mawar)
Kalau sudah lunas dan tidak menunggak bayar angsuran pinjaman SPP, semua kelompok mendapatkan intensif sebesar 7,5% dari jumlah bunga, dan jika telat membayar angsuran dikenakan denda 10%. Kami juga diberikan buku panduan, dilatih pembukuan, dan sosialisasi agar dana yang diberikan, angsuran yang dibayarkan dan intensif yang diberikan jelas pembukuannya, jadi kami tidak perlu takut ada yang slah dalam pengelolaan dana pinjaman kami.
Kesimpulan: Dapat dikatakan pelaksanaan program SPP dilaksanakan secara akuntabilitas dikarenakan setiap informasi tentang laporan keuangan diberitahukan secara transparan dan setiap kelompok juga memeiliki proposal pengajuan pinjaman yang berisikan rencana kegiatan kelompok, rencana angsuran kelompok, rencana angsuran kredit (anggota), sehingga setiap anggota kelompok dapat dengan jelas mengetahui berapa angsuran yang harus dibayarkan, jumlah bunga dan mendapatkan intensif.
(19)
Fokus 3 Evaluasi keluaran (output evaluation)
a. Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar
Wawancara Dokumentasi Observasi
Informan Substansi
1. M. Basuki Sutopo (Ketua UPK)
Dengan adanya dana SPP masyarakat dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga dan dapat meningkatkan usaha mereka. Dana pinjaman ini digunakan benar-benar digunakan untuk kegiatan usaha dan memenuhi kebutuhan kehidupan masyarakat. Akan tetapi tidak semua atau keseluruhan perekonomian masyarakat meningkat, karena hanya masyarakat yang membuat kelompok dan meminjam dana SPP yang meningkat dan karena alasan pribadi sehingga maereka tidak mau meminjam dana SPP.
Usulan Kegiatan Ekonomi, Rencana Kegiatan Kelompok
Kaum perempuan
lebih cepat
mendapatkan
tambahan dana untuk menambah modal
usaha dan
meningatkan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
2. Masyarakat penerima program SPP
Dana yang diberikan oleh SPP sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan rumah tanggga. Dana pinjaman di gunakan untuk menambah modal usaha yang kurang, untuk menambah pendapatan sehingga bisa lebih memenuhi kebutuhan rumah tangga.Ya, dengan adanya kegiatan SPP ini masyarakat perempuan di Kecamatan Kalirejo menjadi lebih aktif lagi dalam melakukan kegiatan usahanya ataupun membuat perkumpulan-perkumpulan para perempuan sehingga kelembagaan perempuan menjadi semakin kuat.
Kesimpulan: dengan adanya program SPP dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga dan dapat meningkatkan usaha dan pendapatan masyarakat kaum perempuan. Dana pinjaman digunakan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan masyarakat sehingga taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik.
(20)
b. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha
Wawancara Dokumentasi Observasi
Informan Substansi
1. Saminah (Masyarakat penerima program SPP)
Dana yang diberikan oleh SPP sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan rumah tanggga. Dana pinjaman di gunakan untuk menambah modal usaha yang kurang, untuk memulai usaha baru kaum perempuan yang tidak mempunyai pekerjaan. Yang modalnya kurang untuk membangun usaha, sekarang bisa mendapatkan pendapatan sehingga ekonomi pun meningkat. Data masyarakat miskin Kecamatan Kalirejo Banyak kaum perempuan yang meminjam dana SPP untuk meningkatkan ekonomi rumah tangganya namun pada kenyataannya jumlah masyarakat miskin di Kecamatan Kalirejo semakin meningkat. 2. Sandimin
(Kepala Desa Kalirejo)
Keadaan ekonomi di Kecamatan Kalirejo tergolong sudah mapan, dibandingkan tiga atau lima tahun yang lalu. Presentase jumlah perempuan miskin di kecamatan Kalirejo sekarang cenderung menurun setelah adanya PNPM SPP. Jelas dengan adanya kegiatan SPP berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya kaum perempuan, tidak hanya kaum perempuan saja, tetapi keluarga juga ikut sejahtera karena pendapatan juga bertambah. Sekarang masyarakat lebih banyak yang membuka usaha dalam skala kecil maupun usaha dalam skala besar.
Kesimpulan: Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa program SPP tersebut telah digunakan hampir dari setiap kelompok yang mendapatkan dana pinjaman digunakan untuk pendanaan modal usaha untuk membuat usaha, menambah modal untuk mengembangan usaha dan menambah pendapatan sehingga meningkatkan perekonomian keluarga. Namun dilihat dari data dokumentasi dari pihak kecamatan Kalirejo, hanya sebagian masyarakat miskin yang meningkat ekonominya, bahkan kemiskinan semakin meningkat selama dua tahun terakhir.
(21)
c. Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan
Wawancara Dokumentasi Observasi
Informan Substansi
1. Indri
(Bendahara UPK)
Masyarakat sudah secara terlembagakan berperan aktif dalam kegiatan SPP yang sudah berjalan sejak tahun 2003 untuk dapat meningkatkan ekonomi kaum perempuan tersebut sehingga dapat menambah nilai guna dan kualitas kaum perempuan di kecamatan Kalirejo.
Data kelompok peminjam dana SPP
Adanya pelatihan dan perkumpulan para anggota kelompok
untuk lebih
meningkatkan ilmu dalam pengelolaan dana pinjaman seperti pembukuan dll, dan perkumpulan
kelompok untuk meningkatkan
kegiatan dan menjadi kelompok yang kreatif.
2. Suranti
(Kepala BPUPK)
Kaum perempuan dilatih dan dibina supaya kegiatan SPP menjadi produktif dan bertambah jumlahnya untuk penyediaan kebutuhan pendanaan masyarakat miskin. Ada kegiatan rutin yang dilakukan oleh ibu-ibu di setiap bulannya, seperti percobaan untuk pembuatan produk makanan kemudian adanya acara pameran dari hasil buatan produk dari setiap kelompok dari hasil pinjaman dan kegiatan-kegiatan lainnya. Salah satu kegiatannya yakni kaum perempuan dapat membentuk perkumpulan yang dilakukan guna meningkatkan hasil dari dana pinjaman yakni kegiatan mengumpulkan ide-ide gagasan tentang pembuatan produk untuk kegiatan usaha kemudian saling berinteraktif secara lebih terbuka dan aktif.
Kesimpulan: Dari pihak pengelola program kaum perempuan dilatih dan dibina supaya kegiatan SPP menjadi produktif dan bertambah jumlahnya untuk penyediaan kebutuhan pendanaan masyarakat miskin. Kelompok membentuk perkumpulan-perkumpulan dan pertemuan rutin guna meningkatkan hasil dari dana pinjaman yakni kegiatan mengumpulkan ide-ide gagasan tentang pembuatan produk untuk kegiatan usaha kemudian saling berinteraktif secara lebih terbuka dan aktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas dari manfaat adanya program SPP tersebut.
(22)
Fokus 4. Evaluasi akibat (outcome evaluation)
a. Pemberdayaan Ekonomi
Wawancara Dokumentasi Observasi
Informan Substansi
1. M.Basuki (Sutopo ketua UPK)
Dana pinjaman SPP diberikan jelas untuk memberdayakan masyarakat miskin, khususnya kaum perempuan. Contohnya yaitu mereka membuat kelompok dan didalam kelompok tersebut tiap pencairan dana diharuskan mempunyai kegiatan, sehingga dana yang telah dipinjam dapat berkembang dan menghasilkan keuntungan. Dari keuntungan tersebut otomatis pendapatan masyarakat bertambah dan diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan dengan begitu masyarakat bisa sejahtera. Dana yang sudah diterima oleh masyarakat 80 persen digunakan untuk manambah modal usaha dan membuat usaha, 20 persen digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Foto penjual kue setelah mendapatkan pinjaman SPP.
Kaum perempuan
yang tidak
mempunyai pekerjaan dapat membuat usaha baru dan kaum perempuan yang mendapatkan
pinjaman dapat mempunyai pekerjaan dan peningkatan pendapatan.
1. Saminah (Ketua kelompok Mawar)
Dana yang diberikan dari program SPP digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk membeli keperluan sekolah anak, membayar biaya sekolah dan lain sebagainya. Ini khusus untuk saya yang berprofesi sebagai PNS yang berpenghasilan pas-pasan sehingga membutuhkan dana lebih untuk menunjang kebutuhan rumah tangga. Dana pinjaman ini sangat membantu saya dalam menunjang perekonomian, karena bunga yang rendah sehingga kami tidak keberatan dalam mengembalikan uang pinjmana tersebut.
(23)
2. Lasmiati (Anggota kelompok Mawar)
Dana yang diberikan dari program SPP saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan untuk membeli bibit, pupuk untuk memulai saya menanam padi. Dana pinjaman ini sangat membantu saya dalam bertani khususnya untuk pembelian keperluan bertani sehingga saya tidak pusing-pusing lagi dalam mencari dana untuk membeli keperluan bertani.
Kesimpulan: dengan adanya program SPP, masyarakat kaum perempuan bisa meningkatkan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan dan bisa lebih berdaya karena diberikan latihan dan binaan supaya taraf hidupnya menjadi lebih baik.
b. Keberlanjutan Program
Wawancara Dokumentasi Observasi
Informan Substansi
1. M. Basuki Sutopo (Ketua UPK)
Kalau pada kasus pemberdayaan masyarakat dari program SPP, tingkatan pemberdayaan yang ada masih dalam skala lokal atau mikro saja, dimana belum nampak pengaruh di tingkat desa yang mempengaruhi perkembangan pemberdayaan masyarakat secara lebih luas dalam tingkatan wilayah atau kabupaten/kota, karena program SPP ini hanya bersifat pinjaman dan pinjaman tersebut tidak terlalu besar, sehingga tidak banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat. Namun, program SPP di Kalirejo ini menjadi program yang paling unggul diantara kecamatan lainnya di Lampung Tengah, sehingga masyarakat telah siap untuk melanjutkan program ini, bahkan untuk jangka panjang.
Pemberdayaan yang dilakuakn oleh program SPP masih dalam skala mikro, dan program SPP unggul di kabupaten Lampung Tengah, sehingga masyarakat telah siap untuk melanjutkan program.
(24)
2. Mursinah (masyarakat penerima dana SPP)
Dana pinjaman yang saya dapat saya gunakan untuk membayar hutang dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga saya yang tidak cukup.
Kesimpulan: Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa masyarakat penerima dana SPP mempunyai ketergantungan pinjaman dana, karena dana yang didapatkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk keberlanjutan program, karena program SPP menjadi program unggulan di Lampung Tengah, masyarakat Kecamatan Kalirejo sudah siap untuk melanjutkan program SPP.
(25)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan, namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan (P3KBPM-PNPM Mandiri, 2010).
(26)
2
Pendekatan pemberdayaan masyarakat selama ini telah banyak diupayakan melalui berbagai pembangunan sektoral maupun regional. Namun karena dilakukan secara parsial dan tidak berkelanjutan, efektivitasnya terutama untuk penanggulangan kemiskinan dipandang masih belum optimal. Salah satu wujud keseriusan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat, yaitu dengan meningkatkan bantuan pembangunan kepada masyarakat desa melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP). Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) diharapkan dapat terjadi harmonisasi prinsip-prinsip dasar, pendekatan, strategi, serta berbagai mekanisme dan prosedur pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat sehingga proses peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efisien. (Tim Pengendali PNPM Mandiri, 2008)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) didirikan Pemerintah Indonesia tahun 2007. Program Mandiri ini terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM MP), PNPM Mandiri Perkotaan, PNPM Mandiri Perdesaan Khusus Simpan Pinjam Perempuan (PNPM MP SPP) serta PNPM Mandiri Wilayah Khusus dan Desa Tertinggal. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang digunakan dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama ini berhasil dilaksanakan.
(27)
3
Keberhasilan PPK tersebut adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi, dan efektivitas kegiatan dan keberhasilannya menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan. (Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. 2008).
PNPM-MP ini diluncurkan pemerintah guna peningkatan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Melalui PNPM-MP dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuh kembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan (P3KBPM-PNPM Mandiri, 2010).
Ruang lingkup kegiatan PNPM-MP pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi : (1) penyediaan dan perbaikan pasarana atau sarana lingkungan permukiman, sosial dan ekonomi secara kegiatan padat karya, (2) penyediaan sumberdaya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin, perhatian yang lebih besar diberikan bagi kaum perempuan untuk memanfaatkan dana bergulir ini, (3) kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan pemihakan
(28)
4
kepada perempuan. Pemihakan memberi makna berupa upaya pemberian kesempatan bagi perempuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi, dan politik serta mengakses aset produktif. (P3KBPM-PNPM Mandiri, 2010).
Terkait dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin dan pengelolaannya lebih banyak diberikan pada kaum perempuan PNPM MP membentuk program yang disebut Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebagai usaha simpan pinjam merupakan suatu program yang diharapkan mampu memecahkan persoalan di tingkat masyarakat dan perekonomian keluarga di pedesaan. Program Simpan Pinjam Perempuan ini dilatar belakangi oleh masalah ketidaksetaraan dan keadilan gender. Untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan pemihakan kepada perempuan. Pemihakan memberi makna berupa upaya pemberian kesempatan bagi perempuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi, dan politik serta mengakses aset produktif. Sebagai salah satu wujud keberpihakan kepada perempuan, PNPM MP mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan pelaku pada semua tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian dalam menghadapi persoalan lemahnya perekonomian masyarakat, sumberdaya masyarakat yang minim, dan semakin meningkatnya kemiskinan. (Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. 2008).
(29)
5
Dalam kerangka pemberdayaan perempuan, pengembangan lembaga keuangan mikro dengan strategi ini telah membuka jalan bagi kelompok perempuan miskin untuk meningkatkan kesejahteraan, mereka dapat meminjam uang setiap saat dengan prosedur yang gampang, bunga yang murah, dan keuntungan pun akan kembali untuk mereka. Pinjaman dapat dipergunakan untuk pengembangan usaha, biaya sekolah anak, dan juga kebutuhan sehari-hari yang mendesak. Dengan adanya program Simpan Pinjam Perempuan diharapkan adanya perubahan kondisi masyarakat Kecamatan Kalirejo, khususnya anggota kelompok itu sendiri dan, mampu menjadi alat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, semakin baiknya pendidikan di keluarga petani, menurunnya kemiskinan, dan menurunnya angka pengangguran, sehingga masyarakat di Kecamatan Kalirejo dapat merasakan kemakmuran hidup dengan adanya program ini (Pengurus Kelompok Mawar dan Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Kalirejo,2012).
Seiring dengan pelaksanaan PNPM MP, Kecamatan Kalirejo merupakan salah satu yang menjadi target dari PNPM MP, yang terletak di Kabupaten Lampung Tengah. Dengan kehadiran PNPM Mandiri Perdesaan, kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki diharapkan akan semakin baik, sehingga berpengaruh pula terhadap peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Di Kecamatan Kalirejo, telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang termasuk di dalam PNPM MP itu sendiri, salah satunya adalah program PNPM MP yang disebut Kegiatan Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) dan program ini mempunyai tujuan membantu kaum perempuan miskin dalam pemenuhan
(30)
6
kebutuhan permodalan atau rumah tangga. Dengan suku bunga yang lebih rendah daripada bank, diharapkan dapat membantu masyarakat terutama kaum perempuan untuk dapat meningkatkan taraf hidup serta menunjang perekonomian keluarga miskin. Namun dalam pelaksanaan PNPM MP secara umum, masalah yang sering terjadi yang menyebabkan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan tidak berjalan dengan baik yakni, adanya kendala pada pelaksanaannya yang belum sesuai dengan Petunjuk Teknis Operasional (PTO).
(http://regional.kompasiana.com/2012/08/01/pelaksanaan-pnpm-mandiri-di-lampung-tengah-481690.html, diakses pada 10 Januari 2013)
Pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat memerlukan target dan indikator yang harus dicapai selama kurun waktu pelaksanaan program di Kecamatan Kalirejo. Untuk itu, diperlukan pemantauan dan evaluasi yang secara khusus melihat perkembangan pencapaian target dan indikator PNPM Mandiri SPP secara konsiten dan terbuka. Pemantauan yang memadai terhadap kinerja program diperlukan agar dapat dilakukan evaluasi yang mendorong pengelolaan program yang lebih efektif dan sesuai dengan tujuan PNPM Mandiri SPP. Salah satu tujuan evaluasi program adalah untuk mengambil keputusan mengenai program. Jika evaluasi suatu program menunjukkan berhasil malakukan perubahan dalam masyarakat dengan mencapai tujuannya, maka program akan dilanjutkan atau dilaksanakan di daerah lain. Jika ternyata program buruk dan kurang bermanfaat bagi masyarakat, maka program harus dihentikan. (Wirawan, 2011:23)
(31)
7
Kegiatan simpan pinjam kelompok perempuan (SPP) telah berjalan selama enam tahun di Kecamatan Kalirejo dinilai cukup berhasil dalam pelaksanaannya berdasarkan hasil evaluasi audit pengembalian dana pinjaman. Jika program ini dapat berjalan dengan baik, dan hasilnya menunjukkan dampak yang positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka program ini diharapkan dapat menjadi program unggulan yang harus terus didukung didalam menetapkan kebijakan pembangunan daerah dalam hal penangggulangan kemiskinan. Namun, dalam hal meningkatkan perekonomian rumah tangga miskin program SPP belum mencapai sasaran ini.
Hal ini disebabkan oleh bertambahnya masyarakat miskin di Kecamatan Kalirejo selama dua tahun terakhir, dari data yang didapatkan dari Kantor Kecamatan Kalirejo, masyarakat miskin di Kecamatan Kalirejo pada tahun 2011 berjumlah 4.318 KK meningkat pada 2013 menjadi 5.474 KK, dan jumlah perempuan miskin lebih banyak daripada jumlah laki-laki miskin. Perempuan miskin di Kecamatan Kalirejo pada tahun 2011 berjumlah 2155 jiwa dan meningkat menjadi 2268 jiwa di tahun 2012. Sehingga dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah rumah tangga miskin khususnya perempuan di Kecamatan Kalirejo justru meningkat, hal ini dapat diidentifikasi oleh keadaan ekonomi masyarakat yang menurun karena saat ini orang yang memiliki usaha sudah semakin banyak dan persaingan antara pedagang semakin meningkat sehingga pendapatan pedagang semakin menurun. Hal ini juga disebabkan oleh tidak meratanya pembangunan yang dilakukan di Kecamatan Kalirejo sehingga lembaga desa menjadi semakin kuat namun perekonomian desa menurun, padahal seharusnya perekonomian desa juga
(32)
8
meningkat, hal ini bertentangan dengan keadaan ekonomi rumah tangga masyarakat di Kecamatan Kalirejo yang semakin menurun. Dari masalah program SPP di Kecamatan Kalirejo ini, penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut, dan peneliti akan melakukan evaluasi secara lebih komprehensif untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran program kegiatan SPP apakah sudah berhasil atau belum. (Hasil wawancara riset, tanggal 10 April 2013)
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat permasalahan pada uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana evaluasi pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan pada Unit Pengelola Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis evaluasi pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan pada Unit Pengelola Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.
(33)
9
D. Manfaat Penelitian
Setelah selesai penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi kami sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:
1. Secara akademis : penelitian ini diharapkan menambah wawasan mahasiswa umumnya dan mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara pada khususnya sebagai bahan referensi tentang kajian evaluasi kegiatan. 2. Secara praktis : hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
sumbangan pemikiran serta informasi bagi Pemerintah Daerah Lampung Tengah khususnya Pemerintah Kecamatan, Desa dan Masyarakat dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga miskin dan kaum perempuan.
(34)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Evaluasi Kegiatan
1. Pengertian Evaluasi
Wirawan, dalam bukunya yang berjudul Evaluasi, Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi mendefinisikan evaluasi sebagai riset untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilainya dengan membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evalusi.
Ralph Tyler (Brinkerhoff et al, 1983) dalam Wirawan “the process of determining to what extent the educational objectives are actually being realized” Yaitu proses yang menentukan sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai. Definisi lain mengenai evaluasi dikemukakan oleh Mustofadijaya, evaluasi merupakan kegiatan pemberian nilai atas sesuatu fenomena didalamnya terkandung pertimbangan nilai tertentu. Apabila dalam konteks kebijakan publikmaka fenomena yang dinilai adalah berkaitan dengan tujuan, sasaran kebijakan, kelompok sasaran yang ingin dipengaruhi, berbagai instrumen kebijakan yang terjadi dan sebagainya. (Widodo, 2007:111)
(35)
11
Selanjutnya Jones dalam Widodo (2007:113-114) mengartikan evaluasi sebagai suatu aktifitas yang dirancang untuk menilai hasil-hasil kebijakan pemerintah yang mempunyai perbedaan-perbedaan yang sangat penting dalam spesifikasi objeknya, teknik-teknik pengukurannya dan metode analisisnya. Sedangkan Ernest House berpendapat bahwa evaluasi dilakukan untuk menyediakan informasi kepada para pengambil keputusan agar mereka dapat menentukan alokasi sumber-sumber vital yang dibutuhkan masyarakat. (Wirawan, 2011:54)
Edward A. Suchman, Professor of Sociology University of Pittsburg menulis buku berjudul Evaluative Research: Principles and Practicein Public Service and Social Action Program (1987) yang menunjukan pandangannya mengenai evaluasi sebagai suatu penelitian. Ia membedakan antara evaluasi sebagai suatu pemakaian pendapata umum yang menunjukkan suatu proses sosial membuat penilaian mengenai manfaat dan riset evaluatif (evaluative research) sebagai suatu adjektif menspesifikasi suatu jenis riset. (Wirawan, 2011:39) Dari berbagai teori diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa evaluasi adalah menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan dari suatu kebijakan.
2. Pengertian Kegiatan
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan atau kekuatan dan ketangkasan serta kegairahan.
Dalam UU RI NO 15 TH 2006 disebutkan bahwa kegiatan adalah sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personel (sumber daya
(36)
12
manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang / jasa.
Kegiatan bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri atas sekumpulan tindakan. (Abdul Halim dalam http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-kegiatan-menurut-beberapa.html)
RAMLAN. S mendefinisikan kegiatan sebagai bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program. (http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-kegiatan-menurut-beberapa.html)
Berdasarkan berbagai definisi kegiatan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa kegiatan adalah suatu tindakan, pekerjaan dan bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa unit kerja atau lembaga.
3. Evaluasi Kegiatan
Tujuan evaluasi dari suatu kegiatan adalah untuk mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan kegiatan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi ini adalah lebih diarahkan kepada hasil, manfaat dan dampak dari program.
(37)
13
Evaluasi merupakan cara untuk membuktikan keberhasilan atau kegagalan dari rencana pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu, pengertian evaluasi sering digunakan untuk menunjukkan tahapan siklus pengelolaan kegiatan.
Evaluasi kegiatan adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberikan nilai secara objektif atas pencapaian hasil-hasil pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi selalu berupaya untuk mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu rencana. Disamping itu evaluasi juga mengukur hasil-hasil pelaksanaan secara objektif dengan ukuran yang dapat diterima oleh seluruh pihak yang terlibat. (Jaya martha dalam http://www.idb-unj.info/index.php?option=com_content&view=article&id=50&Itemid=52)
4. Jenis Evaluasi
Dalam studi evaluasi, menurut Finsterbusch dan Motz (dalam Samudro dkk, 1994) terdapat 4 (empat) jenis evaluasi yaitu :
1. Single program after only, merupakan jenis evaluasi yang melakukan pengukuran kondisi atau penilaian terhadap program setelah meneliti setiap variabel yang dijadikan kriteria program. Sehingga analis tidak mengetahui baik atau buruk respon kelompok sasaran terhadap program. 2. Single program befora-after, merupakan penyempurnaan dari jenis
pertama yaitu adanya data tentang sasaran program pada waktu sebelum dan setelah program berlangsung.
(38)
14
3. Comparative after only, merupakan penyempurnaan evaluasi kedua tapi tidak untuk yang pertama dan analis hanya melihat sisi keadaan sasaran bukan sasarannya.
4. Comparative before-after, merupakan kombinasi ketiga desain sehingga informasi yang diperoleh adalah efek program terhadap kelompok sasaran.
Menurut James Anderson, evaluasi kebijakan publik dibagi menjadi tiga. Tipe pertama, evaluasi kebijakan publik yang dipahami sebagai kegiatan fungsional. Kedua, evaluasi kebijakan yang memfokuskan pada bekerjanya kebijakan. Ketiga, evaluasi kebijakan sistematis yang melihat secara objektif program-program kebijakan yang ditujukan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan sejauh mana tujuan-tujuan yang ada telah dinyatakan telah dicapai. Berdasarkan jenis dan tipe yang telah dijelaskan di atas, maka menurut Edward A. Suchman mengemukakan enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu: (1) mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi; (2) analisis terhadap masalah; (3) deskripsi dan standardisasi kegiatan; (4) pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi; (5) menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab lain; (6) beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak. (Riant Nugroho, 2010: 675)
a. Evaluasi Berbasis Tujuan
Evaluasi Berbasis Tujuan dalam bahasa Inggris disebut Goal Based Evaluation Model yang dikembangkan oleh Ralph W. Tyler. Ia mendefinisikan evaluasi sebagai “ ... the process of determining to what extent the educational objectives
(39)
15
are actually being realized” (Brikerhoff et.al, 1983). Evalausi merupakan proses menentukan sampai seberapa tinggi tujuan pendidikan sesungguhnya dapat dicapai. Jenis evaluasi berbasis tujuan dirancang dan dilaksanakan dengan proses sebagai berikut:
1. Mengindetifikasi tujuan. Mengidentifikasi dan mendefinisikan tujuan atau intervensi, layanan dari program yang tercantum dalam rencana program. Objektif program kemudian dirumuskan dalan indikator-indikator kuantitas dan kualitas yang dapat diukur.
2. Merumuskan tujuan menjadi indikator-indikator. Evaluator merumuskan tujuan program menjadi indikator-indikator kuantitatif dan kualitatif yang dapat diukur.
3. Mengembangkan metode dan instrumen untuk menjaring data. Evaluator menentukan apakah akan menggunakan metode kualitatif atau kuantitatif atau campuran. Mengembangkan instrumen untuk menjaring data.
4. Memastikan progam telah berakhir dalam mencapai tujuan. Layanan, intervensi darai program telah dilaksanakan dan ada indikator mencapai pencapaian tujuan, pengaruh atau perubahan yang diharapkan.
5. Menjaring dan menganalisis data/informasi pencapaian program, atau pengaruh intervensi atau perubahan yang diharapkan dari pelaksanaan program dan membandingkan dengan objektif yang direncanakan dalam rencana program untuk menentukan apakah terjadi ketimpangan.
6. Mengambil keputusan mengenai program. Keputusan dapat berupa; a) jika program dapat mencapai tujuannya sepenuhnya, program dilanjutkan atau dilaksanakan di daerah lain, b) Jika program berhasil dan masyarakat sudah
(40)
16
tidak memerlukan lagi maka program dihentikan, c) Jika program gagal, tetapi masih diperlukan oleh sebagian besar masyarakat, maka program dianalisis penyebab kegagalan dan kemudian dikembangkan dan dimodifikasi. (Wirawan, 2011:80-82)
b. Evaluasi Sistem Analisis
Evaluasi sistem analisis atau sering disebut Management Evaluation Model. Setiap program mempunyai tujuan program, yaitu apa yang akan dicapai dengan dirancang dan dilaksanakan. Dalam program sosial tujuan program adalah menciptakan perubahan sosial dengan melakukan intervensi sosial. Indikator dari evaluasi ini menjadi parameter dan dasar penilaian pelaksanaan kegiatan. Pengkajian ulang akan dilakukan terhadap kegiatan yang tidak memenuhi indikator-indikator tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan model evaluasi sistem analisis untuk menganalisis indikator suatu pelaksanaan kegiatan SPP, yaitu:
1. Evaluasi masukan (input evaluation). Yaitu mengevaluasi masukan rencana program terdahulu untuk dijadikan program yang akan dilaksanakan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menganalisis dan menilai kecukupan kuantitas dan kualitas masukan yang diperlukan untuk melaksanakan program.
2. Evaluasi proses (process evaluation). Evaluasi proses memfokuskan pada pelaksanaan program dan menyediakan informasi mengenai kemungkinan program diperbaiki.
(41)
17
3. Evaluasi keluaran (output evaluation). Evaluasi keluaran mengukur dan menilai keluaran daripada program, yaitu produk yang dihasilkan program. Berapa banyak dan berapa baik produk dari program.
4. Evaluasi akibat (outcome evaluation). Evaluasi akibat mengukur apakah masyarakat yang mendapatkan layanan program berubah menjadi lebih baik. (Wirawan, 2011:107-110)
5. Tujuan Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai dengan objek evaluasinya. Tujuan melaksanakan evaluasi antara lain adalah:
1. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat. Program dirancang dan dilaksanakan sebagai layanan atau intervensi sosial untuk menyelesaikan masalah, situasi, keadaan yang dihadapi masyarakat. Program juga diadakan untuk mengubah keadaan masyarakat yanag dilayani.
2. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Setiap program direncanakan denagn teliti dan pelaksanaannya harus sesuai dengan rencana tersebut. Akan tetapi, pada pelaksanaannya suatu program dapat tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.
3. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar. Setiap program dirancang dan dilaksanakan berdasarkan standar tertentu.
4. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana dimensi program yang jalan, mana yang tidak berjalan.
5. Mengambil keputusan mengenai program. Salah satu tujuan evaluasi program adalah untuk mengambil keputusan mengenai program. Jika
(42)
18
evaluasi suatu program menunjukkan berhasil malakukan perubahan dalam masyarakat dengan mencapai tujuannya, maka program akan dilanjutkan atau dilaksanakan di daerah lain. Jika ternyata program buruk dan kurang bermanfaat bagi masyarakat, maka program harus dihentikan.
6. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka kebebasan, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. (Suharto, 2005:58)
Dalam Suharto (2005:58), beberapa ahli mendefinisikan pengertian pemberdayaan sebagai berikut:
1. Pemberdayaan adalah sebagai tujuan, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
(43)
19
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. (Parson, 1994)
Memberdayakan masyarakat dalam pembangunan biasanya diidentikan dengan memberikan bantuan uang. Tetapi banyak proyek-proyek Inpres yang tekanannya memberikan bantuan material kepada masyarakat desa justru mematikan swadaya masyarakat, bahkan sebaliknya menjadikan masyarakat menggantungkan diri kepada pemberi bantuan. Pola pemberdayaan dengan hanya memberikan bantuan langsung uang atau bantuan proyek kepada masyarakat tidak akan merangsang peran serta masyarakat untuk terlibat di dalam pembangunan. Pada kasus tertentu, di dalam konsep pembangunan masyarakat, memang diperlukan, akan tetapi yang lebih penting adalah pengembangan swadaya masyarakat untuk membangun diri sendiri. Ciri khas dari suatu kegiatan swadaya adalah adanya sumbangan dalam jumlah besar yang diambil dari sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat baik yang dimiliki individu maupun kelompok di dalam masyarakat.
(44)
20
Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin, perempuan, buta huruf dan kelompok terabaikan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap nilai-nilai budaya setempat, memerhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat, serta berkelanjutan. (Sedarmayanti, 2012 : 142).
Pembangunan pedesaan harus melakukan empat upaya besar yang saling berkaitan :
1. Memberdayakan ekonomi masyarakat desa yang memerlukan masukan modal, bimbingan teknologi, dan pemasaran untuk memandirikan masyarakat desa.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya penduduk pedesaan dengan peningkatan pendidikan, kesehatan, dan gizi sehingga memperkuat produktivitas dan daya saing.
3. Membangun prasarana pendukung pedesaan yang cukup karena lokasi perkampungan terpencil, seperti jalan, jaringan telekomunikasi dan penerangan, yang masih merupakan tanggung jawab pemerintah. Keikutsertaan masyarakat desa setempat dalam gotong-royong harus diutamakan.
4. Mengatur kelembagaan pedesaan, yaitu berbagai lembaga pemerintah dan lembaga kemasyarakatan desa. Pemerintahan desa harus mampu
(45)
21
menampung aspirasi dan menggali aspirasi masyarakat. (Kartasasmita dalam Wrihatnolo 2007 : 34).
Dengan demikian dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial.
B. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
(PNPM MP)
1. Pengertian PNPM MP
Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Mandiri (PNPM) merupakan kelanjutan dari program serupa, yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program pendukunganya seperti PNPM : Generasi dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana dan konflik.
Berdasarkan Buku Pedoman Umum PNPM MP Tahun 2008 yang menyatakan bahwa visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah :
(46)
22
Kesejahteraan berarti terpenuhinya dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada dilingkungannya, mampu mengakses sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Sedangkan Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah:
a. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya b. Kelembagaan sistem pembangunan partisipatif
c. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal
d. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar ekonomi masyarakat
e. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan
Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM MP, strategi yang dikembangkan yaitu menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK).
Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah :
a. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan
(47)
23
melalui harmonisasi dari pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
b. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberkelanjutan berbagai hasil yang dicapai.
2. Prinsip-prisip dasar PNPM MP
PNPM Mandiri Perdesaan menekankan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut : 1) Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri
Perdesaan senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.
2) Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.
3) Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.
(48)
24
4) Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
5) Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.
6) Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.
7) Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.
8) Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.
9) Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.
10)Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
(49)
25
11)Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
12)Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.
(Tim Pengendali PNPM Mandiri. 2008. Pedoman umum program nasional PNPM Mandiri. Sekretariat Tim Pengendali PNPM mandiri)
3. Pengertian PNPM MP Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
Berdasarkan Bahan Bacaan Penjelasan Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Tahun 2009 dijelaskan bahwa Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberikan permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam.
4. Tujuan dan Ketentuan PNPM MP Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
1) Tujuan Umum
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudian akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja.
(50)
26
a. Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar
b. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha
c. Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan. (Tim Pengendali PNPM Mandiri. 2008. Pedoman umum program nasional PNPM Mandiri. Sekretariat Tim Pengendali PNPM mandiri.)
5. Ketentuan Dasar
Ketentuan dasar dalam Kegiatan Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan (SPP) adalah sebagai berikut:
1) Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan.
2) Terlembagakan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang baku dalam pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman.
3) Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang profesional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan.
4) Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi pada peningkatan pendapatan, sehingga meningkatkan pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat perdesaan.
5) Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. (Tim Pengendali PNPM
(51)
27
Mandiri. 2008. Pedoman umum program nasional PNPM Mandiri. Sekretariat Tim Pengendali PNPM Mandiri)
c. Ketentuan Pendanaan BLM
Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana yang disediakan untuk mendanai kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) perkecamatan maksimal 25% dari alokasi BLM.
1) Sasaran dan Bentuk Kegiatan
a. Sasaran Program adalah rumah tangga miskin yang produktif yang memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan sosial dasar melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat. b. Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman.
2) Ketentuan Kelompok SPP, yaitu :
a. Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan yang satu sama lain saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu Tahun.
b. Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati.
c. Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota.
(52)
28
Kerangka Pikir
Salah satu wujud keseriusan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat, yaitu dengan meningkatkan bantuan pembangunan kepada masyarakat desa melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP). Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan hadir untuk meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri sebagai prioritas mendesak, khususnya terhadap masyarakat pedesaan. Salah satu program PNPM Mandiri Perdesaan yaitu program SPP (Simpan Pinjam Perempuan).
SPP (Simpan Pinjam Perempuan) adalah kegiatan pemberian modal untuk kelompok perempuan dalam bentuk dana simpan pinjam, bagi mereka yang telah mempunyai usaha. Secara umum kegiatan SPP ini bertujuan untuk mengembangkan potensi usaha masyarakat Rumah Tangga Miskin (RTM) khusunya perempuan, dan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara nasional melalui pemberian dana bergulir untuk pengembangan usaha produktif, dimana dalam pelaksanaannya, program ini melibatkan seluruh unsur yang terdapat di daerah, mulai dari unsur pemerintah, pihak konsultan maupun masyarakat yang menjadi sasaran program ini.
Evaluasi program SPP ini akan menjawab sejauhmana pelaksanaan program SPP telah tercapai. Keberhasilan program dapat dikaji dari dua perspektif yang berbeda, yaitu dari tinjauan proses (implementasi) dan hasil (outcome). Penelitian
(53)
29
ini dilihat dari segi proses (implementasi) yang menekankan konsistensi antara pelaksanaan program dengan policy guidlines yang ditentukan. Menurut perspektif ini, suatu program pemerintah dikatakan berhasil jika pelaksanaan program sesuai dengan policy guidlines yang ditentukan. Policy guidlines adalah petunjuk ketentuan pelaksanaan program yang dibuat oleh pembuat program yang mencakup antara lain: cara pelaksanaan, agen pelaksana, kelompok sasaran, dan pemanfaat program (Dwiyanto, 1995).
Dengan menggunakan model evaluasi sistem analisis atau sering disebut Management Evaluation Model. Setiap program mempunyai tujuan program, yaitu apa yang akan dicapai dengan dirancang dan dilaksanakan. Dalam program sosial tujuan program adalah menciptakan perubahan sosial dengan melakukan intervensi sosial. Penelitian ini difokuskan pada evaluasi sistem analisis yaitu:
1. Evaluasi masukan (input evaluation). Yaitu mengevaluasi masukan rencana program terdahulu untuk dijadikan program yang akan dilaksanakan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menganalisis dan menilai kecukupan kuantitas dan kualitas masukan yang diperlukan untuk melaksanakan program. Pada evaluasi masukan program SPP peneliti memfokuskan pada prosedur pelaksanaan Kegiatan SPP sebagai berikut:
a. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan SPP b. Sosialisasi dan partisipasi masyarakat
2. Evaluasi proses (process evaluation). Evaluasi proses memfokuskan pada pelaksanaan program dan menyediakan informasi mengenai kemungkinan program diperbaiki. Evaluasi proses dalam penelitian ini memfokuskan pada
(54)
30
pelaksanaan PNPM MP SPP berdasarkan ketentuan dasar dalam kegiatan Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan (SPP), yaitu;
a. Kemudahan b. Pengembangan c. Akuntabilitas
a. Evaluasi keluaran (output evaluation). Evaluasi keluaran mengukur dan menilai keluaran daripada program, yaitu melihat tingkat keberhasilan program, apakah program sesuai dengan tujuan dari PNPM MP SPP, antara lain;
a. Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar.
b. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga miskin.
c. Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan.
4. Evaluasi akibat (outcome evaluation). Evaluasi akibat mengukur apakah masyarakat yang mendapatkan layanan program berubah menjadi lebih baik. Pada evaluasi akibat peneliti menganalisis tentang pemberdayaan yaitu; a. Pemberdayaan Sosial
b. Pemberdayaan Ekonomi c. Keberlanjuan Program (Wirawan, 2011:107-110)
Untuk mengetahui kerangka pikir dari penelitian ini dijelaskan pada bagan berikut ini:
(55)
31
Bagan 1.
Bagan Kerangka Pikir
PNPM MP SPP Evaluasi Kegiatan
Evaluasi masukan Evaluasi Keluaran Evaluasi Proses a.Kemudahan b.Pengembangan c.Akuntabilitas
1.Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar.
2.Memberikan kesempatan kaum perempuan
meningkatkan ekonomi rumah tangga miskin. 3.Mendorong penguatan
kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan.
PNPM
Evaluasi akibat
a.Prosedur pelaksanaan kegiatan SPP
b.Sosialisasi dan
partisipasi masyarakat a. Pemberdayaan Sosial b. Pemberdayaan Ekonomi c. Keberlanjuan Program
(56)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong: 2005). Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2005) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Sementara itu Moleong (2005) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
(57)
33
Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti dan memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian dimana peneliti merupakan instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, sehingga mnghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif peneliti bermaksud untuk menggambarkan tentang kegiatan Simpan Pinjam Perempuan pada Program Nasioanal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah dalam meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan pendapatan masyarakat miskin.
B. Fokus Penelitan
Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana data yang tidak relevan (Moleong, 2005). Dengan demikian dalam penelitian kualitatif hal yang harus diperhatikan adalah masalah dan fokus penelitian karena fokus penelitian memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data sehingga dengan batasan ini peneliti akan fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian.
Dengan menggunakan model evaluasi sistem analisis atau sering disebut Management Evaluation Model. Setiap kegiatan mempunyai tujuan kegiatan, yaitu apa yang akan dicapai dengan dirancang dan dilaksanakan. Dalam kegiatan
(58)
34
sosial tujuan kegiatan adalah menciptakan perubahan sosial dengan melakukan intervensi sosial. Penelitian ini difokuskan pada evaluasi sistem analisis yaitu:
1. Evaluasi masukan (input evaluation). Yaitu mengevaluasi masukan rencana program terdahulu untuk dijadikan kegiatan yang akan dilaksanakan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menganalisis dan menilai kecukupan kuantitas dan kualitas masukan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan. Pada evaluasi masukan kegiatan SPP peneliti memfokuskan pada prosedur pelaksanaan kegiatan SPP sebagai berikut:
a. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan SPP b. Sosialisasi dan partisipasi masyarakat
2. Evaluasi proses (process evaluation). Evaluasi proses memfokuskan pada pelaksanaan kegiatan dan menyediakan informasi mengenai kemungkinan kegiatan diperbaiki. Evaluasi proses dalam penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan PNPM MP SPP berdasarkan ketentuan dasar dalam kegiatan Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan (SPP), yaitu;
a. Kemudahan b. Pengembangan c. Akuntabilitas
3. Evaluasi keluaran (output evaluation). Evaluasi keluaran mengukur dan menilai keluaran daripada kegiatan, yaitu melihat tingkat keberhasilan kegiatan, apakah kegiatan sesuai dengan tujuan dari PNPM MP SPP, antara lain;
a. Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar.
(59)
35
b. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga miskin.
c. Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan.
4. Evaluasi akibat (outcome evaluation). Evaluasi akibat mengukur apakah masyarakat yang mendapatkan layanan dari kegiatan berubah menjadi lebih baik. Pada evaluasi akibat peneliti menganalisis tentang pemberdayaan yaitu; a. Pemberdayaan Ekonomi
b. Keberlanjuan Program (Wirawan, 2011:107-110)
C. Lokasi Penelitian
Dalam penentuan lokasi, Moleong menyatakan cara terbaik yang ditempuh dengan mempertimbangkan substansi dan menjajaki lapangan dan untuk mencari kesesuaian dengan melihat kenyataan di lapangan. Sementara itu geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu juga dipertimbangkan dalam menentukan lokasi penelitian (Moleong, 2005;128)
Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive) yaitu Unit Pengelola Kegiatan PNPM MP Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, dikarenakan UPK merupakan lembaga yang mengurus terkait program pemerintah yaitu PNPM MP khususnya simpan pinjam perempuan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Lokasi penelitian dipilih karena Kecamatan Kalirejo ini merupakan salah satu kecamatan yang mendapatkan program pemerintah yaitu Program Nasional Pemberdayaan
(1)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Prosedur pelaksanaan kegiatan SPP sudah memenuhi syarat dalam ketentuan
dasar kegiatan pelaksanaan program SPP. Dan kegiatan SPP telah menunjukkan
bahwa penyaluran dana SPP sudah dilaksanakan secara prosedural. Selain itu,
tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Kalirejo cukup tinggi, dilihat dari
jumlah pemanfaan program SPP yaitu kelompok yang meminjam dana SPP,
namun pada proses sosialisai yang dilakukan oleh pihak pengelola kegiatan SPP
kurang menyentuh masyarakat yang berada di pelosok desa, sehingga banyak
yang tidak mengetahui akan adanya program SPP.
2. Pelaksanaan kegiatan SPP sudah memenuhi ketentuan dasar PNPM SPP yaitu
kemudahan. Dalam hal kemudahan, kriteria tidak memerlukan agunan sudah
terpenuhi sesuai dengan ketentuan dasar kegiatan SPP, namun target atau sasaran
penerima pinjaman belum sesuai dikarenakan masih adanya ketidakyakinan dari
masyarakat miskin sendiri dan juga dari pengelola UPK untuk memberikan
pinjaman apakah mereka bisa mengembalikan dana pinjaman SPP. Pada proses
(2)
114
perempuan dapat menciptakan lapangan pekerjaan secara mandiri seperti
membuat usaha kuliner, usaha kelontongan, warung dan lain-lainnya.
Pelaksanaan kegiatan SPP dilakukan secara akuntabilitas yakni pada proses
administrasi dilakukan dengan pencatatan yang jelas, cermat, serta didukung
bukti-bukti penggunaan atau penyaluran dana. Tingkat akuntabilitas dalam
pengelolaan lembaga keswadayaan masyarakat cukup baik, dimana setiap tahun
telah ada audit dari pihak auditor eksternal, dilaksanakan review partisipatif dari
masyarakat serta pemberian informasi langsung kepada masyarakat.
3. Kegiatan SPP hanya mampu memenuhi kebutuhan pendanaan sebesar 10,48%
dari jumlah KK yang ada di Kecamatan Kalirejo. Hal ini menunjukkan bahwa
PNPM SPP belum secara maksimal memberikan dana pinjaman kepada
masyarakat. PNPM SPP belum dapat menyentuh secara keseluruhan dari
masyarakat yang ada di Kecamatan Kalirejo khususnya kaum perempuan yang
kurang mampu. Tingkat kemiskinan selama dua tahun terakhir mengalami
peningkatan. Tidak meratanya penerimaan program SPP ini menunjukkan adanya
ketimpangan bahwa dana SPP diberikan kepada masyarakat menengah.
Masyarakat dapat menguatkan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum
perempuan yakni dapat meningkatkan keikutsertaan kaum perempuan dalam
pembangunan perekonomian keluarga dan secara aktif membangun
kegiatan-kegiatan simpan pinjam menjadi lebih produktif dan berkembang.
4. Kondisi masyarakat yang ada sekarang belum banyak mengalami peningkatan
(3)
sehingga dapat meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Masyarakat di
Kecamatan Kalirejo dikatakan telah siap untuk melanjutkan kegiatan SPP yang
selama ini telah berjalan karena unggul dalam perguliran dana yang dikelola oleh
UPK. Namun secara mandiri hal tersebut belum dapat dilaksanakan sendiri oleh
masyarakat, sehingga masih membutuhkan pendampingan yang intensif dari
pihak luar dalam hal ini fasilitator agar masyarakat benar-benar siap dan
memiliki kapasitas yang cukup untuk secara mandiri mampu mengelola
pembangunan di Kecamatan Kalirejo.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Lebih ditingkatkan lagi pendekatan dari pihak pengelola UPK terhadap kaum
perempuan kurang mampu sehingga kaum perempuan yang kurang mampu dapat
ikut merasakan program SPP dan dapat dengan mudah membentuk kelompok
untuk permohonan dana pinjaman SPP.
2. Diselenggarakannya pelatihan guna peningkatan keterampilan dan pengetahuan
untuk kaum perempuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat (seperti:
pelatihan manajemen keuangan, pelatihan pembuatan kerajinan yang
memanfaatkan SDA di desa, pelatihan membuat kue, pelatihan menjahit, dsb).
3. Pihak pengelola UPK melakukan sosialisasi kebeberapa daerah/desa yang
berjarak jauh dari pusat pemerintahan, hal ini dimaksud agar masyarakat secara
(4)
116
kegiatan pelaksanaan program SPP. Dan pemberian dana lebih difokuskan
terhadap masyarakat kurang mampu dan diberikan kepada yang baru akan
memulai usaha sehingga dapat lebih meningkat perekonomian di Kecamatan
Kalirejo.
4. Pihak BPUPK untuk melakukan pengawasan terhadap kelompok-kelompok baru
yang akan mengajukan pinjaman, agar dapat diketahui bahwa kelompok
peminjam benar-benar membutuhkan dana SPP, dan apakah dana tersebut
digunakan untuk menambah pendanaan modal atau hanya sekedar untuk
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Dunn, William. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada Univerity Press; Yogyakarta.
Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, konsep, Teori, dan Isu. Gava Media. Yogyakarta.
Moleong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2004. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoretis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta,.
Suharto, Edi, 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis Pembangunan Kesejateraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Aditama. Bandung.
Wahab, Solichin Abdul. 1997. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara Edisi.2. Bumi Aksara. Jakarta.
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses (Edisi Revisi). Media Presindo ; Yogyakarta
Wibawa, Samudra. 1993. Evaluasi Kebijakan Publik. Universitas Gajah Mada ; Yogyakarta
Wirawan. 2011. Evaluasi, Teori, Model, Standar, Aplikasi, Dan Profesi. Contoh Aplikasi Evaluasi Program: Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan, Kurikulum, Perpustakaan, Dan Buku Teks.. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
(6)
Wrihatnolo, Randy.R, dan Riant Nugroho D, 2007. Manajemen Pemberdayaan : Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta
Website
http://www.idb.unj.info/index.php?option=com_content&view=article&id=50&It emid
http://regional.kompasiana.com/2012/08/01/pelaksanaan-pnpm-mandiri-di-lampung-tengah-481690.html, diakses pada 10 Januari 2013
http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-kegiatan-menurut-beberapa.html
http://www.smeru.or.id/report/research/pnpmrural/pnpmrural_ind.pdf di akses pada 15 Nopember 2012
Sumber Pustaka Lain:
Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2008. Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Jakarta
P3KBPM-PNPM MP (Pokja Pengendali Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat-PNPM Mandiri). 2010. Tentang PNPM
Pengurus Kelompok Mawar dan Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Kalirejo. 2012. Proposal usulan kegiatan SPP Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) TA. 2012 Lampung Tengah.
Tim Pengendali PNPM Mandiri. 2008. Pedoman umum program nasional PNPM Mandiri. Sekretariat Tim Pengendali PNPM mandiri. 49 Hal.