mereka mendapatkan tekanan dari pemerintah China sendiri pada dari abad ke-17 sampai pertengahan abad ke-19 dan pemerintah China juga tetap bersikap kurang
bersahabat kepada China perantauan. Karena kurangnya sistem pengamanan maka China perantauan sangat tergantung pada usaha membangun ikatan dalam jaringan.
7
B. Jaringan Pedagang Perantau China
Meskipun baik pedagang China maupun pedagang perantauan China seperti ”pedagang tanpa imperium” bila dibandingkan dengan kolonialis Eropa, mereka
masih dapat mendirikan pemukiman luar negeri dan menjalin hubungan dengan China melalui jaringan bisnisnya dan ikatan yang kuat dengan para perantau.
Gambaran sejarah jaringan bisnis China dan China perantauan sangat membantu dalam menjelaskan bagaimana jaringan bisnis kontemporer China berfungsi dan
mengapa mereka berhasil menjalin hubungan dengan China. Dari tahun 1949 sampai 1978 hubungan yang normal antara jaringan
pedagang perantau China dengan China daratan menjadi terganggu ketika Pemerintah Komunis China menempuh kebijakan sistem ekonomi terpusat dan secara perlahan
melarang perusahan swasta dan menilai pedangan perantau China yang kaya sebagai borjuis. Namun demikian, Hong Kong digunakan sebagai pintu masuk dan keluar
bagi jaringan antara perantau China dengan China daratan bagi perdagangan dalam skala kecil, dan sebagai perantara dan tempat penyimpanan uang kiriman sejak tahun
1949. Dari tahun 1950an emigrasi China berhenti karena Pemerintah Komunis melarang emigrasi dan pada umumnya mereka juga tidak diijinkan masuk Asia
Tenggara setelah kolonialis meninggalkan daerah itu dan penduduk pribumi
7
Chan Kwok Bun, “State, Economy and Culture: Reflections on the Chinese Business Networks”, dalam Chan Kwok Bun ed., Chinese Business Networks: State, Economu and Culture, Copenhagen:
Nordic Institute of Asian Studies, 2000, hal. 7.
mendirikan pemerintahan sendiri. Perantau China yang mengindentifikasi dirinya dengan China sebelum tahun 1950an harus mengidentifikasi dirinya dengan
penduduk pribumi dan mengubah status kewarganegaraannya untuk diganti dengan status warga negara tempat mereka tinggal sehingga status mereka berubah dari
pemukim China menjadi etnis China tanpa identitas nasionalnya. Namun demikian, rasa identitas yang kuat dengan budaya China dan kesadaran sebagai China masih
menjadi ciri masyarakat China di Asia Tenggara.
8
Melanjutkan tradisi bisnis yang sudah berkembang lama maka pedagang perantau China menjadikan Hongkong sebagai pusat bisnisnya yang baru. Hongkong
telah memainkan peran penting sebagai pusat pelayanan finansial dan bisnis bagi pedagang perantauan China di dunia. Seperti halnya Singapura yang telah menjadi
salah satu pusat finansial dan perdagangan bagi perantau China, maka Hongkong menjadi pusat finansial dan perdagangan yang lain bagi perantau China dan sebagai
sarana untuk menjalin hubungan dengan China daratan..
9
Pada tahun 1949-1990, perantau China menginvestasikan sekitar HK 73 milyar di Hongkong dan hal itu melebihi jumlah investasi dari Amerika dan Jepang.
Dilaporkan juga bahwa pada bulan pertama kejatuhan pemerintah Vietnam Selatan pada tahun 1975, etnik China mentransfer US 0,5 milyar tiap hari ke Hongkong.
Pada awal tahun 1995, dari 200 perusahaan papan atas yang terdaftar pada Hongkong Stock Exchange, tidak kurang 26 diantaranya dimiliki dan dikontrol oleh perantau
China Asia Tenggara. Dari 35 keluarga terkaya di Asia Tenggara, 19 di antaranya telah menginvestasikan uangnya di China dan tidak kurang 10 di antaranya
menjadikan Hongkong sebagai cabang utamanya, yang bertindak sebagai holding
8
Leo Suryadinata, “Ethnic Chinese and Nation-Building: Concluding Remarks”, dalam Leo Suryadinata, ed., Ethnic Relations and Nation-Building in Southeast Asia, Singapura: Intitute of
Southeast Asian Studies, 2004, hal. 231.
9
Lynn Pan, Sons of the Yellow Emperor, London: Secker and Warburg, 1990, hal. 362.
company atau alat untuk mengatur aktivitas bisnis di China. Pada tahun 2003, 18 perusahaan yang dimiliki dan dikontrol oleh perantauan China Asia Tenggara pada
Hongkong Stock Exchange berjumlah US 12 milyar.
10
Memang baik pedagang China maupun pedagang perantau China telah memainkan peranan ekonomi yang sangat menentukan di Asia Tenggara sejak lama,
namun kalau dilihat maka pertumbuhan kekayaan yang sangat cepat terjadi sekitar 40 tahunan yang lalu. Perkembangan ekonomi Taiwan, Hongkong dan Singapura terjadi
pada tahun 1960an-1980an; sedangkan Thailand, Malyasia, Philipina, dan Indonesia pada tahun 1970an-1980an. Kekuatan ekonomi perantau China terus berkembang
pesat, sehingga mereka dikatakan sebagai yang paling menikmati periode keajaiban perekonomian Asia. Bank Dunia memperkirakan jumlah keseluruhan kekayaan
mereka mencapai US 400 milyar pada tahun 1991 dan naik menjadi US 600 milyar pada tahun 1996.
11
Pada tahun 1978 Pemerintah Komunis China melancarkan kebijakan pembaharuan China daratan dan membuka China bagi dunia luar dan hal ini
mendorong perantau China untuk merevitalisasi hubungan tradisional dagangnya dengan China daratan. Pada tahun 1980 pemerintahan Deng Xiaoping mendirikan
empat Zone Pertumbuhan Ekonomi di 3 propinsi Guangdong dan 1 di propinsi Fujian. Perlu diketahui, kedua proponsi ini memang telah menjadi inti bagi jaringan
bisnis perantau China. Pada tahun 1992, pemerintah membuka hampir seluruh daerah pantai bagi penanaman modal asing, terutama bagi kaum perantauan China.
Pada dekade pertama pembukaan China bagi luar, sebagian besar investasi Foreign Direct Investment, FDI berasal dari Hongkong dan etnis China di Asia
10
Zhuang Guotu, op. cit., hal. 9.
11
Murray Weidenbaum dan Samuel Hughes, How Expatriate Chinese Entrepreneurs are Creating a New Economic Puperpower in Asia, New York: The Bew York Press, 1996, hal. 25.
Tenggara, yang meliputi 55 FDI seluruh China, 70 darinya diinvestasikan di Guangdong 60 dan Fujian 10, dua propinsi yang menjadi asal para perantau
China. Investasi langsung dari etnik China di Asia Tenggara sangat sedikit bila
dibandingkan dengan FDI dari Hongkong. Hal ini tidak mengherankan karena Hongkong telah dijadikan sebagai pos transfer bagi investasi China perantauan ke
China daratan. Bahkan, berdasarkan survey, sejumlah besar investasi dari Hongkong berasal dari cabang-cabang perusahaan yang dimiliki oleh perantauan China Asia
Tenggara. Hongkong dijadikan basis bisnis bagi China perantauan karena mereka khawatir kalau menginvestasikan langsung ke China daratan dapat menimbulkan
kecurigaan politik terutama mengenai masalah loyalitasnya pada negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
12
FDI from Hongkong dan Southeast Asia periode 1979-1989 dalam US milyar Tahun
Total Dari Hongkong
Dari Asia Tenggara 1979-1983
702.55 641.30
61.25 -1984
762.32 753.81
8.51 -1985
978.10 955.68
22.42 -1986
1156.45 1132.37
24.08 -1987
1635.01 1598.21
36.80 TOTAL
3236.43 5081.37
141.06
Investasi Liem Aioe-ling dan Riady di Fujian dapat dilihat sebagai model investasi tidak langsung China perantauan di China daratan melalui Hongkong.
Keluarga kedua etnis China terkaya dari Indonesia itu berasal dari Fujian. Karena loyalitas etnis China sering dicurigai oleh pemerintah Indonesia maka mereka
menginvestasikan dana ke kota kelahirannya melalui Hongkong. Liem menjalankan industri perumahan melalui First Pacific Company di Hongkong dalam rangka
12
Zhuang Guotu, op. cit., hal. 17.
menanamkan investasi di tempat kelahirannya di Fuqing, dekat Fuzhou, dimana suatu zone industri dinamai dengan nama ayahnya. Sedangkan, Stephen Riady
menginvestasikan ke kota kelahirannya, Putian, melalui perusahaan Hongkong China Company. Dia memiliki program industri jangka panjang seperti listrik, pelabuhan,
dan pabrik. Investasi di Fujian dari keduanya saja melalui Hongkong lebih dari investasi langsung Indonesia ke Fujian.
13
Berdasarkan statistik pemerintah China, total FDI ke China berjumlah US 501.47 milyar dari tahun 1979-2003 dan 60 darinya berasal dari perantauan China.
Empat dari 6 investor papan atas merupakan perantauan China. Investor dari Virgin Island, Cayman Islamnd dan Western Samoa dipercaya juga berasal dari perantauan
China.
13
Ibid., hal. 17.