legal policy

Kemiskinan Sebagai Realitas Kehidupan Masyarakat, Merupakan
Dampak Lemahnya Fungsi Dan Peran Hukum (Legal Policy) di
Indonesia
Negara Indonesia adalah negara hukum. Dengan demikian negara
Indonesia telah memiliki landasan yuridis yang kuat dalam peranannya
melaksanakan pembangunan. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia telah memberikan arah dan tujuan bagi
pembangunan yang diharapkan, yakni menuju keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia seutuhnya.
Negara
Indonesia yang dapat diklasifikasi sebagai negara
kesejahteraan
mempunyai
kewajiban
untuk
menyelenggarakan
kesejahteraan umum, yaitu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undangundang dasar 1945, sebagai berikut :

“...... negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut memelihara perdamaian dunia.”
Dalam alinea tersebut dinyatakan bahwa negara Indonesia didirikan
dengan tujuan untuk memajukan kesejahteraan umum”. Rumusan ini
mengandung suatu penugasan kepada Pemerintah untuk menyelenggarakan
kesejahteraan seluruh rakyat, yang berarti pula bahwa negara berkewajiban
untuk memberantas kemiskinan.
Dalam penjelasan UUD 1945 juga disebutkan bahwa Indonesia adalah
negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtastaat) dan tidak berdasarkan
atas kekuasaan belaka (Machtastaat). Dengan demikian maka garis haluan
Negara Indonesia adalah sebagai negara hukum yang mempunyai
konsekuensi bahwa segala sesuatu persoalan yang menyangkut urusan baik
antara warga negara dengan warga negara, maupun antara warga negara
dengan negara/pemerintah harus berdasarkan atas hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan semua warga negara dengan
terkecuali, baik warga negara dalam status rakyat maupun dalam status
pejabat pemerintah harus tunduk dan patuh kepada hukum.
Selanjutnya pada pasal 27 ayat (2) Undang-undang dasar 1945
berbunyi sebagai berikut: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pasal ini memberikan
pengertian bahwa pemerintah berkewajiban untuk mengupayakan agar

setiap warga negara dapat hidup layak sesuai dengan harkat dan martabat
manusia Indonesia. Dengan substansi dari isi pasal tersebut adalah
pemerintah berkewajiban untuk menanggulangi masalah kemiskinan.

Kesejahteraan sosial, yang ingin diwujudkan dalam negara Republik
Indonesia, telah pula diatur dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar
1945 yang berbunyi sebagai berikut : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dandipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Hal ini mewujudkan bahwa kekayaan alam yang ada di Indonesia
haruslah dipergunakan bagi terwujudnya kemakmuran rakyat. Sehubungan
dengan masalah kemiskinan, pada pasal 34 Undang-undang Dasar 1945
secara eksplisit menegaskan bahwa, “fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh Negara”. Mengingat bahwa tujuan dibentuknya negara
Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana tercantum dalamPembukaan UUD 1945. Maka konsekuensinya
negara atau pemerintah tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya untuk
menanggulangi masalah kemiskinan. Dalam era pembangunan di segala
bidang kehidupan guna mewujudkan kesejahteraan sosial.
Hukum diharapkan mampu memfungsikan dirinya untuk mengatasi

atau bahkan memberantas kemiskinan yang masih diderita oleh sebagian
masyarakat kita. Dalam hal ini hukum dapat dijadikan sebagai alat atau
sarana untuk mengadakan rekayasa sosial (a tool of social engineering)
dalam upaya menanggulangi masalah kemiskinan yang terjadi dibangsa ini.
PERMASALAHAN
Dari uraian penulisan di atas, dapat diajukan permasalahan sebagai
berikut: Bagaimanakah peranan hukum dalam melakukan fungsinya sebagai
sarana untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia?
PEMBAHASAN
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh manusia di
manapun dan kapanpun. Kemiskinan juga merupakan permasalahan yang
seringkali dihadapi oleh negara-negara berkembang pada umumnya,
termasuk juga salah satu masalah yang dihadapi olehnegara Indonesia. Di
Indonesia pada saat ini masih terdapat sekitar 25 juta lebih rakyat yang
masih hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan demikian usaha
mngentaskan golongan rakyat miskin tersebut menjadi suatu hal yang
penting. Berbagai macam kebijakan yang timbul sebagai dampak adanya
reformasi juga menyebabkan perubahan dalam bidang politik, ekonomi dan
pemerintahan yang ada di Indonesia. Berbagai strategi yang telah dilakukan
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan memang perlu mendapat

tanggapan serius memicu pertumbuhan ekonomi nasional, menyediakan
fasilitas kredit bagi lapisan miskin, membangun infrastruktur pedesaan
dalam hal ini pembangunan pertanian, pembangunan wilayah/kawasan,
proyek Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan lain-lain.

Menurut John Friedman, kemiskinan diartikan sebagai kecilnya peluang
untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial, yang meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1. Modal produktif seperti tanah, perumahan, peralatan dan
lainnya; Sumber-sumber keuangan seperti pendapatan dan
fasilitas kredit;
2. Organisasi
bersama;

sosial

dan

politik


untuk

mencapai

kebutuhan

3. Jaringan-jaringan sosial untuk memperluas pekerjaan seperti
barang-barang pengetahuan, informasi, ketrampilan dan lainnya.
Salah satu upaya pemerintahan dalam rangka mengangkat golongan
rakyat miskin tersebut, khususnya golongan masyarakat yang disebut fakir
miskin adalah dengan memberikan jaminan hukum di bidang social
(kesejahteraan sosial) kepada fakir miskin, khususnya di bidang pemenuhan
kebutuhan pokok hidup yang layak bagi kemanusiaan, yang meliputi :
penghasilan (pendapatan), gizi, kesehatan, perumahan dan pendidikan.
Hal ini ditekankan karena masalah yang menonjol bagi golongan fakir
miskin adalah berkisar pada keterbatasan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok (dasar) manusia. Dengan melalui jaminan hukum di bidang
sosial diharapkan dapat mengatasi permasalahanyang dialami golongan fakir
miskin tersebut.Jaminan hukum di bidang sosial bagi fakir miskin, di samping
ditujukan untuk menjamin hak -hak asasi rakyat, dalam arti mengangkat

harkat dan martabat manusia menuju taraf kehidupan dan penghidupan
yang lebih baik (layak) bagi kemanusiaan, juga bermanfaatdalam rangka
menopang laju pembangunan serta untuk mencegah perbuatan pengemisan
dan pergelandangan, dan sekaligus sebagai indikator kesejahteraan seluruh
rakyat dalam alam pembangunan di Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Upaya-upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan
oleh pemerintah hinggasaat ini masih belum membuahkan hasil yang
memuaskan. Masih banyak penduduk Indonesia baik di desa maupun di kota
yang menderita kemiskinan. Ketidakberhasilan itu bersumber dari cara
pemahaman dan penanggulangan kemiskinan yang selalu didasarkan pada
pemikiran Neo-Klasik, yaitu masalah kemiskinan yang selalu diartikan
sebagai sebuahkondisi ekonomi semata-mata.
Problema kemiskinan bersifat multi-dimensional, maka strategi
penanggulangannya tidak harus bersifat ekonomi semata sehingga apabila
kebutuhan ekonomi sudah tercapai seolah-olah proyek penanggulangan
kemiskinan itu juga ikut selesai. Ini berarti menenggelamkan persoalanpersoalan
kemiskinan
yang
tidak
berdimensi

ekonomi
seperti
kemiskinanstruktural atau politis.

Menurut data hingga saat ini masih ada sekitar 25 juta lebih rakyat
miskin diIndonesia. Di antara rakyat yang miskin itu sekitar 11,1 juta jiwa
merupakan penduduk desa tertinggal dan sisanya adalah penduduk desa
(yang tidak tertinggal) dan yang tinggal di perkotaan.
Pada tahun 1975 berdasarkan indeks-indeks tertentu oleh UNESCO
telah diprkirakan bahwa garis batas kemiskinan diukur dari pendapatan
perkapita adalah berkisar pada US$100 pertahun. Tolak ukur garis
kemiskinan menurut Prof. Sayogyo adalah jumlah kalori yang dikonsumsikan
perkapita. Batas kemiskinan ditentukan pada tingkat 1700 kalori sehari
perkapita. Batas ini sudah berada di bawah kebutuhan normal orang
Indonesia yang membutuhkan lebih dari 2000 kalori perhari.
Oleh sebab itulah maka pembangunan demi mewujudkan masyarakat
adil dan makmur sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia
mempunyai arti yang sangat penting. Dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara diamanatkan bahwa pembangunan yang dilaksanakan mencakup
berbagai aspek kehidupan yaitu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya,

politik dan pertahanan keamanan. Menurut ketentuan Pasal 1 Peraturan
Pemerintah No. 42 Tahun 1981 tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi
Fakir Miskin, dinyatakan bahwa Fakir miskin adalah orang yang sama sekali
tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai
kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau
orang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi
kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. Yang dimaksud kebutuhan
pokok yang layak bagi kemanusiaan adalah terpenuhinya kebutuhan pokok
hidup yang menyangkut pendapatan, gizi, kesehatan, perumahan dan
pendidikan. Yang termasuk dalam kategori golongan fakir miskin adalah :


Buruh tani berpenghasilan rendah



Buruh nelayan berpenghasilan rendah




Petani yang berpenghasilan rendah



Nelayan yang berpenghasilan rendah



Buruh kasar



Pedagang kecil



Tukang becak, dan lain-lain.

Belum ada cara yang benar-benar tepat untuk mendefinisikan
kelompok kemiskinan. Alternatif yangbanyak digunakan adalah membedakan

kemiskinan relatif dan kemiskinanabsolut. Kemiskinan absolut mendasarkan
pada suatu jumlah minimum tertentu untuk tingkathidup subsisten.

Kemiskinan relatif mempunyai dasar batas minimum kemiskinan yang tidak
tetap. Batas kemiskinan yang ditetapkan akan terus berubah yang secara
ideal akanmeningkat. Dengan demikian maka akan muncul konsep yang
berlawanan.Para ahli kependudukan membagi tingkat kemiskinan menjadi
dua, yaitu :
Kemiskinan biasa, dimana penghasilan masih cukup untuk menjamin
kebutuhan primernya. Yaitu cukup untuk makan meskipun hanya ditahuntahun yang normal,artinya pada tahun itu tidak terjadi kemarau yang
terlalu panjang ataupun ada bencanaalam lainnya. Namun pada saatsaat sulit misalnya pada saat paceklik, dalam kemiskinan biasa
seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya secara wajar.
Kemiskinan luar biasa atau kemelaratan. Dalam hal ini penghasilan untuk
menjaminkebutuhan primernya saja tidak cukup. Meskipun tidak ada
bencana alam maupunkemarau yang terlalu panjang. Untuk kebutuhan
makan saja tidak mencukupi baik darisegi kuantitas maupun dari segi
kualitas.
Dengan bekerja, tiap orang akan mampu memenuhi kebutuhankebutuhannya yangsenantiasa menuntut untuk dipenuhi. Namun dalam
kenyataannya, ada sebagian anggotamasyarakat yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan tersebut, walaupun ia sudah bekerjakeras. Dalam

keadaan demikian, terhadap orang yang masih belum mampu
memenuhikebutuhannya baik karena tidak mampu membuka sendiri
lapangan kerja untuk dirinya, atautidak kuasa bekerja karena faktor-faktor
lain.
Dalam kondisi krisis yang berkepanjangan seperti yang terjadi di
Indonesia sekarang ini,kebijakan penanggulangan kemiskinan memerlukan
kajian yang komprehensif dan mendalamagar kebijakan yang dikeluarkan
sesuai dengan tujuan dikeluarkannya kebijakan tersebut.Untuk tujuan
perencanaan dan strategi penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan
kebijakan pemerintah pusat untuk menanggulangi kemiskinan dalam
eraotonomi daerah seringkali tidak bisa berjalan efektif karena banyak
aparatur pemerintahdaerah dan anggota legislatif di daerah yang tidak
memahami konsep otonomi daerah dalamkerangka negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dalam penggunaan hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat,
maka hukumtersebut harus disesuaikan dengan anggapan-anggapan
masyarakat apabila suatu hasil positif hendak dicapai. Dengan pernyataan
ini maka yang perlu dilakukan pertama-tama adalahmenelaah anggapananggapan masyarakat tentang hukum. Kedua, perlu disoroti pada bagianbagian manakah dari suatu sistem yang paling dihargai oleh sebagian
terbesar masyarakat pada suatu saat. Hal-hal inilah secara minimal yang

harus dipertimbangkan Karena padakenyataannya kemiskinan masih
merupakan sosok yang nyata yang meliputi bagian besar penduduk
Indonesia. Salah satu fungsi hukum adalah sebagai alat untuk
mengubahmasyarakat, dalam arti bahwa hukum mungkin digunakan sebagai
alat pelopor perubahan(agent of change). Agent of change atau pelopor
perubahan adalah seseorang atau untuk memimpin satu atau lebih lembagalembaga kemasyarakatan.Hoebel berpendapat bahwa ada 4 fungsi hukum,
yaitu :
1. menetapkan hubungan-hubungan antar anggota masyarakat, dengan
menunjukkan jenis- jenis tingkah laku apa yang diperkenankan dan apa
pula yang dilarang.
2. menentukan pembagian kekuasaan dan merinci siapa saja yang boleh
melakukan paksaanserta siapa yang harus mentaati, dan penerapan
sanksi yang efektif dan tepat.
3. menyelesaikan sengketa.
4. memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
keadaankehidupan yang berubah-ubah yaitu merumuskan kembali
hubungan yang esensial antaraangota-anggota masyarakat.
Satdjipto Rahardjo menunjukan betapa rumitnya interaksi antara
hukum dengan masalah sosial, dalam hal ini kemiskinan. Hukum yang
diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan mungkin kurang
berhasil untuk mengerjakannya. Bahkan secarasosiologis juga bisa
ditemukan keadaan dimana hukum justru merupakan hambatandalam usaha
menanggulangi kemiskinan.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas kiranya dapat dipahami bahwa dalam masalah
hubungan hukumdan kemiskinan tidak dapat dilepaskan dari adanya konsep
atau model bekerjanya hukumdalam masyarakat. Dapat diketahui dalam
peranan hukum mengubah dan mengarahkan prilaku atau pola-pola tingkah
laku pemegang peran, dalam hal ini adalah warga masyarakat.Apabila
perubahan prilaku ini dapat dilaksanakan maka hukum dalam bekerjanya
dan dapat berfungsi sebagai sarana merekayasa masyakarat (a tool of social
engineering). Dengandemikian pada tingkatan tertentu diharapkan hukum
mampu menanggulangi bahkanmenghapus kemiskinan. Tindak lanjut
kebijakan nasional tentang penanggulangan kemiskinan juga dituangkan
dalam produk legislatif di daerah selama era otonomi daerah,menunjukan
komitmen pemerintah daerah untuk mengentaskan masyarakat dari
gariskemiskinan.Karena peranan hukum untuk melindungi, mengatur dan
merencanakan kehidupanekonomi sehingga dinamika kegiatan ekonomi itu
dapat diarahkan kepada kemajuan dankesejahteraan bagi seluruh

masyarakat sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Aquinasdalam Suma
Theologica. Hukum bukan hanya bisa membatasi dan menekan saja, akan
tetapi juga memberi kesempatan bahkan mendorong para warga untuk
menemukan berbagai penemuan yang dapat menggerakkan kegiatan
ekonomi.
SARAN
Peranan hukum dalam masyarakat sebagai bangunan tersendiri dalam
rangka mencapai tujuan cita-cita negara yakni kesejahteraan dan keadilan
sosial, dilain sisi juga membutuhkan bantuan dari sub sistem yang
lainmeliputi sosial, politik, ekonomi dan budaya serta dengan mengubah
perilaku pemegang peran (masyarakat) pada tingkatan tertentu agar hukum
mampu menanggulangidan bahkan menghapuskan kemiskinan tersebut,
dimana regulasi-regulasi hukum (Legal Policy) memberikan pengaruh positif
dan menjadi mata rantai yang mempengaruhi terhadap sub sistem
kemasyrakatan yang lain, sehingga sub sistem menjadi satu kesatuan yang
utuh menuju cita-cita negara.