Derra Risma Shintia, 2012 Pengaruh Inovasi Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik
Trusmi Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terkenal dengan keanekaragaman kesenian
dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion adalah batik. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di
daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada awalnya batik hanya dikenal oleh kalangan keraton yang digunakan untuk upacara keagamaan maupun
acara-acara kerajaan, sehingga pada waktu itu batik hanya digunakan oleh para raja, bangsawan dan abdi kerajaan. Namun begitu kini batik telah berkembang
menjadi ikon pakaian nasional Indonesia. Batik mulai digunakan oleh masyarakat umum pada awal abad ke-19 dan
jenis batik yang dikenal berupa batik tulis, kemudian berkembang menjadi batik cap dan printing bermotif batik. Selain masyarakat lokal, turis mancanegara juga
sudah menggunakan batik. Hal itu dikarenakan keindahan dari berbagai motif serta mutu warna alami yang menarik.
Salah satu daerah penghasil batik terbesar yang ada di Jawa Barat terdapat di daerah Cirebon. Sentra pembuatan batik Cirebon berada di Desa Trusmi Wetan
dan Trusmi Kulon, Kecamatan Plered. Batik Cirebon disebut juga batik Trusmi oleh masyarakat, karena di Cirebon hanya terdapat satu daerah sentra pembuatan
Derra Risma Shintia, 2012 Pengaruh Inovasi Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik
Trusmi Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
batik. Produk batik Cirebon antara lain adalah batik pesisiran, batik mega mendung, batik sawat penganten, batik urang jejer, dan lain-lain.
Bagi sebagian besar masyarakat disana, industri batik Trusmi adalah salah satu mata pencaharian utama. Industri kerajinan batik Trusmi tergolong kedalam
industri padat karya, karena membutuhkan cukup banyak tenaga kerja manusia dengan beberapa keahlian khusus, telah memberikan kontribusi bagi Kabupaten
Cirebon dengan membuka lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja bagi penduduk angkatan kerja dari dalam desa tempat industri itu berada, maupun
angkatan kerja dari luar daerah.
Tabel 1.1 Data Jumlah Tenaga Kerja Di Industri Batik Trusmi
Tahun Jumlah Tenaga Kerja Orang
Prosentase Pertumbuhan
2007 1.210
- 2008
1.197 -0,010
2009 1.189
-0,006 2010
998 -0,160
2011 1.102
0,104 Sumber : Desperindag Kabupaten Cirebon, 2012
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa dengan adanya industri batik Trusmi cukup membantu penyerapan tenaga kerja, walaupun dari data relatif
ada penurunan sebanyak -0,010, -0,006, dan -0,160 yang terjadi seperti pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Namun begitu, pada tahun 2011 adanya peningkatan
sebesar 0,104 atau sejumlah 1.102 orang dari tahun 2010 yang hanya sebesar 998 orang, membuktikan bahwasanya industri batik Trusmi masih berperan baik
dalam penyerapan tenaga kerja.
Derra Risma Shintia, 2012 Pengaruh Inovasi Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik
Trusmi Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Usaha yang bermula dari skala rumahan lama-kelamaan menjadi industri kerajinan yang berorientasi bisnis. Produk batik Trusmi kini bukan sekedar
memenuhi kebutuhan lokal, tetapi sebagian pengrajin mengekspor ke Jepang, Amerika, Australia dan Belanda. Karenanya, industri batik Trusmi merupakan
salah satu sektor penyumbang pendapatan bagi Kabupaten Cirebon sekaligus penghasil devisa bagi Indonesia.
Selain berguna bagi aspek perekonomian, batik Trusmi juga penting sebagai salah satu aset kekayaan budaya daerah khususnya bagi Kabupaten
Cirebon dan bangsa Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu harus dijaga kelestariannya agar tidak sampai menghilang seiring berjalannya waktu.
Daerah produksi batik Cirebon terdapat di lima wilayah desa yang berbeda, diantaranya desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengnah dan
Panembahan. Pertumbuhan batik Trusmi semakin bergerak cepat mulai dari tahun 2000-an, hal ini bisa dilihat dari banyaknya bermunculan showroom-showroom
batik yang berada di sekitar jalan utama Desa Trusmi dan Panembahan. Namun begitu tidak selamanya pertumbuhan batik Trusmi dapat
berlangsung baik. Batik Trusmi yang semula sedang berkembang, menjadi terganggu kelangsungan usahanya, pada saat krisis perekonomian dan arus
globalisasi, serta beredarnya batik ilegal ke pasar Indonesia pada tahun 2008. Produk selundupan yang sebagian besar berasal dari China itu diperkirakan
mencapai 290 miliar rupiah. Kedatangan batik asing ini langsung mengambil alih pangsa pasar batik yang selama ini menjadi tumpuan penghasilan pengusaha
lokal, termasuk pengusaha batik Trusmi Cirebon. Hal itu disampaikan Dirjen
Derra Risma Shintia, 2012 Pengaruh Inovasi Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik
Trusmi Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian Fauzi Aziz www.indonesia.go.id, 11 November 2011.
Kemunduran industri batik juga semakin menjadi dengan adanya perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA, sejak 1 Januari 2010.
Sebagaimana isi penggalan artikel Pikiran Rakyat www.pikiranrakyat.com tertanggal 29 Oktober 2009 berikut ini :
… Dan pada awal tahun 2010 adalah saat diberlakukan CAFTA China- ASEAN Free Trade Agreement di Indonesia dan negara peserta CAFTA
lainnya. Diberitakan melalui berbagai media informasi, akhir-akhir ini produk China mendominasi pasar Indonesia, bahkan ke pelosok daerah.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan terutama bagi usaha kecil dan menengah yang sedang berkembang akan kalah bersaing denga produk-produk China
sehingga ditakutkan akan mengalami kebangkrutan.
Melalui artikel di atas, dapat dikatakan bahwa ACFTA telah membuat produsen lokal, tak terkecuali pengusaha batik Trusmi, mulai terganggu,
sebagaimana pendapat Buchori dan H. Abed, pengusaha batik Trusmi di Kabupaten Cirebon yang terlihat dalam artikel Pengusaha Cemas Terhadap
Membanjirnya Batik China pada http:nasional .kompas.com tertanggal 1 Oktober 2008 berikut ini :
“Masuknya batik impor dari China dipastikaan akan menjadi gejolak bagi pengusaha dan pengrajin setelah Lebaran 2008 usai. Kedatangan batik China
tersebut akan mempengaruhi usaha kerajinan batik asal Cirebon karena mereka mempunyai keunggulan dalam bidang modal, teknologi, dan menguasai bahan
baku batik sehingga dipastikan akan mengancam kelangsungan usaha batik lokal ”.
Selain itu terganggu usaha batik lokal juga terlihat dari omset mereka yang
menurun akibat pasar lokal semakin dipenuhi oleh produk-produk asing, terutama dari China, sebagaimana yang diunggah dalam www.kompas.co.id, tertanggal 11
Derra Risma Shintia, 2012 Pengaruh Inovasi Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik
Trusmi Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Maret 2010. Penurunan omsetpendapatan pengusaha tersebut dapat dilihat dari data penjualan produk batik Trusmi dibawah yang pertumbuhannya relatif
semakin menurun.
Tabel 1.2 Data Penjualan Batik Trusmi Di Cirebon
Tahun Data PenjualanRP
Prosentase Pertumbuhan
2007 447.178.200
- 2008
307.738.000 -0,31
2009 228.360.600
-0,26 2010
208.280.200 -0,09
2011 198.260.800
-0,04 Sumber : Desperindag Kabupaten Cirebon, 2011
Berdasarkan tabel 1.2 diatas, tampak bahwa volume dan nilai penjualan batik Trusmi mengalami kondisi yang tidak tetap, bahkan cenderung menurun.
Pada tahun 2007, volume batik mencapai 447.178.200 dan mengalami penurunan -0,31 pada tahun 2008 menjadi 307.738.000. Voume batik pada tahun 2009 pun
mengalami penurunan lagi -0,26 atau sebesar 228.360.600. Pertumbuhan batik pun semakin menurun pada tahun 2010 dan 2011 hingga sebesar -0,09 dan -
0,04 atau sebesar 208.280.200 dan 198.260.800. Menurut sumber dari Disperindag Kabupaten Cirebon, kondisi pertumbuhan penjualan yang buruk ini
dipengaruhi oleh adanya krisis ekonomi, kenaikan harga bahan bakar, kenaikan tarif dasar listrik, dan masuknya produk-produk batik asing, seperti dari China.
Batik asing yang ada di pasar lokal mendominasi, karena produknya yang
Derra Risma Shintia, 2012 Pengaruh Inovasi Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik
Trusmi Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
dianggap lebih menampilkan model-model terkini, warna yang bervariatif dan harga yang relatif lebih terjangkau dari batik lokal.
Meskipun demikian, keberadaan industri batik Cirebon tetap harus dipertahankan mengingat batik merupakan ciri khas produk Indonesia.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri batik harus tetap didorong sehingga memiliki keunggulan bersaing yang kuat.
Ada beberapa faktor yang diduga memberikan pengaruh terhadap keunggulan bersaing para pengusahaprodusen batik agar produknya tidak kalah
saing dibandingkan batik asing lainnya, sebagaimana disampaikan oleh Ketua Laboratorium Studi Kebijakan Ekonomi yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Undip Semarang, FXSugiyanto www.kompas.co.id
Saya pikir produsen lokal batik Trusmi akan melakukan penyesuaian- penyesuaian menghadapi serbuan produk China ini, misalnya perbaikan mutu
dan kualitas produk, penginovasian produk, serta standardisasi produk. Sejumlah produsen lokal, tampaknya melakukan pembelajaran atas implikasi
membanjirnya produk China selama satu tahun pertama. Kemudian melakukan penyesuaian-penyesuaian agar mampu merebut pasar.
Dari pernyataan FXSugiyanto tersebut, penulis pun menduga bahwasanya
beberapa faktor yang mungkin dapat meningkatkan keunggulan bersaing bagi pengusahaprodusen batik Trusmi diantaranya adalah inovasi produk dan kualitas
produk. Inovasi produk batik dilakukan untuk menarik perhatian dan minat para
konsumen, sekaligus membuktikan bahwa batik Indonesia, khususnya batik Trusmi bukanlah kebudayaan kuno yang tidak dapat mengikuti perkembangan
Derra Risma Shintia, 2012 Pengaruh Inovasi Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik
Trusmi Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
jaman. Adanya inovasi produk juga bermanfaat untuk memenuhi keinginan para konsumen atau pelanggan masa kini yang selalu menginginkan produk-produk
inovatif. Selain inovasi produk, faktor lain yang diduga dapat berpengaruh pada
keunggulan bersaing yaitu kualitas produk. Kualitas akan menentukan eksistensi produk dan pembeda yang paling efektif dengan produk lain sejenis. Semakin
baik kualitas produk, kepuasan dan loyalitas konsumen atau pelanggan pun dapat terus dipertahankan.
Berdasarkan paparan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan mencoba melakukan penelitian yang berjudul
“PENGARUH INOVASI
PRODUK DAN
KUALITAS PRODUK
TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING PENGUSAHA BATIK TRUSMI DI
KABUPATEN CIREBON.”
1.2 Rumusan Masalah