Annalisis konsumsi rumahtangga untuk komoditi pangan protein hewani di propinsi Jawa Barat (suatu-kajian dari penerapan model almost ideal demand system)

ICHSAN SUNAFtTO. Analisis Konsumsi Rumahtangga untuk Komoditi Pangan
Protein Hewani di Propinsi Jawa Barat (Suatu-Kajian dari Penerapan Model
Almost Ideal Demand System). Dibawah bimbingan SRI UTAMl KUNTJORO.
Terdapat kecenderungan peningkatan konsumsi penduduk di Indonesia untuk
bahan pangan protein hewani. Mengingat pangan protein hewani mempakan bahan
pangan penting bagi penduduk, pengetahuan mengenai besarnya elastisitas dapat
digunakan sebagai dasar kebijaksanaan pengadaan pangan yang berasal dari produkproduk hewani. Penelitian ini menggunakan data Susenas 1996 dengan membagi
menurut tiga kelas pendapatan dan lima kelompok pangan (ian, ruminansia, unggas,
dan telur), bertujuan untuk mendapatkan garnbaran secara deskriptif mengenai tingkat
konsumsi dan pola konsumsi nunahtangga. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat
elastisitas harga sendii, harga silang serta elastisitas pengeluaran komoditi pangan
protein hewani dengan model permintam AIDS.
Berdasarkan analisis terhadap tingkat konsumsi rumahtangga untuk komoditi
protein hewani di Propinsi Jawa Barat, diketahui bahwa pengeluaran rumahtangga di

daerah-_p.edesaar...untuktuk.
belanjatuktukbahanananpanganananhe~ani-.1ebih.-tinggi--gidibanding

..

~


daerah perkotaan. Untuk pedesaan, proporsi pengeluaran tersebut berkisar 2.07 8.17 persen dan di perkotaan proporsi pengeluaran berkisar 1.24 - 5.17 persen.
Sedangkan jika dilihat dari pola konsumsi menunjukkan bahwa untuk kedua
daerah (pedesaan dan perkotaan) cenderung mengkonsumsi lebih banyak protein
hewani yang berasal dari kelompok ikan, unggas dan telur. Kecenderungan tersebut

didukung oleh harga yang relatif murah dibandingkan dengan harga dari kelompok
pangan protein hewani lainnya.
Didapatkan bahwa semua nilai elastisitas harga sendiri untuk komoditi pangan
protein hewani bertanda negatif.

Nilai elastisitas harga sendiri untuk kelas

pendapatan rendah berkisar antara 0.816 sampai 0.898.

Sedangkan pada kelas

pendapatan sedang berkisar antara 0.722 sampai 0.988 dan kelas pendapatan tinggi
berkisar antara 0.583 sampai 0.941. Dari besaran nilai elastisitasnya dapat diketahui
bahwa komoditi telur untuk berbagai tingkat pendapatan merupakan komoditi yang

lebih sensitif terhadap perubahan harga dan sebaliknya kurang sensitif pada unggas di
kelas pendapatan rendah serta ikan di kelas pendapatan sedang dan tinggi.
Elastisitas harga silang untuk berbagai tingkat kelas pendapatm menunjukkan
sebagian besar bertanda negatif (bersifat komplemen). Hal ini diduga berkaitan
dengan terjadinya perrkembangan selera masyarakat dan penganekaragaman
(dwersilikasi) dalam mengkonsumsi produk protein hewani.

Namun dilihat dari

besaran nilai elastisitas yang relatif kecil menunjukkan bahwa hubungan komplemen
itu tidak terlalu erat. Pada kelas pendapatan rendah dan tinggi nilai elastisitas harga

pangan lainnya. Sedangkan pada kelas pendapatan sedang nilai yang relatif besar
yaitu komoditi telur. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh perubahan harga ikan
dan telur di Propinsi Jawa Barat memiliki pengamh yang besar terhadxp permintam
kelompok pangan, khususnya pangan protein hewani
Seluruh d a i elastisitas pengeluaran yang dijumpai pada penelitian ini
bertanda positif yang berarti bahwa kelirna kelompok komoditi yang dianalisis adalah

barang normal.


Dengan naiknya pendapatan yang akan menaikkan pengeluaran

makanan secara keseluruhan, maka pennintaan untuk nuninansia hperlurakan naik
dengan persentase yang lebih besar dibanding perrnintaan terhadap keempat komoditi
pangan lainnya. Dari besaran nilai, elastisitas pengeluaran komoditi ikan relatif besar
dibandingkan dengan komoditl-komoditi lainnya.