nn

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, masyarakat, bahkan negara. Gagal dalam studi,gagal dalam pekerjaan, kematian, kriminalitas, seks bebas yang berujung pada penyakit HIV/AIDS, adalah sebagian dari masalah yang muncul dari penyalahgunaan narkotika. Masalah yang lebih besar dari semua itu adalah hancurnya generasi muda sebagai penerus perjuangan dan pembangunan, karena penyalahgunaan narkotika saat ini banyak dilakukan oleh mereka yang berusia muda.

Upaya pencegahaan dan pengendalian narkotika telah dilakukan, baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Norma sosial yang berlaku di sebagian masyarakat untuk menghindari narkotika, juga ajaran-ajaran agama yang melarang umatnya menggunakan zat-zat memabukkan, telah cukup banyak diketahui banyak orang. Namun kenyataan menunjukkan bahwa korban penyalahgunaan narkotika ada dan dari waktu ke waktu kasusnya terus meningkat. Penilaian salah tidaknya apa yang dilakukan oleh pecandu, tidaklah kemudian menghilangkan hak-hak mereka untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi guna mengembalikan kembali fungsi sosial mereka. Sebagai manusia,


(2)

mereka yang terjatuh dalam penyalahgunaan narkotika perlu ditolong, agar mereka dapat kembali hidup secara wajar menjadi manusia yang produktif, mampu memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan hidupnya, serta berpartisiapsi dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan negara.

Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa saat ini belum ada putusan pengadilan berupa rehabilitasi terhadap pemakai narkotika.

Departemen sosial sebagai instansi yang melaksanakan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial, jauh sebelum diterbitkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, telah menggariskan kebijaksanaan dibidang sosial, yaitu dengan diterbitkannya keputusan menteri sosial Republik Indonesia Nomor : 44/HUK/1992 tentang Lembaga Rehabilitsasi Korban Narkotika. Atas dasar itu dibentuklah unit rehabilitasi bagi remaja korban narkotika. Selain itu landasan hukum lain yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Pasal 45; Keppres RI Nomor 17 Tahun 2002 Tentang Badan Narkotika Nasional; Inpres RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Penanggulangan Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif lainnya. Namun sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang mengawali otonomi daerah sebagian panti-panti tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) masing-masing. Dalam hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu :

1. Pasal 54 menyatakan bahwa :

Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi


(3)

Pasal 55 menyatakan bahwa :

(1) Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau Perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi.

(2) Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi.

(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan wajib lapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

3. Pasal 56 menyatakan bahwa :

(1) Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri.

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri.

4. Pasal 57 menyatakan bahwa :

Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.


(4)

5. Pasal 58 menyatakan bahwa :

Rehabilitasi mantan Pecandu Narkotika diselenggarakan baik oleh instansi pemerintah maupun oleh masyarakat.

6. Pasal 127 menyatakan bahwa : (1) Setiap Penyalah Guna:

a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun;

b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan

c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.

(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103.

(3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis Pasal 128 7. Pasal 55 menyatakan bahwa :.

(1) Pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) tidak dituntut pidana.

(2) Pecandu Narkotika yang telah cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani rehabilitasi medis 2


(5)

(dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak dituntut pidana. (3) Rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri rehabilitasi masyarakat.

7. Pasal 58 menyatakan bahwa :

Rehabilitasi dalam ketentuan ini termasuk melalui pendekatan keagamaan, tradisional, dan pendekatan alternatif lainnya.

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “mantan Pecandu Narkotika” adalah orang yang telah sembuh dari ketergantungan

terhadap Narkotika secara fisik dan psikis. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “lembaga rehabilitasi” adalah lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan Ayat (1)

Huruf a

Ketentuan ini menegaskan bahwa penggunaan kata memutuskan bagi Pecandu Narkotika yang terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika mengandung pengertian bahwa putusan hakim tersebut merupakan vonis (hukuman) bagi Pecandu Narkotika yang bersangkutan. Huruf b

Ketentuan ini menegaskan bahwa penggunaan kata menetapkan bagi Pecandu Narkotika yang tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika mengandung pengertian bahwa penetapan hakim tersebut bukan merupakan vonis (hukuman) bagi Pecandu Narkotika yang bersangkutan. Penetapan tersebut dimaksudkan untuk memberikan suatu penekanan


(6)

bahwa Pecandu Narkotika tersebut walaupun tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika, tetapi tetap wajib menjalani pengobatan dan perawatan.(rehabilitasi) Biaya pengobatan dan atau perawatan bagi Pecandu Narkotika yang terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab negara, karena pengobatan dan atau perawatan tersebut merupakan bagian dari masa menjalani hukuman. Sedangkan bagi pecandu Narkotika yang tidak terbukti bersalah biaya pengobatan dan/atau perawatan selama dalam status tahanan tetap menjadi beban negara, kecuali tahanan rumah dan tahanan kota. baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk memilih judul skripsi tentang “Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Rutan Way Hui.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Rutan Way Hui ?

b. Apakah Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Rehabilitasi terhadap pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Rutan Way Hui ?


(7)

2. Ruang Lingkup

Mengenai ruang lingkup hukum pidana atau batasan masalah yang ada dalam penulisan skripsi ini yaitu meliputi Pelaksanaan Putusan Pengadilan Berupa Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dan kegunaan penulisan skripsi ini adalah :

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika.

b. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Rehabilitasi terhadap pelaku Penyalahgunaan Narkotika.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan juga sebagai masukan bagi pengembangan pengetahuan hukum terutama mengenai Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika.

b. Secara praktis kegunaan penulisan ini digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan bagi penulis dan pemakai narkotika mengenai Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika.


(8)

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan indentifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan dalam penelitian. (Soerjono Soekanto, 1986 : 125), kerangka teori adalah acuan dalam penelitian dengan maksud supaya lebih jelas untuk membahas pokok permasalahan dengan mendasarkan pada suatu teori.

Menurut C. I. Harsono ( 1995 : 351-358 ), pembinaan narapidana dapat dilakukan melalui beberapa metode seperti :

a. Pembinaan Perseorangan (Individual Treatment)

Pembinaan Perseorangan merupakan pembinaan yang dilakukan oleh petugas Pembinaan kepada narapidana secara perseorangan. Pembinaan perseorangan tidak harus terpisah sendiri, tetapi dapat dibina dalam kelompok bersama dan penanganannya secar sendiri-sendiri.

c. Pembinaan Secara Kelompok (Clasical Treatment)

Pembinaan secara kelompok merupakan Pembinaan yang diberikan oleh petugas Pembina kepada narapidana secara berkelompok.

d. Metode Gabungan

Metode gabungan merupakan gabungan dari metode Individual Treatment dan Clasical Treatment, dimana metode ini digunakan tidak harus berdiri sendiri, tetapi dapat digabungkan sesuai dengan kondisi pembinaan dan tujuannya.


(9)

Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum Teori-Teori yang digunakan yaitu :

a. Faktor hukumnya sendiri b. Faktor penegakan hukum c. Faktor sarana / fasilitas d. Faktor masyarakat

e. Faktor kebudayaan ( Soerjono Soekanto, 1983 : 34 ) 2. Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti atau diinginkan (Soerjono Soekanto, 1986: 132).

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap pokok-pokok permasalahan penulisan ini, maka penulis akan memberikan beberapa konsep yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai istilah yang digunakan. Adapaun istilah-istilah yang digunakan dalam penulisan ini adalah :

a. Rehabilitasi dalah usaha pemulihan korban narkotika sehingga kembali dapat melaksanakan fungsionalitas sosialnya yaitu dapat melaksanakan tugas hidupnya secara normal dan wajar. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999).

b. Putusan pengadilan, menetapkan bagi Pecandu Narkotika yang tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika mengandung pengertian bahwa penetapan hakim tersebut bukan merupakan vonis (hukuman) bagi Pecandu Narkotika yang bersangkutan. Penetapan


(10)

tersebut dimaksudkan untuk memberikan suatu penekanan bahwa Pecandu Narkotika tersebut walaupun tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika, tetapi tetap wajib menjalani pengobatan dan perawatan.(rehabilitasi).

c. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 atau yang kemudian ditetapkan dengan keputusan Menteri kesehatan. (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997). Pasal 45

d. Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan narkotika diluar keperluan medis dan tanpa sepengetahuan dokter merupakan pelanggaran hukum. ( Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009). Pasal 54

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memahami penulisan ini secara keseluruhan, maka sistem penulisan disusun sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan latar belakang Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan


(11)

dan kegunaan penulisan, kerangka teori dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan pengertian tentang rehabilitasi, pengertian dan tujuan pemidanaan, pengertian dan pengaruh narkotika terhadap pemakai narkotika, dasar hukum dan fungsi lembaga rehabilitasi narkotika, pelaksanaan rehabilitasi terhadap pemakai narkotika.

III. METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisikan pendekatan masalah, sumber data dan jenis data, penentuan populasi dan sampel, metode pengumpulan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pembahasan terhadap permasalahan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini dengan menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dari lapangan maupun data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan.

V. PENUTUP

Dalam bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan memberikan sumbangan berupa saran-saran yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Harsono, C. I. 1995. Pola Pembinaan Narapidana, Jakarta

Soekanto, Soerjono. 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta

Sulaksana, Budi. 2003, Penyalahgunaan Narkoba, Akademi Ilmu Pemasyarakatan, Jakarta.


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah usaha pemulihan korban narkotika sehingga kembali dapat melaksanakan fungsionalitas sosialnya yaitu dapat melaksanakan tugas hidupnya secara normal dan wajar. Program rehabilitasi merupakan serangkaian upaya yang terkoordinasi dan terpadu, terdiri atas upaya-upaya medis, bimbingan mental, psikososial, keagamaan dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri, kemandirian dan menolong diri sendiri serta mencapai kemampuan fungsional sesuai dengan potensi yang dimiliki baik fisik, mental, sosial dan ekonomi. Pada akhirnya mereka yang diharapkan dapat mengatasi masalah penyalahgunaan narkotika dan kembali berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Dalam pelaksanaan rehabilitasi oleh Departemen Sosial terhadap mereka yang mengalami ketergantungan narkotika berlandaskan beberapa peraturan, yaitu :

a. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997 Pasal 45, Pasal 46 ayat (1), (2), (3), Pasal 47, ayat (1) dan (2), Pasal 48 ayat (1) dan (2), Pasal 49 ayat (1), (2), (3), Pasal 50.

b. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor. 17 Tahun 2002 Tentang Badan Narkotika Nasional.


(14)

B. Metode Rehabilitasi Pemakai Narkotika

Rehabilitasi pemakai narkotika memerlukan waktu yang panjang, fasilitas dan obat yang memadai, serta tenaga professional yang berkompeten dan biaya yang cukup besar. Rehabilitasi ini melibatkan berbagai profesi dan keahlian, yaitu : dokter, perawat, psikolog, pembimbing keagamaan, petugas pembimbing dan pembina panti rebilitasi sosial, psikiater dan pekerja sosial yang telah mendapatkan pelatihan khusus untuk melayani pemakai narkotika.

Efektifitas program dan proses rehabilitasi terhadap pemakai narkotika ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Kemauan kuat serta kerjasama pemakai narkotika.

b. Profesionslisme, kompetensi serta komitmen pelaksananya. c. Sistem rujukan antara lembaga yang baik.

d. Prasarana, sarana, dan fasilitas yang memadai.

e. Perhatian dan ketertiban orang tua dan keluarga serta dukungan dana yang memadai.

f. Kerjasama dan koordinasi lintas profesi dan instansi yang baik.

Undang-Undang Nomor. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika mewajibkan pelaku penyalahgunaan narkotika mengikuti program rehabilitasi.

Beberapa macam bentuk atau metode dalam pelaksanaan rehabilitasi pemakai narkotika, dalam hal ini narapidana pemakai narkotika seperti rehabilitasi medis, rehabilitasi, tetapi dalam pelaksanaannya metode rehabilitasi dan medis digabung menjadi satu sehingga menjadi empat tahap proses pemulihan pemakai narkotika, yaitu :


(15)

a. Tahap pemeriksaan kesehatan, pada tahap ini seorang dokter dan perawat mempunyai peranan yang sangat penting untuk memriksa awal apakah kondisi kesehatan pasien/narapidana baik atau tidak, riwayat penyakit yang pernah diderita dan selanjutnya seluruh data tentang ciri fisik sampai dengan kesehatannya dicatat dalam lembar medical record.

b. Tahap detoksifikasi, terapi lepas narkotika dan terapi fisik yang ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan racun dari tubuh, mengurangi akibat putus dari narkotika serta mengobati komplikasi mental penderita. Ada beberapa cara seperti coldturkey (berbicara terus terang tentang hal-hal yang tidak menyenangkan), konvensional (simptomatik), substitusi (penggantian zat).

c. Tahap stabilitas suasana mental dan emosional penderita, sehingga gangguan jiwanya yang menyebabkan perbuatan penyalahgunaan narkotika dapat diatasi. Pada tahap ini dilakukan dengan cara melibatkan beberapa keahlian seperti petugas pembimbing dan pembina serta psikolog, yaitu melalui metode pekerjaan sosial :

1. Bimbingan sosial/terapi individu

Bimbingan sosial dalam bentuk terapi individu dilakukan untuk mengungkapkan atau menggali permasalahan-permasalahan yang bersifat mendasar yang sedang dialami oleh narapidana sehingga dapat membantu proses rehabilitasi selanjutnya. Selain itu juga, dilakukan untuk menemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi pasien/narapidana. Metode ini dilakukan dengan cara tatap muka antara petugas pembimbing dengan narapidana.


(16)

2. Bimbingan sosial/terapi kelompok

Bimbingan ini dilakukan dengan menggunakan kelompok, yaitu dengan adanya pembagian-pembagian kelompok pasien/narapidana berdasarkan usia, lama pidana/hukuman. Latar belakang masalah, jenis kelamin dan sebagainya. Kelompok ini dimaksudkan sebagai media pengebangan nilai orientasi dan perubahan sikap menjadi pro-sosial yamg produktif. Petugas disini diharapkan mampu mendorong untuk memecahkan suatu permasalahan.

d. Tahap pemulihan fungsi fisik, mental dan sosial pasien/narapidana melalui kegiatan-kegiatan yang langsung bersosialisasi dengan masyarakat seperti adanya penyuluhan, menerima kunjungan kerja, mengikuti perlombaan antar narapidana.

C. Pengertian Narkotika

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, pengertian narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran. hilangnya rasa, mengurangi sanpai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagai mana terlampir dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009. Penggolongan narkotika berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009, yaitu :


(17)

a. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan (heroin/putaw,kokain,ganja). b. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (morfin,peditin).

c. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (codein).

Jenis-jenis narkotika yang berada di masyarakat, yaitu : a) Opodia (heroin/putaw,black heroin, brown sugar)

Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin yang tidak murni berwarna putih keabuan. Dihasilkan dari getah opium poppy yang diolah menjadi morfin kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putaw, yang mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Opioid disalahgunakan dengan cara di suntik (ngipe,nyipet,ive,cucaw) atau dihisap (ngedrag, dragon). Karena dipakai melalui suntikan maka dapat menyebabkan penyakit hepatitis C dan HIV/AIDS. Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian timbul rasa ingin menyendiri untuk menikmati efeknya dan pada taraf kecanduan si pemakai akan kehilangan rasa percaya diri sehingga tidak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai membentuk dunia mereka sendiri dan merasa


(18)

bahwa lingkungan adalah musuh, mulai melakukan kebohongan karena harus selalu menggunakan opioid. Mereka juga mengalami kesulitan keuangan yang mengakibatkan mereka melakukan penipuan, pencurian atau tindak kriminal lainnya. Efek pemakaian putaw adalah mata menjadi sayu dan mengantuk, cadel/bicara tidak jelas/tidakdapat berkonsentrasi.

b) Kokain (koka,coke,happy dust,charlie,srepet,snow/salju)

Kokain berupa kristal putih yang disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda yang memiliki permukaan datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas, cara lain adalah dibakar bersama tembakau atau sering disebut cocopulf. Ada juga yang melalui suatu proses menjadi bentuk padat untuk dihirup asapnya yang popelar disebut freebasing. Penggunaan dengan menghirup akan berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar, hilang nafsu makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.

c) Canabis (ganja,cimeng,gelek,hasish,marijuana,grass,ghang)

Ganja berasal dari tanaman cannabis sativa dan cannabis indica. Cara penggunaanya adalah dengan dihisap yaitu dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek ganja tergolong cepat yaitu cenderung merasa lebih santai, sering berfantasi, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan. Akibat


(19)

jangka panjangnya adalah gangguan memori otak/pelupa, sulit berfikir dan konsentrasi, suka bengong.

Undang-Undang narkotika melarang perbuatan-perbuatan yang dilakukan secara tanpa hak, seperti :

a. Menanam atau memelihara, mempunyai dalam persediaan memiliki, menyimpan atau menguasai tanaman papaver, tanaman koka atau tanaman ganja.

b. Memproduksi, mengolah, mengekstraksi, mengkonversi, meracik atau menyediakan narkotika.

c. Memiliki, menyimpan untuk memiliki atau untuk persediaan atau menguasai narkotika.

d. Membawa, mengirim, mengangkut,dan mentransito narkotika.

e. Mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli atau menukar narkotika.

f. Menggunakan narkotika terhadap orang lain atau memberikan narkotika untuk digunakan orang lain.

g. Menggunakan narkotika untuk dirinya sendiri.

Ketergantungan narkotika merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami ketergantungan secara fisik dan psikologis terhadap suatu zat adiktif dan menunjukkan tanda-tanda seperti adanya proses toleransi yaiti individu membutuhkan zat yang dimaksud dalam jumlah yang semakin lama semakin besar. Untuk dapat mencapai keadaan fisik seperti pada awal mereka merasakannya, adanya gejala putus zat yaitu individu akan merasakan


(20)

gejala-gejala fisik dan psikologis yang tidak nyaman apabila penggunaan zat nya dihentikan.

Doweiko (1999 : 32) mengatakan kondisi ketergantungan seseorang akan mengalami tahap sebagai berikut :

a. Abstinence (Abstinenesia) adalah periode dimana seseorang sama sekali tidak menggunakan zat adiktif untuk tujuan rekreasional.

b. Sosial use adalah periode dimana individu mulai coba-coba menggunakan zat adiktif untuk tujuan rekreasional, namun sama sekali tidak mengalami problem yang berkaitan dengan aspek sosial, financial, medis dsb. Umumnya individu masih dapat mengontrol pengginaan zat nya.

c. Early Problem use adalah periode dimana individu sudah menyalahgunakan zat adiktif dan perilaku penyalahgunaan ini mulai berpengaruh pada kehidupan sosial individu tersebut, seperti malas sekolah.

d. Early Addiction adalah periode dimana individu sampai pada ketergantungan baik fisik maupun psikologis, mulai terlibat pada perbuatan melanggar norma dan nilai yang berlaku.

e. Severe Addiction adalah periode dimana undividu hanya berlaku untuk mempertahankan ketergantungannya, tidak memperhatikan lingkungannya sama sekali. Pada tahap ini biasanya sudah terlibat pada tindakan kriminal yang dilakukan demi memperoleh zat adiktif yang diinginkan.

Ketergantungan terhadap narkotika tentu saja menimbulkan dampak yang besar seperti pemakaian jarum suntik yang secara bergantian dapat menularkan penyakit


(21)

HIV/AIDS dan hepatitis C, perubahan kondisi perilaku baik jasmani maupun rohani individu pemakai narkotika seperti menimbulkan ganguan kesehatan, merusak fungsi organ vital tubuh (otak, jantung, ginjal, hati, paru-paru), tidak mempunyai semangat dan tentu saja dan tentu saja meningkatkan angka kriminalitas karena seorang yang sudah mengalami ketergantungan akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan narkotika dan tentu saja menimbulkan beban biaya yang tinggi dalam rangka pemulihan ketergantungan.

Akibat/dampak dari penyalahgunaan narkotika, yaitu : a. Dampak Fisik

1. Daya tahan tubuh terhadap macam-macam penyakit menurun.

2. Terkena penyakit paru-paru, jantung, ginjal,hati, pencernaan, kelainan darah.

3. Gagal ginjal.

4. Perlemakan hati, pengkeretan hati, kangker hati.

5. Rentan terhadap berbagai penyakit hepatitis B,C. Dan HIV/AIDS. 6. Cacat janin.

7. Impotensi.

8. Gangguan menstruasi.

9. Pucat akibat kurang darah (anemia). 10.Penyakit lupa ingatan.

11.Kerusakan otak. 12.Pendarahan lambung. 13.Radang pankreas. 14.Radang syaraf.


(22)

15.Mudah memar.

16.Menyababkan kematian. b. Dampak Mental/psikologis

1. Emosi tidak terkendali

2. Curiga berlebihan sampai pada tingkat waham (tidak sejalan antara pikiran dengan kenyataan).

3. Selalu berbohong 4. Tidak merasa aman.

5. Tidak mampu mengambil keputusan yang wajar. 6. Tidak memiliki tanggung jawab.

7. kecemasan yang berlebihan dan depresi. 8. Ketakutan yang luar biasa.

9. Hilang ingatan (gila). c. Dampak Sosial

1. Hubungan dengan keluarga, guru, dan teman serta lingkungan terganggu.

2. Mengganggu ketertiban umum.

3. Selalu menghindari kontak dengan orang lain.

4. Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan positif. 5. Tidak peduli dengan norma dan nilai yang ada.

6. Melakukan hubungan seks secara bebas.

7. Melakukan tindakan kekrasan, baik fisik, psikis maupun seksual. 8. Mencuri.


(23)

D. Pengertian dan Tujuan Pemidanaan

Pemidanaan adalah penjatuhan pidana terhadap seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana yang dapat menghilangkan kemerdekaan dan batas ruang gerak orang tersebut. Pemidanaan ini bertujuan untuk mencegah dilakukannya kejahatan pada masa yang akan datang sebagai upaya pencegahan terjadinnya pengulangan tindak pidana. Pidana merupakan suatu sanksi atau nestapa yang menderitakan. Dalam penerapannya, fungsi hukum pidana terbagi menjadi dua yaitu :

1. Fungsi umum hukum pidana untuk mengtur hidup kemesyarakatan atau menyelenggarakan tat kehidupan masyarakat.

2. Fungsi khusus hukum pidana untuk melindungi kepentingan hukum dari perbuatan yang hendak memperkosannya, dengan sanksi pidana yang sifatnya lebih tajam dari sanksi cabang hukum lainnya.

Dalam Resolusi Seminar Hukum Nasional disebutkan bahwa tujuan hukum pidana adalah “mencegah penghambatan” atau”penghalang datangnya masyarakat yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia yaitu dengan penentuan perbuatan-perbuatan mana yang pantang dan tidak boleh dilakukan serta pidana apakah yang diancamkan kepada mereka yang melanggar larangan-larangan itu sehingga dengan ridho tuhan Yang Maha Esa, setiap orang mendapat pengayoman dan bimbingan kearah masyarakat Sosialis Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila (Moeljatno, 1985 : 17).

Menurut cesare Beccaria, stelsel pidana adalah menghendaki pembatasan pidana badan. Pembatasan pidana mati dan lebih mengutamakan tindakan pencegahan


(24)

(preventive) dari pada menghukum. Hukum dilaksanakan secara terbuka dan buksn dilaksanakan secara rahasia serta sewenang-wenang. Sedangkan tujuan pidana itu sendiri adalah “penjeraan” (Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1994 : 129).

Untuk melindungi masyarakat dari kejahatan hendaknya menggunakan upaya-upaya diluar hukum pidana terlebih dahulu. Apabila sarana dan upaya-upaya lain dipandang kurang memadai barulah digunakan hukum pidana. Jadi hukum pidana adalah sebagai Ultimatum Remidium yaitu obat/sarana terakhir dalam menanggulangi kejahatan. Aliran-aliran yang muncul untuk menjelaskan tujuan sebenarnya dari pemidanaan didasarkan pada pemikiran masing-masing aliran pada waktu aliran tersebut diajarkan. Aliran-aliran tesebut adalah sebagai berikut :

a. Aliran Klasik

Aliran ini berpendapat bahwa tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi individu/warga masyarakat dari kekuasaan negara/penguasa. Manusia dianggap mempunyai kehendak bebas dalam melakukan tindakan dan pidana ditentukan secara pasti.

b. Aliran Moderen

Aliran ini berpendapat bahwa manusia itu dalam melakukan perbuatannya selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor dari luar diri manusia seperti faktor biologis dan lingkungan. Sehingga manusia itu tidak bebas dalam menentukan kehendaknya. Penjahat tidak perlu dipidana, melainkan diberikan tindakan-tindakan untuk rehabilitasi, resosialisasi, dsb.


(25)

c. Aliran Neo Klasik

Aliran ini memiliki tujuan yang sama dengan aliran klasik yaitu kepercayaan pada kebebasan kehendak manusia dalam melakukan perbuatannya namun tidak bebas sepenuhnya. Jadi, walaupun manusia itu bebas menentukan kehendaknya dalam melakukan kejahatan namun dapat pula dipengaruhi seperti patologi, ketidakmampuan bertanggung jawab, penyakit jiwa dengan keadaan-keadaan tertentu. Oleh karena itu hukuman yang dijatuhkan harus dikombinasikan antara pidana/punishment dengan tindakan/treatment.

Beberapa teori yang mendukung tujuan dari pemidanaan,yaitu : a. Teori Absolut (pembalasan/retributive)

Teori ini pada hakekatnya sebagai penderitaan yang dikenakan pada diri seseorang karena melakukan perbuatan tercela atau suatu tindakan yang tidak menyenangkan karena kehilangan hak atau kebebasan. Jadi dijatuhkannya pidana pada orang yang melakukan kejahatan adalah sebagau konsekuensi logis dari dilakukannya kejahatan. Siapa yang melakukan kejahatan, harus dibalas pula dengan penjatuhan penderitaan pada orang itu.

b. Teori relatif (tujuan/utilitarian)

Teori ini bertujuan untuk pencegahan terjadinya pelanggaran hukum atau kejahatan. Secara umum semua pemidanaan harus ditujukan untuk menakut-nakuti semua orang agar jangan melakukan kejahatan. Sedangkan secara khusus merupakan pencegahan dengan cara


(26)

menakut-nakuti orang yang telah melakukan kejahatan itu sendiri dan juga dilakukan suatu perbaikan.

c. Teori gabungan

Teori ini merupakan kombinasi antara teori absolute dan teori relative. Teori ini timbul denga pertimbangan bahwa pemidanaan disamping sebagai pembalasan juga dilihat kegunaan bagi masyarakat. Teori ini menitikberatkan pada keadilan mutlak yang duwujudkan dalam pembalasan, tetapi berguna bagi masyarakat, membalas kesalahan dan mengamankan masyarakat serta mempersiapkan terpidana kembali kemasyarakat. Pandangan teori ini dapat dikatakan mempunyai dua pengaruh represive dan preventive. Pengaruh represive berarti mengembalikan ketertiban dan pengaruh preventive maksudnya untuk mencegah adanya tindak pidana.

Pada teori relative, pidana hanya ditujukan untuk mencegah kejahatan sehingga dijatuhkan yang berat oleh teori prevensi/pencegahan khusus. Jika kejahatan itu ringan maka penjatuhan pidana yang berat tidak akan memenuhi rasa keadilan bukan hanya masyarakat yang harus diberi kepuasan tetapi juga penjahat itu sendiri. (Muladi, 1985 : 22).


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Projodikoro, Wirjono. 1986, Pengertian Tindak Pidana. Jakarta

Sulaksana, Budi. 2003, Penyalahgunaan Narkoba. Akademi Ilmu Pemasyarakatan. Jakarta.


(28)

III. METODE PENELITIAN

Untuk menjawab permasalahan yang terdapat pada penulisan skripsi ini diperlukan data yang diperoleh dengan melakukan penelitian secara ilmiah, data diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut :

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan, dengan menggunakan pendekatan :

1. Pendekatan Yuridis Normatif adalah pendekatan dalam arti menelaah kaidah-kaidah atau norma-norma dan aturan-aturan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas atau dilakukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Pendekatan tersebut untuk mengumpulkan berbagai peraturan-peraturan, teori-teori yang ada hubungannya dengan permasalahan dan pembahasan dalam penelitian ini.

2. Pendekatan Empiris adalah pendekatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian dengan cara mendapatkan data langsung dari narasumber melalui observasi dan wawancara, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam mencari dan menemukan fakta tersebut.


(29)

B. Sumber dan jenis Data

Sumber data dan jenis data dilihat dari sumbernya dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka (Soerjono Soekanto, 1984 : 11), data tersebut yaitu :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan wawancara atau kuesioner dengan masyarakat dengan instansi terkait. Adapun sumber data yang penulis peroleh berupa keterangan-keterangan tentang pelaksanaan rehabilitasi terhadap pengguna narkotika, dan manfaat dari rehabilitasi tersebut.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan studi pustaka yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. a. Bahan hukum primer adalah berupa perundang-undangan yaitu

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

b. Bahan hukum sekunder adalah berupa peraturan pelaksana dan peraturan teknis yaitu Keputusan Presiden RI Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, Keputusan Menteri Sosial RI Nomor : 44/HUK/1992 tentang Lembaga Rehabilitasi Korban Narkotika.

c. Bahan hukum tersier adalah berupapendapat para sarjana, literatur hukum dan hasil seminar serta lokakarya.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasinya adalah subyek hukum yang terlibat didalam pelaksanaan rehabilitasi pelanggar narkotika, Dalam penelitian ini yang dijadikan sample adalah pemakai


(30)

narkotika, Pengambilan sample terhadap narapidana pemakai narkotika menggunakan random sampling, yaitu berarti dalam menentukan sample diambil secara acak terhadap narapidana pemakai narkotika. Adapun terhadap petugas menggunakan Purposive Sampling, yaitu sample disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dan dianggap telah mewakili terhadap masalah yang hendak digambarkan dan dicapai. Penulis dalam hal ini memilih petugas yang benar-benar memiliki kualifikasi dalam pelaksanaan tugasnya sehingga yang akan dijadikan sample dapat menjamin validasi penelitian.

Responden yang dianggap dapat mewakili populasi dan mencapai tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Hakim Wasmat = 1 orang

2. Pelaku Penyalahgunaan Narkotika = 6 orang

3. Petugas Rutan Way Hui = 5 orang

4. Praktisi hukum (UNILA) = 1 orang

5. Dokter (RUTAN WAY HUI) = 1 orang

6. Pembimbing keagamaan (Islam dan Kristen) (RUTAN) = 2 orang

7. Jaksa = 2 orang


(31)

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data guna pengujian penelitian ini digunakan prosedur pengumpulan data yang terdiri dari :

1. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan Data Sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan (Library Research) selanjutnya bahan-bahan yang terkumpul tersebut dipelajari dan dikutip dari literatur-literatur tersebut.

2. Pengumpulan Data Primer

Yaitu melakukan wawancara secara langsung dengan narapidana pemakai narkotika, dokter, dan pembimbing keagamaan.

2. Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, maka data tersebut diolah melalui tahapan-tahapan antara lain :

a. Editing yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang diperoleh, apabila masih belum lengkap maka diusahakan melengkapi kembali dengan melakukan koreksi ulang ke sumber data yang bersangkutan. Selain itu juga melakukan pemeriksaan bila ada kesalahan atau kekeliruan terhadap data yang telah diperoleh.


(32)

b. Sistematisasi yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis sehingga memudahkan pembahasan.

c. Interpretasi yaitu memberikan penafsiran atau penjabaran dari tabel atau hasil perhitungan data untuk dicari makna yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban yang diperoleh dengan data lain.

E. Analisa Data

Analisa data dimaksudkan untuk menyederhanakan data yang diperoleh agar mudah dipahami dan dimengerti Data yang diolah tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan penelitian kualitatif yaitu menguraikan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis kemudian dilakukan interprestasi data (diberi penilaian) yaitu mengartikan data yang telah tersusun tersebut yang akhirnya dapat ditarik kesimpulan. Dimana prosedur penelitiannya bersifat menjelaskan, mengolah, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas masalah yang diteliti.

Penelitian kualitatif adalah cara mengkaji dan melihat gejala sosial dan kemanusiaan dengan memahaminya yaitu dengan cara membangun suatu gambaran yang utuh atau holistic yang kompleks, di mana gejala-gejala yang tercakup dalam kajian itu dilihat sebagai sesuatu yang terkait satu dengan yang lainnya dalam hubungan-hubungan fungsional sebagai sebuah sistem.

Setelah data terkumpul akan dilakukan analisa data dengan analisis kualitatif yaitu dengan mengkaji secara mendalam fenomena hukum yang telah diperoleh


(33)

untuk mendapatkan kualitas data yang berupa uraian kalimat yang tersusun secara sistematis dan selanjutnya ditulis dengan menggambarkan secara deskriptif yang kemudian ditarik kesimpulan melalui cara pikir yang induktif dan deduktif, sehingga merupakan jawaban permasalahan berdasarkan hasil penelitian.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta


(35)

V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

penelitian yang penulis lakukan di Rutan Way Hui, sebagaimana telah dipaparkan pada bab-bab terdahulu, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu:

1. Pelaksanaan Rehabilitasi terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika ( UU NO 35 TAHUN 2009 ) di Rutan Way Hui sudah dilakukan dengan pola pembinaan yang bertujuan untuk merehabilitasi para narapidana/residen dari ketergantungan narkotika dengan menggunakan metode non medis yaitu metode coltur key atau metode pemutusan zat langsung dengan cara mendiamkan saja seorang narapidana/residen yang sedang mengalami ketagihan (sakaw). Metode tersebut diterapkan dalam suatu ruangan khusus yang dinamakan ruang detoksifikasi. Ruang detoksifikasi adalah suatu ruangan yang dinding dan lantainya dilapisi busa agar para narapidana/residen yang sedang mengalami sakaw tidak membahayakan dirinya sendiri. tenaga teknis baik instruktur dan pekerja rutan masih kurang, apabila dibandingkan dengan Standarisasi Pelayanan antara jumlah ratio Petugas dengan residen yang harus ditangani.

2. Faktor-Faktor penghambat Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika antara lain karena :


(36)

a. Faktor hukumnya sendiri, hukuman yang diberikan kepada narapidana umumnya terlalu lama, sehingga residen tidak bisa menerima dan menyadari kesalahaanya dimasa lalu.

b. Belum bisa merespon semua minat dan bakat residen dalam hal bimbingan dan pelatihan keterampilan karena keterbatasan sarana dan prasarana pelatihan keterampilan rutan.

c. Faktor sarana/fasilitas bimbingan keterampilan masih kurang dan konvensional yang berpengaruh kepada produk yang dihasilkan.

d. Tenaga instruktur keterampilan dan petugas yang sangat terbatas. e. Faktor masyarakat, pada saat Praktek Belajar Kerja/magang dunia

usaha masih ada yang merespon negative karena adanya stigma latar belakang residen sehingga akan berpengaruh pada proses palaksana Praktek Belajar Kerja/magang maupun penyaluran lebih lanjut.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan rehabilitasi terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika oleh rutan way hui, maka penulis ingin menyampaikan sedikit saran yang mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pelaksanaan rehabilitasi tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Perlunya penerbitan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis untuk kegiatan Pemberian Informasi dan Advokasi pada kegiatan Seksi Program dan Advokasi Sosial.

2. Perlunya peningkatan pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka proses rehabilitasi seperti mengoptimalkan ruang detosifikasi sebagai


(37)

pendukung dan kerjasama dengan instansi lain dalam menjalankan pelaksanaan hukuman pidana terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika.

3. Perlunya penambahan pegawai rutan karena jumlah nya sekarang hanya 80 orang.

4. Perlunya peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan tenaga instruktur Keterampilan dan pekerja social melalui Diklat Profesi yang dilaksanakan secara berkala.


(38)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Sebelum penulis memaparkan hasil penelitian dan pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai karakteristik dari 18 responden yang diharapkan dapat mampu dapat memberikan gambaran mengenai responden sehingga hasil penelitian tersebut benar-benar diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya kebenarannya.

Responden Pelaku Penyalahgunaan Narkotika (Residen) :

1. Nama : Anju Hutajulu

Umur : 21 tahun

Alamat : Way Kandis

Tindak Pidana : Pemakai Ganja Masa Pidana : 2 tahun

2. Nama : Hans Sucipto

Umur : 28 Tahun

Alamat : Batara Nila Raja Basa Tindak Pidana : Pemakai Putau


(39)

3. Nama : Dedi Rizaldi

Umur : 30 tahun

Alamat : Sukamandi Kalianda Lampung Selatan Tindak Pidana : Pemakai Ganja

Masa Pidana : 3 tahun

4. Nama : Memet

Umur : 27 tahun

Alamat : Jl. Ikan Tenggiri Teluk Betung Tindak Pidana : Pemakai Ganja

Masa Pidana : 3 tahun

5. Nama : Adi Rosadi

Umur : 24 tahun

Alamat : Sumur Batu

Tindak Pidana : Pemakai Ganja Masa Pidana : 11 bulan

6. Nama : Gogon

Umur : 28 tahun

Alamat : Gudang Lelang Tindak Pidana : Pemakai Ganja Masa Pidana : 3 tahun


(40)

Responden Petugas :

1. Nama : Marta Dinata. S.E.

NIP : 19680316199103001

Jabatan : KAUR UMUM

Instansi : Kementerian Hukum dan HAM Alamat : Jl. Pulau Buton No. 11 Way Halim

2. Nama : Waridi. S.SOS. M.H.

NIP : 19641004199103001

Jabatan : KASI PENGELOLAAN

Instansi : Kementerian Hukum dan HAM Alamat : Jl. Cendana No. 29 Tanjung Senang

3. Nama : M. Genta Kurnia P

NIP : 19870914200703001

Jabatan : STAF K.P.R

Instansi : Kementerian Hukum dan HAM Alamat : Jl. Pulau Bangka B/13 Sukarame

4. Nama : dr. Joan Willy Ansar

NIP : 198109052008011013

Jabatan : KA KLINIK RUTAN WAY HUI Instansi : Kementerian Hukum dan HAM

Alamat : Jl. Teuku Umar N0, 47 Kedaton Bandar Lampung


(41)

5. Nama : Diah Aprillia S.H M.H

NIP : 197904132002122003

Jabatan : Ajun Jaksa Instansi : Kejaksaan R.I Alamat : Perum Kejaksaan

6. Nama : Deddy Prawaka

NIP : 198403132005011001

Jabatan : Staf BHPT

Instansi : Kementerian Hukum dan HAM Alamat : Jl. Ratu Dibalau

7. Nama : Sopi Ahyar

NIP : 198411092006041001

Jabatan : Staf Umum

Instansi : Kementerian Hukum dan HAM

Alamat : Way Hui

8. Nama : Leon Nugroho

NIP : 198304212007031002

Jabatan : Staf Keamanan

Instansi : Kementerian Hukum dan HAM


(42)

9. Nama : Dodi Mulyadi Kundo

NIP : 197902192007031001

Jabatan : Staf Keamanan

Instansi : Kementerian Hukum dan HAM Alamat : Jl. Kiwi Kedaton

10. Nama : Sukir, Amd. IP. S.H. M.H.

NIP : 19701212995031001

Jabatan : Kasi Pelayanan Tahanan Instansi : Kementerian Hukum dan HAM Alamat : Teluk Betung

11.Nama : Khoirun Nisa

NIP : 198203212005012002

Jabatan : Staf Umum

Instansi : Kementerian Hukum dan HAM

Alamat : Way Hui

12. Nama : Ryo nadi

NIP : 198508072007031002

Jabatan : Staf Adm dan Keperawatan Instansi : Kementerian Hukum dan HAM Alamat : Tanjung Senang


(43)

B. Gambaran Umum Rumah Tahanan (RUTAN) Way Hui

Rutan ini didirikan diatas lahan seluas 12.000 m2. Keadaan pegawai dan non pegawai di Rutan Way Hui. Dilihat dari lampiran keadaan pegawai dan non pegawai di Rutan Way Hui, bahwa pelaksanaan rehabilitasi tidak hanya dilakukan oleh pegawai yang berpendidikan sarjana, tetapi juga dari non pegawai yang berpendidikan dibawah sarjana seperti Diploma, SMU, dan Keperawatan. Kapasitas daya tampung bagi pemakai narkotika/residen sebanyak 450 orang, hal ini diimbangi dengan jumlah personil Rutan Way hui sebanyak 80 orang. Oleh karena itu menurut penulis, segi keamanan belum terjamin terhadap pemakai narkotika/residen yang ingin melarikan diri dan melakukan tindakan yang membahayakan lainnya.

Fasilitas yang dimiliki oleh Rutan Way Hui, yaitu : 1. Ruang rapat : 3 x 5 (15 m2) 2. Tempat Ibadah : 5 x 5 (25 m2) 3. Bimker : 5 x 4 (20 m2) 4. Poliklinik : 10 x 8 (80 m2) 5. R. Makan/Dapur : 3 x 2 (6 m2) 6. Blok Hunian : Besi Baja (22 mm) 7. Ruang Kunjungan : 5 x 4 (20 m2) 8. Asrama 9 (unit) : 1140 m2 9. R. Dinas 4 (unit) : 216 m2 10. MCK 10 (unit) : 400 m2


(44)

11. Lapangan Olahraga

a) Volley Ball : 1 buah b) Bulu Tangkis : 1 buah

C. Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Rutan Way Hui

1. Maksud Dan Tujuan Kegiatan Pelayanan Rehabilitasi a. Maksud

Kegiatan pelayanan Rehabilitasi bagi korban Penyalahgunaan Napza yang dilakukan di Rutan Way Hui dimaksudkan untuk memperoleh hasil penanganan yang optimal dalam upaya mencapai sasaran program rehabilitasi, serta adanya keterpaduan langkah dalam pelaksanaan rehabilitasi korban Narkotika yang dilaksanakan dalam panti, akan tetapi hasil yang didapat kurang maksimal, dikarenakan kurangnya tenaga professional.

b. Tujuan

Tujuan program pelayanan dan rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan Narkotika, yaitu memulihkan kondisi fisik, mental, psikis, sosial, sikap dan perilaku penyalahguna Narkotika, agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam keluarga maupun masyarakat.


(45)

2. Metode/Pendekatan

Proses pelaksanaan kegiatan Pelayanan Rehabilitasi bagi Korban Penyalahgunaan Narkotika yang dilaksanakan di Rutan Way Hui, Semua Narapidana Narkotika yang akan di rehabilitasi (residen), diberikan satu buku yang harus dihapalkan, dimengerti, dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari didalam Rutan.

3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

a) Tahap maksimum security dilaksanakan dari 0 - 1/3 masa pidana yang sebenarnya atau tidak boleh lebih dari 1 bulan, dalam merehabilitasi pelaku penyalahgunaan narkotika disebut dengan Tahap Intake Process ( Pendekatan Awal)

1) Konsultasi dan Identifikasi Kegiatannya meliputi :

- Konsultasi : kegiatan ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada residen agar mendapat dukungan, pengakuan, partisipasi aktif dan terjalin kerjasama dari Dinas / Instansi Terkait atau Organisasi Sosial / Yayasan yang bergerak dibidang pembinaan penyalahgunaan Narkotika.

- Identifikasi : identifikasi potensi calon penerima pelayanan dan data Residen, agar memperoleh sumber potensi yang dapat mendukung program, antara lain nama, alamat, agar sesuai dengan kebutuhan dan harapan penerima pelayanan.

Dari seluruh Narapidana yang berjumlah 450 orang terdapat 250 Narapidana Narkotika yang sedang menjalani hukuman, namun tidak semuanya dapat menjalani proses rehabilitasi dengan baik


(46)

dan maksimal karena kurang nya tenaga rehabilitasi dan sarana-sarana yang memadai.

2) Motivasi

- Motivasi : melalui penyuluhan dan bimbingan, agar penerima pelayanan mendapatkan informasi tentang kegiatan, sehingga tumbuh pengertian, minat dan pemahaman pada diri Residen untuk mengikuti program dengan penuh tanggung jawab atas kesadaran diri.

Mereka juga akan mengikuti kegiatan lebih lanjut sesuai dengan keadaan narapidana itu sendiri.

1) Wawancara awal (Assesment Problematik) yang didalamnya berisi proses pemahaman dan pengungkapan masalah untuk mengetahui biodata Residen; latar belakang keluarga; lingkungan sosial Residen; riwayat penggunaan Narkotika dan aspek kejiwaan yang meliputi sex dan kesehatan mental Residen.

2) Pemeriksaan kesehatan fisik (dilakukan oleh Tim Medis) yang meliputi :

a. Kondisi fisik dan psikis secara umum

b. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebagai akibat penyalahgunaan Napza (HIV, TBC, Hepatitis B, Hepatitis C, dll) c. Pemeriksaan Urinelisis (bila diperlukan)

d. Residen yang mengalami gangguan kejiwaan akan dirujuk ke RSJ.


(47)

3) Dilakukan pemeriksaan badan dan barang yang dibawa untukmemastikan Residen tidak membawa Narkotika dan barang yang lainnya(Spot Check)

4) Registrasi : Pencatatan dalam Buku induk Register dan pengisian formulir-formulir agar diperoleh data residen, serta dilakukan kegiatan initial interview.

b) Tahap ke 2 disebut dengan tahap medium security yang dilaksanakan dari 1/3 – 1/2 masa pidana yang sebenarnya, tahap ini disebut dengan Tahap lanjutan (Re entry Stage/Resosialisasi)

Adalah Proses tahap lanjutan dengan tujuan untuk mempersiapkan residen kembali dalam kehidupan keluarga atau masyarakat.

1) Orientasi

Yaitu tahap adaptasi terhadap lingkungan Re-Entry (Pengenalan Program) Residen tidak boleh bertemu orang tua dan sangsi atas pelanggaran berupa tugas-tugas rumah. Serta dilakukannya kegiatan assessment Vocational yaitu alat ukur yang digunakan untuk menentukan minat, bakat serta kemampuan vocational residen.

2) Phase A

Pada Phase ini residen melaksanakan teori pelatihan keterampilan / kursus yang dilaksanakan baik didalam Rutan maupun diluar Rutan, residen sudah mendapatkan hak dapat dikunjungi orang tua setelah satu hari.


(48)

Pada Phase ini residen melaksanakan teori dan praktek pelatihan keterampilan yang dilaksanakan baik didalam Rutan maupun diluar rutan. Adapun pelatihan keterampilan yang dilaksanakan didalam Rutan antara lain :

a) Keterampilan Elektrik

b) Keterampilan Kerajinan Tangan c) Keterampilan Melukis

4)Phase C

Pada Phase ini residen melaksanakan praktek belajar kerja dan memiliki hak yang sama seperti pada Phase A dan B yang berbeda pada home leave (izin pulang) tergantung pada request dan keputusan staf.

Kegiatan yang dilaksanakan selama Tahap Re-Entry, adalah sebagai tahap pemulihan diri dan tanggung jawab sosial, agar residen dapat berintegrasi sepenuhnya dalam keluarga dan masyarakat.

4. Pencegahan Kekambuhan

Relapse adalah suatu proses yang terjadi karena beberapa factor pemicu dimana seseorang telah dinyatakan abstinence (sembuh) dan kembali menggunakannya. Relapse dimulai dengan suatu perubahan pada pikiran, perasaan, atau perilaku, atau dengan kata lain sustu kerinduan (sugesti) pada sesuatu, baik disadari atau tidak disadari sehingga menggunakannya. Penyebab kambuhnya klien disebabkan oleh, antara lain :

1) Perasaan bersalah dan rasa malu karena tidak mampu untuk mengatasi suatu masalah


(49)

2) Merasa tidak bisa dibantu dan tidak punya harapan

3) Mempunyai yang positif bahwa obat sangat membantu dirinya 4) Tidak ada support untuk recovery

5) Tidak terbiasa hidup tanpa drug 6) Tidak siap untuk bias mengatasi slip 7) Menghindari orang lain

8) Menunjukkan sifat mudah marah

9) Jarang terlibat dalam kegiatan bantu diri (NA) 10) Tidak pedili dengan diri sendiri

11) Hilangnya perencanaan yang bersifat membangun 12) Kebimbangan

13) Kelelahan atau kurang istirahat 14) Tidak bisa mengendalikan diri sendiri

Pola pembinaan yang diterapkan dilakukan melalui proses pembinaan kepribadian dan kemandirian. Secara rinci kedua bidang pembinaan itu dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Pembinaan kepribadian meliputi :

a. Pembinaan kesadaran beragama/mental kerohanian; seperti pemberian ceramah agama, pelaksanaan shalat lima waktu sehari semalam secara berjamaah, khotbah atau pengajian bagi narapidana/residen yang muslim. Selain itu bagi narapidana/residen non muslim yaitu umat nasrani, juga dilakukan kegiatan-kegiatan digereja seperti kebaktian dan lain-lain.


(50)

Menurut responden petugas, terdapat kesulitan dalam pemberian penyuluhan dan bimbingan rohani terhadap para narapidana/residen yang muslim disebabkan faktor tempat yang tidak memenuhi daya tampung.

Menurut penulis sendiri pembinaan mental kerohanian untuk para narapidana/residen sangat dibutuhkan. Kurangnya kesadaran keagamaan menyebabkan timbulnya kejahatan narkotika. Oleh karena itu pendekatan mental kerohanian harus lebih diutamakan agar kesadaran para narapidana/residen tersebut akan perbuatannya dapat membantu menjadikannya manusia yang lebih baik. Diperlukan penyuluhan rohani yang lebih berkesinambungan dan lebih teratur lagi dengan mendatangkan ustad-ustad dan pendeta-pendeta bagi mereka-mereka setiap hari. Selain itu juga diperlukan tempat yang memadai dan dapat memenuhi daya tampung untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.

b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara; seperti mengikut sertakan para narapidana/residen dalam upacara-upacara nasional, seperti upacara 17 Agustus. Menurut responden petugas para narapidana/residen tersebut diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam proses pelaksanaan upacara seperti menjadi pengibar bendera, pembaca naskah pembukaan UUD 1945.


(51)

Menurut analisis penulis bahwa pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui penyuluhan termasuk juga menyadarkan mereka agar dapat menjadi warga Negara yang baik dan dapat berbakti kepada nusa dan bangsa. Diharapkan agar kegiatan yang dilakukan seperti menurut responden petugas diatas dapat membantu menyadarkan para narapidana/residen dan dapat menjadikan mereka bangsa yang cinta akan Negara dan tanah airnya.

c. Pembinaan kesadaran hukum; seperti penyuluhan hokum, penyuluhan penanggulangan HIV/AIDS dan lain-lain dengan instansi-instansi terkait yaitu kepolisian, departemen kesehatan, Badan Narkotika Nasional (BNN), Lembaga Swadaya Massyarakat (LSM).

Menurut responden petugas hingga saat ini telah dilakukan berbagai kegiatan penyuluhan hukum dengan mengadakan kerjasama terhadap instansi kepolisian serta instansi-instansi lainnya guna menyadarkan mereka terhadap penegakan hukum dan keadilan di Negara ini. Menurut penulis pembinaan kesadaran hukum ini harus terus dilakukan agar tingkat kesadaran hukum para narapidana/residen semakin tinggi sehingga sebagai anggota masyarakat, mereka menyadari akan hak dan kewajibannya dalam rangka turut menegakkan hukum dan keadilan, perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban, ketentraman, kepedulian hukum dan terbentuknya perilaku setiap warga Negara Indonesia yang taat kepada hukum.


(52)

d. Pembinaan jasmani (olahraga); seperti sepak bola, bola voli, renang, tennis meja, bola basket yang diberikan petugas kepada narapidana/residen berdasarkan minat masing-masing. Sedangkan untuk senam kesegaran jasmani diberikan kepada seluruh narapidana/residen. Pembinaan fisik narapidana/residen selain dengan cara berolahraga juga dengan cara pengawasan kesehatan dan diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang arti pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan.

Menurut petugas bahwa kegiatan olahraga setiap hari selalu dilaksanakan, mengingat pentingnya kegiatan ini bagi para narapidana/residen agar dapat membantu mereka menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan bugar.

Menurut penulis sendiri, bahwa pembinaan jasmani (olahraga) khususnya yang dilakukan berdasarkan minat masing-masing harus lebih ditingkatkan. Hal ini mengingat Rutan Way Hui tersebut merupakan tempat berkumpulnya para pemakai narkotika. Oleh karena itu ketergantungan narapidana/residen pemakai narkotika dapat dialihkan kepada kegiatan olahraga secara rutin agar perlahan-lahan kondisi pemakai narkotika tersebut dapat pulih dengan kegiatan olahraga dan metode yang diterapkan.


(53)

a. Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri, seperti keterampilan bidang pertanian, perikanan dan pertukangan, perbengkelan.

Dalam bidang pertanian diberikan keterampilan seperti menanam kangkung,bayam, cabe, singkong. Terdapat lahan yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pertanian tersebut. Dalam bidang perikanan berupa pembudidayaan ikan seperti ikan mas, lele, mujair. Sedangkan dalam bidang pertukangan yaitu pembuatan kerajinan-kerajinan kayu seperti papan bingkai, lemari, dan lain-lain. Dalam bidang perbengkelan yaitu memperbaiki alat-alat elektronik yang rusak.

Menurut petugas bahwa hasil dari keterampilan-keterampilan tersebut diatas sudah membuahkan hasil. Hal ini terbukti dengan pengiriman hasil-hasil tersebut ke pasaran walaupun tidak dalam jumlah yang banyak. Menurut penulis, kegiatan keterampilan seperti kegiatan bidang pertaniaan, perikanan, pertukangan, perbengkelan tersebut sudah berjalan cukup baik. Terbukti dengan penerimaan hasil-hasil kegiatan tesebut yang sudah dapat dikirim keluar Rutan. Namun hal ini harus dapat lebih ditingkatkan lagi, seperti dengan memperluas lahan untuk bidang pertanian dan menambah jenis tanaman, memperbanyak jumlah dan jenis ikan dalam bidang perikanan, meningkatkan mutu hasil kerajinan pertukangan, meningkatkan


(54)

keterampilan dalam perbengkelan serta menambah sarana dan prasarana yng digunakan untuk mendukung kegiatan tersebut.

b. Keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakat masing-masing, seperti tukang cukur rambut. Penyaluran bakat ini dilakukan terhadap seorang narapidana/residen yang memiliki bakat dalam hal mencukur rambut. Pihak rutan menyediakan prasarana yang dapat digunakan oleh narapidana/residen untuk mendukung kegiatannya, seperti gunting, sisir. Namun tidak disediakannya sarana atau tempat khusus yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut menjadi faktor kurangnya kreativitas narapidana/residen untuk menyalurkan bakatnya.

Menurut penulis, pihak rutan juga harus lebih menyediakan sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh narapidana/residen yang memiliki bakat dalam mencukur untuk menyalurkan segala kreativitasnya dalam mencukur rambut, seperti menyediakan salon tersendiri didalam rutan yang dapat digunakan oleh seluruh penghuninya.

Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan sesuai dengan tujuan rehabilitasi yaitu memulihkan kondisi fisik, mental, psikis, sosial, sikap dan perilaku penyalahgunaan Narkotika, agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam keluarga maupun masyarakat, taat kepada hukum dan menjunjung tinggi moral sehingga tercapai masyarakat yang aman dan tertib. Proses


(55)

rehabilitasi yang dilakukan akan tercapai dengan baik jika terdapat kerjasama antar petugas, narapidana/residen, dan masyarakat. Perlakuan petugas yang baik akan mempengaruhi keberhasilan pembinaan bagi fisik dan mental para narapidana/residen.

Menurut analisis penulis, pembinaan yang diberikan oleh petugas kepada narapidana/residen tersebut belum maksimal karena faktor sarana dan prasarana yang mendukung program rehabilitasi belum memadai juga personil yang ada masih kurang. Keberhasilan dalam melakukan pembinaan tidak terlepas dari unsur-unsur yang sangat berperan dalam rehabilitasi narapidana/residen yaitu :

a. Petugas rutan way hui b. Narapidana/residen

c. Instansi yang terkait dengan pembinaan narapidana/residen d. Sarana dan prasarana

e. Masyarakat

Unsur-unsur diatas mempunyai hubungan erat dan tidak bias dipisahkan karena sangat mempengaruhi. Kegagalan petugas rutan dalam membina narapidana/residen akan mempengaruhi pada narapidana/residen itu sendiri dan secara langsung akan berdampak kepada masyarakat. Selain itu juga pembinaan juga tidak akan terlaksana dengan baik tanpa didukung oleh sarana dan prasarana serta instansi terkait yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembinaan.


(56)

c) Tahap minimum security dilaksanakan dari 1/2 – habis pada tahap ini narapidana narkotika apa bila telah dipandang cukup baik, maka mereka diperbolehkan direhabilitasi diluar LP dan dilakukan oleh keluarganya

D. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika ( Residen )

Menurut hasil dari beberapa pertanyaan yang diberikan kepada responden petugas, bahwa proses rehabilitasi terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika/residen belum dilakukan secara maksimal, hal ini disebabkan antara lain karena :

a) Faktor hukumnya sendiri, hukuman yang dijatuhi kepada narapidana umumnya terlalu lama, sehingga Residen tidak bisa menerima dan menyadari kesalahannya di masa lalu.

b) Belum bisa merespon semua minat dan bakat residen dalam hal bimbingan dan pelatihan keterampilan karena keterbatasan sarana dan prasarana pelatihan keterampilan rutan.

c) Faktor sarana / fasilitas bimbingan keterampilan masih kurang dan konvensional yang berpengaruh kepada produk yang dihasilkan. d) Tenaga instruktur keterampilan dan petugas yang sangat terbatas. e) Faktor masyarakat, pada saat praktek belajar kerja/magang dunia usaha

masih ada yang merespon negative karena adanya stigma latar belakang residen sehingga akan berpengaruh pada proses pelaksana Praktek Belajar Kerja/magang maupun penyaluran lebih lanjut.


(57)

a. Memberikan informasi lebih awal melalui surat/telepon maupun petugas rutan yang dating ke Dinas / Instansi terkait dan selalu berkomunikasi serta bekerjasama dalam hal penanggulangan bahaya Narkotika.

b. Memotivasi residen dengan melakukan assessment problematic dan vocational secara profesional serta mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada.

c. Mengusulkan anggaran yang mencukupi dan mengoptimalkan sarana yang ada dengan cara dibagi dalam kelompok-kelompok bimbingan keterampilan.

d. Mengusulkan pegawai rutan mengikuti pelatihan calon instruktur keterampilan.


(58)

V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

penelitian yang penulis lakukan di Rutan Way Hui, sebagaimana telah dipaparkan pada bab-bab terdahulu, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu:

1. Pelaksanaan Rehabilitasi terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika ( UU NO 35 TAHUN 2009 ) di Rutan Way Hui sudah dilakukan dengan pola pembinaan yang bertujuan untuk merehabilitasi para narapidana/residen dari ketergantungan narkotika dengan menggunakan metode non medis yaitu metode coltur key atau metode pemutusan zat langsung dengan cara mendiamkan saja seorang narapidana/residen yang sedang mengalami ketagihan (sakaw). Metode tersebut diterapkan dalam suatu ruangan khusus yang dinamakan ruang detoksifikasi. Ruang detoksifikasi adalah suatu ruangan yang dinding dan lantainya dilapisi busa agar para narapidana/residen yang sedang mengalami sakaw tidak membahayakan dirinya sendiri. tenaga teknis baik instruktur dan pekerja rutan masih kurang, apabila dibandingkan dengan Standarisasi Pelayanan antara jumlah ratio Petugas dengan residen yang harus ditangani.

2. Faktor-Faktor penghambat Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika antara lain karena :


(59)

a. Faktor hukumnya sendiri, hukuman yang diberikan kepada narapidana umumnya terlalu lama, sehingga residen tidak bisa menerima dan menyadari kesalahaanya dimasa lalu.

b. Belum bisa merespon semua minat dan bakat residen dalam hal bimbingan dan pelatihan keterampilan karena keterbatasan sarana dan prasarana pelatihan keterampilan rutan.

c. Faktor sarana/fasilitas bimbingan keterampilan masih kurang dan konvensional yang berpengaruh kepada produk yang dihasilkan.

d. Tenaga instruktur keterampilan dan petugas yang sangat terbatas. e. Faktor masyarakat, pada saat Praktek Belajar Kerja/magang dunia

usaha masih ada yang merespon negative karena adanya stigma latar belakang residen sehingga akan berpengaruh pada proses palaksana Praktek Belajar Kerja/magang maupun penyaluran lebih lanjut.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan rehabilitasi terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika oleh rutan way hui, maka penulis ingin menyampaikan sedikit saran yang mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pelaksanaan rehabilitasi tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Perlunya penerbitan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis untuk kegiatan Pemberian Informasi dan Advokasi pada kegiatan Seksi Program dan Advokasi Sosial.

2. Perlunya peningkatan pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka proses rehabilitasi seperti mengoptimalkan ruang detosifikasi sebagai


(60)

pendukung dan kerjasama dengan instansi lain dalam menjalankan pelaksanaan hukuman pidana terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika.

3. Perlunya penambahan pegawai rutan karena jumlah nya sekarang hanya 80 orang.

4. Perlunya peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan tenaga instruktur Keterampilan dan pekerja social melalui Diklat Profesi yang dilaksanakan secara berkala.


(61)

PELAKSANAAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

( RUTAN WAY HUI )

(SKRIPSI)

OLEH APRIYANSYAH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010


(62)

PELAKSANAAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

(RUTAN WAY HUI)

Oleh Apriyansyah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010


(63)

MOTTO

“Kemarin mungkin ada penyesalan, hari ini adalah kenyataan, dan esok merupakan harapan”

“sebaik-baik manusia ialah dia yang paling banyak memaafkan orang lain”

(Muhammad S.A.W)

“kebahagiaan bagiku bukan saat aku merasa senang, namun kebahagiaan bagiku pada saat aku membuat orang lain tertawa”


(64)

Judul Skripsi : PELAKSANAAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Nama Mahasiswa : Apriyansyah

No. Pokok Mahasiswa : 0642011068

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Kadri Husin, S.H., M.H.

NIP 194311141969091001

Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H.

NIP 19620817 198703 2 003

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H.


(65)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Kadri Husin, S.H., M.H. ………

Sekretaris : Diah Gustiniati M, S.H., M.H .……….

Penguji Utama : Tri Andrisman, S.H., M.H. ………

2. Dekan Fakultas Hukum

Hi. Adius Semenguk, S.H., M.S.

NIP 19560901 198103 1 003


(66)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini kepada orang-orang yang akan selalu kucintai kemanapun langkah kakiku pergi dan dimana pun diriku berada. Papa dan Mama tercinta yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, serta membimbing dan menyertaiku dengan kasih sayang dan doa yang tulus

yang tak pernah henti dipanjatkan kepada Allah SWT untuk keberhasilanku.

Kakak, dan adik-adikku yang ku sayangi yang telah memberikan doa dan dukungannya dalam keberhasilanku ini.

Seluruh Keluarga Besarku yang telah memberikan doanya.


(67)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kalianda, pada tanggal 06 April 1985, ang merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Abraham, S.H.,M.H dan Ibu Nurlela, S.E.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah lulus Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyah Kalianda dan diselesaikan pada tahun 1990, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Kalianda pada tahun 1996, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan di SLTP Negeri 1 Kalianda pada tahun 1999, serta lulus Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Kalianda pada tahun 2003.

Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Dan pada tahun 2009 penulis mengikuti Studi Banding ke Jakarta-Bandung.

Bandar Lampung, 19 November 2010


(68)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat-Nya skripsi yang berjudul “pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika (rutan way hui) ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak sekali pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis baik berupa bimbingan, kritik dan saran. Dalam menyusun sampai dengan selesainya skripsi ini juga berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Hi. Adius Semenguk, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Prof. Dr. kadri husin, S.H., M.H., Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu, pikirannya, dengan sabar memberikan petunjuk, kritik, saran serta motivasi selama penulisan skripsi ini;


(69)

petunjuk, kritik, saran serta motivasi selama penulisan skripsi ini;

5. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., selaku Pembahas I skripsi yang telah memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini;

6. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Pembahas II skripsi yang telah memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini;

7. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini;

8. Rutan way hui & Rekan yang telah memberi izin penelitian, bantuan-bantuan dan kemudahan dalam mencari data penunjang skripsi ini.

9. Keluargaku tercinta: Papa, Mama, popy, gusti, paduka, adikku rico, rido, dan rara, puan, ibu, ujuk, om tony, ami, om epi, dotu, emoel, pipit, anggun, kyay kiki, pokok nya semua keluarga cemara atas doa dan dorongan semangat yang tiada henti selalu menyertaiku, serta Keluarga besarku yang sudah memberikan banyak doa dan semangat yang sangat bermakna bagi penulis;

10. Seseorang yang ku sayangi terima kasih atas segala support, doa dan semangat yang selalu diberikan kepada ku

11. Rekan- rekan artis “oki, fajar, monda, rendy, nanda, tamong senin, ican, bedok, popoy, diles, Albert, vido, ulil, semua terima kasih atas kebersamaannya selama ini yang telah kalian berikan kepadaku;

12. Teman-teman seperjuanganku di Fakultas Hukum Universitas Lampung Angkatan 2006, rendy, oki, tamong senin, ican, Albert, book, yang tidak


(70)

13. Semua pihak yang turut mendukung penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 19 november 2010 Penulis


(1)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Kadri Husin, S.H., M.H. ………

Sekretaris : Diah Gustiniati M, S.H., M.H .……….

Penguji Utama : Tri Andrisman, S.H., M.H. ………

2. Dekan Fakultas Hukum

Hi. Adius Semenguk, S.H., M.S. NIP 19560901 198103 1 003


(2)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini kepada orang-orang yang akan selalu kucintai kemanapun langkah kakiku pergi dan dimana pun diriku berada. Papa dan Mama tercinta yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, serta membimbing dan menyertaiku dengan kasih sayang dan doa yang tulus

yang tak pernah henti dipanjatkan kepada Allah SWT untuk keberhasilanku.

Kakak, dan adik-adikku yang ku sayangi yang telah memberikan doa dan dukungannya dalam keberhasilanku ini.

Seluruh Keluarga Besarku yang telah memberikan doanya.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kalianda, pada tanggal 06 April 1985, ang merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Abraham, S.H.,M.H dan Ibu Nurlela, S.E.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah lulus Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyah Kalianda dan diselesaikan pada tahun 1990, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Kalianda pada tahun 1996, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan di SLTP Negeri 1 Kalianda pada tahun 1999, serta lulus Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Kalianda pada tahun 2003.

Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Dan pada tahun 2009 penulis mengikuti Studi Banding ke Jakarta-Bandung.

Bandar Lampung, 19 November 2010


(4)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

Rahmat-Nya skripsi yang berjudul “pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap

pelaku penyalahgunaan narkotika (rutan way hui) ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak sekali pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis baik berupa bimbingan, kritik dan saran. Dalam menyusun sampai dengan selesainya skripsi ini juga berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Hi. Adius Semenguk, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum

Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Prof. Dr. kadri husin, S.H., M.H., Pembimbing Utama yang telah banyak

meluangkan waktu, pikirannya, dengan sabar memberikan petunjuk, kritik, saran serta motivasi selama penulisan skripsi ini;


(5)

4. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H., selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak meluangkan waktu, pikirannya, dengan sabar memberikan petunjuk, kritik, saran serta motivasi selama penulisan skripsi ini;

5. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., selaku Pembahas I skripsi yang telah

memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini;

6. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Pembahas II skripsi yang telah

memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini;

7. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini;

8. Rutan way hui & Rekan yang telah memberi izin penelitian,

bantuan-bantuan dan kemudahan dalam mencari data penunjang skripsi ini.

9. Keluargaku tercinta: Papa, Mama, popy, gusti, paduka, adikku rico, rido,

dan rara, puan, ibu, ujuk, om tony, ami, om epi, dotu, emoel, pipit, anggun, kyay kiki, pokok nya semua keluarga cemara atas doa dan dorongan semangat yang tiada henti selalu menyertaiku, serta Keluarga besarku yang sudah memberikan banyak doa dan semangat yang sangat bermakna bagi penulis;

10. Seseorang yang ku sayangi terima kasih atas segala support, doa dan

semangat yang selalu diberikan kepada ku

11. Rekan- rekan artis “oki, fajar, monda, rendy, nanda, tamong senin, ican,

bedok, popoy, diles, Albert, vido, ulil, semua terima kasih atas kebersamaannya selama ini yang telah kalian berikan kepadaku;

12. Teman-teman seperjuanganku di Fakultas Hukum Universitas Lampung


(6)

dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, dukungan, kerjasamanya dan kebersamaan selama penyusunan skripsi ini.

13. Semua pihak yang turut mendukung penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 19 november 2010 Penulis