Strategi peningkatan pendapatan asli daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Kepulauan Sula:

STRATIEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERGR. DT

AHMAD M. BANAPON

SEKOLAH PASCASPiRJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAJ TESIS
DAN SfJMBER LNFORMASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa Tugas Ahir "Strategi Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka Pelaksanm Otonomi Daerah

di

Kabupaten Kepulauan Sula" addah karya saya sendiri d m belum pernah diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber idorrnasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks d m dicantumkan dalam Dafiar Pustaka di

bagian akhir Tesis ini.

Ahmad M. Banapon

NRP HZ51064125

ABSTRACT
AHMAD M. BANAPON, Strategy Improvement of Araa Genuiness in order to
Execution of Autonomy Kepulauan Sula. Under direction of DEDI BUDIMAN
HAKIM and WIMAWAN HARnfOGA
The aims of this research are I). to measure effectivity and efficiency of local
own revenue (PAD) of KepuIauan Sula District. 2). to measure the elasticity of
local own revenue to economic growth 3). to measure the fiscal independency of
the local government. 4). to analysis management of local own revenue in
Kepulauan Sula District, and 5). to formulate strategy and priority for increasing
local own revenue of Kepulauan Sula District. this research combines description
analysis method logical framework approach (LFA) mcthod, and Al~alilical

Hirarchy Process (AHP) method to address the research objectives. The data used
in this research are primary data and secondary data. This research G~lclsthat the
fiscal dependency of local government to central government is high. In 2007, the
ratio of local own revenue to transfer fund was only 1.8 percent. Result fiorn
description analysis shows that low awareness of people is the big problelll in
collecting PAD in Kepulauan Sula District. AHP analysis showes that
infrastructure development should be the first priority of the districts strategy in
increasing local own revenue in Kepulauan Sula District.
Key words: Strategy, Local O\vn Revenue (PAD), Fiscal
(Interdependency)

Aulonomy

Ahmad M. Banapon, Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Ddam Rangka
Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kepulauan Sula. Dibimbing oieh Dr.
Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec., d m Dr. Ir. Himawan Hariyoga, M.Sc
Kekhawatiran beberapa daerah atas diberlakukannya otonomi daerah bisa
dipabami, karma pelaksanaan otonomi daerah membawa konsekwensi bagi
Pemerintah daerah mtuk lebih mandiri baik dari sistem pembiayaan maupun
rnenentukan arah pembangunan daerah sesuai dengan proritas dan kepentingan

masyarakat di daerah. Disarnping itu, alasan klasik sepefti kesiapan sumberdaya
manusia (SDM), masih lemahnya stnrktur dan infrastmktur daerah memang
rnerupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri dialami oleh beberapa
Pernerintah daerah.
Tak terkecuali Kabupaten Kepulauan Sula, sebagai daerah baru hasil
pemekaran menghadapi persoalan-persoalan yang rumit dalarn menjalankan
pembangunan, terutarna dalam peningkatan pendapatan asli daerah. Keterbatasan
sumberdaya aIam d m sumberdaya manusia yang diilikinya disinyalir sebagai
faktor penyebabnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini bertujuan mtuk: 1).
Mengkaji efektivitas d m efisiensi pendapatm asli daerah beserta komponennya.
2). Mengkaji elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah terhadap pendapatan asli
daerah. 3). Mengkaji tingkat ketergantungan Pemerintah daerah terhadap
Pemerintah pusat. 4). Menganalisis rnanajemen penggalian potensi pendaapatan
asli daerah di kabupaten kepulauan sula, d m 5). Menyusun langkah-langkah
strategis dan kebijkm proritas mtuk meningkatkan pendapatan asli daerah di
Kabupaten Kepulauan Sula. Kajian ini dilakukan di Kabupaten Kepulauan Sula,
Provinsi MaXuku Utara. Data yang dipergunakan dalam kajian ini, terdiri atas data
s e h d e r dan data primer.
Metode Analisa
Efektivitas digunakan untuk menguku upaya pungut PAD yang dilakukan

oleh Pemerintah daerah. Semalcin tinggi nil& efektivitas pendapatan asli daerah
menunjukkan bahwa upaya pungut pendapatan asli daerah yang diIakukan oleh
Pemerintah daerah juga semakin tinggi, dan sebalihya. Efisiensi digunakan untxk
mengukur berapa besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan
pendapatan aali daerah. Elastisitas pendapatan asli daerah digunakan untuk
mengukur derajat kepekaan pendapatan asli daerah terhadap adanya perubahan
perekonomian daerah. Elastisitas yang digunalcan dalam kajian ini adalah
elastisitas PDRB terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Kepulauan Sula,
Rasio ini menggambarkan derajat ketexgantungan PEMDA terhadap sumber
pembiayaan dari Pemerintah Pusat.
Hasil dan Pembahasan
Efektivitas pendapatan asli daerah dari sektor pajak di Kabupaten
Kepulauan Sula selama periode kajian tahun 2005-2007 mengalami fluktuasi.
Pada tahun 2004 efektivitas PAD sebesar 28,20 persen, kemudian pada tahun
2005 mengalami penurunan menjadi 26,47 persen. Kemudian tahun berikutnya
hingga tahun 2007, efektivitas PAD Kabupaten Kepulauan Sula mengalami
peningkatan hingga mencapai 86. i 6 persen.

Dari ketiga jenis penerimaan daerah, yang selalu paling dominan adalah
penerirnaan dari dana perimbangan. Pada tahun 2004, jumlah dana perimbangan

dari Pemerintah pusat sebesar Rp.7 1.9 13.642.000,- pertahun. Pada tahun
berikutnya mengalami peningkatan menjadi Rp.100.798.726.480,-, d m seterusnya
mengdami peningkatan yang sangat signihkan yaitu pada tahun 2007 berjumlah
Rp.287.069.957.574 per tahun. Idealnya adalah sernakin tinggi PAD suatu daerah,
maka ketergantungan terhadap dana perimbmgan dari Pemerintah pusat semakin
tinggi.
Dari hasil kuesioner yang disebarkan ke responden, diperoieh enam variable
yang menjadi kendala dalam penetapan target pendapatan asli daerah (PAD): 1)
KetidakjeXasan objek pungutan. 2) Sumber-sumber PAD yang masih belum jelas.
3) Belum ada peraturan daerah (Perda) maupun kebijakan Pemerintah daerah yang
mengatur secara jelas tentang PAD. 4) Data-data ymg berkaitan dengan
pernungutan PAD belum tersedia. 5) Kesadaran wajib pajak dalam membayar
kewajibannya membayar pajak maupun tunggakan pajak rnasih rendah.
Sfrategi Kebijakan Peningkatan PAD
Secara garis besar terdapat empat alternative kebijakan yang perlu
diperhatikan dalam upaya peningkatan PAD Kabupaten Kepulauan Sula yaitu
membangun infiastruktwr, meningkatkan investasi, peningkatan SDM, dan
regulasi. Diketahui bahwa bobot yang paling tinggi untuk potimalisasi pajak d m
retribusi diberikan oleh DPRD Kabupaten Kepulauan Sula yaitu 0,534, disusul
oleh Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) dengan bobot 0,488, kemudian

LSM dengan bobot 0,478, dan terakhir adalah dari Bappeda dengan bobot 0,433.
dari hasil pembobotan secara keseluruhan diketahui yang menjadi prioritas utama
dari pelaku peningkatan PAD Kabupaten Kepulauan Sula adalah f'aktor
optimalisasi pajak dm retribusi dengan bobot 0,48, fgktor kedua adafah
meminimalisasi kebocoran dengan bobot 0,25, prioritas ketiga adalah peningkatan
kinerja aparat denan bobot 0,17, dan prioritas pelaku faktor kempat yaitu
sosialisasi dengan bobot 0,10.
Dari hasil pembobotan diketahui responden memilih infrastruk sebagai
alternative kebijakan uhma dengan babot O,5O, kemudian investasi dengan bobot
0,27 sebagai alternative kebijakan kedua. Sedangkan peningkatan SDM menjadi
alternatif kebijakm ketiga dengan bobot 0,16, dan regulasi sebagai alternatif
kebijakan keempat deagan babot 0,06. Secara umum,alasan responden mernilih
infiastruktur sebagai alternative kebijakan utama adalah karena masih terbatasnya
infrastruktur yang tersedia di Kabupaten Kepulauan Suf a.
Dari pembalxasan di atas dapat disimpulkan bahwa: keterganhzngan
Pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Sula terhadap dana perimbangan dari
Pemerintah pusat sangat tinggi, dimana kontribusi PAD terhadap dana
perimbangan dari pusat hanya 1,8 persen pada tahun 2007. rendahnya kesadaran
rnasyarakat dalam membayar pajak d m retribusi menjadi kendala utama dalam
meningkatkan P A D Kabupaten Kepulaw Sula. dengan demikian, untuk

meningkatkan PAD di Kabupaten Kepdaum Sula, maka program utama yang
haws diprioritaskan addah membenahi infiastruktur.
Kata Kunci: Strategi, Pendapatan Asli Daerah, Otonorni Daerah

OHak Cipta Milik Ahmad M.Banapon, Tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

I . Dilarang mengzttip sebagian atau seluruh karya tuZis ini tanpa

mencanturnhn atau menyebzlfhsumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalnh.
b. Pengutipun tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengg~lnakandun ~nemperbanyaksebagian atau seluruh hqva

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLX DAERAW DALAM

RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN

KEPULAUAN SULA

AHMAD M. BANAPON

Tugas Akhir

Sebagai Salah Satu Syxat mtuk Memperoieh Gelar
Magister Prafesional pada
Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

fudul Tugas Akhir

: Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Dael-ah Dalam
Rangka Pelaksa~iaanOtonomi Daerah di Kabupaten
Kepulauan Su la

Nalna


: Ahmad Banapon

NRP

Disetujui
Komisi Pe~nbimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.AEc
Ketua

Dr. Ir. Himawan Hariyona, M.Sc
Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi
Manajemen Pembangunan

Tanggal Ujian : 21 Februari 2009


Tanggal Lulus :

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis Panjatkan Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan r h a t dan karunia-Nya sehingga Kajian
Pembanguanan Daerah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam kajian
yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2008 ini adalah: Strategi Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka Palaksanaan Otonomi Daer2tb di
Kabupaten Kepulauan Sula.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Xr. Dedi Budiman Wakim,
M.Ec d m Bapak Dr. Ir. Himawan Hariyoga, M.Sc selaku Komsi Pernbimbing,
serta Bapak Dr. Ir. Narianto, MS, selaku penguji luar komisi, yang $el& banyak
memberikan saran, dm talc lupa juga kepada seluruh Staf Pengajar Program Studi
Manajernen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
2 . Bapak Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro selaku Dekan Sekolah

Pascasarjana, Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat M.Ec selaku ketua Program
Studi Manajemen Pembangunan Daerah IPB, dan seluruh staf sekretariat yang
telah memberi pelayanan yang baik bagi penulis dalam


menimba ilmu

pengetahuan selama masa perkuliahan, teman-teman seperjuangan di PS-MPD
serta seluruh rekan-rekan d a ~Forum
i
Wacana.

.

2. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula (Bupati, Wakil Bupati, dan

Sekda), BPKD, BPS, Dinas Kehutanan, Disperindakop, Bagian Ekonomi,
Bagian Hukum, dm Kantor Pasar atas kerja samanya selama penelitian.

3. Teristimewa istri (Rofiqah Kharie) dan anak (Nurrahmi A. Banapon) tercinta,
ibu, kakak, adik serta seluruh keluarga atas doa, dan dukungan yang selalu
diberikan selama ini mungkin tidak akan mampu terbalas.
Akhir kata, penulis berharap semoga kajian ini dapat bemanfaat bagi kita
semua dalam mernperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan dapat diaplikasikan
bagi kernaslahatan hidup dimasa yang akan datang. Amin.
Bogor, Februari 2009
Ahmad M. Banapon

RIWAYAT IIIDUP
Penulis dilahirkan di Waigoiyofa Kecamatan Sanana Kabupaten
Kepulauan Sula Propinsi Maluku Utara pada tanggal 10 Januari 1971 sebagai
anak ke 9 dari Mahmud Banapon (almarhum) dan Hawa Fokatea (almarhuma).
Penulis menyelesaikan pedidikan di Sekolah Dasar Negeri Waigoiyofa Sanana
Kabupaten Kepulauan Sula pada tahun 1985, lulus Sekolah Madrasah Tsanawiah
Negeri Sanana Kabupaten Kepulauan Sula tahun 1988. Sekolah Menengah Atas
pada Madrasah Aliyah Negeri dan AIkhairat Ternate Provinsi Maluku Utara tahun
1991, menyelesaikan Sekolah Strata satu (S1) Jurusan Manajemen Sumberdaya
Manusia/Personalia pada Sekolah Tinggi llmu Ekonomi (STE) Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2000. Pada tabun 2007 melalui beasiwahgas
belajar dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula, penulis melanjutkan
kuliah pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Studi
Manajemen Pembangunan Daerah (MPD), d m dinyatakan lulus sebagai
Mangister Profisionid pada tanggal 21 Pebruari 2009.
Pada tahun 2003 penulis diterima bekerja sebagai Pegawai Negeri SipiI
pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula Propinsi Maluku Utara,
dengan jabatan terakhir sebagai Kasubid Kesejahteraan Materil Pegawai pada
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Kepulauan Sula sampai sekarang.

DAFTAR TABEL.............................................................................
DAF'TAR GAMBAR .......................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................

.

I PENDAHWLUAN
1. 1 Latar Belakang .................................................................
............................................................
1.2 Rumusan Masalah
.
.
..........................................
1. 3 Tujuan Penehtxan..............
.
.
..
1.4 Manfmt Kajian .................................................................

XI.TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Otunomi Daerah .............................................................
2.2 Keuangan Daerah ............................................................
2.2.1. Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah ..................
2.2.2. Pendapatan Asli Daerah .........................................
2.2.3. Dasar Hukum Pendapatan Asli Daerah ..................
2 .3 Indikator .Keuangan
. . Daerah..............................................
2.4 Desentralxsasx Fiskal .........................................................
2.5 Peraturan Daerah Mengenai Pendapatan Asli Daerah .....
2.6 Strategi Peningkatan Pendapatm Asli Daerah .................
2. 7 Tinjauan Penelitian Terdahulu .......................................

.

111 METODOLOGI KAJXAN ......................................................
3.1. Kermgka Pemikiran ........................................................
3.2. Lokasi dan .Waktu
Kajian .................................................
.
3.3. Sasaran Kajian ...................................................................
3.4. Metode Pengumpulan Data ...............................................
3.4.1. Jenis dm Surnber Data .............................................
3.4.2. Pemilihan Sampel d m Responden ...........................
3 .5 .Metoda Pengolahan dm Analisis Data...............................
3.5. X . Efektivitas................................................................
3 .5.2. Efisiensi .....................................................................
..
3.5 .3.Elastlsitas..................................................................
3.5.4. Rasio Kemandirian (otonomi fiskal) .........................
3.5.5. Analisis Data Primer .................................................
3.6. Metoda Perumusan Strategi d m Perancangan Program ....
3.6.1. Metode Logical FrameworkApproach (LFA)..........
3.6.2. Metode -4naly.tIcNI.rorchy Process (AHP) &!a_%
Perurnusan Kebijakan ...............................................

.

IV KONDISI UMUM DAEMH PENELITIAN..........................
4. 1 Letak Geografis dan Batas Administrasi .......
.........
4.2 Keadaan Iklim ...............................................................
4 . 3 Administrasi Pemerintahan ...........................................

4.4 Kependudukan dm Tenaga Kerja .................................
4.4.1. Penduduk ............................................................
4.4.2. Tenaga Kerja ......................................................
4. 5 Fasilitas Pelayanan Umum ............................................
4.5.1 .Lnfiastnxktur...........................................................
4.5.2. Pendidikan.............................................................
4.5.3. Kesehatan .............................................................
4. 6 Potensi Daerah...............................................................
4.6.1. Perkebunan ...................
... ...................................
..................................................
4.6.2. Tanaman Pangan
.............................................................
4.6.3. Keh~~tanan
4.6.4. Perikanan ..............................................................
4.6.5. Industri dm Pertambangan...................................
4.6.6. Perdagangan dan Jasa ...........................................
4.7 Produk Dornestik Bmto.................................................
4. 8 Visi dan Misi Kabupaten Kepulauan Sula....................
4.9 Agenda Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Sula
yang maju ......................................................................
4. 10 Kebijakm Umum PengeloIaan Keuangan.....................
.
.......
4. 1 1 Perkembagan Penerimaan D a d ......................
4. 12 Belanja Daerah Tahun 2006 ..........................................
4.13 Stmktur Orgaaisasi Badan Pengelola Keuangan
Daerah ........................................................................

.

V HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
5 . 1 Efektivitas PAD.............................................................

5 .2 Efesiensi PAD .............................................*...*.......*..
5 . 3 Elastisitas P A D.............................................................
5 . 4 Rasio Kernandirian .......................................................
5 . 5 Manajemen Penggalian Potensi PAD ...........................
5.5. 1 Tahap Perencanaan (Potensi dm Penetapan
Target PAD) .......................................................
5.5. 2 Penenturn Besamya Ttarget Pajak ........................
5.5. 3 Kendala Penetapan Target PAD.......................
5.5. 4 Tahap Pelaksanaan Target PAD ..........................
5.5. 5 Tahap Pengawasan ..............................................
5.5. 6 Tahap Evaluasi Kinerja ........................................
5.6 Strategi Peningkatan PAD Kabupaten Kepulauan Sula..
5.6.1. Alternatif Responden d a l m Peningkatan PAD .....
a. Faktor Optirnalisasi Pajak dan Retribusi ........
b. Faktor Minimalisasi Kebocoran .....................
c. Sosialisasi .......................................................
d. Faktor Kinerja ..............................
... .............

6.1. Rancangan Program Peningkatm PAD Kabupaten
KepuIauan Sula .............................................................
6.2. Prioritas Program Strategis Berdasarlcan Analisa LFA .

6.3. Program Prioritas Peningkatan PAD Berdasarkan
Kajian AHP ...................................................................

.

VIII SIMFULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN .....................
7. 1.Kesimpulan.....................................................................
......*..*......**
7.2. Implikasi Kebijakan ..........................
.
.
.
7. 3 .Rekomendasi ..................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman

1. Jenis Pajak dan Retribusi Daerah Kabupeten Kepulauan Sula
Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) ....................................
2. Beberapa Tinjauan Penelitian Terdahulu tentang pengelolaan
Keuangan Daerah .......................................................................
3. Skala Matrik Perbandingan Berpasangan ........................ - ..........

4. Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Sula Menurut
Kecamatan tahun 2007 ...............................................................
5. Nama Ibukota Kecarnatan dan Jumlah Desa di Kabupaten

Kepulauan Sula tahun 2007 .........................................................

6. Jumlah Peduduk Kabupaten Kepulauan Sula tahun 2007 ............
7. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha t a b 200749
8. Panjang Jalan Menurut Jenis Pennukaan dan Kondisi Jalan
di Kabupaten Kepulauan Sula ......................................................
9. PDRB Kabupaten Kepulatran Sula atas Dasar Harga Berlaku
m e n m t Lapangan Usaha tahun 2004-2007 ................................

10. Perkembangan Penerirnaan Daerab Kabupaten Kepulauan Sula...

11. Target dan Realisasi Penerirnaan Pajak dan Retribusi Kabupaten
KepuIauan Sula tahm 2004-2007 ................................................
12. Target d m Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Kepulauan
Sula tahun 2007 ....,.......................................................................
13. Realisasi Pendapatan Asli Daerah d m Biaya Pungut di Kabupaten
Kepulauan Sula tahun 2003-2007 ..............................-.................
14- Elastisitas Keteergantungan Sektor Pendapatan Kabupaten

Kepulauan Sula terhadap PDRB tahun 2007 ...............................

15. Elastisitas Ketergantungan Pendapatan Daerah Kabupaten
Kepulauan Sula terhadap PDRB tahun 2003-2007 ......................
16. Rasio Kemandirian Kabupaten Kepdauan Sula Terhadap Dana
Perimbangan .............................. .... ........................................

17. Pertumbuhan Pendapatan AsIi Daerah Kabupaten Kepulauau
Sula T a b 2007 (%) ...................-..............................................-,
18. Intensitas Keterlibatan Beberapa Pihak ddam Pendataan Potensi

PAD .......................................................... ..... ....** * ...*
**

**

*..**

...........

19. Kriteria dalam Menetapkan Target PAD......................................
20. Keterlibatan Instansi ddam Pencapaian PAD Kabupaten
Kepulauan SuZa ..-.........................................................................
2 1. Intensitas Keterlibatan beberapa Pihak dalarn Pendataan Potensi

PAD ........................................

*

..............................................*...

22. Kendala dalam Pengevatuasim Kinaerja PAD Kabupaten Kepulauan
Sula ...........................
....

................................... ....... .............-.-.......

23. Keterlibatan Instansi dalam Pengevaluasian Kinaerja PAD
.... ..-...............
Kabupaten Kepulauan Sula .................................
24. Prioritas Pelaku Peningkatan PAD di Kabupaten Kepulauan Sula.......

25. Prioritas AIternatif Kebijakan d a h n Peningkatan PAD di Kabupaten

.
.
,
...........-...-......................-.-.........-.,...
Kepulauan Sula ....................

26. Susunan Bobot Perioritas Alternatif Kebijakan Peningkatan
PAD di Kabupaten Kepulauan Sula ...............................*.............
27. Susunan Bobot Perioritas Peningkatan PAD di Kabupaten
Kepulauan Sula ............................................................................
28. Susunan Bobat Perioritas Alternatif Kebijakan Peningkatm

PAD di Kabupaten Kepulauan Sula .............................................

29. Susunan Bobot Perioritas Peningkatan PAD di Kabupaten

Kepulauan Sula ............................................................................

30. Matrik Rancangan Program Strategik Peningkatan PAD di
Kabupaten Kepulauan Sula .........................................................

1.

Tren Pertumbuhan PAD Kabupaten KepuIauan Sula ................

2.

Kerangka Pemikiran Kajian .........................
.
.......................

3.

Diagram Alur Metode Logical Framework Approach ...............

4.

Hirarki Pernilihan Strategi Kebijakm Poritas Peningkatan

..

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kepulauan Sula
5.

........

Perbandingan PAD Kabupaten Kepulauan Sula dengan Dana
Perimbangan..............................................................................

6.

Kriteria ddam MelaMan Pendataan Potensi PAD di
Kabupaten Kepulat~anSuIa .......................................................

7.

Kendala dalam Menentukan Potensi PAD di Kabupaten
Kepulauan Sula .........................,.............
.................................

8.

Persepsi Responden terhadap Pendataan Potensi PAD ...........,..

9.

Persepsi Responden terhadap Efektivitas Pengawasan Ddam
Pencapaim Target PAD Kabupaten Kepulauan Sula ...............

10. Kriteria yang digunakan dalam Mengevaluasi Kinerja PAD .....

1 1. Hirarki dan Bobot Poritas Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

di Kabupaten Kepulauan Sda .........................-.........................

DAFTAR LAMPIRAN
Halamaa
1 . Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Kepulaum Sula .....................

104

2 . Struktur Olahan .AHP ...................................................................

105

3. Daftar Kontribusi PAD Kabupaten Kepulauan Sula tahun 2007

106

4. Hasil Judgement Faktor Sumberdaya Manusia ............................

107

.........

108

5 . Hasil Judgement Faktor Optimdisasi Pajak dm Retribusi

6. Hasil Judgement Faktor Minimalisasi Kebocoran .......................

109

7. Hasil Judgement Faktor Kinerja...................................................

110

8 . Kuesioner ANP

Ill

...........................................................................

9. Kuesioner Evaluasi Manajernen ..................................................

119

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan otonorni daerah yang dimulai pada tanggal 1 Januari Taliun
2001 rnenimbufkan reaksi yang berbeda-beda bagi daerah, Pemerintah daerah

yang rnemiliki kekayaan dam menyambut baik otonomi daerah dengan penuh
harapan, sebaliknya daerah yang miskin sumberdaya alamnya menanggapinya
secara hati-hati.
Kekhawatiran beberapa daerah tersebut bisa dipahami, karena pelaksanaan
otonomi daerah dan desentralisasi membawa konsekwensi Pemerintah daerah

untuk lebih mandiri baik dari sistem pembiayaan maupun menetukan arah
pembangunan daerah sesuai dengan proritas d m kepentingan masyarakat di
daerah. Disamping itu, alasan klasik seperti kesiapan sumberdaya manusia

(SDM),masih lemahnya struktur dan infrastruktur daerah memang merupakan
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri dialami oleh beberapa Pemerintah daerah.
Beberapa pihak bahkan ada yang khawatir otonomi daerah hanya akan
memindahkan praktik korupsi, koiusi, dan nepotisme (KKN) ke daerah. Terlepas
d a i kekhawatirm tersebut, otonomi daerah dm desenralisasi hams disukseskan
karena ha1 tersebut merupakan kesepakatan Bangsa Indonesia.
Pemekman

daerah

dimaksudkan

mtuk

mengwrangi

kesenjangan

pertumbuhan ekonomi daerah yang satu dengan daerah lain. Daerah yang

- memiliki sumberdaya yang tinggi, pembangunannya relatif lebih cepat dibanding
daerah yang potensi sumberdaya alamnya rendah. Daerah yang mampu
mengoptimalkan potensi pendapatan asli daerah (PAD) yang dimiliki dan
mengelola keuangan daerah dengan baik, akm mampu meningkatkan
kesejahteraan mosyarakatnya.
Dengan berlandaskan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. yang selanjutnya direvisi dengan Undang-Undang No 32
tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang
selanjutnya direvisi dengan Undang-undand No 33 tahun 2004 tentang
Perimbangm Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pernerinahan Daerah, maka

pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat mendorong peningkatan partisipasi

dm kreativitas masyarakat serta mendorong pemerataan pembangunan daerah
dengan memanfaatkan sumberdaya dm potensi yang tersedia.
Diberlakukannya kedua undang-undang tersebut teIah membuka era baru
bagi pelaksanaan Pemerintahan daerah di Indonesia, dimana tugas d m tanggung
jawab yang hams dijdankan oleh Pemerintah Daerah bertambah banyak. Seperti

yang dikemukakan oleh D m u r t i d m Rauta (2000) bahwa kewenangan atas
umsan Pemerintahan yang begitu luas yang diberikan kepada daerah dalam
rangka otonomi daerah dapat merupakan berkah bagi daerah natnun sekaligus
juga merupakan beban yang menuntut kesiapan daerah untuk melaksanakannya,
karena semakin bertambahnya umsm pemerintahan yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah. Untuk itu ada beberapa aspek yang hams clipersiapkan yaitu,
sumber daya manusia, surnber daya keuangan, kelembagaan .dm sarana
prasarana.
Pada penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
daerah dinyatakan bahwa daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber
keuangan, antara lain berupa: kepastian tersedianya pendanaan dari Pernerintah
sesuai dengan urusan Pemerintah yang diserahkan; kewenangan memungut dan
mendayagunakan pajak d m retribusi daerah dan hak untuk rnendapatkan bagi
hasil dari sumber-sumber daya nasionaf yang berada di daerah dan dana
perimbangan lainnya, hak untuk mengelola kekayaan daerah dan surnber-sumber
pendapatan lain yang sah serta sumber-surnber pembiayaan.
Undang-Undang No. 33 tahun 2004 menjelaskan prinsip kebijakan
perirnbangan keuangan. Pada pasal 3 Undang-Undang No. 33 tahun 2004
dinyatakan bahwa pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan
kepada Pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai
dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Dana perimbangan
bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat d m Pemerintah
daerah dan antara Pemerintah daerah; Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh
sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan daerah.
Salah satu perbedaan yang mendasar dari Undang-Undang No. 33 tahun
2004 dibandingkan dengan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 adalah pada

s t n k t u r sumber penerimam daerah. Pada pasal6 tentang pendapatan asli daerah

(PAD) pada Undang-Undang No. 33 t&un 2004 dijelaskan jenis penerirnaan dari
lain-lain pendapatan asli daerah yang sall, yaitu ditambahkan adanya pendapatan
bunga, keuntungan selisih terhadap mata uang asing, komisi, potongan ataupun
bentuk lain sebagai &bat dari penjualan daniatau pengadaan barang dan/atau jasa
oleh daerah. Kemudian disebutkan bahwa pada Bab IV pasal 5 sumber
penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan
daerah dan pembiayaan, sedangkan pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999
tidak dipisahkan antara pendapatan daerah dan pembiayaan.
Keserasian dan keseiarasan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah
secara otonom dengan kebutuhan masyarakat merupakan Xandasan bagi
tenvujudnya Pemerintahan d m pembangunan yang berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat sehingga tenvujud pula peningkatan kualitas pelayanan
sebagaimana diungkap di atas. Sejalan dengan diberikannya kewenangan dan
tanggungjawab kepada daerah kabupatedkota dalam mengws rumah tangganya
sendiri, maka akan semakin meningkat interaksi langsung antara aparat
pemerintah dengan masyarakat. Aparat dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat sesuai dengan perkembangan dm
kebutuhan. Di samping memberikan pefayanan, aparat Pemerintah juga dihultut

untuk dapat rnemiliki kemampuan dalam mengembangkan daerahnya baik dalam
rnerencanakan maupun rnelalcsanakan pembangunan di daerah.
Dengan adanya perubaban sumber dana pembangunan dan pembiayaan
kegiatan Pemerintah daerah karena pelaksanaan otonomi, maka Pemerintah
daerah perlu memperhatikan faktor p e n d u h g pelaksanaan otonomi diantaranya:
(1) ketersediaan swnber daya manusia yang memadai, khususnya aparatur

pemerintah daerah dan masyarakat; (2) potensi ekonomi daerah sebagai surnber
pendapatannya sendiri; (3) kemampum pengelolaan keuangan daerah; dan (4)
kemantapan institusi di daerah. Kemandirian daerah merupakan tuntutan yang
tidak dapat dielakkan mengingat gejala globalisasi dalam segala aspek kehidupan
menuntut bahwa tidak hanya s a h negara namun juga daerah d m bahkan individu
hams berpikir global.

Setiap Pemerintah daerah hams dapat bersaing dengan Pernerintah daerah
lainnya untuk dapat meningkatkan sumber-sumber dana bagi pembangunan
daerahnya (Santoso, 3995). Kemandirian keuangan daerah kiranya tidak diartikan
bahwa setiap tingkat Pemerintahan daerah otonomi harus dapat membiayai
seluruh keperluannya dari pendapatan asli daerah (PAD), tetapi hanya merupakan
salah satu komponen sumber penerimaan daerah, di samping penerimaan lainnya
yang berupa dana perimbangm, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimm yang
sah. Hal tersebut tergmbar pada anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD).
Menurut Widayat (1994) fktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
penerirnaan PAD antara lain adalah :
1. Banyak sumber pendapatan di KabupatedKota yang besar, tetapi digali oleh

instansi yang lebih tinggi, misalnya pajak kendaraan bermotor (PKB), d m
pajak bumi d m bangunan (PBB);
2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) belum banyak memberikan keuntungan

kepada Pemerintah Daerah;
3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalarn membayar pajak, retribusi, d m
pwngutan lainnya;
4. Adanya kebocoran-kebocoran;
5. Biaya pungut yang masih tinggi;

6. Banyak Peratwan Daerah yang perlu disesuaikan d m disempurnakan;
7. Kemampuan masyarakat untuk membayar pajak yang masih rendah.

Menurut Jaya (1996) beberapa ha1 yang dimggap menjadi penyebab utama
rendahnya PAD sehingga menyebabkan tingginya ketergantungan daerah terhadap
pusat, adalah sebagai berikut :

1 . Kurang berperannya perusahaan daerah sebagai s w b e r pendapatan daerah;

2. Tingginya derajat sentralisasi ddam bidang perpajakan, karena semua jenis
pajak utama yang paIing produktif baik pajak langsung maupun tidak
langsung ditarik oleh pusat;
3. Kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang bisa

diandalkan sebagai sumber penerimaan;

4. Alasan politis di mana banyak orang khawatir apabiia daerah mempunyai
sumber keuangan yang tinggi akan mendorong terjadinya disintegrasi dm
separatisrne;

5. Kelemahan dalam pemberian supsidi Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah yang hanya memberikan kewenangan yang febih kecil kepada
Pemerintah Daerah rnerencanakan pembangunan di daerahnya.

Secara umum dari kedua pendapat di atas diketahui bahwa masalah
rendahnya PAD disebabkan lebih banyak pada unsur perpajakan. Lebih jauh
rnengenai perpajakan d m permasalahamya perlu dikerkkakan pendapat
Reksohadiprodjo (1996), yaitu bahwa beberapa masaIah yang sering dihadapi
sistem pajak di daerah secara keseluruhan, di antaranya adalah adanya
kemampuan menghirnpun dana yang berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah laimya, yang disebabkan karena perbedaan dalam resources endowment,
tingkat pembangunan, dan derajat urbanisasi. Masalah lainnya adalah terlalu
banyaknya jenis pajak daerah dan sering tumpang tindih satu dengan yang
lainnya. Tidak ada perbedaan yang jclas antara pajak dengan pungutan lainnya,
dm masdah biaya administrasi pajak yang tinggi.

Pada akhirnya keberhasilan otonomi daerah tidak hanya ditentukan
besarnya PAD atau kapasitas keuangan yang dimiliki daerah tetapi juga ofeh
beberapa faktor lain yang mempengaruhinya. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Kaho (1997), keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dipenganthi oleh
beberapa faktor, yaitu : 1) Faktor manusia; 2) Faktor keuangan; 3) Faktor
peralatan; 4) Faktor organisasi dm manajemen.
Salah satu u h a n kemampuan daerah untuk rnelaksanakan otonomi adalah

dengan melihat besarnya niIai pendapatan asli daerah yang dapat dicapai oleh
daerah tersebut. Dengan pendapatan asli daerah yang relatif kecil akan sulit bagi
daerah tersebut untuk melaksanakan proses penyelenggaraan Pernerintahan dan
pernbaagunan secara mandiri, tanpa didukung olcb pihak lain (dalam ha1 ini
Pernerintah Pusat d m Propinsi). Padahd dalarn pelaksanaan otonomi ini, daerah
dituntut untuk mampu rnernbiayai dirinya sendiri.
Penyelenggaran otonomi daerah khususnya di Kabupaten Kepualaun Sula
dimulai sejak dibentuknya daarah ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun

2003 tanggal 25 Februari tahun 2003. Sejak itu pula pelaksanaan Pernerintahan

dm Pembangunan secara otonomi telah dilaksanakan, secara otomatis diikuti
dengan sejumlah pembiayaan. Meskipun tingkat pertumbuhan pendapatan daerah

(PAD) dari khun ke tahun mengalami peningkatan, natun jumlah beban
pembiayaan juga mengalami peningkatan, hal ini seharusnya diikuti dengan
peningkatan penerimaan daerah. Dengan demikian, maka strategi peningkatan
pendapatm asli daerah harus terns dilkukan oleh Pernerintah Kabupaten
Kepulauan Sula guna rneningkatkan penerimaan daerah.
Seliubungan dengan uraian diatas, maka pertanyaan pokok kajian yang
diajukan adalah Bagaimana Strategi Peningkatan Pendapatan Asii Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kepulauan
Sula?
1.2. Perumusan Masalah

Pemekaran daerah tidak selaiu diikuti peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Kesenjangan masarakat berupa tingkat pendapatan, standar hidup
(standard of living), Bsilitas pelayanq, pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
ekonom, pertumbuhan pendapatan asli daerah dan lainnya dapat rnelahirkan
keterbelakangan d m kerniskinan. Keberhasilan suatu daerah dapat diukur melalui
kernampurn daerah rnembiayai berbagai pengeluaran daerah itu sendiri. Sehingga
peranan pendapatan asli daerab menjadi sangat menentukan jalannya roda
pemerintahan dm pembangunan. Sejak diberlakukannya pemekaran daerah,
Kabupaten Kepulauan Sula tergolong paling rendah dalam penerimaan
pendapatan asli daerafi jika dibandingkan dengan Kabupaten lain di Propinsi
MaXuku Utara. Pada tahun 2003 pendapatan asli daerah Kabupaten Kepulauan
Sula baru mencapai Rp 1.967.435.975, tahun 2004 sudah mampu mencapai Rp.
2.536.700.000, t a b 2005 rnengalami penurunan sebesar Rp. 1.500.000.000,
tahw 2006 mencapai Rp. 3.342.420.900 dan t a b 2007 naik mencapai Rp.

6.582.630.215. s e c m grafis dapat dilihat pada Gmbar 1 berikut:

Grafik Kenaikan PAD

Gambar 1. Tren Pertumbuhan PAD Kabupaten Kepulauan Sula
Tidak menentunya peneriman PAD dari tahun ke tahun &an semakin
mempengmhi beban penyerapan anggaran dafam penyelenggaraan roda
Pemerintahan daerah, sehingga hams dilakukan suatu upaya dan strategi yang
berkesinambungan untuk meningkatkan penerimaan daerah setempat. Dengan
demikian upaya ddam rangka mengembangkan potensi penerimaan daerah sangat
penting unhk ditingkatkan, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan
milik daerah dan lain-lain pendapatan asfi daerah yang sah.

Rendahnya pendapatan asli daerah Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula,
menunjukkan bahwa upaya yang telah dijalankan oleh para aparat pemungutan
atau pengumpul penerimaan daerah belum optimal. Dan potensi sumberdaya
penerimaan daerah belum teridentifikasi dan belrun dikelola secara baik. Salah
satu ukuran kinerja keuangan daerah yang umumnya digunakan dalarn melihat
besarnya usaha yang telah dildcukan oleh aparat Pemerintah daerah guna
memaksimalkan sumber-sumber penerirnaan atau keuangan daerah adalah
efektivitas. Pengukwan kinerja pendapatan asli daerah dapat dilakukan dengan
membandingkan biaya pungut dengan realisasi pendapatan asli daerah. Rasio
biaya pungut dengan realisasi pendapatan asli daerah ini untuk m e n g e t h i apakah
pemungutan pendapatan asli daerah sselama ini telah berjalan secara efisien atau
belurn. Berdasarkan permasalahan tersebut maka pertanyaan kajian ini yang

pertama adalah" Seberapa besar efektivitas daio efisiensi pendapatan asli
daeraltt beserta komponennya selama periode kajian tahun 2003-2007?".

Jika dikaji secara cermat, kebijakan pendapatan asli daerah tidak berkaitan
langsung dengan implementasi desentralisasi. Tanpa desentralisasi pun
pendapatan asli daerah sebenarnya merupakan mdalan utama daerah untuk
mendukung penyefenggaraan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.
Namun, nilai d m peran pendapatan asli daerah selama ini masih relatif kecil. PAD
banyak tergantung kepada pertwnbuhan ekonomi daerah (PDRB) yang dilihat d a i
besar kecilnya nilai investasi disuatu daerah.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Sula atas dasar harga
berlaku pada t&un 2003 mencapai 5,00 persen, kemudian pada tahun 2004
sebesar 5,41, persen, pada tahun 2005 sebesar 5,11 persen, pada tahun 2006
sebear 5,33 persen dan tahun 2007 sebesar 5,62 persen. Dampak dari
perekonomian daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah belum dikaji
secara mendalam. Dengan demikian, perlu dilakukan pengukuran dampak atau
pengasuh perubahan kegiatan ekonomi daerah terhadap peningkatan Pendapatan
AsIi Daerah. Berdasarkan permasatahan tersebut maka pertanyaan kajian yang
kedua adafah "Seberapa besar pengaruh PDRB terhadap Pendapatan AsIi

Daerah?''.
Kemandilian suatu daerah dalarn bidang keuangail dapat dilihat dari
seberapa besar kontribusi pendapatan asli daerah terhadap Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kepulauan Sula
terhadap PDRB dapat dipandang sebagai salah satu indikator untuk mengukur
tingkat ketergantmgan daerah kepada pusat. Pendapatan Asli Daerah kepada

Total Pendapatan Daerah akan menunjukkan semakin kecil ketergantclngan daerah
kepada pusat. Untuk rnengukur tingkat ketergantungan digunakan rasio
kemandirian sehubungan dengan itu maka pertanyaan kajian yang ketiga adaiah
"Seberapa besar tingkat ketergantungan daerah terhadap pusat dalam
pembiayaan pembangunan daerah?".

Peningkatan sumber-sumber penerimaan daerah seperti pendapatan asli
daerah, selain dipengaruhi oleh pelaksanaan pemungutan pendapatan asli daerah
oleh para juru pungut atau Unit Pelaksana Teknis Dinas IIJPTD), juga dipengaiuhi
oleh proses penggalian potensi yaitu sejak dari inventarisasi potensi dan
penetapan target sampai dengan pengawasan dan evaluasi kine~jakeuangan

daerah. Proses tersebut terkait dengan manajemen penggalian potensi pendapatan
asli daerah. Dengan demikian maka pertanyaan kajian keempat adalah
"Bagaimana manajemen penggalian potensi pendapatan asli daerah

di

Kabupaten Kepulauan Sula?".
Potensi pendapatan asli daemh sebagai sumber utma pembiayaan
pembanguanan daerah apabila didukung dengan kebijakan yang tepat,
infrastr-uktur yang memadai, sumberdaya mmusia yang kapabel regulasi yang
tegas, dan sarana prasarana yang memadai serta pengembagan investasi cepat,
diharapkan dapat menjadi daerah otonom yang mandiri. Berdasarkan beberapa
pernasalahan di atas, maka untuk menjawab strategi peningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kepulauan Sula adalah L'Bagaimanastrategi dan
perancangan program peaingkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten
Kepulauan SuIn?"
1.3.Tujuan Kajian
Sesuai dengan perurnusan masalah kajian, maka tujuan umum kajian ini
adalah untuk merumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAX)) di kabupaten kepulauan sula, sedangkan secara
khusus tujtlan kajian ini add&:

1. Mengkaji efektifitas dan efesiensi pendapatan asli daerah beserta
kornpmennya.
2. Mengkaji ketergantungm pendapatan asli daerah terhadap perekonomian

daerah (PDRB).

3. Mengkaji tingkat ketergantungan Pemerintall daerah terhadap dana
perirnbangm.
4. Menganalisis manajemen penggalian potensi

pendapatan asli daerah di

Kabupaten Kepuf auan Sula.
5. Menyusun langkah-langkah strategis d m kebijakan proritas mtuk meningkatkan

pendapatan asli daerah di Kabupaten Kepulauan Sula.
3.4. Manfaat Kajian

Manfaat yang diharapkan dari dilakukannya kajian ini adalah:

bagaimana strategi dm program peningkatkan pendapatan asli daerah serta
dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pernbaca yang
berminat pada bidang ini.

2. Pemerintah Kabupaten kepulauan Sula: Kajian ini diharapkan menjadi rnasukan
bagi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula dalam memuskan kebijakan dan
strategi program peningkatm pendapatan asli daerah.

11. TINJAUAN PUSTAKA
Keberlangsungan pembangunan suatu Pemerintahan baik pusat maupun
daerah merupakan ha1 ymg vital demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Salah satu sumber keberlangsungan tersebut adalah tersedianya sumberdaya yang
menopang pembangunan ekonomi daerah. Salah satu sumber penerimaan yang
mampu menopang pembangunan texsebut adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada masing-masing Pemerintahan
terutama Pemerintahan kabupaten dan kota, kebijakan ini membuka peluang
daerah mengurus dirinya iebih feluasa dan sekaligus tantangan bagi daerah
menggali potensi sumberdaya daerahnya..Penggalian potensi sumberdaya daerah
dalam rnernbiayai dirinya menjadi sesuatu yang hams dilakukan, sehingga
pengoptimalan sumber penerimaan daerah khususnya pendapatan asli daerah
perlu diupayakan. Meskipun upaya-upaya saat ini telah dilakukan, akan tetapi
perlu dibuat strategi dan program guna rneningkatkan pendapatan asli daerah.

2.1. Otonomi Daerah

Penyelenggaraan Pemerintahan daerah yang diawali dengan undangundang Nomor 1 Tahun 1945 sampai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 digantikan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tidak kurang dari
tujuh buah Undang-Undang Pemerintahan daerah yang pemah berlaku di
Indonesia. Namun Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 digantikan oleh
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang kernudian diikuti dengan UndangUndang 25 Tahun 1999 digantikan oleh Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antma Pusat d m Daerah, menrpakan perwujudan
dari Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 tentang penyelenggaraan otonomi
daerah. Menurut Undmg-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang digantikan oleh
Undang-Undang Nomor 33 Tahm 2004, penyelenggaraan otonomi daerah
diperlukan wewenang dan kemampuan menggali sumber-sumber keuangan
sendiri untuk mendukung pemerintahan d m pembangunan di daerah. Adapun
smnber-sumber keuangan daerah di antaranya adalah Pendapatm Asli Daerah,
Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan lain-lain pendapatan yang sah.
Kedua Undang-Undang tersebut, menyatakan pembangunan daerah

sebagai bagian integral dari pembangunan nasiona1 dilaksanakan berdasarkan
prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumberdaya nasibnal ymg memberikan
kesempatan bagi peningkatan demokrasi d m kinerja daerah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi
d m nepotisme. Penyelenggaraan Pemerintahan d a d sebagai subsistem
Pemerintahan negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dm hasil guna
penyelenggaraan Pemerintaban d m pelayanan kepada mayarakatnya.
Keberhasilan otonomi daerah tidak dapat dilepaskan dari kemampuan
daerah di bidang keuangan yang merupakan salah satu indiiator penting guna
mengukur tingkat otonomi suatu daerah. Menurut Kaho (1997), untuk
rnenjalankan fingsi Pemefintahan faktor keuangan merupakan suatu ha1 yang
sangat penting, karena hampir tidak ada kegiatan pemerhtahan yahg tidak
membutubkan biaya.
Mewujudkan pembangunan nasional dan menjaga keserasian hubungan
antara Pemerintah pusat dengan Pemerintah daerah memerlukan keseragaman dan
keselarasan prinsip-prinsip yang mendasari penyelenggaran Pemerintahan di
daerah. Adapun prinsip-prinsip penyelenggaraan Pemerintahan daerah menurut
(Soetrisno, 198 1)
1. Pelaksanaan pemberian otonomi kepada daerah harus menunjang aspirasi

perjuangan rakyat, yakni mernperkokoh Negara Kesatuan d m rnempertinggi
tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia selwuhnya;
2. Pemberian otonomi kepada daerah harus rnerupakan otonomi yang nyata dari

bertanggung jawab;

3. Azas desentralisasi dilaksanakan bersarna-sarna dengan azas tugas
pembantuan (medebewind);

4. Pemberian otonomi kepada daerah mengutamakan aspek-aspek keserasian
(harmoni) disanping pendemokrasian;
5. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah untuk meningkatkan daya guna

(efisiensi) dm basil guna (efektivitas) penyelenggaraan Pemerintah daerah,
temtarna dalam pefaksanaan pembangunan, pemberdayaan masyarakat,
meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa.

2.2. Keuangan Daerah

Menurut Jaya Kirana (1999) keuangan daerah adalah seluruh tatanan,
perangkat kelembagaan dan kebijaksanaan anggaran daerah yang meliputi
pendapatan dan beIanja daerah. Menurut Mamesah (1995) keuangan daerah
adalah sernua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula
segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan
daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih
tinggi, serta pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Mardiasmo (2000) mengatakan bahwa dalarn pemberdayaan Pemerintah
daerah, maka perspektif pembahan yang diinginkan dalarn pengelolaan keuangan
daerah d m anggaran daerah adalah :

1. Pengelolaan keuangan daerah hams bertumpu pada kepentingan publik (public
oriented);
2. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumya dan

anggaran daerah pada khususnya;
3. Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan yang

terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti Dewan Penvakifan Rakyat Daerah
(DPRD), Kepala Daerah (KDH), Sekda dan perangkat daerah laimya;
4. Kerangka hukum dan adrninistrasi atas pembiayaan, investasi dan pengelolaan

keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value for money,
transparansi d m akuntabilitas;
5. KejeXnsan tentang kedudukan keuangan Dewan Pemakilan Rakyat Daerah

(DPRD), Kepala Daerah (KDH) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Daerah, baik
ratio maupun dasar pertimbangannya;
6. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan
anggaran m u l t i - t h a n ;

7. Prinsip pengadam dan pengelolaan barang daerah yang lebih profesional;

8. Prinsip akuntansi pernerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, peran
akuntan publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja
anggaran, dan transparansi informasi anggaran kepada publik;
9. Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran

asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme
aparat Pemerintah daerah;

h u b tertentu dm pengawasan yaitu tata cara yang efektif untuk menjaga
kekayaan uang dan barang serta mencegah terjadinya penghamburan dan
penyelewengan dan memastikan sernua pendapatan yang sah benar-benar
terpmgut jelas sumbernya dan tepat penggmaannya.
b. Mampu memenuhi kewajiban keuangan

Keuangan daerah hams ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jmgka pendek, jangka
menengah maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan.
c. Kejujuran
Hai-ha1 yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya hams
diserahkan kepada pegawai yang betul-betul jujur dan dapat dipercaya.
d. Hasil guna (efectiveness) dan daya guna (efficienc