Analisis Faktor-Faktor yang memengaruhi Foreign Direct Investment di ASEAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
FOREIGN DIRECT INVESTMENT DI ASEAN

BRONSON MARPAUNG

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis FaktorFaktor yang Memengaruhi Foreign Direct Investment di ASEAN adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013

Bronson Marpaung
NIM H14090008

ABSTRAK
BRONSON MARPAUNG. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Foreign
Direct Investment di ASEAN. Dibimbing oleh Prof. Hermanto Siregar.
Negara sedang berkembang sangat membutuhkan dana yang besar untuk
melakukan pembangunan ekonomi. Pelaksanaan pembangunan di sebagian besar
negara berkembang terhambat oleh keterbatasan modal. Masalah keterbatasan
modal dapat diatasi dengan memperoleh tambahan dari luar negeri berupa
pinjaman maupun Foreign Direct Investment (FDI). Indikator yang memengaruhi
tercapainya kestabilan ekonomi makro antara lain tingkat inflasi yang rendah dan
nilai tukar yang stabil, hal ini akan memacu peningkatan investasi, kosumsi dan
perdagangan internasional yang pada akhirnya akan berdampak bagi pertumbuhan
ekonomi. Penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi FDI di enam negara
ASEAN pada tahun 2004-2011 dengan menggunakan metode panel data. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah FDI sedangkan variabel independen adalah

GDP riil, volatilitas nilai tukar riil, suku bunga riil dan inflasi. GDP riil
berpengaruh positif signifikan terhadap FDI. Suku bunga riil dan inflasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap FDI. Volatilitas nilai tukar riil tidak
berpengaruh signifikan terhadap FDI.
Kata Kunci: FDI, GDP Riil, Suku Bunga Riil, Volatilitas Nilai Tukar riil, Inflasi,
Data Panel, ASEAN.

ABSTRACT
BRONSON MARPAUNG. Factors Influencing Foreign Direct Investment in
ASEAN. Supervised by Prof. Hermanto Siregar.
Developing countries needs big fund to perform economic development.
Most developing countries face the issue of limited capital for development. This
issue could be solved by obtaining more funds from foreign countries, whether
from lending or Foreign Direct Investment (FDI). Low inflation rate and stable
exchange rate are some indicators to reach macroeconomic stability. It will push
investment, consumption, and international trade, which in the end will affect
economic development. This research analyzes factors influencing FDI in six
ASEAN countries for the periode 2004-2011 using panel data method. The
dependent variable in this research is FDI, while the independent variables are
real GDP, real exchange rate volatility, real interest rate, and inflation rate. Real

GDP significantly has a positive effect on FDI. Real interest rate and inflation
rate significantly has a negative effect on FDI. Real volatility exchange rate not
significantly on FDI
Keywords: FDI, real GDP, real interest rate, real exchange rate volatility,
inflation, panel data, ASEAN.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
FOREIGN DIRECT INVESTMENT DI ASEAN

BRONSON MARPAUNG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi :Analisis Faktor-Faktor yang memengaruhi Foreign Direct
Investment di ASEAN
Nama

: Bronson Marpaung
NIM
: H14090008

Disetujui oleh

Prof. Hermanto Siregar Ph.D
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul

skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor yang memengaruhi Foreign Direct
Investment di ASEAN”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Jonatas Marpaung
Ibu Rosmaniar, Abang David Junior, serta adik Puji dan Tommy Clinton, atas
segala doa, motivasi, dan dukungan baik moril maupun materiil bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Hermanto Siregar Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan arahan dan bimbingan baik secara teknis, teoritis, maupun
moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan
baik.
2. Bapak Prof Noer Azam Achsani selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir. Dewi
Ulfah Wardani, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan.
3. Para dosen, staff, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama
menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.
4. Meiyora Averiana yang telah menemani, memberi semangat dalam pembuatan

skripsi.
5. Teman SMA, Keiko, Bayu, Irvin, Awal, Irat, Ivan, Bedul, Egi, Jun, Jero,
Reza, Fikri yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi
6. Teman satu kontrakan, Ardhi dan Fahmi yang telah menemani dari semester
satu sampai semester akhir.
7. Kontrakan macil, Yosi, Farda, Iki, Erik Dustin dan Ardi yang telah memberi
bantuan dalam penyusunan skripsi.
8. Teman satu bimbingan Hapsari Adiningsih yang telah menjadi partner diskusi
dan teman berbagi suka duka dalam penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat penulis Adrian, Distia, Bagas, Jajang, Bram, Puspita, Friska, Farhana,
Bang Nanang dan Taufik, serta teman-teman Ilmu Ekonomi 46 yang selalu
memberikan keceriaan, masukan, dan semangat kepada penulis.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013

Bronson Marpaung

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
FDI
Teori Investasi
Teori Pertumbuhan Harrord-Domar
Penelitian Terdahulu
Hipotesis
Kerangka Pemikiran
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Dan Sumber Data
Metode Analisis
Model Panel Data

Pengujian Model Data Panel Statis
Evaluasi Model
Kriteria Ekonometerika
Kriteria Statistik
Kriteria Ekonomi
Batasan Dalam Penelitian
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum FDI di ASEAN
Gambaran Umum Nilai Tukar di ASEAN
Gambaran Umum Suku Bunga di ASEAN
Gambaran Umum GDP di ASEAN
Gambaran Umum Inflasi di ASEAN
Kebijakan Peningkatan FDI di ASEAN (Sekretariat ASEAN)
PEMBAHASAN
Pengujian Stasioneritas Data Panel
Uji Granger Causality
Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik
Tahapan Evaluasi Berdasarkan Kriteria Ekonometerka
Tahapan Evaluasi Model Berdasarkan Kriteria Statistika
Tahapan Evaluasi Model Berdasarkan Kriteria Ekonomi

Implikasi Kebijakan Peningkatan FDI
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

Vii
Viii
IX
1
1
3
4
4
4
5
5
7
8
9

11
11
12
12
13
15
18
19
19
22
23
24
24
24
26
28
30
31
31
34

34
35
36
37
39
40
43
44
44
45
46

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

48
58

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Nilai Tukar Mata Uang ASEAN Terhadap Dollar Periode 1996-2011
Variabel, Data Yang Digunakan dan Sumbernya
Kerangka Identifikasi Autokorelasi
Aliran FDI dari Negara ASEAN ke ASEAN dan Negara Partner
Periode 2004-2010 ( Juta Dollar US )
Aliran FDI ke Negara ASEAN Berdasarkan Sektornya Tahun 2010
Rangkuman Hasil Pengujian Panel Unit Root
Hasil Hubungan Kausalitas Granger
Nilai Statistik Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi FDI di
ASEAN
Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi FDI di
ASEAN
World Investment Prospects Survey 2008-2012

2
13
21
25
26
35
36
39
40
42

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Perkembangan FDI (Juta Dollar) di ASEAN 1996-2011
Perkembangan GDP (Milyar Dollar) di ASEAN Tahun 1996-2011
Hubungan Tingkat Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran
Yang Direncanakan dan Pendapatan Nasional Riil
Kerangka Pemikiran
Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Panel Data
Perkembangan FDI di ASEAN
Perkembangan Nilai Tukar dan FDI di ASEAN Periode 2004-2011
Perkembangan Nilai Tukar Domestik Negara Terhadap Dollar di
ASEAN Bulanan Periode 2004-2011
Perkembangan Suku Bunga di Negara ASEAN Periode 1996-2011
Perkembangan GDP Negara di ASEAN
Perkembangan Inflasi di Negara ASEAN

2
3
7
12
18
25
27
28
29
30
31

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Hasil Output Eviews 6.0 untuk Pengujian Panel Unit Root
Uji Chow Test Pada Model Panel Data First Differencing dengan
Logaritma Natural
Model PLS Data First Differencing dengan Logaritma Natural
Model Fix Effect Data First Differencing dengan Logaritma
Natural
Hasil Uji Normalitas Model First Differencing Metode PLS
dengan Logaritma Natural
Grafik Standard Residual Model First Differencing Metode PLS
dengan Logaritma Natural
Korelasi Antar Variabel pada Model First Differencing dengan
Logaritma Natural
Hasil Uji Normalitas Model First Differencing PLS dengan
Logaritma Natural dan Penambahan Dummy Variabel
Model PLS Data First Differencing PLS dengan Logaritma Natural
dan Penambahan Dummy Variabel
Grafik Standard Residual Model First Differencing dengan
Logaritma Natural Penambahan Dummy Variabel
Uji Granger Causality

48
53
53
54
54
55
55
55
56
57
57

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara di ASEAN sebagian besar terdiri dari negara sedang berkembang
(developing country) yang mengandalkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
membutuhkan dana yang cukup besar. Pelaksanaan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara sedang berkembang terhambat
oleh keterbatasan modal. Cara untuk memenuhi kebutuhan dana untuk
meningkatkan pertumbuhan dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri. Pembiayaan dari luar negeri dapat dengan cara memperoleh pinjaman
utang luar negeri dan foreign direct investment (FDI).
Stabilitas ekonomi makro suatu negara berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Indikator yang memengaruhi tercapainya kestabilan ekonomi makro
antara lain tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Inflasi dan nilai
tukar yang stabil akan meningkatkan investasi, kosumsi, dan perdagangan
internasional yang akan berdampak bagi pertumbuhan ekonomi. Isu mengenai
perubahan nilai tukar mempunyai pengaruh dan peranan yang penting bagi suatu
negara dalam memilih sistem moneter internasional. Pemilihan sistem moneter
internasional yang tepat bertujuan untuk mengurangi atau meminimalisasi risiko
dari fluktuasi nilai tukar. Fluktuasi nilai tukar berdampak terhadap aktivitas
perekonomian negara.
International Monetary Fund (IMF) melakukan upaya untuk membendung
dollar flight dengan menerbitkan Special Drawing Right (SDR) tidak efektif.
Tahun 1971 Amerika mengalami defisit sebesar US$ 56 miliar dan untuk
mengatasinya diambil dari cadangan emas. Presiden Nixon dalam membiayai
defisit anggaran dengan cara mencetak dollar memperburuk kondisi ekonomi
Amerika sekaligus mengakhiri sistem kurs tetap berbasis emas. Desember 1971
harga emas mulai meningkat tinggi dan mencapai US$ 70,3/ons. Tahun 1972
mata uang Amerika menggunkan rezim nilai tukar mengambang dan pada
Februari 1973 Bretton Woods currency exchange market dengan resmi ditutup
sekaligus menandai dimulainya rezim baru dalam sistem moneter internasional
atau dikenal dengan istilah rezim kurs mengambang bebas (floating exchange rate
regimes) pada Maret 1973.
Rezim kurs mengambang bebas juga bukan berarti tanpa masalah. Rezim
kurs mengambang bebas merupakan salah satu penyebab terjadinya struktural
breaks atau lebih dikenal dengan istilah krisis keuangan Asia (Asian Financial
Crisis) 1997-1998 (Sahminan, 2005). Pemerintah Thailand melakukan keputusan
untuk mendevaluasi Baht pada 2 Juli 1997 sehingga menyebabkan terjadinya
krisis keuangan yang memengaruhi negara-negara di ASEAN yang kemudian
memengaruhi pasar saham dan mata uang.
Penentuan nilai tukar diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar
pada sistem kebijakan nilai tukar mengambang. Sistem nilai tukar mengambang
telah menyebabkan perekonomian rentan terhadap gangguan-gangguan eksternal,
termasuk juga arus modal, ekspor dan impor dalam jumlah besar. Nilai tukar yang
terlalu berfluktuasi dapat memengaruhi arus masuk FDI di suatu negara, secara
umum pengerakan nilai tukar negara ASEAN terhadap dollar Amerika.

2

Tabel 1 Nilai Tukar Mata Uang ASEAN Terhadap Dollar Periode 1996-2011
Nilai
Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
tukar
1996
2324.9
2.5237
26.258
1.3996
25.568
11033
1997
3565.6
3.7633
37.678
1.6484
43.891
11683
1998
8566.7
3.7995
39.05
1.6506
36.199
13268
1999
7493.8
3.7994
40.611
1.6747
38.248
13943
2000
8905.7
3.8
49.949
1.7362
43.27
14168
2001
10080.1
3.8001
51.774
1.8372
43.926
14725
2002
9134.3
3.8001
53.489
1.7535
43.305
15280
2003
8437.4
3.8001
55.432
1.7108
39.731
15510
2004
9101.7
3.8
56.201
1.6416
39.235
15774
2005
10082.7
3.7792
53.588
1.6745
41.108
15904
2006
9182.8
3.5502
49.451
1.5403
35.743
16073
2007
9102.9
3.334
41.52
1.4488
30.324
16030
2008
9957.1
3.5539
47.975
1.4787
35.043
17067
2009
9466.2
3.4111
46.368
1.396
33.216
18499
2010
8933.6
3.1296
43.909
1.3059
30.099
19451
2011
9047.9
3.1599
43.667
1.2956
31.176
21001
Sumber : World Bank (2013).

Negara sedang berkembang sangat membutuhkan modal yang sangat besar
seperti FDI karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Keuntungan dari
FDI dapat meningkatkan teknologi, pasar asing dan meningkatkan sumber daya
manusia (Trevino, Daniels dan Arbelaez, 2002). Aliran FDI ke negara-negara
Asia telah meningkat pesat sejak awal 1990an, walaupun terjadi penurunan ketika
terjadi krisis di Asia. Aliran modal masuk dalam bentuk FDI ke ASEAN masih
relatif terbatas, sebagai bentuk aliran modal yang bersifat jangka panjang dan
relatif tidak berdampak terhadap gejolak perekonomian.

Gambar 1 Perkembangan FDI (juta dollar) di ASEAN 1996-2011
Sumber : World Bank ( 2013 )

Aliran FDI sangat diharapkan untuk mendorong pertumbuhan investasi
yang sustainable di ASEAN. Liberalisasi memberikan ruang terhadap aliran FDI.

3

Perusahaan lebih memilih berinvestasi dengan negara yang sedikit intervensi dari
pemerintah karena perusahaan menginginkan kebebasan dalam investasi dan
keputusan berbisnis. Negara Singapura adalah negara yang mempunyai aliran FDI
paling besar dibandingkan negara ASEAN lainnya. Aliran FDI di Negara ASEAN
pada tahun 2008 mengalami penurunan diakibatkan oleh krisis global Amerika
Peningkatan investasi yang masuk ke ASEAN disebabkan adanya
peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Tahun 1997, sebelum terjadi
krisis di Asia jumlah investasi di ASEAN meningkat seiring dengan peningkatan
Gross Domestic Bruto (GDP). Pada masa krisis, yaitu tahun 1997-1999, investasi
di Indonesia mengalami penurunan yang drastis, bahkan sampai pada level yang
negatif. Penurunan aliran FDI di ASEAN tidak hanya karena pertumbuhan
ekonomi yang turun, tetapi risiko untuk melakukan investasi di negara ASEAN
menjadi tinggi. Adanya krisis moneter menyebabkan tingkat pengembalian
investasi menjadi tidak pasti sebagai akibat fluktuasi nilai tukar yang cukup
tinggi. Tahun 2000, pertumbuhan ekonomi kembali meningkat dan mendorong
peningkatan investasi masuk ke ASEAN. Kondisi ini terus berlanjut sampai tahun
2005, bahkan pertumbuhan FDI melebihi peningkatan GDP.

Gambar 2 Perkembangan GDP (milyar dollar) di ASEAN tahun 1996-2011
Sumber : World Bank (2013)

Aliran FDI ke suatu negara tidak hanya dipengaruhi oleh volatilitas nilai
tukar, banyak faktor lain yang memengaruhi aliran FDI. Variabel makro ekonomi
seperti Inflasi, suku bunga dan GDP dapat memengaruhi FDI. Inflasi dan suku
bunga dapat memengaruhi stabilitas makro ekonomi dan mengambarkan resiko
suatu negara sehingga akan memengaruhi aliran FDI.

Perumusan Masalah
Beberapa negara sangat memerlukan investasi langsung seperti FDI. FDI
dipengaruhi beberapa faktor seperti volatilitas nilai tukar dan variabel makro
ekonomi. Volatilitas nilai tukar dapat berdampak positif terhadap FDI dan

4

berdampak negatif terhadap FDI. Nilai tukar mengalami depresiasi artinya nilai
relatif nilai mata uang domestik dengan mata uang asing semakin besar.
Depresiasi nilai tukar dapat menurunkan nilai pembayaran, produksi lebih murah
dari negara lain, dan berdampak terhadap pengembalian yang lebih terhadap
investasi.
Aliran FDI sangat diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
pembangunan di negara sedang berkembang. Selain volatilitas nilai tukar, variabel
makro ekonomi dapat memengaruhi FDI seperti GDP, inflasi dan suku bunga.
Analisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi FDI telah menjadi perhatian.
Hal ini dikarenakan kebijakan moneter dan lingkungan investasi di beberapa
negara berbeda dan akan memengaruhi alirannya FDI.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap FDI di ASEAN?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi aliran FDI di ASEAN?
3. Bagaimana implikasi kebijakan untuk meningkatkan FDI di ASEAN?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemasalahan yang telah dirumuskan. Maka tujuan dari
penelitian ini adalah
1. Menganalisis pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap FDI di ASEAN.
2. Menganalisis faktor-faktor yang dapat memengaruhi aliran FDI di ASEAN.
3. Merumuskan implikasi kebijkan untuk meningkatkan FDI di ASEAN.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi FDI di ASEAN. Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan
manfaat bagi pembaca dan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut. Bagi
penulis sendiri, penelitian ini merupakan wadah pembelajaran untuk menerapkan
ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi: 1) memberikan gambaran umum
aliran FDI di ASEAN melalui analisis deskriptif. 2) menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi aliran FDI di ASEAN seperti volatilitas nilai tukar, GDP,
inflasi, dan suku bunga. 3) implikasi kebijakan apa yang harus dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan FDI di ASEAN. Periode waktu dalam penelitian
ini dari tahun 2004 sampai 2011, karena pada tahun 2004 Negara Malaysia mulai
menggunakan rezim nilai tukar mengambang (floating exchange rate) seperti
negara-negara ASEAN lainnya.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Foreign Direct Investment
Aliran FDI adalah investasi riil dalam bentuk pendirian perusahaan,
pembangunan pabrik, pembelian barang modal, tanah, dan bahan baku. Investor
asing akan terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol
penanaman modal (Hady, 2004). FDI biasanya dimulai dengan pendirian
subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari suatu perusahaan dimana dalam
konteks internasional, bentuk investasi biasanya dilakukan oleh perusahaan
multinasional (MNC) dengan operasi dibidang manufaktur, industri pengolahan,
ekstraksi pengolahan, ekstraksi sumber alam, dan industri jasa. FDI adalah
perusahaan dari negara penanam modal secara de facto atau de jure melakukan
pengawasan atas asset (aktiva). FDI yang di investasikan dapat berbentuk
pembuatan suatu cabang perusahaan, negara penanam modal memiliki mayoritas
saham (Jhingan, 2004)
Nanga (2001) menjelaskan investasi dapat didefinisikan sebagai tambahan
bersih terhadap stok capital yang ada (net addition to existing capital stock).
Samuelson dan Nordhaus (2001) menyatakan bahwa investasi (pembelian
barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang modal di
suatu negara, seperti pembangunan, peralatan produksi dan barang-barang
inventaris dalam waktu satu tahun. Investasi merupakan langkah mengorbankan
kosumsi saat ini untuk memperbesar kosumsi dimasa yang akan dating. Sukirno
(2005) investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanam
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barangbarang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Motif investor asing menanamkan modalnya di negara lain terutama untuk
mengeksploitasi sumber daya alam yang melimpah guna untuk mencari
keuntungan. Investor asing menanamkan modalnya dengan dukungan modal dan
teknologi/ownership advantage yang dimiliki. Negara yang dituju memliki
keunggulan dibidang SDA yang melimpah/locational advantage dan memiliki
keunggulan internal seperti biaya rendah dan pasar domestik yang besar. Motif
negara tujuan investasi yaitu untuk menggali potensi kekayaan alam dan
sumberdaya lainnya dalam upaya mepercepat pembangunan ekonomi.
FDI sebagai aliran modal internasional mempunyai dampak positif dan
negatif bagi negara sedang berkembang. Dampak positif yang dapat ditimbulkan
dari aliran modal internasional yakni; sebagai sumber pembiayaan jangka panjang
dan pembentukan modal; transfer teknologi dan know-how dibidang manajemen
dan pemasaran. FDI tidak akan memberikan beban terhadap balance of payment
karena tidak ada kewajiban pembayaran utang dan bunga. FDI meningkatkan
persaingan dalam negeri yang sehat (kewirausahan) dan meningkatkan lapangan
kerja. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh FDI yaitu: munculnya dominasi
industrial, ketergantungan teknologi, perubahaan budaya, gangguan dalam
perencanaan ekonomi dan intervensi kepada pemerintah dari perusahaan
multinasional (Hady,2004).
Teori yang menjelaskan tentang FDI oleh Moosa sebagai berikut:

6

1. The Differential Rate of Return Hypothesis
Teori yang menyatakan bahwa aliran modal dari suatu negara ke negara lain
dengan tingkat pengembalian yang rendah berpindah ke negara yang memiliki
tingkat pengembalian yang lebih tinggi dalam suatu proses yang cepat. FDI
dapat ditentukan dengan mempertimbangkan marginal return dan marginal
cost.
2. The Diversivication Hypothesis
Teori ini menyatakan keputusan dalam berinvestasi terhadap suatu proyek
tidak hanya di tentukan oleh tingkat pengembalian tetapi juga besarnya risiko
yang dihadapi. Investor dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu; 1)
Risk Averse, merupakan sifat yang menghindari risiko sehingga investor
memilih risiko rendah walaupun terkadang konsekuensinya dengan return
yang rendah; 2) risk medium, merupakan sifat yang proposional melihat risiko
dengan berinvestasi pada risiko sedang pada return tertentu; 3) risk taker,
merupakan sifat yang berani mengambil risiko dengan berinvestasi yang
memberikan tingkat keuntungan yang besar tanpa memerdulikan kosekuensi
risiko yang lebih tinggi.
3. The Output and Market Size Hypothesis
Teori ini menyatakan bahwa besarnya FDI yang mengalir ke suatu negara
tergantung besarnya output dari perusahaan multinasional di negara tersebut
atau besarnya ukuran pasar dari negara tersebut yang diukur berdasarkan
GDP.
4. The Currency Areas Hypothesis
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan suatu negara yang mempunyai nilai
mata uang yang kuat dibandingkan dengan negara lain akan cenderung
melakukan investasi. Perusahaan tidak akan melakukan investasi di negara
yang mata uangnya lemah karena risiko yang dihadapi tinggi.
5. The Product Life Cycle Hypothesis
Teori ini menyatakan bahwa produk yang pertama kali muncul dianggap
sebagai suatu inovasi di negara asalnya. Seiring dengan tahun ke tahun,
produk menjadi biasa/terstandarisasi. FDI timbul dari reaksi oleh perusahaan
dengan ekspasi ke luar negeri, yang memiliki kemungkinan kehilangan pasar
karena produknya berkembang.
Faktor-faktor yang memengaruhi Investasi
Sukirno (2005) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi
keputusan negara (seseorang) untuk melakukan investasi yaitu :
1. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.
2. Tingkat suku bunga.
3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
4. Kemajuan teknologi.
5. Tingkat pendapatan nasional.
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Samuelson dan Nordhaus (2001) menyatakan kalangan bisnis akan
mengadakan investasi apabila memperkirakan bahwa pembangunan pabrik atau
pembelian mesin-mesin baru akan mendatangkan hasil penjualan yang melebihi
biaya-biaya investasi. Investasi dipengaruhi oleh:

7

1. Hasil penjualan, suatu kegiatan investasi akan memberikan tambahan hasil
penjualan bagi perusahaan hanya bila investasi ini mampu menjual lebih
banyak.
2. Biaya, karena barang investasi yang berumur panjang, maka analisis biaya
investasi lebih rumit daripada biaya komoditi. Investor harus menghitung
harga dari biaya modal, dalam hal ini dinyatakan dalam tingkat suku bunga
pinjaman.
3. Ekspetasi, keputusan investasi tergantung pada ekspetasi masa depan sehingga
perlu dilakukan analisis masa depan untuk memperkecil ketidakpastian.

Teori Investasi
Teori Keynessian menyatakan bahwa setiap kenaikan jumlah investasi akan
meningkatkan pendapatan di suatu wilayah dan pendapatan yang khususnya
berbentuk dalam uang akan meningkatkan permintaan barang secara agregat atau
Agregat Demand (AD). Hal tersebut akan berpengaruh pada kebutuhan peralatan
maupun uang dalam bentuk modal sebagai akibat dari peningkatan produksi,
sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan investasi. Selain itu, kenaikan
tabungan masyarakat karena adanya peningkatan pendapatan merupakan investasi
secara langsung melalui lembaga keuangan.

Gambar 3 Hubungan Tingkat Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran yang
Direncanakan dan Pendapatan Nasional Riil.
Sumber : Mankiw (2003)

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi peningkatan investasi adalah tingkat
suku bunga. Penurunan tingkat suku bunga dari r1 ke r2 akan meningkatkan
jumlah investasi yang direncanakan dari I(r1) ke I(r2). Peningkatan jumlah
investasi akan menggeser fungsi pengeluaran ke atas sehingga tingkat pendapatan
meningkat dari Y1 ke Y2. Dengan demikian salah satu kebijakan untuk
meningkatkan pendapatan nasional adalah dengan cara menaikkan investasi.

8

Hubungan antara suku bunga (r) dan investasi (I) yang ditunjukkan oleh fungsi
investasi dan interaksi antara investasi (I) dan pendapatan (Y) yang ditunjukkan
oleh kurva perpotongan keynessian yang diringkas dalam bentuk kurva IS
(Investasi-Saving) pada Gambar 3.
Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Modal asing sangat penting dalam proses pembangunan ekonomi
didukung oleh teori pertumbuhan Harrord-Domar. Model pertumbuhan HarrordDomar memberikan peranan kunci kepada investasi dalam proses pertumbuhan
ekonomi. Investasi sangat diharapkan karena memiliki keuntungan yaitu:
meningkatan pendapatan dan memperbesar produksi perekonomian dengan cara
meningkatkan stok modal. Secara garis besar teori pertumbuhan Harror-Domar
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perekonomian dalam keadaan full employment, barang dan modal dalam
masyarakat digunakan secara penuh.
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan.
3. Besarnya tabungan masyarakat proposional dengan besarnya pendapatan
nasional yang berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
Model Harrord-Domar secara sederhana untuk pertumbuhan ekonomi
diformulasikan sebagai berikut :
Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu (s), dari pendapatan
nasional (Y).
S=sY
Investasi neto (I) didefinisikan sebagai perubahaan stok modal (K) yang dapat
diwakili oleh ∆K
I=∆K
Akan tetapi, karena jumlah stok modal (K), mempunyai hubungan langsung
dengan jumlah pendapatan nasional atau output (Y) seperti telah ditunjukan oleh
rasio modal-output (k) maka :
K/Y=k
∆K/∆Y=k
∆K=k∆Y
Terakhir, mengingat tabungan nasional neto (S) harus sama dengan investasi neto
(I), maka persamaan berikut dapat di tulis sebagai berikut:
S=I
Dari persamaan diatas telah diketahui bahwa dapat disimpulkan :
I=∆K=k∆Y
S=sY=k∆Y=∆K=I
sY=k∆Y
selanjutnya, apabila kedua sisi persamaan diatas dibagi mula mula dengan Y dan
kemudian dengan k, maka didapat
∆Y/Y=s/k
∆Y/Y, sebenarnya merupakan tingkat perubahaan atau tingkat pertumbuhan GDP
(angka persentase perubahan GDP).
Fenomena yang menjadi masalah bagi negara di dunia khususnya negara
berkembang adalah tingkat tabungan yang sangat rendah sehingga tingkat

9

investasi juga rendah. Teori pertumbuhan ini dapat dicapai (tingkat pertumbuhan
meningkat dengan cepat) maka kesenjangan antara keperluan investasi dengan
tabungan yang tersedia dengan modal asing (investasi asing).

Penelitian Terdahulu
Tahun 1980 aliran FDI di seluruh dunia meningkat. Aliran masuk dan
keluar FDI diseluruh dunia sekitar 30% dalam kurun waktu terakhir. Peningkatan
aliran investasi terjadi negara-negara berkembang seperti di Afrika. Penelitian
dilakukan oleh Osinubi dan Amaghionyeodiwe yang berjudul “Foreign Direct
Investment and Exchange rate Volatility in Negeria“ tahun 2009. Sub Sahara
Afrika adalah negara yang tertinggal dalam menarik investasi langsung,
sedangkan investasi langsung merupakan faktor penting untuk meningkatkan
perekonomian. Investasi langsung tidak hanya dapat menambah sumber daya
investasi dan modal, juga dapat berfungsi sebagai mesin teknologi. Faktor yang
memengaruhi investasi di Nigeria antara lain ketidakstabilan nilai tukar, tingkat
suku yang rendah, tidak baiknya infrastruktur fisik maupun sosial, tidak tepatnya
kebijakan fiskal, moneter dan rendahnya teknologi.
Faktor utama yang memengaruhi aliran FDI di Nigeria adalah nilai tukar
terutama setelah Nigeria menerapkan sistem nilai tukar mengambang. Tingkat
bunga kredit yang rendah, tidak stabilnya nilai tukar dan inflasi yang tinggi
membuat pengembalian investasi menjadi rendah dan negatif. Variabel yang
digunakan dalam penelitian adalah FDI, nilai tukar, volalitas nilai tukar, suku
bunga dan GDP riil. Periode waktu yang digunakan dari tahun 1970-2004 dan
metode yang digunakan adalah metode Error correction Model (ECM). Hasil dari
penelitian yang dilakukan Osinobi adalah volatilitas nilai tukar berhubungan
negatif terhadap FDI, GDP berhubungan positif terhadap FDI dan suku bunga
berhubungan positif terhadap FDI.
Penelitian tentang hubungan nilai tukar terhadap FDI terhadap negara
maju cukup banyak seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang. Sedikit
penelitian tentang volalitas nilai tukar FDI kenegara Amerika Latin meskipun
mayoritas FDI dari negara-negara industri besar mengalir ke negara berkembang
seperti Cina dan Amerika Latin. Penelitian berjudul “The Impact of Exchange
Rate Volatility on US. Foreign Direct Investment in Latin America “ oleh Masten
tahun 2007. Masuknya FDI kenegara Amerika Latin dikaitkan dengan liberalisasi
pasar di Amerika Latin. Masuknya FDI ke Amerika latin menstabilkan ekonomi
makro dan investasi, mendorong inflasi rendah dan rezim nilai tukar yang handal.
Dalam dua dekade terakhir aliran FDI ke Amerika Latin meningkat sebesar 68
miliar dollar US atau meningkat sebesar 11% dari tahun sebelumnya. Variabel
dependen yang digunakan adalah total FDI sedangkan variabel independen
menggunakan nilai tukar riil, harga tenaga kerja, keterbukaan ekonomi, indeks
harga konsumen dan suku bunga Amerika, kestabilan politik dan korupsi. Metode
yang digunakan adalah analisis data panel dari tahun 1984-2004 dan negaranegara yang dianalisis adalah Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica,
Ecuador, Mexico, Peru dan Venezuela. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Mastern adalah suku bunga US berhubungan positif terhadap FDI di Amerika

10

Latin, keterbukaan ekonomi berhubungan positif dan signifikan terhadap FDI dan
volatilitas berhubungan negatif terhadap FDI.
Dampak dari nilai tukar dan volatilitas pada aliran modal internasional
seperti FDI sangat penting, karena jumlah negara yang menggunakan sistem nilai
tukar mengambang telah meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Kozo Kiyota
dan Shujiro Urata tahun 2002 yang berjudul tentang “exchange rate, Exchange
Rate Volatility and Foreign Direct Investment“. Nilai tukar sangat penting untuk
perumusan kebijakan FDI, karena FDI bermanfaat bagi kedua negara investasi,
atau negara asal, dan negara-negara penerima, atau negara tuan rumah. Transfer
FDI tidak hanya sumber daya keuangan, tetapi juga teknologi dan manajerial
know-how dari negara asal ke negara tujuan investasi. Sumber daya keuangan
sebagian besar digunakan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di negaranegara tujuan, sementara transfer teknologi dan manajerial know-how
meningkatkan kemampuan produktif. Selain itu, FDI membawa berbagai jaringan
dalam seperti penjualan dan pengadaan untuk negara tujuan, yang dapat
digunakan untuk memperluas peluang bisnis mereka. FDI juga meningkatkan
tekanan kompetitif pada perusahaan-perusahaan lokal untuk mengakibatkan
peningkatan efisiensi teknis dan alokatif di negara tujuan.
FDI menguntungkan negara asal, karena memungkinkan investor untuk
menggunakan sumber daya secara efisien. Kontribusi penting bahwa FDI
memberikan keuntungan kedua negara. Penelitian yang dilakukan Urata
memberikan pemahaman yang lebih dalam dampak dari nilai tukar dan volatilitas
terhadap FDI dalam beberapa cara. Hasil penelitian menjelaskan perbedaan
regional dan sektoral FDI dengan menggunakan FDI dari Jepang dan Amerika
Serikat. Penelitian juga menguji apakah sistem nilai tukar dipatok ke dolar AS
akan menarik FDI. Hasil secara umum menunjukkan bahwa depresiasi mata uang
negara tujuan investasi menarik FDI (dalam kasus FDI Amerika) sedangkan
volatilitas besar nilai tukar riil menghambat FDI ( FDI Jepang dan FDI Amerika).
Penelitian yang dilakukan oleh Diallo tahun 2008 yang berjudul
“exchange rate volatility and investment, a panel data cointegration approach”
membahas tentang volatilitas nilai tukar terhadap investasi dalam negeri. Diallo
menjelaskan hubungan antara nilai tukar, volatilitas dan investasi dalam
perekonomian terbuka kecil. Investasi di negara-negara sedang berkembang sama
pentingnya dengan negara-negara industri. Diallo dalam penelitian menggunakan
metode data panel, variabel yang digunakan adalah investasi, GDP, volatilitas
nilai tukar, suku bunga riil dan inflasi. Hasil penelitian yang dilakukan Diallo
adalah nilai tukar riil dan volatilitas nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan,
GDP berpengaruh positif dan signifikan dan inflasi berpengaruh positif tidak
signifikan.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Golberg dan Kolstad yang
berjudul “Foreign Direct Investment, Exchange Rate Variability and Demand
Uncertainty”. Variabilitas nilai tukar terhadap arus investasi memiliki perhatian
dalam berbagai konteks. Variabilitas nilai tukar pada negara industri memiliki
pengaruh pilihan rezim moneter internasional. Variabel nilai tukar riil
memengaruhi lokasi fasilitas produksi multinasional. Investor menolak risiko dan
faktor produksi tetap. Korelasi non-negatif ada antara permintaan ekspor dan
guncangan nilai tukar. Perusahaan multinasional optimal menempatkan beberapa
kapasitas produktif luar negeri. Kapasitas investasi luar negeri meningkat seiring

11

volatilitas nilai tukar naik dan menjadi kolerasi dengan guncangan permintaan
ekspor. Penelitian menggunakan data FDI kuartalan dari negara Amerika Serikat
terhadap Kanada, Jepang dan Amerika. Hasil dalam penelitian yang dilakukan
Golberg dan Kolstad adalah variabilitas dan volatilitas nilai tukar berpengaruh
positif.
Negara sedang berkembang seperti Indonesia untuk mempromosikan
pembangunan ekonomi sangat membutuhkan modal. FDI adalah salah satu
sumber modal yang sangat penting. FDI lebih stabil untuk mendukung
pertumbuhan ekonmi dibandingkan investasi portofolio. FDI juga menghasilkan
dampak yang positif. Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan dan Jordaan yang
berjudul “Determinants of FDI Location in Indonesia 1996-2007” dengan
menggunakan data panel. Variabel yang digunakan pada penelitian Hermawan
dan Jordaan adalah FDI masing masing provinsi, GDP perkapita, upah minimum,
tingkat pendidikan masing masing provinsi, total pelabuhan laut, belanja
pemerintah perkapita, infrastruktur dan sektor jasa. Hasil yang didapat dalam
penelitian Hermawan dan Jordaan adalah GDP perkapita dan tingkat pendidikan
berdampak positif sedangkan upah minimum dan belanja pemerintah perkapita
berdampak negatif. GDP perkapita, tingkat pendidikan dan belanja pemerintah
perkapita berdampak pada jangka panjang terhadap sektor FDI. Upah minimum,
infrastruktur dan jasa berpengaruh pada jangka pendek.

Hipotesis
1.
2.
3.
4.

Volatilitas nilai tukar berpengaruh positif dan negatif terhadap aliran FDI.
Inflasi berpengaruh negatif terhadap aliran FDI.
GDP berpengaruh positif terhadap aliran FDI.
Suku bunga riil berpengaruh negatif terhadap aliran FDI.

Kerangka Pemikiran
Negara di ASEAN masih tertinggal dalam pembangunan ekonomi dari
negara yang berada di Eropa maupun Amerika dan Jepang. Pembangunan
ekonomi dinegara ASEAN sangat membutuhkan modal yang besar, sedangkan
negara di ASEAN masih kekurangan modal dalam melakukan pembangunan
ekonomi. Negara di ASEAN membutuhkan investasi langsung seperti FDI dalam
melaksanakan pembangunan.
Negara di ASEAN pada umumnya menggunakan rezim nilai tukar
mengambang. Nilai tukar mengambang akan mengakibatkan nilai tukar
bervolatilitas. Nilai tukar yang bervolatilitas memengaruhi aliran FDI. Tingginya
volatilitas mengakibatkan negara tersebut mempunyai risiko yang tinggi akan
mengurangi aliran FDI. Variabel lain seperti suku bunga, inflasi dan produk
domestik bruto juga dapat memengaruhi aliran FDI. Secara spesifik peneliti akan
menganalis faktor faktor yang memengaruhi FDI di ASEAN.

12

Negara di ASEAN
kekurangan modal dalam
melaksanakan Pembangunan
PDB riil Indonesia
PDB riil Malayasia
PDB riil Singapura
PDB riil Thailand
PDB riil Filipina
PDB riil Vietnam

Inflasi Indonesia
Inflasi Malaysia
Inflasi Thailand
Inflasi Filipina
Inflasi Singapura
Inflasi Vietnam
FDI Indonesia
FDI Malaysia
FDI Thailand
FDI Filipina
FDI Singapura
FDI Vietnam

Suku Bunga riil Indonesia
Suku Bunga riil Malaysia
Suku Bunga riil Thailand
Suku Bunga riil Filipina
Suku Bunga riil Singapura
Suku Bunga riil Vietnam

Volatilitas nilai tukar Indonesia
Volatilitas nilai tukar Malaysia
Volatilitas nilai tukar Singapura
Volatilitas nilai tukar Thailand
Volatilitas nilai tukar Filipina
Volatiltas nilai tukar Vietnam

Uji Granger Causality
pada data panel

Uji Panel Data

Kesimpulan Dan
Saran

Gambar 4 Kerangka Konseptual Penelitian Faktor-faktor yang memengaruhi FDI

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber data yang digunakan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder fluktuasi
nilai tukar riil negara, GDP riil, inflasi, suku bunga riil Negara ASEAN seperti
Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Vietnam terhadap dollar
dalam bentuk data deret waktu tahunan dari tahun 2004-2011. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai
sumber, yaitu data publikasi World Bank, Fx Sauder dan Sekretariat ASEAN yang
dapat dilihat pada Tabel 2. Proses pengolahan data pada penelitian dilakukan

13

dengan menggunakan bantuan paket program software Microsoft office excel
2007 dan Eviews 6.0.
Tabel 2 Variabel, data yang digunakan dan sumbernya
Data (Variabel )
Data yang digunakan
FDI
Volatilitas Nilai
Tukar
PDB
Inflasi
Suku Bunga riil

FDI masing-masing negara di
ASEAN
Standar deviasi dari mata uang
masing masing negara
PDB masing-masing negara di
ASEAN
Inflasi dari masing-masing negara di
ASEAN
Suku bunga riil masing-masing
negara di ASEAN

Satuan
Dollar
Dolar
Persen
Persen

Sumber
data
World
Bank
Fx Sauder
World
Bank
World
Bank
World
Bank

Metode Analisis
Analisis Eksploratif
Menurut Nazir (1999), analisis eksploratif adalah suatu analisis dalam
meneliti sekelompok objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dilakukannya analisis eksploratif
adalah untuk membuat suatu deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Analisis eksploratif secara garis besar mencoba mencari fakta dengan
interpretasi yang tepat, hasil dari analisis ini merupakan suatu generalisasi dari
pola-pola kasus yang tipikal dari individu atau kelompok tertentu.
Bentuk dari analisis eksploratif pada penelitian adalah studi kasus
pengkajian tentang faktor-faktor yang memengaruhi FDI secara garis besar di
negara ASEAN. Negara ASEAN yang akan dianalisis secara eksploratif adalah
negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam dan Thailand.
Granger Causality Test pada data panel
Hubungan kausalitas adalah hubungan jangka pendek antara kelompok
tertentu dengan menggunakan pendekatan ekonometrik yang mencakup juga
hubungan timbal balik dan fungsi-fungsi yang muncul dari analisis spectrum
(Granger, 1969). Pandangan ekonometrik, ide utama dari kausalitas adalah
sebagai berikut: Pertama jika X memengaruhi Y, berarti informasi masa lalu X
dapat membantu dalam memprediksikan Y, dengan kata lain dengan menambah
data masa lalu X ke regresi Y dengan data Y masa lalu maka dapat meningkatkan
kekuatan penjelas (explanatory power) dari regresi. Kedua data masa lalu Y tidak
dapat membantu dalam memprediksi X, karena jika X dapat membantu dalam
mempreksi Y dan Y dapat membantu memprekdisikan X, Maka kemungkinan
besar terdapat variabel lain, seprti variabel Z, yang memengaruhi X dan Y
(Granger 1969).

14

Pada tahun 1969, Granger mempekenalkan hubungan sebab akibat anatara
dua variabel yang saling berkaitan. Hubungan kausalitas dapat dibagi atas tiga
kategori yaitu hubungan kausalitas satu arah, hubungan kausalitas dua arah dan
hubungan timbal balik. Prinsip kerja dari Granger Causality test pada data panel
yang didasarkan atas regresi model pooled sebagaimana diuraikan sebagai
berikut:
Yit = α0 + α1Yi(t-1)+…….+ αpYi(t-p)+ β1Xi(t-1)+….+βpXi(t-p)+єit (1)
Xit = α0 + α1Xi(t-1)+…….+ αpXi(t-p)+ β1Yi(t-1)+….+βpYi(t-p)+єi t (2)
Pada persamaan regresi model pooled pertama (1), X memengaruhi Y atau
hubungan kausalitas satu arah dari X ke Y apabila koefisien β1 Tidak sama
dengan nol (0). Hal yang sama juga untuk persamaan regresi model pooled kedua
(2), Y memengaruhi X atau terdapat hubungan kausalitas satu arah dari Y ke X
jika koefisien β1 Tidak sama dengan nol. Sementara apabila keduanya terjadi
maka dikatakan terdapat hubungan timbal balik ( feedback relationship ) antara X
dan Y atau terdapat hubungan kausalitas dua arah ( bidirectional causality ) antara
X dan Y. Penelitian Granger Causality Test ini dilakukan untuk menganilis
hubungan setiap variabel dalam penelitian. Dengan menggunakan software
ekonometrik, hipotesis nol yang digunakan untuk hubungan dua variable adalah X
tidak memengaruhi Y dan Y tidak memengaruhi X. Dasar penolakan hipotesis
nol dengan menggunakan kriteria probabilitas < 0.1.
Uji Stasioneritas dalam Data Panel
Analisis data panel pada umumnya menggunakan data dalam bentuk level
dengan tujuan untuk memudahkan interpretasi model. Penelitian yang
menggunakan data time series pada umumnya mengandung tren, maka sebaiknya
dilakukan pengujian unit root, untuk memastikan bahwa hubungan antara peubah
tak bebas dan peubah bebas tidak menunjukkan spurious regression. Bila hasil
pengujian unit root menunjukkan adanya tren pada data level harus dilakukan
pembedaan pertama (first differencing) untuk menghindari hasil yang misleading.
Perlu diingat bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
regresi data panel, maka pengujian unit root yang digunakan bukan menggunakan
metode biasa, tetapi menggunakan panel unit root. Pengujian stasioneritas data
disarankan oleh Baltagi (2005) untuk data panel dengan N dan T yang relatif tidak
besar.
Hipotesis nol yang digunakan dalam pengujian panel unit root sama
seperti pada pengujian unit root untuk data time series, hanya saja statistik uji
yang digunakan merupakan pengembangan lebih lanjut dari statistik uji
Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP). Statistik uji yang
digunakan dalam menguji panel unit root terdiri dari dua jenis, yaitu common unit
root yang terdiri dari statistik uji δevin, δin and Chu (δδC) dan Breitung’s; serta
individual unit root yang terdiri dari statistik uji IM, Pesaran and Shin (IPS),
ADF-Fisher test dan PP-Fisher test. Setelah diperoleh hasil pengujian yang
menyatakan bahwa series dari data panel tidak mengandung unit root maka
estimasi bisa dilakukan.

15

Model Panel Data
Penelitian terkadang ditemukan suatu persoalan mengenai ketersediaan
data (data availability) untuk mewakili variabel yang digunakan dalam penelitian.
Apabila bentuk data dalam time series yang tersedia sedikit maka proses
pengolahan data time series tidak dapat dilakukan berkaitan dengan persyaratan
jumlah data minimum. Bentuk data dengan jumlah unit cross section yang
terbatas akan sulit untuk dilakukan proses pengolahan data cross section untuk
mendapatkan informasi perilaku dari model yang hendak diteliti. Dalam teori
ekonometrika, kedua kondisi seperti yang telah disebutkan di atas salah satunya
dapat diatasi dengan menggunakan data panel (pooled data) agar dapat diperoleh
hasil estimasi yang lebih baik/efisien dengan terjadinya peningkatan jumlah
observasi yang berimplikasi terhadap peningkatan derajat kebebasan (degree of
freedom).
Penggunaan data panel telah memberikan banyak keuntungan secara
statistik maupun menurut teori ekonomi. Islam (1995) dan Poirson (2000) dalam
penelitian menyatakan bahwa penggunaan data panel ini dapat memperlihatkan
“country effect” dan menghindari terjadinya kesalahan penghilangan variabel
(omitted variable bias) dibandingkan jika menggunakan data cross section.
Penggunaan data panel memungkinkan untuk dapat menangkap karakteristik antar
individu dan antar waktu yang bisa saja berbeda-beda.
Menurut Baltagi (2005), penggunaan data panel telah memberikan banyak
keuntungan secara statistik maupun secara teori ekonomi. Manfaat dari
penggunaan data panel antara lain adalah :
1. Mampu mengontrol heterogenitas individu.
2. Memberikan lebih banyak informasi, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas
antar variabel, meningkatkan degrees of freedom, dan lebih efisien.
3. Lebih baik untuk mempelajari studi yang bersifat dinamis.
4. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak
dapat diperoleh dari data cross section murni atau data time series murni.
5. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.
Untuk keperluan penelitian, beberapa notasi yang akan digunakan dalam
teknik estimasi data panel. Notasi antara lain:
Yi t
= nilai variabel terikat (dependen variabel) untuk setiap unit individu
(cross section unit) i pada periode t dimana i= 1,…,n dan t= 1,…,t
X jit
= nilai variabel penjelas (explanatory variable) ke-j untuk setiap unit
Individu ke-i pada periode t
Dimana: K variabel penjelas diberi indeks dengan j= 1,…,k.
Pembahasan penelitian dibatasi pada data panel yang bersifat balanced
panels, yaitu terdapat jumlah observasi yang sama untuk setiap unit individual,
sehingga total observasi yang dimiliki adalah nxt. Ketika n = 1 dan t memiliki
sejumlah observasi, maka akan didapat bentuk data yang bersifat deret waktu
(time series data). Jika kondisi sebaliknya, yaitu dimana nilai t = 1 dan n cukup
besar, maka akan didapat bentuk data yang bersifat kerat lintang (cross section
data).
Dalam analisis model data panel dikenal, tiga pendekatan yang terdiri dari
pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed
effect), dan pendekatan efek acak (random effect). Pengolahan data panel terdapat

16

kriteria pembobotan yang berbeda-beda yaitu no weighting (semua observasi
diberi bobot sama), Cross section weight (Generalized Least Square (GLS))
dengan menggunakan estimasi varians residual cross section (digunakan apabila
terdapat pelanggaran asumsi cross section heteroskedasticity), dan Seemingly
Uncorrelated Regression (SUR) (GLS dengan menggunakan covariance matrix
cross section). Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas maupun
autokorelasi antar unit cross section.
Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)
Pooled least square model merupakan metode estimasi model regresi data
panel yang paling sederhana dengan asumsi intercept dan koefisien slope yang
konstan antar waktu dan cross section ( common effect ). Persamaan pada estimasi
menggunakan pooled least square model dapat dituliskan dalam bentuk sebagai
berikut :
Yit=α+x’itβ+µit (Juanda, 2012)
Dimana:
Yit
= Peubah tak bebas untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t.

= Peubah bebas untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t.
X it
β
= koefisien slope dengan dimensi Kx1, dimana K adalah banyak peubah
bebas
α
= Koefisien yang merupakan skalar
N adalah jumlah unit cross section, T adalah jumlah periode waktunya dan
K adalah jumlah variabel penjelas. Dengan mengasumsikan komponen error
dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi
secara terpisah untuk setiap cross section. Kelemahan pooled least square model
ini adalah dugaan parameter β akan bias karena tidak dapat membedakan
observasi yang sama periode yang berbeda.
Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)
Metode kuadrat terkecil tidak dapat melihat asumsi intersep dan slope dari
persamaan regresi yang dianggap konstan baik antar daerah maupun antar waktu.
Generalisasi secara umum sering dilakukan adalah dengan memasukkan dummy
variable untuk mengetahui terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbedabeda baik lintas unit cross section maupun antar waktu.
Intersep sebagai dummy variable menunjukan bahwa adanya perbedaan
pada masing-masing perusahaan, asumsi 3 perusahaan. Model tersebut lebih
dikenal dengan Fixed Effect Method, walaupun intersep berbeda antar perusahaan
namun intersep masing-masing perusahaan tidak berbeda antar waktu. Pendekatan
dengan memasukkan variabel dummy dikenal dengan sebutan model efe