Entrepreneurship behaviour effect on the performance of virginia tobacco in East Java

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
KINERJA USAHATANI TEMBAKAU VIRGINIA
DI JAWA TIMUR

FELICIA NANDA ARIESA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Perilaku
Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usahatani Tembakau Virginia di Jawa Timur
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Felicia Nanda Ariesa
NIM H451110591

RINGKASAN
FELICIA NANDA ARIESA. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja
Usahatani Tembakau Virginia di Jawa Timur. Dibimbing oleh RITA
NURMALINA dan WAHYU BUDI PRIATNA.
Tembakau merupakan komoditas yang memiliki kontribusi dan posisi
strategis bagi petani dan pendapatan negara, di mana rata-rata luas lahan
pertanaman tembakau di Indonesia per tahun seluas 200 000 hektar dengan
produksi 170 000 ton dan melibatkan 600 000 KK petani. Pengusahaan tembakau
menghadapi berbagai masalah, baik masalah teknis maupun non teknis. Usahatani
tembakau juga memiliki risiko yang besar dalam produksi, harga, biaya, dan
pendapatan. Pengembangan sumber daya manusia menjadi salah satu kunci dalam
menjawab permasalahan ini karena saat ini dibutuhkan petani yang kreatif dan
inovatif agar mampu bertahan dan bersaing. Faktor kewirausahaan menentukan
berhasil tidaknya petani dalam menyesuaikan dengan perubahan lingkungan
bisnis. Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh sifat individu dan faktor

lingkungan yang terdiri dari lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, lingkungan
politik, dan lingkungan fisik. Selain mempengaruhi perilaku kewirausahaan, sifat
individu dan lingkungan juga mempengaruhi kinerja usahatani tembakau. Oleh
karena itu, dilihat hubungan dan pengaruh antara sifat individu, faktor lingkungan,
perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usahatani, sehingga penelitian ini
bertujuan untuk: 1) Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
kewirausahaan dan kinerja pertanian, 2) Menganalisis pengaruh sifat individu dan
faktor lingkungan terhadap perilaku kewirausahaan, dan 3) Menganalisis
pengaruh sifat individu, faktor lingkungan, dan perilaku kewirausahaan terhadap
kinerja tembakau rakyat.
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen diukur dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan antara lain sifat
individu, lingkungan ekonomi, dan lingkungan fisik, sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja usahatani, antara lain kerpibadian individu,
lingkungan ekonomi, lingkungan politik, lingkungan fisik, dan perilaku
kewirausahaan. Sifat individu dan faktor lingkungan mempengaruhi perilaku
kewirausahaan dengan pengaruh terbesar berasal dari sifat individu. Perilaku
kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha, namun bukan
menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kinerja pertanian. Lingkungan

ekonomi menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja pertanian
karena umumnya petani tembakau sangat responsif pada perubahan harga.
Perilaku kewirausahaan saja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karena
komoditas tembakau menghadapi industri rokok dengan struktur pasar oligopsoni
yang membuat petani tidak memiliki posisi tawar sehingga membutuhkan
lingkungan yang mendukung dalam mengusahakan tembakau. Dengan demikian,
perilaku kewirausahaan harus dipandang sebagai salah satu faktor yang berperan
dalam mendorong kinerja.
Kata kunci: kewirausahaan, kinerja, tembakau virginia

SUMMARY
FELICIA NANDA ARIESA. Entrepreneurship Behaviour Effect on The
Performance of Virginia Tobacco in East Java. Supervised by RITA
NURMALINA and WAHYU BUDI PRIATNA.
Tobacco is a commodity that has contributed and strategic position to
farmers and to the country, where the average land area in Indonesia tobacco crop
per year of 200 000 hectares with a production of 170 000 tonnes and 600 000
households involving farmers. Cultivation of tobacco face a variety of problems,
both technical and non-technical issues. Tobacco farming also has a big risk in
production, prices, costs, and revenues. Human resource development is a key

issue because nowadays we need creative and innovative farmers in order to
survive and compete. Factors determining the success or failure of entrepreneurial
farmers in adapting to the changing of business environment. Entrepreneurial
behavior is influenced by the nature of individual and environmental factors
which consists of the economic environment, social environment, political
environment, and physical environment. Beside influence entrepreneurial
behavior, the nature of the individual and the environment also affects the
performance of tobacco farming. Therefore, the relationship and influence
between individuals, environmental factors, entrepreneurial behavior on the
performance of farming will be tested, so this study aims to : 1) Determine the
factors that influence entrepreneurial behavior and performance of the farm; 2)
Analyze the influence of personality traits and environmental factors to
entrepreneurial behavior; and 3) Analyze the influence of personality trait,
environmental factors, and entrepreneurial behavior to the performance of
individual tobacco farming.
Influence of the independent variable on the dependent variable was
measured by using multiple linear regression analysis. The results showed that the
factors that influence the behavior of the individual nature of entrepreneurship
among other things, the economic environment, and the physical environment,
while the factors that affect farm performance, among others personality trait,

economic environment, political environment, physical environment, and
entrepreneurial behavior. The nature of individual and environmental factors
influence entrepreneurial behavior with the greatest influence comes from
personality trait. Entrepreneurial behavior have a significant effect on the
performance of the business, but not a dominant factor affecting the performance.
Economic environment being the most influential variables on the performance of
agriculture due to tobacco farmers generally very responsive to changes in price.
Entrepreneurial behavior alone had no significant effect on performance because
of tobacco cigarette industry faced with oligopsony market structure that makes
farmers have no bargaining power and thus require a supportive environment.
Thus, entrepreneurial behaviour should be viewed as only one causal factor in a
complex model of factors that promote performance.
Keyword: entrepreneurship, performance, tobacco

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
KINERJA USAHATANI TEMBAKAU VIRGINIA
DI JAWA TIMUR

FELICIA NANDA ARIESA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Heny Kuswanti Suwarsinah, MEc
Penguji Program Studi

: Dr Ir Netti Tinaprilla, MM

Judul Tesis : Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usahatani
Tembakau Virginia di Jawa Timur
Nama
: Felicia Nanda Ariesa
NIM
: H451110591

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Ketua

Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agribisnis

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena rahmat dan
hidayah-Nya, tesis yang berjudul “Pengaruh Perilaku Kewirausahaan

terhadap Kinerja Usahatani Tembakau Virginia di Jawa Timur” dapat
diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Master pada Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor. Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan
dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi tingginya
kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:
1. Prof Dr Ir Rita Nurmalina MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr Ir
Wahyu Budi Priatna, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala
bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis
mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian tesis ini.
2. Dr Ir Suharno, MAdev selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan kolokium
proposal penelitian yang telah memberikan banyak arahan dan masukan
sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Dr Ir Heny Kuswanti Suwarsinah, MEc selaku dosen penguji luar komisi dan
Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji perwakilan program studi
pada ujian tesis.
4. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan
Dr. Ir. Suharno, MAdev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, serta
seluruh staf Program Studi Agribisnis atas dorongan semangat, bantuan dan

kemudahan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan pada Program
Studi Agribisnis.
5. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bojonegoro dan Lamongan atas
segala bantuan dan masukan yang diberikan, serta petani tembakau di
Kabupaten Bojonegoro dan Lamongan yang telah bersedia menjadi responden
peneliti.
6. Biro Perencanaan Kerja Sama Luar Negeri Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia atas beasiswa yang diberikan selama
melakukan studi.
7. Teman-teman seperjuangan Angkatan II pada Program Studi Agribisnis atas
diskusi, masukan, dan bantuan selama mengikuti pendidikan.
8. Penghormatan yang tinggi dan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Budi Adi Prabowo dan Utami, serta
kakak Febrian Bagus Pakerti dan adik Ferdian Agung Kurniawan.
Bogor, Oktober 2013

Felicia Nanda Ariesa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Agribisnis Tembakau
Karakteristik Kewirausahaan
Kewirausahaan pada Petani
Pengaruh Kewirausahaan terhadap Kinerja
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kewirausahaan
Kewirausahaan dan Pertumbuhan Ekonomi
Karakter Wirausaha
Perilaku Kewirausahaan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan
Kinerja
Kerangka Pemikiran Operasional
Hipotesis
4 METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penentuan Sampel
Data dan Instrumentasi
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Analisis Regresi Berganda
Uji Multikolinieritas
Uji Autokorelasi
Uji Heteroskedastisitas
Definisi Operasional
5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Jawa Timur
Kondisi Makro dan Mikro Ekonomi
Infrastruktur
Sarana Prasarana Kesehatan, Hotel, dan Pendidikan
Angkatan Kerja di Jawa Timur
Kabupaten Bojonegoro
Kondisi Geografis
Topografi
Iklim dan Curah Hujan

xii
xii
xiii
1
1
5
7
8
8
8
8
12
13
15
18
18
18
21
21
23
24
26
30
32
32
32
33
33
33
34
34
37
37
38
39
40
40
41
42
43
43
44
44
45
45

Pertembakauan di Bojonegoro
Kabupaten Lamongan
Kondisi Geografis
Topografi
Iklim dan Curah Hujan
Pertembakauan di Lamongan
6 KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN
Karakteristik Responden
Sebaran Responden Berdasarkan Usia
Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Sebaran Responden Berdasarkan Lama Usaha
Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan
Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Keuntungan
7 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Usahatani Tembakau di Jawa Timur
Variabel Indikator Masing-Masing Variabel
Sifat Individu
Lingkungan Ekonomi
Lingkungan Sosial
Lingkungan Politik
Lingkungan Fisik
Perilaku Kewirausahaan
Kinerja Usahatani
Pengaruh Sifat Individu dan Lingkungan terhadap Perilaku
Kewirausahaan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan
Pengaruh Sifat Individu, Lingkungan, dan Perilaku Kewirausahaan
terhadap Kinerja Usahatani
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usahatani
Tembakau
8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

45
47
47
47
48
48
49
49
49
50
51
51
52
53
53
54
54
60
62
63
68
69
73
76
79
80
82
83
84
87
87
87
88
94

DAFTAR TABEL
1 Volume dan nilai ekspor impor tembakau Indonesia tahun 2000-2011
2 Definisi kinerja menurut beberapa ahli
3 Perkembangan penyerapan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan di
Jawa Timur tahun 2007-2011
4 Perkembangan areal tembakau Bojonegoro tahun 2007-2012
5 Produksi dan produktivitas tembakau di Bojonegoro tahun 2007-2012
6 Komposisi biaya usahatani tembakau
7 Biaya pengolahan daun tembakau
8 Perbandingan biaya dan pendapatan penjualan daun tembakau
9 Persepsi petani tembakau terhadap masing-masing variabel indikator

4
27
44
46
46
56
57
58
61

DAFTAR GAMBAR
1 Pengaruh kecenderungan kewirausahaan pada kinerja dan ekspektasi
kinerja petani
2 Model kewirausahaan dengan kinerja
3 Hasil konstruksi model kewirausahaan
4 Kerangka pemikiran teoritis
5 Kerangka pemikiran operasional
6 Sebaran responden berdasarkan tingkat usia
7 Sebaran responden berdasarkan status pernikahan
8 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
9 Sebaran responden berdasarkan lama usaha
10 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua
11 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
12 Sebaran responden berdasarkan luas lahan
13 Sebaran responden berdasarkan tingkat keuntungan yang diperoleh
14 Pola tanam tembakau
15 Saluran pemasaran tembakau kerosok
16 Saluran pemasaran tembakau rajangan
17 Alasan petani memilih menanam tembakau
18 Bantuan dan dukungan pemerintah yang diharapkan oleh petani
19 Petani tembakau Bojonegoro
20 Perkembangan harga tembakau
21 Pendapatan per hektar petani tembakau tahun 2007-2011
22 Penyediaan modal petani
23 Total impor tembakau Indonesia tahun 2003-2012
24 Petani tembakau Lamongan dengan tembakau yang gagal panen
25 Petani tembakau tradisional
26 Produktivitas tembakau yang dihasilkan petani responden (kering)
27 Kualitas tembakau yang dihasilkan petani responden
28 Pengaruh sifat individu dan faktor lingkungan terhadap perilaku
kewirausahaan

14
15
17
29
31
50
50
51
51
52
52
53
54
55
58
59
59
60
62
64
65
66
71
74
77
79
80
81

29 Pengaruh sifat individu, faktor lingkungan, dan perilaku kewirausahaan
terhada kinerja usahatani

84

DAFTAR LAMPIRAN
1 Produksi tembakau menurut propinsi di Indonesia tahun 2005-2011
94
2 Penyebaran tembakau virginia di Jawa Timur
95
3 Perkembangan areal, produksi, dan produktivitas komoditi tembakau di
Jawa Timur tahun 2007-2011
95
4 Data areal, produksi, dan produktivitas tembakau Lamongan tahun 2012 96
5 Persepsi petani tembakau terhadap masing-masing variabel indikator
97
6 Biaya produksi usahatani tembakau
99
7 Penyerapan masing-masing pabrikan/pengusaha tembakau tahun 2012 100
8 Hasil output analisis regresi linier berganda
101

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kewirausahaan menjadi perhatian penting dalam perekonomian suatu
bangsa. Kemajuan atau kemunduran suatu bangsa ditentukan oleh adanya
wirausahawan. Suatu bangsa yang tidak memiliki sumber daya manusia dengan
jiwa kewirausahaan, maka tidak akan ada kemajuan yang berarti pada bangsa
tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa dapat
dilihat melalui keberadaan dan peran wirausahawannya (Iwantono 2002). Pada
sejarah ekonomi negara-negara maju, keberadaan para wirausahawan sejalan
dengan proses perubahan sosial atau menjadi revolusi tersembunyi pada bangsa
tersebut. Keberadaan wirausaha terlihat nyata pada peningkatan pendapatan
nasional, dinamika ekonomi, dan proses modernisasi ekonomi yang berkelanjutan.
Gambaran tersebut membuktikan peranan kaum wirausahawan yang sangat
penting dalam menentukan kemajuan bangsanya. Jumlah wirausahawan di
Indonesia masih sedikit dan lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga
seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura yang telah mencapai lebih dari empat
persen1. Jumlah wirausahawan Malaysia mencapai lima persen dan Singapura
sebesar tujuh persen dari total jumlah penduduk. Berdasarkan data yang ada,
diperkirakan jumlah wirausaha di Indonesia sebanyak 0.24 persen dari 240 juta
jiwa penduduk. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya,
entrepreneur atau wirausahawan di Indonesia masih rendah karena idealnya
diperlukan minimal dua persen wirausahawan dari jumlah penduduk Indonesia
untuk dapat mendukung perekonomian nasional2.
Gagasan bahwa kewirausahaan berkaitan erat dengan pertumbuhan
ekonomi telah dikemukakan oleh Schumpeter (1911) yang diacu dalam Priyanto
(2009). Schumpeter menyatakan bahwa peningkatan jumlah wirausahawan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini merupakan hasil dari keterampilan dan
kecenderungan mereka untuk berinovasi. Wirausahawan menciptakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran dan
meningkatkan pendapatan masyarakat. Berkurangnya jumlah pengangguran akan
berimplikasi pada penurunan angka kemiskinan. Jumlah wirausahawan yang
meningkat berimplikasi pada semakin banyak lapangan kerja yang diciptakan,
sehingga dapat berperan dalam mendukung perekonomian negara.
Menurut Burhanuddin (2012)3, saat ini Malaysia dan Singapura mampu
memenuhi kebutuhan pangannya, bahkan Singapura menjadi eksportir beberapa
komoditi pertanian penting, padahal Singapura hampir tidak memiliki lahan
pertanian. Kedua negara tersebut mampu mengatasi masalah pangannya karena
memiliki mental kewirausahaan yang kuat. Indonesia membutuhkan sumber daya
manusia dengan jiwa kewirausahaan yang kuat agar dapat mengembangkan sektor
1

Jumlah Wirausahawan di Indonesia Sangat Sedikit. 2012. www.koran-jakarta.com. Diakses
tanggal 11 September 2012.
2
Wirausahawan
Indonesia
Baru
Mencapai
0,5%
Jumlah
Penduduk.
2012.
www.suaramerdeka.com. Diakses tanggal 11 September 2012.
3
Burhanuddin. 2012. Peran Kewirausahaan Menjawab Tantangan 60 Tahun yang Lalu dan yang
Akan Datang Soal Pangan. http://burhan.staff.ipb.ac.id. Diakses tanggal 11 September 2012.

2

pertanian sebagai sektor yang berbasis sumber daya alam. Sektor pertanian adalah
sektor agribisnis yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
peternakan, perikanan dan kelautan, kehutanan dimana potensi dari masing
masing sektor tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku
pembangunan. Walaupun menghadapi banyak masalah dan tantangan namun
sektor pertanian juga menjadi sektor yang sangat penting dan potensial. Produkproduk pertanian sering menghadapi harga yang rendah, kualitas yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan konsumen, dan mudah rusak. Menurut Priyanto
(2005), hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu (1) kondisi ekonomi yang
semakin maju, tekanan pemasaran produk-produk pertanian yang lebih
mementingkan value dibandingkan kuantitas; (2) produk-produk pertanian sering
mengalami oversupply; (3) peningkatan deregulasi, pengurangan subsidi untuk
pangan dan pertanian serta berkurangnya hambatan perdagangan; (4) perilaku
konsumen yang sulit diprediksi, terfragmentasi, dan terus berubah.
Produk pertanian yang menghadapi masalah tersebut adalah tembakau.
Tembakau adalah produk pertanian yang berasal dari genus Nicotiana. Tembakau
dapat dimanfaatkan untuk konsumsi, pestisida, dan obat dalam bentuk nikotin
tartrat. Tembakau biasa dikonsumsi dalam bentuk rokok dan tembakau kunyah.
Tembakau dengan kualitas baik (komersial) hanya dihasilkan di daerah-daerah
tertentu. Kualitas tembakau sangat ditentukan oleh lokasi penanaman dan
pengolahan pasca panen sehingga hanya beberapa tempat yang sesuai dengan
syarat lokasi penanaman tembakau dengan kualitas terbaik. Beberapa jenis
tembakau dinamakan berdasarkan tempat produksinya, yaitu tembakau deli,
tembakau temanggung, tembakau vorstenlanden, tembakau besuki, tembakau
madura, tembakau lombok timur, dan tembakau ponorogo. Daerah produksi
tembakau tersaji pada Lampiran 1.
Tanaman tembakau terdiri dari batang, daun tembakau, dan bunga. Setelah
cukup umur, secara bertahap dipetik daunnya mulai dari bawah ke atas. Batang
tembakau digunakan untuk kayu bakar, biji dari bunga dipilih untuk dijadikan
bibit. Batang dan daunnya diproses menjadi rokok, cerutu, tembakau iris, dan
tembakau kering untuk diekspor. Tembakau juga dapat dimanfaatkan menjadi
berbagai produk. Banyak manfaat tembakau selain menjadi rokok dan cerutu,
antara lain dapat menghasilkan protein anti kanker, melepaskan gigitan lintah,
obat diabetes dan antibiotik, anti radang, obat HIV atau AIDS, pemelihara
kesehatan ternak, penghilang embun, obat luka, bisnis tembakau, dan sebagai
biofuel4. Daun tembakau yang selama ini dihubungkan dengan rokok yang dapat
merusak kesehatan, ternyata dapat dimanfaatkan untuk kesehatan sebagai reaktor
penghasil protein Growth Colony Stimulating Factor (GCSF), yaitu suatu hormon
yang sangat penting dalam menstimulasi produksi darah, dan dapat menstimulasi
perbanyakan sel tunas (stem cell) untuk memulihkan jaringan fungsi tubuh yang
sudah rusak5.
Tembakau merupakan tanaman perdagangan internasional yang dapat
memberikan pendapatan bagi negara melalui cukai dan pajak rokok. Tembakau di
Indonesia diusahakan oleh rakyat dan perusahaan yang tersebar di Sumatera
4

10 Manfaat Tembakau. Selain Sebagai Bahan Rokok. 2012. http://blog.politekniktelkom.ac.id.
Diakses tanggal 23 Oktober 2012.
5
Manfaat Tembakau Sebagai Reaktor Protein Anti Kanker. 2012. http://hijauindonesiaku.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Oktober 2012.

3

Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Lampung,
dan Sulawesi Selatan. Terdapat dua jenis tembakau, yaitu tembakau musim
kemarau atau Voor-Oogst (VO) yang menjadi bahan untuk membuat rokok putih
dan rokok kretek, sedangkan tembakau musim hujan atau Na-Oogst (NO) yang
dipakai sebagai bahan dasar membuat cerutu dan cigarillo.
Tembakau memiliki kontribusi dan posisi strategis bagi petani dan
pendapatan negara, di mana rata-rata luas lahan pertanaman tembakau di
Indonesia per tahun seluas 200 000 hektar dengan produksi 170 000 ton dan
melibatkan 600 000 KK petani6. Tembakau dan industri hasilnya telah
memberikan kontribusi cukup besar terhadap ekonomi nasional yang terlihat dari
besarnya penyerapan Tenaga Terlibat Langsung (TTL) dari hulu hingga hilir
sebanyak 6.1 juta orang. Diasumsikan jika setiap orang menghidupi empat orang,
maka sebanyak 24.4 juta orang bergantung pada komoditas ini. Angka ini
semakin besar jika dijumlahkan dengan penyerapan Tenaga Tidak Terlibat
Langsung (TTTL). Banyaknya orang yang hidup dari industri tembakau mencapai
30.5 juta orang7. Hal ini disebabkan oleh banyaknya sumber penghidupan yang
berhubungan dengan tembakau, antara lain penanaman tembakau dan
pemeliharaannya, cengkeh, industri hasil tembakau, dan industri terkait lainnya
sampai distribusi dan retail. Tembakau juga berkontribusi besar dalam
perekonomian nasional yang terlihat dari nilai ekonomi akhir (Ultimate Economic
Value) dan Gross Domestic Product (GDP) dari Industri Hasil Tembakau (IHT)
tahun 2008. GDP IHT mencapai 5 000 triliun rupiah atau sekitar 2.4 persen dari
total GDP Nasional, sedangkan cukai dan pajak lainnya menyumbang 57 triliun
rupiah dan diperkirakan jumlahnya akan semakin bertambah. Industri rokok
dalam negeri juga turut menghidupi petani tembakau karena 90 persen industri
rokok menggunakan bahan baku tembakau dan cengkeh lokal yang berasal dari
perkebunan rakyat.
Indonesia memperoleh pendapatan yang cukup besar dari komoditas
tembakau. Industri tembakau beserta seluruh multiplier effectnya menyumbang
PDB Indonesia sebesar Rp 48 Triliun pada tahun 2005 dan terus meningkat setiap
tahun sejalan dengan terus meningkatnya penerimaan dari cukai tembakau8. Hal
ini terbukti dari besarnya penerimaan dari cukai tembakau pada tahun 2011
mencapai Rp 60.7 Triliun. Pada tahun tersebut, Indonesia memperoleh
penerimaan dari cukai SDA non migas sebesar Rp 12.9 Triliun, sehingga besarnya
cukai dari tembakau mencapai lima kali nilai cukai SDA non migas. Volume dan
nilai ekspor tembakau dapat dilihat pada Tabel 1.

6

Komoditas Tembakau. 2008. www.ditjenbun.go.id. Diakses tanggal 16 Oktober 2012.
Cukai Hasil Tembakau. 2009. http://sunaryo-cukai.blogspot.com. Diakses tanggal 16 Oktober
2012.
8
Politik Ekonomi Tembakau: Perselingkuhan Industri Rokok dan Farmasi. 2012.
http://jihadnp34.blogspot.com. Diakses tanggal 16 Oktober 2012.

7

4

Tabel 1 Volume dan nilai ekspor impor tembakau Indonesia tahun 2000-2011
Tahun
Ekspor
Impor
Volume (Ton)
Nilai (000$) Volume (Ton) Nilai (000$)
2000
35 957
71 287
32 428
114 834
2001
43 030
91 404
44 346
139 608
2002
42 686
76 684
33 289
105 953
2003
40 638
62 874
29 579
95 190
2004
46 463
90 618
35 171
120 854
2005
53 729
117 433
48 142
179 201
2006
53 729
107 787
54 514
189 915
2007
46 834
124 423
69 742
267 083
2008
50 269
133 196
77 302
330 510
2009
52 515
172 629
53 199
290 170
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2012)

Petani tembakau merupakan pelaku utama dalam pengusahaan komoditas
tembakau dan juga penyediaan bahan baku untuk industri hasil tembakau.
Usahatani tembakau memiliki keterkaitan yang besar ke hulu (penyediaan sarana
prasarana pertanian) dan juga hilir (industri olahannya). Penyediaan sumber daya
manusia yang kompeten penting di dalam usahatani tembakau. Menurut Setiawan
(2005), kebanyakan petani tembakau belum mengusahakan tembakau secara
profesional karena belum mempertimbangkan pasar, modal dan teknologi. Petani
belum sepenuhnya menguasai teknologi budidaya dan analisis usahatani sehingga
motivasi menanam tembakau cenderung kepada “untung-untungan”. Hal ini
membuat generasi muda kurang berminat mengusahakan tembakau karena terlihat
memiliki tingkat kesulitan dan risiko yang tinggi, sehingga jumlah generasi muda
yang mengusahakan tembakau semakin berkurang. Petani juga belum memiliki
pengetahuan tentang baku teknis budidaya yang benar sehingga produksi dam
mutu tembakau yang dihasilkan tidak sesuai standar yang diinginkan pembeli.
Misalnya, beberapa petani masih menggunakan pupuk yang mengandung klor
yang berdampak pada penurunan mutu tembakau yang dihasilkan. Selain itu,
masih sering terjadi penggunaan pupuk nitrogen yang berlebihan sehingga
kualitas tembakau menurun dan dalam proses pengolahannya akan meningkatkan
kadar tobacco specific nitro’s amine (TSNA). Selain itu, meluasnya kampanye
anti tembakau karena alasan kesehatan yang diperkuat dengan diratifikasinya
Konvensi Kerangka Pengendalian Tembakau, berkurangnya dukungan pemerintah
untuk pengembangan ekonomi tembakau, serta peningkatan kesadaran masyarakat
akan kesehatan, membuat ancaman terhadap ekonomi tembakau dunia dan
Indonesia mulai terasa sehingga petani harus siap menghadapi perubahan
lingkungan bisnis (Sudaryanto et al. 2007). Usahatani tembakau juga memiliki
risiko yang besar dalam produksi, harga, biaya, dan pendapatan. Pengembangan
sumber daya manusia menjadi salah satu kunci dalam menjawab permasalahan ini
karena pada era global saat ini dibutuhkan petani yang kreatif dan inovatif agar
mampu bertahan dan bersaing. Faktor kewirausahaan menentukan berhasil
tidaknya petani dalam menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis. Hal ini
yang membedakan petani wirausaha dengan petani biasa.
Petani wirausaha mempertimbangkan aspek pasar, memperhitungkan
analisis usahatani, mampu melihat dan mengelola peluang, serta memiliki

5

kemampuan manajemen. Petani wirausaha berpikir dan bertindak untuk terus
mengembangkan hal-hal baik dari yang diusahakan saat ini sehingga diperoleh
hasil yang lebih menguntungkan. Sadjudi (2009) menyatakan bahwa
perkembangan lingkungan bisnis telah menuntut petani memiliki jiwa
kewirausahaan sehingga diperoleh nilai tambah yang lebih besar dari produk
pertanian yang dihasilkan. Pertanian tidak sekedar usahatani atau budidaya,
namun juga menyangkut pengolahan, pemasaran, dan distribusi. Produksi yang
baik harus ditunjang oleh pemasaran dan harga jual yang baik. Di sisi lain,
pengusahaan tembakau juga memiliki peluang bisnis dan potensi keuntungan
yang besar sehingga diperlukan petani yang bersedia menerima tantangan dan
risiko kemudian merubahnya menjadi peluang. Oleh karena itu, perilaku
kewirausahaan diperlukan dalam usahatani tembakau.
Beberapa penelitian terdahulu mengaitkan kewirausahaan dengan kinerja,
dan diperoleh hasil bahwa kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kinerja
usaha. Penelitian-penelitian sebelumnya hanya menghubungkan lingkungan
dengan kewirausahaan dan kewirausahaan dengan kinerja. Penelitian ini juga
melihat pengaruh sifat-sifat individu dan lingkungan pada kinerja karena tidak
dapat dipungkiri bahwa kinerja suatu usaha juga dipengaruhi oleh faktor manusia
yang menjalankan usaha dan lingkungannya. Tembakau menjadi salah satu contoh
komoditas yang dapat dikaji masalah kewirausahaannya karena dalam
pengusahaannya memiliki peluang yang besar namun di sisi lain juga menghadapi
risiko tinggi. Saat ini komoditas tembakau juga ditekan oleh perubahan kondisi
lingkungan global sehingga dibutuhkan petani yang mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan. Oleh karena itu penelitian mengenai kewirausahaan pada
petani tembakau rakyat penting untuk dilakukan.

Perumusan Masalah
Salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Indonesia, yaitu Jawa
Timur. Tembakau (Nicotiana spp. L.) merupakan salah satu komoditi perkebunan
yang penting dalam pembangunan sub sektor perkebunan antara lain untuk
memenuhi kebutuhan domestik maupun sebagai komoditi ekspor penghasil devisa
negara. Provinsi Jawa Timur hingga kini masih tercatat sebagai sentra produksi
tembakau nasional, menyusul produksi komoditas itu mencapai 81 000 ton per
tahun atau setara dengan 56.9 persen dari total produksi tembakau nasional. Pada
panen tahun 2012, total produksi tembakau di Jawa Timur mencapai 130 ribu ton,
lebih tinggi dari proyeksi awal sebesar 80 ribu ton. Data perkembangan areal,
produksi dan produktivitas komoditi tembakau di Jawa Timur dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Tembakau dinilai masih memberikan kontribusi terhadap penyerapan
tenaga kerja di Jawa Timur. Sekitar 2.7 juta atau 9 persen dari total penduduk
Jawa Timur hidupnya terkait baik secara langsung maupun tak langsung dengan
bisnis pertembakauan. Penyerapan tenaga kerja tersebut meliputi kegiatan di
tingkat budidaya (on farm) sampai pemasaran rokok ke konsumen (off farm).
Tembakau yang diteliti dalam penelitian ini adalah tembakau virginia karena
merupakan jenis tembakau yang banyak dibudidayakan di Jawa Timur. Dua

6

daerah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Kabupaten Bojonegoro dan
Lamongan karena kedua daerah tersebut merupakan produsen tembakau virginia
terbesar di Jawa Timur. Luas areal tembakau virginia di Bojonegoro mencapai
8 678 Ha dengan jumlah petani yang mengusahakan sebanyak 62 584 orang,
sedangkan luas areal tembakau di Lamongan sebesar 3 183 Ha dengan jumlah
petani sebanyak 35 013 orang. Tembakau menjadi tanaman perkebunan andalan
bagi masyarakat petani Kabupaten Bojonegoro dengan jenis tembakau yang
diusahakan adalah tembakau virginia dan tembakau jawa. Tembakau yang
dihasilkan di Kabupaten Bojonegoro memiliki kualitas bagus dan menjadi
komoditas ekspor. Begitu pula di Lamongan. Di Lamongan, total produksi
komoditi ini mencapai 1 325 ton.
Pengusahaan tembakau menghadapi berbagai tantangan, kendala, dan juga
tekanan lingkungan global. Dua masalah utama dalam pertanian tembakau
meliputi masalah internal (permodalan, manajemen pengelolaan, lemahnya
jaringan usaha, kemampuan penetrasi pasar) dan masalah eksternal (iklim usaha
yang belum kondusif, kurangnya adopsi teknologi maju, pasar bebas, life time
produk bersifat pendek, dan terbatasnya akses pasar)9. Saat ini petani juga
menghadapi masalah membanjirnya daun tembakau impor. Impor daun tembakau
untuk memenuhi kebutuhan industri rokok dalam negeri terus meningkat, namun
luas areal tanam tembakau, produksi tembakau dalam negeri, dan kesejahteraan
petani tembakau menurun10. Perubahan cuaca yang tidak menentu (anomali
cuaca) juga membuat pendapatan petani tembakau di Jawa Timur menurun atau
bahkan merugi karena kualitas tembakau menurun akibat curah hujan yang cukup
tinggi11. Usahatani tembakau juga memiliki risiko yang besar dalam produksi,
harga, biaya, dan pendapatan.
Menurut Suwarso (2007), secara umum petani di Jawa Timur memiliki
beberapa kelemahan yang menjadi kendala dalam mengusahakan tembakau, yaitu
petani tidak mudah menerima inovasi teknologi, berpola konsumtif, tidak
mempunyai informasi pasar yang memadai, dan modal usahatani terbatas.
Sebagian besar petani masih mengusahakan tembakau secara tradisional
berdasarkan pengalaman turun temurun sehingga akses inovasi teknologi terbatas
dan membutuhkan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan petani khawatir
teknologi akan merubah produk tembakau yang dihasilkan dan tidak sesuai
dengan keinginan konsumen. Petani juga cenderung menghabiskan hasil yang
diperoleh tanpa menyisihkan keuntungan untuk modal usahatani berikutnya
sehingga petani selalu kekurangan modal. Selain itu, petani juga tidak memiliki
informasi pasar yang memadai mengenai mutu dan jumlah tembakau yang
dibutuhkan. Murdiyati et al. (2007) juga mengungkapkan bahwa penurunan mutu
tembakau juga disebabkan oleh budidaya yang tidak sesuai baku teknis, tidak
dilakukan pemangkasan pada tembakau, dosis pupuk nitrogen yang berlebihan,
serta perluasan lahan tembakau pada lahan yang tidak potensian (kandungan klor
tinggi). Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki petani.
9

Penelitian Pemberdayaan Petani Tembakau di Jawa Timur. 2009. www.balitbangjatim.com.
Diakses tanggal 31 Oktober 2012.
10
Kesejahteraan Petani Tembakau Menurun. 2010.
http://nasional.kompas.com/read/2010/07/30/05265849. Diakses tanggal 3 September 2013.
11
Petani Tembakau Jember Merugi Akibat Anomali Cuaca. 2010. http://amti.or.id/2010/09/petanitembakau-jember-merugi-akibat-anomali-cuaca/. Diakses tanggal 3 September 2013.

7

Pengembangan sumber daya manusia menjadi salah satu kunci dalam
menjawab permasalahan tersebut, karena saat ini dibutuhkan petani yang kreatif
dan inovatif agar mampu bertahan dan dapat mengembangkan usahanya.
Penciptaan petani wirausaha, selain membutuhkan modal dan sarana pendukung
yang memadai juga dibutuhkan keterampilan sumber daya manusia. Besarnya
potensi usaha tidak akan ada artinya jika tidak ada sumber daya manusia yang
memiliki keterampilan untuk mengelolanya. Misalnya, jika modal dan teknologi
penunjang tersedia namun faktor manusianya tidak memiliki keterampilan dan
kemampuan untuk mengelolanya, maka usaha tersebut tidak akan berhasil.
Demikian juga sebaliknya, adanya keterampilan tanpa didukung modal yang
memadai juga dapat menghambat usaha. Permasalahan wirausaha, khususnya
pada petani tembakau, adalah mereka harus berhitung untung rugi12. Saat ini
banyak masyarakat ketika mengetahui tembakau menghasilkan untung yang
banyak langsung ikut mengusahakan tembakau. Mereka menyewa tanah tanpa
memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dibandingkan hasil yang diperoleh
sehingga banyak terjadi kerugian. Pengusahaan tembakau dilakukan hanya
berdasarkan faktor untung-untungan. Perilaku kewirausahaan diperlukan petani
dalam mengelola sumber daya yang ada untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Kekalahan petani dan masyarakat pada umumnya disebabkan oleh
alam, teknologi, hegemoni konsumen, dan dirinya sendiri13. Umumnya petani dan
masyarakat tidak memiliki kewirausahaan dan kemampuan manajemen yang
memadai. Kewirausahaan harus dikembangkan sebagai modal agar petani dan
masyarakat mampu mandiri dan berhasil dalam usahanya.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka perumusan masalah pada penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh sifat individu (personality trait) dan faktor lingkungan
terhadap perilaku kewirausahaan petani?
2. Bagaimana pengaruh sifat individu (personality trait) dan faktor lingkungan
terhadap kinerja usahatani tembakau virginia?
3. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usahatani
tembakau virginia?

Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menentukan pengaruh sifat individu (personality trait) dan faktor lingkungan
terhadap perilaku kewirausahaan petani.
2. Menentukan pengaruh sifat individu (personality trait) dan faktor lingkungan
terhadap kinerja usahatani tembakau virginia.
3. Menentukan pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usahatani
tembakau virginia.
12

Pelatihan Kewirausahaan bagi Masyarakat di Wilayah Produksi Tembakau. 2010.
http://viprpoduction.com/2010/10/pelatihan-kewirausahaan-bagi-masyarakat.html. Diakses tanggal
28 Agustus 2013.
13
Jiwa Kewirausahaan Perlu Diasah. 2006.
http://www.suaramerdeka.com/harian/0607/14/kot28.htm. Diakses tanggal 28 Agustus 2013.

8

Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Peneliti, merupakan wadah untuk melatih kemampuan analisis penulis serta
pengaplikasian konsep-konsep ilmu yang diperoleh dengan melihat fenomena
praktis yang terjadi di lapangan.
2. Kalangan akademisi, sebagai bahan kajian atau acuan bagi penelitian
selanjutnya.
3. Instansi terkait, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
mengembangkan sikap kewirausahaan petani dalam rangka pengembangan
pertanian.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada petani di Bojonegoro dan Lamongan yang
menjalankan usaha budidaya tembakau. Penelitian ini hanya membahas analisis
pengaruh antar variabel sifat individu, faktor lingkungan, perilaku kewirausahaan,
dan kinerja usaha. Faktor lingkungan yang diteliti meliputi lingkungan ekonomi,
lingkungan sosial, lingkungan politik, dan lingkungan fisik. Penelitian ini tidak
mengukur besaran pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependen, namun hanya menentukan variabel mana yang berpengaruh dan urutan
besaran pengaruh variabelnya.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Usahatani Tembakau
Tembakau merupakan salah satu komoditas utama perdagangan di dunia
dengan produk utama daun tembakau dan rokok. Agribisnis tembakau menurun
sejak tahun 2000-an setelah mengalami peningkatan selama beberapa dekade yang
terlihat dari luas panen, produksi, serta konsumsi tembakau dan rokok. Hal ini
disebabkan oleh tekanan kelompok masyarakat yang peduli dengan kesehatan dan
lingkungan serta kebijakan pembatasan tembakau yang mengakibatkan pergeseran
produksi ke negara berkembang. Produksi tembakau turun lebih cepat
dibandingkan penurunan konsumsinya, sedangkan penawaran dan permintaan
tembakau tumbuh sejalan dengan pertumbuhan penduduk sehingga menyebabkan
kenaikan harga tembakau di dunia. Hal ini dapat menjadi peluang bagi negara
berkembang seperti Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
(Rachmat dan Nuryanti 2009).
Secara historis, komoditas tembakau telah menjadi komoditas komersial
dan mendapat perhatian yang besar sejak pemerintahan Hindia Belanda.
Kebijakan penanaman tembakau dilanjutkan pemerintah Indonesia melalui
Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dan perkebunan-perkebunan swasta di luar

9

Jawa. Saat ini usahatani tembakau diusahakan secara meluas oleh petani rakyat di
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hasil penelitian Saptana et al. (2003) menunjukkan
bahwa usahatani tembakau memberikan keuntungan yang relatif tinggi atau di
atas keuntungan normal walaupun pasar tembakau terdistorsi, terutama oleh
tingginya bea cukai. Usahatani tembakau asepan di desa contoh irigasi teknis dan
semi teknis serta tembakau rajangan di desa contoh irigasi sederhana di
Kabupaten Klaten memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukkan nilai
koefisien DRC