BENTUK KEKERASAN PADA FILM KARTUN DI TELEVISI ( ANALISIS ISI PADA SERIAL KARTUN DORAEMON )

(1)

i

BENTUK KEKERASAN PADA FILM KARTUN DI TELEVISI

( ANALISIS ISI PADA SERIAL KARTUN DORAEMON )

SKRIPSI

Di ajukan Oleh : Luthfi Ardhi 05220084 - Audio Visual

Ilmu Komunikasi

Dosen Pembimbing : Drs. Joko Susilo, S.Sos, M.Si Drs. Abdullah Masmuh, M.Si

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii

2011


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, puji syukur kepada ALLOH SWT, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua (Ebes dan Ummi), Saudara kandung dan keluarga besar Muhammadiyah, yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang telah diberikan baik berupa material maupun moril.

2. Bapak KH. Muhammad Ali Junaidi. Selaku wali, yang sudah memberikan dukungan material, doa dan moril.

3. Bapak Drs. Joko Susilo S.sos, M.Si dan Bapak Drs. Abdulah Masmuh M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya di dalam mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra.Frida Kusumastuti,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi dan Dosen Wali yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Alm. Bapak Prof. Dr. H. Hamidi dan keluarga. Selaku kerabat dan dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu untuk konsultasi.

6. Stefani Ardhi, Mas Ade Sekeluarga, Bontex, Mirza, Twomen, Putra, Ari Betawi Sekeluarga , sahabat – sahabat penulis selama kuliah dan telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi dan mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi.


(4)

iv 7. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini.

Akhir kata, penulis berharap ALLOH SWT berkenan membalas segala kebaikan saudara – saudara semua. Semoga skripsi ini juga membawa manfaat bagi rekan – rekan semua.

Malang, 21 Agustus 2011


(5)

(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAKSI ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2. Manfaat Praktis ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 9

2.1 Komunikasi Massa ... 9

2.2 Media Elektronik (Televisi) ... 11

2.3 Program Acara ... 16

2.4 Program Anak – anak ... 17

2.5 Film Kartun ... 18

2.6 Adegan Kekerasaan ... 21


(7)

vii

BAB III. METODE PENELITIAN ……….………. 25

3.1 Paradigma Penelitian ... 25

3.2 Metode Penelitian ... 29

3.3 Unit Analisis ... 31

3.4 Satuan Ukur ... 32

3.5 Kategori Kekerasan ... 32

BAB IV. GAMBARAN OBYEK PENELITIAN ………. 35

4.1 Film Kartun Serial Doraemon ... 35

4.2.1.Tokoh – Tokoh Utama Dalam Serial Doraemon ... 36

4.2.2.Tokoh – Tokoh Sampingan Dalam Serial Doraemon ... 40

4.2.3.Tokoh – Tokoh Keluarga Nobita ... 42

4.2 Peralatan Doraemon ... 43

4.3.1.Peralatan Yang Tetap ……….... 44

4.3.2.Peralatan Yang Jarang Di Pakai ……….... 45

4.3 Serial Yang Di Teliti .... ……… 47

4.4.1.Sinopsis Serangga Tujuh Bintik ……… 47

4.4.2.Sinopsis Sadel Rodeo ... 50

4.4.3.Sinopsis Sepatu Roda ... 52

4.4.4.Peralatan Tali Tambang Istimewa ... 53

BAB V. ANALISIS DAN INTERPRESTASI DATA ... 55

5.1.Representasi Kekerasaan .……….. 56

5.1.1.Representasi Kekerasan Verbal : Menghina / Mengejek.. 56

5.1.2.Representasi Kekerasan Verbal : Membentak ………….. 62


(8)

viii

5.1.4.Representasi Kekerasaan Verbal : Mengancam ………… 71

5.1.5.Representasi Kekerasaan Fisik : Menarik / menjambak ... 74

5.1.6.Representasi Kekerasaan Fisik : Memukul ……… 76

5.1.7.Representasi Kekerasaan Fisik:Mengambil Dengan Paksa. 79 5.1.8.Representasi Kekerasaan Fisik : Mendorong Hingga Jatuh. 81 BAB V. KESIMPULAN ... 83

6.1. Kesimpulan ... 83

6.2. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(9)

ix DAFTAR TABEL

5.1. : Representasi Kekerasan Verbal : Menghina / Mengejek ……… 56

5.2. : Frekuensi Representasi Kekerasaan Verbal : Menghina / Mengejek ... 57

5.3. : Representasi Kekerasan Verbal : Membentak ……… 62

5.4. : Frekuensi Representasi Kekerasaan Verbal : Membentak ... 62

5.5. : Representasi Kekerasan Verbal : Mengadu domba ……… 68

5.6. : Frekuensi Representasi Kekerasaan Verbal : Mengadu domba ... 69

5.7. : Representasi Kekerasan Verbal : Mengancam ……… 71

5.8. : Frekuensi Representasi Kekerasaan Verbal : Mengancam ... 72

5.9. : Representasi Kekerasan Fisik : Menarik / menjambak ……….. 74

5.10. : Frekuensi Representasi Kekerasaan Fisik: Menarik / menjambak …….. 74

5.11. : Representasi Kekerasan Fisik : Memukul ……… 76

5.12. : Frekuensi Representasi Kekerasaan Fisik: Memukul ……….. 77

5.13. : Representasi Kekerasan Fisik : Mengambil Dengan Paksa ………. 79

5.14. : Frekuensi Representasi Kekerasaan Fisik:Mengambil Dengan Paksa …. 79 5.15. : Representasi Kekerasan Fisik : Mendorong Hingga Jatuh ……… 81


(10)

x DAFTAR GAMBAR

5.1. : Jaian mengejek Nobita ……….. 58

5.2. : Suneo mengejek Nobita ……… 58

5.3. : Doraemon mengejek Nobita ………. 59

5.4. : Suneo menertawai Nobita ………. 60

5.5. : Jaian mengejek Nobita yang terjatuh dari kuda ……… 60

5.6. : Suneo menghina Nobita, didepan teman –temannya ……….. 61

5.7. : Jaian membentak Nobita ……….. 63

5.8. : Jaian yang marah karena jatuh dan malu ditertawai Nobita ……….. 64

5.9. : Jaian membentak –bentak didepan rumah Nobita ……… 64

5.10.: Jaian Membentak didepan wajah Nobita ……….. 65

5.11.:Jaian menemukan Nobita, dan Jaian membentak ………. 65

5.12.:Pak Guru sedang memarahi Jaian, Suneo, Shizuka karena bersepatu roda Di jalanan dan Jaian menabrak Pak Guru ……… 66

5.13. :Pak Guru sedang memarahi Nobita, Shizuka dan Doraemon yang sedang bermain sepatu roda di jalan ……… 66

5.14. :Doraemon membentak Nobita ……….. 67

5.15. : Jaian membentak Nobita ……….. 67

5.16. : Suneo mengadu-domba Jaian dan Nobita ………. 70

5.17. : Jaian mengancam Nobita, untuk mengumpulkan orang seratus lebih ….. 73

5.18. : Jaian menarik kerah baju Nobita ……….. 75

5.19. : Jaian menarik paksa Nobita ………. 76

5.20. : Jaian memukul wajah Nobita ……… 78

5.21. : Jaian Marah dan menyerangkan pukulan pada Nobita ………. 78

5.22. : Saat Nobita lengah, Doraemon mengambil paksa Sadel Rodeo nya …… 80


(11)

xi DAFTAR LAMPIRAN

1. Transkrip Percakapan ………. 89

- Serangga Tujuh Bintik ……….. 89

- Sadel Rodeo ……….. 94

- Sepatu Roda ……….. 102

- Peralatan Tali Tambang Istimewa ……… 106

2. Lembar Koding ……… 113

- Serangga Tujuh Bintik ……….. 113

- Sadel Rodeo ……….. 115

- Sepatu Roda ……….. 117


(12)

xii DAFTAR PUSTAKA

Bungin , Burhan. (2001). Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: PT. Kencana. D. Gunarsa, Singgih (1995). Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung

Mulia.

Efendy, Onong Uchjana. (2001). Ilmu Komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Fiske, Jhon. (2004). Cultural and communication studies. Yogyakarta: Jalasutra. Kekerasaan pada media. (20th edisi 7). (1993, Juni 3). Kompas.

htpp://www.kompas.com/kompas-cetak/0504/03/konsumen/1658011.htm Kekerasaan dalam serial kartun. (17th edisi 21). (2000, Agustus 5). Kompas.

htpp://www.kompas.com/kompas-cetak/0301/seri/jala18.htm. Kuswandi, Wawan. (1996). Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Media dan kekerasaan. (15th edisi 10). (2006, Juni 13).

htpp://kunci.or.id/teks/04repz.htm.

Moleong, Lexy.J.(2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurudin (2008). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajawali Pers. S. Susanto, Phil.Astrid (1982). Komunikasi Massa. Bandung: PT. Binacipta. (Seminar). Kekerasaan Terhadap Anak, Yogyakarta, 30 Oktober 2008.


(13)

xiii Wignjosoebroto, Soetandyo, Tindak kekerasaan terhadap perempuan: Adakah

Kondisi Sosial Budaya Kita Ikut Menyuburkannya? (Makalah). Dalam Seminar Masyarakat Menghadapi Tindak Kekerasan, Surabaya, 18 Oktober 1997.


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berjalannya waktu, berkembang pula segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini. Baik dalam hal pendidikan, kebudayaan, teknologi, politik, perdagangan maupun ilmu pengetahuan. Segala segi dan aspek kehidupan pun mau tak mau juga turut berkembang. Dalam hal pendidikan misalnya sekarang pendidikan tak terbatas dalam ruang kelas dan waktu, di jaman yang semakin berkembang pendidikan bisa didapatkan dimana saja, melalui internet, home schooling maupun kuliah jarak jauh yang tidak mengharuskan murid untuk datang ke sekolah setiap hari seperti dulu. Dalam hal kebudayaan, semakin banyak para generasi muda yang semakin mencintai keanekaragaman budaya negeri sehingga turut dalam melestarikannya semakin tinggi pula rasa nasionalismenya. Dalam bidang perdagangan, sekarang dunia telah memasuki era ACFTA (Asean China Free Trade Agreement) atau era pasar global dimana persaingan akan semakin ketat. Perkembangan yang sangat pesat dan kelihatan mencolok adalah dalam bidang tehnologi. Kita dapat melihat sendiri bagaimana pesatnya perkembangan teknologi tersebut. Dari hal yang paling sederhana televisi misalnya mengalami perkembangan yang signifikan. Zaman dahulu televisi hanya berwarna hitam putih dengan slot – slot acara yang sederhana. Sedangkan saat ini televisi lebih berwarna dengan berbagai macam kelebihannya serta acara – acara yang lebih menarik. Belum lagi perkembangan computer serta fasilitas yang dinamakan internet. Beragam informasi dapat dengan mudah kita dapatkan melalui internet.

Tetapi apakah perkembangan tersebut semuanya membawa dampak yang positif? Tentu saja tidak. Banyak juga dampak negatif hasil perkembangan dunia. Contohnya, dengan adanya


(15)

2 home schooling membentuk muridnya individu dan tidak bersosialisasi. Kebudayaan pun tidak kalah. Banyaknya kebudayaan barat yang sangat tidak cocok dengan kebudayaan negeri sendiri yang sangat disayangkan banyak diikuti oleh generasi muda. Tak banyak generasi muda yang masih kuat mempertahankan kebudayaan timur yang dianut oleh negeri ini. Akibatnya, ideologi dan kebudayaan negeri sendiri sedikit - sedikit mulai luntur. Sangat disayangkan. Tak jauh beda dengan dampak era pasar global yang semakin lama semakin mencekik para wirausaha kecil di Indonesia. Satu per satu mereka gulung tikar karena tak mampu mengikuti arus perdagangan. Padahal, potensinya tak perlu diragukan lagi. Bagaimana dengan perkembangan dunia teknologi? Apakah juga turut andil dalam menyumbangkan dampak negative untuk negeri ini? Tentu saja. Dengan adanya internet yang tak terbatas semua orang dapat mengaksesnya. Banyak orang yang tidak bertanggung jawab yang menyalah gunakan. Banyak anak – anak usia dini yang mengakses hal – hal yang tidak seharusnya mereka lihat melalui internet, pornografi contohnya. Hal – hal semacam itu yang dapat merusak moral generasi penerus bangsa.

Perkembangan – perkembangan yang menyebabkan persaingan – persaingan tersebut tidak hanya terjadi antar negara tetapi juga dalam negeri. Contohnya yang paling sederhana dan paling gampang adalah televisi. Saat ini, setiap rumah pasti mempunyai televisi dan setiap hari setidaknya sekurang – kurangnya orang menonton televisi minimal lima jam. Bisa dibayangkan seberapa besar pengaruh televisi dalam kehidupan manusia. Tak heran bila saat ini banyak stasiun televisi (TV) baru yang mulai muncul dengan berbagai acara – acara yang menarik. Baik stasiun lokal maupun nasional berlomba – lomba menyuguhkan acara – acara yang menarik bagi pemirsanya.

Dari acara infotainment, sinetron, berita, musik, film anak - anak, mistis sampai acara olahraga. Ada satu slot acara televisi yang menarik untuk disoroti, yaitu tentang film anak –


(16)

3 anak. Film anak – anak ini biasanya dikemas dalam bentuk film kartun. Sesuai dengan karakter anak – anak yang sangat menyukai gambar dan warna yang lucu. Pada awalnya film kartun memang dibuat sebagai sarana hiburan untuk anak – anak. Namun dalam perkembangannya tidak sedikit orang dewasa yang mulai menyukai film kartun. Sehingga membuat para industri film mulai memperluas ruang gerak film kartun baik dari segi tema cerita maupun gambarnya dengan tujuan memperluas segmentasi penontonnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, film kartun yang harusnya berisi pendidikan untuk anak – anak sekarang sedikit demi sedikit mulai bergeser. Tidak sedikit film kartun yang mengandung unsur yang sangat tidak mendidik. Banyak adegan – adegan atau dialog yang mengandung penggambaran kekerasan verbal dan fisik, seks, mistis, dan kontoversi nilai moral.

Padahal, saat ini film kartun mendominasi slot – slot acara untuk anak – anak. Film – film tersebut sangat tidak layak ditonton oleh anak-anak karena dapat mempengaruhi perkembangan mental maupun moral anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Entah pihak mana yang wajib bertanggung jawab atas hal tersebut. Apakah persaingan yang menyebabkan stasiun televisi asal menayangkan acara tanpa menyortir terlebih dahulu. Ataukah para industri film yang membuat acara tersebut? Yang pasti para pemirsa yang harus lebih jeli. Banyak film kartun yang mengandung nasihat yang tersembunyi atau implisit. Karakter baik bisa jadi jahat dan sebaliknya karakter jahat bisa menjadi baik. penggambaran nilai dan moral yang impilisit itu membuat para penonton kartun harus lebih berhati – hati.

Banyaknya adegan atau perilaku yang menunjukkan bentuk kekerasan maupun kata – kata yang menunjukkan bentuk kekerasan. Bahkan untuk program – program anak – anak sebagai contoh : jika kita memperhatikan dalam film kartun / film anak – anak yang bertemakan kepahlawanan misalnya, pemecahan masalah tokohnya cenderung dilakukan dengan cepat dan


(17)

4 mudah melalui tindakan kekerasan. Begitu pula kelicikan dan kejahatan lainnya perlu dilawan melalui cara – cara yang sama. Ada pun kata – kata kasar yang keluar dari film tersebut yang sering diikuti olehpara kaum remaja, karena muncul dalam benakkaum remaja bahwa kata – kata tersebut dapat membuat mereka gaul. Adegan kekerasan, kejahatan, konsumtif, termasuk perilaku seksual di layar televisi.

Salah satu kartun yang paling digemari adalah ”Doraemon”. Serial kartun Doraemon berdurasi kurang lebih 30 menit, yang ditayangkan setiap hari minggu oleh RCTI bukan semata

– mata untuk hiburan, melainkan juga dapat memberikan pendidikan secara langsung maupun tidak, melalui tokoh – tokoh yang terdapat dalam cerita atau dari isi cerita film itu sendiri.

Sebagai serial televisi anak – anak, serial Doraemon yang sedikit banyak mengandung tema keluarga dan pendidikan ini tentunya tak luput dari beberapa adegan kekerasan (baik secara langsung maupun tidak langsung) didalamnya. Gambaran kekerasan yang disajikan dalam serial Doraemon inilah, yang menimbulkan kecemasan dan perhatian penelitian ini. Hal ini dikarenakan bila gambaran kekerasan baik yang berbentuk verbal maupun non verbal yang berlebihan jumlahnya dalam satu serial televisi yang diperuntukkan untuk anak – anak, hal itu dikhawatirkan akan mempengaruhi dalam perkembangan sikap dan perilaku mereka nantinya. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui tentang gambaran kekerasan yang terkonstruksi dalam serial kartun Doraemon.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :


(18)

5 1.3. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui representasi / bentuk kekerasan apa yang paling sering ditampilkan oleh serial kartun Doraemon.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat menambah kajian ilmu komunikasi, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan studi analisis isi serial televisi anak – anak. Dalam kajian media massa, tayangan televisi mampu menciptakan suatu gambaran yang disajikan baik itu berupa pesan – pesan yang bersifat positif maupun negatif yang terkonstruksi melalui isi cerita serial televisi Doraemon. Sehingga hal tersebut membuat peneliti merasa penting untuk mengetahui gambaran kekerasan yang terkonstruksi dalam serial televisi Doraemon.

1.4.2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi produsen media sebagai wacana untuk menyeleksi tayangan yang akan ditampilkan dalam upaya meminimalisir pengaruh negatif televisi bagi khalayak.. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi orang tua untuk lebih bijaksana dalam


(19)

6 memilihkan tontonan serial kartun bagi anak – anaknya. Sehingga anak mengetahui mana yang pantas ditiru mana yang tidak boleh ditiru.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah empat serial kartun Doraemon, yakni :

1. Serangga Tujuh Bintik 2. Sadel Rodeo

3. Sepatu Roda

4. Peralatan Tali Tambang Istimewa

( Alasan memilih empat judul diatas, karena empat judul tersebut rata – rata mempunyai durasi film yang sama dan termasuk episode terbaru )


(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berjalannya waktu, berkembang pula segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini. Baik dalam hal pendidikan, kebudayaan, teknologi, politik, perdagangan maupun ilmu pengetahuan. Segala segi dan aspek kehidupan pun mau tak mau juga turut berkembang. Dalam hal pendidikan misalnya sekarang pendidikan tak terbatas dalam ruang kelas dan waktu, di jaman yang semakin berkembang pendidikan bisa didapatkan dimana saja, melalui internet, home schooling maupun kuliah jarak jauh yang tidak mengharuskan murid untuk datang ke sekolah setiap hari seperti dulu. Dalam hal kebudayaan, semakin banyak para generasi muda yang semakin mencintai keanekaragaman budaya negeri sehingga turut dalam melestarikannya semakin tinggi pula rasa nasionalismenya. Dalam bidang perdagangan, sekarang dunia telah memasuki era ACFTA (Asean China Free Trade Agreement) atau era pasar global dimana persaingan akan semakin ketat. Perkembangan yang sangat pesat dan kelihatan mencolok adalah dalam bidang tehnologi. Kita dapat melihat sendiri bagaimana pesatnya perkembangan teknologi tersebut. Dari hal yang paling sederhana televisi misalnya mengalami perkembangan yang signifikan. Zaman dahulu televisi hanya berwarna hitam putih dengan slot – slot acara yang sederhana. Sedangkan saat ini televisi lebih berwarna dengan berbagai macam kelebihannya serta acara – acara yang lebih menarik. Belum lagi perkembangan computer serta fasilitas yang dinamakan internet. Beragam informasi dapat dengan mudah kita dapatkan melalui internet.

Tetapi apakah perkembangan tersebut semuanya membawa dampak yang positif? Tentu saja tidak. Banyak juga dampak negatif hasil perkembangan dunia. Contohnya, dengan adanya


(2)

2 home schooling membentuk muridnya individu dan tidak bersosialisasi. Kebudayaan pun tidak kalah. Banyaknya kebudayaan barat yang sangat tidak cocok dengan kebudayaan negeri sendiri yang sangat disayangkan banyak diikuti oleh generasi muda. Tak banyak generasi muda yang masih kuat mempertahankan kebudayaan timur yang dianut oleh negeri ini. Akibatnya, ideologi dan kebudayaan negeri sendiri sedikit - sedikit mulai luntur. Sangat disayangkan. Tak jauh beda dengan dampak era pasar global yang semakin lama semakin mencekik para wirausaha kecil di Indonesia. Satu per satu mereka gulung tikar karena tak mampu mengikuti arus perdagangan. Padahal, potensinya tak perlu diragukan lagi. Bagaimana dengan perkembangan dunia teknologi? Apakah juga turut andil dalam menyumbangkan dampak negative untuk negeri ini? Tentu saja. Dengan adanya internet yang tak terbatas semua orang dapat mengaksesnya. Banyak orang yang tidak bertanggung jawab yang menyalah gunakan. Banyak anak – anak usia dini yang mengakses hal – hal yang tidak seharusnya mereka lihat melalui internet, pornografi contohnya. Hal – hal semacam itu yang dapat merusak moral generasi penerus bangsa.

Perkembangan – perkembangan yang menyebabkan persaingan – persaingan tersebut tidak hanya terjadi antar negara tetapi juga dalam negeri. Contohnya yang paling sederhana dan paling gampang adalah televisi. Saat ini, setiap rumah pasti mempunyai televisi dan setiap hari setidaknya sekurang – kurangnya orang menonton televisi minimal lima jam. Bisa dibayangkan seberapa besar pengaruh televisi dalam kehidupan manusia. Tak heran bila saat ini banyak stasiun televisi (TV) baru yang mulai muncul dengan berbagai acara – acara yang menarik. Baik stasiun lokal maupun nasional berlomba – lomba menyuguhkan acara – acara yang menarik bagi pemirsanya.

Dari acara infotainment, sinetron, berita, musik, film anak - anak, mistis sampai acara olahraga. Ada satu slot acara televisi yang menarik untuk disoroti, yaitu tentang film anak –


(3)

3 anak. Film anak – anak ini biasanya dikemas dalam bentuk film kartun. Sesuai dengan karakter anak – anak yang sangat menyukai gambar dan warna yang lucu. Pada awalnya film kartun memang dibuat sebagai sarana hiburan untuk anak – anak. Namun dalam perkembangannya tidak sedikit orang dewasa yang mulai menyukai film kartun. Sehingga membuat para industri film mulai memperluas ruang gerak film kartun baik dari segi tema cerita maupun gambarnya dengan tujuan memperluas segmentasi penontonnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, film kartun yang harusnya berisi pendidikan untuk anak – anak sekarang sedikit demi sedikit mulai bergeser. Tidak sedikit film kartun yang mengandung unsur yang sangat tidak mendidik. Banyak adegan – adegan atau dialog yang mengandung penggambaran kekerasan verbal dan fisik, seks, mistis, dan kontoversi nilai moral.

Padahal, saat ini film kartun mendominasi slot – slot acara untuk anak – anak. Film – film tersebut sangat tidak layak ditonton oleh anak-anak karena dapat mempengaruhi perkembangan mental maupun moral anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Entah pihak mana yang wajib bertanggung jawab atas hal tersebut. Apakah persaingan yang menyebabkan stasiun televisi asal menayangkan acara tanpa menyortir terlebih dahulu. Ataukah para industri film yang membuat acara tersebut? Yang pasti para pemirsa yang harus lebih jeli. Banyak film kartun yang mengandung nasihat yang tersembunyi atau implisit. Karakter baik bisa jadi jahat dan sebaliknya karakter jahat bisa menjadi baik. penggambaran nilai dan moral yang impilisit itu membuat para penonton kartun harus lebih berhati – hati.

Banyaknya adegan atau perilaku yang menunjukkan bentuk kekerasan maupun kata – kata yang menunjukkan bentuk kekerasan. Bahkan untuk program – program anak – anak sebagai contoh : jika kita memperhatikan dalam film kartun / film anak – anak yang bertemakan kepahlawanan misalnya, pemecahan masalah tokohnya cenderung dilakukan dengan cepat dan


(4)

4 mudah melalui tindakan kekerasan. Begitu pula kelicikan dan kejahatan lainnya perlu dilawan melalui cara – cara yang sama. Ada pun kata – kata kasar yang keluar dari film tersebut yang sering diikuti olehpara kaum remaja, karena muncul dalam benakkaum remaja bahwa kata – kata tersebut dapat membuat mereka gaul. Adegan kekerasan, kejahatan, konsumtif, termasuk perilaku seksual di layar televisi.

Salah satu kartun yang paling digemari adalah ”Doraemon”. Serial kartun Doraemon berdurasi kurang lebih 30 menit, yang ditayangkan setiap hari minggu oleh RCTI bukan semata

– mata untuk hiburan, melainkan juga dapat memberikan pendidikan secara langsung maupun tidak, melalui tokoh – tokoh yang terdapat dalam cerita atau dari isi cerita film itu sendiri.

Sebagai serial televisi anak – anak, serial Doraemon yang sedikit banyak mengandung tema keluarga dan pendidikan ini tentunya tak luput dari beberapa adegan kekerasan (baik secara langsung maupun tidak langsung) didalamnya. Gambaran kekerasan yang disajikan dalam serial Doraemon inilah, yang menimbulkan kecemasan dan perhatian penelitian ini. Hal ini dikarenakan bila gambaran kekerasan baik yang berbentuk verbal maupun non verbal yang berlebihan jumlahnya dalam satu serial televisi yang diperuntukkan untuk anak – anak, hal itu dikhawatirkan akan mempengaruhi dalam perkembangan sikap dan perilaku mereka nantinya. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui tentang gambaran kekerasan yang terkonstruksi dalam serial kartun Doraemon.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :


(5)

5 1.3. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui representasi / bentuk kekerasan apa yang paling sering ditampilkan oleh serial kartun Doraemon.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat menambah kajian ilmu komunikasi, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan studi analisis isi serial televisi anak – anak. Dalam kajian media massa, tayangan televisi mampu menciptakan suatu gambaran yang disajikan baik itu berupa pesan – pesan yang bersifat positif maupun negatif yang terkonstruksi melalui isi cerita serial televisi Doraemon. Sehingga hal tersebut membuat peneliti merasa penting untuk mengetahui gambaran kekerasan yang terkonstruksi dalam serial televisi Doraemon.

1.4.2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi produsen media sebagai wacana untuk menyeleksi tayangan yang akan ditampilkan dalam upaya meminimalisir pengaruh negatif televisi bagi khalayak.. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi orang tua untuk lebih bijaksana dalam


(6)

6 memilihkan tontonan serial kartun bagi anak – anaknya. Sehingga anak mengetahui mana yang pantas ditiru mana yang tidak boleh ditiru.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah empat serial kartun Doraemon, yakni :

1. Serangga Tujuh Bintik 2. Sadel Rodeo

3. Sepatu Roda

4. Peralatan Tali Tambang Istimewa

( Alasan memilih empat judul diatas, karena empat judul tersebut rata – rata mempunyai durasi film yang sama dan termasuk episode terbaru )


Dokumen yang terkait

Pornomedia Pada Film Kartun (Analisis Isi Pornomedia pada Tayangan Film Kartun di ANTV dan Global TV ).

6 102 148

MUATAN KEKERASAN DALAM FILM KARTUN(Analisis Isi pada Film Kartun "Tom & Jerry" Seri 4 Karya Hanna Barbera)

1 5 3

Frekuensi Kemunculan Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun (Studi Analisis Isi pada Serial Kartun Naruto Karya Masashi Kishimoto)

0 4 2

MUATAN PROSOSIAL DALAM FILM KARTUN ( Analisis Isi Pada Film Kartun “Tom and Jerry Meet Sherlock Holmes” )

2 17 51

BUDAYA MASYARAKAT JEPANG DALAM FILM KARTUN DORAEMON(Analisis Semiotik Komunikasi Non Verbal pada Film Doraemon Versi“Pemandian Umum”)

0 11 2

ANALISIS ISI KEKERASAN DALAM FILM KARTUN NARUTO

0 2 235

KEKERASAN DALAM PROGRAM ANAK (Analisis Isi Kuantitatif Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Spongebob Kekerasan Dalam Program Anak (Analisis Isi Kuantitatif Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Spongebob Squarepants).

0 1 16

PENDAHULUAN Kekerasan Dalam Program Anak (Analisis Isi Kuantitatif Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Spongebob Squarepants).

1 3 33

KEKERASAN DALAM PROGRAM ANAK (Analisis Isi Kuantitatif Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Spongebob Kekerasan Dalam Program Anak (Analisis Isi Kuantitatif Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Spongebob Squarepants).

0 2 17

KEKERASAN DALAM SERIAL TELEVISI (Studi Analisis Isi Tentang Adegan Kekerasan Dalam Serial Televisi Animasi Kekerasan dalam Serial Televisi (Studi Analisis Isi Tentang Adegan Kekerasan Dalam Serial Televisi Animasi Jepang Naruto Shippunden Yang Ditayangka

0 0 13