Pornomedia Pada Film Kartun (Analisis Isi Pornomedia pada Tayangan Film Kartun di ANTV dan Global TV ).

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

PORNOMEDIA PADA FILM KARTUN

(Analisis Isi Pornomedia pada Tayangan Film Kartun di ANTV dan Global TV )

Disusun oleh:

ELISABETH

040904069

Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Medan


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : ELISABETH SIANTURI

NIM : 040904069 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : PORNOMEDIA PADA FILM KARTUN

(Analisis Isi Pornomedia pada Tayangan Film Kartun di ANTV dan Global TV )

Medan, 18 Desember 2010

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Komunikasi

Dr. Iskandar Zulkarnain, Msi Drs. Amir Purba, MA

NIP: 131 882 279 NIP:195 102 191 987 011001

Dekan FISIP USU

Prof.Dr. Badaruddin Rangkuti, Msi NIP: 196 805 251 992 031 002


(3)

ABSTRAKSI

Salah satu media massa yang sangat besar pengaruhnya terhadap masyarakat adalah media televisi. Karena televisi mempunyai kelebihan dalam hal visualisasi dan hampir di tiap-tiap rumah tangga mempunyai televisi karena dianggap sebagai sarana yang murah, menghibur setiap anggota keluarga dengan program-program acaranya. Namun dengan semakin bertambahnya jumlah stasiun televisi swasta membuat para pemilik modal memutar otak untuk mendapatkan perhatian

masyarakat serta mengeruk keuntungan, sehingga peran utama televisi sebagai media yang

mendidik, menghibur dan memberikan informasi mulai melenceng. Demi rating, iklan dan menarik perhatian masyarakat, para pemilik stasiun televisi melakukan segala cara hingga menyuguhkan tayangan-tayangan dengan unsur yang menimbulkan rangsangan seksualitas dalam program acaranya.

ANTV dan Global TV dipilih karena kedua stasiun televisi swasta ini kontiniu

menayangkan program-program yang ditujukan kepada anak-anak. Seperti tayangan film-film kartun Star Kids di ANTV dan juga film-film kartun Nickelodeon di Global TV. Dan kedua stasiun televisi ini juga mempunyai jam tayang yang tinggi untuk program anak-anak dibandingkan 8 stasiun swasta yang lain.

Untuk menganalisis secara lebih mendalam tentang tayangan pornomedia ini digunakan metode analisis isi. Tujuan utama dari penelitian dengan teknik analisis isi adalah mendeskripsikan karakteristik pesan yang ada dalam ranah publik. Dalam analisis isi, yang menjadi penelitian adalah pesan (message), maka memungkinkan peneliti untuk memilih objek kajian yang luas. Kategorisasi pornomedia dibagi menjadi pornografi, pornosuara, pornoaksi dan akan dianalisis secara lebih mendalam mengenai pelaku, korban, waktu, tempat dan hubungan antara korban dengan pelaku pornomedia.

Hasil penelitian, menyatakan kedua stasiun televisi swasta yang intens menayangkan program tayangan untuk anak-anak ini masih menayangkan adegan yang berunsur pornomedia. Dan yang cukup mengagetkan bahwa persentase unsur pornomedia khususnya pornoaksi untuk kedua stasiun televisi swasta ini cukup besar dibandingkan bentuk pornomedia yang lainnya. Film kartun Nickelodeon di Global TV menayangkan 295 item adegan pornomedia yang terdiri dari 68 item (23,05%) adegan pornografi, 2 item (0,68%) adegan pornosuara dan sebanyak 225 item (76,27%) untuk adegan pornoaksi. Sedangkan pelaku pornomedia di Global TV didominasi oleh laki-laki remaja sebanyak 142 item (48,13%) dan untuk korban pornomedia didominasi oleh kumpulan laki-laki dan perempuan (massa) sebanyak 75 item (52,82%).

Sedangkan film kartun Star Kids di ANTV menayangkan 119 item adegan pornomedia yang terdiri dari 3 item (2,52%) adegan pornografi, 3 item (2,52%) adegan pornosuara dan 113 item (94,9 %) untuk adegan pornoaksi. Sementara untuk pelaku pornomedia pada ANTV didominasi oleh perempuan dewasa sebanyak 75 item (63,02%) dan untuk korban pornomedia didominasi oleh kumpulan laki-laki dan perempuan sebanyak 36 item (43,91%). Dari sini tampak bahwa adegan pornomedia yang ditampilkan pada tayangan film kartun tidak lagi pornografi melainkan sudah menjadi pornoaksi dan Global TV dan ANTV sama-sama menggunakan waktu siang hari untuk menggambarkan pornomedia tersebut.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur hanya kepada Allah Bapa atas segala anugerah, kebaikan dan pemeliharaan yang sempurna yang terus peneliti rasakan selama hidup terkhusus dalam proses pengerjaan skripsi ini. Dialah sumber harapan dan kekuatan dalam hidup peneliti.

Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan dari jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Merupakan suatu proses yang panjang sampai akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. Dalam proses itu peneliti menyadari bahwa dalam proses pengerjaan skripsi ini ada banyak orang-orang yang terus mendukung dan memberikan

semangat, untuk itu peneliti ingin mengucapkan rasa terimakasih yang terdalam kepada kedua orangtua tercinta : Bapak M.Sianturi dan Ibu ‘Mamak’ D.Nainggolan, untuk segala cinta kasih, doa dan dukungan dana yang diberikan terhadap peneliti. Juga kepada Bou Tiurma dan Bou Dame yang terus mendukung dan mengingatkan peneliti dalam pengerjaan skripsi ini. Dan kepada kakak dan adik peneliti : kak Golda, kak Yenni, Liber, dan Maruli, terimakasih untuk semua doa, dukungan semangat, dan canda tawa yang kalian berikan.

Peneliti juga ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Prof. Dr. Badaruddin Rangkuti, M.Si selaku Dekan FISIP USU.

2. Drs. Amir Purba, Msi selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Dr. Iskandar Zulkarnain, Msi selaku Dosen Pembimbing. Terimakasih atas pengertian, perhatian, waktu dan ilmu yang dibagikan melalui bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf administrasi Departemen Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan pendidikan, pelajaran dan bimbingan serta membantu administrasi hingga peneliti menyelesaikan perkuliahan.

5. Drs. T. Nuralamsyah selaku Dosen Wali.

6. Bapak H. Abdul Harris Nasution, SH, M.Kn selaku Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sumatera Utara.

7. Bapak Teguh Pribadi, selaku karyawan Komisi Penyiaran Indonesia di Jakarta, yang berkenan membantu peneliti untuk merekam seluruh tayangan kartun pada kedua stasiun televisi Global TV dan ANTV.

8. Sahabat-sahabat alumni SMA di Kediri Jawa Timur yang jauh dimata tapi dekat dihati. Mas Andy ‘Khentes’ (Tarakan-Kalimantan), Indri ‘nduk’ (Malang-Jatim),


(5)

Carissa (Pontianak-Kalimantan), Tantri (NTT), Diyan (Surabaya-Jatim), Lucky Pardede (Kediri-Jatim) dan Catur (Kediri-Jatim). Terima kasih buat dukungan semangatnya baik doa, kepercayaan dan canda tawa yang kita alami meskipun melalui media telephone seluler.

9. Keluarga kecil di KK ‘The Prayer Of Yabes’ (kak Ju, Rita, Meir dan Chrisna), trimakasih buat doa, kebersamaan, yang pernah kita lalui bersama, meskipun kita berpisah saat ini tapi suatu saat kita pasti akan dipertemukan kembali. Untuk adik-adik KTB ‘Euodia Benaya’ (Ayu, Fna, Gusti, Hana, Jojo, Ncy dan Tiwi) terimakasih buat doa, motivasi, semangatnya dan satu hal biarlah Tuhan yang bekerja atas hidup kita. Untuk adik-adik di KK Samaria MMG (Dodi, Nata, dan Nandes) tetap berjuang dan bertumbuh di dalam kasih Nya. Buat bang Abednego Ketaren S.Sos,M.Si dan kak Duma terimakasih karena telah menerima diriku apa adanya, buat Juni Simarmata sahabat doa serta teman untuk berbagi cerita, juga untuk semua komponen pelayanan UKM KMK UP PEMA FISIP USU yaitu para PKK, AKK, dan Pengurus yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terimakasih untuk dukungan doanya, dan dukungan semangat yang kalian berikan.

10.Teman – teman satu angkatan yang terus menerus mendukung peneliti dalam doa dan sharing yang memotivasi, Meiyanti Tampubolon (Siantar) yang juga sebagai rechecker dalam penelitian ini, Nova Hutabarat ( Aek Kanopan), Julika Siregar (Riau-Pekanbaru), Debby Simarmata (Samosir), Betty Lumbangaol (Medan), tetap berjuang dalam Tuhan Yesus saudaraku.

11.Teman-teman SMP yang sampai saat ini tak putus-putusnya memberikan semangat, meskipun kita berbeda suku dan agama tapi persahabatan dan dukungan kalian tak pernah padam selama kurang lebih 12 tahun ini. Buat Juliani, Rimna Barus, Nelly Siboro, dan Oktaviani Armina, terimakasih buat segala dukungannya dan jangan pernah lupakan ritual kita yaitu kumpul di rumah Juli pada Hari Raya Idul Fitri hari pertama.

12.Teman – teman pelayanan di Gereja HKBP Tj.Sari di Medan Permai, terimakasih buat pembentukan karakter dan tetaplah melayani Sang Pemilik Kehidupan ini dengan kasih.


(6)

13.Terkhusus untuk seseorang yang mempunyai tempat dihati peneliti, yang juga adalah sebagai motivator utama yang mendukung peneliti dan sebagai sosok Bapak dalam pembentukan karakter peneliti yakni Alm. Drs.Sinar Sianturi, Msoc Sc (Amang Uda), terimakasih buat semua dukungan moril dan materil yang pernah uda berikan kepada peneliti, buat keluarga yang ditinggalkan oleh beliau, biarlah kita tetap berpengharapan hanya kepada Dia.

14.Semua Keluarga besar peneliti, dan orang-orang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun sangat berarti dalam kehidupan peneliti. Terimakasih untuk semuanya, Tuhan Yesus memberkati.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini ada banyak keterbatasan, kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan peneliti sehingga masih terdapat kekurangan dan kesalahan, karena itu untuk kesempurnaan penelitian ini, peneliti menerima saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhirnya penelit i berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Desember 2010 Peneliti


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ……….. 1

I.2. Perumusan Masalah ……….. 7

I.3. Pembatasan Masalah ………. 7

I.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ……….. 7

I.4.1. Tujuan Penelitian ……… 7

I.4.2. Manfaat Penelitian ………. 8

I.5. Kerangka Konsep ………. 8

I.5.1. Komunikasi Massa ………. 9

I.5.2. Televisi ……… 10

I.5.3. Film Kartun ……… 12

I.5.4. Pornomedia ……… 13

I.5.5. Analisis Isi ………. 16

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Beberapa Aspek Komunikasi Massa……….. 22

II.1.1. Komunikasi Massa ……… 22

II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa ……….. 25

II.1.3. Proses Komunikasi Massa ………. 27

II.1.4. Fungsi Komunikasi Massa ……… 31

II.2. Televisi Sebagai Media Massa ……… 35

II.2.1. Munculnya Teknologi Televisi ………. 35

II.2.2. Sejarah Televisi Dan Khalayaknya……… 36

II.2.3. Karakteristik Televisi ……… 40

II.3. Film Kartun ……….. 42

II.4. Pornomedia ……… 45

II.4.1. Media Massa Dan Pornomedia ………. 45

II.5. Berbagai Perspektif Tentang Analisis Isi ………. 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Dan Teknik Penelitian ………. 52

III.1.1. Metode Penelitian ……… 52

III.1.2. Teknik Pengumpulan Data ……….. 56

III.2. Metode Pengukuran ……… 57

III.2.1. Kerangka Konsep ………. 57

III.2.2. Operasional Konsep ………. 60

III.2.3. Definisi Operasional Konsep ……….. 61

III.2.4. Penentuan Kategorisasi ……… 63

III.3. Obyek Penelitian ……… 69

III.4. Deskripsi Program Acara Pornomedia………. 69


(8)

III.5.1. Teknik Analisis Data……… 74

III.5.2. Unit Analisis Data ………. 75

III.6. Tahap Pengumpulan Data ……….. 75

III.7. Rencana Dan Metode Analisis Data ………. 76

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gambaran Umum Perusahaan ANTV ……… 78

IV.1.1. Sejarah ANTV ……… 78

IV.1.2. Visi Dan Misi ANTV……… 79

IV.1.3. Filosofi Logo ANTV………. 79

IV.1.4. Organisasi ANTV……….. 81

IV.1.5. Program ANTV………. 82

IV.1.6. Stasiun Pemancar ………. 82

IV.1.7. SDM……….. 83

IV.1.8. Serial Film Hiburan Anak-anak ……… 83

IV.2. Gambaran Umum Perusahan Global TV……… 84

IV.2.1. Sejarah Global TV ……… 84

IV.2.2. Logo Global TV ……….. 85

IV.2.3. Penyiar Berita ……… 86

IV.2.4.Stasiun Pemancar ……….. 86

IV.2.5. Acara Utama Global TV ……… 87

IV.2.6. Organisasi Global TV……….. 88

IV.3. Proses Pengumpulan Data ……… 89

IV.4. Tingkat Realibilitas ………. 90

IV.5. Analisis Tabel Tunggal………. 94

IV.5.1. Kategori Pornomedia Di Global TV……… .. 94

IV.5.2. Kategori Pornomedia Di ANTV ………. 99

IV.5.3. Pelaku Pornomedia……… 103

IV.5.4. Korban Pornomedia ………. 104

IV.5.5. Tempat Penggambaran Pornomedia ………… 106

IV.5.6. Waktu Terjadinya Pornomedia ……… 108

IV.5.7. Hubungan Pelaku-Korban ……….. 109

IV.6. Analisis Tabel Silang ……….. 110

IV.6.1. Analisis Tabel Silang Global TV………. 110

IV.6.2. Analisis Tabel Silang ANTV ……… 114

IV.6.3. Pembahasan hasil kedua Rechecker ……….. 117

IV.7. Anak-anak Dan Pornomedia……….. 151

IV.8. Posisi Anak-anak Dalam Media ……… 155

IV.8.1. Subyek Televisi ……….. 155

IV.8.2. Obyek Televisi ………. 156

IV.9. Anak-anak Dalam Film Kartun Di Indonesia …………. 156

IV.10. Kelemahan Penelitian ………. 159

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan ………. 161

V.2. Saran ……… 168

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Formula Laswel ……… 29

Tabel 2 Operasional Konsep Penelitian ………. 60

Tabel 3 Definisi Operasional Konsep ………. 62

Tabel 4 Rincian Visual ………. 66

Tabel 5 Program Acara Film Kartun ANTV……….. 73

Tabel 6 Program Acara Film Kartun Global TV ……… 74

Tabel 7 Adegan Nickelodeon Global TV yang Diteliti …………. 91

Tabel 8 Adegan Star Kids ANTV yang Diteliti……… … 92

Tabel 9 Bentuk Pornografi di Global TV ……….. 95

Tabel 10 Bentuk Pornosuara di Global TV ……….. 96

Tabel 11 Bentuk Pornoaksi di Global TV ……… 97

Tabel 12 Bentuk Pornografi di ANTV ……….. 100

Tabel 13 Bentuk Pornosuara di ANTV ………. 101

Tabel 14 Bentuk Pornoaksi di ANTV ……… 102

Tabel 15 Pelaku Pornomedia ………... 104

Tabel 16 Korban Pornomedia ……… 106

Tabel 17 Penggambaran Pornomedia ………. 108

Tabel 18 Waktu Terjadi Pornomedia ……….. 109

Tabel 19 Analisis Tabel Silang Pornomedia&Pelaku di Global TV…. 112 Tabel 20 Analisis Tabel Silang Pornomedia & Hubungan di ANTV.. 115


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

ABSTRAKSI

Salah satu media massa yang sangat besar pengaruhnya terhadap masyarakat adalah media televisi. Karena televisi mempunyai kelebihan dalam hal visualisasi dan hampir di tiap-tiap rumah tangga mempunyai televisi karena dianggap sebagai sarana yang murah, menghibur setiap anggota keluarga dengan program-program acaranya. Namun dengan semakin bertambahnya jumlah stasiun televisi swasta membuat para pemilik modal memutar otak untuk mendapatkan perhatian

masyarakat serta mengeruk keuntungan, sehingga peran utama televisi sebagai media yang

mendidik, menghibur dan memberikan informasi mulai melenceng. Demi rating, iklan dan menarik perhatian masyarakat, para pemilik stasiun televisi melakukan segala cara hingga menyuguhkan tayangan-tayangan dengan unsur yang menimbulkan rangsangan seksualitas dalam program acaranya.

ANTV dan Global TV dipilih karena kedua stasiun televisi swasta ini kontiniu

menayangkan program-program yang ditujukan kepada anak-anak. Seperti tayangan film-film kartun Star Kids di ANTV dan juga film-film kartun Nickelodeon di Global TV. Dan kedua stasiun televisi ini juga mempunyai jam tayang yang tinggi untuk program anak-anak dibandingkan 8 stasiun swasta yang lain.

Untuk menganalisis secara lebih mendalam tentang tayangan pornomedia ini digunakan metode analisis isi. Tujuan utama dari penelitian dengan teknik analisis isi adalah mendeskripsikan karakteristik pesan yang ada dalam ranah publik. Dalam analisis isi, yang menjadi penelitian adalah pesan (message), maka memungkinkan peneliti untuk memilih objek kajian yang luas. Kategorisasi pornomedia dibagi menjadi pornografi, pornosuara, pornoaksi dan akan dianalisis secara lebih mendalam mengenai pelaku, korban, waktu, tempat dan hubungan antara korban dengan pelaku pornomedia.

Hasil penelitian, menyatakan kedua stasiun televisi swasta yang intens menayangkan program tayangan untuk anak-anak ini masih menayangkan adegan yang berunsur pornomedia. Dan yang cukup mengagetkan bahwa persentase unsur pornomedia khususnya pornoaksi untuk kedua stasiun televisi swasta ini cukup besar dibandingkan bentuk pornomedia yang lainnya. Film kartun Nickelodeon di Global TV menayangkan 295 item adegan pornomedia yang terdiri dari 68 item (23,05%) adegan pornografi, 2 item (0,68%) adegan pornosuara dan sebanyak 225 item (76,27%) untuk adegan pornoaksi. Sedangkan pelaku pornomedia di Global TV didominasi oleh laki-laki remaja sebanyak 142 item (48,13%) dan untuk korban pornomedia didominasi oleh kumpulan laki-laki dan perempuan (massa) sebanyak 75 item (52,82%).

Sedangkan film kartun Star Kids di ANTV menayangkan 119 item adegan pornomedia yang terdiri dari 3 item (2,52%) adegan pornografi, 3 item (2,52%) adegan pornosuara dan 113 item (94,9 %) untuk adegan pornoaksi. Sementara untuk pelaku pornomedia pada ANTV didominasi oleh perempuan dewasa sebanyak 75 item (63,02%) dan untuk korban pornomedia didominasi oleh kumpulan laki-laki dan perempuan sebanyak 36 item (43,91%). Dari sini tampak bahwa adegan pornomedia yang ditampilkan pada tayangan film kartun tidak lagi pornografi melainkan sudah menjadi pornoaksi dan Global TV dan ANTV sama-sama menggunakan waktu siang hari untuk menggambarkan pornomedia tersebut.


(12)

PORNOMEDIA PADA FILM KARTUN

(Analisis Isi Pornomedia pada Tayangan Film Kartun di ANTV dan Global TV )

1.1. Latar Belakang

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas menghadirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian masih menunjukkan bahwa media tersebut adalah media yang menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Pengaruh acara televisi sampai saat ini masih terbilang cukup kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audiovisual televisi telah menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Terlepas dari pengaruh positif atau pengaruh negatif, pada intinya media televisi telah menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat.

Dalam dunia televisi, gambar mempunyai arti dan pengaruh lebih besar dibandingkan dengan kata-kata karena gambar dapat bercerita sendiri apa yang sedang terjadi. Kekuatan gambar di televisi mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia, kelompok masyarakat bahkan anak-anak.

Masing-masing tayangan televisi mempunyai karakteristik tersendiri yang memberikan kekuatan dan daya tarik pada siaran televisi tersebut. Tayangan televisi yang identik dengan sinetron lokal, penayangan informasi, sinetron remaja dan reality show dapat kita temukan pada RCTI, SCTV, dan Indosiar. Tayangan televisi yang lekat dengan musik baik dangdut bahkan musik pop dapat kita jumpai pada stasiun MNC TV (dulu TPI) dan Global TV. Trans TV dan Trans 7 lebih sering menayangkan berita soft news, dan tidak ketinggalan TV One serta Metro TV yang adalah news television menyajikan berita-berita


(13)

aktual dalam dan luar negeri, DAAI TV lebih mengangkat program acara yang berorientasi pada masyarakat Tionghoa. Dan penayangan program khusus buat anak-anak seperti tayangan film kartun pada ANTV dengan program Star Kids, Global TV dengan acara Nickelodeon dan juga televisi Space Toon. Untuk stasiun televisi skala nasional, ANTV dan Global TV merupakan dua stasiun televisi swasta yang intens menyajikan program tayangan khusus untuk anak-anak. Stasiun televisi ANTV sebelum bergabung dengan STAR group berorientasi pada segmen remaja 13-25 tahun, namun sekarang ANTV berorientasi menjadi televisi keluarga dan salah satu program untuk keluarga adalah adanya program Star Kids khusus untuk anak-anak. Sedangkan Global TV yang dimiliki oleh Media Nusantara Citra mempunyai pembagian waktu 8 jam untuk Global TV, 8 jam untuk untuk anak-anak).

Program-program yang ditawarkan setiap stasiun televisi kini beragam dan banyak macamnya. Misalnya saja, untuk para ibu rumah tangga yang lebih memilih tayangan masak-memasak daripada tayangan olahraga, anak-anak lebih cenderung menonton acara kartun dibandingkan acara berita. Tuntutan masyarakat semakin besar terhadap program-program televisi dan hal ini jugalah yang memicu para pemilik stasiun televisi memeras otak agar para pemirsanya tetap setia terhadap stasiun televisinya. Misalnya saja Metro TV yang lebih cenderung berorientasi pada tayangan hard news dan soft news, kini sudah menayangkan acara kuliner seperti Cooking Adventure With William Wongso. Dan juga hampir ditiap stasiun televisi swasta mempunyai tayangan kuliner yang dikemas dengan cara yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa stasiun televisi swasta ini mulai bersaing untuk menjadi favorit masyarakat sekaligus menghasilkan keuntungan dari segi materi.

Tak ayal lagi bahwa televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi masyarakat Indonesia. Jenis media ini, sebagai media audiovisual, tidak membebani banyak syarat bagi masyarakat untuk menikmatinya. Perkembangan media televisi jauh melampaui media-media


(14)

massa lain, seperti media cetak koran, majalah, apalagi buku-buku. Dari segi harga, meski tidak selalu bisa dikatakan lebih murah untuk sebagian masyarakat Indonesia, keinginan untuk memiliki televisi jauh lebih tinggi daripada keinginan membeli buku bacaan. Ini terlihat bahwa hampir ditiap-tiap rumah pasti memiliki sebuah televisi.

Disamping kelebihan televisi yang menawarkan program acara berbentuk audio-visual terdapat juga kelemahannya. Hal ini dapat kita lihat bahwa kelemahan televisi terletak pada tangan pemirsanya. Ketika pemirsa sudah bosan dengan tayangan pada salah satu televisi swasta, maka orang tersebut akan mengganti channel televisi. Hal inilah yang menuntut para praktisi televisi mulai memutar otak agar pemirsanya tidak pernah mengganti channel dari program acara televisinya dan berpindah ke stasiun televisi yang lain. Dan tidak itu saja, para praktisi televisi juga harus memikirkan untuk memperoleh laba dari tiap-tiap program televisi yang ditayangkannya. Ini juga yang menciptakan persaingan antar stasiun televisi swasta.

Kesamaan karakter ini pada akhirnya membuat persaingan televisi berlangsung dengan intensitas yang sangat tinggi karena berebut pangsa pasar yang tidak jauh berbeda. Prasyarat-prasyarat etis dan kreatif, dalam kompetisi ini, bisa tersingkirkan. Yang terasa kemudian, terlihat pula pada penyeragaman acaranya. Sudah bukan rahasia umum lagi, antarstasiun menjadi pengekor program yang dirasa sedang menyedot perhatian pemirsa. Jika satu stasiun televisi sukses dengan sinetron berjenis komedi etnik maka stasiun televisi lain tanpa sungkan akan mengikutinya. Demikian pula, jika sebuah stasiun sukses dengan acara

reality show-nya maka program acara yang sama akan dikembangkan oleh stasiun televisi

yang lainnya. Seperti acara pencarian artis-artis baru yang dimulai dengan pencarian bakat penyanyi remaja yang menjadikan ibundanya sebagai manager, maka begitu acara tersebut sukses, stasiun televisi yang lain pun mengikutinya.

Para praktisi televisi pada akhirnya terjebak dalam keyakinannya sendiri, yakni tidak ada penonton setia pada satu stasiun televisi. Masing-masing stasiun televisi berlomba-lomba


(15)

untuk membuat program acara yang sedang tren. Penyeragaman program membawa implikasi lebih jauh, yakni munculnya pola penayangan yang mengeksploitasi apa saja yang sedang menjadi mode, tren, atau kesukaan masyarakat. Karena hal itu dipercaya sebagai satu-satunya cara untuk merebut perhatian penonton. Rebutan penonton, yang ditengarai dengan peneraan rating, akan menjadi nilai penting bagi mereka, untuk mendapatkan iklan dari para sponsor. Karena iklan merupakan bagian terpenting bagi kehidupan sebuah stasiun televisi. Semakin tinggi rating televisi maka tak dapat dipungkiri kalau para sponsor iklan akan berlomba untuk memasang iklan di stasiun televisi tersebut.

Stasiun televisi berlomba untuk memanjakan hasrat dan selera penonton sedemikian rupa dan habis-habisan. Sementara , ukuran-ukuran untuk tumbuhnya sebuah tayangan yang berkualitas, memiliki kedalaman, serta mempunyai dimensi eksplorasi kebudayaan perlahan terabaikan. Belum lagi dimasukkannya unsur-unsur pornografi dan pornoaksi dalam tayangan televisi yang beralasan sebagai suatu apresiasi sebuah seni. Tak bisa dipungkiri lagi kalau setiap stasiun televisi swasta menyediakan tayangan-tayangan untuk semua umur, misalnya tayangan olahraga sepakbola yang identik dengan kaum adam, juga tayangan kartun yang banyak dikonsumsi oleh anak-anak dan tayangan-tayangan yang lain. Dan yang paling banyak dikhawatirkan oleh masyarakat sekarang ini adalah bahwa tayangan-tayangan televisi ini dapat mempengaruhi dan merangsang perkembangan jiwa anak. Seperti tayangan kartun yang sering dikonsumsi oleh anak-anak ini yang memiliki unsur kekerasan dan pornomedia didalamnya. Hal ini akan merangsang perkembangan jiwa anak dan pada gilirannya akan menciptakan generasi bangsa yang rusak.

Besarnya rasa ingin tahu pada diri anak-anak karena pengetahuannya masih sedikit membuat segala isi informasi yang serasi dengan keinginan-keinginan akan dilahap begitu saja tanpa banyak berpikir. Apalagi media membentuk citra dan gambaran dunia kita seperti yang disajikan media massa. Meskipun masyarakat dapat merespon sebuah agenda yang dibuat oleh


(16)

media massa, namun kenyataanya media massa mampu mengkonstruksi lebih banyak khalayak untuk percaya terhadap berita atau tayangan yang disiarkan oleh media.

Persoalannya adalah ketika kemampuan media ini digunakan untuk mengkonstruksikan pornomedia, maka sudah dapat dibayangkan bahwa kekuatan konstruksi media massa akan mampu membangun sebuah kesadaran palsu bahwa pornografi dan pornoaksi adalah sebuah kebenaran. Ketika masyarakat telah percaya bahwa pornomedia mengandung kebenaran, sebenarnya media tinggal memoles pornografi dan pornoaksi tersebut menjadi lebih indah, memiliki taste dan lebih berkesan. Sehingga yang muncul adalah seni bukan pornografi dan pornoaksi. Apalagi objek dari pornografi dan pornoaksi dalam film kartun ini adalah anak-anak usia belasan tahun yang tingkat pengetahuan dan pengalamannya akan kehidupan masih minim dibandingkan kita. Salah satu contoh pornografi dalam film kartun adalah film kartun Sinchan yang selalu melirik bahkan melakukan pelecehan terhadap wanita dewasa melalui omongan dan juga tindakan (bersiul untuk memanggil seorang wanita, meminta untuk dicium, memegang tubuh wanita dengan unsur ketidak sengajaan). Kemungkinan hal ini akan ditiru oleh anak-anak karena tingkat pengetahuan mereka masih minim, jadi anak-anak tersebut menganggap bahwa apa yang mereka saksikan di film kartun tersebut adalah sebuah kebenaran yang terjadi dalam masyarakat. Apalagi tokoh yang melakukannya adalah seorang anak-anak yang umurnya hampir sama dengan mereka. Oleh karena itu, sepatutnya orangtua yang mempunyai anak-anak dibawah usia belasan tahun dan gemar menonton tayangan televisi seperti film kartun mengawasi dan memantau seluruh tayangan yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. Karena anak-anak ini belum mengetahui dampak tayangan pornografi dan pornoaksi dalam film kartun bagi kehidupan mereka kelak. Pengetahuan dan usia mereka yang masih belia memungkinkan anak-anak untuk menyerap segala hal yang menurut mereka menarik perhatian dan yang menurut mereka adalah sesuatu yang baru dan yang belum pernah dijumpai sebelumnya.


(17)

Seringnya anak-anak ini menyaksikan film-film kartun yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi maka mereka akan menganggap bahwa pornografi tersebut merupakan hal yang biasa terjadi dalam kehidupan, dan sudah dianggap sebagai suatu hal yang mutlak dan yang mempunyai kebenaran.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merasa tertarik untuk menganalisis pornomedia yang terdapat pada film-film kartun yang disiarkan oleh ANTV dengan program acara Star Kids dan Global TV dengan program acara Nickelodeon.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah pornomedia ditampilkan dalam program siaran film kartun di stasiun televisi swasta ANTV dan Global TV ?”

1.3. PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas.

a. Penelitian ini dilakukan pada tayangan film kartun di ANTV (Star Kids) dan Global TV (Nickelodeon) yang disiarkan pada tanggal 27 Februari 2009-06 Maret 2009 .

b. Penelitian ini terbatas mengamati bentuk pornomedia dalam tayangan film kartun di stasiun televisi ANTV dan Global TV.


(18)

1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pornomedia dalam tayangan film kartun di ANTV dan Global TV.

b. Untuk mengetahui bagaimana makna tersirat (waktu pornomedia ditayangkan, jenis kelamin tokoh kartun yang melakukan pornomedia, dan lain-lain) dalam tayangan film kartun di ANTV dan Global TV.

c. Untuk mengetahui persentase tayangan film kartun yang mengandung pornomedia (pornografi, pornoteks, pornosuara, dan pornoaksi).

d. Untuk mengetahui tokoh/pelaku serta korban pornomedia pada film kartun.

1.4.2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian dan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai tayangan televisi. b. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya

Depatemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bahan penelitian serta sumber bacaan.

c. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada para produser televisi agar lebih memperhatikan program-program acara televisinya agar lebih mendidik dan bukan menimbulkan kecemasan bagi masyarakat.

1.5. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi,1995:40). Bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat adalah suatu kiasan yang kita umpamakan apabila


(19)

suatu penelitian berjalan tanpa suatu pemikiran rasional. Setiap penelitian harus memiliki landasan dalam berpikir untuk menggambarkan dari sudut pandang mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti.

Konsep-konsep yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah Konsep Komunikasi Massa, Televisi, Film Kartun, Pornomedia, serta Analisis Isi, berikut penjelasannya:

1.5.1. Komunikasi Massa

Marshall Mcluhan mengatakan bahwa kita sebenarnya hidup dalam suatu ‘desa gobal’. Pernyataan Mcluhan ini mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Kehadiran media secara serempak di berbagai tempat telah menghadirkan tantangan baru bagi para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Pentingnya komunikasi massa dalam kehidupan manusia modern saat ini, terutama dengan kemampuannya untuk menciptakan publik, menentukan issue, memberikan kesamaan kerangka pikir, dan menyusun perhatian publik, pada gilirannya telah mengundang berbagai sumbangan teoritis terhadap kajian tentang komunikasi massa.

Pengertian komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto & Komala,2004 : 3) adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Sekalipun komunikasi disampaikan kepada khalayak banyak seperti rapat akbar dilapangan luas, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.


(20)

Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas. Dan media komunikasi yang masuk ke dalam komunikasi massa adalah radio, film dan televisi yang digolongkan sebagai media elektronik, dan surat kabar serta majalah yang digolongkan sebagai media cetak.

1.5.2. Televisi

Televisi adalah salah satu media komunikasi massa yang paling banyak diminati masyarakat, hal ini terlihat dalam rumah-rumah masyarakat. Televisi pada saat ini telah menjadi salah satu prasyarat yang ‘harus’ berada di tengah-tengah mereka. Sebuah rumah baru dikatakan lengkap, jika ada pesawat televisi didalamnya. Hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kota yang relatif kaya, melainkan telah merambah ke pelosok-pelosok desa, di rumah-rumah hunian liar, di pinggir-pinggir sungai kota, ataupun dibawah jembatan layang.

Pendek kata, media televisi telah menjadi bagian dari kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Sedangkan media radio berubah menjadi media yang lebih personal atau pribadi serta spesifik.

Televisi memang mempunyai daya tarik yang kuat, dan hal ini sudah tidak asing lagi. Jikalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound

effect, maka televisi memiliki unsur visual berupa gambar selain ketiga unsur yang dimiliki


(21)

penonton dan meninggalkan kesan yang mendalam. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film di bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman, juga menyiarkan program-program acara yang menarik selain film.

Televisi memang berbeda dengan film, namun film tanpa televisi bisa kita katakan tidak akan berkembang dan dikenal oleh masyarakat. Pada segi visualnya atau lebih tepatnya kita katakan segi optisnya terdapat sifat-sifat yang dimiliki film. Film adalah gambar yang bergerak (moving picture). Demikian pula pada televisi. Bedanya, jika gambar-gambar yang bergerak pada film itu berlangsung secara mekanis, pada televisi berlangsung secara elektronis. Yang dimaksudkan dengan mekanik adalah, bahwa film yang tampak oleh penonton-penonton di gedung bioskop itu adalah berbentuk gambar-gambar yang terbuat dari seluloid yang transparant dalam jumlah yang banyak yang apabila digerakkan melalui cahaya yang kuat, akan tampak pada layar sperti gambar yang hidup. Berbeda dengan televisi. Gambar-gambar yang hidup yang tampak pada layar pesawat televisi tidak berasal dari bahan yang mempunyai wujud. Sebuah objek yang terkena sasaran lensa kamera diubah menjadi getaran ini tertangkap oleh antena pesawat televisi, dalam pesawat ini akan mengalami perubahan kembali menjadi gambar-gambar yang hidup yang segalanya sama dengan objek yang kena sasaran kamera tadi.

Inilah yang membuat televisi menjadi primadona dalam media komunikasi massa, karena dapat dimiliki oleh masyarakat, program acaranya dapat disaksikan kapan saja, dengan nyaman dan tanpa mengeluarkan biaya yang mahal untuk membeli karcis nonton film seperti dibioskop, karena televisi seperti film bioskop yang berada di rumah . Hal ini pula yang mendorong praktisi film bekerja sama dengan televisi. Para praktisi film ini memutar otak untuk menemukan celah dalam program acara televisi. Dan hal ini berhasil, bak dua sisi mata uang, program televisi tidak akan pernah lengkap tanpa ada film yang menjadi salah satu program acaranya. Begitu pula dengan film-film tidak akan pernah dikenal bahkan ditonton oleh masyarakat kalau tidak dijadikan sebagai salah satu program tayangan di televisi. Apalagi


(22)

seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan informasi serta hiburan yang mereka inginkan dari sebuah televisi.

1.5.3. Film Kartun

Kenyataan bahwa siaran-siaran televisi membutuhkan film menimbulkan minat pada pengusaha-pengusaha produksi film untuk membuat film khusus bagi keperluan siaran televisi. Dan seiring meningkatnya permintaan masyarakat, praktisi perfilman pun bekerjasama dengan televisi dan menampilkan film-film dalam program acaranya, mulai dari film cerita (story film), film berita (newsreel), film documenter (documentary film) hingga film kartun (cartoon film) yang banyak digemari oleh anak-anak.

Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah menimbulkan gagasan pada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis. Dan lukisan-lukisan itu bisa menimbulkan hal yang lucu dan menarik, karena dapat ‘disuruh’ memegang peranan apa saja, yang tidak mungkin diperankan oleh manusia. Si tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara tiba-tiba, dan lain-lain. Inilah yang membuat anak-anak lebih memilih film kartun dibandingkan jenis film yang lain. Karena film kartun menawarkan hiburan serta hal-hal yang ajaib yang tidak pernah disaksikan oleh anak-anak dalam kehidupan nyata. Bukan hanya anak-anak saja yang tertarik dengan film kartun, orang dewasa pun tertarik dengan film kartun. Hal inilah yang juga memicu pihak media untuk melirik pangsa pasar film kartun bagi kalangan orang dewasa, sehingga timbullah persaingan antar stasiun televisi swasta dalam menayangkan film kartun. Pihak media pun tidak ingin kehilangan pemirsa setia-nya, sehingga praktisi media mulai memasukkan unsur pornomedia kedalam film-film kartun tersebut.


(23)

1.5.4. Pornomedia

Media massa adalah sarana komunikasi dan informasi yang berperan untuk melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses masyarakat secara massal pula. Informasi massal adalah informasi yang ditujukan untuk masyarakat secara menyeluruh dan bukan hanya pribadi tertentu saja.

Berdasarkan fungsi-fungsi media massa yang ada, maka dapat dikatakan pula bahwa media massa memiliki peran di dalam menciptakan apa yang disebut dengan daya tarik seks (sex appeal). Mengenai hal ini dapat diasumsikan bahwa fungsi media massa sebagai salah satu sarana pembangkit gairah seks adalah fungsi yang paling dapat menjelaskan mengapa media massa dipandang berperan di dalam menciptakan segala sesuatu yang berkaitan dengan seks, pornografi dan juga pornoaksi.

Perdebatan tentang pornografi dan erotika, muncul ke permukaan, tidak hanya karena nilai-nilai seksual, akan tetapi kadang perdebatan muncul hanya untuk menentukan makna sebenarnya dari kata porno itu sendiri. Perdebatan-perdebatan latent-manifest tentang pornografi selalu dijumpai dimana saja. Hal tersebut antara lain disebabkan karena subyektivitas obyek dan subyek pelaku selalu dipertentangkan. Sehingga akhirnya akan merekonstruksi nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada subyektivitas masing-masing.

Karya-karya seni visual seperti karya lukis, patung, relief maupun arca dan semacamnya, walaupun mengekspose seks secara berlebihan serta bermakna melecehkan, selalu dapat diterima oleh masyarakat sebagai seni itu sendiri. Dan yang paling banyak mendapat kritik adalah karya seks visual melalui film dan fotografi. Walaupun karya-karya film dan fotografi hanya mengulang apa yang pernah dilakukan oleh pelukis dan pemahat dalam mengeksploitasi seks, akan tetapi hal ini tetap dipandang oleh mayoritas masyarakat sebagai karya yang sarat dengan pesan-pesan porno.


(24)

Perbedaan perilaku masyarakat terhadap seks seperti dalam karya seni diatas, mungkin terletak pada obyek seks yang diperdebatkan itu sendiri. Semakin dekat perilaku itu pada makna seks yang sebenarnya maka hal itu semakin mendapat reaksi masyarakat. Pada perilaku verbal, seks yang diperbincangkan jauh dari objek seks itu sendiri secara visual. Namun perilaku seks visual selalu menghadirkan obyek-obyek seks dalam bentuk-bentuk yang sebenarnya. Dan juga karena sifat visual yang lebih ‘berkesan’ daripada verbal, maka visualisasi seksual ini lebih banyak dipandang sebagai pornografi. Film dan fotografi, umpamanya selalu menyuguhkan obyek-obyek manusia sebagai sasaran langsung dalam karya-karya seni yang berhubungan dengan seks dan hal ini dipandang sebagai pornografi.

Pornografi (dari bahasa Yunani ‘pornographia’-secara harafiah tulisan tentang atau gambar tentang pelacur; kadang kala juga disingkat menjadi ‘porn’, ‘pron’, atau ‘porno’) adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia dengan tujuan membangkitkan rangsangan seksual. Pornografi dapat menggunakan berbagai media-teks tertulis maupun lisan, foto-foto, ukiran, gambar, gambar bergerak (animasi), dan suara seperti misalnya suara orang yang bernafas tersengal-sengal. Film porno menggabungkan gambar yang bergerak, teks erotik yang diucapkan dan/atau suara-suara erotik lainnya, sementara majalah seringkali menggabungkan foto dengan teks tertulis. Novel dan cerita pendek menyajikan teks tertulis, kadang-kadang dengan ilustrasi. Akhirnya, berita dan gambar erotika serta film-film tersebut kadang menjadi rubrik-rubrik dan tontonan tetap di media massa cetak, televisi, atau gedung-gedung bioskop pada umumnya. Bahkan tidak jarang, media massa tertentu menyuguhkan gambar-gambar tetap wanita dalam sajian sensual dan erotik, untuk menggaet lebih banyak keuntungan pasar. Bahkan tayangan untuk anak-anak pun sudah diselipkan beberapa adegan pornografi, baik yang dilakukan oleh tokoh film kartun yang masih anak-anak maupun tokoh kartun orang dewasa.


(25)

Dalam wacana porno, ada beberapa variasi pemahaman porno yang dikonseptualisasikan (Bungin, 2003: 154-155), yaitu :

a. Pornografi

Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Bentuknya berupa foto, poster, lieflet, gambar video, film dan gambar VCD.

b. Pornoteks

Pornoteks adalah karya pencabulan yang ditulis sebagai naskah cerita atau berita dalam berbagai versi hubungan seksual, berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita, testimonial, atau pengalaman pribadi secara vulgar. Bentuknya dapat berupa cerita porno dalam novel dan buku-buku komik.

c. Pornosuara

Pornosuara adalah suara, tuturan dan kalimat-kalimat yang diucapkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan secara halus atau vulgar melakukan rayuan seksual, suara atau tuturan tentang objek seksual atau aktivitas seksual. Bentuknya bisa berupa kata-kata rayuan, desahan yang ada dalam film atau tayangan komedi berbau porno.

d. Pornoaksi

Pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan alat vital yang tidak disengaja atau sengaja, dimana dapat membangkitkan nafsu seksual bagi yang melihatnya. Misalnya, goyangan dangdut yang seronok, penari

streaptise.

Dari beberapa variasi porno di atas, maka yang dimaksudkan dengan pornomedia adalah segala wacana porno yang ditampilkan oleh media massa, baik itu berupa pornografi, pornosuara, pornoteks, dan pornoaksi (Bungin, 2005: 154).


(26)

Dalam penelitian ini Peneliti mengambil salah satu media massa yaitu televisi. Berkaitan dengan kemampuan televisi yang berbasis audio visual, maka wacana porno yang dapat ditampilkan di telivisi adalah pornografi, pornosuara, dan pornoaksi. Jadi yang dimaksud dengan tayangan pornomedia televisi adalah bentuk wacana porno (pornografi, pornosuara, dan pornoaksi) yang disajikan di televisi.

1.5.5. Analisis Isi

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang mempelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Metode analisis isi adalah metode yang digunakan untuk meriset atau menganalisis isi komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif (Kriyantono,2006:61-62). Sistematik berarti bahwa segala proses analisis harus tersusun melalui proses yang sistematik, mulai dari penentuan isi komunikasi yang dianalisis, cara menganalisisnya, maupun kategori yang dipakai untuk menganalisis. Objektif berarti periset harus mengesampingkan faktor-faktor yang bersifat subjektif, sehingga hasil analisis benar-benar objektif dan bila dilakukan riset lagi oleh orang lain, maka hasilnya relatif sama. Analisis isi kuantitatif lebih memfokuskan pada isi komunikasi yang tampak (tersurat/manifest/nyata).

Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut :

1. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).


(27)

2. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.

3. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik. Menurut Wimmer dan Dominick (2000:136-138) setidaknya ada 5 kegunaan analisis isi :

1. Menggambarkan isi komunikasi

Mengungkapkan kecendrungan yang ada pada isi komunikasi baik melalui cetak maupun elektronik.

2. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan

Sejumlah peneliti analisis isi berusaha menghubungkan karakteristik tertentu dari komunikator dengan karakteristik pesan yang dihasilkan.

3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata

Melakukan pengujian terhadap apa yang ada di dalam dengan situasi aktual yang ada di dunia nyata.

4. Memperkirakan gambaran kelompok tertentu di masyarakat

Seperti memfokuskan penelitian dan mengungkapkan gambaran media mengenai kelompok minoritas tertentu persoalan diskriminasi, prasangka dan lainnya.

5. Mendukung studi efek media massa.

Analisis data pada riset kuantitatif berbeda dengan riset kualitatif. Karena pada data riset kuantitatif datanya berbentuk angka-angka, maka analisis datanya berupa penghitungan melalui uji statistik. Sedangkan data pada riset kualitatif tidak menggunakan uji statistik karena datanya berupa data kualitatif yaitu kata-kata atau kalimat-kalimat, gambar-gambar dan bukan angka-angka. Jenis statistik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif


(28)

yaitu untuk menggambarkan peristiwa, perilaku atau objek tertentu lainnya.

Dalam penelitian ini digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif, dimana peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau subdimensi dari objek yang diteliti yaitu pornomedia. Hasilnya adalah sebuah kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran pornomedia dengan memakai unit analisis tematik, referens, dan unit sintaksis (Kriyantono, 2006:233). Unit tematik berupa satuan berita, perhitungannya berdasarkan tema peristiwa yang ditayangkan. Sedangkan unit referens adalah rangkaian kata atau kalimat yang menunjukkan sesuatu yang mempunyai arti sesuai kategori dan unit sintaksis adalah berupa kata atau simbol, penghitungannya adalah frekuensi kata atau simbol itu misalnya berapa kata yang mengandung porno dalam sebuah tayangan, berapa kali muncul adegan pornomedia dalam tayangan televisi, dan lainnya.

1.6. METODE PENELITIAN 1.6.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah analisis isi dengan mengunakan statistik deskriptif. Dimana metode ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya.

Penelitian desktiptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Selain itu, metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatat dalam buku observasinya (Rakhmat,2004:4)


(29)

1.6.2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tayangan film kartun di ANTV (Star Kids), dan Global TV (Nickeleodeon).

1.6.3. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah seluruh film kartun yang ada di ANTV program acara Star Kids dan Global TV dengan program acara Nickledeon, yang tayang pada tanggal 27 Februari 2009-06 Maret 2009.

1.6.4. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Pengamatan pribadi, yaitu dimana peneliti mengamati siaran film

kartun di ANTV dan Global TV pada tanggal 27 Februari 2009-06 Maret 2009.

b) Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang

dilakukan dengan menghimpun data dari buku-buku serta bacaan yang relevan serta mendukung penelitian.

1.6.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi dengan menggunakan statistik deskriptif. Pengolahan data statistik pada dasarnya adalah proses pemberian kode (identitas) terhadap data penelitian melalui angka-angka. Dimana sebelumnya data tersebut belum berarti apa-apa. Statistik deskriptif digunakan dengan upaya menggambarkan gejala atau fenomena dari satu variabel yang diteliti tanpa berupaya menjelaskan hubungan yang ada. Dalam penelitian ini, gejala atau fenomena yang akan diteliti adalah bentuk-bentuk pornomedia pada tayangan film kartun di ANTV (Star Kids) dan Global TV (Nickelodeon).


(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam

menjalani hidup, dan ketika manusia mulai membutuhkan orang lain maka manusia pun mulai berkomunikasi dengan harapan agar orang tersebut memahami, mengerti serta memberikan reaksi terhadap pesan yang dikomunikasikannya. Inilah yang membuat komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia dan seiring berjalannya waktu, manusia tidak harus bertatap muka terlebih dahulu agar dapat berkomunikasi. Kini telah hadir suatu media yang cepat dan praktis untuk menyampaikan pesan kepada khalayak ramai tanpa mengurangi isi dari pesan tersebut dan yang sering dikenal dengan istilah komunikasi massa. Berikut ini pembahasan mengenai konsep-konsep yang kita dapati dalam komunikasi massa serta media yang dipergunakan dalam penyebaran isi pesan yang ingin dikomunikasikan kepada khalayak ramai.

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1995 : 40). Bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat adalah suatu kiasan yang kita umpamakan apabila suatu penelitian berjalan tanpa suatu pemikiran rasional. Setiap penelitian harus memiliki landasan dalam berpikir untuk menggambarkan dari sudut pandang mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti.

Konsep-konsep yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah Konsep

Komunikasi Massa, Televisi, Film Kartun, Pornomedia, serta Analisis Isi, berikut penjelasannya:


(31)

II.1.1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka. Sejak diketemukannya media cetak, langkah aktivitas komunikasi mulai menanjak cepat. Apalagi dengan penemuan telegraph, semua itu menjadi kenyataan. Walaupun bukan sebagai media massa komunikasi, peralatan ini menjadi elemen penting bagi akumulasi teknologi yang akhirnya akan mengarahkan masyarakat memasuki era media massa elektronik. Sehingga muncullah era dunia motion picture yang sering kita sebut sebagai film-film bioskop dan televisi. Pada permulaan abad ke-20, film-film-film-film bioskop dan televisi menjadi bentuk hiburan keluarga. Hal ini diikuti dengan pengembangan radio rumah tangga pada tahun 1920-an dan pada tahun 1940-an diikuti dengan pengembangan televisi rumah tangga. Hal ini menunjukkan peralihan kemampuan manusia dalam berkomunikasi yang ditunjukkan dengan ‘revolusi’ komunikasi yang sedang terjadi sepanjang keberadaan manusia. Dan juga pertumbuhan media massa telah terjadi dengan sangat luar biasa akhir-akhir ini yang ditunjukkan dengan penayangan peristiwa-peristiwa besar didunia melalui media massa.

Perlu kita ketahui bahwa komunikasi massa mempunyai titik tekan dan bahasan tersendiri. Misalnya Wilbur Schramm (1958) dalam bukunya Introduction of Mass

Communication Research seperti yang dikutip oleh Nurudin dalam bukunya Komunikasi

Massa menunjukkan, beberapa penelitian yang dilakukan pada tahun1920-an dan 1930-an

memusatkan perhatiannya pada analisis sejarah surat kabar dan majalah atau deskripsi interprestasi pesan media. Bahkan dalam jurnal ilmiah tertua komunikasi Journalism Quaterly dikemukakan bahwa wilayah kajian jurnalistik dan komuniksi massa bisa ditekankan pada sejarah, hukum dan analisis isi media.

Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Dalam hal ini kata ‘massa’ lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan


(32)

dengan media massa. Dengan kata lain, ‘massa’ menunjuk pada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. Menurut Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986), sesuatu bisa didefininisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup :

a) Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan-pesan itu disebarkan melalui media modern antara lain surat kabar, majalah, televisi, dan lain-lain.

b) Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang saling tidak kenal atau mengetahui satu sama lain.

c) Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik.

d) Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Jadi komunikatornya tidak berasal dari seseorang tapi lembaga yang biasanya berorientasi pada keuntungan bukan organisasi sukarela atau nirlaba.

e) Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi), artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.

f) Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda yang artinya umpan balik dari pesan yang kita sampaikan tidak langsung terlihat.

Sedangkan menurut Josep A Devito mengartikan komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya dan komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau yang visual. Hal ini dipertegas lagi oleh Alexis Tan yang menyatakan bahwa komunikator dalam komunikasi


(33)

massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah orang banyak yang terpisah. Dengan kata lain, komunikator dalam komunikasi massa adalah media massa (surat kabar, majalah atau penerbit buku, stasiun atau jaringan televisi).

Marshall Mcluhan mengatakan bahwa kita sebenarnya hidup dalam suatu ‘desa gobal’. Pernyataan Mcluhan ini mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Kehadiran media secara serempak di berbagai tempat telah menghadirkan tantangan baru bagi para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Pentingnya komunikasi massa dalam kehidupan manusia modern saat ini, terutama dengan kemampuannya untuk menciptakan publik, menentukan issue, memberikan kesamaan kerangka pikir, dan menyusun perhatian publik, pada gilirannya telah mengundang berbagai sumbangan teoritis terhadap kajian tentang komunikasi massa.

Pengertian komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto&Komala, 2004 : 3) adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Sekalipun komunikasi disampaikan kepada khalayak banyak seperti rapat akbar dilapangan luas, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.

Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana


(34)

dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas. Dan media komunikasi yang masuk ke dalam komunikasi massa adalah radio, film dan televisi yang digolongkan sebagai media elektronik, dan surat kabar serta majalah yang digolongkan sebagai media cetak.

II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa 1. Komunikator terlembagakan

Ciri-ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya melibatkan lembaga serta bergerak dalam organisasi yang kompleks. Contohnya saja jika komunikasi massa dilakukan menggunakan media televisi, maka komunikator yang dilibatkan banyak sekali, mulai dari orang-orang yang menyiapkan acara dibalik layar seperti produser, reporter,

camera person sampai ke hal yang sangat teknis seperti make up, floor director, lighting man,

sutradara, petugas audio dan lain sebagainya.

2. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

3. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen, karena komunikasinya menggunakan media dan tidak dilakukan secara tatap muka. Heterogen disini dimaksudkan komunikan dari komunikasi massa terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan,


(35)

pekerjaan, latar belakang budaya, agama, tingkat ekonomi dan lain sebagainya. Keadaan ini tentunya sudah didasari oleh komunikator komunikasi massa.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi yang lainnya, adalah jumlah sasaran khlayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari pada itu, komunikan yang banyak tersebut memperoleh pesan yang sama secara serempak pada waktu yang bersamaan. Keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama yang lainnya berada dalam keadaan terpisah.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan hubungan sekaligus. Namun, yang penting dalam komunikasi massa adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Komunikasi massa adalah komunikasi dengan melalui media massa, karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak secara langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan yang diterima apa adanya. Hal inilah yang menjadi salah satu kelemahan komunikasi massa.

7. Stimuli Alat Indra Terbatas

Ciri komunikasi massa yang lain adalah stimuli alat indra yang terbatas. Pada komunikasi antarpesona yang sifatnya tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunkasi dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat mendengar secara langsung, melihat bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung kepada jenis media massa. Pada surat kabar, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan


(36)

rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film dapat menggunakan alat indra penglihatan dan pendengaran.

8. Umpan Balik Tertunda

Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi. Efektifitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpesona.

II.1.3. Proses Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa pada satu sisi adalah proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas, dan di sisi lain komunikasi massa diartikan sebagai komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, anonim, melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto & Komala, 2004 : 31).

Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontiniu, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan berakhirnya. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen (elemen) penunjang. Demikian juga dengan komunikasi yang pada hakikatnya merupakan suatu proses, berlangsungnya komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen. Pengertian komponen disini adalah bagian-bagian terpenting dan harus ada pada suatu kesatuan.

Wilbur Schramn mengatakan bahwa berlangsungnya proses komunikasi, minimal diperlukan tiga komponen yaitu, source, message, destination atau komunikator, pesan, dan komunikan. Apabila salah satu dari komponen itu tidak ada maka komunikasi tidak dapat berlangsung.


(37)

Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran (channel) yang biasanya dikenal dengan media printed (cetak), media auditif (radio), media visual (gambar, lukisan) dan media audiovisual (televisi dan film). Media disini adalah alat yang dapat digunakan untuk mencapai massa (sejumlah orang yang tidak terbatas).

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator menggunakan teknologi media massa guna menyebarluaskan pesan-nya melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak. Severin (Ardianto & Komala, 2004 :32) mengemukakan bahwa pengertian komunikasi massa pada intinya merupakan komunikasi yang menggunakan saluran (media) untuk menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, bertempat tinggal jauh, heterogen, anonim, dan menimbulkan efek-efek tertentu.

Harold D Laswell (dalam Ardianto & Komala, 2004 : 33), seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal yaitu formula yang menentukan proses komunikasi massa. Dengan menjawab pertanyaan :

Who (siapa)?

Says what (berkata apa)?

In which channel (melalui saluran apa)? To whom (kepada siapa)?

With what effect (dengan efek apa)?

Formula ini dapat digunakan untuk memberikan struktur kajian dalam bidang komunikasi massa sekaligus membedakan berbagai jenis penelitian komunkasi.

Tabel 1: Formula Laswel

WHO SAYS WHAT IN WHICH

CHANNEL

TO WHOM WITH WHAT


(38)

EFFECT

Siapa Berkata apa Melalui saluran apa

Kepada siapa Dengan efek apa

Komunikator Pesan Media Penerima Efek

Control Studies

Analisis Pesan Analisis media Analisis khalayak

Analisis efek

Sumber : Modul 1-9 Teori Komunikasi, S Djuarsa Sendjaja, Ph.D dkk, UT, 1994

Dalam proses formula Laswell, secara langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi memerlukan media. Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi massa tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan sejumlah orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut hanya dapat didengar dan dilihat sekilas (J.B Wahyudi, 1991 dalam Kuswandi, 1996 : 16).

Dengan mengikuti formula Laswell dapat dipahami bahwa dalam proses komunkasi massa terdapat lima unsur dalam proses komunkasi :

1. Who (siapa)

Komunikator, adalah orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa. Bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. 2. Says what (apa yang dikatakan)

Pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang sangat erat kaitannya dengan analisis pesan.


(39)

Media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi.

4. To whom (kepada siapa)

Komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan.

5. With what effect (dengan efek apa)

Hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju.

II.1.4. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001) terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai-nilai), dan entertainment (hiburan).

1. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan dalam komunikasi massa terbagi dalam (1) Warning or beware

surveillance (pengawasan peringatan), (2) Instrumental surveillance (pengawasan instrumental).

Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti bagaimana harga saham di bursa efek, dan film apa yang sedang tayang di bioskop dan lain sebagainya.

2. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir sama dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian


(40)

penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.

Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat dari halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman yang lainnya. Penafsiran tidak terbatas pada tajuk rencana. Rubrik artikel yang disajikan pun memberikan analisis kasus dibelakang peristiwa yang menjadi berita utama. Tujuan penafsiran media ingin mengajak pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut.

3. Linkage (Pertalian)

Media massa menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Contohnya, masyarakat pecinta drama televisi akan disatukan oleh stasiun televisi yang sering sekali menayangkan program drama televisi sedangkan masyarakat yang menyukai berita akan disatukan oleh stasiun televisi atau media massa yang khusus menyajikan berita-berita aktual.

4. Transmission Of Value (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi ini disebut juga dengan fungsi sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati, dan harapan untuk menirunya. Contohnya, banyak masyarakat mulai menggandrungi merk handphone tertentu yang harganya lumayan mahal sejak masyarakat melihat tayangan drama televisi yang menampilkan para selebritis memakai merk handpone tersebut. Bahkan, handphone yang dulunya adalah barang yang cukup prestise bagi kalangan menengah ke atas kini dapat dimiliki oleh kalangan menengah


(41)

kebawah. Dan satu hal lagi, sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja belajar tentang prilaku berpacaran dari menonton film dan acara televisi yang mengisahkan tentang pacaran, termasuk pacaran yang agak liberal atau bebas.

Di antara semua media massa, televisi sangat berpotensi menyebarkan nilai-nilai pada usia muda terutama anak-anak. Beberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama sosialisasi nilai-nilai yang tidak bermanfaat contohnya seperti sosialisasi tayangan kekerasan dan pornomedia yang akan membuat anak-anak berfikir bahwa metode kekerasan dan pornomedia adalah wajar dalam memecahkan permasalahan hidup dan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Entertainment (Hiburan)

Hampir semua media massa menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan (terkecuali televisi yang menayangkan program acara khusus berita). Begitu pun radio. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Melalui berbagai macam acara radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, TTS dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi).

Sementara itu (Karlinah, 1999 dalam Ardianto & Komala, 2004 : 19) mengemukakan fungsi komunikasi secara umum :

1. Fungsi Informasi

Fungsi memberikan informasi diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar dan pemirsa. Berbagai informasi diperlukan oleh khalayak media massa bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitar.


(42)

2. Fungsi Pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Media melakukannya melalui drama, cerita, diskusi, artikel dan lain-lain.

3. Fungsi Mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi pada media massa secara implisit terdapat pada tajuk rencana,

features, iklan, artikel, program tayangan televisi seperti sinetron, film kartun dan sebagainya.

Khalayak dapat terpengaruh oleh pesan-pesan yang ada dalam media massa tersebut sehingga tanpa sadar melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media tersebut.

4. Fungsi Proses Pengembangan Mental

Untuk mengembangkan wawasan, kita perlu berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia pada komunikasi, karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya.

5. Fungsi Adaptasi Lingkungan

Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan di antara komunikator dan komunikan.


(43)

Memanipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada disekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.

II.2. Televisi Sebagai Media Massa

Tidak ada yang tidak pernah melihat televisi karena televisi adalah salah satu media

komunikasi massa yang paling banyak diminati masyarakat, hal ini terlihat dalam rumah-rumah masyarakat. Kotak-kotak televisi itu, baik yang berukuran kecil sampai besar, telah menyelinap masuk kemana saja, tak peduli apakah itu ruang pribadi, ruang keluarga, juga ruang publik. Televisi pada saat ini telah menjadi salah satu prasyarat yang ‘harus’ berada di tengah-tengah mereka. Sebuah rumah baru dikatakan lengkap, jika ada pesawat televisi didalamnya. Hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kota yang relatif kaya, melainkan telah merambah ke pelosok-pelosok desa, di rumah-rumah hunian liar, di pinggir-pinggir sungai kota, ataupun dibawah jembatan layang.

II.2.1. Munculnya Teknologi Televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani)

yang berarti jauh, dan visi (videre – bahasa Latin) berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima (televisi set) (Wahyudi, 1986 : 49).

Televisi adalah salah satu perangkat komunikasi massa dalam rumpun media elektronik. Teknologi elektronik merupakan puncak pencapaian ilmu pengetahuan pada saat ini. Ia berhasil mengecilkan alam semesta, memendekkan jarak dan berhasil menisbikan batas


(44)

waktu. Televisi berkembang sedemikian rupa sehingga hubungan antar manusia dengan manusia, hubungan jarak dan waktu hampir-hampir tidak dapat terpisahkan lagi.

Sebagai sarana komunikasi massa, televisi merupakan perangkat yang paling potensial saat ini. Daya capai serta daya penetrasinya cukup tinggi, yang pada gilirannya secara beruntun memberikan pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan dan pertumbuhan masyarakat. Terutama sekali masyarakat Negara kita yang berciri khusus yaitu dalam geografi berbentuk kepulauan, dan dalam demografi berisi kemajemukan sosial dan budaya.

Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Pail Nipkow, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. akhirnya Nipkow diakui sebagai ‘Bapak’ televisi (J.B. Wahyudi. 1983 dalam Kuswandi, 1996 : 6).

II.2.2. Sejarah Televisi Indonesia Dan Khalayaknya

Pada tahun 1952, muncul gagasan dari Menteri Penerangan saat itu, Maladi, untuk

mendirikan sebuah stasiun televisi di Indonesia. Meski jumlah pemilik pesawat televisi masih sangat sedikit dan itu pun terpusat di Jakarta, namun bangsa Indonesia, dari kacamatanya, sudah memerlukan stasiun televisi nasional. Sepuluh tahun kemudian, Agustus 1962, keinginan itu terlaksana dengan nama Televisi Republik Indonesia (TVRI).

Ide tersebut sejalan dengan cita-cita Presiden Soekarno yang ingin menjadikan bangsa Indonesia sebagai mercusuar melalui penciptaan hal-hal besar. Dengan stasiun televisi, tujuan-tujuan pemerintah yang bersifat politis, pedagogis, dan prestise, baik internal maupun eksternal, akan relatif mudah untuk bisa dicapai.

Setidaknya, ada tiga pemikiran yang menjadi dasar berdirinya TVRI. Pertama, secara politis diperkirakan akan menguntungkan pemerintah dalam kampanye pemilu pertama


(45)

1955. Kedua, dapat menempa persatuan nasional lewat pendidikan. Ketiga, momen Asian Games, dimana dengan adanya stasiun televisi, bangsa Indonesia akan mendapatkan prestise sebagai bangsa yang modern, berkembang cepat, dan canggih dalam perkara teknologi. Namun, meski tayangan perdana TVRI tidak mampu mengejar jadwal pemilu yang diselenggarakan pada 1955, pemerintah masih berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu lainnya, yaitu membuat dunia melihat ke Indonesia (prestise) dengan perayaan peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1962 dan liputan 12 hari Asian Games 1962. Namun, pameran ke dunia luar tidak berlangsung lama. Setelah tayangan perdana itu berakhir, TVRI mulai berpaling pada pemirsa dalam negeri. Berbagai program acara televisi bikinan sendiri mulai digelar, lengkap dengan tujuan-tujuan tertentu, yang selalu bermain di wilayah propaganda-propaganda.

Ada kenyataan yang menarik saat TVRI mencurahkan perhatiannya ke dalam negeri, yaitu bayangan tentang sosok masyarakat Indonesia yang berbeda suku, agama, dan ras. Pembayangan ini terlihat jelas dalam Keputusan Presiden No.27 tahun 1963: “televisi nasional Indonesia memilih fungsi sebagai sebuah instrument komunikasi dalam kerangka pembangunan mental, spiritual, dan fisik sebagai bagian proses pembangunan bangsa Indonesia khususnya menuju pembangunan manusia sosialis. Dalam operasi penyiaran televisi, peran yang paling diutamakan adalah peran sosial televisi”(oleh Hermin Indah Wahyuni,

Televisi dan Intervensi Negara, Yogyakarta 2000 seperti yang dikutip oleh TM. Dhani Iqbal

dalam bukunya Matinya Rating Televisi, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2006).

TVRI (pemerintah) mengasumsikan pemirsanya sebagai salah satu anggota bangsa yang sedang diciptakan. Keanekaragaman etnis dan budaya penduduk Indonesia direduksi menjadi satu macam masyarakat Indonesia. Seluruh konsentrasi terpusat pada bagaimana menggalang kesatuan dan persatuan dari seluruh masyarakat Indonesia yang diasumsikan pasti menonton. Untuk mendukung rencana ini, pemerintah mulai menyiapkan sejumlah langkah


(46)

strategis. Diantaranya, menyediakan pesawat televisi di ruang publik, menyebarkan 10.000 pesawat televisi bagi pegawai negeri, serta menyakinkan masyarakat bahwa televisi adalah media resmi dari pemerintah/Negara. Sedangkan langkah lainnya, pemerintah juga melakukan ‘perlindungan’ terhadap masyarakat Indonesia dari serbuan program-program asing. Program-program yang ‘terlalu Barat’ dilabelisasikan sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai, tradisi asli, dan budaya nasional yang sedang dibentuk dan digodok di Jakarta.

Kemudian, tiga tahun setelah TVRI berdiri, yaitu tahun 1965, pemerintahan Orde Lama jatuh dan mulai dikuasi oleh Jendral Soeharto dengan ‘arak-arakan’ Orde Baru-nya. Namun demikian, secara prinsipil dan struktural, keberadaan TVRI tidak banyak berubah. TVRI tetap disublimkan dengan struktur birokrasi pemerintah dengan maksud yang sama, yaitu sebagai medium propaganda. Sebagaimana Orde Lama, wajah dunia pertelevisian di masa Orde Baru betul-betul berorientasi pada apa yang bisa disebut pencakokan ideologis. Wacana yang disoroti adalah wacana yang selalu berasal dari pemerintah pusat Jakarta seperti : gunting pita pada peresmian gedung-gedung, petani yang sejahtera, dan sebagainya. Namun, dari perspektif kepemirsaan, ada yang berbeda antara TVRI zaman Orde Lama dengan Orde Baru. Pada zaman Orde Baru, TVRI tidak lagi mengandaikan pemirsanya sebagai ‘masyarakat sosialis’. Karakter pemirsa dalam Orde Baru adalah sebuah keluarga besar. Hal ini dibuktikan dengan pengggunaan kata sapaan ‘Saudara’ dalam program-program acaranya. Ini cermin dari pandangan bahwa pemirsa adalah kumpulan persaudaraan, anak-anak dalam satu keluarga, dengan bapak kelurganya adalah Presiden.

Anak-anak itu kemudian dirasa membutuhkan bimbingan dan perlindungan. Dan berlakulah yang berwenang sebagai sosok yang memiliki sifat-sifat kebapakan, seperti bijaksana, berimbang, dewasa dalam penilaian serta mengklaim sebagai orangtua yang paling tahu apa yang terbaik. Buktinya, pada tahun 1981, Presiden Soeharto melarang tayangan iklan dengan alasan demi memfokuskan televisi dalam membantu program pembangunan nasional,


(47)

sembari menghindarkan efek buruk iklan (konsumerisme) yang tidak mendukung semangat pembangunan (produksi). Dalam hal ini, pemirsa betul-betul dipandang sebagai penerima pesan yang kurang lebih pasif, bahkan bisa dikatakan tidak memiliki keinginan yang harus dipikirkan oleh pemerintah.

Sikap ‘yang penting pusat’ ini mengakibatkan kejenuhan dalam masyarakat dalam mengakses televisi. Dan di koran-koran, muncul keluhan-keluhan dari masyarakat dan redaksi tentang banyaknya judul acara yang tidak tampak utuh, sikap sembrono pada penyusunan acara, penayangan simbol Pancasila yang terlalu sering, sering mengubah acara tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada penonton dan lain-lain. Dan hal inilah yang kemudian dibaca oleh sejumlah pengusaha. Menjelang akhir 1980-an, beberapa orang yang dekat dengan keluarga ‘petinggi Republik Indonesia’ mendirikan stasiun televisi swasta pertama yang bernama Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Kehadiran televisi swasta ini sontak membuat kehidupan dunia televisi tidak lagi sederhana.

Televisi yang semula berlaku hanya sebagai institusi sosial, dan karenanya hanya berkutat pada pemahaman bagaimana mempengaruhi masyarakat secara politis, kini dihadapkan sebagai institusi bisnis yang juga harus berpikir bagaimana mendapatkan keuntungan. Sebagai pebisnis, para pelaku dari dunia non pers ini memandang pers sebagai peluang usaha, atau sarana pembentukan citra yang baik lewat media yang dapat mereka kontrol atau pengaruhi. Sejak itu, iklan mulai dijadikan tumpuan bagi keberlangsungan hidup suatu institusi media. Dan lambat laun industri media televisi mulai digerakkan yang oleh beberapa orang disebut sebagai interaksi segitiga, yaitu stasiun penyiaran , khalayak pemirsa, dan pemasang iklan. Masing-masing komponen itu dilihat sebagai bagian dari sebuah roda yang diharapkan mampu berputar dengan baik dalam rangka mendapatkan keuntungan (uang).


(1)

manusia telanjang atau berkesan telanjang yang hadir dalam konteks budaya tertentu atau dibutuhkan dalam konteks berita tertentu, harus disamarkan; dan yang terakhir bahwa lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan tayangan yang mengeksploitasi (misalnya dengan pengambilan gambar close up) bagian-bagian tubuh yang lazim dianggap membangkitkan birahi, seperti paha, pantat, payudara, dan alat kelamin pria maupun wanita.

V.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat diberikan adalah :

1. Sebagai stasiun televisi komersil sangat wajar apabila ANTV dan Global TV berlomba-lomba meningkatkan rating dengan jalan apapun, namun alangkah lebih baik jika program yang ditayangkan khususnya program film kartun bukan merupakan tayangan yang bermuatan negatif seperti pornomedia, kekerasan, sadisme dan eksploitasi terhadap anak-anak. Perlu diingat bahwa setiap stasiun televisi memiliki tanggung jawab sosial pada pemirsa lewat tayangan yang dihadirkan.

2. Perlu adanya kerjasama antara berbagai pemegang kekuasaan untuk membuat konsep acara yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang mendidik, yang menghibur, yang sesuai dengan adat dan budaya dan realitas bangsa Indonesia menjadi penting adanya. Mengingat televisi merupakan sarana yang paling mudah dan murah untuk dinikmati segenap elemen masyarakat.

3. Pemerintah (melalui departemen yang berwenang) juga harus bisa memberikan sejumlah acuan penting tentang kualitas tayangan, begitu juga dengan asosiasi masyarakat pemerhati media menjalankan fungsinya untuk memberi saran, kritik serta


(2)

tekanan sosial dalam arti positif untuk mendorong media televisi, terutama untuk tayangan yang berbau pornomedia. Dan alangkah baiknya jika praktisi penyiaran terutama televisi benar-benar memahami isi, manfaat dan dampak tayangan yang disiarkan.

4. Kepada masyarakat sebagai penonton televisi hendaknya bisa melakukan seleksi dalam menonton tayangan televisi. Terutama kepada para orang tua yang mempunyai anak-anak dibawah umur diharapkan mendampingi anak-anak-anak-anak ketika menyaksikan program acara di televisi tidak terkecuali film kartun. Mengingat isi tayangan televisi yang cukup beragam mulai dari pornomedia (pornografi, pornosuara dan pornoaksi) juga kekerasan, dan penganiayaan serta eksploitasi terhadap anak-anak.

5. Penelitian ini diharapkan tidak hanya berhenti disini saja. Hasil penelitian ini juga dapat diperdalam dengan menganalisis lebih jauh mengenai pengaruh atau dampak tayangan pornomedia bagi anak-anak.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan ilmu sosial lainnya. Prenada Media Group. Jakarta.

.2003. Pornomedia. Prenada Media.Jakarta.

.2001. Erotika Media Massa. Muhammadiyah Univerity Press 2001,Surakarta.

Effendy, Onong. 2003. Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. PT Citra Aditya Bakti.Bandung.

.1992. Dinamika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya.Bandung.

.1990. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya.Bandung.

Krippendorff, Klaus. 1993. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. PT RajaGrafindo Persada.Jakarta.

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Kencana Prenada Media Group.Jakarta.

McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Erlangga.Jakarta.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya.Bandung.

Nawawi,H., 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.


(4)

.1985. Psikologi Komunikasi. CV Remaja Karya.Bandung.

S Djuarsa Sendjaja, Ph.D dkk. 1994. Modul 1-9 Teori Komunikasi. Universitas Terbuka.

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Jakarta.

Surakhmad, Winarno, M.Sc.Ed. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode Dan Teknik. Tarsito.Bandung.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). ANDI.Yogyakarta.

Wiradono,S., 2006. Matikan TV-Mu. Resist Book.Yogyakarta.

Wok,Saodah. 2004. Teori-teori Komunikasi. PTS Publications&Distributors SDN.BHD.Kuala Lumpur.

Sumber lainnya :

Internet


(5)

http://www.dailybruin.ucla.edu/DB/issues/98/12.03/view.gever.htmlPornografi menolong perempuan, masyarakat/09.11.2008

www.globaltv.co.id www.bpkp.go.id

http://dranak.blogspot.com/2007/05/pengaruh-nonton-tv-pada-anak-anak.html

http://books.google.co.id/books?id=MnftizHwp_gC&pg=PA56&lpg=PA56&dq=subjek+dan+

objek+televisi&source=bl&ots=6rP_qAM8Al&sig=EhrCunXeG4k25W2AyxAsCq-U5nY&hl=id&ei=GcPYTOfaCca3cMGH8Y8I&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=8 &ved=0CCsQ6AEwBw#v=onepage&q&f=false

http://filsafat.kompasiana.com/2010/06/15/tidak-lagi-mengontrol-objek-tetapi-dikontrol-objek/ http://www.scribd.com/doc/22658422/Makalah-ISBD

http://bisnis2qta.blogspot.com/2010/10/pengaruh-televisi-pada-anak.html

http://www.antaranews.com/berita/1279858936/media-televisi-berperan-besar-pengaruhi-anak http://leman.or.id/anakku/tv&anak.html

Materi lain


(6)

 Komisi Penyiaran Indonesia Lembaga Negara Independen P3 & SPS (Pedoman Perilaku Penayangan & Standar Program Siaran) 2007.

 Tayangan Barometer SCTV ‘Mimpi Memberantas Pornografi’ pada tanggal 17 Juni 2010 pukul 00.00 WIB


Dokumen yang terkait

MUATAN KEKERASAN DALAM FILM KARTUN(Analisis Isi pada Film Kartun "Tom & Jerry" Seri 4 Karya Hanna Barbera)

1 5 3

Frekuensi Kemunculan Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun (Studi Analisis Isi pada Serial Kartun Naruto Karya Masashi Kishimoto)

0 4 2

BENTUK KEKERASAN PADA FILM KARTUN DI TELEVISI ( ANALISIS ISI PADA SERIAL KARTUN DORAEMON )

4 95 19

MUATAN PROSOSIAL DALAM FILM KARTUN ( Analisis Isi Pada Film Kartun “Tom and Jerry Meet Sherlock Holmes” )

2 17 51

Analisis Isi Pesan Edukasi Dalam Tayangan Kartun Animasi Adit Sopo Jarwo di MNC TV

11 88 109

ANALISIS ISI KEKERASAN DALAM FILM KARTUN NARUTO

0 2 235

KEKERASAN DAN PORNOMEDIA DALAM KOMEDI PESBUKERS (ANALISIS ISI KEKERASAN DAN PORNOMEDIA DALAM Kekerasan dan Pornomedia dalam Komedi Pesbukers (Analisis Isi Kekerasan dan Pornomedia dalam Tayangan Televisi Pada Program Acara Komedi Pesbukers di ANTV Period

0 1 22

PENDAHULUAN Kekerasan dan Pornomedia dalam Komedi Pesbukers (Analisis Isi Kekerasan dan Pornomedia dalam Tayangan Televisi Pada Program Acara Komedi Pesbukers di ANTV Periode Bulan Juni 2012).

0 6 58

DAFTAR PUSTAKA Kekerasan dan Pornomedia dalam Komedi Pesbukers (Analisis Isi Kekerasan dan Pornomedia dalam Tayangan Televisi Pada Program Acara Komedi Pesbukers di ANTV Periode Bulan Juni 2012).

0 1 5

KEKERASAN DAN PORNOMEDIA DALAM KOMEDI PESBUKERS (Analisis Isi Kekerasan dan Pornomedia dalam Tayangan Televisi pada Kekerasan dan Pornomedia dalam Komedi Pesbukers (Analisis Isi Kekerasan dan Pornomedia dalam Tayangan Televisi Pada Program Acara Komedi

2 7 14