HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi eceng gondok 15 Tabel 2.2 Zat yang terkandung dalam eceng gondok 16 Tabel 2.3 Spesifikasi resin polyester 19 Tabel 2.4 Karakteristik natrium hidroksida 20 Tabel 3.1 Nama alat 26 Tabel 3.2 Nama bahan 27 Tabel 3.3 Variasi fraksi volume komposit 29 Tabel 3.4 Data pengamatan untuk uji tarik 33 Tabel 3.5 Data pengamatan untuk uji lentur 33 Tabel 3.6 Tabel hasil pengolahan data untuk uji tarik 34 Tabel 3.7 Tabel hasil pengolahan data untuk uji lentur 35 Tabel 4.1 Komposisi Komposit 36 Tabel 4.2 Dimensi pengukuran sampel uji tarik 36 Tabel 4.3 Data hasil pengujian kekuatan tarik 37 Tabel 4.4 Data hasil pengujian Modulus Young 39 Tabel 4.5 Data hasil pengujian regangan 41 Tabel 4.6 Data hasil pengujian kekuatan lentur 44 Tabel 4.7 Dimensi Pengukuran Sampel Uji Lentur 45 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Fiber composite 7 Gambar 2.2 Particulate composite 9 Gambar 2.3 Laminated composite 9 Gambar 2.4 Tanaman eceng gondok 14 Gambar 2.5 Komponen penyusun batang tumbuhan 16 Gambar 2.6 Struktur molekul dari selulosa 17 Gambar 2.7 Struktur molekul dari lignin 17 Gambar 2.8 Reaksi pembentukan ester 18 Gambar 2.9 Natrium Hidroksida 19 Gambar 2.10 Skema reaksi kompleks lignin dan NaOH 21 Gambar 2.11 Gambaran Pengujian Tarik 23 Gambar 3.1 Bentuk sampel pengujian kekuatan tarik dengan standar ASTM D-638 30 Gambar 3.2 Bentuk sampel pengujian kekuatan lentur dengan standar ASTM D-638 Type 4 30 Gambar 3.3 Alat pengujian tarik dan lentur ASTM D- 790 31 Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian 32 Gambar 4.1 Perbandingan Kekuatan Tarik Maksimum antara Sampel 1 Dengan Sampel 2 38 Gambar 4.2 Perbandingan Modulus Young maksimum antara Sampel 1 dengan Sampel 2 38 Gambar 4.3 Perbandingan Modulus Young Maksimum antara Sampel 1 dengan Sampel 2 40 Gambar 4.4 Hubungan Fraksi Volume Serat dengan Modulus Young Komposit 41 Gambar 4.5 Perbandingan regangan maksimum antara Sampel 1 dengan sampel 42 Gambar 4.6 Hubungan Fraksi Volume Serat dengan Regangan Komposit 42 Gambar 4.7 Perbandingan kekuatan lentur maksimum antara Sampel 1 dengan sampel 2 45 Gambar 4.8 Hubungan Fraksi Volume Serat dengan Kekuatan lemtur Komposit 46 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data Pengamatan Kekuatan Tarik Komposit 54 Lampiran 2. Pembahasan Regresi Untuk Uji Tarik dan Lentur Komposit 65 Lampiran 3. Data Pengamatan Kekuatan Lentur Komposit 71 Lampiran 4. Grafik Perbandingan Uji Tarik dan Lentur 77 Lampiran 5. Dokumentasi 81 Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Laboratorium Kimia Polimer USU 84 Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Laboratorium Penelitian FMIPA USU 85 Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian Laboratorium Kimia Polimer USU 86 Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian Laboratorium Penelitian FMIPA USU 87

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komposit adalah suatu bahan yang merupakan gabungan atau campuran dari dua material atau lebih pada skala makroskopis untuk membentuk material ketiga yang lebih bermanfaat Hartanto, 2009. Penggunaan dan pemanfaatan komposit dewasa ini semakin berkembang dan meluas mulai dari yang sederhana sampai sektor industri, baik industri skala kecil maupun skala besar. Kemampuan komposit yang mudah dibentuk sesuai kebutuhan, baik dalam segi kekuatan, bentuk, kekakuan, keringanan, dan ketahanan terhadap korosi serta harga yang lebih ekonomis mendorong penggunaan bahan komposit sebagai alternatif atau bahan pengganti material logam konvensional seperti: baja, aluminium, gelas padat pada berbagai produk sangat dikembangkan Nurdin, 2010. Komposit tersusun atas dua atau lebih fasa atau struktur kristal, yang terdiri dari elemen utama dan elemen pendukung. Elemen utama penyusun komposit dikenal dengan pengisi filler, sedangkan elemen pendukung dikenal dengan matriks. Secara umum, filler digunakan untuk meningkatkan kekerasan, kekuatan, ketangguhan, stabilitas, modulus elastisitas, serta konduktivitas panas dan listrik. Bahan yang digunakan sebagai filler terbagi menjadi dua bagian yaitu bahan alami dan buatan. Bahan alami berasal dari serat alam natural fibre, seperti: serat bambu, serat eceng gondok, serat rami, serat batang pisang, dan lain-lain. Bahan buatan berasal dari hewan dan telah mengalami proses pengolahan, seperti: wol dan sutera Fajar, 2008. Filler serat alam merupakan filler yang sangat dikembangkan pada saat ini karena keunggulannya yaitu: densitas rendah, ramah lingkunganmampu dihancurkan sendiri oleh alam, harga lebih murah, mampu didaur ulang dan tidak membahayakan bagi kesehatan Arif, 2008. Komposit dengan penguatan serat alam telah diaplikasikan pada dunia otomotif sebagai bahan penguat panel pintu, tempat duduk belakang, dashboard, dan perangkat interior lainnya Boimau, 2010. Penggunaan filler serat alam juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai produk pertanian karena kebanyakan bahan filler terdiri serat alam yang berasal dari hasil pertanian. Serat alam juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat karena serat alam yang berlimpah akan mempunyai nilai jual yang tinggi terhadap produsen yang membutuhkannya. Berdasarkan kelebihan serat alam yang telah dijelaskan, maka dalam penelitian ini menggunakan filler berpenguat serat alam. Adapun bahan filler serat alam yang digunakan dalam penelitian ini adalah: serat eceng gondok Eichhornia crassipes. Eceng gondok dipilih sebagai filler karena tanaman tersebut memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat, dimana setiap 10 tanaman eceng gondok mampu berkembang menjadi 600.000 tanaman dalam kurun waktu delapan bulan. Pertumbuhan eceng gondok yang sangat cepat dan sulit dikendalikan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga pemilihan serat eceng gondok sebagai filler komposit sangatlah tepat. Agar diperoleh komposit dengan sifat mekanik yang baik, maka filler harus didukung dengan matriks. Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi volume terbesar. Syarat matriks yang digunakan harus mampu mempertahankan serat pada posisinya serta mampu mentransfer tegangan ke serat saat komposit dikenai beban. Matriks yang ditambahkan pada pembuatan komposit berfungsi untuk meningkatkan kekuatan, kekakuan, dan sekaligus sebagai perekat bahan komposit terhadap material lainnya. Jenis matriks yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin polyester. Resin Polyester merupakan salah satu bahan polimer yang termasuk dalam golongan termoset. Resin polyester ini mempunyai kemampuan berikatan yang baik dengan serat alam tanpa menimbulkan reaksi dan gas. Penambahan resin ini dimaksudkan untuk meningkatkan ikatan mechanical bonding antara serat dan matriks maupun penyusun komposit lainnya. Peningkatan kekuatan komposit serat alam dilakukan denga dua cara, yaitu: dengan memberikan perlakuan kimia serat dan juga dengan penambahan bahan perekat coupling agent. Penggunaan kimia serat yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan alkali seperti NaOH, karena lebih ekonomis Diharjo, 2006. Penggunaan NaOH pada serat