tidak ada rekayasa, semua sesuai dengan kejadian yang dialami pada saat itu. Berbeda dengan film fiksi yang semua dibuat imajinatif untuk
membuat film itu menarik penonton untuk mengikuti kisahnya.
b. Film Sebagai Wacana
Sering banyak orang terpaku jika wacana hanya melingkupi komunikasi tulisan saja. Definisi ini cenderung menunjukkan arti wacana
menjadi sempit. Padahal titik singgung utama dari sebuah wacana adalah adanya pemakaian bahasa Eriyanto, 2006:4. Ibnu Hamad dalam
Jurnalnya berjudul Perkembangan Analisis Wacana Dalam Ilmu Komunikasi Sebuah Telaah Ringkas mengemukakan bahwa wacana
memiliki beberapa macam bentuk, antara lain Ikhsan, 2010:35 : 1.
Text wacana dalam wujud tulisangrafis antara lain dalam wujud berita, features, artikel opini, cerpen, novel, dsb.
2. Talk wacana dalam wujud ucapan, antara lain dalam wujud
rekaman wawancara, obrolan, pidato, dsb. 3.
Act wacana dalam wujud tindakan, antara lain dalam wujud lakon drama, tarian, film, defile, demonstrasi, dsb.
4. Artifact wacana dalam wujud jejak antara lain dalam wujud
bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb. Pendapat Ibnu Hamad di atas memperlihatkan bahwa
keberadaan wacana dapat ditemukan selain pada media cetak seperti
novel. Sebuah teks pada dasarnya tidak dapat dilepaskan sama sekali dari teks lain. Sebuah karya sastra misalnya, baru mendapatkan
maknanya yang hakiki dalam kontrasnya dengan karya sebelumnya. Rina Ratih menyebutkan Teks dalam pengertian umum adalah dunia semesta
ini, bukan hanya teks tertulis atau teks lisan. Adat istiadat, kebudayaan, film, drama secara pengertian umum adalah teks Sobur, 2009:53-54.
Jadi tak selamanya discourseDiscourse itu berada dalam bentuk media massa, apalagi hanya media cetak.
Guy Cook mengartikan teks sebagai semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua
bentuk ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya Sobur, 2009:56. Penjelasan Guy Cook tersebut dapat
penulis simpulkan bahwa keberadaan wacana juga termasuk didalamnya media komunikasi film, karena terdapat unsur ekspresi komunikasi
berupa ucapan, musik, gambar, efek suara, dan citra. Film bukan berarti hanyalah sebuah media komunikasi yang
bisa dipahami hanya dari segi tekstualnya melainkan film juga sebagai sarana perdebatan yang lebih luas mengenai representasi proses sosial
yang telah menghasilkan gambar, suara, tanda dan tujuan untuk sesuatu dalam wacana ini yang disebut konteks. Film merupakan produk
budaya dan wujud praktek sosial, nilai yang terkandung dari sebuah film
dapat memberitahu kita tentang sistem dan proses sebuah budaya Turner, 1999:41.
c. Sinematografi