Resep Pelayanan Resep Tinjauan Pustaka 1. Apotek

4 obat atau bahan obat, dan sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata Hartini dan Sulasmono, 2006.

2. Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker untuk membuat atau menyerahkan obat kepada pasien Anief, 2000. Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada penderita. Resep juga merupakan perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker, dan penderita. Menurut undang-undang yang dibolehkan menulis resep ialah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Bagi dokter umum dan dokter spesialis tidak ada pembatasan mengenai jenis obat yang boleh diberikan kepada penderitanya. Di apotek, bila obatnya sudah diserahkan kepada penderita, menurut peraturan pemerintah kertas resep tersebut harus disimpan dan diatur menurut urutan tanggal dan nomor urut pembuatan serta harus disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun Zaman-Joenes, 2001.

3. Pelayanan Resep

Alur atau rantai pelayanan obat dimulai dari penulisan resep oleh dokter, penerimaan resep, skrining resep persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, pertimbangan klinis, status dan data pasien, etiket, penyiapan obat, pemanggilan pasien, penyerahan obat, dan informasikonseling Hartini dan Sulasmono, 2006. 5 KepMenkes No.1027MENKESSKIX2004 tentang standar pelayanan kefarmasiaan di apotek menetapkan bahwa pelayanan yang ada di Apotek meliputi salah satunya yaitu pelayanan resep. Pelayanan resep meliputi skrining resep dan penyiapan obat. Skrining resep meliputi: a. Persyaratan Administrasi Persyaratan administrasi terdri dari: 1. Nama, SIP dan alamat dokter. 2. Tanggal penulisan resep. 3. Tanda tanganparaf dokter penulis resep. 4. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien. 5. Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta. 6. Cara pemakaian yang jelas. 7. Informasi lainnya. b. Kesesuaian farmasetik Kesesuaian farmasetik meliputi: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, serta cara dan lama pemberian. c. Pertimbangan klinis Pertimbangan klinis meliputi: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, dan jumlah obat. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. 6 Sedangkan untuk penyiapan obat meliputi: 1. Peracikan Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. 2. Etiket harus jelas dan dapat dibaca 3. Kemasan obat yang diserahkan Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. 4. Penyerahan Obat Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. 5. Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas, serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. 6. Konseling A poteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas 7 hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. 7. Monitoring Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya. Setelah apoteker memperoleh resep dari dokter, seorang apoteker terlebih dahulu harus melakukan skrining pada resep tersebut. Agar tidak terjadi kesalahan pengobatan yang akan menimbulkan kegagalan terapi. Selain itu dalam hal pelayanan dapat dilakukan pemantauan resep atau pasien yang rutin akan memastikan bahwa: obat yang tepat diberikan dengan dosis, rute dan frekuensi yang tepat, interaksi obat yang bermakna dapat dihindari, efek samping obat dapat diatasi dan dicegah atau ditangani secara tepat dan jika diperlukan pemantauan terhadap konsentrasi obat dalam plasma Kenward, 2003.

4. Bentuk Sediaan