Sistem Kepartaian Pluralisme Moderat

11 10. Frekuensi kesempatan yang tersedia bagi pemilih menyatakan penilaian terhadap pejabat terpilih, baik secara langsung maupun tidak langsung akuntabilitas politik. Agar parpol yang mempunyai kursi di DPR dan DPRD dan wakil rakyat takut kepada pemilih konstituen, agar parpol dan wakil rakyat secara konsisten memenuhi janjinya, harus tersedia kesempatan bagi para pemilih memberikan penilaian terhadap kinerja partai dan wakil rakyat pada pertengahan masa jabatannya melalui pemberian suara.

B. Sistem Kepartaian Pluralisme Moderat

Sistem kepartaian pluralisme moderat dipandang paling sesuai, tidak saja dengan kemajemukan horizontal dan vertikal masyarakat Indonesia tetapi juga kemajemukan subideologi dalam masyarakat Indonesia sebagaimana tergambar dalam sejarah kepartaian di Indonesia pada satu sisi dan kesepakatan akan ideologi nasional Pancasila pada sisi lain. Sistem kepartaian pluralisme moderat juga paling sesuai bila dilihat dari segi efektivitas sistem partisipasi politik warga negara, sistem perwakilan politik, dan pemerintahan presidensial. Apabila dijabarkan lebih lanjut, sistem kepartaian pluralisme moderat ditandai oleh sejumlah indikator berikut: 1. Parpol merupakan sarana yang digunakan rakyat memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya representasi politik sehingga setiap parpol mempunyai basis sosial yang kuat. Parpol terutama dan pertama-tama adalah jembatan antara negara dan masyarakat. Sebagai jembatan, parpol melaksanakan fungsi representasi politik atau menampung dan merumuskan aspirasi dan kepentingan masyarakat menjadi alternatif kebijakan publik untuk kemudian memperjuangkannya menjadi bagian dari kebijakan publik. 2. Karena melaksanakan peran yang ditentukan dalam UUD, parpol tidak saja harus dikelola sebagai badan publik tetapi juga dikelola berdasarkan prinsip-prinsip penyelenggaraan negara yang demokratis. 12 3. Fungsi parpol sebagai peserta pemilu anggota DPR dan DPRD adalah melaksanakan rekrutmen warga negara menjadi anggota partai, menyelenggarakan pendidikan politik bagi anggota dan warga negara lainnya, melakukan kaderisasi calon peminpin bangsa seacara sistimatis, melakukan seleksi dan penentuan calon berbagai jabatan yang dipilih melalui pemilu, dan menentukan nomor urut calon terpilih. 4. Jumlah parpol peserta pemilu tidak terlalu banyak melalui penerapan sistem kompetisi parpol peserta pemilu yang bersifat kompetitif berdasarkan dukungan rakyat melalui pemilu. Tujuan pengenaan berbagai persyaratan tersebut tidak saja untuk menjamin agar yang menjadi peserta pemilu memiliki basis sosial yang solid dan kemampuan menyiapkan para calon peminpin bangsa kepengurusan tetapi juga keseriusan bekerja untuk kepentingan para anggota pada khususnya dan kepentingan bangsa pada umumnya misalnya, memiliki kantor tetap. Hal itu juga untuk menjamin agar sistem perwakilan politik dan pemerintahan dapat berlangsung secara efektif. 5. Jumlah parpol di DPR dan DPRD tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit sehingga dua macam koalisi parpol koalisi parpol yang ikut memerintah dan koalisi parpol oposisi dapat dibentuk secara relatif lebih solid. Setidak-tidaknya terdapat tiga persyaratan agar koalisi parpol di DPR dan DPRD berlangsung secara solid, yaitu memiliki basis sosial yang kuat pada akar-rumput, jumlah warga negara yang mengidentiikasi diri dengan parpol party identiication tersebut cukup tinggi, dan loyalitas anggota fraksi kepada parpol disiplin partai yang kuat masing-masing cukup tinggi. 2 6. Jarak subideologi antarparpol cukup dekat sehingga pada satu pihak perbedaan dan pertentangan kepentingan dalam masyarakat 2 Partai Pekerja di Brasil mendudukkan kadernya menjadi Presiden Brasil sejak 2002 sampai sekarang Presiden Luiz Inacio Lula da Silva selama dua periode 2002-2010 dan Presiden Dilma Roussef sejak 2010. Partai Pekerja Brasil yang memimpin koalisi tiga parpol dan tiga pendukung di pemerintahan dan Kongres Deputi dan Senat adalah parpol yang memiliki akar rumput yang solid kebanyakan parpol lain hanya tampak pada negara bagian, mencapai lebih dari 50 persen warga negara yang mengidentiikasi diri secara politik party identiication kepada Partai Pekerja. Para anggota Senat dan Deputi dari Partai Pekerja pun memiliki loyalitas yang tinggi kepada partainya disiplin partai yang kuat. Lihat Barry Ames dan Timothy J. Power, Parties and Governability in Brasil, dalam Paul Webb dan Stephen White ed, Party Politics in New Democracies, Oxford, UK: Oxford University Press, 2009, h. 179-212. 13 dapat ditampung menjadi isu publik, akan tetapi pada pihak lain kesepakatan antarparpol masih mungkin dicapai. Koalisi parpol yang kemungkinan terbentuk pada masa yang akan datang bukan antara parpol yang berideologi kebangsaan dengan parpol yang berideologi Islam, melainkan koalisi ”parpol varian kebangsaan dengan parpol varian Islam” berkompetisi dengan koalisi ”parpol varian kebangsaan dengan parpol varian Islam yang lain.” Sistem kepartaian pluralisme moderat dipandang paling tepat. Tidak saja karena koalisi parpol yang memerintah dan koalisi parpol yang menjadi oposisi lebih mudah dibentuk dan dilaksanakan, tetapi juga karena perbedaan dan pertentangan kepentingan masih mendapat saluran yang memadai sekitar 5 partai dan kesepakatan politik berbagai produk perundang-undangan, dan kebijakan publik lainnya juga masih dapat dicapai melalui koalisi parpol tersebut. Sementara sistem kepartaian pluralisme ekstrem dipandang tidak tepat karena kedua macam koalisi parpol tersebut sukar dibentuk dan sukar terlaksana. Tidak saja karena melibatkan banyak parpol, tetapi juga karena jarak ideologi masing-masing parpol terlalu jauh untuk dijembatani. Karena lebih memungkinkan pembentukan koalisi parpol yang lebih solid baik dari segi jumlah partai yang terlibat maupun dari segi visi, misi, dan program, sistem kepartaian pluralisme moderat juga dipandang lebih sesuai dengan bentuk pemerintahan presidensial. Salah satu kondisi bagi efektivitas pemerintahan presidensial adalah parpol atau koalisi dua atau tiga parpol yang memerintah presiden dan wakil presiden sama dengan parpol atau koalisi dua atau tiga parpol yang menjadi mayoritas di parlemen.

C. Sistem Perwakilan Politik