Kebijakan Pembebasan Bersyarat briefing paper 2 2012 final

12

5. Kebijakan Pembebasan Bersyarat

Pada awalnya dasar hukum dari Pembebasan bersyarat adalah pasal 15 KUHP yang menyatakan orang yang dihukum penjara boleh dilepaskan dengan perjanjian, bila telah melalui dua pertiga bagian dari hukumannya yang sebenarnya dan juga paling sedikit sembilan bulan dari pada itu. Pada hakekatnya pemberian Pembebasan bersyarat ini hanyalah merupakan hadiahremisi dari Negara bagi narapidana untuk bebas lebih awal dari masa hukuman yang sebenarnya 16 . Ketentuan ini hampir sepenuhnya sama dengan ketentuan yang mengatur masalah penempatan di bawah suatu parole di dalam penal servitude Inggris, dimana telah ditentukan bahwa yang dapat dibebaskan secara bersyarat itu hanya orang-orang yang telah dijatuhi pidana penjara, yang telah menjalankan tiga perempat dari masa pidana mereka, dan tiga per empat dari masa pidana tersebut sekurang-kurangnya adalah tiga tahun 17 . Ketentuan ini kemudian diperbaharui dan dilengkapi dengan berbagai regulasi yang mengatur mengenai pembebasan bersyarat, seperti dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Negara Binaan Pemasyarakatan. Berdasarkan regulasi-regulasi tersebut, maka setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil, berhak mendapatkan Pembebasan Bersyarat. Pembebasan Bersyarat diberikan apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 23 dua per tiga dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan bulan; dan b. berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 23 dua per tiga masa pidana. Pembebasan Bersyarat bagi Anak Negara diberikan setelah menjalani pembinaan sekurang- kurangnya 1 satu tahun. Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan Pembebasan Bersyarat oleh Menteri apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. telah menjalani masa pidana sekurangkurangnya 23 dua per tiga, dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan bulan; b. berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 23 dua per tiga masa pidana; dan c. telah mendapat pertimbangan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan dengan memperhatikan kepentingan keamanan, ketertiban umum, dan rasa keadilan masyarakat. 16 Drs. C.I Harsono, OP Cit 17 Alfrida, Penerapan Prinsip Akuntabilitas Terhadap Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Sungguminasa, http:pasca.unhas.ac.idjurnalfiles30b428d8dc32923f3748ac17bcc8b4b7.pdf 13 Pemberian Pembebasan Bersyarat ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Pembebasan Bersyarat dapat dicabut apabila Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan melanggar ketentuan Pembebasan Bersyarat. Tujuan diberikannya pembebasan bersyarat adalah dalam rangka 18 : a. membangkitkan motivasi atau dorongan pada diri Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kearah pencapaian tujuan pembinaan; b. memberi kesempatan bagi Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan untuk pendidikan dan ketrampilan guna mempersiapkan diri hidup mandiri di tengah masyarakat setelah bebas menjalani pidana; c. mendorong masyarakat untuk berperanserta secara aktif dalam penyelenggaraan pemasyarakatan.

6. Moratorium Remisi dan Pembebasan Bersyarat : Tinjauan Hak Asasi Manusia