Utilization of dung beetle (Coleoptera: Scarabaeidae) to reduce a pile of laying hens manure

PEMANFAATAN KUMBANG KOTORAN (Coleoptera : Scarabaeidae)
DALAM MENGURAI PENUMPUKAN KOTORAN
AYAM RAS PETELUR

SKRIPSI
SKRIPSI
ABDUL
ABDUL MUJIB
MUJIB

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RINGKASAN
Abdul Mujib. D14063233. 2012. Pemanfaatan Kumbang Kotoran (Coleoptera :
Scarabaeidae) dalam Mengurai Penumpukan Kotoran Ayam Ras Petelur.
Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

: Ir. Hotnida C.H. Siregar, M.Si.
: Dr. Ir. Salundik, M.Si.

Kumbang kotoran yang termasuk kumbang coprophagous dalam
pemanfaatannya diketahui mampu mengurangi penumpukan kotoran ternak.
Penelitian dan pemanfaatan kumbang kotoran dalam mengolah kotoran ternak lebih
banyak menggunakan kotoran ternak ruminansia. Pemanfaatan kumbang kotoran
dalam mengolah kotoran ayam ras petelur belum dilakukan. Di Indonesia
pemeliharaan ayam ras petelur pada umumnya masih menggunakan sistem kandang
baterai, sehingga sering terjadi penumpukan kotoran di bawah kandang. Penumpukan
ini bila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan penurunan produktivitas ayam
dan dapat mengganggu lingkungan sekitar peternakan. Pemanfaatan kumbang
kotoran dimungkinkan dapat menjadi alternatif dalam mengurangi jumlah
penumpukan kotoran ayam ras petelur yang sering terjadi di bawah kandang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
kumbang kotoran dalam mengurangi penumpukan kotoran ayam ras petelur.
Pengurangan penumpukan kotoran ayam ras petelur ditinjau dari aktivitas dan
tingkah laku harian kumbang, pengurangan berat kotoran serta perubahan sifat kimia

tanah yang dijadikan media pemeliharaan kumbang.
Jumlah kumbang kotoran yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30
ekor dengan perbandingan jantan dan betina yaitu 1:1. Pada pengamatan aktivitas
dan tingkah laku harian kumbang digunakan 3 ekor betina dan 2 ekor jantan. Pada
pengamatan jumlah pengurangan kotoran, kumbang yang digunakan sebanyak 19
ekor yang dikelompokkan bedasarkan jumlah kumbang dan komposisi jenis kelamin
kumbang. Pengamatan tentang perubahan sifat kimia tanah yang dijadikan sebagai
media kumbang digunakan keseluruhan kumbang. Perubahan sifat kimia tanah yang
dijadikan media kumbang dianalisis pada hari ke-0, ke-7, dan ke-21.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan tingkah laku harian
kumbang kotoran dimulai pada pukul 02.00 WIB dan menurun pada pukul 18.00
WIB dengan tingkah laku yang dominan adalah beristirahat dan makan. Aktivitas
mengurangi kotoran meliputi memotong dan menggigit kotoran, membongkar serta
memasukkan kotoran ke dalam media. Kemampuan per-ekor kumbang kotoran
dalam mengurangi berat kotoran yaitu berkisar antara 1,81-9,50 g/ekor/hari.
Kemampuan ini dipengaruhui oleh komposisi jantan dan betina yang digunakan serta
ukuran tubuh kumbang. Pemberian kumbang kotoran diketahui dapat meningkatkan
pH, KTK, C-organik, N-total, Phosfor, dan unsur hara makro tanah serta
menyeimbangkan unsur hara mikro tanah kecuali unsur Fe yaitu pada hari ke-21.
Kata kunci: kumbang kotoran, pengurangan tumpukan kotoran, sifat kimia tanah


ii

ABSTRACT
Utilization of Dung Beetle (Coleoptera : Scarabaeidae) to Reduce a Pile of
Laying Hens Manure
Mujib, A., Hotnida C.H. Siregar, Salundik
Coprophagous beetles in ecologycal system proved to be useful for dung removal in
a livestocks. This experiment airned to study laying hen’s dung removal by dung
beetle that observed in daily behavior activity, dung removal ability, and soil
chemical subtance. The behavior and dung removal activity was observed with ad
libitum sampling and recording by one zero. Dung removal ability divided by male
and female composition and dung quantity. The soil analysis was start at day 0 st, 7st,
and 21st. This study showed that beetles activity started at 02.00 am and would
reduce at 06.00 pm with resting and feeding as a dominant activity. Dung removal by
activities included dung burial, dung masticating and turning the dung into the nest.
The quatity of manure removal dung beetles ranged between 1,81-9,50 g/beetle/day
and that affected a the composition of male, female, and the number of beetles. The
soil analysis showed increased pH, Cation Exchange Capacity (CEC), and
makronutrients at day 21st, except Fe.

Keywords : dung beetle, dung removal, soil nutrients

iii

PEMANFAATAN KUMBANG KOTORAN (Coleoptera : Scarabaeidae)
DALAM MENGURAI PENUMPUKAN KOTORAN
AYAM RAS PETELUR

ABDUL MUJIB
D14063233

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012


Judul

: Pemanfaatan Kumbang Kotoran (Coleoptera : Scarabaeidae) dalam
Mengurai Penumpukan Kotoran Ayam Ras Petelur

Nama

:

Abdul Mujib

NIM

:

D14063233

Menyetujui,
Pembimbing Utama,


Pembimbing Anggota,

(Ir. Hotnida C.H. Siregar, M.Si.)
NIP. 19620617 199003 2 001

(Dr. Ir. Salundik, M.Si.)
NIP. 19640406 198903 1 003

Mengetahui:
Ketua Departemen,
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.)
NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian : 13 September 2012

Tanggal Lulus:
v


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 26 November 1987 di Madiun, Jawa Timur.
Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak
Achmad Umar dan Ibu Sufiyati.
Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri Pandean, Madiun yang
ditempuh Penulis pada tahun 1995 dan selesai pada tahun 2000. Penulis melanjutkan
pendidikan di SLTP Negeri 2 Madiun pada tahun 2000 hingga tahun 2003.
Pendidikan menengah atas ditempuh Penulis di SMA Darul Ulum 3, Jombang pada
tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI)
dan pada tahun kedua diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa
Uni Konservasi Fauna IPB (UKM UKF IPB). Penulis pernah menjadi tim dalam
Ekplorasi Keanekaragaman Burung di Suaka Marga Satwa Cikepuh tahun 2007,
Anggota tim Ekplorasi Keanekaragaman Burung di Resort Gunung Bunder, Taman
Nasional Halimun Salak pada tahun 2008. Penulis bersama tim pernah mendapatkan
dana hibah dari DIKTI dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian
pada tahun 2009. Sejak tahun 2010 hingga sekarang penulis aktif dalam kegiatan

Pelatihan Pencincinan Burung dibawah IBBS-LIPI dan anggota tim Ekplorasi
Serangga di Resort Situ gunung, Taman Nasional Gede Parango.

vi

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kuasa-Nya Penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Kumbang Kotoran
(Coleoptera : Scarabaeidae) dalam Mengurai Penumpukan Kotoran Ayam Ras
Petelur” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pemilihan topik ini didasarkan pada permasalahan yang sering ditimbulkan
akibat penumpukan kotoran ayam ras petelur, sehingga diperlukan alternatif dalam
mengurangi jumlah penumpukan kotoran tersebut. Salah satu yang dimungkinkan
dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengurangan jumlah penumpukan kotoran
ayam ras petelur adalah dengan menggunakan kumbang kotoran. Kotoran oleh
kumbang kotoran akan digunakan sebagai bahan makanan dan tempat untuk
menanam terlur kumbang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Namun, Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat

menambah khazanah keilmuan bagi pembaca. Amin.
Bogor, September 2012

Penulis

vii

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................

ii

ABSTRACT ...................................................................................................

iii

LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................

iv


LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

v

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................

vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

x


DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xiii

PENDAHULUAN .........................................................................................

1

Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan ................................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

3

Kotoran Ayam Ras Petelur ................................................................
Permasalahan Kotoran Ayam Ras Petelur .............................
Komposisi Kotoran Ayam Petelur .........................................
Pengolahan Kotoran Ayam Ras Petelur ................................
Kumbang Kotoran ..............................................................................
Morfologi ...............................................................................
Tingkah Laku .........................................................................
Sifat Kimia Tanah ..............................................................................

3
3
3
4
4
5
7
8

MATERI METODE .......................................................................................

10

Lokasi dan Waktu ..............................................................................
Materi .................................................................................................
Hewan Percobaan ...................................................................
Bahan dan Peralatan ...............................................................
Prosedur .............................................................................................
Persiapan Hewan Percobaan ..................................................
Aktivitas dan Tingkah Laku Harian Kumbang ......................
Pengurangan Berat Kotoran oleh Kumbang ..........................
Perubahan Sifat Kimia Tanah yang Digunakan Sebagai
Media Kumbang .....................................................................
Rancangan Percobaan dan Analisis Data ...........................................
Peubah yang Diamati .............................................................
Aktivitas dan Tingkah Laku Harian Kumbang Kotoran ........

10
10
10
10
10
10
12
12
13
14
14
14
viii

Pengurangan Berat Kotoran ...................................................
Sifat Kimia Tanah yang Dijadikan Media Kumbang ..............
Analisis Data ..........................................................................

14
15
15

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

16

Kondisi Umum ...................................................................................
Suhu dan Kelembapan Lokasi Penelitian ...............................
Kondisi Kotoran yang Diberikan ...........................................
Aktivitas dan Tingkah Laku Harian Kumbang Kotoran ....................
Beristirahat .............................................................................
Makan .....................................................................................
Lokomosi ...............................................................................
Memeriksa ..............................................................................
Merawat Tubuh ......................................................................
Membuang Kotoran ...............................................................
Terbang ..................................................................................
Agonistik ................................................................................
Aktivitas dan Tingkah Laku Kumbang Kotoran dalam
Mengurangi Penumpukan Kotoran Ayam Ras Petelur ..........
Pengurangan Berat Kotoran ...............................................................
Sifat Kimia Tanah yang Dijadikan Media Kumbang Kotoran ...........

16
16
17
17
19
20
22
23
25
26
27
28

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................

37

Kesimpulan .........................................................................................
Saran ...................................................................................................

37
37

UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................................

38

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

39

LAMPIRAN ...................................................................................................

42

29
32
34

ix

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Komposisi Unsur Hara Kotoran Ayam dengan Kotoran Ternak Lain ..........

3

2.

Kriteria Penilaian Analisis Tanah .......................................................................

8

3.

Kriteria Penilaian pH Tanah .............................................................................

9

4.

Kriteria Penilaian Unsur Mikro Tanah ..........................................................

9

5.

Pengelompokan Kumbang ............................................................................

13

6.

Komposisi Kotoran Ayam Ras Petelur PT. Jaya Abadi ................................

17

7.

Kandungan Pakan Ayam Ras Petelur PT. Jaya Abadi .................................

17

8.

Jumlah Pengurangan Berat Kotoran Ayam Ras Petelur oleh Kumbang
Kotoran ..........................................................................................................

32

Hasil Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Dijadikan Media Kumbang .....

34

9.

x

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Beberapa Spesies Kumbang Kotoran ...............................................................

4

2. Bentuk Kumbang (a) Jantan; (b) Betina .......................................................

5

3. Bentuk Tungkai Depan(1) dan Belakang(2) serta Antena Onthophagus sp.(3) ..

6

4. Kumbang Kotoran Membuat Liang-liang di Bawah Tinja ................................

7

5. Proses Penangkapan Kumbang (a) Perlengkapan Penangkapan Kumbang;
(b) Pengumpulan Sebagian Kumbang yang Tertangkap ................................. 11
6. Proses Pengukuran Tubuh Kumbang (a) Pengukuran Panjang; (b)
Pengukuran Lebar ........................................................................................... 11
7. Penimbangan Pengurangan Berat Kotoran .....................................................

12

8. Sampel Tanah yang Dianalisis ........................................................................

15

9. Kondisi Suhu dan Kelembapan Lokasi Penelitian Selama Pengamatan
Aktivitas dan Tingkah Laku Harian Kumbang ...............................................

16

10. Persentase Aktivitas Harian Kumbang Kotoran Kumbang .............................

18

11. Persentase Penggunaan Waktu Aktivitas Istirahat Kumbang Kotoran Selama
24 jam ..............................................................................................................

19

12. Persentase Penggunaan Waktu Aktivitas Makan Kumbang Kotoran Selama
24 jam ..............................................................................................................

21

13. Gambaran Tingkah laku Makan Kumbang Kotoran (a) Kumbang Jantan
Membongkar Kotoran; (b) Kumbang Betina Makan Berdekatan dengan
Terowongan .................................................................................................... 22
14. Persentase Penggunaan Waktu Aktivitas Lokomosi Kumbang Kotoran
Selama 24 jam .................................................................................................

23

15. Aktivitas Memeriksa Kumbang Kotoran ........................................................

24

16. Persentase Penggunaan Waktu Aktivitas Memeriksa Kumbang Kotoran
Selama 24 jam .................................................................................................

24

17. Gambaran Tingkah laku Merawat Tubuh Kumbang Kotoran (a) Kumbang
Membersihkan Mulut; (b) Kumbang Membersihkan Bagian Sayap .............. 25
18. Persentase Penggunaan Waktu Aktivitas Merawat Tubuh Kumbang Kotoran
Selama 24 jam .................................................................................................

26

19. Persentase Penggunaan Waktu Aktivitas Membuang Kotoran Kumbang
Kotoran Selama 24 jam ...................................................................................

27

20. Gambaran Aktivitas Terbang Kumbang Kotoran ...........................................

27

21. Persentase Penggunaan Waktu Aktivitas Terbang Kumbang Kotoran Selama
24 jam ..............................................................................................................

28
xi

22. Persentase Penggunaan Waktu Aktivitas Agonistik Kumbang Kotoran
Selama 24 jam ................................................................................................. 29
23. Persentase Aktivitas Kumbang yang Berhubungan dengan Pengurangan
Berat Kotoran .................................................................................................. 30
24. Gambaran Aktivitas Kumbang Kotoran dalam Mengurangi Penumpukan
Kotoran ............................................................................................................ 31

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Persentase Tingkah Laku Harian Kumbang Kotoran ....................................

43

2. Persentase Tiap Tingkah Laku Kumbang Kotoran (Betina) .........................

44

3. Persentase Tiap Tingkah Laku Kumbang Kotoran (Jantan) .........................

45

4. Hasil Analisis Kotoran Ayam Ras Petelur PT. Jaya Abadi ...........................

46

5. Hasil Analisis Tanah ......................................................................................

47

xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kumbang kotoran termasuk dalam kumbang coprophagous. Kumbang
coprophagous merupakan kumbang pemakan kotoran yang sebagian besar terdapat
dalam famili Scarabaeidae. Kumbang kotoran biasa hidup pada kotoran atau tinja,
namun tidak semua kumbang yang hidup di dalam kotoran termasuk kumbang
kotoran. Kumbang kotoran sejati terdapat pada subfamili Scarabaeoidea famili
Scarabaeidae.
Pemanfaatan kumbang kotoran dalam mengolah kotoran ternak diketahui
mampu mengurangi penumpukan kotoran ternak. Pada The Australian Project
dimana diintroduksi spesies kumbang kotoran (Onthophagus gazella) dapat
mengurangi penumpukan kotoran sapi (Lastro, 2006) dan sukses dalam mengurangi
populasi lalat di Australia (Bortone et al., 2005). Penelitian dan pemanfaatan ini
dilandasi oleh kemampuan kumbang dalam memindahkan kotoran ke dalam tanah,
dimana kotoran oleh kumbang digunakan sebagai bahan makanan dan tempat untuk
menanam telur.
Penelitian dan pemanfaatan kumbang kotoran dalam mengolah kotoran
ternak lebih banyak menggunakan kotoran ternak ruminansia. Penelitian dan
pemanfaatan kumbang kotoran dalam mengolah kotoran ternak unggas belum
dilakukan, terutama pada kotoran ayam ras petelur. Di Indonesia pemeliharaan ayam
ras petelur pada umumnya masih menggunakan sistem kandang baterai, sehingga
sering terjadi penumpukan kotoran di bawah kandang. Penumpukan ini bila tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan penurunan produktivitas ayam dan dapat
mengganggu lingkungan sekitar peternakan. Pemanfaatan kumbang kotoran
dimungkinkan dapat menjadi alternatif dalam mengurangi jumlah penumpukan
kotoran ayam ras petelur yang sering terjadi di bawah kandang.
Pemanfaatan kumbang kotoran dalam mengurangi penumpukan kotoran
ayam ras petelur memerlukan informasi mengenai aktivitas dan tingkah laku harian
kumbang dan kemampuan kumbang dalam mengurangi jumlah penumpukan kotoran
serta perubahan sifat kimia tanah yang digunakan sebagai media kumbang. Informasi
tersebut diharapkan bisa dijadikan landasan awal dalam pengolahan kotoran ayam
ras petelur menggunakan kumbang kotoran.
1

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
kumbang kotoran dalam mengolah kotoran ayam ras petelur terutama dalam
mengurangi penumpukan kotoran. Pengurangan penumpukan kotoran ayam ras
petelur ditinjau dari aktivitas dan tingkah laku harian kumbang, pengurangan berat
kotoran serta perubahan sifat kimia tanah yang dijadikan media pemeliharaan
kumbang.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kotoran Ayam Ras Petelur
Permasalahan Kotoran Ayam Ras Petelur
Pemeliharaan ayam ras petelur biasanya dilakukan dengan sistem baterai,
yaitu ayam dipelihara dalam kandang terpisah dan ditempatkan agak tinggi dari
permukaan tanah dengan dasar kandang yang berlubang, sehingga kotoran akan jatuh
dan bertumpuk di bawah kandang. Jumlah kotoran ayam yang dikeluarkan setiap
harinya cukup banyak, rata-rata per ekor ayam 0,15 kg (Fauziah, 2009).
Fauziah (2009) mengatakan kotoran ayam sering dianggap sebagai penyebab
pencemaran pada lingkungan sekitar usaha peternakan ayam. Adanya usaha
peternakan ayam mulai dirasakan mengganggu warga sekitar. Hal ini dikarenakan
dekatnya usaha peternakan ayam dengan pemukiman masyarakat serta rendahnya
kesadaran peternak untuk mengolah limbah yang dihasilkan. Permasalahan yang
sering dikeluhkan oleh masyarakat adalah timbulnya bau amoniak yang menyengat
dan tingginya jumlah populasi lalat.
Komposisi Kotoran Ayam Petelur
Kotoran ayam terdiri dari sisa pakan dan serat selulosa yang tidak tercerna.
Kotoran ayam mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan senyawa organik
lainnya. Protein pada kotoran ayam merupakan sumber nitrogen selain ada pula
bentuk nitrogen anorganik lainnya. Komposisi kotoran ayam atau kotoran ternak
pada umumnya sangat bervariasi bergantung pada jenis, keadaan individu, dan
makanan yang dimakan ternak (Mackie et al., 1998). Komposisi N, P, K, Mg pada
kotoran ayam dengan kotoran ternak lainya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Unsur Hara Kotoran Ayam dengan Kotoran Ternak Lain
Jenis Ternak

N

P

K

Mg

......................................... (%) ...........................................
Sapi

2-8

0,2-1

0,7-3

0,6-1,5

Ayam

5-8

1-2

1-2

0,6-3

Babi

3-5

0,2-1,1

0,5-1,1

0,98

Domba

3-5

0,4-0,8

2-3

0,2

Sumber: Kirchman dan Witter (1989)

3

Pengolahan Kotoran Ayam Ras Petelur
Pengolahan

kotoran

ayam

yang

sudah

dilakukan

adalah

dengan

menambahkan senyawa pada pakan atau kotoran untuk mengurangi bau yang
ditimbulkan. Penambahan senyawa yang biasa digunakan adalah zeolit. Harjanto
(1983), menyatakan bahwa mineral zeolit dalam bidang peternakan dapat digunakan
untuk mengurangi bau kotoran, mencegah pencemaran udara, menciptakan
lingkungan sehat bagi ternak dan masyarakat sekitar, mengatur derajat kekentalan
kotoran ternak, meningkatkan mutu pupuk kandang, dan memurnikan gas metan
yang dihasilkan oleh pembusukan kotoran ternak yang dipelihara.
Pengolahan kotoran ayam yang sudah umum dilakukan adalah dengan
menjadikannya pupuk. Kandungan pupuk kandang dari kotoran ayam baik padat
maupun cair mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium yang cukup tinggi
dibandingkan dengan pupuk kandang lainya (Setyamidjaja, 1986).
Kumbang Kotoran
Kumbang kotoran termasuk pada kelompok jenis kumbang dalam famili
Scarabaeidae (Insekta : Coleoptera) hidupnya selalu membutuhkan tinja (Borror et
al., 1992). Beberapa spesies kumbang kotoran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Beberapa Spesies Kumbang Kotoran
Sumber : Koleksi Pribadi

Indonesia memiliki keanekaragaman kumbang kotoran sebanyak 1.500
spesies (Hanski dan Krikken, 1991) dan hasil studi Kahono dan Setiadi (2007)
menyatakan bahwa terdapat beberapa genus yang ditemukan pada hutan tropis basah
4

pegunungan Taman Nasional Gede Pangrango yang termasuk kumbang kotoran yaitu
pada genus Catarsius, Copris, Onthophagus, Paragymnopleurus, Phacosoma. Genus
kumbang kotoran tersebut ditemukan pada karateristik ketinggian yang berbeda.
Kumbang kotoran dapat diklasifikasi dan dibedakan berdasarkan cara
kumbang mengolah kotoran. Klasifikasi kumbang kototan ini antara lain tipe roller,
tunneller dan dweller (Hanski dan Krikken, 1991). Pada tipe roller memiliki ciri
membuat

potongan

pada

kotoran

dan

membuatnya

bulatan-bulatan

serta

menggelindingkannya pada suatu tempat. Tipe tunneller memiliki ciri membuat
terowongan di bawah kotoran, terowongan tersebut digunakan untuk menyimpan
kotoran dalam bentuk bola-bola, sehingga bola-bola kotoran digunakan oleh
kumbang kotoran untuk menyimpan telur kumbang. Tipe dweller adalah gabungan
dari tipe roller dan tunneller (Hanski dan Krikken, 1991). Jumlah bola-bola yang
dibuat antara 13-25 bola dengan bentuk terowongan vertikal (Moniaga, 1991).
Morfologi
Kumbang kotoran termasuk dalam famili Scarabaeidae yaitu memiliki ciri
berbentuk bulat telur yang memanjang, tubuhnya bertekstur kuat serta elitranya keras
dan memiliki antena 8-11 ruas yang berbentuk lamelat yang merupakan ciri khusus
dari kumbang kotoran. Antena ini berfungsi untuk mendeteksi lokasi kotoran (Borror
et al., 1992). Bentuk kepala kumbang baik jantan dan betina berbentuk pipih dan
terdapat tonjolan berbentuk cula dimana antara jantan dan betina dibedakan dari ada
tidaknya cula dibagian kepala tersebut. Bentuk kumbang secara umum dapat dilihat
pada Gambar 2.
Tanduk
pada Jantan

(a)

(b)

Gambar 2. Bentuk Kumbang (a) Jantan; (b) Betina
Sumber : Koleksi Pribadi

5

Bagian torak pada serangga, pada umumnya menempel tiga pasang tungkai
kaki dan dua pasang sayap. Bentuk tungkai kumbang kotoran adalah ambulatorial
yang dicirikan menurut fungsinya sebagai pejalan. Tungkai ambulatorial ini umum
dimiliki oleh serangga (Borror et al., 1992). Tungkai depan pada kumbang kotoran
pada spesies Onthopagus sp. berbentuk forosial dan bagian belakang terdapat duri
metatibia, yang ujungnya terdapat kuku. Bentuk tungkai depan(1) dan belakang(2)
serta antena Onthophagus sp.(3) dapat dilihat pada Gambar 3.

1

2

3

Gambar 3. Bentuk Tungkai Depan(1) dan Belakang(2) serta Antena Onthophagus sp(3)
(a. Koksa, b. Tibia, c. Femur, d. Tibia, e. Tarsus, f. Duri, g. Kuku, p.
Skapus, q. Pedisel, y.Tergum akhir).
Sumber : Moniaga (1991)

Saluran pencernaan serangga secara umum berbentuk tabung yang dibagi
menjadi tiga ruas. Ruas pertama atau ruas bagian depan terdapat esofagus, dan
tembolok. Pada bagian ini dilengkapi juga semacam duri-duri yang berfungsi sebagai
alat bantu untuk menghancurkan makanan. Pada bagian tengah dan belakang setiap
ruas dicirikan dengan adanya katup kardiak dan pilorik (Metcalf dan Flint, 1967).
Kumbang kotoran mempunyai ciri mulut tipe mandibulata. Mandibulata ini
dicirikan dengan adanya mandibel yaitu bentuk mulut yang menjajar secara
horizontal, berbentuk segitiga yang berfungsi memotong dan menggigit makanan
padat. Tipe ini merupakan tipe alat mulut serangga primitif yang kebanyakan
dimiliki hampir pada serangga kumbang (Borror et al., 1992).
6

Tingkah Laku
Tingkah laku hewan pada dasarnya merupakan sikap dasar dari hewan untuk
menyesuaikan terhadap lingkungan sekitar. Setiap hewan akan belajar untuk
beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Menurut Stanley dan Andrykovitch (1987),
tingkah laku maupun kemampuan beradaptasi dipengaruhi oleh gen dan dapat
diwariskan pada keturunannya berupa tingkah laku dasar.
Mukhtar (1986) menyebutkan, tingkah laku hewan dapat dikelompokan ke
dalam sembilan perilaku dasar. Tingkah laku dasar pada setiap hewan itu adalah
tingkah laku makan dan minum (ingestive behaviour), agonistik (agonistic behavior),
seksual (sexual behavior), membuang kotoran (eliminative behavior), beristirahat
(resi behavior), memeriksa (investigative behavior), merawat tubuh (epimeletic
behavior), meniru (allelomimetic behavior), dan tingkah laku membuat teritori
(shelter seeking behavior).
Kumbang kotoran dalam tingkah lakunya sangat tertarik pada kotoran. Di
Afrika disebutkan kumbang kotoran akan segera menghampiri kotoran kerbau yang
baru dan dalam beberapa hari tumpukan kotoran kerbau akan hilang dari permukaan
tanah (Moniaga, 1991). Tingkah laku kumbang kotoran dalam mengurangi tumpukan
kotoran diawali dengan membuat bola-bola pada kotoran dan terowongan di bawah
kotoran. Terowongan-terowongan ini digunakan untuk menyimpan bola-bola dan
bola-bola tersebut digunakan untuk menanamkan telur kumbang. Tingkah laku
kumbang kotoran dalam mengurangi kotoran dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kumbang Kotoran Membuat Liang-liang di Bawah Tinja
Sumber: Waterhouse (1974)

7

Jumlah bola dan telur yang diletakan pada setiap liang dipengaruhi oleh
perbedaan jenis, keadaan tanah, kanopi tumbuhan dimana kotoran dikeluarakan.
Kumbang kotoran pada spesies tertentu akan menggelindingkan kotoran sampai
ditemukan kondisi kanopi dan tanah yang ideal bagi kumbang (Waterhouse, 1974).
Moniaga (1991), menyebutkan bahwa kondisi kadar air tanah mempengaruhi jumlah
bola dan siklus hidup anak kumbang kotoran. Disebutkan kadar air tanah yang ideal
untuk perkembangbiakan kumbang kotoran antara 40 sampai 60 persen.
Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah adalah sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa yang
bersifat kimia dan terjadi di dalam maupun di atas permukaan tanah sehingga akan
menentukan sifat dan ciri tanah yang terbentuk. Sifat tanah yang sering dijadikan ciri
kualitas tanah pada uji tanah adalah pH tanah, ketersediaan unsur hara makro dan
mikro, serta kapasitas tukar kation (Abadi, 2009).
Komponen kimia tanah berperan dalam menentukan sifat, ciri, dan kesuburan
tanah. Komponen kimia tanah ini akan menjelaskan reaksi kimia yang menyangkut
masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Hakim et al., 1986).
Analisis tanah sangat konstektual dengan kondisi tanah. Penilaian hasil
analisis tanah dapat merujuk pada hasil penelitian yang sudah ada (Balai Penelitian
Tanah, 2005). Kriteria Penilaian analisis tanah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Penilaian Analisis Tanah
Nilai
Parameter

Satuan

C-org

Sangat
Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat
Tinggi

%

5

N-Total

%

< 0,1

0,1-0,2

0,21-0,5

0,51-0,75

>0,75

P

ppm

15

Ca

me/100g

20

Mg

me/100g

< 0,3

0,4-1

1,1-2

2,1-8

>8

K

me/100g

< 0,1

0,1-0,3

0,4-0,5

0,6-1

>1

Na

me/100g

< 0,1

0,1-0,3

0,4-0,7

0,8-1

>1

KTK

me/100g

40

Sumber : Balai Penelitian Tanah (2005)

8

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH dalam tanah merupakan sifat kimia yang penting.
Pentingnya nilai pH dikarenakan pH tanah menentukan mudah tidaknya unsur hara
diserap tanaman dan sebagai indikator unsur beracun terutama pada pH tanah rendah,
selain

itu

pH

tanah

juga

mempengaruhi

mikroorganisme

berkembang

(Hardjowigeno, 2003). Penilaian pH dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Penilaian pH Tanah
Nilai
Parameter

Satuan

pH

-

Sangat
Masam

Masam

Agak
Masam

Netral

Agak
Alkalis

Alkalis

< 4,5

4,5-5,5

5,5-6,5

6,6-7,5

7,6-8,5

> 8,5

Sumber : Balai Penelitian Tanah (2005)

Hardjowigeno (2003), mengklasifikasi unsur hara esensial bedasarakan
keperluan unsur terhadap tanaman. Pembagian unsur hara esensial yaitu unsur hara
makro dan mikro. Penilaian unsur hara mikro dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Penilaian Unsur Mikro Tanah
Parameter

Nilai

Satuan
Defisiensi

Marginal

Cukup

Zn

ppm

0,5

0,5-1,0

1,0

Fe

ppm

2,5

2,5-4,5

4,5

Mn

ppm

1,0

-

1,0

Cu

ppm

0,2

-

0,2

Sumber: Balai Penelitian Tanah (2005)

Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa unsur hara mikro diperlukan oleh
tanaman dalam jumlah kecil, jika dalam jumlah yang berlebihan akan menjadi racun
bagi tanaman. Faktor utama yang menentukan unsur hara mikro adalah pH tanah,
drainase tanah, jerapan liat dan ikatan kation terhadap bahan organik.

9

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ruminansia Kecil, Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
(IPB) untuk pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian kumbang serta
kemampuan kumbang dalam mengurangi berat kotoran ayam ras petelur. Pengujian
sifat kimia tanah yang digunakan sebagai media kumbang dianalisis di Laboratorium
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Penelitian
dilaksanakan selama 120 hari (Januari - April 2012).
Materi
Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumbang kotoran
(Coleoptera : Scarabaeidae) dengan jumlah 30 ekor (15 ekor kumbang jantan dan 15
ekor kumbang betina). Kumbang diperoleh dari daerah perkebunan teh PT. Kapol,
Cijeruk, Bogor, Jawa Barat.
Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan adalah kotoran segar ayam ras petelur. Kotoran
diambil dari peternakan PT. Jaya Abadi, Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Peralatan
yang digunakan adalah wadah plastik dengan ukuran 60x35x20 cm untuk
penangkapan, pengadaptasian, dan pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian
kumbang serta wadah pemeliharaan kumbang dalam pengamatan perubahan sifat
kimia tanah. Toples plastik dengan ukuran diameter 14 cm dan tinggi 26 cm
digunakan untuk pengamatan pengurangan berat kotoran. Peralatan tambahan yaitu
timbangan digital, termohigrometer, sarung tangan, kamera digital, jangka sorong,
dan alat tulis.
Prosedur
Persiapan Hewan Percobaan
Penangkapan kumbang dilakukan selama 35 hari dengan menggunakan alat
berupa jebakan wadah plastik yang diisi dengan media tanah dengan tebal 15 cm dan
kotoran manusia yang didiamkan selama satu hari. Jumlah jebakan yang digunakan
10

sebanyak satu buah jebakan. Jebakan dilengkapi dengan alat penerang untuk
memancing kumbang dan setiap 24 jam sekali jebakan diperiksa untuk dilihat ada
tidaknya kumbang yang tertangkap. Proses penangkapan kumbang disajikan pada
Gambar 5.

(a)
Gambar 5.

(b)

Proses Penangkapan Kumbang (a) Perlengkapan Penangkapan
Kumbang; (b) Pengumpulan Sebagian Kumbang yang Tertangkap

Kumbang yang telah ditangkap diadaptasikan di dalam wadah yang
ukurannya sama dengan proses penangkapan. Kumbang dilepaskan di dalam wadah
yang telah diisi tanah dan kotoran ayam ras petelur.
Setiap kumbang dilakukan pengukuran panjang dan lebar tubuh kumbang.
Panjang tubuh diukur dari ujung kepala sampai ujung abdomen sedangkan lebar
tubuh diukur dari lebar terluas dari tubuh kumbang (Dung Beetles for Landcare
Farming, 2008). Proses pengukuran panjang dan lebar tubuh kumbang dapat dilihat
pada Gambar 6.

(a)

(b)

Gambar 6. Proses Pengukuran Tubuh Kumbang (a) Pengukuran Panjang; (b)
Pengukuran Lebar
11

Aktivitas dan Tingkah Laku Harian Kumbang
Pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian kumbang diamati dengan
metode ad libitum sampling dan pencatatan one-zero. Ad libitum sampling digunakan
untuk mengetahui keseluruhan aktivitas dan tingkah laku harian kumbang dan
pencatatan

one-zero

untuk

aktivitas

kumbang

yang berhubungan

dengan

pengurangan kotoran. Pencatatan dilakukan selama 3 hari dengan selang 15 menit
pengamatan dan 15 menit tidak dilakukan pengamatan. Jumlah kumbang yang
diamati aktivitasnya sebanyak 5 ekor (2 ekor jantan dan 3 ekor betina) yang memiliki
panjang tubuh 26 mm dan lebar 16 mm. Pengamatan digunakan wadah plastik
berukuran 60x25x20 cm dengan pemberian tutup pada wadah. Pemberian warna
pada tubuh kumbang diberikan untuk membedakan antar individu kumbang.
Pengurangan Berat Kotoran oleh Kumbang
Pengamatan pengurangan berat kotoran oleh kumbang kotoran dilakukan di
dalam wadah toples yang telah diberi kode. Besarnya pengurangan berat kotoran
diketahui melalui penimbangan toples yang berisi tanah dan kotoran sebanyak 100 g,
dimana toples ditimbang pada awal pengamatan sampai hari ke-4. Proses
penimbangan media kumbang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Penimbangan Pengurangan Berat Kotoran
Jumlah

kumbang

yang

digunakan

sebanyak

19

ekor.

Kumbang

dikelompokkan bedasarkan ukuran dan komposisi jantan dan betina pada setiap
toples. Jumlah toples yang digunakan sebanyak 6 buah. Pengelompokan kumbang
disajikan pada Tabel 5.
12

Tabel 5. Pengelompokan Kumbang
Kode Toples Komposisi Kumbang

Panjang (mm)

Lebar (mm)

P1

1 jantan

28

18

P2

1 betina

28

18

P3

1 jantan

28

17

1 betina

28

17

1 jantan

24

15

2 betina

25

14

25

15

26

16

26

16

26

16

26

16

26

16

26

16

25

14

27

16

27

17

27

18

27

18

27

18

P4

P5

P6

4 betina

3 jantan

5 betina

Perubahan Sifat Kimia Tanah yang Digunakan Sebagai Media Kumbang
Pengamatan perubahan sifat kimia tanah yang digunakan sebagai media
kumbang, digunakan 30 ekor kumbang yang terdiri dari 15 ekor jantan dan 15 ekor
betina. Kumbang merupakan gabungan dari kumbang yang sudah digunakan dalam
pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian serta pengurangan berat kotoran.
Persiapan sampel tanah yang akan dianalis sifat kimianya dibedakan
bedasarkan sampel tanah sebelum dan sesudah dijadikan media pemeliharaan
kumbang kotoran. Pemeliharaan kumbang kotoran digunakan wadah plastik
berukuran 60x25x20 cm dengan tebal tanah 15 cm, dimana setiap tiga hari sekali
media ditambahkan satu kilogram kotoran segar ayam ras petelur. Sampel tanah yang
dianalisis dibedakan hari ke-0, ke-7 dan ke- 21.

13

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Peubah yang Diamati
Aktivitas dan Tingkah Laku Harian Kumbang Kotoran. Aktivitas dan tingkah
laku harian kumbang kotoran adalah persentase seluruh aktivitas kumbang kotoran
dalam 24 jam. Persentase aktivitas dan tingkah laku harian kumbang dihitung
menggunakan rumus :
Persentase aktivitas dan tingkah laku (%) =




x 100 %

Keterangan :
 = tingkah laku yang diamati
 = keseluruh tingkah laku yang diamati
Data yang diperoleh direkapitulasi per-jam dan dihitung persentase aktivitas
dan tingkah laku harian kumbang antara jantan dan betina. Persentase aktivitas dan
tingkah laku harian kumbang juga dikelompokan dari tertinggi sampai terendah dan
ada tidaknya aktivitas yang berhubungan dengan pengurangan penumpukan kotoran.
Pengurangan Berat Kotoran. Pengurangan berat kotoran oleh kumbang adalah
jumlah berat kotoran yang berkurang akibat adanya aktivitas kumbang kotoran dalam
satu hari. Pengurangan berat kotoran merupakan selisih antara berat kotoran pada
satu hari sebelumnya dikurangi berat kotoran saat diukur, seperti yang tercantum
pada rumus berikut:
Pengurangan berat kotoran (g/hari)   - 
keterangan :
 : berat kotoran satu hari sebelumnya (g)
 : berat kotoran saat diukur (g)
Jumlah pengurangan kotoran dibedakan bedasarkan pengelompokan komposisi
kumbang (Tabel 5), yaitu:
1. P1 : kumbang 1 ekor jantan dengan jumlah kotoran 100 g
2. P2 : kumbang 1 ekor betina dengan jumlah kotoran 100 g
3. P3 : kumbang 1 ekor betina dan 1 ekor jantan dengan jumlah kotoran 100 g
4. P4 : kumbang 1 ekor jantan dan 2 ekor betina dengan jumlah kotoran 100 g
5. P5 : kumbang 4 ekor betina dengan jumlah kotoran 100 g
6. P6 : kumbang 3 ekor jantan dan 5 ekor betina dengan jumlah kotoran 100 g
14

Sifat Kimia Tanah yang Dijadikan Media Kumbang Kotoran. Sifat kimia tanah
yang dijadikan media kumbang kotoran adalah gambaran perubahan sifat kimia
tanah sebelum dan sesudah dijadikan media pemeliharaan kumbang. Sifat kimia yang
diuji meliputi, pH, C-organik, N-total, P, Ca, Mg, K, Na, KTK, Fe, Cu, Zn, dan Mn.
Sifat kimia tanah diukur melalui analisis laboratorium dan dibandingkan dengan
kriteria penilaian analisis tanah Balai Penelitian Tanah tahun 2005. Sampel tanah
yang dianalisis dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Sampel Tanah yang Dianalisis
Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif. Penyajian data yang diperoleh ditampilkan
dalam bentuk diagram dan grafik untuk persentase aktivitas dan tingkah laku harian
kumbang. Pengurangan berat kotoran dan hasil sifat kimia tanah yang digunakan
sebagai media kumbang disajikan dalam bentuk tabel.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Suhu dan Kelembapan Lokasi Penelitian
Kondisi suhu dan kelembapan pada lokasi penelitian dicatat pada saat
dilakukannya pengamatan aktivitas dan tingkah laku harian kumbang. Kondisi suhu
dan kelembapan lokasi penelitian selama pengamatan aktivitas dan tingkah laku
harian kumbang disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Kondisi Suhu dan Kelembapan Lokasi Penelitian Selama Pengamatan
Aktivitas dan Tingkah Laku Harian Kumbang
Kondisi suhu dan kelembapan selama pengamatan aktivitas dan tingkah laku
harian kumbang yaitu pada kisaran 21-29oC dan 75%-84%. Kondisi suhu pada lokasi
penelitian

merupakan

kondisi

ideal

kumbang kotoran dalam mengurangi

penumpukan kotoran. Bertone et al. (2005) menyatakan, pada kisaran suhu 19-27oC
aktivitas kumbang kotoran dalam mengurangi kotoran sapi di pastura akan lebih
meningkat dan mulai menurun pada kondisi lingkungan di atas 300C dan di bawah
10oC.
Kelembapan pada lokasi penelitian merupakan kondisi yang masih bisa
ditolerir oleh kumbang. Jameson (1989) menyatakan bahwa kelembapan di bawah
51% akan menyebabkan penurunan aktivitas kumbang.
16

Kondisi Kotoran yang Diberikan
Kondisi kotoran yang digunakan selama penelitian merupakan kotoran segar
ayam ras petelur. Komposisi kotoran yang digunakan selama penelitian disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Kotoran Ayam Ras Petelur PT. Jaya Abadi
Parameter

Sumber
C

N

P

K

Ca

Mg

...................... (%) ......................
Kotoran

Fe

Cu

Zn

Mn

................ (ppm) ................

39,92 2,83 1,04 3,44 9,94 0,64 1.294,99 133,04 536,20 455,70

Sumber : Hasil analisis Lab. Dep. Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB (2012)

Jumlah dan komposisi kotoran ternak dipengaruhi oleh umur, jenis ternak,
bahan makanan yang diberikan (Esminger, 1971). Bahan makanan yang digunakan
di PT. Jaya Abadi merupakan pakan pabrikan yang meliputi jagung kuning, bungkil
kedelai, canola meal, dedak padi, pollard, tepung ikan, tepung daging, asam amino,
vitamin, mineral, antioksidan, anti-jamur, dan antibiotik. Kandungan pakan ayam ras
petelur PT. Jaya Abadi disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kandungan Pakan Ayam Ras Petelur PT. Jaya Abadi
Parameter

Jumlah Kandungan dalam Pakan (%)

Kadar Air

Maksimal 13, 00

Protein kasar

16,00 - 18,00

Lemak kasar
Serat kasar

Maksimal 7,00
Maksimal 7,00

Abu

Maksimal 14,00

Kalsium

3,25 - 4,25

Fosfor

0,60 - 1,00

Sumber : Blangko Pakan PT. Jaya Abadi (2012)

Aktivitas dan Tingkah Laku Harian
Kumbang Kotoran
Aktivitas dan tingkah laku harian kumbang kotoran dimulai pada dini hari
yaitu pada pukul 02.00 WIB dan mulai menurun pada pukul 18.00 WIB. Aktivitas
tertinggi antara jantan dan betina berbeda yaitu pukul 04.00 WIB dan 12.00 WIB.
17

Menurut Scholtz (1989) kumbang kotoran aktif pada pukul 9.00-18.00 dengan
aktivitas terbanyak terjadi pada pukul 10.00-12.00 dan 15.00-17.00. Hanski dan
Cambefort (1991), membagi tipe aktivitas kumbang kotoran bedasarkan tipe
kumbang dalam mengolah kotoran, tipe roller akan banyak menggunakan waktunya
pada siang hari sedangkan tipe tunneler ada yang aktif pada malam hari dan siang
hari.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas dan tingkah laku harian kumbang
kotoran diketahui terdapat delapan aktivitas harian kumbang yang meliputi aktivitas
makan, agonistik, membuang kotoran, istirahat, memeriksa, merawat tubuh,
lokomosi, dan terbang. Perbandingan persentase aktivitas harian kumbang kotoran
antara jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 10.

Keterangan : A = Makan; B = Agonistik; C = Membuang Kotoran; D = Istirahat; E =
Memeriksa; F = Merawat Tubuh; G = Lokomosi; H = Terbang

Gambar 10. Persentase Aktivitas Harian Kumbang Kotoran Kumbang
Gambar 10 menunjukkan aktivitas yang dominan dilakukan oleh kumbang
adalah istirahat, makan, lokomosi, memeriksa, merawat tubuh, terbang, dan terendah
adalah agonistik. Persentase aktivitas harian jantan dan betina berbeda, dimana
jantan lebih dominan melakukan aktivitas istirahat, lokomosi dan merawat tubuh
sedangkan betina makan, memeriksa, dan terbang.
18

Beristirahat
Kumbang kotoran dianggap melakukan aktivitas istirahat apabila tidak
ditemukan pergerakan kumbang di dalam terowongan. Tidak adanya gerakan di
dalam terowongan diindikasikan dengan tidak adanya gerakan tanah pada permukaan
media.
Persentase aktivitas istirahat kumbang jantan lebih besar daripada betina yaitu
60,24% (14,46 jam/24 jam) dibandingkan 44,11% (10,59 jam/24 jam). Persentase
penggunaan waktu untuk aktivitas istirahat oleh kumbang kotoran selama 24 jam
dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11.

Persentase Penggunaan Waktu Aktivitas Istirahat
Kumbang Kotoran Selama 24 jam

Gambar 11 menunjukkan aktivitas kumbang jantan dalam istirahat dilakukan
pada pukul 19.00-02.00 WIB dan antara pukul 07.00-17.00 WIB sedangkan
kumbang betina pada pukul 19.00-07.00 WIB. Aktivitas istirahat pada pukul 19.0002.00 WIB kumbang jantan dilakukan terus-menerus di dalam terowongan,
sedangkan pada pukul 07.00-17.00 WIB aktivitas istirahat diselingi dengan aktivitas
lain yaitu pergerakan keluar masuk terowongan. Aktivitas kumbang betina
berlangsung pada pukul 19.00-06.00 WIB dan dilakukan di dalam media. Setelah
pukul 07.00 WIB kumbang betina keluar dari terowongan dan tidak melakukan
aktivitas istirahat.
19

Tingkah laku istirahat kumbang kotoran antara jantan dan betina dilakukan di
dalam media. Kumbang kotoran sebelum melakukan aktivitas istirahat akan
melakukan gerakan menggali tanah pada media dengan gerakan membuka
menggunakan tungkai depan dan menyundul tanah dengan gerakan memutar tubuh
kumbang.
Aktivitas istirahat kumbang kotoran di dalam media ini memberikan
informasi mengenai pemanfaatan kumbang kotoran dalam mengolah kotoran ayam
ras petelur diperlukan media tanah dengan tingkat kegemburan yang mudah dibuat
terowongan

oleh

kumbang.

Informasi

ini

juga

dapat

digunakan

dalam

membudidayakan kumbang kotoran diperlukan media yang cukup gembur sehingga
kumbang kotoran dapat membuat terowongan untuk istirahat.
Makan
Kumbang kotoran dianggap melakukan aktivitas makan apabila kumbang
melakukan tingkah laku memotong dan menggigit kotoran. Kumbang kotoran akan
lebih banyak memotong dan menggigit kotoran yang masih basah, yaitu bagian
dalam tumpukan kotoran dibandingkan sisi kotoran yang sudah agak mengering.
Aktivitas makan pada jantan akan lebih banyak dilakukan di atas permukaan media
sedangkan betina akan makan berdekatan dengan terowongan.
Aktivitas makan jantan dimulai pada pukul 02.00 WIB dan betina pada pukul
04.00 WIB. Aktivitas makan pada betina terus meningkat dan mulai menurun pada
pukul 17.00 WIB. Aktivitas makan kumbang betina berfluktuasi antara pukul 09.0016.00 WIB, hal ini dikarenkan kumbang betina akan bergerak menghampiri
tumpukan kotoran dan terlihat juga kumbang betina akan mendekati kotoran yang
sudah dibawa oleh kumbang jantan, selain itu betina terlihat seperti berwaspada pada
aktivitas makannya. Kumbang betina akan masuk ke dalam terowongan ketika
kumbang jantan membongkar tumpukan kotoran dan adanya getaran atau goncangan
dari luar. Kumbang betina akan kembali makan ketika jantan mulai pergi dan kondisi
sekitar mulai tenang.
Aktivitas dan tingkah laku makan pada jantan mulai menurun pada pukul
05.00 WIB dan meningkat pada pukul 09.00 WIB. Aktivitas makan pada jantan akan
diawali dengan membongkar dan menarik kotoran dari tumpukan kotoran
menjadikan bulatan atau serpihan yang lebih kecil. Kumbang jantan lebih banyak
20

makan pada kotoran yang ditarik kumbang. Berbeda dengan betina, dimana betina
lebih banyak makan pada tumpukan kotoran yang diberikan walau terkadang terlihat
kumbang betina makan pada serpihan yang dibawa oleh jantan. Persentase
penggunaan waktu untuk aktivitas makan kumbang kotoran selama 24 jam dapat
dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Persentase Penggunaan Waktu Aktivitas Makan Kumbang
Kotoran Selama 24 jam
Persentase aktivitas makan kumbang betina lebih besar daripada jantan yaitu
38,12% (9,15 jam/24 jam) dibandingkan 24,14% (6,27 jam/24 jam). Halffter et al.
(2011) menjelaskan tingkah laku kumbang kotoran dibagi menjadi tiga periode yaitu
periode makan-maturasi, proses bersarang dan perkawinan. Pada periode makanmaturasi kumbang betina akan banyak melakukan aktivitas makan terutama pada
kotoran yang dibawa oleh jantan.
Aktivitas makan kumbang kotoran dalam memilih kotoran yang masih basah
memberikan informasi mengenai pemanfaatan kumbang kotoran dalam mengolah
kotoran ayam ras petelur diperlukan kotoran segar yang masih basah. Perbedaan
posisi kotoran yang dipilih jantan dan betina ketika aktivitas makan juga memberikan
informasi dalam pemberian kotoran diperlukan penyebaran di dalam media sehingga
kumbang betina makan tanpa mendapat gangguan dari jantan. Gambaran tingkah
laku membongkar kotoran oleh jantan dan tingkah laku makan betina yang
berdekatan dengan terowongan dapat dilihat pada Gambar 13.
21

(a)

(b)

Gambar 13. Gambaran Tingkah laku Makan Kumbang Kotoran (a)
Kumbang Jantan Membongkar Kotoran; (b) Kumbang
Betina Makan Berdekatan dengan Terowongan
Sumber : Koleksi Pribadi

Lokomosi
Kumbang kotoran dianggap melakukan aktivitas lokomosi ketika kumbang
melakukan pergerakan perpindahan tempat. Perpindahan tempat yang dilakukan
kumbang kotoran selama pengamatan yaitu tingkah laku mengitari wadah,
mendorong dan menggali tanah, serta tingkah laku menarik dan membongkar
kotoran. Ting