Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir (Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah)

1

KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI
ANAK PADA KELUARGA
BURUH PEMETIK MELATI GAMBIR
(Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah)

UMU ROSIDAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

3

ABSTRACT
UMU ROSIDAH. Study on Family Coping Strategy and Investment Behavior on
Children of Jasmine Officinale Labor Families (Case at Gelang Village, Rakit
Subdistrict, Banjarnegara District, Central Java). Supervised by HARTOYO and
ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

The objectives of this research were to investigate family coping strategy
and the investment behavior on children of Jasmine Officinale labor families.
Research location was selected purposively base on the wide of Jasmine
Officinale area. Data collection carried out from 18th of April until 15th of May
2011. Sixty six families were selected randomly. The result of this research
showed that Jasmine Officinale labor gave important contribution to family
income. The amount of poor family which measured by Poverty Line indicator
was greater than a qualitative poverty measure. Family welfare was influenced by
father’s side job and father’s job (agricultural and non-agricultural) for Poverty
Line; father’s education, father’s job (agricultural and non-agricultural), and family
income for a qualitative poverty measure. Coping strategy done by labor family
was classified as low category. Family size, family tipe, father’s side job, and
family welfare has significant relationship to coping strategy. Investing in children
included investment behavior and allocation of expenditure. Mother’s education
and family income have significant relationship to investment behavior; family
size, number of school-age child, father’s education and family income have
significant relationship to allocation of expenditure.
Key words: family welfare, coping strategy, investment behavior on children

ABSTRAK

UMU ROSIDAH. Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada
Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir (Kasus di Desa Gelang Kecamatan Rakit,
Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah). Dibimbing oleh HARTOYO dan
ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi koping dan
perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. Lokasi
penelitian dipilih secara purposive berdasarkan luas lahan melati gambir.
Pengambilan data penelitian dilakukan pada 18 April sampai 15 Mei 2011.
Terdapat sebanyak 66 keluarga yang terpilih secara acak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa buruk pemetik melati gambir memberikan kontribusi yang
penting terhadap pendapatan keluarga. Jumlah keluarga miskin yang diukur
menggunakan indikator Garis Kemiskinan (GK) lebih besar dibandingkan dengan
14 kriteria rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan tambahan suami dan mata
pencaharian suami (pertanian dan bukan pertanian) untuk Garis Kemiskinan,
pendidikan suami, mata pencaharian suami (pertanian dan bukan pertanian) dan
pendapatan keluarga untuk indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT). Strategi
koping yang dilakukan oleh keluarga contoh termasuk dalam kategori rendah.
Jumlah anggota keluarga, tipe keluarga, pekerjaan tambahan suami, dan
kesejahteraan keluarga berpengaruh signifikan terhadap jumlah strategi koping.

Pendidikan istri dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap
perilaku investasi anak; jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah,
pendidikan suami, tipe keluarga, dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh
signifikan terhadap alokasi pengeluaran uang untuk anak.
Kata kunci: kesejahteraan keluarga, strategi koping, perilaku investasi anak

4

RINGKASAN
UMU ROSIDAH. Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada
Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir (Kasus di Desa Gelang, Kecamatan
Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah). Dibimbing oleh HARTOYO dan
ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji strategi koping dan
perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. Tujuan
khusus penelitian ini adalah: (1) menganalisis kontribusi istri terhadap
pendapatan keluarga, (2) menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga buruh
pemetik melati gambir, (3) menganalisis strategi koping yang dijalankan oleh
keluarga buruh pemetik melati gambir, (4) menganalisis perilaku investasi anak
yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir, (5)menganalisis

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan, strategi koping dan
investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir.
Desain penelitian adalah cross sectional study. Pengambilan data
dilaksanakan pada 18 April-15 Mei 2011. Lokasi penelitian ditentukan secara
purposive yaitu Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga buruh pemetik melati
gambir yang memiliki anak sekolah (3-18 tahun). Metode penarikan contoh
dilakukan secara simple random sampling. Data keluarga buruh pemetik melati
gambir diacak dan diambil sebanyak 66 contoh. Responden dalam penelitian ini
adalah ibu yang bekerja sebagai buruh pemetik melati gambir.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi data karakteristik keluarga, status kesejahteraan, strategi koping
dan investasi anak yang diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner.
Data sekunder meliputi keadaan umum wilayah penelitian dan data
kependudukan yang diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Desa Gelang,
Kantor Kecamatan Rakit dan Badan Pusat Statisik Kecamatan Rakit dan Badan
Pusat Statistik Indonesia.
Besar keluarga contoh pada umumnya termasuk keluarga sedang (5-6
orang), rata-rata usia suami dan istri adalah 44,05 tahun dan 39,38 tahun, ratarata lama pendidikan suami dan istri adalah 6,08 tahun dan 6,09 tahun, rata-rata
pendapatan keluarga adalah Rp 649.090,91/bulan, dan rata-rata jumlah anak

sekolah adalah 1,52 orang/keluarga. Sebagian besar keluarga contoh memiliki
suami yang bekerja di bidang pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani.
Istri yang bekerja sebagai buruh pemetik melati gambir memilki kontribusi
sebesar 20,65 persen terhadap pendapatan keluarga. Selain bekerja sebagai
buruh pemetik melati gambir, terdapat beberapa keluarga dengan istri yang
memiliki pekerjaan tambahan. Secara total, pendapatan istri baik dari pekerjaan
utama maupun tambahan memiliki kontibusi sebesar 26,25 persen terhadap
pendapatan keluarga. Selain istri, anak yang bekerja juga memiliki kontibusi
cukup penting terhadap pendapatan keluarga. Adanya anak yang bekerja
menyumbang sebesar 27,10 persen pendapatan keluarga. Namun demikian,
suami masih memiliki kontribusi terbesar pendapatan keluarga.
Berdasarkan indikator Garis Kemiskinan BPS, terdapat sebesar 71,21
persen keluarga yang termasuk miskin (memiliki pendapatan perkapita
≤Rp179.982/bulan). Sementara itu, berdasarkan indikator 14 kriteria rumah
tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), hanya terdapat sebesar
18,18 persen keluarga yang tergolong hampir miskin. Selebihnya, yaitu 81,82
persen keluarga tergolong sebagai keluarga tidak miskin dan tidak terdapat
keluarga yang miskin. Penelitian ini mencoba membuat indikator baru dari

5


indikator 14 kriteria rumah tangga miskin penerima BLT yaitu indikator BLT
dengan 5 skor yang diambil berdasarkan item pernyataan yang dipenuhi oleh
sebagian besar keluarga contoh. Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh
pekerjaan tambahan suami, mata pencaharian suami, pendidikan suami, dan
pendapatan keluarga
Strategi koping yang dijalankan keluarga ketika mengalami masalah
ekonomi yaitu penurunan pendapatan terdiri atas dua kegiatan yaitu strategi
mengurangi pengeluaran (cutting back) dan strategi menambah pendapatan
(generating income). Baik cutting back maupun generating income terdiri atas
kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lainnya. Secara
keseluruhan, lebih dari separuh keluarga contoh (sebanyak 60,61%) melakukan
cutting back dalam kategori sedikit. Artinya, keluarga contoh hanya melakukan
sedikit kegiatan mengurangi pengeluaran ketika pendapatan keluarga mengalami
penurunan. Kegiatan cutting back yang paling banyak dilakukan oleh keluarga
contoh untuk kebutuhan pangan adalah mengurangi pembelian kebutuhan
pangan baik jenis maupun jumlah, untuk kebutuhan kesehatan berupa mencari
tempat pengobatan gratis yaitu dengan menggunakan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) atau Asuransi Kesehatan untuk Orang Miskin
(Askeskin), untuk kebutuhan pendidikan berupa mengurangi pembelian buku

pelajaran, dan untuk kebutuhan lain-lain berupa menunda pembelian barang
elektronik. Sama halnya dengan cutting back, lebih dari separuh keluarga contoh
(sebanyak 63,63%) melakukan kegiatan generating income pada kategori sedikit.
Keluarga contoh hanya melakukan sedikit kegiatan untuk menambah
pendapatan keluarga. Kegiatan generating income yang paling banyak dilakukan
oleh keluarga contoh untuk kebutuhan pangan adalah dengan sengaja menerima
makanan dari tetangga atau saudara, untuk kebutuhan kesehatan adalah
dengan memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami tanaman obat, untuk
kebutuhan pendidikan adalah dengan meminta seragam bekas ke
saudara/tetangga, dan untuk kebutuhan lain-lain adalah anak bekerja membantu
orang tua. Berdasarkan uji regresi linear berganda, jumlah anggota keluarga, tipe
keluarga, pekerjaan tambahan suami, dan kesejahteraan keluarga berpengaruh
signifikan terhadap jumlah strategi koping keluarga buruh pemetik melati gambir.
Investasi anak terdiri atas perilaku investasi (pendidikan dan kesehatan)
dan alokasi uang (pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lainnya). Secara
keseluruhan, perilaku inevestasi yang dilakukan oleh lebih dari satu per tiga
keluarga contoh termasuk dalam kategori sedang dengan kecenderungan
perilaku investasi pendidikan lebih baik dibandingkan perilaku investasi
kesehatan. Akan tetapi, alokasi uang yang dikeluarkan oleh lebih dari separuh
keluarga contoh termasuk dalam kategori rendah dengan proporsi terbanyak

pada keluarga dengan anak Sekolah Dasar (SD). Uji regresi linear berganda
menunjukkan bahwa pendidikan istri dan pendapatan keluarga memiliki
pengaruh yang positif signifikan terhadap perilaku investasi anak, sedangkan
jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah, pendidikan suami, tipe keluarga
dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi
uang untuk anak. Hasil uji regresi linear berganda, tidak menunjukkan bahwa
perilaku investasi berpengaruh signifikan terhadap alokasi uang. Pada dasarnya
semua orang tua menginginkan kehidupan yang lebih baik untuk anak-anaknya.
Akan tetapi, keadaan keuangan yang tidak mencukupi membuat orang tua
kurang memberikan fasilitas terhadap anak untuk membantu meningkatkan
kualitas sumberdayanya.
Kata kunci: kesejahteraan keluarga, strategi koping, perilaku investasi anak

7

KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI
ANAK PADA KELUARGA BURUH PEMETIK
MELATI GAMBIR
(Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah)


UMU ROSIDAH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Strategi Koping dan
Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir adalah
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka

di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011

Umu Rosidah
NRP I24070028

6

© Hak Cipta millik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

8


Judul Skripsi

:

Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada
Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir (Kasus di Desa
Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara,
Jawa Tengah)

Nama

:

Umu Rosidah

NIM

:

I24070028

Disetujui

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Pembimbing I

Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si
Pembimbing II
Diketahui

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal lulus:

9

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Kajian Stategi Koping
dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir” dapat
diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
sains setelah penulis menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Dalam
penyususan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, untuk itu
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas
kesediaan

dan

kesabaran

beliau

dalam

membimbing

penulis

dan

memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi dan
dosen pembimbing akademik atas segala masukan dan bimbingannya
selama penyusunan skripsi, nasehat serta kasih sayangnya selama penulis
menempuh pendidikan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.
3. Ibu Megawati Simanjuntak, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan
Bapak Ir. M.D. Djamaludin, M.Sc selaku dosen penguji skripsi atas saran
yang telah diberikan, dan seluruh staf pengajar dan komisi pendidikan
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.
4. Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) yang telah memfasilitas penulis
dalam kegiatan penelitian berupa dana penelitian dan dana beasiswa regular
selama satu tahun.
5. Orang tua tersayang, Bapak Sudirman dan Ibu Widiarti, atas segala curahan
kasih sayang, bimbingan dan doa demi kebaikan penulis serta semangat
membimbing penulis untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua
dan agama. Serta untuk adikku tersayang, Laela Hidayati, yang selalu
memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.
6. Pemerintah

Kecamatan

Rakit,

Pengurus

Desa

Gelang

yang

telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Desa Gelang, dan warga
Desa Gelang khususnya ibu-ibu buruh pemetik melati gambir yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
7. Nur Rochimah, Herti Herniati, Karnila Sari dan Puspita Herawati yang telah
menjadi sahabat tersayang dan mau mendengarkan suka dan duka penulis
dan teman-teman Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 44; teman-teman

10

satu bimbingan (Astari Sukmaningtyas, Agus Surachman, Karimah Alatas,
Nadia Naomi, Herti Herniati, Fauziah Fajrin, Elmanora, Gilar Cahya N, dan
Robi Rizkianto) yang telah saling membantu dan berbagi pengalaman dan
sahabat AGGS Sabrina (Rizky Agnestia A, Khusnul Khotimah, Alchemi
P.J.K., Rina Ristyawati (Alm), Rima Rahmawati, Noor Zuhaidha, Sitti
Sa‟adah dan Azizah Purwitasari) atas kebahagiaan yang telah menemani
hari-hari penulis selama di kostan dan atas persahabatan selama ini.
8. Untuk pihak-pihak yang belum penulis sebutkan, terimakasih atas segala
bimbingan dan kasih sayangnya.
Semoga

segala

bantuan

yang

telah

diberikan

kepada

penulis

mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
Bogor, Oktober 2011
Penulis

11

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

xv

PENDAHULUAN.............................................................................................

1

Latar Belakang ......................................................................................
Perumusan Masalah .............................................................................
Tujuan ...................................................................................................
Manfaat Penellitian ...............................................................................

1
3
4
5

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................

7

KERANGKA PEMIKIRAN ..............................................................................

17

METODE PENELITIAN..................................................................................

21

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ...................................................
Contoh dan Metode Penarikan Contoh .................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ......................................................
Pengolahan dan Analisis Data ..............................................................
Definisi Operasional..............................................................................

21
21
21
22
26

HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................

29

Karakteristik Lokasi Penelitian ..............................................................
Karakteristik Demografi Keluarga .........................................................
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga .................................................
Kontribusi Istri terhadap Pendapatan Keluarga .....................................
Kesejahteraan Keluarga ......................................................................
Strategi Koping .....................................................................................
Investasi Anak ......................................................................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga .................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping ...............................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Investasi Anak ..................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alokasi Uang untuk Anak................
Pembahasan .......................................................................................
Keterbatasan Penelitian ........................................................................

29
30
32
35
37
41
48
51
55
57
58
60
71

SIMPULAN ....................................................................................................

73

Simpulan .............................................................................................
Saran ...................................................................................................

73
74

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

77

LAMPIRAN ...................................................................................................

83

RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. 87

12

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Variabel, definisi, dan skala pengukuran data…………………………..

22

2

Kategori variabel penelitian……………………………………………….

23

3

Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga……………..

30

4

Sebaran keluarga berdasarkan tipe keluarga…………………………..

30

5

Sebaran keluarga berdasarkan usia suami dan istri……………………

31

6

Sebaran anak keluarga contoh berdasarkan usia…..…………………

32

7

Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anak sekolah………………….

32

8

Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pendidikan suami dan istri…..

33

9

Sebaran keluarga berdasarkan jenis pekerjaan utama suami………..

33

10

Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga…………………

34

11

Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan per kapita……………….

35

12

Kontribusi anggota keluarga terhadap pendapatan keluarga per
bulan…………………………………………………………………………

36

13

Penggunaan pendapatan buruh pemetik melati gambir……………….

36

14

Sebaran keluarga berdasarkan indikator kesejahteraan Garis
Kemiskinan………………………………………………………………….

37

Sebaran keluarga berdasarkan kriteria rumah tangga miskin menurut
Indikator BPS untuk penerima BLT………………………………………

38

Sebaran keluarga berdasarkan kategori miskin menurut indikator
BPS untuk penerima BLT…………………………………………………

40

Sebaran keluarga berdasarkan kategori miskin menurut indikator
BPS untuk penerima BLT (cut off point 5)………………………………

41

Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi
kebutuhan pangan…………………………………………………………

42

Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi
kebutuhan kesehatan…………………………………………………..

43

Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi
pengeluaran pendidikan…………………………………………………..

44

Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi
pengeluaran lain-lain………………………………………………………

44

Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah
pendapatan pangan……………………………………………………….

45

Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah
pendapatan pendidikan……………………………………………………

46

Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah
pendapatan lain-lain……………………………………………………….

47

Sebaran
keluarga
berdasarkan
strategi
koping
secara
keseluruhan…………………………………………………………………

48

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

13

26

Sebaran keluarga berdasarkan perilaku investasi pendidikan dan
kesehatan ………………………………………………………………….

49

Alokasi uang untuk anak per bulan berdasarkan tingkat pendidikan
anak………………………………………………………………………….

50

28

Alokasi pengeluaran berdasarkan tingkat pendidikan anak…………...

51

29

Nilai koefisien regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan ……………………………………………………………..

52

Nilai koefisien regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
strategi koping………………………………………………………………

55

Nilai koefisien regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku invetasi anak……………………………………………………..

57

Nilai koefisien regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi
alokasi uang untuk anak…………………………………………………..

59

27

30
31
32

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Kerangka pemikiran penelitian……………………………………………

2

Sebaran keluarga berdasarkan kategori strategi koping mengurangi
pengeluaran secara keseluruhan………………………………………… 45

3

Sebaran keluarga berdasarkan strategi menambah pendapatan
secara keseluruhan……………………………………………………….. 47

4

Sebaran keluarga berdasarkan perilaku investasi pendidikan………..

5

Sebaran keluarga berdasarkan perilaku investasi kesehatan………… 49

19

48

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Koefisien korelasi antar variabel penelitian……………………………...

84

2

Dokumentasi penelitian……………………………………………………

85

3

Lokasi penelitian……………………………………………………………

86

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada
kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk
adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yang menggambarkan kemampuan manusia dalam meningkatkan
kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Berdasarkan data United Nation for
Development Programme (UNDP), IPM Negara Indonesia pada Tahun 2010
menempati urutan ke-108 dari 169 negara di dunia, jauh di bawah Singapura (ke27) dan Malaysia (ke-57).
Rendahnya kualitas SDM akan berdampak terhadap pembangunan suatu
bangsa.

Pembanguan

diharapkan

sebagai

upaya

untuk

meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Akan tetapi, masih banyak masalah yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia. Dilihat dari segi ekonomi, jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta (13,33 persen), menurun
sebesar 1,51 juta jiwa dari tahun sebelumnya. Walaupun terjadi penurunan
jumlah penduduk miskin, proporsi penduduk miskin paling banyak tetap berada
pada wilayah perdesaan yaitu sekitar 64,23 persen dengan proporsi keluarga
miskin terbesar berasal dari keluarga petani (BPS 2010a). Termasuk dalam
kelompok ini adalah keluarga buruh pemetik melati yang memiliki pendapatan
rendah serta rentan terhadap fluktuasi harga dan perubahan musim.
Banyak keluarga miskin yang menggantungkan hidupnya pada pekerjaan
yang tidak tetap, upah atau gaji yang rendah, tidak sehat, tidak aman dan
memiliki kesempatan yang rendah untuk memperbaiki kondisi hidup mereka
(CPRC 2009). Ketika menghadapi masalah ekonomi, keluarga melakukan suatu
upaya agar kebutuhan anggota keluarga tetap terpenuhi. Dalam keadaan seperti
ini, keluarga miskin cenderung lebih suka melakukan penghematan dibandingkan
menambah pendapatan dimana strategi penghematan erat kaitannya dengan
kemiskinan (Puspitawati 1998). Strategi lain yang dapat digunakan adalah
dengan mengandalkan sumberdaya manusia yang ada, seperti anak-anak.
Menurut Todaro dan Smith (2006), tingkat pendapatan yang rendah akan
mendorong keluarga miskin untuk menambah anak. Hal ini karena anak
dianggap sebagai tenaga kerja yang murah dan dapat dijadikan sandaran hidup
di hari tua. Selain itu, akibat imbalan kerja yang rendah akan memunculkan
peran ganda bagi istri yaitu bekerja di sektor domestik dan sektor publik.

2

Hartoyo (1998) mengatakan bahwa anak adalah sumber daya berharga
dan tahan lama. Pada golongan keluarga miskin dan menengah, anak
diharapkan dapat membantu orang tua di masa yang akan datang. Selain itu,
anak adalah sumber daya untuk investasi. Salah satu investasi orang tua untuk
membentuk SDM yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan (uang). Hasil
penelitian terhadap Suku Jawa dan Minang menunjukkan bahwa pengeluaran
keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi waktu dan uang.
Keluarga

dengan

penghasilan

tinggi

akan

mencurahkan

lebih

banyak

sumberdaya untuk meningkatkan kualitas anak.
Keluarga yang besar dan pendapatan yang rendah akan mempersempit
peluang keluarga miskin untuk menyekolahkan anak sebagai investasi jangka
panjang. Hasil penelitian Susanto dan Elfindri (1996) di Mentawai yang diacu
dalam Ali (2009) menunjukkan bahwa orang tua menganggap anak sebagai
barang ekonomi yang nantinya dapat digunakan sebagai input tenaga kerja
dalam kegiatan rumah tangga untuk anak perempuan dan input tenaga kerja
lahan pertanian berpindah untuk anak laki-laki. Akibatnya, anak-anak dari
keluarga miskin sering tidak terdaftar di Sekolah Dasar, tidak menyelesaikan
Sekolah Dasar atau hanya mampu menyelesaikan pendidikan sampai Sekolah
Dasar. Berdasarkan data Kemendiknas, terdapat 1,62 persen anak Sekolah
Dasar tahun 2008-2009 yang putus sekolah. Hasil ini belum sesuai dengan
tujuan kedua dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menjamin bahwa
sampai tahun 2015, semua anak laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan
pendidikan dasar.
Menurut penelitian Edwards dan Grossman (1979) diacu dalam Bryant
dan Zick (2006), status kesehatan berpengaruh terhadap perkembangan
intelektual anak, sehingga dapat dikatakan bahwa kesehatan berhubungan
dengan pendidikan. Orang yang memiliki kesehatan baik akan memiliki waktu
produktif yang lebih tinggi dan orang yang memiliki pendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan yang lebih tinggi tentang kesehatan. Pada dasarnya,
tujuan dari investasi sumber daya manusia adalah sebagai upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

3

Perumusan Masalah
Data BPS menunjukkan bahwa masih terdapat sebesar 5,36 juta orang
atau 16,56 persen penduduk Jawa Tengah yang tergolong sebagai penduduk
miskin baik di perdesaan maupun perkotaan. Kabupaten Banjarnegara
merupakan kabupaten yang memiliki jumlah penduduk miskin sebesar 27,18
persen dari total penduduk Jawa Tengah dan merupakan kabupaten dengan
persentase penduduk miskin terbanyak kelima di Jawa Tengah (BPS 2010b).
Berdasarkan data BPS Kabupaten Banjarnegara (2008) salah satu kecamatan di
Kabupaten Banjarnegara yang memiliki penduduk miskin lebih dari satu per tiga
dari total jumlah penduduk (32,27%) adalah Kecamatan Rakit. Penduduk di
Kecamatan Rakit memiliki tingkat pendidikan yang didominasi oleh tamatan
Sekolah Dasar/sederajat dan Sekolah Menengah Pertama/sederajat serta
memiliki pekerjaan sebagai petani (45,97%).
Kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat, sementara lahan dan
kemampuan petani yang terbatas, mengakibatkan banyak keluarga petani dan
buruh mengalami berbagai masalah, khususnya masalah finansial atau
keuangan. Sebagian besar penduduk di Desa Gelang memiliki mata pencaharian
di bidang pertanian, termasuk dalam golongan ini adalah buruh pemetik melati
gambir. Melati gambir merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak
ditanam oleh masyarakat di Desa Gelang karena melati merupakan tanaman
yang bebas dimiliki oleh siapa saja yang dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan
seperti salah satu bahan baku teh, minyak melati, parfum, kostmetik, obat, dan
lain-lain.
Kegiatan memetik melati gambir biasanya dilakukan oleh kaum
perempuan. Penghasilan para buruh pemetik melati gambir sangat tergantung
pada banyaknya bunga melati yang diperoleh, harga bunga melati, dan musim.
Beberapa kondisi, yaitu keadaan harga melati yang dikendalikan oleh pasar dan
rentannya hasil yang diperoleh terhadap perubahan musim mengharuskan buruh
melati untuk mampu melakukan adaptasi agar kebutuhan rumah tangga dapat
terpenuhi, termasuk pemenuhan kebutuhan untuk anak-anak seperti pendidikan
dan kesehatan. Perannya sebagai buruh pemetik melati gambir, menjadikan
perempuan memiliki peran ganda yaitu di sektor domestik (sebagai ibu rumah
tangga) dan sektor umum (sebagai pencari nafkah). Akibatnya, kegiatan ibu
rumah tangga tidak hanya fokus dalam mengasuh anak, akan tetapi juga fokus
dalam kegiatan mencari nafkah.

4

Berdasarkan permasalahan diatas dapat dilihat beberapa rumusan
masalah yang muncul, yaitu:
1. Bagaimana kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga?
2. Bagaimana status kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir?
3. Bagaimana strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik
melati gambir ketika pendapatan keluarga menurun (harga melati gambir
murah)?
4. Bagaimana perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh
pemetik melati gambir?
5. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kesejahteraan
keluarga, strategi koping dan perilaku investasi anak keluarga buruh
pemetik melati gambir?
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi koping
dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir di Desa
Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga.
2. Menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati
gambir.
3. Menganalisis strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik
melati gambir ketika pendapatan keluarga menurun (harga melati gambir
murah).
4. Menganalisis perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh
pemetik melati gambir.
5. Menganalisis

faktor

apa

sajakah

yang

berpengaruh

terhadap

kesejahteraan keluarga, strategi koping dan perilaku investasi anak
keluarga buruh pemetik melati gambir.

5

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini bagi beberapa pihak antara lain:
a. Bagi peneliti, dapat mengasah kemampuan berfikir logis dan sistematis,
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan, dan sebagai media
pengembangan keilmuan sesuai dengan bidang keilmuan peneliti.
b. Bagi civitas akademika (IPB), dapat menyumbang referensi baru dalam
khasanah penelitian tentang kajian strategi koping dan perilaku investasi
anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir.
c. Bagi masyarakat, penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai
kondisi kesejahteraan, strategi koping, dan perilaku investasi anak yang
dilakukan oleh buruh pemetik melati gambir.
d. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Banjarnegara adalah
untuk memberikan informasi terkait kesejahteraan dan kualitas SDM di
wilayah penelitian. Selain itu, dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
memecahkan permasalahan dan pengambilan keputusan penentu
kebijakan bagi masyarakat, khususnya masalah peningkatan kualitas
sumberdaya manusia.

7

TINJAUAN PUSTAKA
Kesejahteraan Keluarga
Undang-undang No 10 Tahun 1992 mendefinisikan keluarga sejahtera
sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang
antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Sunarti
(2008) membagi kesejahteraan keluarga menjadi kesejahteraan ekonomi (family
well-being)

dan

kesejahteraan

material

(family

material

well-being).

Kesejahteraan ekonomi diukur melalui kemampuan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan keluarga seperti pendapatan, upah, aset, dan pengeluaran keluarga,
sedangkan kesejahteraan material diukur dari jumlah barang dan jasa yang
dapat di akses oleh keluarga.
Terdapat

beberapa

indikator

yang

digunakan

untuk

mengukur

kesejahteraan keluarga. Martinez et al (2003) telah menelaah sebanyak 36
laporan dan hasil penelitian mengenai kesejahteraan keluarga. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga berhubungan dengan aspek
kesehatan (health), ekonomi (economics factor), kehidupan keluarga yang sehat
(healthy

family

life),

pendidikan

(education),

kehidupan

bermasyarakat

(community life and community support) serta budaya dan keberagaman (culture
and diversity).
Beberapa indikator kesejahteraan keluarga yang telah digunakan dalam
penelitian antara lain: indikator garis kemiskinan yang dikemukakan oleh world
bank yaitu pendapatan US$ 1per hari dan US$ 2 per hari (Muladsih 2011), garis
kemiskinan Badan Pusat Statistik atau BPS (Muladsih 2011 & Elmanora 2011),
indikator BPS untuk menentukan sasaran program Bantuan Langsung Tunai
(BLT) yaitu 14 kriteria rumah tangga miskin (Muflikhati 2010), indikator
kesejahteraan keluarga Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasonal atau
BKKBN (Iskandar 2007 & Aniri 2008), indikator kemiskinan karena alasan
ekonomi yang dikeluarkan BKKBN (Aniri 2008), indikator FINCA untuk
menentukan sasaran program social metric matrix (Muflikhati 2010, Utami 2010
& Aniri 2008), indikator CBMS atau Community Based Monitoring System
(Suryadarma et all 2005) dan Scorecard Poverty for Indonesia (Elmanora 2011).

8

Penelitian ini menggunakan Garis Kemiskinan (GK) BPS dan 14 kriteria
rumah tangga miskin sasaran program BLT sebagai indikator kesejahteraan
keluarga. Indikator Garis Kemiskinan mengukur jumlah penduduk miskin
bergasarkan Garis Kemiskinan dengan nilai yang berbeda-beda berdasarkan
wilayah yaitu untuk daerah perdesaan dan perkotaan. Menurut BPS, penduduk
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan
dibawah Garis Kemiskinan (jumlah rupiah untuk konsumsi per orang per bulan).
Sampai bulan Maret 2010, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02
juta jiwa (13,33 %). Jumlah ini telah mengalami penurunan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya (14,15%). Penelitian ini menggunakan Garis Kemiskinan
perdesaan sebagai indikator yaitu untuk wilayah Jawa Tengah pada tahun 2010
sebesar Rp 179.982,00/kapita/bulan.
Indikator penerima BLT muncul sebagai akibat kebijakan kenaikan harga
BBM. Kriteria ini dilihat dari kondisi rumah tinggal dan pemenuhan kebutuhan
dasar lain seperti pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Keluarga yang
berhak mendapatkan BLT adalah keluarga yang memenuhi sembilan kriteria atau
lebih. Sedangkan keluarga yang memenuhi kriteria kurang dari sembilan butir
dinyatakan tidak miskin (BPS diacu dalam Muflikhati 2010).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga
Menurut Syarief dan Hartoyo (1993) kesejahteraan keluarga dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi, budaya, teknologi, keamanan,
kehidupan agama, dan kepastian hukum. Penelitian-penelitian mengenai
kesejahteraan dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator, seperti hasil
penelitian Iskandar (2007) menunjukkan

bahwa faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan keluarga menurut kriteria BPS antara lain pendidikan istri,
pendapatan,

pekerjaan

suami

(bukan

buruh),

kepemilikan

aset,

dan

perencanaan. Penelitian Rambe (2004) menunjukkan kesejahteraan keluarga
menurut Garis Kemiskinan BPS dipengaruhi oleh pendidikan suami, semakin
tinggi pendidikan suami maka peluang untuk sejahtera juga akan semakin
meningkat. Kondisi sosial ekonomi keluarga seperti besar keluarga, pendidikan,
aset, pendapatan dan pengeluaran perkapita memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kesejahteraan keluarga di wilayah pesisir (Muflikhati et al 2010).

9

Strategi koping
Menurut Voydanoff (1987), strategi koping adalah proses yang dilakukan
oleh individu dan keluarga dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk
mengatasi

kesulitan

ekonomi.

Upaya

strategi

koping

bertujuan

untuk

menyelesaikan masalah dan mengatur emosi dalam menghadapi tekanan
ekonomi yang dialami oleh keluarga. Beberapa strategi koping yang dapat
dilakukan untuk mengatasi tekanan ekonomi keluarga antara lain:
1. Family Work Effort atau pengupayaan kerja bagi anggota keluarga yang
dilakukan ketika pencari nafkah utama sudah tidak bekerja lagi.
2. Informal Economy. Kegiatan ini berupa penukaran antara barang dan jasa
dengan uang (barter). Keterampilan melalui hobi yang dimiliki seperti
pekerja kayu dapat memperoleh tambahan pendapatan dari kegiatan ini.
Selain itu, terdapat juga keluarga yang menukarkan barang dan jasa dalam
bentuk lain seperti peralatan rumah tangga, merawat anak dan
transportasi. Penggunaan informal economy ini diasosiasikan dengan
keluarga yang memiliki tekanan ekonomi dan kepuasan pernikahan yang
rendah.
3. Financial Management atau manajemen keuangan. Hal ini dilakukan
melalui pembuatan anggaran dan pembayaran tagihan. Strategi koping
seperti penghematan dalam pengeluaran lebih sering dilakukan oleh
keluarga saat menghadapi kesulitan ekonomi.
Menurut McCubbin (1979) diacu dalam Friedman, Bowden, dan Jones
(2003), koping keluarga adalah proses aktif yang dilakukan oleh keluarga dengan
menggunakan sumber daya keluarga yang dimiliki dan mengembangkan perilaku
baru untuk meningkatkan kekuatan keluarga dan mengurangi dampak stres
terhadap anggota keluarga. Selanjutnya Friedman, Bowden, dan Jones (2003),
mengumpulkan dua tipe strategi koping yang dapat dilakukan keluarga yaitu
internal (internal family coping strategies) dan eksternal (external family coping
strategis). Termasuk internal family coping strategies adalah strategi hubungan
keluarga (resiliensi keluarga, berbagi/bercerita kepada seluruh anggota keluarga,
dan fleksibilitas peran) strategi kognitif (normalisasi, mengartikan masalah,
menyelesaikan masalah bersama, dan memperoleh informasi dan pengetahuan),
dan strategi komunikasi (terbuka dan jujur, dan menggunakan humor). External
family coping strategis terdiri atas strategi komunitas (memanfaatkan jejaring),
strategi dukungan sosial (keluarga luas, teman, tetangga, kelompok, dan

10

dukungan sosial lainnya), strategi spiritual (nasehat, terlibat dalam kegiatan
keagamaan, memiliki keyakinan terhadap Tuhan, dan berdoa).
Menurut Puspitawati (1998), keluarga yang hidup di bawah tekanan akan
mengalami stres ketika terjadi masalah, khusunya masalah keuangan. Lebih
lanjut Puspitawati mengatakan bahwa terdapat dua tipe strategi koping yang
dilakukan oleh keluarga ketika mengalami kesulitan keuangan yaitu menambah
pendapatan (generating income) dan mengurangi pengeluaran (cutting back).
Generating income adalah strategi untuk meningkatkan ketersediaan sumber
daya uang di dalam keluarga yang dapat dilakukan dengan cara: anggota
keluarga memiliki pekerjaan sampingan, menambah jam kerja atau menambah
jumlah anggota keluarga yang bekerja. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh
penggunaan waktu tambahan orang tua untuk bekerja adalah berkurangnya
waktu orang tua untuk anak.
Cutting back adalah strategi yang digunakan untuk merespon rendahnya
keterbatasan sumber daya uang melalui pola pengeluaran yang berbeda
sehingga dapat mengurangi pengeluaran. Biasanya keluarga mengurangi
pengeluaran yang kurang penting, seperti rencana jalan-jalan. Akibatnya,
keluarga mengalami penurunan standar hidup. Strategi penghematan ini lebih
sering dilakukan oleh keluarga. Selain itu, tingkat kemiskinan berhubungan erat
dengan strategi penghematan dibandingkan dengan strategi menambah
pendapatan.
Sunarti dan Khomsan (2006) diacu dalam Kusumo (2009) mengatakan
bahwa keluarga petani memiliki strategi koping untuk memperoleh ketahanan
pangan diawali dari mengurangi pangan sumber protein dengan harga mahal.
Selanjutnya mengurangi frekuensi makan dan mencari bahan konvensional yang
dalam situasi normal jarang dimakan, menerjunkan anggota keluarga yang
selama ini tidak bekerja (anak-anak, orang tua, dan kaum perempuan) untuk
bekerja mencari upah tunai. Jika hal ini belum berhasil, maka keluarga akan
menjual aset yang dimiliki. Langkah terakhir yang dilakukan adalah sebagain
anggota keluarga akan melakukan migrasi mencari nafkah ke luar daerah.
Secara tradisional, tanggung jawab ekonomi atau pencari nafkah utama
dalam keluarga dilakukan oleh suami. Akan tetapi, saat ini tidak hanya suami
saja yang berperan dalam ekonomi keluarga. Banyak wanita yang memiliki peran
ganda, yaitu di sektor domestik (ibu rumah tangga) dan sektor umum (wanita
bekerja). Menurut Hayghe (1984) diacu dalam Voydanoff (1987) Amerika

11

mengalami kenaikan jumlah istri yang bekerja di sektor umum yaitu sebanyak 40
persen pada tahun 1970 meningkat menjadi 59 persen pada tahun 1984. Semua
itu dilakukan istri agar pendapatan keluarga mampu mencukupi semua
kebutuhan anggotanya sehingga tercipta kesejahteraan bagi seluruh anggota
keluarga. Suryocondro (1987) dalam Suryawati (2002) menyatakan bahwa setiap
wanita bekerja di luar rumah dapat membawa dampat positif terhadap
pendapatan keluarga, yaitu dengan membantu atau menambah biaya hidup
keluarga dan rata-rata wanita yang bekerja menyumbang 49% dari pendapatan
keluarga. Selain itu, jumlah anak yang banyak bukan dijadikan sebagai aset
(investasi) akan tetapi sebagai sumber tenaga kerja untuk menambah
pendapatan (Rusastra & Napitupulu 2008).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping
Hasil peneltian Firdaus dan Sunarti (2009) terhadap buruh pemetik teh
menunjukkan bahwa usia suami istri memiliki hubungan negatif dengan strategi
koping. Semakin tinggi usia istri dan suami memungkinkan jumlah tanggungan
yang semakin besar dan atau memungkinkan keluarga memiliki tabungan dan
aset, dan atau semakin mapannya pendapatan dan pengeluaran keluarga,
sehingga koping yang dilakukan tidak dinamis. Selain itu, strategi koping tidak
berhubungan dengan kesejahteraan keluarga. Lebih lanjut Firdaus (2008)
menyatakan bahwa strategi yang paling efektif dipilih keluarga dalam menyikapi
dampak krisis adalah mengurangi pengeluaran untuk makanan dan non
makanan serta meningkatkan produktivitas usaha. Koping pendidikan kurang
karena biaya pendidikan sudah ada standarnya.
Penelitian Rachmawati (2010) menunjukkan bahwa besar anggota
keluarga dan umur istri memiliki pengaruh positif terhadap strategi koping.
Besarnya anggota keluarga akan meningkatkan pemenuhan kebutuhan anggota
keluarga baik kebutuhan pangan maupun non pangan. Hukum Engel
mengatakan bahwa semakin besar persentase pengeluaran pangan diasumsikan
dengan semakin tidak sejahtera suatu keluarga. Sementara itu, hasil penelitian
Simanjuntak (2010), strategi koping fungsi ekonomi terhadap keluarga penerima
Program Keluarga Harapan (PKH) berhubungan signifikan dengan besar
keluarga, jumlah utang, rasio utang dan aset, tekanan ekonomi, dan lama
pendidikan ibu.

12

Investasi Sumber Daya Manusia
Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), modal manusia/sumberdaya
manusia adalah jumlah total dari kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh
manusia dan cara penggunaan sumberdaya manusia yang berpengaruh
terhadap sumberdaya di masa yang akan datang. Agar manusia dapat
menggunakan sumberdaya yang dimilikinya, diperlukan suatu upaya berupa
investasi sumberdaya manusia. Investasi sumber daya manusia merupakan
perbaikan dalam pertumbuhan ekonomi (Steuerle & Reynolds 2007).
Investasi untuk anggota keluarga dapat berarti sebagai investasi
sumberdaya manusia yang dapat dilakukan melaui pendidikan, pengalaman, dan
kesehatan. Investasi sumberdaya manusia diperlukan untuk meningkatkan
kualitas hidup. Menurut Bryant dan Zick (2006), investasi pada anak terdiri dari
dua komponen yaitu nilai uang dari jasa (seperti makanan, pakaian, rumah,
transportasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan) dan nilai waktu (merupakan
waktu yang dihabiskan orang tua, khususnya ibu untuk membesarkan anak baik
melalui perawatan maupun pemeliharaan).
Anak merupakan sumberdaya untuk investasi. Salah satu investasi orang
tua untuk membentuk SDM yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan atau
uang (Hartoyo 1998). Melalui investasi ini diharapkan anak dapat memiliki masa
depan yang lebih baik. Orang tua menginginkan peningkatan kesejahteraan bagi
anak-anaknya sehingga orang tua akan melakukan apa saja yang mereka
butuhkan

untuk

memaksimalkan

pendapatan

mereka

dengan

harapan

pengeluaran orang tua dalam investasi anak akan sama dengan biaya tambahan
yang mereka keluarkan (Becker 1993).
Investasi Pendidikan
Termasuk dalam investasi pendidikan anak antara lain pembayaran
Sumbangan Pembangunan Pendidikan (SPP), transportasi, buku pelajaran,
les/kursus, seragam sekolah, uang saku, tas sekolah, sepatu, dan buku
pendamping belajar (Suryawati 2002). Alasan seseorang menginvestasikan
pendidikan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kekayaan di masa yang
akan datang dan semakin lama pendidikan maka akan semakin meningkat
kesempatan seseorang dalam mengganti biaya pendidikannya (Bryant & Zick
2006).

13

Pendidikan merupakan jalan menuju produktivitas yang tinggi bagi
masyarakat, sehingga diharapkan melalui pendidikan yang tinggi dapat
menghasilkan SDM yang berkualitas. Akan tetapi, Mulatsih et al (2002)
mengatakan bahwa masyarakat lapisan bawah menganggap pendidikan sebagi
suatu pilihan dan bukan keharusan. Hal ini dikarenakan besarnya pengeluaran
untuk biaya pendidikan. Selain itu, biaya pendidikan yang tinggi tidak diimbangi
dengan adanya pemanfaatan kelulusan dalam dunia kerja. Menurut Barro dan
Lee (2000), pada negara berkembang masih terdapat sebanyak 37 persen
masyarakat dengan umur 25 ke atas yang tidak memiliki pendidikan formal, dan
hanya sekitar 27 persen yang mencapai Sekolah Menengah Atas (SMA).
Beberapa golongan masyarakat masih memiliki persepsi gender yang
berbeda dalam investasi anak. Hasil penelitian Mulatsih et al (2003) di
Kabupaten dan Kota Bogor menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat
menganggap pendidikan anak laki-laki lebih diutamakan dibandingkan dengan
anak perempuan. Perempuan memiliki peluang yang lebih kecil (hanya 50%)
dibandingkan laki-laki untuk mendapatkan tingkat pendidikan yang sama. Hal ini
diperkuat dengan nilai kesediaan orang tua untuk membayar (willingness to pay)
waktu perjalanan pergi dan pulang dari sekolah untuk anak laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan anak perempuan. Artinya, orang tua menginginkan kualitas
pendidikan yang lebih baik bagi anak laki-laki.
Selain faktor jenis kelamin, perbedaan investasi sekolah juga disebabkan
oleh jumlah anggota keluarga. Penambahan jumlah anggota keluarga akan
mengurangi dukungan keluarga terhadap anak dalam penentuan sekolah karena
adanya kesulitan keuangan dan hal ini mengindikasikan tingkatan yang rendah
dalam investasi keluarga, tetapi tingkat akhir pendidikan tidak tergantung pada
jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga (Leibowitz 1982).
Investasi Kesehatan
Cara lain yang dapat digunakan untuk investasi sumber daya manusia
adalah melalui pengeluaran waktu dan uang dalam pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan. Kelas aerobik, joging, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
gigi secara rutin dan pemberian nutrisi yang baik merupakan cara-cara yang
dapat digunakan sebagai investasi dalam kesehatan. Investasi dalam bidang
kesehatan tentunya berbeda dengan investasi dalam bidang pendidikan yang
memiliki tujuan agar manusia memiliki produktivitas dan pendapatan yang tinggi
dikemudian hari. Melalui investasi kesehatan, akan dapat memperpanjang umur

14

harapan hidup dan terhindar dari penyakit sehingga akan menghasilkan waktu
produktif