Efektivitas Program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamaytan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal

(1)

EFEKTIVITAS PROGRAM NORMA KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA DI DESA HUTANAMALE

KECAMATAN TAMBANGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh gelar Sarjana ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara OLEH

MARDIAH 030902032

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas nikmat, rahmat dan karunianya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis. Shlawat beriringan salam kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W yang menjadi tauladan bagi penulis, pendorong semangat penulis untuk dapat menelesaikan skrisi ini.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan program studi strata-1 pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik.

Dalam penusunan skripsi ini penulis telah banyak menerima bantuan berupa bimbingan, motivasi, dan saran dari berbagai pihak yang tidak ternilai harganya. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak prof. Dr.M. Arif Nasution, M.A, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

3. Ibu Khairani Siregar, S.Sos, M.SP, selaku dosen pembimbing penulis. Terimakasih banyak atas segala bimbingan, didikan, bantuan dan arahan yang sangat berarti buat penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Kepada seluruh dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah banyak mendidik, membantu,memberikan ilmu selama di perkuliahan, serta kepada staf administrasi yang telah banyak memberikan kemudahan dan pengarahan kepada penulis.


(3)

5. Kedua orang tua penullis Ayahanda M. Nasution dan Ibunda N. Lubis yang telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga dan do’a yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di tingkat Sarjana (S1). Serta adek-adek penulis, Sadli, Said, Arman, Arbiyah rajin-rajin belajar yach.

6. Bapak H. Amru Daulay, SH selaku Bupati Kabupaten Mandailing Natal yang telah banyak memberikan motivasi baik moril maupun materil pada penulis.

7. Kepada semua keluarga penulis yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil pada penulis.

8. Teman-teman penulis Kessos ’03 yang telah banyak membantu penulis dalam perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini, Fida, Randi, Roy, Qadri, Darta S.sos, Vivi S.sos, yang telah mau membagi kebersamaan dan berbagai informasi.

9. Teman penulis Kessos ’02 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, K’Lia, dan K’ Linda.

10. Teman-teman Kos penulis yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, K’Intan, Masni, Seri, K’Titin, Ira dan K’Sri. 11. Kepada Masyarakat Hutanamale terimakasih atas bantuan dan

informasinya selama penulis melakukan penelitian di Desa Hutanamale. 12. Semua pihak yang tidak dapat ditulis namanya yang telah membantu

penulis baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan masukan dan do’a pada penulis.


(4)

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membantu penyempurnaan skripsi ini, sekali lagi penulis mengucapakan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berkenan bagi pembaca.

Akhir kata penulis hanya dapat berdo’a semoga segala bantuan yang telah di berikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Medan, Maret 2008 Penulis


(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL MARDIAH

030902032

ABSTRAK

Efektivitas Program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamaytan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal

Keberhasilan program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal yang ditujukan pada masyarakat dapat dilihat dari beberapa program yaitu:

- pelayanan: pelayanan keluarga berencana secara umum dilaksanakan oleh puskesmas yang ada di desa atau kecamatan tersebut.

- sistem informasi: system informasi yang diberikan kepada masyarakat harus jelas dan mudah dimengerti atau di pahami oleh masyarakat.

- metode kontrasepsi yang dipakai: metode kontrasepsi yang dipakai adalah metode kontrasepsi modern yaitu pemakaian alat-alat kontrasepsi yang dilakukan oleh masyarakat yang disediakan oleh petugas pelayanan KB.

- Pengetahuan tentang program KB: Individu atau sasaran mengetahui adanya program KB.

Kemudian tujuan program NKKBS ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal. Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah berbentuk deskriftif dengan analisis data kuantitatif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta atau sebagaimana adanya.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa program NKKBS di Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal berhasil ditewrapkan secara efektif hal ini dapat dilihat dari jarak kelahiran anak yang rata-rata 2 tahun. Kemudian terlihat pula dari keikutsertaan mereka dalam memakai alat kontrasepsi.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

C.1. Tujuan Penelitian ... 9

C.2. Manfaat Penelitian ... 10

D. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Efektivitas ... 12

B. Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera ... 14

C. Nilai Anak Dalam Keluarga ... 15

C.1. Nilai Positif... 16

C.2. Nilai Negatif ... 17

C.3. Nilai Keluarga Besar ... 18


(7)

D. Keluarga Berencana ... 20

D.1. Pengertian Keluarga Berencana ... 20

D.2. Program Keluarga Berencana ... 21

D.3. Sejarah Program Keluarga Berencana Nasional .... 23

D.4. Tujuan Program Norma Keluarga Berencana ... 25

E. Penyuluhan Dalam Program Keluarga Berencana ... 27

F. Kebijaksanaan dan Strategi Gerakan KB Nasional ... 28

G. Pendekatan Dalam Pengelolaan Gerakan KB Nasional .. 30

H. Kerangka Pemikiran ... 31

I. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 33

I.1. Defenisi Konsep... 33

I.2. Defenisi Operasional ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 36

B. Lokasi Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel ... 36

C.1. Populasi ... 36

C.2. Sampel ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Desa Hutanamale ... 39

B. Data Monografi ... 41


(8)

B.2. Pemerintahan ... 41

C. Kependudukan ... 44

C.1. Penduduk Berdasarkan Usia ... 45

C.2. Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 46

C. 3. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 48

D. Fasilitas/ Prasarana ... 49

BAB V ANALISIS DATA 1. Data Identitas Responden ... 52

2. Deskripsi Tentang Jawaban Responden ... 59

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil Pencapaian Peserta KB yang PUS ... 4

Tabel 2. Lingkungan Data Potensi Desa ... 40

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 45

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 48

Tabel 6. Distribusi Peserta KB Menurut Alat Kontrasepsi Yang di Gunakan di Desa Hutanamale Tahun 2007 ... 50

Tabel7. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 52

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 55

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 55

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 56

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 57

Tabel 13. Distribusi Responden Terhadap Tingkat Pendapatan Perbulan .. 58

Tabel 14. Tanggapan Responden Mengenai Pernah Mendengar Informasi Tentang NKKBS ... 59

Tabel 15. Jawaban Responden Mengenai Informasi Pertama Sekali Tentang NKKBS ... 60

Tabel 16. Tanggapan Responden Mengenai Pemahaman Informasi Tentang KB ... 61


(10)

Tabel 17. Tanggapan Responden Mengenai Ketertarikan Menjadi

Peserta NKKBS ... 62 Tabel 18. Tanggapan Responden Mengenai Pernah atau Tidaknya datang

ke Puskesmas Untuk Mendapatkan Informasi Tentang NKKBS62 Tabel 19. Jawaban Responden Mengenai Cara Penyampaian Informasi

yang Diberikan Petugas NKKBS ... 63 Tabel 20. Tanggapan Responden Tentang Setujunya Terhadap

Program NKKBS ... 64 Tabel 21. Tanggapan Responden dalam Pengendalian Atau Merencanakan Kelahiran Anak Dengan Alat Kontrasepsi KB ... 64 Tabel 22. Alat Kontrasepsi yang Dipakai Responden ... 66 Tabel 23. Tanggapan Responden Mengenai Ketidaksesuaiannya dalam

Penggunaan Kontrasepsi yang dipakai ... 66 Tabel 24. Tanggapan Responden Mengenai Kesulitan dalam

Penggunaan Kontrasepsi ... 67 Tabel 25. Tanggapan Responden Jika Mengalami Permasalahan

Kemana Berkonsultasi ... 68 Tabel 26. Tanggapan Responden Mengenai Jarak Antara Anak

Pertama dan Anak Kedua... 68 Tabel 27. Tanggapan Responden Mengenai Keikutsertaan Secara Aktif

dalam Kegiatan Kelompok Akseptor ... 69 Tabel 28. Tanggapan Responden Mengenai Kegiatan untuk Mengajak

Pasangan Usia Subur Lain Menjadi Akseptor ... 70 Tabel 29. Tanggapan Responden Mengenai Pernah Menjadi


(11)

Petugas Lapangan KB ... 71 Tabel 30. Tanggapan Responden Mengenai Darimana

Mendapat Pelayanan KB ... 71 Tabel 31. Tanggapan Responden Mengenai Pemeriksaan Ulang

Alat Kontrasepsi pada Petugas Pelayanan KB ... 72 Tabel 32. Tanggapan Responden Mengenai Pelayanan KB ... 73 Tabel 33. Tanggapan Responden mengenai Manfaat KB ... 73


(12)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Kerangka Pemikiran ... 33 Bagan 2. Struktur Organisasi Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan ... 44


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL MARDIAH

030902032

ABSTRAK

Efektivitas Program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamaytan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal

Keberhasilan program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal yang ditujukan pada masyarakat dapat dilihat dari beberapa program yaitu:

- pelayanan: pelayanan keluarga berencana secara umum dilaksanakan oleh puskesmas yang ada di desa atau kecamatan tersebut.

- sistem informasi: system informasi yang diberikan kepada masyarakat harus jelas dan mudah dimengerti atau di pahami oleh masyarakat.

- metode kontrasepsi yang dipakai: metode kontrasepsi yang dipakai adalah metode kontrasepsi modern yaitu pemakaian alat-alat kontrasepsi yang dilakukan oleh masyarakat yang disediakan oleh petugas pelayanan KB.

- Pengetahuan tentang program KB: Individu atau sasaran mengetahui adanya program KB.

Kemudian tujuan program NKKBS ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal. Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah berbentuk deskriftif dengan analisis data kuantitatif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta atau sebagaimana adanya.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa program NKKBS di Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal berhasil ditewrapkan secara efektif hal ini dapat dilihat dari jarak kelahiran anak yang rata-rata 2 tahun. Kemudian terlihat pula dari keikutsertaan mereka dalam memakai alat kontrasepsi.


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL MARDIAH

030902032

ABSTRAK

Efektivitas Program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamaytan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal

Keberhasilan program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal yang ditujukan pada masyarakat dapat dilihat dari beberapa program yaitu:

- pelayanan: pelayanan keluarga berencana secara umum dilaksanakan oleh puskesmas yang ada di desa atau kecamatan tersebut.

- sistem informasi: system informasi yang diberikan kepada masyarakat harus jelas dan mudah dimengerti atau di pahami oleh masyarakat.

- metode kontrasepsi yang dipakai: metode kontrasepsi yang dipakai adalah metode kontrasepsi modern yaitu pemakaian alat-alat kontrasepsi yang dilakukan oleh masyarakat yang disediakan oleh petugas pelayanan KB.

- Pengetahuan tentang program KB: Individu atau sasaran mengetahui adanya program KB.

Kemudian tujuan program NKKBS ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal. Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah berbentuk deskriftif dengan analisis data kuantitatif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta atau sebagaimana adanya.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa program NKKBS di Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal berhasil ditewrapkan secara efektif hal ini dapat dilihat dari jarak kelahiran anak yang rata-rata 2 tahun. Kemudian terlihat pula dari keikutsertaan mereka dalam memakai alat kontrasepsi.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 1982 dikatakan bahwa salah satu tujuan dari pembangunan jangka panjang bidang kesehatan adalah pembangunan keluarga sejahtera termasuk meningkatkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera diarahkan bahwa terwujudnya nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketabanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha mewujudkan tujuan tersebut, salah satunya melalui Program Keluarga Berencana.

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian program pembangunan Nasional di Indonesia yang sudah dimulai sejak awal pembangunan lima tahun (1969) yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan bangsa antara lain kesejahteraan ibu dan anak karena dalam mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera, cara pengaturan kelahiran dan juga pengendalian laju pertumbuhan penduduk perlu dibatasi supaya tidak melampaui kemampuan produksi hasil pembangunan(pikas,4mei2006,http//www.pikasbkkbn.go.id/jabar/organisasi. hp).

Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan bangsa, pemerintah sedang melakukan pembangunan di segala bidang termasuk usaha-usaha untuk mengatasi masalah kependudukan. Berbagai masalah kependudukan tersebut meliputi: pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata dan penduduk usia muda yang besar.


(16)

Masalah pertama, pertumbuhan penduduk yang tinggi terlihat pada tahun 1971, jumlah penduduk Indonesia adalah 118,0 juta orang jumlah tersebut telah naik menjadi sebesar 147,5 juta orang pada tahun 1980, dan kemudian naik menjadi 179, 9 juta orang pada tahun 1990 dan pada tahun 2000 berjumlah 179,4 juta orang. Dengan demikian laju pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 1971-1980 adalah 2,32% per tahun. Sedangkan dalam kurun waktu 1980-1990 adalah 1,97% dan pada tahun 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk 1,49% data ini menunjukkan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk yang sangat berarti (bkkbn, 17 juli 2006, http//www.bkkbn.go.id/ditfor/research_detail.php?).

Pertumbuhan penduduk yang tinggi ini merupakan tantangan yang berat bagi keberhasilan pembangunan. Untuk itu perlu ditumbuhkembangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya NKKBS yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab, kesukarelaan, nilai-nilai agama, dan nilai-nilai luhur budaya serta bangsa.

Pada masa yang lalu banyak terdapat pandangan masyarakat tentang jumlah anak yang tidak sepenuhnya benar. Pendapat tradisional bahwa “banyak anak banyak rezeki” dan keluarga besar adalah suatu pelayanan luhur tehadap masyarakat dan ini telah diganti dengan pendapat bahwa banyak anak banyak susah dan melahirkan banyak anak adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap anak dan masyarakat. Perubahan telmologi dan perubahan nilai ini semuanya terlibat dalam perubahan besarnya jumlah anggota keluarga.

Masalah kedua adalah penyebaran penduduk yang tidak merata, salah satu kendala dalam usaha peningkatan kesejahteraan penduduk adalah persebaran penduduk yang kurang seimbang bila mana dikaitkan dengan persebaran sumber alam. Di daearah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, kesempatan bagi


(17)

penduduk untuk memanfaatkan sumber-sumber alam sangat sempit sedangkan tenaga kerja sangat melimpah. Sebaliknya di daerah dengan kepadatan penduduk rendah mengalami kekurangan tenaga kerja sehingga pemanfaatan sumber-sumber alam yang ada masih kurang. Oleh karena itu, salah satu sasaran kebijaksanaan di bidang kependudukan adalah meningkatkan persebaran penduduk yang merata dan tenaga kerja yang lebih seimbang dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan.

Masalah yang ketiga adalah penduduk usia muda yang besar, salah satu penyebab penduduk usia muda yang besar pada saat ini adalah laju pertumbuhan penduduk serta tingkat kelahiran yang tinggi di masa lalu. Misalnya, penduduk wanita yang berumur 15-49 tahun pada tahun 1980 sebanyak 35,9 juta. Jumlah tersebut telah meningkat menjadi 40,6 juta pada tahun 1990. Selanjutnya, dari jumlah tersebut terdapat 30,5 juta yang telah kawin dan berarti telah menjadi pasangan usia subur serta dapat melahirkan anak.


(18)

Salah satu petunjuk dari hasil usaha ini adalah jumlah peserta KB baru yaitu jumlah pasangan usia subur (PUS) yang berhasil diajak berkelurga berencana terlihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel. 1

hasil pencapaian peserta KB yang PUS

Tahun Hasil pencapaian pada PUS

1970-1975 2,31 juta

1976-1979 3,05 juta

1980-1984 4,21 juta

1985-1989 4,47 juta

1990-1995 4,53 juta

1996-2000 4,81 juta

2001-2005 5,06 juta

Sumber: Depkominfo, 6 Juli 2006,

http//www.depkominfo.go.id/?action=view&pid=news&id=2014). Sejalan dengan permasalahan di atas, tentunya sangat dibutuhkan berbagai cara atau metode yang efektif dalam usaha mencari alternatif pemecahannya, salah satu cara yang diharapkan adalah penurunan angka kelahiran pada setiap keluarga terutama yang tergolong sebagai pasangan usia subur.

Salah satu alternatif terbaik adalah mengintensifkan Gerakan Keluarga Berencana Nasional, sehingga tingkat pertumbuhan penduduk dapat ditekan seminim mungkin dan dapat mempercepat perwujudan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Program KB merupakan salah satu program pemerintrah dalam


(19)

usaha meningkatkan kesadaran masyarakat akan peningkatan kesejahteraan keluarga melalui keluarga kecil, sehingga nantinya program KB menjadi Gerakan Keluarga Berencana Nasional, itu berarti program KB tidak lagi hanya ditangani pemerintah akan tetapi sudah lintas sektoral.

Ketika pertama kali program KB diperkenalkan oleh Persatuan Keluarga Besar Indonesia (PKBI), sebuah lembaga sosial masyarakat pada tahun 1950-an, Indonesia berada di bawah kepemimpinan Soekarno, yang dikenal dengan seorang nasionalis. Dengan sikapnya yang menunjukkan ketidaktergantungannya terhadap berbagai tekanan kebijakan negara asing, dan dia banyak bertentangan dengan kekuatan-kekuatan barat yang mendukung ide pengendalian kehamilan. Pengaruhnya terlihat pada tidak adanya dukungan terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh Persatuan Keluarga Besar Indonesia (PKBI) tersebut (bapenas, 21 februari2005,http//www.bapenas.go.id/indekx.php?module=filemanager&fun= downland&pathext=contenz).

Keluarga berencana pada masa itu diperkenalkan sebagai pembatas kelahiran dengan alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Selama masa itu pendekatan PKBI lebih berorientasi pada kesehatan ibu, dan pelayanan. Terutama diberikan pada ibu yang mengalami resiko tinggi bila melahirkan. Menghadapi kondisi seperti ini, badan-badan dana asing mengambil sikap mengirim para intelektual setempat ke negara-negara barat untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan masalah Keluarga Berencana. Harapannya adalah pada suatu waktu mereka akan mewarisi kekuasaan di negeri ini. Investasi ini memberikan hasil ketika Indonesia mulai berada di bawah pimpinan Soeharto.


(20)

Pada tahun 1970, keluarga berencana diresmikan menjadi program nasional dan Badan Koordinasi Keluaga Berencana Nasional. Badan ini dibentuk dengan mempunyai tanggung jawab langsung pada presiden. Dalam mengkoordinasikan segala upaya untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk baik dari sisi finansial maupun organisasionalnya. Sejak saat itulah orientasi program mengalami perubahan yang sangat mendasar. Program itu tidak lagi diletakkan pada kepedulian kesehatan perempuan akan tetapi orientasi penekanan laju pertumbuhan penduduk yang sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya demi lajunya pertumbuhan ekonomi yang direncanakan.

Sesuai dengan yang diamanatkan dalam UU no. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera (PKPKS), semua pengelolaan upaya perkembangan penduduk dan pembangunan keluarga sejahtera harus berasaska perikehidupan dalam keseimbangan, manfaat dan pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Haryono Suryono gerakan KB yang telah berganti menjadi gerakan keluarga sejahtera didasarkan pada kebijakan Pemenuhan Pemerintah Masyarakat (PPM). Menurutnya dengan kebijakan ini keberhasilan program tidak hanya dilihat dari tingkat kelahiran total dan tingkat preferensi kontrasepsi, tetapi juga pada kepuasan pengguna kontrasepsi (Republika, 23 februari 2007, http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail,asp?mid=5&id=283782&kat_id =105&kat_id1=147&kat_id2=269).

Efektivitas program KB dapat dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi dan kemampuan program. Kemampuan program ini dapat diukur dari empat hal yaitu: kekuatan kebijakan kependudukan, efektivitas pelayanan kontrasepsi,


(21)

sistem informasi, dan ketersediaan kontrasepsi. Namun dalam pelaksanaan pelayanan program KB belum sepenuhnya dimanfaatkan atau ditanggapi oleh masyarakat secara maksimal. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi sangatlah besar. Sejalan dengan era desentralisasi kewenangan program KB sejak tahun 2004 telah dilimpahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Untuk tingkat propinsi saat ini masih merupakan bagian dari pemerintah kota dua tahun setelah pelimpahan kewenangan program ke kabupaten.

Pada saat ini tenaga lapangan (PLKB) yang merupakan kekuatan pelaksanaan program jumlahnya sangat kurang, idealnya seorang PLKB membina 2 atau 3 desa. Disamping itu bentuk kelembagaan pengelola program KB di tingkat kabupaten/kota sangat beragam. Tantangan lain adalah hambatan koordinasi antara pusat dan daerah khususnya dengan kabupaten. Pembinaan dan bimbingan ke daerah kurang efektif karena kelembagaan di kabupaten yang bervariasi dengan nomenklatur yang beraneka ragam.

Di samping itu, pengelolaan program KB bersifat lintas sektoral. Mekanisme operasional yang dimulai dengan rapat penyusunan rencana sampai dengan evaluasi program mulai dari tingkat kecamatan samapai ke desa/kelurahan. Pada saat ini sekitar 50% desa/kelurahan secara rutin melakukan rapat koordinasi pelaksanaan program. Di samping itu, pelaksanaan tim KB keliling dari tingkat kecamatan ke desa hanya sekitar 38,6%. Melemahnya mekanisme operasional ini antara lain karena berkurangnya petugas lapangan dan kader serta kurang memadainya dukungan operasioal ( Pemko Medan, Februari 2006, http://www.pemkomedan.go.id/medan_kependudukan.php).


(22)

Masuknya program KB ini ke desa harus menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut, antara lain dengan cara:

1. Setiap desa/kelurahan harus memiliki tokoh agama/masyarakat yang aktif melakukan kegiatan advokasi dan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).

2. Setiap desa/kelurahan harus memiliki pembantu Pembina KB desa (PPKBD) yang berperan aktif sebagai fasilitator dan penggerak KB di desa/kelurahan.

3. Seluruh desa/kelurahan terutama di daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan, mendapatkan pelayanan KB yang berkualitas.

4. Program KB diharapkan memperoleh prioritas pengangguran dari pemerintah pusat dan daerah.

5. Terciptanya sistem jaminan pembiayaan program KB, terutam rakyat miskin dan rentan.

6. Di setiap kecamatan tersedia alat/obat kontrasepsi swasta dengan harga yang terjangkau.

Berbagai cara telah dilakukan walaupun program itu sudah lama berjalan tetapi pelaksanaannya di masyarakat masih sangat kurang. Misalnya, di Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal. Masyarakat tersebut menganggap bahwa KB masih identik dengan alat kontrasepsi yang dipromosikan oleh pemerintah. Selain itu, masyarakat belum sepenuhnya menyadari menfaat pelaksanaan program tersebut.


(23)

Berdasarkan pengamatan, masyarakat di Desa Hutanamale kurang memperhatikan program Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Sementara para Pasangan Usia Subur (PUS) di desa ini diharapkan menjadi akseptor KB. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program ini dibutuhkan seorang pemimpin yang menjadi motivator bagi masyarakat tersebut.

Hal ini menunjukkan seakan-akan peranan pemerintah dalam program KB di desa Hutanamale tidak ada, sehingga apabila hal ini terus berlanjut akan mengakibatkan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tingkat kesehatan ibu yang rendah kembali menjadi masalah. Dengan melihat kenyataan tersebut maka penulis tertarik meneliti tentang efektivitas program NKKBS di Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka: masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Efektivitas Program Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal”.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian C.1 Tujuan penelitian

Setiap orang yang melakukan penelitian tentu saja mempunyai tujuan yang hendak dicapai atau yang ditargetkan untuk apa suatu penelitian dilakukan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas masyarakat dalam Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera di desa Hutanamale kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal.


(24)

C.2 Manfaat penelitian

1. Bagi pemerintah setempat, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam pembuatan kebijaksanaan bagi perkembangan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera di desa-desa.

2. Bagi masyarakat Hutanamale penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

3. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melaksanakan penelitian ilmiah.


(25)

D. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah pemahaman isi, maka penulis membagi isi penelitian ini, ke dalam enam bab. Adapun urutan penulisan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang konsep-konsep penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini menggambarkan lokasi penelitian. BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasannya.

BAB VI :Merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan serta masukan berupa saran-saran yang bermanfaat.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Efektivitas

Ahli sosiologi menitikberatkan efektivitas pada kemanfaatan bersama. Dalam kamus sosiologi karangan Soerjono Soekanto membedakan dua pengertian yang sering disamakan artinya yaitu efektivitas dan evisiensi. Efektivitas adalah taraf sampai sejauhmana suatu kelompok mencapai tujuannya, sedangkan evisiensi adalah: 1. Pencapaian tujuan secara maksimal dengan sarana terbatas, 2. Rasio dari keluarga aktual terhadap keluarga standard, 3. Derajat pencapaian tujuan (Soekanto, 1984; 48).

Dalam setiap organisasi efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dengan kata lain suatu aktifitas disebut efektif, apabila tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, hal ini sesuai dengan pendapat soewarno mengatakan bahwa efektivitas pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah dilakukan sebelumnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Chester L. Bernand, yakni: efektivitas adalah tercapinya sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama.

Secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Sementara menurut Sondang P. Siagian, bahwa efetivitas adalah penyelesaikan pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya.


(27)

Artinya bahwa efektivitas berhubungan dengan dimensi waktu atau penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya maka dikatakan efektif, akan tetapi apabila tujuan atau sasaran yang dihasilkan tidak tepat penyelesaiannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dikatakan tidak efektif.

Menurut Cambel J.P, pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah:

a. Keberhasilan program. b. Keberhasilan sasaran.

c. Kepuasan terhadap program. d. Tingkat input dan output.

e. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989; 121).

Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pengertian yang memadai mengenai tujuan ataupun sasaran organisasi merupakan langkah pretama dalam pembahasan efektivitas, dimana seringkali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam usaha mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang efektivitas itu sendiri.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan efektivitas adalah tercapainya suatu tujuan dan sasaran yang ditentukan sebelumnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.


(28)

B. Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) adalah suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudayakan dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi pada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan lahir dan kebahagiaan batin (BKKBN,2006, http://www.bkkbn.go.id/misi.htm).

Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan pada batas tertentu dan tidak diimbangi pertumbuhan ekonomi yang memadai maka akan terjadi penurunan kualitas hidup manusia. Konsekuensi pertumbuhan penduduk melebihi pertumbuhan ekonomi antara lain pertama, bertambahnya beban hidup keluarga, masyarakat dan bangsa. Kedua, penyediaan fasilitas ekonomi harus lebih besar untuk dapat hidup dengan layak. Ketiga, bertambahnya agkatan kerja. Keempat, tuntutan perluasan lapangan pekerjaan dengan alasan tersebut maka program keluarga berencana di Indonesia harus dilakukan secara intensif untuk menanamkan fertilitas dan untuk membudayakan NKKBS.

Pembagian dan pembudayaan NKKBS di masyarakat memberikan norma sebagai berikut:

a. Norma jumlah anak yang sebaiknya dimiliki 2 (dua) orang anak. b. Norma jenis kelamin anak, laki-laki, perempuan sama saja.

c. Norma saat yang tepat seorang wanita untuk melahirkan, umur 20-30 tahun.

d. Norma pemakaian alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. e. Norma usia yang tepat untuk menikah, untuk wanita 20 tahun.


(29)

f. Norma untuk menyusui anaknya sampai 2 (dua) tahun.(BKKBN,2006, http://www.bkkbn.go.id/misi.htm).

C. Nilai Anak dalam Keluarga

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak mempunyai nilai tertentu bagi orangtua. Anak yang di ibaratkan sebagai titipan Tuhan bagi orangtua memiliki nilai tertentu serta menuntut dipenuhinya berbagai konsekuensi atas kehadirannya. Latar belakang sosial yang berbeda, tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau kebudayaan suatu kelompok sosial serta penghasilan atau mata pencaharian yang berlainan, menyebabkan pandangan yang berbeda mengenai anak.

Anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor sosiokultural dan lain-lain. Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orangtua adalah merupakan tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki di antara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka untuk situasi yang datangnya dari luar. Pandangan orangtua mengenai nilai dan jumlah anak dalam keluarga dapat merupakan hambatan dalam keberhasilan Program Keluarga Berencana. (BKKBN,2006, http://www.bkkbn.go.id/misi.htm).

Pada Negara berkembang didaerah pedesaan beban ekonomi biasanya jauh lebih rendah bila anak tidak sekolah. Pada usia yang sangat dini anak mulai dapat menyokong pengahasilan keluarga dengan bekerja di sawah, mengembala ternak dan mengerjakan pekerjaan lain. Dengan bertambahnya usia orang tua anak-anak dapat memberikan bantuan ekonomi, mungkin dengan bekerja di sawah milik orangtua.


(30)

Menurut Arnold konsep anak memiliki dimensi sebagai berikut: C.1. Nilai positif

1. Manfaat Emosional

Anak membawa kegembiraan dan kebahagiaan kedalam hidup orangtuanya. Anak adalah sasaran cinta kasih, dan sahabat bagi orangtuanya.

2. Manfaat Ekonomi dan Ketenagaan

Anak dapat membantu ekonomi orangtuanya dengan bekerja di sawah atau di perusahaan keluarga lainnya. Atau menyumbangkan upah yang mereka dapat di tempat lain. Mereka dapat mengerjakan banyak tugas di rumah (sehingga ibu mereka dapat mengerjakan pekerjaan lain yang menghasilkan uang).

3. Memperkaya dan Mengembangkan Diri Sendiri

Memperkaya memelihara anak adalah suatu pengenalan belajar bagi orangtua. Anak membuat orangtua lebih matang, lebih bertanggung jawab. Tanpa anak, orangtua yang telah menikah tidak selalu dapat diterima sebagai orang dewasa dan anggota masyarakat sepenuhnya.

4. Mengenali Anak

Orang tua memperoleh kebanggaan dan kegembiraan dari mengawasi anak-anak mereka tumbuh dan mengajari mereka hal-hal baru, mereka bangga kalau bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya.


(31)

5. Kerukunan dan Kelanjutan Keluarga

Anak bisa membantu memperkuat ikatan perkawinan antar suami istri dan mengisi kebutuhan suatu perkawinan. Mereka meneruskan garis keluarga, dan teradisi keluarga. (BKKBN,2006, http://www.bkkbn.go.id/misi.htm). C.2. Nilai Negatif

1. Biaya Emosional

Orangtua sangat menghawatirkan anak-anaknya terutama tentang perilaku anaknya, keamanan dan kesehatan mereka. Dengan adanya anak-anak, rumah akan ramai dan kurang rapi. Kadang-kadang anak-anak itu menjengkelkan.

2. Biaya Ekonomi

Ongkos yang harus dikeluarkan untuk memberi makan dan pakaian anak-anak cukup besar.

3. Keterbatasan dan Nilai Alternatif

Setelah mempunyai anak kebebasan orangtua berkurang. 4. Kebutuhan Fisik

Begitu banyak pekerjaan rumah tambahan yang diperlukan untuk mengasuh anak. Orangtua mungkin lebih lelah.

5. Pengorbanan Kehidupan Pribadi Suami Istri

Waktu untuk dinikmati oleh orang tua sendiri berkurang dan orang tua berdebat tentang pengasuhan anak. (BKKBN,2006,


(32)

C.3. Nilai Keluarga Besar 1. Hubungan Sanak Saudara

Anak membutuhkan kakak dan adek (sebaliknya anak tunggal di manjakan dan kesepian).

2. Pilihan Jenis Kelamin

Mungkin orangtua mempunyai keinginan khusus untuk seorang anak laki-laki atau anak perempuan, atau suatu kombinasi tertentu.

3. Kelangsungan Hidup Anak

Orangtua membutuhkan banyak anak untuk menjamin agar beberapa anak akan hidup terus sampai dewasa dan membantu mereka pada masa tua. (BKKBN,2006, http://www.bkkbn.go.id/misi.htm).

C.4. Nilai Keluarga Kecil 1. Kesehatan Ibu

Terlalu sering hamil tidak baik untuk kesehatan ibu. 2. Beban Masyarakat

Dunia ini menjadi terlalu padat. Terlalu banyak anak merupakan beban masyarakat. Hal ini terjadi karena memotivasi seseorang sehingga ingin memiliki anak antara lain:

a. Ingin membuktikan bahwa ia seorang dewasa

b. Memiliki perluasan pribadi dan mungkin dari seorang leluhur yang akan berakhir pada suatu waktu.

c. Memuaskan sejumlah standard yang pasti oleh keluarganya sendiri maupun religi.


(33)

d. Menciptakan suatu kemesraan, afeksi dalam kehidupan kelompok melebihi dari sekedar keluarganya sendiri.

e. Mengalami petualangan dari kemampuan memiliki anak dan membesarkan anak.

f. Menciptakan manusia baru.

g. Memiliki seseorang untuk bergantung dan merawat.

h. Untuk menunjukkan bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu dibanding orang lain.

i. Memiliki angota keluarga yang lain untuk berbagai kerja dan untuk menjamin di hari tua. (BKKBN,2006,

http://www.bkkbn.go.id/misi.htm).

Masalah yang timbul dalam mencapai NKKBS sebagai mana diuraikan di atas adalah menekankan dan menggiring jumlah ideal ke arah catur warga ataupun keluarga dengan dua anak. Dua anak dalam keluarga dua laki-laki, dua perempuan atau satu laki-laki dan satu perempuan sudah cukup. Di sini terdapat dua permasalahan secara garis besar, yaitu:

a. Masalah memasyarakatkan Norma Keluarga Kecil atau Norma Keluarga dua anak yang jelas erat kaitannya dengan nilai-nilai sosial, ekonomi dan psikologi dari anak, begitu juga dengan tingkat kematian yang relati masih tinggi.

b. Bagaimana mencapainya secara teknis sekali norma itu sudah mulai berkembang. Dari sudut teknologi kontrasepsi yang ada sekarang dan yang dapat diterima oleh masyarakat, tidaklah begitu mudah untuk membatasinya pada 2 (dua) anak.


(34)

Bagaimanapun juga keputusan untuk menambah anak atau tidak terserah pada keputusan pasangan suami istri dan keputusan tersebut tidak dapat di lepaskan dari konteks sosial budaya. Tetapi yang jelas, perubahan social mutlak diperlukan untuk mendukung NKKBS yang dikampanyekan dalam program Keluarga Berencana diIndonesia.(BKKBN,2006,ttp://www.bkkbn.go.id/misi).

D. Keluarga Berencana

D. 1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana atau Family Planning merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi masyarkat Indonesia. Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangankelahiran (Kesrepro, 2006, http://kesrepro.info/kb/indek.htm).

Dari definisi di atas Keluarga Berencana adalah suatu usaha yang memang dilakukan secara sengaja untuk berbagai kegiatan yang ada hubungannya dengan keluarga seperti, mengatur jarak kelahiran, mengatur jumlah anak, mengatur jarak anak, dan lain-lain di mana kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku seperti falsapah hidup yang tujuannya adalah untuk kesejahteraan keluarga.

D .2. Program Keluarga Berencana

Program keluarga berencana merupakan salah satu usaha penanggulangan masalah kependudukan. Program Keluarga Berencana adalah bagian terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spritual, dan sosial budaya, penduduk


(35)

Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dan kemampuan produksi nasional. Program Keluarga Berencana telah dikembangkan sebagai salah satu program nasional sejak Repelita I dan ditingkatkan dalam Repelita demi Repelita. Program ini bagian utama dari kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh yang ada di indonesia. Program Keluarga Berencana merupakan bagian yang integral dalam pembangunan Indonesia dan hal ini telah direncanakan sejak tahun 1968 di mana dengan terbentuknya Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dan surat keputusan presiden No.8 tahun 1970 ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana nasional (BKKBN) (Tempointeraktif, 15 februari 2007, http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional2007/02/15/brk/2007 02 15_93311,id.html).

Program Keluarga Berencana sebagaimana yang dinyatakan dalam GBHN 1983 mempunyai tujuan ganda, yakni meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak Untuk mewujutkan Norma Keluarga kecil Bahagi dan Sejahtera (NKKBS) serta mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui pengendalian tingkat kelahiran.

Pada tahun 1986/1987 telah diambil pencapaian langkah-langkah pencapaian sasaran program berdasarkan kebijaksanaan yang telah digariskan, antara lain:

a. Peningkatan peran serta kaum bapak sebagai pengambil keputusan dalam keluarga melalui pemberian informasi Keluarga Berencana, serta peningkatan peran kaum bapak dalam membina Keluarga Kecil Bahagia dan sejahtera.

b. Peningkatan partisipasi sektor swasta dan masyarakat dengan memperluas cakupan peserta Keluarga Berencana baru.


(36)

c. Peningkatan partisipasi generasi muda yang diarahkan untuk menjadikan mereka sebagai subyek dalam Program Keluarga Berencana melalui kegiatan yang menunjang keberhasilan Program Keluarga Berencana serta meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mereka mengenai Keluarga Berencana.

d. Pembinaan institusi pengelola program dengan berbagai sistem pendukungnya, untuk menciptakan proses kegiatan yang dinamis melalui koordinasi aktif di lapangan, pembinaan secara berjenjang terpadu dan berlanjut serta peningkatan keterampilan petugas yang ada sesuai dengan tuntutan dan dinamika program.

e. Peningkatan keterpaduan dengan sektor pembangunan lain guna meningkatkan pelaksanaan operasional dan mengoptimalkan sumber daya yang ada yang diarahkan untuk menunjang pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagi dan Sejahtera (NKKBS). (Tempointeraktif, 15 februari 2007, http://www.tmpointeraktif com/hg/ nasional 2007/02/15/brk).

Didirikannya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). ditingkat pusat sampai daerah merupakan cermin adanya usaha yang efektif untuk menekan lajunya pertumbuhan penduduk. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional mempunyai tugas pokok untuk mempersiapkan kebijaksanaan umum dan mengkoordinasikan pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional dan kependudukan yang mendukungnya baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah, serta mengkoordinasi penyelenggaraan dilapangan.


(37)

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut BKKBN menyelenggarakan fungsi-fungsi yakni sebagai berikut :

1. Merumuskan kebijaksanaan program Keluarga Berencana Nasional

2. Merumuskan kebijaksanaan kependudukan yang mendukung program Keluarga Berencana Nasional secara menyeluruh dan terpadu

3. Mengkoordinasikan perencanaan, mengadakan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanan program Keluarga Berencana Nasional.

4. Mengkoordinasikan dan melakukan supervisi terhadap jenis daya dana dan sarana di dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional dan Program Kependudukan yang mendukungnya baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.

5. Membina kegiatan kerja sama dengan negara asing dan badan-badan internasional dalam bidang Keluarga Berencana Nasional dan kependudukan.

6. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan tenaga didalam Program Keluarga Berencana yang mendukungnya. (Tempointeraktif, 15 februari 2007, http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional2007/02/15/brk).

D. 3. Sejarah Program Keluarga Berencana Nasional

Pada tahun 1953, sekelompok kecil masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan, khususnya dari kalangan kesehatan melalui prakarsa kegiatan keluarga berencana. Kelompok ini berkembang, dan pada tahun 1957 berdirilah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Dalam kegiatannya PKBI ditunjang oleh Departemen Kesehatan dengan menyediakan Balai Kesehatan Ibu


(38)

dan anak (BKIA) serta tenaga kesehatan sebagai sarana pelayanan Keluarga Berencana.

Pada tahun 1967, presiden Soeharto bersama pimpinan-pimpinan dunia lainnya menandatangani Deklarasi Kependudukan Dunia. Sebagai tindak lanjut dari deklarasi tersebut maka pada tahun 1968 dibentuk sebuah lembaga semi pemerintah, yang namanya Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dan dengan surat keputusan Presiden No. 8 Tahun 1970 ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN). Kalau semula pendekatan Keluarga Berencana lebih bersifat pribadi antara seorang dokter/ bidan, dengan pasiennya, maka sejalan dengan perkembangan program tersebut dikembangkanlah pendekatan baru yang lebih berorientasi kepada pembangunan nasional dengan masyarakat luas sebagai sasarannya. Untuk itu peranserta segenap warga masyarakat dikembangkan terutama dari segi tanggung jawab terhaap program, sehingga dapat diharapkan masyarakat akhirnya akan dapat menjadi pengelola program dalam lingkungannya sendiri. Untuk menjawab program ini keluarlah surat Keputusan Presiden No.33 Tahun 1972.

Pada perkembangan berikutnya, integrasi Keluarga Berencana dengan pembangunan lebih meluas kesegala bidang, termasuk tanggung jawab dalam pengggarapannya. Pembudayaan gagasan Keluarga Berencana yaitu diterima dan dilaksanakannya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Perlu didukung dengan kebijaksanan kependudukan yang bersifat menyeluruh. Untuk maksud ini susunan dan tata kerja Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) lebih disempurnakan lagi dengan Surat Keputusan Presiden No. 38 tahun 1978.


(39)

D. 4. Tujuan Program Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai tujuan ganda yaitu : Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera sebagai dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran serta untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia.(BKKBN, 2006, http://www.bkkbn.go.id/misi.htm). Untuk mencapai tujuan tersebut, penggarapan Program Keluarga Berencana diarahkan pada dua bentuk sasaran, yakni:

1. Sasaran langsung, yaitu Pasangan Usia Subur (PUS) 15-49 tahun, dengan jalan mereka secara bertahap menjadi peserta Keluarga Berencana yang aktif lestari, sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas.

2. Sasaran tidak langsung, yaitu organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS (Pikiran Rakyat, 24 Maret 2006,http//www.pikiran rakyat.com/cetak/2006/21/99/apasiapa.htm). Dengan demikian, tujuan gerakan KB nasional tersebut bukan hanya sekedar mengendalikan pertumbuhan penduduk agar tidak tinggi, akan tetapi yang lebih penting adalah dengan gerakan Keluarga Berencana Nasional ini kita dapat membangun sumber daya manusia Indonesia sebagai modal dasar pembangunan nasional.

Sementara itu secara operasional, penggarapan Keluarga Berencana Nasional dijabarkan dalam 4 dimensi sasaran yaitu sebagai berikut :


(40)

a. Dimensi perluasan jangkauan, kegiatannya meliputi usaha-usaha mengajak masyarakat menjadi peserta KB baru serta mengembangkan institusi yang dikemudian hari diharapkan dapat ikut mengelola program. Juga sekaligus mengajak semua PUS yang potensial untuk menjadi ekspor KB agar adanya keinginan/hasrat masyarakat mengikutinya dengan senang hati.

b. Dimensi pembinaan, kegiatannya meliputi usaha-usaha untuk lebih memantapkan penerimaan ide KB, baik keikut sertaan masyarakat sebagai peserta KB maupun dalam penggarapan gerakan KB. Pada Pasangan Usia Subur (PUS) secara aktif diajak untuk memilih metode Keluarga Berencana dan mengikuti setiap kegiatan kelompok akseptor. c. Dimensi pelembagaan dan pembudayaan, kegiatan yang dilakukan

meliputi usaha penanaman NKKBS di masyarakat, untuk meningkatkan tanggung jawab dan peranan masyarakat serta seluruh instansi pemerintah dalam penggarapan gerakan Keluarga Berencana secara mantap.

d. Dimensi Keterpaduan. Kegiatan yang dilakukan menyangkut upaya memadukan penggarapan gerakan KB dengan berbagai sektor pembangunan lainnya yang terkait, sehingga gerakan KB akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari setiap kegiatan sektor-sektor pembangunan lainnya.

Kegiatan dimulai dengan alih kelola dan alih peran oleh masyarakat sendiri dan akhirnya sampai kepada tahapan awal Keluarga Berencana Mandiri, yaitu masyarakat akan mencapai suatu tingkat kesadaran dimana Keluarga Berencana


(41)

bukan hanya karena ajakan atau suruhan semata, melainkan atas dasar dan keyakinan sendiri.

Dengan empat dimensi sasaran ini, maka KB yang semula masih dianggap tabu oleh sementara kalangan masyarakat kita dapat dibawa sampai kepelosok pedesaan bahkan pada beberapa tempat telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat, yang menuju dibudayakannya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Sehingga pada ahirnya, terwujudlah apa yang menjadi tujuan dari program KB tersebut. (Pikiran Rakyat, 24 Maret 2006, http//www.pikiran rakyat.com/cetak/2006/21/99/apasiapa.htm).

E. Penyuluhan Dalam Program Keluarga Berencana

Pada umumnya dapat dikatan bahwa semua usaha yang berhubungan dengan masyarakat tidak akan berhasil baik apabila masyarakat tidak diberi penyuluhan yang sebaik-baiknya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha tersebut. Kegiatan penyuluhan dalam Program Keluarga Berencana sangat penting, karena program tersebut langsung bersentuhan dengan sikap dan prilaku serta keyakinan dari masing-masing orang. Program Keluarga Berencan yang meliputi penurunan tingkat kelahiran, pemberantasan jumlah anak, penjarangan kelahiran hanya akan berhasil baik apabila ada pengertian, bantuan dan respon dari setiap penduduk serta setiap keluarga secara teratur dan terus menerus.

Penyuluhan Program Keluarga Berencana bermaksud agar mereka turut serta atas pengertian dan kesadaran sendiri untuk mencapai tujuan program tersebut, juga agar pasangan usia subur memepergunakan salah satu metode atau


(42)

alat kontrasepsi dengan pengertian, pengetahuan dan kesadaran akan kegunaannya.

Penggunaan alat kontrasepsi ini agar dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama sehingga berpengaruh terhadap jumlah dan jarak kelahiran, taraf kesehatan ibu, anak dan seluruh keluarga secara keseluruhan. Sehingga akhirnya pola keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melembaga dan membudaya dalam kehidupan masyarakat (Entjang, 1986: 59).

Dalam melaksanakan penyuluhan tersebut maka segala potensi-potensi yang ada dalam masyarakat wajib dilibatkan, baik itu instansi-instansi pemerintah, swasta, perkumpulan-perkumpulan maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan.Kegiatan-kegiatan penyuluhan ini dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, seperti: kunjungan ke rumah-rumah, pertemuan-pertemuan, ceramah, diskusi/seminar, maupun kegiatan lainnya atau juga lewat media massa yang ada.

F. Kebijaksanaa dan Strategi Gerakan KB Nasional

Dalam rangka mencapai tujuan program Keluarga Berencana, maka ditempuh kebijaksanaan gerakan Keluarga Berencana yang menyeluruh dan terpadu dengan seluruh sektor pembangunan, untuk mengembangkan masyarakat menjadi faktor penunjang pembangunan, diarahkan untuk mempercepat penerimaan NKKBS sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung jawab dalam masyarakat.

Kemudian dalam rangka intensifikasi pelaksanaan program pembangunan kependudukan Keluarga Berencana, maka diperlukan segmentasi sasaran yang


(43)

lebih terinci. Untuk itu telah dikembangkan suatu sterategi yang telah dihasilkan dalam rakernas program Kependudukan Keluarga Berencana tahun 1982, yaitu Panca Karya dan Catur Bhava Utama. Kelima karya tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, kegiatan uatau upaya untuk mangatur fertilitas, ditujukan terhadap PUS (Pasangan Usia Subur) yang istrinya beluam mencapai 30 tahun atau jumlah anak kurang dari 3 orang. Tujuannya adalah membantu pasangan tersebut untuk hanya mempunyai anak maksimal 2 orang dan sekaligus memelihara kesehatan keluarga agar tidak ada kekhawatiran anak yang hanya 2 orang itu dalam keadaan yang kurang sehat atau meninggal. Membantu di sini berarti pula memberikan pelayanan kontrasepsi yang sebaik-baiknya.

Kedua, kegiatan yang ditujukan untuk mempertahankan fertilitas serta kesehatan ibu dan keluarga, kegiatan ini ditujukan pada PUS (Pasangan Usia Subur) yang istrinya telah berusia lebih dari 30 tahun atau anaknya telah 3 orang atau lebih agar mereka tidak menambah jumlah anak yang dimiliki. Hal ini untuk kesehatan ibu, anak maupun keluarga secara keseluruhan. Istrinya terbebas dari kemungkinan bahaya-bahaya mengandung dalam usia rawan.

Ketiga, kegiatan yang ditujukan untuk mempertahankan generasi baru yang memahami NKKBS. Kegiatan ini lebih banyak dalam kegiatan pendidikan kependudukan, gerakan pemuda, sehinga para pemudi kita mempunyai alternatif lain selain kawin, mengandung, punya anak saja dan sebaliknya memiliki cita-cita tinggi yang berguna bagi pembangunan.

Keempat, kegiatan yang ditujukan untuk memperkuat proses pelembagaan secara fisik dalam usaha kependudukan Keluarga Berencana, sehingga semakin


(44)

lama proses penangan KB-nya makin menjadi integral dari kegiatan masyarakat sendiri. Kegiatan tersebut adalah usaha peningkatan pendapatan keluarga, kopersi, usaha-usaha bantuan sosial untuk kelompok, serta penghargaan kelompok, latihan untuk peningkatan kemampuan peserta kelompok, dan sebagainya. Kegiatan harus pula berorientasi pada wanita untuk menjadiakan mereka potensial.

Kelima, kegiatan yang ditujukan untuk memperkuat pelembagaan mental dan lebih bersifat dukungan psikologis. Kegiatan berupa program untuk menjamin anak balita, program uasaha untuk orang tua, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang kiranya dapat mempunyai arti menyalurkan harapan jaminan atau sebagai hiburan, kebanggaan dan lain sebagainya. Termasuk disini adalah penataran P4 (Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila) dan keagamaan untuk meningkatkan kesetiaan kita kepada pancasila dan keimanan para peserta dan keluarganya, sehingga dapat dicapai kebahagiaan didunia dan akhirat.

Dari kelima karya di atas dapat diperhatikan bahwa dalam penggarapan gerakan Keluarga Berencan pada hakekatnya adalah usaha mengoptimalisasikan segala potensi yang ada pada masyarakat dan diwujudkan secara lebih terinci dalam upaya membudayakan NKKBS.

G. Pendekatan Dalam Pengelolaan Gerakan KB Nasional

Untuk menjamin kelancaran program, maka dalam pengelolaan gerkan KB Nasional perlu dilakukan pendekatan diantaranya pendekatan kemasyarakatan. Pendekatan ini dapat dilakukan melalui mekanisme sosiokultural dalam masyarakat yang akan dikembangkan sampai tingkat keluarga, sehingga gerakan KB benar-benar merupakan gerakan masyarakat. Pada pendekatan ini, harus


(45)

benar-benar diperhatikan bagaimana pola budaya atau kebiasaan, sehingga masyarkat dapat menerima program Keluarga Berencana ini, dengan memberikan pengertian dan penyuluhan yang kontiniu. Maka diharapkan masyarakat akan lebih terbuka untuk mendukung dan mampu untuk ikut serta dalam pengelolaan gerakan Keluarga Berencana ini.

Kemudian pendekatan lain yang dapat dilakukan untuk kelancaran program Keluarga Berencana ini adalah pendekatan integral. Pendekatan ini diselenggrakan guna memantapkan koordinasi fungsional, serta keterpaduan penggarapan gerakan Keluarga Berencana dengan berbagai sektor pembangunan lain sebagai upaya mewujudkan dan melembagakan NKKBS. Sektor pembangunan tersebut seperti pembangunan bidang kesehatan dan gizi, pendidikan, perekonomian dan lain-lain.

Sementara itu, untuk kelancaran pengelolaan gerakan Keluarga Berencana dapat dilakukan pendekatan kemandirian. Di mana nantinya pengelolaan gerakan Keluarga Berencana secara bertahap diserahkan pada kemandirian masyarakat dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber potensi yang ada dalam masyarakat. Pada akhirnya nanti, peranan semuaa pihak seperti masyarakat, pemerintah, organisasi swasta dan lain-lain akan semakin meningkat tahun demi tahun.

H. Kerangka Pemikiran

Pada umumnya masyarakat dalam kehidupan sehari-hari masih patuh pada tradisi dan adat istiadat. Bukan berarti tradisi dan adat istiadat yang dianut semuanya tidak menunjang usaha pembangunan, sebagian justru dibutuhkan dan


(46)

berguna dalam proses pembangunan. Tetapi harus diakui sebagian dari tradisi dan adat istiadat yang dianut menghambat dan menghalangi usaha pembangunan. Terutama bagi masyarakat Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal, sebagian besar penduduknya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat tentang nilai-nilai anak yang kurang mendukung NKKBS seperti prinsip banyak anak banyak rezeki, dan banyak anak merupakan jaminan di hari tua.

Untuk menunjang pembangunan perlu adanya sikap yang positif dari masyrakat itu, dimana dengan sikap itu diharapkan agar program pembangunan (misal Program KB) yang disusun oleh pemerintah terhadap masyarakat tersebut dapat berjalan. Tetapi pada kenyataannya banyak sikap-sikap dari masyarakat Desa Hutanamale yang cenderung menghambat program pembangunan. Hal ini dapat diakibatkan karena ketidaktahuan masyarakat terhadap sesuatu program secara jelas, fasilitas yang tidak memadai, pendidikan yang rendah serta pendapatan yang rendah.

Keterlibatan pemerintah setempat untuk mengembangkan NKKBS di Desa Hutanamale merupakan tantangan berat bagi pemerintah, karena harus berupaya keras untuk mengajak masyarakat dalam pelaksanaan program KB. Dalam pelaksanaan program KB, sangat dibutuhkan keterlibatan masyarakat. Untuk itu, masyarakat harus mengetahui/ menikmati kegunaan atau manfaat dari program KB tersebut untuk diri mereka sendiri.


(47)

Pelayanan tentang program Keluarga Berencana secara umum dilaksanakan oleh Puskesma-puskesmas yang ada di Desa atau Kecamatan. Pelaksanaan Keluarga Berencana juga dilakukan oleh rumah sakit umum dan swasta, dokter-dokter umum, dan bidan.

I. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional I.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989: 33)

NKKBS

MASYARAKAT

EFEKTIVITAS

Indikator program - sistem pelayanan - sistem informasi

- metode kontrasepsi yang di pakai - pengetahuan tentang program


(48)

Untuk memfokuskan penelitian ini penulis memberikan batasan konsep yang diangkat dalam penelitian ini yaitu:

1. Efektivitas adalah suatu pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan program dan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Program adalah rencana atau aktivitas yang dilakukan dalam suatu wadah tertentu dalam hal ini adalah program NKKBS.

3. Norma Keluarga Kecil Bahagi Sejahtera adalah suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudayakan dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi pada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan lahir dan kebahagiaan batin.

4. Keluarga Berencana adalah usaha secara sadar dan sengaja mencegah atau menghindari terjadinya kehamilan walaupun tetap mengadakan hubungan suami istri.

I.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagai mana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989: 34)

Yang menjadi indikator-idikator dalam penelitian ini adalah: a. efektivitas dengan indikator:

1. Partisifasi yaitu keterlibatan dan pemanfaatan masyarakat terhadap program.


(49)

b. Program KB dengan indikator: 1. Pelayanan

Pelayanan keluarga berencana secara umum dilaksanakan oleh puskesmas-puskesmas yang ada di desa-desa atau kecamatan.

2. sistem informasi

Sistem informasi yang diberikan kepada masyarakat harus jelas dan mudah di mengerti atau di pahami oleh masyarakat.

3. Metode kontrasepsi yang dipakai.

Metode kontrasepsi yang dipakai adalah metode kontrasepsi modern yaitu pemakaian alat-alat kontrasepsi yang dilakukan oleh masyarakat yang disediakan oleh petugas pelayanan KB.

4. Pengetahuan tentang program keluarga berencana

Individu atau sasaran mengetahui adanya Program Keluarga Berencana, tetapi belum mengetahui secara mendalam tentang sifat dan kegunaan program tersebut.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisis data kuantitatif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta atau sebagaimana adanya.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal. Alasan mememilih tempat ini karena peneliti melihat di desa tersebut bahwa Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera itu sudah lama tetapi belum juga berhasil dijalankan sehingga perlu mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana efektivitas program Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera tersebut.

C. Populasi dan Sampel C. 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala nilai atau peristiwa sebagai sumber daya yang menerima karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991:141). Populasi dalam


(51)

penelitian ini adalah pasangan usia subur, di desa Hutanamale Kecamatan Tambangan yaitu berjumlah 150 pasangan.

C. 2. Sampel

Menurut Arikunto, jika jumlah populasi lebih dari 100, maka dianjurkan untuk menentukan jumlah sample antara 10-15 %, dan 20-25 % dari jumlah populasi dan ini dianggap representatif (Arikunto, 1992:107). Karena jumlah populasi di desa Hutanamale saat ini ada 150 pasangan usia subur, maka peneliti cukup mengambil 20 % saja yaitu 30 pasangan usia subur.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan

Yaitu dengan cara mengumpulkan data-data informasi yang ada menyangkut masalah yang di teliti dengan mempelajari dan menelaah buku-buku, majalah, atau surat kabar dan bentuk tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang di teliti.

2. Studi Lapangan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang di teliti penelitian ini diperoleh dari objek dengan cara:

a. Quesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan atau angket yang telah di sediakan kepada responden.


(52)

b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada responden guna memperoleh keterangan dalam mendukung data yang terkumpul.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis Deskriptif, yaitu metode yang dilakukan dengan mengolah, menyajikan dan menginterprestasikan data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti, kemudian data tersebut diberi komentar sesuai dengan data, fakta dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pemahaman empiris. (Sugiono, 1993: 62)


(53)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Desa Hutanamale

Pada tahun 1400 Desa Aek Marian adalah salah satu desa di Panyabungan. Di mana Desa ini di tempati oleh marga Rangkuti dan marga Lubis. Ketika ingin pemilihan raja marga Rangkuti dan marga Lubis bertentangan, kedua-duanya ingin jadi raja tidak ada yang mau kalah. Akhirnya masyarakat sepakat ingin menjemput raja yang ada di Pidoli Lombang yaitu marga Nasution ingin di jadikan raja di desa tersebut. Nama raja yang di jemput itu adalah Raja Sotar Dogar yang artinya Raja yang disegani.

Setelah menjadi Raja di desa Aek Marian, Raja ini pindah keseberang sungai yang ada di sebelah tenggara desa Aek Marian tersebut. Raja sering pergi ke hutan untuk mencari tempat yang bagus dan tanah yang subur untuk di jadikan desa atau tempat tinggal yang baru lagi.

Setelah berselang beberapa tahun Raja menemuka tanah yang subur kemudian ia pindah ke daerah tersebut yang disebut dengan Tarlola. Kemudian pada tahun 1440 desa ini berkembang dan melahirkan desa yang baru yaitu desa Hutanamale yang artinya pertama.


(54)

Tabel. 2

Lingkungan Data Potensi Desa

No Potensi No Jenis Data

A

B

C

D

Potensi Sumber Daya Alam

Potensi Sumber Daya Manusia

Potensi Kelembagaan

Sarana dan prasarana

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1. 2 3 4 5 Luas Desa Sumber daya air Udara Taman Umur Pendidikan Mata Pencaharian Tenaga Kerja Lembaga Pemerintahan LembagaKemasyarakatan Kelembagaan Politik Kelembagaan Ekonomi Lembaga Pendidikan Transportasi Komunikasi Air Bersih Pemerintahan Peribadatan


(55)

6 7. 8 9.

Kesehatan Pendidikan Penerangan

Tempat Pembuangan Sampah

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutanamale B. Data monografi

B.1. Batas Wilayah

- Sebelah utara berbatasan dengan desa Hutalombang. - Sebelah timur berbatasan dengan desa Hutatinggi.

- Sebelah selatan berbatasan dengan hutan yang sekarang baru dibuat taman nasional Batang Gadis.

- Sebelah barat berbatasan dengan desa Hutabaringin. B.2. Pemerintahan

Personil Kantor Kepala Desa Hutanamale adalah: b. Kepala Desa

c. Sekretaris Desa

d. Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat e. Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan f. Kepala Urusan Pemerintahan


(56)

Tugas dan Fungsi Kepala Desa. a. Tugas Kepala Desa

Kepala desa mempunyai tugas sebagai penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka menyelenggarakan gerakan urusan pemerintahan Daerah, urusan pembinaan umum termasuk pembinaanketentraman dan ketertiban.

b.Fungsi Kepala Desa:

1. Menggerakkan partisipasi masyarakat.

2. Melaksanakan tugas dari pemerintah atasannya.

3. Melaksanakan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan desa.

4. Melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya dibidang pembangunan dan masyarakat.

5. melaksanakan tugas dalam rangka pembinaan ketentraman dan ketertiban.

c. Memfungsikan LKMD di desa Hutanamale

Sesuai dengan keputusan mentri dalam negeri No.27 tahun 1984 tentang penyempurnaan tata kerja dan pengurus LKMD di Desa, kemudian untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan anggota LKMD ini dalam melaksanakan semua program pembangunan di desa, maka di lakukanlah musyawarah tentang pelaksanaan tugas-tugas dilapangan atau masalah-masalah yang dihadapi sekaligus untuk mencari jalan keluarnya.

Dengan demikian, setiap program pembangunan yang dilaksanakan di desa tidak terlepas dari keikutsertaan masyarkat melalui LKMD.


(57)

Disamping itu, bahwa Desa Hutanamale telah mengadakan suatu program yaitu :

1. Keamanan

Guna penanganan penanggulangan sistem keamanan (siskamling) di desa Hutanamale.

Dilaksanakan suatu pembinaan dengan jalan menggalakkan yaitu: Pemantapan ideologi melalui jalur organisasi pemuda

Pembinaan dibidang olah raga dengan cara memberikan secara langsung alat-alat olah raga.

2. Kebersihan

Sebagai mana di ketahui bahwa kebersihan adalah suatu faktor yang penting dalam kehidupan masyarakat yang sangat perlu mendapat perhatian dan penanganan yang insentif. Dalam hal ini Desa Hutanamale telah mengadakan gotong royong pada hari minggu, bersama-sama seluruh masyarakat untuk membersihkan jalan-jalan dan parit serta halaman rumah penduduk yang dikoordinir langsung oleh kepala desa. Dibawah ini akan digambarkan struktur organisasi pemerintaha desa Hutanamale.


(58)

STRUKTUR ORGANISASI DESA HUTANAMALE KECAMATAN TAMBANGAN

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutanamale C. Kependudukan

Jumlah Kepala Keluarga di Desa Hutanamale tahun 2007 yaitu 232 KK. Penduduk desa Hutanamale mempunyai komposisi penduduk sebagai berikut: 1. Penduduk berdasarkan usia

2. Penduduk berdasrkan pendidikan 3. Penduduk berdasarkan mata pencaharian

KEPALA DESA

TAMLEHO

SEKRETARIS

DARWIS NST

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

KAUR PEMERINTAHAN

SYAHRIAL LBS KAUR UMUM

KAUR KESEJAHTERAAN RAKYAT SYAMSUDDIN NST KAUR

PEMBANGUNAN


(59)

C.1. Penduduk Berdasarkan Usia

Berdasarkan data-data yang di peroleh dari kantor kepela desa Hutanamale di ketahui bahwa jumlah penduduknya adalah 956 jiwa. Data penduduk berdasarkan usia dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel. 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

No Usia (tahun) Jumlah Persen (%)

1 0 – 4 tahun 58 6,07

2 5 – 9 tahun 74 7,74

3 10 – 14 tahun 89 9,31

4 15 – 19 tahun 98 10,25

5 20 – 24 tahun 96 10,04

6 25 – 29 tahun 76 7,95

7 30 – 34 tahun 87 9,25

8 35 – 39 tahun 93 9,73

9 40 – 44 tahun 85 8,89

10 45 - 49 tahun 64 6,69

11 50 – 54 tahun 83 8,68

12 55 – 59 keatas 53 5,55

Jumlah 956 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutanamale

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Desa Hutanamle adalah 956 jiwa yang terdiri dari 232 Kepala keluarga. Jumlah penduduk yang terbesar adalah berusia 15-19 tahun yaitu 98 orang (10.25%) dan usia 20-24 tahun


(60)

ada 96 orang (10,04%). Selanjutnya penduduk yang berusia 30–34 tahun dan 10-14 tahun yang masing-masin ada 93 orang (9,73%) dan 89 orang (9,31%). Kemudian penduduk yang berusia 50-54 tahun berjumlah 83 orang (8,68%). Dan penduduk yang berusia 40-44 tahun dan 50-54 tahun yang masing-masing berjumlah 85 orang (8,89%) dan 83 orang (8,68%). Dan penduduk yang berumur 25-29 tahun dan 5-9 tahun yang masing-masing berjumlah 76 orang (7,95%) dan 74 orang (7,74%). Selanjutnya penduduk yang berusia 35-39 tahun dan 0-4 tahun yang masing-masing berjumlah 64 orang (6,69%) dan 58 orang (6,07%). Dan penduduk yang berusia 55-59 keatas berjumlah 53 orang (5,55%).

C.2. Penduduk Berdasarkan Pendidikan Tabel. 4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jiwa Persen (%)

1 Belum Sekolah 98 10,25

2 Tidak tamat SD 156 16,32

3 Tamat SD 264 27,61

4 Tamat SLTP 208 21,76

5 Tamat SLTA 154 16,11

6 Perguruan tinggi 76 7,95

Jumlah 956 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutanamale

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di desa Hutanamale sangat bervariasi pada umumnya penduduk mempunyai tingkat


(61)

pendidikan yang rendah hal ini bisa dilihat bahwa penduduk yang tamat SD sebanyak 264 Jiwa (27,61%), kemudian menyusul penduduk yang berpendidikan tamat SLTP yang berjumlah 208 orang (21,76%) dan 156 orang (16,32%) penduduk yang pendidikannya tidak tamat SD. Dan penduduk yang pendidikannya tamat SLTA hanya 154 orang (16,11%) dan 98 orang (10,25%). Yang belum sekolah, Sedangkan yang sekolah di perguruan tinggi hanya 76 orang (7,95%).

Data ini menunjukkan bahwa pendidikan di desa Hutanamale masih rendah, hal ini ada juga pengaruhnya dari orang tua yang tidak mempedulikan biaya sekolah anaknya, karena sebagian orang tua lebih memilih anaknya bekerja dari pada sekolah yang katanya mereka bisa manambah penghasilan orang tua untuk membantu adeknya yang masih sekolah atau menambah kebutuhan keluarga mereka.

Walaupun ada program yang diberikan pemerintah wajib belajar sembilan tahun tetapi bagi mereka program itu berlaku bagi orang yang mampu saja, bagi mereka kalau anaknya sudah pandai mengaji, mambaca, menulis, dan berhitung itu sudah cukup tidak perlu lagi untuk melanjutkan sekolah yang katanya hanya untuk menghabiskan biaya saja apalagi anak perempuan.


(62)

C.3. Penduduk berdasarkan matapencaharian Tabel. 5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jiwa Persen

1 Pegawai Swasta 96 19,83

2 Pegawai Negeri 84 17,36

3 Petani 227 46,90

4 Pedagang 58 11,98

5 Supir 12 2,48

6 Perawat 2 0,41

7 Penjahit 4 0,83

8 Montir 1 0,21

Jumlah 484 100,00

Sumber : kantor Kepala Desa Hutanamale

Dari tabel diatas dapatdilihat bahwa sebagian besar penduduk di desa hutanamale kecamatan tambangan rata-rata bermata pencaharian petani. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah mata pencaharian petani merupakan jumlah yang terbesar yaitu 227 orang (46,90%). Penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani itu berbeda-beda ada sebagai petani sawah (penanam padi), petani ladang (penanam sayur dan tanaman palawija yang lain) dan petani kabun seperti kopi, jeruk, dan karet.

Sedangkan penduduk yang mata pencahariannya sebagai pegawai swasta ada 96 orang (19,83%), pegawai swasta disini bekerja sebagai guru pesantren. Dan penduduk yang mata pencahariannya sebagi pegawai Negeri ada 84 orang


(63)

(17,36%). Dan penduduk yang mata pencahariannya sebagai pedagang ada 58 orang (11,98%), pedagang disini seperti penjual pakaian, sepatu, sayuran. Dan penduduk yang mata pencahariannya sebagai supir 12 orang (2,48%), penjahit 4 orang (0,83%), perawat 2 orang (0,41%) dan montir 1orang (0,21%).

D. Fasilitas/ Prasarana a. Jumlah tempat ibadah:

- Mesjid 3 buah

- Langgar 4 buah

b. Jumlah Pasilitas Kesehatan :

- Puskesmas 1 buah

- Posyandu 1 buah

c. Jumlah Pasilitas Pendidikan :

- TK 1 buah

- SD/ Sederajat 2 buah

- SLTP/ Sederajat 1 buah


(64)

Tabel. 6

Distribusi Peserta KB Menurut Alat Kontrasepsi Yang di Gunakan di Desa Hutanamale Tahun 2007

No Jenis Kontrasepsi Jumlah Persentase

1 Susuk 6 11,76

2 Suntik 27 52,94

3 Pil 14 27,46

4 Kondom 4 7,84

Jumlah 51 100,00

Sumber : PLKB Desa Hutanamale 2007

Dari tabel di atas dapat dilihat jenis kontrasepsi yang digunakan masyarakat Hutanamale yakni jenis kontrasepsi yang paling banyak dipakai masyarakat adalah suntik yaitu 27 orang (52,94%), yang menurut mereka alat kontrasepsi suntik ini lebih mudah dibandingkan dengan yang lain. Dan yang memakai alat kontrasepsi pil ada 14 orang (27,46%) mereka memakai alat kontrasepsi ini karena cuma alat ini yang cocok bagi mereka, menurut mereka kalau seandaianya cocok alat kontrasepsi suntik bagi mereka, mereka lebih memilih suntik karena alat kontrasepsi suntik lebih mudah pemakaiannya dari pada pil karena alat kontrasepsi pil ini harus rutin diminum tidak boleh ditunda-tunda karena kalau diditunda-tunda bisa jadi menimbulkan kegagalan atau mengalami kehamilan lagi.

Kemudian penduduk yang memakai alat kontrasepsi susuk hanya 6 orang (11,76%), alat kontrasepsi ini jarang dipakai masyarakat karena mereka takut pada efeksamping yang ditimbulkannya, dan yang memakai alat kontrasepsi kondom


(65)

hanya 4 orang (7,84%) yang memakai alat kontrasepsi ini hanya laki-laki. Ada juga masyarakat yang tidak mau memakai alat kontrasepsi karena mereka takut efeksamping, mereka lebih memilih untuk memakai KB alami yakni penghitungan tanggal haid.


(66)

BAB V ANALISIS DATA

Pada bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa dari 150 pasangan usia subur di desa Hutanamale di tetapkan sebanyak 30 pasangan sebagai responden (sampel penelitian) yang terdapat di desa Hutanamale Kecamatan Tambangan. Dapat dikemukakan disini bahwa hasil penelitian ini akan disusun dalam bentuk tabel.

Hasil penelitian ini akan menguraikan hasil-hasil penelitian yang meliputi penyajian data dalam bentuk distribusi tunggal. Melalui distribusi tunggal inilah akan diketahui dengan jelas data-data yang telah terkumpul melalui angket/quesioner yang telah diedarkan.

1. Data Identitas Responden.

Data-data yang menyangkut identitas responden yang akan di sajikan meliputi: umur, jenis kelamin, pekerjaan responden, pendidikan terakhir responden, jumlah anak, dan pendapatan perbulan responden.

Tabel. 7

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

NO Umur Jumlah Persentase

1 15-19 tahun 4 13,33

2 20-29 tahun 7 23,33

3 30-39 tahun 9 30,00

4 40-49 tahun 10 33,34

Jumlah 30 100,00


(67)

Distribusi responden menurut umur sangat penting untuk di ungkapkan. Hal ini untuk melihat tingkat usia responden yang menjadi peserta KB di Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal. Berkaitan dengan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah mereka yang berada pada usia 40-49 tahun dengan persentase 33,34%, usia ini merupakan tingkat usia yang masih produktif sebagaimana ditegaskan dalam batasan usia produktif antara 15-55 tahun. Kemudian responden yang berumur 30-39 tahun ada 30% dan responden yang berusia 20-29 tahun ada 23,33% dan responden nyang berusia 15-19 tahun ada 13,33%. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak ikut serta dalam program KB adalah usia 40-49 tahun, mereka ikut serta dalam program KB ini karena jika mereka hamil lagi dan melahirkan resikonya sangat tinggi.

Tabel. 8

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-Laki 4 13,33

2 Perempuan 26 86,67

Jumlah 30 100,00

Sumber: Kuesioner, September 2007

Tabel di atas adalah gambaran tentang jumlah dan persentase responden untuk jenis kelamin. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari keseluruhan responden, responden yang berjenis kelamin perempuan lebih dominan dari pada responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu perempuan ada 86,67 % sedangkan laki-laki hanya 13,33 %. Hal ini di pengaruhi oleh laki-laki yang malas


(68)

memakai alat kontrasepsi dan yang katanya repot seperti salah satu responden yang mengatakan seandaianya istrinya mau memakai alat kontrasepsi dia tidak akan mau memakai alat kontrasepsi tersebut. Seperti penuturan salah satu responden bapak ilham.

“….. sebenarnya saya tidak mau memakai alat kontrasepsi karena menurut saya memakai alat kontrasepsi kondom itu repot, ini karena terpaksa aja karena istri saya tidak mau memakai alat kontrasepsi, sementara kami harus mencegah kelahiran anak karena anak kami udah lapan dan belum ada yang menikah sementara mata pencahtrian cuma bertani ……”.

Sementara responden laki-laki yang lain yang memakai alat kontrasepsi karena istrinya pernah mengalami kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi dikarenakan keteledoran istrinya seperti penuturan salah satu responden pak pauzi.

“…saya memakai alat kontrasepsi ini karena saya takut istri saya mengalami kegagalan lagi dalam pemakaiannya seperti yang kemaren, istri saya hamil lagi karena dia jarang makan pilnya, dia makan pilnya klo kami mo hubungan aja…..”.


(69)

Tabel. 9

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Pekerjaan Jumlah persentase

1 2 3 4 5 Islam Protestan Katolik Hindu Budha 30 - - - - 100 - - - -

Total 30 100

Sumber: Kuesioner, September 2007

Tabel di atas menjelaskan tentang distribusi responden berdasarkan agama. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa keseluruhan responden beragama islam yaitu 100%, dan yang beragama protestan, katolik,hindu dan budha tidak ada.

Tabel. 10

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah persentase

1 Petani 16 53,33

2 Pegawai Negeri 3 10,00

3 Pegawai Swasta 7 23,33

4 Lain-lain 4 13,34

Jumlah 30 100,00

Sumber: Kuesioner, September 2007

Tabel di atas adalah gambaran tentang jumlah dan persentase responden untuk jenis pekerjaan yang dimiliki. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa


(1)

keluarganya tercapai ada 56,67%. Kemudian responden yang menjawab bahwa kesehatan ibu dan anaknya terjamin ada 33,33%. Responden ini mengaku setelah mengikuti program KB banyak manfaat yang didapatkannya diantaranya kesehatan anaknya terjamin. Dan responden yang lain menjawab tidak repot hanya 10%. Responden ini mengaku manfaat KB yang didapatkanya adalah dia tidak repot lagi untuk mengurus anaknya, dan tidak menggagu untuk pekerjaannya.


(2)

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh penulis, maka dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai “ Efektivitas Program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Hutanamale Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal.

1. Hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa pemerintah daerah telah melaksanakan program NKKBS pada masyarakat Hutanamale melalui puskesmas dengan berbagai program diantaranya:

- Sistem pelayanan - Sistem informasi

- Alat kontrasepsi yang dipakai - Pengetahuan tentang program KB

2. Keberhasilan program NKKBS ini dapat pula dilihat dari jarak kelahiran anak. Hal ini terbukti setelah masyarakat mengikuti program KB jarak kelahiran anak mereka 2 tahun.

3. Keberhasilan program ini juga dapat dilihat dari keikutsertaan responden dalam memakai alat kontrasepsi. Jika dilihat dari jumlah anak responden yang rata-rata telah memiliki anak lebih dari 6, hal ini disebabkan karena


(3)

B. Saran

1. Bagi kepala desa hendaknya terus menerus mempertahankan prestasi yang telah dicapai selama ini dalam bidang kependudukan, khususnya KB.

2. Penyuluhan dan informasi KB hendaknya ditingkatkan secara efisien, sehingga tujuan NKKBS tercapai dengan sepenuhnya.

3. Untuk meningkatkan kesejahteraan di Desa Hutanamale hendaknya terus diadakan pembinaaan yang bergerak dibidang kesehatan serta kesejahteraan masyarakat.

4. Program NKKBS tetap berjalan dengan sepenuhnya digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.

5. Diharapkan pada masyarakat untuk terus berpartisifasi dalam menjalankan program NKKBS di Hutanamale demi tercapainya tujuan NKKBS yang menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rukminto. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta : PT Rajawali Press.

Arikunto, Suharsimi.1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: PT Rhineka Cipta.

Bernard, L, Chester. 1992. Organisasi dan manajemen struktur penyakit-penyakit. Yogyakarta: Essentia Medica.

David, M. Heer. 1985. Masalah Kependudukan Dinegara Berkembang. Jakarta: PT Bina Aksara.

Entjang, Indah, dr. 1986. Pendidikan Kependudukan dan KB. Bandung: Alumni. Gerungan, W. A. 1991. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Julianto, Dadang. 2000. 30 Tahun Cukup Keluarga Berencana dan Hak Konsumen. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S. Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Soekanto, Soerjono,SH. 1984. Teori Sosiologi. Jakarta: Ghalia Indonesia.


(5)

Wagito, Bimo. 1985. Psikologo Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Offset. Wirawan, Sarlito. 1997. psikologi umum. Jakarta: Sinar Harapan.

Sumber lain:

BKKBN. Penelaahan Program Keluarga Berencana Nasional, http://www.bkkbn.go.id/misi.htm. 2006.

Bapenas. Keluarga Sejahtera,

http:www.bapenas.go.id/index.php?module=filemanager&func=dowland& pathezt=contenz.

Depkominfo. Galakkan Kembali Program Keluarga Berencana, http://www.go.id/?action=view&pid=news&id=2014. 06-07-06.

Kesrepro. Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan, http://www.kesrepro.info/kb/indek.htm.2006.

Pikiran Rakyat. Upaya Mencapai Keluarga Sejahtera, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/07 2006 /21/99 apasiapa.htm. 24-03-2006.

Pikas. Mendukug Norma Keluarga Kecil Bahagi dan Sejahtera, http://www.pikas.bkkbn.go.id/jabar/organisasi.php.

Presidenri. Keluarga Suatu Institusi Sakral,

http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2006/06/29/716html. 29-06-2006.


(6)

PKBI. Galakkan Lagi Program Keluarga Berencana,

http://www.pkbi.or.id/program.asp?show-bina%20anak%20pra%20sekolah.2006.

Syarif, Sugiri. Suksesnya Program Keluarga Berencana, http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail,asp?mid=5&id=283782 &kat_id=/05&kat_id/=1478&kat_id2=269, 23-02-2007.

Tempo Interaktif. Kultur Mendukung Suksesnya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera,

htttp://www.tempointeraktif.com/hg/nasional2007/02/15/brk,2007 02 15-93311,id.html. 15-02-07.