Pendugaan Parameter Genetik Kedelai Generasi F4 pada Intensitas Cahaya Rendah

ISSN 1907-039X

JURNAL
Volume 2 No.3. Jaauari 2011

DAFTARISI
• Kanduugao PaU Pada Tiga Fase Pertumbuhan Sagu (Metroxylon sagu
Rottb) (Bud; Santoso) •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 1-8
• Evalua5i Awal Ketahaaaa Beberapa KuJtivar Talas Terhadap Serangan
Ku"mbaog Talas, Papullnll 8pp. (COLEOPTERA: SCARABAEIDAE)
(Alexander Yaku) •••••••••••••••••••••••••••••.•••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 9-11
• Pengaruh Konleotrasi Starter Acetobacter xylinum TerhadapProdaksl Nata
Menggunakan Medium Air Kelapa (Gino Nemesio Cepeda) ...................... 13-19
• Kelembagaan Masyarakat dan Strutur Agraria Serta Keberlanjutan
Sumberdaya Alam ell Kawasan Capa (Mecky Sngrim) •••••••••••••••••••••.20-32
• StatUI Ekooomi Jamur Patogen Tomat dl Maaokwarl Akibat Peoggunaao
Varietas Introduksi Baru (Cipta Meliala) .....................................................33-37
• Peran Sektor Pertaoian AI1i Luas Dalam Perekonomian Papua (pendekatao
Model Input-Output) (Josina WaromQ •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••.38-45
• Peadugaan Parameter Genetik Kedelai Generasi F4 Pada Inteositas Cahaya
Readah (Yohanis A.mos Mustamu. TrJlcoesoemaningtyas, Desta Wirnas , Didy

SopaiJdie, Dorman M Arsyad) .............................................................46.54
• Beberapa Sifat Kimia Tanah Aldbat Pemberiaa Ekstrak KrandaUt dan
Fraksl Bahan Organik Pada Humic Hapludults (Ishak mオウ。、INセ@
•••••••• .55..(j4
• Varlasl Morfologi Ubi Jalar Lokal Asal Dataran Tinggt Minyambouw dan
Anggi (D. Wasgito Purnomo, Charlie D. Heatubun, Vika Mistro, Yohannes
Mustam'U, Amlsnatpa) ..........."••••••••••••••".........................................................65-75
• Karakter Morfologi Daua UbiJalar Sebagai Bahan Pangu Suku Dani
Distrlk Kurulu Jayawijaya (A.ntonlus Suparno,
Opalina Logo,
D. W. Purnomo) .........................................._...................................................76-81
• Variant·I Mesin Pemarut Sagu Tipe Sillnder Bertenaga Motor Dakar
HセイNョエャI@
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• ••••••••••••••••••••••••••••••••セᄋAjo@
• Kondisi BiogeorlSik dan Formasl Geologi Gunung Botak, Kabupateo
Maookwari (Dolak Tapllodab) (Samen Baan) ••••••••••••••••••••••••••••••••••91·95
ISSN 1907.Q39X

Qセi⦅@


9 771907

039004

Pendugaan Parameter...

ISSN 1907-039X

Pendugaan Parameter Genetik Kedelai Generasi F4 Pada Intensitas Cabaya
Rendah
Prediction of Genetic Parameter F4 soybean Lines in Low Light Intensity
Yobanis Amos Mustamu', Trikoesoemaningtyas2, Dests Wimas2 ,Didy Sopandie2, Darman M.
Arsyad3

ABSTRACT
The objective of this study was to collect information on genetic parameter and
agronomy character of soybean F4 generation in the low light intensity condition. The::
parameter was tested to 130 lines F4 which are produced by Balai Besar Pengkajian dar
Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor and the genotype of Sibayak, Tegal
Tanggamus, and Argomulyo were used as controls. The experiment was conducted in エィセ@

university's experimental field in Cikabayan, from September to December 2007. A total oj
130 advance (F4) soybean lines were evaluated under shading in an augmented desigr
experiment. The result of this study showed that all character has low genetic coefficient. Th(
weight character of 25 grains has· a considerably high heritability number in low lighintensity condition.

Keywords: soybean, low light intensity, heritability
IPengajar Program Studi Agronomi UNIPA (mustamuanis@yahoo.com)
lpengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura. Faperta IPB
3Staf Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Tekoologi Pertanian (BBP2TP)

PENDAHULUAN
Kebutuhan kedelai terus meningkat
sejalan dengan bertambahnya jumlab
penduduk. Balitbang Deptan (2007)
menyatakan babwa konsumsi kedelai tabun
2004 sebesar 2.015 juta ton, sedangkan
produksi nasionalnya hanya mencapai
0.707 juta ton. Rendahnya produksi
nasional menyebabkan negara hams
mengimpor kedelai dari luar negeri untuk

mencukupi kebutuhan nasional.
Produksi nasional kedelai dari
tabun ke tabun terns menurun. Pada tahun
2005 produksi kedelai nasional mencapai
808 ton, pada tabun 2006 produksi turon

menjadi 747 ribu ton dan menurun lag
pada tabun 2007 sebesar 592 ribu ton
Penurunan produksi kedelai yang tern
menerus diakibatkan menurunnya area
tanam akibat penurnnan daya saing kedela
dalam negeri dengan kedelai imp or.
Peningkatan produksi kedelai dapa
ditingkatkan dengan perluasan areal panel
dan juga peningkatan produktiviw
Perluasan areal panen dapat ditempul
dengan perluasan laban penanaman kedela
pada lahan hutan tanam industri sepen
yang telab dilakukan di bawab tegaka:
karet.

Salah satu kendala penanama
kedelai di bawah tegakan karet adala
intensitas cabaya yang rendab sehingg
46

diperlukan varietas unggul yang dapat
berproduksi baik di bawah eekaman eahaya
rendah.
Kedelai membutuhkan OJ - 0.8
kaVem2/menit atau setara dengan 432· 1152 kallem2lhari untuk memeapai
fotosintesis yang maksimal (Salisbury dan
Ross, 1992). Cahaya berpengaruh sangat
besar terhadap fisiologi tanaman kedelai
seperti
fotosintesis,
menutup
dan
membukanya stomata, pertumbuhan dan
perkembangan. Chozim et at. 1998,
mengatakan bahwa nilai intesitas eahaya

dibawah tegakan karet umur 2 tahun setara
dengan intensitas eahaya dibawah naungan
paranet 25 % dan umur 3 tahun setara
dengan intensitas eahaya dibawah paranet
50 %, sedangkan umur 4 tahun sudah
kurang dari insitas cahaya dibawah
naungan paranet 75 %.
Lingkungan
bereekaman
menyebabkan
tanaman
sulit
mengekspresikan kemampuan genetiknya
seeara penuh untuk tumbuh, berkembang
dan berproduksi dengan baik (Soepandie,
2006). Selanjutnya Anderson (2000)
melaporkan bahwa produksi . kedelai
menurun rata-rata 30 - 60 % pada kondisi
lingkungan bereekaman naungan sehingga
diperlukan varietas kedelai bam yang

mampu memperkecil dampak cekaman
meialui beberapa strategi agar mampu
beradaptasi terhadap kondisi cahaya
rendah.

BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan
s・ーセュ「イ@
tahun 2007 di kebun percobaan
Cikabayan IPB. Seleksi dilakukan terhadap
130 genotipe (F4) hasil pemuliaan BPPTP

Kriteria
seleksi
berdasarkan
parameter genetik adalah langkah terbaik
untuk mencapai keberhasilan dalam
program pemuliaan tanaman. Parameter
genetik yang dimaksud adalah nilai
Heritabilitas

yang
menggambarkan
hubungan antara ragam genotipe dengan
ragam fenotipe sehingga dapat dilihat
seberapa jauh fenotipe yang tampak akibat
pengaruh genotype. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya perubahan karakter yang
diamati seperti tinggi tanaman, jumlah
polongltanaman, bobot bijiltanaman, bobot
panen/petak. Ini . berarti pula bahwa
keberhasilan
suatu
seleksi
sangat
ditentukan
oleh
ketepatan
dalam
penggunaan kriteria seleksi.
Beberapa peneliti sebelumnya telah

melakukan penelitian tentang adaptasi
bebcrapa galur kedelai toleran naungan
seperti yang telah dilaporkan oleh
Sopandie et at. (2003), Handayani (2003),
Tyas (2006), La Muhuria (2007), Kisman
(2007) dan Wirnas (2007).
Penelitian ini bertujuan untuk
menduga parameter genetik gaiur-galur
kedelai. yang toleran intensitas cahaya
rendah Dari -informasi yang diperoleh dari
peneliti sebelumnya diharapkan dapat
dipakai sebagai acuan untuk melihat
adaptasi kedelai generasi F4 yang toleran
laban kering masam terhadap intensitas
cabaya yang rendah.
Bogor YEU1g diseleksi berdasarkan ukuran
biji dimana genotipe F4 merupakan
genotipe yang mempunyai biji bemkuran
besar. Sebagai kontrol adalah 4 tetua yaitu
Tanggamus, ArgomuIyo, Sibayak dan

Tegal.

47

sebingga tanaman kedelai tertutupi
seluruhya oleh paranet.
Tanah yang digunakan untuk
pertanaman kedelai diolah sebanyak 2 kali.
Setelah pengolahan kedua diikuti dengan
pengapuran dilakukan sebulan sebelwn
penanaman dan dilanjutkan dengan
pemberian pupuk kandang. Peagolahan
tanah dilakukan dengan pembajakan.
penanaman benih sedalam kira-kira 5 em.
Benih ditanam dalam baris di screen house
yang diberi naungan Paranet 50% dengan
eara budidaya optimum. Setiap genotipe
ditanam dengan panjang baris 1.5 meter,
dan jarak tanam antar baris 30 em dan
jarak tanam dalam baris 10 em, dua benih

per lubang. Jarak tanam dimaksudkan agar
tanamnn mcmperoleh ruang tumbuh yang
seragam dan mudah disiangi. Pada saat .
tanaman kedelai berumur satu minggu
dilakukan penyulaman. Hal ini dilakukan
jika tidak semua biji yang ditanam dapat
tumbuh dengan baik, sehingga akan
seragam. Untuk menjaga agar produksi
tetap baik, benih kedelai yang tidak
tumbuh diganti dengan biji-biji barn yang
telah dieampur dengan Nodulin.
Penyiangan dilakukan pada umur 23 minggu. Penyiangan dapat dilakukan
dengan cam mencabut gulma yang tumbuh
dengan tangan atau kuret. Dosis pupuk
yang digunakan adalah Urea=50 kglha,
SP36=IQO kglha dan KCI=75 kglha.
Penyiraman dilakukan sampai pada
kapasitas lapang hal ini disebabkan karena
kedelai menghendaki kondisi tanah yang
lembab tetapi tidak beeek. Pestisida yang
digunakan adalah pestisida Fastac yang
mengandung bahan aktif alfarnetrin 15 gil.
Dosis yang digunakan adalah 3 ee/20 I dan
diberikan tiap sebulan sekali.
Pengamatan dilakukan dengan
mengambil 5 tanaman contoh dari tiap
satuan percobaan. Pengukuran terhadap
karakter agronomi dan hasH biji/tanaman

dilakukan setelah panen (daun menguning
dan rontok), meliputi;
1. Tinggi tanaman (em). Pengukuran
terhadap tinggi tanaman dilakukan
setelah panen dengan mengukur dari
pangkal batang sampai ujung batang.
2. Jumlah buku. Pel1gukuran terhadap
jumlah buku dilakukan setelah panen
dengan menghitung jumlah buku
produktif.
3. Jumlah cabang. Pengukuran terhadap
jumlah cabang dilakukan setelah panen
dengan menghitung jumlah eabang
pada batang uhuna.
4. Jumlah polong total. Pengukuran
terhadap jumlah polong total dilakukan
setelah panen dengan menghitung
polong pada tanarnan.
5. Jumlah
polong
151.
Pengukuran
terhadap jumlah polong isi dilakukan
setelah panen dengan menghitung
jumlah po long bemas.
6. Bobot
Biji/tanaman
(g).
Panen
dilakukan
.ketika
polong
telah
kehilangan warna hijaunya. Panen
dilakukan dengan menggunting tangkai
polong yang telah kering dan tetap
membiarkan tanaman kedelai tetap
hidup dengan polong lain yang belwn
bisa dipanen. Pemeriksaan waktu panen
dan pemanenan dilakukan dua kali
dalam seminggu.
7. Bobot 25 butir (g). Pengukuran
terhadap bobot 25 butir dilakukan
dengan
menimbang
bobot
25
butir/tanaman
'

Analisis Data
Beberapa langkah dalam analisis
data adalah :
I. Analisis
data
berdasarkan
data
agronomi
dan
hasil/tanaman
menggunakan anova untuk rancangan
Augmented Design.
49

Hal
ini
dilakukan
membandingkan ragam.

2. Pendugaan Parameter Genetik yaitu
dengan Partisi ragam, Heritabilitas dan
Koefien Keragaman Genetik (KKG).

dengan

Tabell Model Anova untuk Augmented Design
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Genotlpe (0)
Kontrol (K)
GxK
Galat
Total

Derajat bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

(g + k) - 1

JKp

g-1

JKg

KTp
KTg

k-l

JKk

KTk

1

JKgk
Jke

KTgk

k(r-l)
g+rk

Partisi Ragam :
Partisi Ragam dibagi menjadi tiga
kelompok besar ragam, yaitu :
1. ragam fenotipik
2

a p=

i

L

(xi - Ili In - 1

n=t

2. ragam lingkungan
a 2e = (02p 1 + a 2p2 + a 2p3 +
セーTIO@
3. ragam &enetik

ァ@セ
= cip - a 2e
Keterangan :
2
a. p : ragam fenotifik F8; a 2e : ragam
hngkungan F8; a g : ragarn genetik
F8; a 2p 1 : ragam tetua pertama; a 2p2
: ragam tetua kedua; Q2 p3 : ragam
tetua ketiga; a 2p4 : ragam tetun
keempat

Heritabilitas arti luns :
Pendugaan parameter genetik ini
dimaksudkan karena pentingnya ragam
genetik dalam suatu populasi yang tidak
dapat kita lihat. Sesuai dengan komponen
ragam genetiknya, maka heritabilitas
dibedakan menjadi heritabilitas arti luas
dan heritabilitas arti sempit. Dalnm
pengukuran parameter genetik ini, maka
Heritabilitas arti luas yang diukur
merupakan proporsi ragam genetik total

Nilai Harapan
E(KT)

KTe

terhadap ragarn fenotipe. Heritabilitas arti
luas dapat dihitung dengan :
2
2
h (bS) = a g / a2p
kriteria
nilai
heritabilitas
menurut
Stansfield. 1983 :
• tinggi jika persentasinya lebih dari
50%
• sedang jika persentasinya antara
20% - 50%
• rendah jika kurang dari 20%
Kcterangan :
2
h (bS) : heritabilitas dalam arti luas. a 2 g
: ragam genotipe, c:l p : ragam fenotipe
Koefien Keragaman Genetik (KKG) :
Koefien
Keragaman
Genetik
(KKG) ditentuka!\ dengan rumus :
KKG= セャoE@

J1

Kritcria nilai KKG nlenurut Anderson dan
Bancroft. 1952 dalam Dradjad, 1987 dalam
Mansyah el 01., 1999 :


Luas nilai ragam genetiknya lebih besar
dari dua kali mlai simpangan bakunya



Sempit jika nilai ragam genetiknya
lebih kecil dari dua kaIi nilai
simpangan bakunya.

50

Pendugaan Parameter...

BASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
PeneJitian dilaksanakan pada bulan
September 2007 bertempat di kebun
IPS
dengan
percobaan "Cikabayan
ketinggian 240 m dpl. Curah hujan
maksimum pada bulan september termasuk
tinggi (115.0) dan menurun pada bulanbulan berikutnya. HasH analisis tanah
menunjukan bahwa tanah Cikabayan
tennasuk dalan jenis tanah lempung
berdebu (3, 48, 49) dengan pH H20
mencapai 4.9 dan tergolong tanah masam.
Senih kedelai yang digunakan pada
percobaan ini berasal dari hasil pemuliaan
SPPTP bogor. Seruh ditanam pada
Iingkungan intensitas cahaya penuh
(Gambar 1).
Hama" yang menyerang pertanaman
kedelai di dalam naungan adalah lalat
pucuk (Melanagromizae do/icostigma)
yang bempa serangga dewasa berupa lalat
berwama hitam yang menyebabkan seluruh
helai daun layu. Belalang (Valanga
nigricornis) menyerang pada bagian daun
tanaman dari munculnya trifoliat pertama.
kepik hijau (Nezara viridula Linaeus)
mulai muncul
merupakan kepik hijau ケセァ@
pada Case pembungaan dengan mengisap
polong dan biji dcngan cara menusukan
stiletnya. Kepik po long (Riplortlls linearis
Fabricius), merupakan kepik polong
dewasa yang mirip walang sangit berwama
kuning coklat yang menyerang pada rase
polong
dan
perkembangan
biji
menyebabkan po long dan biji kempis dan
kering.
Setelah kedelai mulai dewasa (3 - 4
mst) dipasang tali untuk menahan agar
kedelai tidak roboh dan mempemludah
untuk melakukan pengamatan. Kedelai
yang berada di dalam naungan diberi tali
lunjuran yang dipasang dari bagian atap

ISSN 1907-039X

diakibatkan
tanaman
yang
terns"
memanjang
akibat etiolasi.
Etiolasi
disebabkan karena adanya peningkatan
hormon auksin pada kondisi cahaya
rendah. Gardner, et al. (1985), menyatakan
bahwa auksin beraktifitas meningkatkan
pertumbuhan karena pembesaran koleoriza
akar lembaga dan pucuk lembaga dan
aktivasi geotropi (orientasi yang benar
pada pertwnbuhan akar dan pucuk).
Pemanenan tanaman kedelai setelah
daun sudah mulai menguning dan
berguguran. Panen dilakukan pada 11 mst
terhadap liap genotipe dengan memisahkan
tanaman contoh dari bulk. Panen pertama
dilakukan pada tanggal 24 November dan
panen kedua tanggal 27 November. HasH
. panen tidak langsung dipipil tetapi terlebih
dahulu di jemur hingga polong pecah. Siji
yang baik untuk dijadikan benih adalah biji
yang mempunyai kadar air di bawah 13%

Kcragaan Karakter Agronomi di
Lingkungan Intensitas cabaya rendah
Keragaan
genotipe-genotipe
tanaman dapat dilihat dengan menentukan
nilai sidik ragam, kisaran dan nilai tengah.
Rekapituasi hasil uji F-hitung masingmasing karakter disajikan pada Tabel 2.
Tabel tersebut menunjUkkan bahwa semua
karakter menunjukkan pengaruh yang
sangat nyata. Gomez dan, Gomez (1995),
menyatakan bahwa perbedaan yang sangat
nyata antar karakter apabila keragaman
perlakuan cukup besar dibandingkan
dengan galat percobaan

51

.

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam di Lingkungan Intensitas cahaya rendah
KT
Genotipe
Kontrol
Perlakuan
Karakter
5.61
4.36
21.02
TingglTan
1.05
0.56
4.33
Jumlah Buku
0.23
0.34
0.80
Jumlah Cabang
2.61
6.10
10.20
Polong Total
2.44
5.08
9.45
Polong lsi
5.06
10.32
Jumlah Bljirran
17.60
0.59
1.81
0.50
Bobot Bjrran
0.30
0.18
1.21
25 Butir
Keterangan :. : nyola. •• : 580gat nyola. tn : tidak oyota

Pendugaan

Ragam
Koefisien
Genetik

Genetik
dan
Keragaman

Koefisien
Keragaman Genetik
(KKG) digunakan untuk mengukur
keragaman genetik suatu sifat serta

Perlakuan
52.60
144.58
15.84
23.32
18.50
33.76
24.82
431.25

F-HITUNG
Kontrol
10.90
18.66
6.67
13.94
9.94
19.79
6.91
63.97

Genotipe
14.03
35.03
4.50
5.97
4.78
9.72
8.07
107.42

membandingkannya dengan sifat yang lain.
KKG dikatakan luas bila mlai ragam
gcnetiknya lebih besar dari dua kali nilai
simpangan bakunya dan sempit bila ragam
genetiknya lehih kecil dari dua kali nilai
simpangan bakunya.

Tabel 3. Ragam Gcnetik dan Koefisien Keragaman Genctik di Lingkungan Intcnsitas
cahaya rendah
KKG·
Karakter
Ragam Genetik (Vg)
Kriteria
Tinggi Tanaman
0.00
-0.38
Sempit
JumlahBuku
-0.02
0.00
Sempit
Jumlah Cabang
-0.02
0.00
Sempit
Polong Total
0.00
-0.09
Sempit
Polong lsi
-0.16
0.00
Sempit
Jumlah Bijiffanaman
0.10
0.48
Sempit
Bobot Bijiffanaman (gr)
0.11
0.06
Sempit
Bobot 25 Butir (gr)
0.06
Sempit
0.01
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai
Koefisien Keragaman Genetik tennasuk
yang diamati.
sempit untuk semua ォ。イエセ@
Nilai KKG berkisar antara 0.06 - 0.11.
Nilai KKG terendah terdapat pada tinggi
tanaman, jumlah buku, jumlah cabang, dan
polong total. Rendahnya nilai KKG suatu
karakter menunjukkan bahwa keragaman
genetik genotipe-genotipe yang diuji
adalah sempit. Nilai KKG tertinggi
terdapat pada karakter bobot bijiltanaman.

Hal ini menunjukkan bahwa genotipe yang
diuji memiliki keragaman genetik lebih
tinggi dibandingkan karakter lainnya. Bari
et al. (1973) menyatakan bahwa keragaman
dalam populasi sangat penting karena
seleksi akan efektif dengan perbedaanperbedaan yang diwariskan.

52

Pendugaan Nilai Heritabilitas Arti Luas
(Hbs) di Lingkungan Intensitas
Cabaya Rendab
Heritabilitas merupakan hubungan
antara ragam genetik dengan ragam
lingkungan. Allard (1960) menyatakan
bahwa nilai heritabilitas セ・イオー。ォョ@
pemyataan kuantitatif peran faletor genetik
dibanding faktor lingkungan dalam
memberikan keragaan akhir atau fenotipe
satu karakter. Ini menunjukkan bahwa
fenotipe yang tampak merupakan pengaruh

dari genotipe. Tingginya nilai heritabilitas
sangat diharapkan untuk kemajuan suatu
seleksi karena merupakan garnbaran dari
keragarnan genetik yangbesar dalam suatu
populasi. Zen (1995) menyatakan bahwa
nilai heritabilitas sangat menentukan
keberhasilan seleksi untuk lingkungan yang
sesuai karena nilai heritabilitas dapat
memberikan garnbaran apakah sifat
tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor
genetik atau faktor lingkungan.

Tabel4. Nilai Heritabilitas Arti Luas (IIbs) Karakter Agronomi dan Morfologi Kedelai di
Lingkungan Intensitas cahaya rcndah
Kriteria
Karakter
0.00
Rendah
Tinggi Tanaman
0.00
Rendah
Jumlah Buku
0.00
Rendah
Jumlah Cabang
0.00
Rendah
Po long Total
Rendah
0.00
Polong lsi
0.44
Sedang
Jumlah Bijiffanarnan
Sedang
Sobot Siji/Tanarnan (gr)
0.42
Tinggi
Sobot 25 Butir (gr)
0.75
Nilai heritabilitas dari karakter yang
diamati berkisar dari 0.00 - 0.75 dengan
kriteria rendah sarnpai tinggi. Karakter
dengan nilai heritabilitas tinggi dapat
dijadikan
sebagai
kriteria
seleksi.
Yudiwanti el al (2006) menyatakan bahwa
nilai heritabilitas sangat mencntukan
efisiensi seleksi, karena nilai heritabilitas
menggarnbarkan proporsi faktor genetik

yang diwariskan oleh tetua kepada
keturunannya
Karaleter bobot 25 butir memiliki
. ョゥャセ@
heritablitas yang yinggi dibandingkan
dengan karakter yang lain, hal ini
menunjukkan
bahwa
perbedaan
penarnpilan pada karaker tersebut lebih
dipengaruhi oleh genetik dan sedikit oleh
lingkungan.

KESINlPULAN

dapat diseleksi lagi dengan meilihat
pengaruh langsung dan tidak Jangsung dari
karakter agronomi terhadap hasil.

.
. Galur-galur yang diuji pada
mtensltas cabaya rendah berbeda nyata
untuk semua karakter dan memiliki nilai
KKG yang tergolong sempit. Karakter
bobot 25 butir memiliki nHai heritabilitas
エセョァゥN@
karakter yang
yang .. エセイァッNャ_@
memJhkl rulal hentabilitas tinggi dapa'

DAFTAR PUSTAKA
Anderson JM.1986. Photoregulation of
composition, function and structure
53

I'

M.
Syam,
S.O.
Surnamo,
Manurung, dan Yuswadi (eds).
Kedelai. Pusat Penelitian dan
. Pengembangan Tanaman Pangan,
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian. Bogor

of thylakoid membranes. Annu.
Rev. Plant physiol. 33.93-136
[Balitbang Oeptan] Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 2007.
Biologi Tanaman Kedelai
Bari' A. 1998. Pengujian Sebaran frekuensi
hasil padi dalam pertanaman
tumpangsari padi dengan jagung
dan ubi kayu. Comm Ag 4(1):41-45.
Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur
statistik untuk penelitian pertanian.
Sjamsudin E,
La Muhuria. 2006. Mekanisme Fisiologi
dab Pewarisan Sifat Toleransi
Kedelai (Glicine max (L.) Merrill)
Terbadap Intensitas Cahaya Rendah
[disertasi]. Bogor: Program Pasca
Srujana, Institut Pertanian Bogor.

Wirnas, D. 2007. Pembentukan Kriteria
Seleksi
Berdasarkan
Analisis
Kuantitatif dan Molekuler Bagi
Kedelai Toleran Intensitas Cahaya
Rendah (Oisertasi). Bogor: Program
Pasca SaIjana, Institut Pertanian
Bogor.
Zen,

S. 1995. Heritabilitas, Korelasi
Genotipik dan Fenotipik Karakter
Padi Gogo. Zuriat. 6:13

Salisbury FB, Ross CW.1992.Plant
physiologt.4th edition. Wadsworth
Pub.Co.
Soepandi D, 2006. Perspektif Fisiologi
Dalam Pengembangan Tanaman
Pangan di Laban Marginal. Orasi
Ilmiah Guru Besar Tetap Fisiologi
Tanaman. Bogor: Institut Pertanian
Bogor. 16 September 2006.

0,
Trikoesoemanigtyas,
Soepandi
Khurnaida N. 2004. Pembentukan
Varietas Unggul Kedelai Toleran
Naungan: fisiologi, genetika, dan
molekuler
adaptasi
terhadap
intensitas cahaya rendah. Usulan
Penelitian Hibah penelitian Tim
Pascasrujana. Dirjen Pendidikan
Tinggi. Mendiknas.
Surnamo.
1985. Teknik Pemuliaan
Kedelai, baI.263-294. Dalam:S.
Ismunadji,
Som'latmadja,
M.

54