Bhn presentasi bab 7

SUBSIDI DAN TRANSFER PADA PERSEORANGAN: ANALISIS EKONOMI
TERHADAP EFEK YANG TIMBUL

Perhatian utama tentang seluruh program transfer ini adalah efeknya pada
alokasi sumber daya alam. Program-program ini dapat mendistorsi perilaku
penerima karena dapat menghilangkan efisiensi. Dampaknya adalah konsumsi
barang dan jasa si penerima berada di luar titik dimana marginal benefit dari barang
dan jasa konsumen menurun dengan nilai sama dengan marginal social cost-nya.
Selain itu, adanya program tersebut dapat mengubah perilaku masyarakat
yang mengambil keuntungan dari syarat-syarat kelayakan yang telah ditentukan.
Pada akhirnya, mereka yang menerima bantuan tersebut akan kehilangan insentif
untuk bekerja jika pendapatan yang diterima membuat hilangnya manfaat dari uang
tunai yang ada dan juga manfaat lainnya. Efek program bantuan dari pemerintah
pada yang miskin terhadap alokasi sumber daya menyoroti trade-off yang terjadi
antara keadilan dan efisiensi.
Subsidi merupakan lawan dari pajak. Subsidi merupakan sebuah pembayaran
pada masyarakat, biasanya dari pemerintah, sesuai dengan kondisi dan ketentuan
yang ada. Analisis ekonomi terhadap segala bentuk subsidi membantu mengisolasi
dampaknya pada efisiensi.

Subsidi yang Mendistorsi Harga (Price-Distorting Subsidies)

Subsidi dapat menurunkan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
penerima. Contoh: Ahmad yang dikategorikan sebagai orang miskin berhak
mendapat subsidi perumahan yang membantunya menyewa apartment dengan
harga dibawah dari ekuilibrium pasar. Pemerintah kemudian membayarkan
perbedaan harga antara harga aktual dan harga yang disewakan. Perbedaan harga
inilah yang kita namakan subsidi. Tidak hanya Ahmad, pemerintah juga memberikan
bantuan subsidi pada orang lain yang berpendapatan rendah sehingga mereka bisa
mendapatkan rumah dengan harga terjangkau. Beberapa bentuk subsidi lainnya
juga membuat masyarakat miskin mampu menjangkau harga energi, seperti BBM
dan juga jasa lainnya, seperti jasa dokter.
Price-distorting subsidies merupakan subsidi yang mengurangi harga
konsumen di bawah harga pasar. Hal inilah yang mengakibatkan hilangnya efisiensi
ketika individu mensubstitusi barang-barang yang disubsidi dengan barang lainnya
pada anggaran belanja tahunan mereka. Kita dapat melihat dampaknya untuk
subsidi perumahan pada bagan berikut.

Price-Distorting Subsidies

Pemerintah setuju untuk membayar, misal 40% biaya sewa bulanan pada si A
yang berpendapatan rendah. Sebelum subsidi diberikan, A berada pada kondisi

ekuilibrium di titik E1. Pada point tersebut, ia membayar untuk mendapatkan H 1 unit
jasa perumahan dan menghabiskan N1 barang lain tiap bulan. Total pengeluaran
untuk perumahan per bulannya direpresentasikan oleh jarak N 1I.
Subsidi pemerintah mengurangi harga jasa perumahan untuk si A dan
membuat garis anggaran berpindah dari IA ke IB. Konsumen sekarang berada pada
ekuilibrium pada titik E2, dimana ia dapat mengkonsumsi H2 unit jasa perumahan per
bulannya. Total pengeluaran bulanannya pada jasa perumahan saat ini
direpresentasikan oleh jarak IS. Inilaih total yang sebenarnya A keluarkan dari
pendapatannya. Namun setelah disubsidi, terdapat pembagian dimana IN 2 dibayar
oleh penerima dan N2S dibayar oleh pemerintah. Karenyanya, jumlah total subsidi
yang diterima oleh si A adalah N2S. Setelah menerima subsidi, ia dapat menikmati
H2 unit jasa perumahan tiap bulan dan menghabiskan N 2 barang dan jasa lainnya.
Anggaplah si A diberi subsidi bulanan berupa kas dengan jumlah persis sama
dengan jumlah yang diterima berdasarkan subsidi non-tunai. Jumlah kas yang ia
terima tiap bulannya adalah N2S. Karena pendapatannya bertambah maka garis
anggaran akan berada pada kurva LL’. Garis anggaran ini melalui titik E 2, dalam
artian bahwa A masih dapat membeli kombinasi jasa perumahan dan barang lain
ketika ia mendapat subsidi non-tunai. Walaupun begitu, peningkatan dalam
pendapatan tunai memungkinkan konsumen membayar lebih pada semua barang
dan tidak hanya pada jasa perumahan.

Ekuilibrium setelah diberikan subsidi tunai berada pada titik E 3 dimana
konsumen memilih membayar H3 unit jasa perumahan dan N3 pada barang lainnya
tiap bulan. Hasil ini akan terus seperti itu selama marginal rate of substitution (MRS)
jasa perumahan untuk pengeluaran pada barang lain, dimana marginal benefit dari
jasa perumahan, menurun. Karena kemiringan garis anggaran LL’ lebih curam
terhadap titik E2, ekuilibrium harus berada pada titik dimana indifference curve nya
juga curam. A harus mensubstitusi pada pengeluaran barang lain terhadap

perumahan untuk meningkatkan marginal benefit perumahan. Karenanya, konsumsi
A harus berpindah pada titik yang lebih curam pada indifference curve-nya di titik E3.
Subsidi non-tunai mendorong si A membayar porsi yang lebih besar untuk jasa
perumahan dibanding ketika ia menerima subsidi tunai.
“Subsidi tunai yang diterima oleh seorang individu akan mendorong orang
tersebut menikmati level kepuasan yang lebih tinggi”. Si A dapat selalu
menggunakan uang tunai tersebut untuk membayar kombinasi perumahan dan
barang lain pada titik E2. Subsidi tunai memberikan penerima kebebasan yang lebih
besar untuk memilih disamping keuntungannya untuk mendapatkan kepuasan yang
lebih besar.
Perbedaan antara level kepuasan U3 dan U2 adalah hilangnya kepuasan
penerima dari N2S dollar subsidi dibandingkan hibah kas yang dibatasi. Deadweight

loss (jumlah biaya yang ditanggung masyarakat jika pasar tidak beroperasi secara
efisien) dari subsidi yang mendistorsi harga ini merupakan manfaat ekstra penerima
yang dapat dinikmati dari jumlah dollar dari subsidi yang mendistorsi harga jika hibah
diterima dalam bentuk lump sum (uang yang dibayarkan sekaligus). Disini
deadweight loss subsidi adalah perbedaan dalam kesejahteraan individu pada titik
E2 dibandingkan dengan apa yang dapat ia nikmati pada titik E 3 untuk jumlah uang
subsidi yang sama. Keuntungan bersih akan dihasilkan jika tiap individu yang
menerima subsidi yang mendistorsi harga mampu untuk mendapatkan jumlah yang
sama dalam bentuk transfer lump-sum yang tidak dibatasi. Kesimpulan yang dapat
ditarik adalah dengan subsidi dalam bentuk tunai tunai, individu akan memilih untuk
mengkonsumsi barang yang disubsidi dalam jumlah yang lebih sedikit.

Beban Berlebih dari Subsidi yang Mendistorsi Harga: Efek Pasar
Bagian ini membahas efek dari subsidi yang mendistorsi harga pada pasar
untuk produk seperti jasa perumahan. Untuk menyederhanakan, kita
mengasumsikan industri perumahan beroperasi pada kondisi biaya konstan dimana
kurva penawaran jangka panjangnya elastis sempurna. Kurva ini dapat kita lihat
pada bagan di bawah yang menunjukkan kurva penawaran pasar jangka panjang
untuk apartment tipe standar sepanjang kurva permintaan penyewa berpendapatan
rendah.


Beban Berlebih Subsidi

Karena kurva penawarannya elastis sempurna, biaya sewa apartment tidak
tergantung pada permintaan penyewa berpenghasilan rendah. Marginal social cost
membuat satu kamar apartment yang tersedia untuk penyewa tersebut diasumsikan
sebesar $400/bulan. Diasumsikan tidak ada eksternalitas dalam produksi atau
konsumsi perumahan dan adanya kompetisi sempurna dalam pasar perumahan,
kurva penawaran untuk perumahan sama dengan MSC untuk sejumlah unit kamar
apartment yang konstan pada $400/bulan.
Kurva permintaan menunjukkan bahwa marginal benefit satu kamar apartment
untuk penyewa berpendapatan rendah bervariasi dengan jumlah yang disewakan.
Ketika subsidi tidak ada, biaya ekuilibrium pasar adalah $400/bulan dan jumlah
apartment yang disewakan adalah Q1. Ini menunjukkan kondisi yang efisien karena
pada titik E, marginal benefit apartment tersebut sama dengan MSC untuk penyewa
berpendapatan rendah. Asumsi tidak adanya eksternalitas positif dikaitkan dengan
konsumsi perumahan pada penyewa berpendapatan rendah, MB yang mereka
terima dari sewa 1 kamar adalah MSC dari membuat kamar tersebut tersedia untuk
mereka.
Kemudian pemerintah setuju untuk membayar setengah biaya sewa untuk

penyewa tersebut. Dampak yang ditimbulkannya adalah harga untuk penyewa
tersebut turun ke $200 dan kuantitas yang diminta meningkat menjadi Q 2 yang ada
pada titik E’. Pada titik tersebut, penyewa hanya membayar $200/bulan dan biaya
sewa yang diterima oleh penyewa merupakan subsidi yang mendistorsi harga yang
direpresentasikan oleh jarak AE’.
Subsidi perumahan ini mendistorsi harga dan mendorong penyewa
berpendapatan rendah meningkatkan konsumsi mereka terhadap jasa perumahan.
Keluarga yang normalnya tinggal dalam ruang apartment kecil sekarang pindah ke
apartment lain yang membuat mereka lebih baik. Karena subsidi yang mendistorsi
harga, lebih banyak sumber daya ditujukan untuk membuat kamar apartment
tersedia untuk penyewa berpendapatan rendah.
Ketika Q2 unit ditawarkan tiap bulan untuk penyewa-penyewa ini, $400 MSC
dari apartment tersebut melebihi MSB penyewa yang hanya $200. Sekarang terlalu
banyak kamar apartment yang ditawarkan untuk penyewa-penyewa tersebut relatif
terhadap jumlah efisiennya. Efek yang ditimbulkan adalah, program subsidi ini

mendorong realokasi sumber daya ke perumahan tetapi nilai dari sumber daya yang
digunakan melebihi manfaat yang mereka sediakan untuk penyewa. Hasilnya adalah
hilangnya manfaat bersih dari sumber daya yang digunakan karena subsidi
mendorong penyewa mengkonsumsi perumahan di luar dari titik dimana MB-nya

sama dengan MSC.
Sekarang perhatikan biaya subsidi pada pembayar pajak dan bandingkan
biaya tersebut dengan kenaikan manfaat yang dinikmati penyewa sebagai dampak
dari adanya subsidi tersebut. Biaya bulanan susbsidi untuk pembayar pajak adalah
$200 per apartment dikalikan dengan Q 2 apartment yang disewa oleh penerima
subsidi. Ini direpresentasikan oleh area BAE’C. Nilai total subsidi penerima dapat
dikalkulasikan sebagai berikut:
1. Penyewa berpendapatan rendah yang akan menyewa kamar apartment
bahkan tanpa sumbsidi menikmati keuntungan bersih sebesar $200 ketika
biaya mereka dipotong dari $400 ke $200. Total keuntungan bersih
perbulannya adalah $200 dikalikan denga Q 1 yang direpresentasikan oleh
area BEFC.
2. Karena adanya subsidi, jumlah apartment yang disewakan pada penyewa
tersebut meningkat. Keuntungan bersih tiap bulan untuk tiap penyewa ini
berbeda antara MB/bulan yang mereka dapatkan ketika mereka tinggal
perumahan dan biaya $200/bulan. Total keuntungan bersih untuk penyewa
ini direpresentasikan oleh area EE’F.
Total peningkatan dalam manfaat bersih penyewa karena subsidi ini adalah
jumlah dari area BEFC dan EE’F, yaitu BEE’FC. Area ini lebih kecil dibanding BAE’C
yang merepresentasikan pajak yang dibayar untuk membiayai subsidi tersebut.

Biaya subsidi dibebankan lebih banyak pada pembayar pajak dibanding yang
menerimanya. Perbedaan antara biaya inilah yang dinamakan beban berlebih
subsidi yang direpresentasikan oleh area EAE’.

Price-Distorting Subsidy yang Menurunkan Harga ke Nol
Analisis efek subsidi pada penggunaan sumber daya berhubungan dengan
efek ekonomi pada Medicaid yang merupakan program bantuan dengan porsi
terbesar untuk masyarakat miskin di US. Walaupun ketentuan aktualnya cukup
komplek, program tersebut (bahkan hingga kini), efektif mengurangi menggratiskin
biaya jasa kesehatan untuk masyarakat yang berpendapatan rendah dan dianggap
layak.
Bagan berikut ini memberikan analisis efek program subsidi seperti Medicaid
pada konsumsi jasa kesehatan masyarakat miskin.
Subsidi Penuh Jasa Kesehatan

MSC penawaran jasa kesehatan tidak meningkat seberapa pun banyaknya
jumlah yang tersedia. Dengan tidak adanya subsidi, orang miskin harus membayar
pada harga ekuilibrium. Harga ini sama dengan MSC jasa kesehatan dengan harga
$100. Berdasarkan kurva permintaannya, kuantitas yang dikonsumsi adalah Q*.
Kurva permintaan tersebut mencerminkan keinginan si miskin untuk membayar. Ini

adalah MB mereka untuk jasa kesehatan. Ekuilibrium pada P* menunjukkan adanya
efisiensi karena P* = MC = MBL.
Asumsikan bahwa ketika si miskin layak untuk menerima Medicaid dan harga
untuk memperolehnya menjadi nol (gratis). Ketika itu, kuantitas yang diminta adalah
QG. Pada level ini, penerima mengkonsumsi jasa kesehatan di luar titik dimana MB
mereka sama dengan MC jasa. Pada titik E2, MSC untuk menyediakan jasa
kesehatan melebihi MB yang mereka peroleh. Karena hal ini, penerima subsidi yang
mengkonsumsi jasa kesehatan naik ke titik dimana MB mereka sama dengan nol.
Biaya total tahunan program ini bagi pembayar pajak direpresentasikan oleh
area P*AE20. Walaupun begitu, nilai uang untuk memperoleh kesejahteraan bagi
penerima ini kurang dari biaya program untuk pembayar pajak. Ketika tidak ada
subsidi, masyarakat berpendapatan rendah akan mengkonsumsi Q* unit jasa
kesehatan. Perbedaan antara jumlah maksimum yang kakan mereka bayar untuk
jumlah jasa kesehatan dan harga pasar sebanyak $100 direpresentasikan oleh area
P*BE1. Ini adalah surplus konsumen yang mereka dapatkan pada Q*. Surplus
konsumen ini ditunjukkan oleh area P*E1E20. Ini merepresentasikan keuntungan
bersih kesejahteraan si penerima program Medicaid.
Bagian peningkatan pada surplus konsumen ini adalah manfaat bersih ekstra
dari Q* unit jasa kesehatan yang akan dibayarkan. Ini direpresentasikan oleh area
0P*E1Q*. Sisanya adalah area Q*E1E2. Area ini adalah surplus konsumen pada jasa

kesehatan ekstra yang dikonsumsi setelah harga jatuh ke nol. Beban berlebih dari
subsidi Medicaid direpresentasikan oleh area E 1AE2. Ini mengukur hilangnya
efisiensi yang berhubungan dengan bentuk subsidi ketika penerima mengkonsumsi
jasa kesehatan di luar titik dimana MB mereka jatuh ke MSC jasa tersebut.

Efek Tambahan Subsidi: Kasus Peningkatan Biaya

Anggap bahwa kurva penawaran jangka panjang jasa kesehatan berbentuk
positif ke arah kanan atas ini akan berimplikasi pada harga input, seperti jasa rumah
sakit, yang meningkat sebagai hasil dari peningkatan produksi tahunan. Hal ini dapat
dilihat dari bagan berikut.
Dampat Program Medicaid pada Harga: Kasus Peningkatan Biaya

Permintaan pasar untuk jasa kesehatan, yang diukur berdasarkan kunjungan
per tahun, adalah DM. Kurva ini adalah penjumlahan sisi kurva permintaan untuk
masyarakat berpendapatan rendah, DL, dan juga masyarakat lainnya, DO. Harga
pasar, $100, berkorespondensi dengan titik dimana D M berpotongan dengan kurva
penawaran yang naik ke atas pada titik E 1. Pada harga tersebut, masyarakat
berpendapatan rendah mengkonsumsi QL dan yang lain mengkonsumsi QO, dari
totalnya sebesar Q1.

Program Medicaid mengurangi harga menuju angka nol hanya untuk
masyarakat berpendapatan rendah. Sebagai hasilnya, kuantitas yang diminta
mereka naik ke QG. Kurva permintaan pasar total sekarang adalah penjumlahan dari
kuantitas yang diminta oleh yang lainnya pada berbagai harga yang diberikan dan
juga QG, dimana QG tidak tergantung pada harga karena P = 0 untuk penerima
Medicaid. Kurva permintaan pasar yang baru, D’M, memotong kurva penawaran
pada titik E2. Harga pasar meningkat ke $140. Pada harga yang lebih tinggi,
masyarakat yang tidak menerima Medicaid mengurangi permintaannya ke Q’ O. Total
permintaan yang diminta sekarang adalah Q2 = Q’O + QG.
Jadi, ketika kurva penawaran jasa kesehatan naik ke atas, program subsidi
pemerintah akan menyebabkan harga jasa kesehatan naik. Ini berarti masyarakat
pembayar pajak juga akan membayar lebih banyak untuk jasa kesehatan mereka
sendiri tetapi pemilik atau pihak yang bergelut dalam penyediaan jasa ini akan
diuntungkan karena pendapatan mereka meningkat.