Hubungan antara citra tubuh dengan keterlibatan konsumen wanita terhadap obat pelangsing

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH
DENGAN KETERLIBATAN KONSUMEN
WANITA TERHADAP OBAT PELANGSING
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan
memperoleh
gelar Sarjana Psikologi

•••111
ijitcrin.
::ri

.

•1

. gl,

Oleh

'0. Inuuk


, -·, Lᄋセゥ@ t;h.1 {:is1.

DIAN EKA PRATIWI

GOヲBセ@

⦅LNセM@

l

1.::i....セ@ .. v.:b:·;."'i)'iA"''"'''''""
, .R.l0 _ I' ...... :J. .......t-··
t

;

:

I


• ..........,,k,;,,.. f\,.L.Q

............................................ ,...-

105070002275

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009M/1430 H

セ@

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN
KETERLIBATAN KONSUMEN WANITA TERHADAP
OBAT PELANGSING

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
DIAN EKA PRATIWI
NIM. 105070002275
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I

Pembimbing II

セmNウ[@

o..
NIP. 1956 1223 1983 032001

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

1430 H / 2009

PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN
KETERLIBATAN KONSUMEN WANITA TERHADAP OBAT PELANGSING
telah diujikan dalarn sidang rnunaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 Desernber 2009. Skripsi ini
telah diterirna sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar Sarjana
Psikologi.
Jakarta, 3 Desernber 2009
Sidang Munaqasyah,
Dekan/
Ketua Merangkap Anggota,

Pembantu Dekanf
Sekretaris Merangkap Anggota,

Jahja Umar, Ph.D
NIP. 130 885 522


Ora. adhilah Sura aga, M.Si
NIP. 1956 1223 1983 032001
Anggota

Penguji I

Drs. Rahmat Mulvono, M.Si
NIP. 150 293 240
Pembimbing I

dイ。N「セmsゥ@

NIP. 1956 1223 1983 032001

Penguji II

dイ。Nャセmsゥ@

NIP. 195612231983 032001
Pembimbing II


Lセカvl@
Mui a Sari Dewi M.Si
NIP. 150 408 702

kNオーヲャウ・ュ「ァィZセイッ@

kttYg
エヲャウァケッセ@
yエjイセ@

ケァッセ@

・^ヲエAdセMッ@

t;gk; 「エャヲッェュセ@

ウ・、エャヲ「ョセァ@

i:r.>i tmtuk 'Mmt1 Jgo 'Pgpg


tewh meoeurtJhktJo

ウ・セキ@

hsfh sgytJD'jpyg

ptJdtJku.. tJdfk-gJfkku, temt10-temt1oku Jgo
ttlfdekt1tku yエjdセ@

tewh merJjgJi ー・dセオイ@

ktJW peDtJtku.. 1°"e u tJLL

A_ A

Ji

dengan reliabilitas alpha cronbach pada penelitian sebelumnya sebesar
0,842 dan 0,942. Sedangkan untuk skala keterlibatan konsumen

menggunakan skala yang telah diadaptasi dari Persona/ Involvement
Inventory (Pll). Skala ini berbentuk beda semantik (semantic differential)
yang dikembangkan oleh Zaichkowsky (1987) terdiri dari 10 item yang
mempunyai tujuh penilaian dari dua kutub kata sifat yang berlainan atau
juga disebut skala bipolar. Pada penelitian sebelumnya didapatkan nilai
reliabilitas sebesar 0,898.

Untuk menguji hipotesa peneliti menggunakan teknik statistik korelasi
Pearson, hasil penelitian menunjukkan: Bahwa nilai r hitung lebih kecil
dari nilai r tabel yang berarti Ho diterima yaitu sebesar 0,025 < 0,329.
Diterimanya Ho ini berarti tidak terdapat Hubungan Antara Citra Tubuh
Dengan Keterlibatan Konsumen Wanita Terhadap Obat Pelangsing.
Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah responden yang terbatas dan
kecilnya ruang lingkup penelitian serta alat tes Pll yang berbentuk
semantic differential yang kurang familiar sehingga responden sulit
menginterpretasikan instrumen ini. Mungkin ketidakcocokan ini bisa
disebabkan karena adanya perbedaan budaya antara Timur dan Barat.
Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah jumlah responden yang
nantinya dapat lebih banyak dan untuk populasi yang lebih luas sehingga
penyebaran dari analisa jawaban setiap pernyataan bisa lebih baik. Dan

untuk penelitian selanjutnya sebaiknya tidak menggunakan skala yang
berbentuk semantic differential, karena dikhawatirkan responden salah
menginterpretasikan setiap item-item pernyataannya.

(G) Daftar Bacaan 36 (1985- 2009)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang pemlfik jiwa dan raga ini, yang
senantiasa mencurahkan Rahmat dan Kasih SayangNya serta hidayahNya
yang tak terhingga nilainya, karena Dia-lah penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada
Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabat dan pengikutnya
Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak
pihak yang telah membantu dalarn penulisan skripsi ini. Dengan penuh rasa
hormat maka penulis ingin menyarnpaikan ucapan terirnakasih yang tak
terhingga kepada:
1. Jahja Umar, Ph.D., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta jajarannya.

2. Ora. Fadhilah Suralaga, M.Si dan Mulia Sari Dewi, M.Psi sebagai dosen
pembimbing skripsi, yang dengan tutus ikhlas dan kesabarannya telah
memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis.
3. Kedua orangtuaku Kolonel Inf. H.Toto Sugardo dan Hj. Cut Asnani Afriyani
yang tidak pernah lelah memberikan sernangat, baik moril, spirituil dan
materiil. Adik-adikku Nurul dan Wira yang selalu menghibur penulis di kala
pen at.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terimakasih tak terhingga untuk ilrnu pengetahuan yang telah
diberikan.
5. Seluruh staff akademik, dan petugas perpustakaan, Bu Syariah, Bu Sri,
Bu Faujah, Bu Nur, Mas Ayung, Pak Baidowi, Pak Haidiri serta bapakbapak dan ibu-ibu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, sernoga
Allah SWT membalas segala kebaikan bapak dan ibu.
6. Seluruh anggota senam aerobik dan fitness yang rnenjadi responden
dalam penelitian ini, dan juga kepada seluruh karyawan (baik resepsionis,
instruktur senam aerobik mba Anika dan mba Rani, instruktur yoga mba
Vivi) yang bekerja di Club Ade Rai dan Vitaliano Fitness Center. Terutama
mba Vivi yang telah menceritakan hal-hal yang dapat membangkitkan
motivasi dalam menempuh hidup yang lebih baik dan sabar lagi.
7. Sahabat-sahabatku yang telah menemaniku dalam suka dan duka sejak

kelas 1 SMA yaitu Dian Setyo, Tri Hari dan Nurmalina. Terimakasih kalian
telah mendengarkan keluh kesah-ku (keep our friendship till the end, ok.. )

8.

9.

10.

11.

Teman-temanku dari kelas B (lndah, Lia, Arsy, Tania, Eka,Ria, Lela,
Nala, Hana, Widad, Fifa, Putri, lcha, Kiki,Rizal, Krisna,Lutft, Latif dll), dan
seluruh anak psikologi kelas B yang tidak dapat kusebutkan satu persatu.
Terima kasih atas kerja sama dan kekompakannya selama ini, senang
tel ah mengenal kalian ..
Teman seperjuanganku dalam pembuatan skripsi, Risti Anggraeni. Dan
Mutia (terima kasih atas "sharing" nya tentang citra tubuh), serta Arini
(Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN '05). Terima kasih atas bantuan
dan saran-saran yang diberikan, dan keceriaan serta pencerahan yang
diberikan pada saat-saat stres menghadapi skripsi ..
Teman-teman KKL-ku, Lina, Wahyu, Nisa dan Rahmi. Terima kasih atas
kekompakannya selama masa KKL. Serta pembimbing KKL Pak Seta
dan Mas Taufik, yang telah sabar membimbing kami selama masa KKL.
Dan terakhir, untuk "someone who special" yaitu Adam Rahmadan,ST.
Terima kasih atas perhatian, kesabaran yang luar biasa, kasih sayang
dan "lawakan" nya yang selalu memberikan motivasi dan semangat di
saat penulis mulai jenuh mengerjakan skripsi.

Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan
atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan.
Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.

Jakarta, 18 November 2009

Penulis

DAFTAR ISi
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ........... ... ..... .......... .................................... ..... ii
MOTTO ....................................................................................................... iii
ABSTRAKSI .. ... .......... ..... ... ..... .... ...... .. .. ... ..... .... ...... .. .. ... .. ... ... ...... .... ..... ... .. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISi ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang .. ... .. ... ... ... .. ...... ... ...... .. ..... .. ... .. ........ ... .. ...... 1

1.2.

ldentifikasi Masai ah .......................................................... 15

1.3.

Batasan dan Rumusan Masalah ........................................ 16

1.4.

Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 17

1.5.

Sistematika Penulisan ....................................................... 18

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................... 19
2.1

2.2

Wanita Dewasa Awai ......................................................... 19
2.1.1 Pengertian Wanita Dewasa Awai ........................... 19
2.1.2

Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Dewasa
Awai ...................................................................... 20

2.1.3

Perkembangan Fisik Dewasa Awai ...................... 21

Citra Tubuh ........................................................................ 23
2.2.1 Pengertian Citra Tubuh .......................................... 23
2.2.2

Komponen-komponen Citra Tubuh ....................... 25

2.2.3

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh ..... 26

XI

2.2.4
2.3

Pengukuran Citra Tubuh ....................................... 31

Keterlibatan Konsumen Terhadap Obat Pelangsing .......... 33
2.3.1

Obat Pelangsing Tubuh ........................................ 33
2.3.1.1

Pengertian Obat Pelangsing .................... 33

2.3.1.2 Jenis-jenis Obat Pelangsing .................... 33
2.3.1.3 Dampak Jangka Panjang Dari
Ob at Pelangsing ........................................ 35
2.3.2 Keterlibatan Konsumen .......................................... 36
2.3.2.1 Pengertian Keterlibatan Konsumen

........ 36

2.3.2.2 Jenis-jenis Keterlibatan Konsumen ......... 38
2.3.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Keterlibatan Konsumen ............................ 43
2.3.2.4 Keterlibatan Konsumen dan
Pembuatan Konsumen ............................. 46
2.3.2.5 Pengukuran Keterlibatan Konsumen ......... 49
2.4

Kerangka Berfikir ............................................................... 51

2.5

Hipotesis ........................................................................... 54

BAB Ill. METODE PENELITIAN ................................................................ 55
3.1 Jen is Penelitian .................................................................... 55
3.1.1 Pendekatan Penelitian ................................................ 55
3.1.2 Metode Penelitian ....................................................... 56
3.1.3 Definisi Variabel dan Operasional Variabel ................. 56
3.1.3.1 Definisi Variabel ............................................. 56
3.1.3.2 Definisi Operasional Variabel .......................... 57
3.2 Pengambilan Sampel ............................................................ 58
3.2.1 Populasi ...................................................................... 58

xii

DAFTAR LAMPIRAN

lampiran 1 : Skala Penelitian (MBSRQ & Pll}
lampiran 2 : Validitas dan Reliabilitas Item Skala Citra
Tubuh dan Keterlibatan Konsumen
lampiran 3 : Data Mentah Skafa Citra Tubuh dan Keterlibatan
Konsumen
lampiran 4 : Data Responden
lampiran 5 : Uji Normalitas dan Korelasi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Skema hubungan antar variabel

Gambar 4.1

Scatterplot Skala Citra Tubuh

Gambar 4.2

Scatterplot Skala Keterlibatan Konsumen

BABI

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Tuntutan dan kesadaran untuk berpenampilan fisik menarik di zaman
sekarang sudah semakin meluas bagi setiap orang. Karena berpenampilan
merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Penampilan
fisik merupakan salah satu dimensi dimana seseorang dinilai menarik atau
tidak bagi orang lain. Penilaian terhadap kecantikan dan ketampanan
seseorang dipengaruhi oleh ukuran, berat dan bentuk tubuh individu tersebut.
Pandangan dan pendapat mengenai kecantikan dan penampilan fisik yang
menarik diidentifikasikan dengan bentuk tubuh yang ideal.

Apabila berbicara mengenai penampilan, wanita dapat dikatakan lebih jeli
memperhatikan penampilannya. Karena penampilan merupakan bentuk
kontrol sosial yang memengaruhi bagaimana wanita melihat dirinya dan
bagaimana ia dilihat oleh orang lain. Patzer berpendapat bahwa daya tarik
fisik juga cukup berpengaruh dalam hubungan interpersonal (dalam

Matsumoto, 2004). Daya tarik fisik wanita menjadi hal utama untuk mengukur
kebanggaan dalam hal memperoleh teman kencan, teman perkumpulan,
pekerjaan dan pujian. Maka ketika wanita berpenampilan fisik menarik, hal ini
juga merupakan usaha untuk menampilkan diri, agar di mata orang lain
mendapatkan kesan bahwa dirinya memang pantas menikmati berbagai
macam situasi yang menguntungkan dalam pergaulan.

Dalam perjalanan tumbuh kembang, setiap wanita memiliki tugas
perkembangan tersendiri yang harus dialaminya. Begitupun bagi wanita
dewasa awal. Pada usia ini, tugas perkembangan wanita adalah
menyelesaikan pendidikannya dan masuk ke dunia kerja. Kemudian wanita
akan menikah dan menjadi orang tua. Tugas perkembangan lainnya adalah
wanita akan melakukan klarifikasi nilai yang dipercayainya, membuat
keputusan-keputusan penting dalam hidup, merencanakan bagaimana hidup
akan dijalani dan bagaimana cara wanita itu mengevaluasi diri. Pada saat
yang bersamaan, wanita juga mengembangkan kemampuan untuk mengerti
siapa dirinya dan siapa individu lain juga kelebihan dan kekurangan setiap
individu. Wanita mampu membuat impian-impian yang akan diraihnya dan
akan bertanggung jawab atas segala pilihan dan konsekuensi yang mungkin
timbul dari pilihan tersebut (Turner&Helms, 1998).

Menurut Hurlock (1991). minat untuk meningkatkan penampilan mulai
berkurang menjelang umur tiga puluhan, ketika ketegangan dalam pekerjaan
dan rumah tangga terasa kuat. Namun minat akan penampilan muncul lagi
jika mulai ada tanda-tanda ketuaan. Selain bertambah gemuk, tanda-tanda
ketuaan lainnya adalah mengendornya dagu, beruban dan perut membesar.
Bagi sebagian orang, perubahan dalam penampilan ini menimbulkan
keresahan. Namun banyak pula yang menerima tanda-tanda tersebut
sebagaimana adanya, tanpa berusaha untuk menutupi atau memperbaikinya.

Papalia dkk (2001) menyatakan wanita usia dewasa muda memiliki sifat dan
tipe kepribadian relatif stabil tetapi sifat dan tipe kepribadian ini bisa berubah
karena dipengaruhi kejadian dalam kehidupan. Mereka memiliki kemampuan
untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari lingkungan dengan
kapasitas hampir mencapai maksimal, sehingga mereka juga memiliki
kemampuan mengevaluasi apa yang benar dan wajar. Dan pada usia ini,
wanita rentan terhadap masalah citra tubuh.

Pernyataan diatas dapat menjelaskan mengapa wanita yang mengalami
berat badan yang berlebih pada usia dewasa awal seperti berlomba-lomba
untuk menjadi kurus dengan mendatangi tempat yang menawarkan program

menguruskan badan, dimulai dari suntik untuk menghilangkan lemak,
pembungkusan tubuh dengan pakaian tertentu untuk menghilangkan lapisan
lemak yang dipadukan dengan mandi uap sampai meminum obat-obatan
untuk menguruskan badan agar dirinya sesuai dengan citra kesempurnaan
yang ada dalam masyarakat.

Saat sekarang ini, menurut Melliana (2006) tubuh ideal yang biasanya
ditampilkan dalam media massa adalah yang menggambarkan sosok wanita
ideal sebagai figur wanita yang langsing, berkaki indah, paha, pinggang dan
pinggul ramping, payudara cukup besar, dan kulit putih mulus. Wanita yang
merasa tidak memiliki kriteria ideal tersebut, akan mengalami ketidakpuasan
terhadap tubuhnya. Pengaruh media massa dalam hal ini pun menjadi sangat
berperan penting. Terkadang, apa yang orang lihat dan dengar akan diikuti
oleh banyak orang. Masyarakat tidak bisa betul-betul bebas dari intervensi
media massa. Selama orang menonton TV, membaca koran, mendengarkan
radio, lewatjalan raya, surfing di internet, selama itu pula orang akan
mengalami realitas langsung atau tidak langsung yang dibentuk oleh media
massa.

Media massa merupakan alat komunikasi yang menyampaikan pesan atau
informasi kepada masyarakat luas. Media mempermudah masyarakat
memperoleh pengetahuan dan informasi apapun. Beberapa informasi yang
terkesan terlalu "hiperbola" dalam mengiklankan produknya, sehingga orang
yang melihat menjadi tertarik dan adanya keinginan untuk mencoba produk
tersebut. Namun, konsumen harus jeli dalam menyeleksinya, karena tidak
semua yang disuguhkan media bersifat positif (Aprilia, 2005).

Bahkan menurut Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton, media juga
mempunyai fungsi narcosisting dysfunction (racun pembius). Meskipun istilah
ini sangat ekstrim, tetapi tidak bisa dipungkiri media massa yang tidak
dikelola secara bijak atau bahkan hanya mengejar keuntungan materi bisa
menjadi "racun" bagi masyarakat (Nuruddin, 2005).

Sebagai contoh penelitian di Amerika mengenai efek negatif dari media
massa yang berpengaruh pada citra tubuh, bahwa pada umumnya sewaktu
seorang gadis Amerika lulus SMA telah menonton TV selama lebih dari dari
22.000 jam, dan selama sebagian besar dari waktu tersebut, ia dihujani
dengan gambar-gambar tentang wanita glamour yang bertubuh "sempurna",
karena terus menerus melihat gambar-gambar itu, kaum wanita mengaitkan

tubuh yang ideal itu dengan prestise, kebahagiaan, cinta, dan keberhasilan.
47 % gadis yang disurvey merasa harus menurunkan berat badan, meski
hanya 29 % yang dianggap terlalu gemuk (Nicolash, 2005).

Menurut Rice (dalam Sukamto, 2005), citra wanila yang digambarkan oleh
media memberikan pengaruh yang membahayakan bagi remaja dan wanita
dewasa muda yang menginlernalisasi pesan-pesan mengenai pentingnya
penampilan terhadap idenlilas dan harga diri wanila serta sering bertindak
sesuai dengan pesan-pesan tersebut. Selanjutnya ia menambahkan, bahwa
wanila yang telah melihat model-model bertubuh kurus akan merasa lebih
depresi, sires, bersalah, malu, tidak aman dan tidak puas.

Melihat fenomena di atas, dapat disimpulkan bahwa wanita lebih mudah
terpengaruh dengan "doktrin" yang dilelapkan oleh media, dan wanita harus
mempunyai krileria ideal lersebut. Kriteria ideal ini dikaitkan dengan citra
tubuh. Apabila ditinjau lagi, citra lubuh adalah gambaran mental seseorang
terhadap benluk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi
dan memberikan penilaian alas apa yang dia pikirkan dan rasakan lerhadap
ukuran dan benluk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang
lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum

tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih
merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Atwater, 1999).

Menurut Melliana (2006), citra tubuh terbagi dalam dua macam, yaitu citra
tubuh positif dan negatif. Citra tubuh positif tergambar ketika wanita memiliki
gambaran mental yang akurat dan benar tentang tubuhnya, beserta
perasaan, pengukuran, dan hubungan dengan tubuh kita sendiri secara
positif, percaya diri, dan peduli pada tubuhnya, mungkin memiliki citra tubuh
yang sehat dan konsep diri yang positif. Sedangkan citra tubuh negatif
diindikasikan karena adanya ketidakpuasan terhadap sosok tubuh (body
dissatisfaction) dan distorsi citra tubuh. Ketidakpuasan berarti ketidaksukaan
individu terhadap tubuhnya atau bagian-bagian tubuh tertentu.

Para psikolog dan konselor menyetujui bahwa citra tubuh negatif terkait
langsung dengan self esteem. Semakin negatif persepsi wanita tentang
tubuhnya, maka semakin negatif perasaan wanita tersebut tentang dirinya.
Citra tubuh memengaruhi perilaku, self esteem, dan keadaan psikologis. Jika
wanita yang terus menerus berusaha memperbaiki bentuk tubuhnya, maka
perasaan terhadap dirinya pun kurang sehat, karena hilangnya rasa percaya
diri akan kemampuan yang dimiliki (Melliana, 2006).

Ketika seorang wanita merasa citra tubuhnya negatif, dan adanya dukungan
dari iklan di media massa dan pengaruh orang-orang terdekat mengenai
produk pelangsing yang dapat menurunkan berat badan, lalu mereka
mencoba untuk membeli dan mengkonsumsi obat pelangsing yang
merupakan altematif prioritas. Bentuk dari produk pelangsing ini pun
bervariasi, ada pil, kapsul, serbuk nutrisi dan gel. Karena cara
penggunaannya yang instan, dan dalam iklan dijanjikan dapat menghasilkan
bentuk tubuh yang memuaskan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena
itu, banyak para wanita yang mengambil keputusan untuk mengkonsumsi
obat pelangsing saja dibandingkan dengan diet pola makan sehat ataupun
berolahraga (Marius, 2009).

Namun perlu diingat, bahwa sebenamya penggunaan produk pelangsing
tubuh merupakan langkah terakhir apabila usaha lain menemukan jalan buntu
dan harus adanya pengawasan dari dokter. Penyeleksian terhadap produk
yang legal dan mendapat ijin dari BPOM pun diprioritaskan. Karena, apabila
tidak, bisa jadi akan membahayakan kesehatan.

Beberapa pakar seperti Mccann M.D, dari lnstitut Nasional Kesehatan
Mental, Bethesda, Dr. Seiden dari Universitas Chicago, dan Dr. Ricaurte dari

Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins telah meneliti mengenai efek
penggunaan obat pelangsing yang ilegaL Hasil penelitiannya menyebutkan
bahwa obat pelangsing dapat mengurangi selera makan dengan cara
memperpanjang masa kerja serotonin (yaitu memberikan efek penenang dan
penekan selera makan) melalui dua cara yaitu meningkatkan jumlah
serotonin yang meninggalkan tempat penyimpanannya (dengan kata lain
meningkatkan pelepasan serotonin) dan menjaga agar serotonin tidak terlalu
cepat kembali ke dalam sel tempat serotonin disimpan. Efek itu berupa
kerusakan saraf otak (brain serotonin neuron damage), kenaikan tekanan
darah paru (hipertensi pulmonalis), dan kerusakan katup jantung (Hartono,
2000).

Sebagai contoh dari penggunaan obat pelangsing yang ilegal seorang warga
Jepang berusia 30 tahun meninggal akibat serangan jantung, seorang warga
Singapura meninggal dunia dan 13 pasien yang dirawat di rumah sakit
dengan kasus sama yaitu menderita kerusakan fungsi hati. Pria malang
tersebut diperkirakan menelan pil pelangsing tubuh yang mengandung

fenfluramine, zat yang telah ditarik dari pasaran Amerika Serikat sejak tahun
1997. Pil yang mengandung fenfluramine ditengarai mengakibatkan
kerusakan pada katup jantung ketika dikonsumsi dengan produk peramping
tubuh yang lain (Ida Diana, 2009).

melihat bahwa produk yang memiliki konsekuensi relevan secara pribadi
dikatakan terlibat dengan produk dan memiliki hubungan dengan produk
tersebut. Jika keterlibatan terhadap suatu produk tinggi, seseorang akan
mengalami tanggapan pengaruh yang lebih kuat seperti emosi atau perasaan
yang kuat (Peter&Olson, 1999).

Menurut Zaichkowsky (1985), keterlibatan merupakan suatu kondisi yang
ditentukan oleh derajat dimana seseorang mempersepsikan bahwa suatu
produk atau peristiwa memiliki arti yang bermakna secara pribadi bagi dirinya.
Jadi keterlibatan konsumen terhadap suatu produk, didasarkan pada
seberapa besar konsumen tersebut memiliki anggapan bahwa produk
tersebut memiliki makna secara pribadi bagi dirinya, yang bisa berkaitan
dengan fungsi produk itu sendiri, konsep diri atau penerimaan sosial.

Mowen dan Minor (2001} berpendapat terdapat beberapa faktor penting yang
mempengaruhi tingkat keterlibatan adalah: (1) jenis produk yang menjadi
pertimbangan, (2) karakteristik komunikasi yang diterima konsumen, karena
terkadang dapat meningkatkan keterlibatan seiring seiring dengan naiknya
emosi konsumen, (3) karakteristik situasi dimana konsumen beroperasi,
misalnya tujuan pembelian adalah untuk melangsingkan tubuh bagi

konsumen wanita yang tubuhnya gemuk, maka keterlibatan konsumen dalam
pembelian otomatis meningkat, (4) kepribadian konsumen, menentukan
keterlibatan dalam beberapa hal, yaitu mengapa konsumen yang berbeda
dapat memiliki reaksi yang berlainan terhadap produk, situasi dan
komunikasi yang sama.

Engel dkk (1994) membagi teori keterlibatan ini terbagi dalam dua tingkatan,
yaitu keterlibatan tingkat tinggi (high involvement) dan keterlibatan tingkat
rendah (/ow involvement). Dengan semakin meningkatnya keterlibatan,
konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperhatikan,
memahami dan mengelaborasi informasi tentang pembelian. Apabila
keterlibatan konsumen terhadap pembelian suatu barang tinggi, terjadi suatu
pencarian dan pengolahan informasi yang bersifat aktif dan lebih mendalam.
Sehingga, kenaikan pemrosesan informasi ini umumnya juga akan
meningkatkan tingkat rangsangan. Konsumen mungkin akan lebih berpikir
keras tentang keputusan yang dilakukan pada situasi keterlibatan tinggi
dimana proses keputusan dilakukan secara ekstensif dan bergerak melalui
setiap tahapan keputusan secara lebih berhati-hati.

konsep diri dan mengurangi kecemasan, serta depresi dan meningkatkan
percaya diri (King, dalam Santrock 1998).

Dengan adanya standar tubuh kurus yang dibuat oleh masyarakat dan media,
maka banyak cara yang dilakukan konsumen untuk menutupi citra tubuh
negatif yang ada dalam dirinya, yaitu salah satunya adalah keputusan
membeli obat pelangsing. Karena, ketika seseorang sudah membuat
keputusan untuk membeli sesuatu maka akan timbul motivasi dalam diri dan
adanya keterlibatan secara emosional untuk membeli produk tersebut. Kadar
dan bentuk keterlibatan ini bisa dikategorikan dalam tingkat keterlibatan tinggi
dan rendah (Engel, 1994). Sehingga, menarik untuk diteliti apakah citra tubuh
berhubungan dengan keterlibatan konsumen terhadap obat pelangsing. Maka
penulis tertarik membuat penelitiannya dengan judul:

"Hubungan antara Citra Tubuh dengan Keterlibatan Konsumen Wanita
terhadap Obat Pelangslng"

1.2

IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk lebih mengarahkan
pembahasan serta pemecahan masalah, maka penulis
mengidentifikasikannya sebagai berikut:
1.

Apakah ada hubungan antara citra tubuh dengan keterlibatan
konsumen wanita terhadap obat pelangsing?

2.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterlibatan konsumen?

3.

Apakah citra tubuh yang negatif berhubungan dengan keterlibatan
rendah?

4.

Apakah citra tubuh yang positif berhubungan dengan keterlibatan
tinggi?

5.

Seberapa besar pengaruh media massa terhadap citra tubuh dan
keterlibatan konsumen terhadap obat pelangsing?

1.3 BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
1.3.1 Batasan Masalah
1.

Keterlibatan konsumen
Yang dimaksud dengan keterlibatan konsumen dalam penelitian ini
adalah derajat/tingkat motivasi konsumen terhadap perolehan,
konsumsi, dan pembelian obat pelangsing.

2.

Citra tubuh
Penilaiannya dilihat dari derajat kepuasan/ketidakpuasan individu
karena kesesuaian terhadap karakteristik atau bagian-bagian dari
tubuhnya

3.

Wanita
Wanita yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah wanita
dewasa awal dengan rentang usia 20- 40 tahun yang menjadi anggota
senam aerobik dan fitness di beberapa tempat Fitness Center di
wilayah Cibubur, Jakarta Timur.

1.3.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
permasalahan yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah :

"Apakah ada hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan keterlibatan
konsumen wanita terhadap obat pelangsing?"

1.4

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang diajukan di atas, tujuan yang ingin peneliti capai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana signifikansi
hubungan antara kepuasan atau ketidakpuasan terhadap citra tubuh dengan
keterlibatan konsumen wanita terhadap obat pelangsing

1.4.2
1.

Manfaat Penelitian
Dengan menemukan jawaban dari permasalahan yang diajukan,
diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berarti
bagi para wanita khususnya, dan masyarakat pada umumnya, serta
sebagai sumbangan bagi penelitian mengenai citra tubuh dan konsepkonsep yang terkait di dalamnya.

2.

Melalui penulisan skripsi ini, para wanita yang memandang negatif
terhadap citra tubuhnya diharapkan dapat melakukan penanganan
yang lebih baik dan bijaksana dalam menghadapinya.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam sistematika penulisan laporan penelitian ini, penulis menggunakan
metode penulisan APA style (American Psychology Association). Dan untuk
mempermudah pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam lima bab,
yaitu:

BAB I

Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.

BAB II

Kajian pustaka. Bab ini membahas teori-teori yang berhubungan
dengan penelitian ini yakni teori tentang wanita dewasa awal, citra
tubuh, keterlibatan konsumen, kerangka berpikir, dan hipotesis
penelitian

BAB Ill

Metodologi penelitian. Bab ini mengurai tentang metodofogi
penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan
data dan teknik analisa data

BAB IV

Presentasi dan analisis data. Bab ini menguraikan tentang
gambaran umum responden penelitian, presentasi data dan hasil
penelitian

BAB V

Kesimpulan, diskusi dan saran

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1

WANITA DEWASA AWAL

2.1.1

Pengertian Wanita Dewasa Awai

Menurut Hurlock (1991), Orang dewasa adalah individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa dewasa awal
merupakan masa reproduktif, yakni suatu masa yang penuh dengan masalah
dan ketegangan emosional, periode komitmen dan masa ketergantungan,
perubahan nilai-nilai, penyesuaian diri pada pola hidup yang baru dan juga
sebagai periode isolasi sosil. Di samping berbagai hal tersebut di atas, pada
masa ini juga sebagai masa dimana individu mempunyai kesempatan untuk
memilih sendiri jalan hidupnya. Sehingga dalam pengambilan keputusan tidak
hanya berpengaruh pada kehidupannnya sekarang, tapi juga pada tahap
perkembangannya nanti.

Ada berbagai pendapat yang berbeda tentang rentang usia saat seseorang
dikatakan berada dalam kelompok usia dewasa muda. Menurut Hurlock
(1991), masa usia dewasa muda adalah antara 18-40 tahun. Menurut Papalia
dkk (2002), rentang usia dewasa muda adalah usia 20-40 tahun. Dari
berbagai rentang yang dipaparkan tersebut, peneliti memutuskan untuk
menggunakan batasan dari Papalia (2002), yaitu 20-40 tahun.

.

2.1.2 Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal
Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal (Havigust dalam
Hurlock, 1991) tugas-tugas ini dipusatkan pada harapan-harapan
masyarakat, yakni mencakup:
1.

Mulai bekerja

2.

Memilih seorang teman hidup

3.

Belajar hidup bersama dengan suami atau istri

4.

Membentuk suatu keluarga

5.

Mengasuh dan membesarkan anak-anak

6.

Mengelola rumah tangga

7.

Menerima tanggung jawab sebagai warga negara

8.

Bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok.

Sebagian besar orang pada masa dewasa awal memiliki perhatian yang
besar pada penampilan. Namun demikian, banyak di antara mereka yang
kegemukan. Resiko tertinggi untuk mengalami kegemukan - yang tidak
hanya mempengaruhi penampilan tetapi juga kesehatan, berada pada
rentang usia 25-34 tahun {Williamson, Kahn, Remington & Anda, dalam
Papalia 2001 ).

Minat untuk meningkatkan penampilan mulai berkurang menjelang umur tiga
puluhan, ketika ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga terasa kuat.
Namun minat akan penampilan muncul lagi jika mulai ada tanda-tanda
ketuaan {Hurlock, 1991). Selain bertambah gemuk, tanda-tanda ketuaan
lainnya adalah mengendornya dagu, beruban dan perut membesar. Bagi
sebagian orang, perubahan dalam penampilan ini menimbulkan keresahan.
Namun banyak pula yang menerima tanda-tanda tersebut sebagaimana
adanya, tanpa berusaha untuk menutupi atau memperbaikinya. Meskipun
demikian, sebagian besar orang muda ini menyadari bahwa penampilan
memegang peran penting dalam dunia usaha, pergaulan sosial, profesional
dan kehidupan keluarga, dan mereka sering kali mengatasi masalah ini
dengan diet atau dengan pakaian dan alat-alat kecantikan untuk menutupi
tanda-tanda ketuaan tersebut (Hurlock, 1991). Hal ini menunjukkan adanya

keterkaitan dengan konsep diri mengenai bentuk fisiknya, yang dalam hal ini

dapat terkait dengan citra tubuh, yang akan dijelaskan dalam bahasan di
bawah ini.

2.2

CITRA TUBUH

2.2.1 Pengertian Citra tubuh
Ketika kebanyakan orang berpikir tentang citra tubuh, mereka berpikir tentang
aspek-aspek penampilan fisik, daya tarik fisik dan kecantikan. Tetapi definisi
citra tubuh lebih dalam daripada itu, merefleksikan lebih dari sekadar
perhatian atau kepedulian tentang ukuran dan bentuk tubuh.

Menurut Rice (dalam Melliana 2006), citra tubuh adalah pengalaman
individual tentang tubuhnya, suatu gambaran mental seseorang yang
mencakup pikiran, persepsi, perasaan, emosi, imajinasi, penilaian, sensasi
fisik, kesadaran dan perilaku mengenai penampilan dan bentuk tubuhnya
yang dipengaruhi oleh idealisasi pencitraan tubuh di masyarakat, dan hal ini
terbentuk dari interaksi sosial seseorang sepanjang waktu dalam
lingkungannya, yang berubah sepanjang rentang kehidupan dalam
responnya terhadap umpan balik (feedback) dari lingkungan.

Dalam sudut pandang yang tidak jauh berbeda, Hurlock (dalam Melliana,
2006) pun mengungkapkan bahwa citra tubuh merupakan cara seseorang
mempersepsikan tubuhnya dengan konsep ideal yang dimilikinya pada pola
kehidupan setempat dan dalam hubungannya dengan cara orang lain menilai
tubuhnya.

Demikian juga, dalam ilmu sosial dikatakan bahwa citra tubuh timbul melalui
interaksi sosial. Seseorang memperoleh konsep mengenai tubuhnya melalui
interpretasi status diri menurut pandangan orang lain. Oleh karena itu,
penilaian tergantung pada hal-hal misalnya relasinya dengan orang lain,
penerimaannya dalam lingkungan dengan peran yang baru, pemenuhan
terhadap kebutuhan diri, rasa aman atau pun frustasi.

Hasil suatu penelitian menyatakan bahwa citra tubuh menyatakan bahwa
citra tubuh merupakan produk dari pengalaman yang nyata ataupun yang
berupa fantasi yang sebagian berasal dari perkembangan fisik, dari atribut
yang telah dipakai di kalangan teman sebaya, dan kesadaran akan harapan
budaya setempat. Gambaran tentang tubuh tersebut memainkan peran
penting dalam cara seseorang mengevaluasi dirinya sendiri, di mana citra
tubuh ini muncul untuk memengaruhi cara seseorang merasakan tubuhnya

sendiri. Citra tubuh merupakan suatu pengalaman psikologis yang difokuskan
pada sikap dan perasaan individu terhadap keadaan tubuhnya, dan citra
tubuh ini tidak selalu sama dengan keadaan tubuh yang sebenarnya atau
yang nyata (Melliana, 2006).

2.2.2 Komponen-komponen Citra Tubuh
Menurut Thompson, Penner dan Altabe (1996), citra tubuh berkaitan dengan
tiga komponen, yaitu:
a.

Komponen persepsi
Merupakan ketetapan individu dalam memperkirakan ukuran tubuhnya.
Dalam hal ini berkaitan dengan kepuasan tubuh (body satisfaction) yaitu
kepuasan terhadap aspek·aspek pada tubuh seseorang seperti dada,
perut, pinggang, paha, lengan

b.

Komponen sikap
Komponen ini berhubungan dengan kepuasan individu terhadap
tubuhnya, perhatian individu, kognisi, evaluasi dan kecemasan individu
terhadap penampilan tubuhnya (appearance satisfaction)

c.

Komponen tingkah laku
Lebih memfokuskan kepada bagaimana individu enghindari situasi yang
menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan penampilan fisik. Hal ini juga bisa dilihat dari kepuasan berat

badan (weight satisfaction) yang merupakan kesenjangan antara berat
badan yang dimiliki dengan berat badan yang tidak dimiliki.

Citra tubuh merupakan pengalaman multidimensional yang selalu
melibatkan komponen-kompnen di atas, karena terdiri dari berbgai
dimensi yang saling mendukung satu sama lain. Oleh karena itu, dalam
melakukan pembahasan tentang citra tubuh diperlukan pemah jaman
yang menyelurtuh terhadap komponen-komponennya (Thompson, 1996).

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh
Menurut Melliana (2006), citra tubuh merupakan bagian dari konsep diri yang
berkaitan dengan sifat fisik dibentuk oleh banyak faktor, antara lain:
a.

Penilaian atau komentar orang lain
Reaksi atau pandangan dari orang lain yang memiliki arti bagi individu
(significant othet') misalnya orang tua, teman, dan lain-lain , akan
memengaruhi citra tubuh yang dimiliki individu tersebut. Dalam hal ini,
misalnya pandangan teman-teman terhadap individu sebagai seseorang
yang gemuk, langsing, cantik, seksi dan sebagainya.

b.

Pembandingan dengan orang lain
Citra tubuh yang terbentuk sangat tergantung pada bagaimana cara
individu membandingkan dirinya dengan orang lain, biasanya pada
orang-orang yang hampir serupa dengan dirinya. Misalnya, individu yang
sering kali membandingkan dirinya dengan saudaranya yang lebih
menarik penampilannya secara terus menerus akan mengalami suatu
kondisi, dimana ia menganggap dirinya tidak memiliki daya tarik fisik

c.

Peran seseorang
Setiap orang memainkan peran yang berbeda-beda. Di dalam setiap
peran tersebut, individu diharapkan akan bertindak sesuai dengan
tuntutan dari perannya masing-masing. lndividu yang berprofesi sebagai
fotomodel atau guru akan memiliki tuntutan yang berbeda dalam hal
penampilan. Akibatnya, jika terjadi gangguan pada kondisi fisik, akan
timbul efek yang berbeda terhadap citra tubuh yang dimiliki individu.
Misalnya, kenaikan berat badan akan terasa lebih mengganggu citra
tubuh separng fotomodel daripada seorang guru. Jadi, tampak bahwa
harapan dan pengalaman yang berkaitan dengan perannya akan
memengaruhi citra tubuh yang dimilikinya.

d.

ldentifikasi terhadap orang lain
lndividu yang mengagumi satu tokoh yang dianggapnya ideal sering kali
menitunya seperti cara berdandan, cara berpakaian, potongan rambut,

PERPUSTA KAAN UTAMA
UIN SYAHID JAKARTA

dan lain-lain. Dengan bertindak demikian, ia merasa telah memiliki
beberapa ciri dari tokoh yang dikaguminya.
e.

Pelecehan rasial dan seksual

f.

Stigmatisasi

g.

Nilai-nilai sosial yang paling berlaku

h.

Perubahan fisik dalam tubuh wanita selama masa pubertas, kehamilan
dan menopause.

i.

Sosialisasi

j.

Cara individu merasakan dirinya

k.

Kekerasan verbal, fisikal atau penyiksaan seksual

I.

Kondisi aktual tubuh seperti penyakit atau kecacatan.

m. lnternalisasi mitos kecantikan

Kebanyakan petunjuk mengenai bagaimana seharusnya penampilan kita
berasal dari media, orang tua, dan teman-teman sepergaulan. Bagaimana
kita mempersepsi dan menginternalisasi pesan-pesan tersebut tentang tubuh
kita semasa masa kanak-kanak, menentukan kemampuan kita untuk
membangun penghargaan terhadap diri sendiri (self esteem) dan
kepercayaan diri kita tentang penampilan kita. Karena citra tubuh lebih
banyak dipengaruhi oleh self esteem individu daripada bentuk fisik itu sendiri,

citra tubuh yang merupakan cara pandang mempunyai dua komponen cara
berpikir, yaitu cara berpikir positif dan cara berpikir negatif.

Melliana (2006), mengungkapkan citra tubuh terbagi dalam dua macam,
yaitu:

1.

Citra tubuh positif

Ketika wanita memiliki gambaran mental yang akurat dan benar tentang
tubuh kita, beserta perasaan, pengukuran, dan hubungan kita dengan tubuh
kita sendiri secara positif, percaya diri, dan peduli pada tubuh kita, kita
mungkin memiliki citra tubuh yang sehat dan konsep diri yang positif. Self
esteem dibentuk oleh banyak faktor, termasuk bagaimana seseorang dinilai

oleh orang lain, dan citra tub uh yang sehat telah menjadi kunci self esteem
yang positif, terutama bagi wanita. Sebab, kita hidup dalam budaya yang
memberikan penekanan lebih pada penampilan dan bentuk tubuh wanita.
Citra tubuh yang sehat lebih dari sekedar ketiadaan perlawanan atau
pergumulan dengan makanan, berat tubuh atau penampilan fisik.

2.

Citra tubuh negatif

Dari berbagai permasalahan citra tubuh, yang paling umum adalah masalah
ketidakpuasan terhadap sosok tubuh (body dissatisfaction) dan distorsi citra

2.2.4 Pengukuran Citra Tubuh
Pengukuran citra tubuh pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
kuesioner, yaitu dengan Multi-Dimensional Body-Self Relations Questionnaire
{MBSRQ) yang dikembangkan oleh Thomas F. Cash pada tahun 1989, terdiri
dari 69 item. Kuesioner ini telah diadaptasi dari Jihan Kemala (2000), dan
diadaptasi kembali oleh Titi Sari (2007). MBSRQ ini merupakan alat ukur
mengenai sikap terhadap citra tubuh yang paling menyeluruh, sebab meliputi
elemen kognitif, afektif, dan tingkah laku
Ala! ini mempunyai 10 subskala yang terdiri dari:
1.

Evaluasi Penampilan Fisik (Appearance Evaluation): Subskala yang
mengukur perasaan menarik atau tidaknya, kepuasan atau
ketidakpuasan terhadap penampilan individu.

2.

Orientasi Penampilan Fisik (Appearance Orientation): Mengukur derajat
perhatian individu terhadap penampilannya.

3.

Evaluasi Kebugaran Fisik (Fitness Evaluation): Mengukur derajat
kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya.

4.

Orientasi Kebugaran Fisik (Fitness Orientation): Subskala ini mengukur
derajat perhatian individu terhadap kebugaran fisiknya.

2.3

KETERLIBA TAN KONSUMEN TERHADAP
OBAT PELANGSING

2.3.1

Obat Pelangsing Tubuh

2.3.1.1 Pengertian Obat Pelangsing
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), pelangsing didefinisikan
sebagai obat untuk membuat langsing (ramping badannya) .

2.3.1.2 Jenis Obat Pelangsing
1. Obat tradisional (herbal)
2.

Obat modern adalah obat-obatan kimiawi yang bekerja pada susunan
syaraf pusal Contohnya adalah obat golongan Anorexan, golongan ini
adalah amphetamine, dektroamphetamine, metamphetamine,
detilpropion, mazindol dan benzfetamine. Obat lainya yang banyak dijual
adalah deksenfenflutamin (www.sweetadvice02.blogspot.com/mei/2009).

Dalam alamat website www.sayanginanda.com (2009), obat pelangsing
dikelompokkan ke dalam em pat jenis, yaitu :
1.

Obat digitalis, sebenarnya adalah obat untuk jantung, tetapi memang bisa
menurunkan berat badan karena dapat menekan nafsu makan, namun

sering disalahgunakan penggunaannya. Obat semacam ini memiliki efek

samping paling berat terhadap jantung. Lama kelamaan pemakai bisa
menderita anoreksia.
2.

Obat antispasmodik, membuat perut kembung seakan kenyang dan
malas makan. Membuat tubuh lemas dan tidak berenergi sehingga
membuat malas beraktivitas.

3.

Obat diuretik adalah obat yang menimbulkan keinginan seseorang untuk
sering buang air kecil. Berat badan memang turun sesuai keinginan.
Namun cairan tubuh yang keluar berlebih. Ancamannya, tak hanya
dehidrasi, elektrolit tubuh juga akan hilang sehingga mengakibatkan kerja
ginjal dan jantung terganggu.

4.

Obat pencahar yang bersifat laksatif atau menguras perut yang membuat
orang ingin membuang air besar dan kerap digunakan untuk menurunkan
berat badan. Perut menjadi bersih, lemak berkurang, otomatis berat
badan menjadi turun. Akan tetapi, jika digunakan tidak tepat dan terus
menerus akan berbahaya karena dapat mengakibatkan infeksi
pencernaan karena merangsang kerja usus besar sehingga menimbulkan
efek samping perut terasa melilit, hingga dehidrasi

2.3.1.3 Dampakjangka panjang dari obat pelangsing
Dalam alamat website sayanginanda.com (2009), disebutkan beberapa
dampak negatif jangka panjang dari penggunaan obat pelangsing, yaitu:
a.

Sebagian besar obat pelangsing dapat menimbulkan dampak yang
negatif, seperti; gangguan emosi, hiperaktivitas, sulit tidur, perut kembung
atau perih, keletihan terus-menerus, depresi, ketagihan, mual, muntah,
dan tubuh gemetar. Ada juga yang mengganggu kesuburan dan sirkulasi
menstruasi.

b.

Menggunakan obat pelangsing yang bersifat pencahar atau laksatif dapat
menyebabkan usus bereaksi lebih aktif menyerap makanan. Sehingga
membuat makanan yang dikonsumsi cepat dibuang sebelum diserap.
Akibatnya, bila konsumsi obat itu dihentikan, tubuh makin bertambah
gemuk karena usus jadi lebih efisien dalam menyerap makanan.

c.

Obat yang bersifat diuretik menyebabkan tubuh mengalami kekurangan
cairan. Bila berlangsung lama, akan menyebabkan gangguan ginjal.

d.

Obat-obatan yang bersifat memacu pembakaran kalori dapat
merangsang jantung. Detak jantung terpacu cepat sehingga
menimbulkan gangguan pada jantung.

2.3.2

Keterlibatan Konsumen

Motivasi untuk memproses informasi dikonseptualisasikan oleh kebanyakan
para ahli perilaku konsumen dengan istilah keterlibatan (involvement)
konsumen dengan stimulus yang bersifat informasi, seperti atribut dari
produk. Keterlibatan secara umum dikenal sebagai "personal relevance" dan
dianggap sebagai suatu variabel dasar yang sangat penting dalam
menentukan bagaimana seorang konsumen dalam mengolah informasi
(Zaichkowsky, 1985). Artinya, tingkatan dari keterlibatan konsumen dengan
suatu objek, situasi atau tindakan ditentukan oleh derajat dimana seseorang
mempersepsikan bahwa suatu produk atau peristiwa memiliki arti yang
bermakna secara pribadi bagi dirinya.

2.3.2.1 Pengertian keterlibatan konsumen
Mowen dan Minor (2001) mengungkapkan bahwa keterlibatan konsumen

(consumer involvement) adalah pribadi yang dirasakan penting dan minat
konsumen terhadap perolehan, konsumsi dan disposisi barang, jasa, atau
ide. Pengertian dalam pandangan yang sama pun diungkapkan oleh Engel
dkk (1995) mengenai keterlibatan (involvement) yaitu tingkat kepentingan
pribadi yang dirasakan dan /atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di
dalam situasi spesifik. Dari definisi yang diungkapkan di atas dapat

disimpulkan bahwa aspek-aspek dari manusia, produk dan situasi,
keseluruhannya saling berkombinasi dalam menentukan motivasi seorang
konsumen untuk memproses informasi-informasi yang berkaitan dengan
produk yang diberikan dalam satu waktu.
Zaichkowsky's (1985) pun mendefinisikan keterlibatan sebagai:

"a person's perceived relevance of the object based on inherent needs,
values and interests''.

( penerimaan seseorang yang relevan terhadap suatu obyek, berdasarkan
kebutuhan bawaannya, nilai-nilai dan minatnya).

Keterlibatan individu terhadap suatu objek didorong oleh adanya penerimaan
secara relevan dari individu terhadap objek yang didasarkan pada kebutuhan,
r1ilai serta minat pada dirinya untuk mencapai objek tersebut. Sehingga
motivasi merupakan langkah pertama yang mendorong timbulnya keterlibatan
pada diri konsumen untuk mengetahui, memahami dan menilai
informasi/pesan yang sesuai.

Dengan demikian, definisi keterlibatan konsumen adalah suatu kondisi yang
ditentukan oleh derajat dimana seseorang mempersepsikan bahwa suatu

produk atau peristiwa rnerniliki arti yang berrnakna secara pribadi bagi dirinya.
Jadi, keterlibatan konsumen terhadap suatu produk, didasarkan pada
seberapa besar konsumen tersebut rnerniliki anggapan bahwa produk yang
digunakan tersebut rnerniliki rnakna secara pribadi bagi dirinya, yang bisa
berkaitan dengan konsep diri, fungsi produk atau penerirnaan sosial.

2.3.2.2 Jenis-jenis keterlibatan
Mowen dan Minor (2001), telah rnengidentifikasi beberapa jenis keterlibatan
yang berbeda. Disini perbedaan yang penting adalah antara keterlibatan
situasional dan abadi.
1. Keterlibatan situasional (situasional involvement), terjadi selarna periode
waktu yang pendek dan diasosiasikan dengan situasi yang spesifik,
seperti kebutuhan untuk rnengganti sebuah produk yang telah rusak
(rnisalnya, kendaraan berrnotor)
2. Keterlibatan tahan lama (enduring involvement), terjadi ketika konsurnen
menunjukkan rninat yang tinggi dan konsisten terhadap sebuah produk
dan seringkali menghabiskan waktunya untuk memikirkan tentang produk
tersebut.

Selain tipe keterlibatan abadi (enduring involvemenf) dan keterlibatan
situasional (situasional involvemenf), menurut Engel (1994) ada dua proses
pilihan konsumen yang digolongkan dalam keterlibatan tinggi dan rendah
(yang menjadi fokus tingkatan keterlibatan konsumen) yaitu :

a. Keterlibatan tinggi (high involvement)
Menurut kondisi keterlibatan tinggi, konsumen bertindak seolah-olah
menggunakan model kompensatori. Menurut model kompensatori pilihan
(compensatory models of choice), orang menganalisis setiap alternatif
dengan cara evaluatif yang luas sehingga penilaian yang tinggi atas salah
satu atribut dapat mengkompensasi penilaian atribut lainnya. Dalam jenis
proses evaluatif ini, semua informasi mengenai atribut suatu merek digabung
ke dalam penilaian merek secara keseluruhan. Prosesnya akan diulang untuk
setiap alternatif merek, dan merek yang mempunyai preferensi keseluruhan
tertinggi dipilih (Engel dkk, 1994).

Konsumen dimotivasi untuk mencari informasi yang relevan dan
mengolahnya secara lebih tuntas dan lebih mungkin dipengaruhi oleh
kekuatan argumentasi (adanya daya tarik yang diekspresikan dan
divisualisasikan). Konsumen juga dapat menjadi terlibat dengan produk (atau
merek). Konsumen lebih mungkin melihat perbedaan dalam sifat yang
ditawarkan oleh pelbagai produk atau merek, dan hasil yang lazim adalah

loyalitas yang lebih besar ketika preferensi di dasarkan atas keterlibatan yang
dirasakan tinggi.

Proses pengumpulan informasi pada keterlibatan tinggi berasal dari sumbersumber eksternal individu. Pencarian informasi merupakan bagian yang
paling penting karena individu mempunyai motivasi yang tinggi untuk
mendapatkan kebutuhan tersebut. Pengolahan informasi pun bersifat aktif.
tnformasi diproses dan disimpan dalam ingatan. Sewaktu-waktu informasi
yang telah disimpan tersebut dapat digunakan lembali guna mengevaluasi
produk di masa yang akan datang.

Menurut Solomon (2004), apabila keterlibatan seorang konsumen tinggi
terhadap produk bisa terjadi bila produk dipersepsikan sebagai sesuatu yang
merefleksikan self-image (gambaran diri). Keterlibatan tersebut bisa tinggi
bila alternatif produk yang dipertimbangkan berkaitan dengan 'harga'
(pengeluaran) dan resiko yang dipersepsikan tinggi oleh konsumen jika
terjadi pengambilan keputusan yang salah. Keterlibatan yang tinggi juga bisa
d