Nn
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN
MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 KOTABUMI
SEMESTER GANJIL TP 2009/2010 (Skripsi)
Oleh :
Eka Ria Nanda Putri
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2009
(2)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan yang mutlak bagi pembangunan masyarakat suatu negara, sebab pendidikan merupakan dasar bagi perkembangan pembangunan nasional yang harus didukung oleh manusia cerdas, terampil, berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Berkaitan dengan tujuan pembangunan nasional maka pemerintah terus menerus melakukan usaha perbaikan diantaranya peningkatan kualitas tenaga pengajar melalui pendidikan profesi dan sertifikasi guru, serta perbaikan sarana dan prasarana sekolah, sehingga mutu pendidikan pun dapat meningkat secara bertahap sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:
1.Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
(3)
3.Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. 4.Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
5.Menciptakan iklim belajar yang kondusif. 6.Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. 7.Menilai hasil pembelajaran.’
(Fajar, 2002 : 27)
sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Lebih lanjut dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”.
Dimensi kompetensi pedagogik menurut Rasto (2009:3) antara lain:
1. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran.
a.Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, b.Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, c.Merencanakan pengelolaan kelas,
d.Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran;
e.Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
2. Kompetensi Melaksanakan Proses Pembelajaran
a.Menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran,
b.Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan
pengajaran.
c.Berkomunikasi dengan siswa,
d.Mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan e.Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.
(4)
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan pembelajaran. Tulus Tu’u (2004:75) berpendapat bahwa prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes, angka atau nilai yang diberikan guru .
Dalam proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi tersebut berasal dari diri siswa (intern) dan dari luar dirinya (ekstern). Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu faktor dari luar diri siswa yang diduga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini diperkuat oleh Diana Nur (2009:22) berpendapat bahwa Persepsi adalah proses seseorang untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan mengevaluasi orang lain tentang sifat, kualitas, dan keadaan lain yang ada dalam diri seseorang yang dipersepsikan. Dalam hal ini, kompetensi pedagogik guru merupakan objek yang dipersepsi oleh siswa. Apabila persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru positif, maka tidak menutup kemungkinan akan berbengaruh positif terhadap siswa yang nampak dalam prestasi belajar siswa.
Selain persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru, motivasi siswa juga diduga merupakan faktor yang mempengaruhi proses belajar. Secara harfiah, motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi berarti usaha yang dapat menyebabkan
(5)
seseorang atau sekelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:593)
Namun demikian pada kenyataannya persepsi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi tentang kompetensi pedagogik guru geografi rata-rata masih negatif, terbukti pada saat penelitian pendahuluan, peneliti melakukan wawancara terhadap 10 orang siswa yang terdiri dari 5 siswa kelas XI IPS 1, 5 siswa kelas XI IPS 2 yang hasil tes geografinya belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi dan motivasi belajar geografi kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kotabumi yaitu :
1. Guru sering menggunakan media pembelajaran yang bervariasi saat proses
pembelajaran berlangsung?
2. Apakah guru selalu memberikan apersepsi pada setiap kegiatan belajar? 3. Apakah guru rutin memberikan uji blok setiap satu kompetensi dasar
(KD)?
4. Apakah anda senang belajar geografi ?
5. Apakah anda selalu mengulang pelajaran geografi dirumah?
6. Apakah anda senang jika mendapat pujian dari teman-teman jika nilai anda tinggi ?
Rata-rata siswa memiliki persepsi yang negatif terhadap kompetensi pedagogk guru geografi , artinya siswa yang memiliki prestasi belajar geografi yang rendah, rata-rata meliki persepsi yang masih negatif terhadap kompetensi pedagogik guru geografi, sedangkan untuk pertanyaan tentang
(6)
motivasi belajar, jawaban-jawaban siswa cenderung menunjukkan motivasi belajar yang masih rendah rendah, artinya siswa yang memiliki prestasi belajar geografi yang rendah rata-rata memiliki motivasi belajar yang rendah. Berdasarkan rekapitulasi hasil wawancara (lampiran, hal90) diketahui bahwa rata-rata siswa yang nilainya rendah cenderung memiliki penilaian/ persepsi yang negatif terhadap kompetensi pedagogik guru geografi kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kotabumi serta memiliki motivasi belajar yang masih rendah.
Dengan adanya persepsi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi tentang kompetensi pedagogik guru geografi yang masih negatif dan motivasi belajar yang masih rendah diduga menyebabkan prestasi belajar geografi siswa di kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010 masih rendah. Dari hasil wawancara, peneliti menduga bahwa rendahnya prestasi belajar geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010 dikarnakan dalam proses pembelajaran geografi, guru geografi belum sepenuhnya menguasi kompetensi pedagogik sehingga pembelajaran hanya berfokus pada guru sebagai pentransfer ilmu. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Fajar (2002:92) yang menyatakan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Geografi masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan kemudian ceramah dan model penugasan menjadi pilihan utama strategi belajar di samping bidang pembelajaran yang terdiri atas materi yang banyak dan berupa hafalan belaka, sehingga prestasi belajar geografi siswa sulit mengalami peningkatan . Padahal Kedudukan dan fungsi Geografi saat ini, tidak lagi hanya terbatas kepada ilmu yang mengembangkan
(7)
prinsip-konsep dan teorinya saja, melainkan telah terjun ke bidang-bidang praktis dalam memanfaatkan sumber daya dan lingkungan untuk kesejahteraan umat manusia secara seimbang. Maka sudah selayaknya guru geografi harus dapat pandai menggunakan media. Hal ini diperkuat oleh pendapat Manihah Ulya (2007:17) Dengan adanya kemajuan teknologi informasi sekarang ini, pendekatan yang sesuai untuk dikembangkan adalah dengan menyajikan informasi geografis dalam berbagai alat peraga, seperti gambar, denah, peta dan diagram. Siswa diharapkan dapat memulai dengan bantuan berbagai perangkat hingga mereka mampu menerangkan gagasan yang berkaitan dengan informasi keruangan dalam bentuk peraga.
Untuk merealisasikan hal tersebut guru harus menguasai kompetensi pedagogik yang berkenaan dengan proses pembelajaran dikelas, serta tidak luput dari pemahaman mengenai psikologi dan perilaku peserta didik dengan segala aspeknya. dengan ini diharapkan dapat mengembangkan potensi serta kompetensi yang dimiliki siswa, baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotor untuk menghadapi lingkungan hidupnya.
Berdasarkan hasil Tes yang dilakukan pada siswa-siswi kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS semester Ganjil tahun pelajaran 2009/2010, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
(8)
Tabel 1. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Nilai Hasil Tes pada Kelas XI IPS 1 dan IPS 2 di SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil TP 2009/2010.
No Standar KKM
Jumlah Siswa
Persentase Keterangan
1 >65 17 30,4% Tuntas
2 <65
39 69,6% Tidak
Tuntas
56 100%
Sumber : Dokumentasi Guru Geografi SMA Negeri 2 Kotabumi tahun 2009
Rendahnya prestasi belajar siswa tersebut diduga berhubungan dengan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa. Berdasarkan keadaan prestasi belajar siswa-siswi kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji mengenai Apakah ada hubungan antara Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XI IPS di SMA NEGERI 2 kotabumi semester ganjil TP 2009/2010?
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Pembelajaran Geografi masih berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan.
2. Metode ceramah dan model penugasan masih menjadi pilihan utama
strategi belajar dalam pembelajaran geografi.
3. Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi di SMA Negeri 2 Kotabumi TP 2009/2010 masih negatif.
(9)
4. Rendahnya motivasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.
5. Rendahnya prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS XI IPS di SMA
Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.
C. BATASAN MASALAH
Mengingat keterbatasan peneliti, baik waktu, biaya, fikiran, tenaga dan lain-lain, maka penelitian ini dibatasi pada kajian tentang :
a. Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi masih
rendah(X1)
b. Motivasi belajar siswa yang rendah(X2) c. Prestasi Belajar Geografi masih rendah (Y)
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik
guru geografi dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010?
2. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010 ?
(10)
3. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010?
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi dengan prestasi Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010 .
2. Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.
3. Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010 .
F. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan Peneliti ini yaitu :
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi.
2. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan IPS FKIP Universitas Lampung.
3. Memberikan masukan bagi berbagai pihak terutama bagi guru geografi
untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya dalam upaya
(11)
G. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Ruang lingkup subyek penelitian
Ruang lingkup subyek penelitian ini adalah siswa kelas siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.
2. Ruang lingkup obyek penelitian
Ruang lingkup obyek penelitian ini adalah nilai Geografi semester ganjil siswa kelas siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi.
3. Ruang lingkup tempat penelitian
Ruang lingkup tempat penelitian ini di SMA Negeri 2 Kotabumi. 4. Ruang lingkup waktu penelitian
Ruang lingkup waktu penelitian yaitu saat dilaksanakan penelitian ini yaitu tahun pelajaran 2009/2010.
5. Ruang lingkup ilmu penelitian
(12)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran a. Belajar
Sebelum menjelaskan tentang prestasi belajar Geografi, maka akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian tentang belajar dan pembelajaran menurut beberapa ahli. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan terlihat dalam seluruh aspek tingkah laku.
Slameto (2003 : 2) mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lain secara keseluruhan sebagaimana pengalaman individu itu sendiri dalam berintraksi dengan lingkungan. Pendapat ini didukung oleh Abdillah dalam Aunurrahman (2008 : 27) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu usaha latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dari keseluruhan pendapat tentang pengertian belajar, pada dasarnya mengacu pada suatu tujuan yaitu belajar merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu menjadi tahu, sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan bagi individu yang belajar, perubahan itu
(13)
berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan/pengalaman individu dari lingkungannya, berdasarkan pendapat diatas, belajar merupakan kegiatan yang hanya dialami oleh individu yang belajar serta memiliki tujuan atau hasil belajar yang ingin dicapai oleh individu yang belajar.
Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2003;54) adalah sebagai berikut:
1. Faktor Intern
a. faktor Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)
b. Faktor Psikologis (intelegensi,perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c. faktor Kelelahan 2. Faktor Ekstern
a. Faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan).
b. faktor sekolah (Metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin secular alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah). c. Faktor Masyarakat(kegiatan siswa dalan masyarakat, mass media,
teman bergaul, bentuk kehidupan ,masyarakat).
b. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan dalam belajar yang dilakukan oleh guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai pebelajar, sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik.
Rogers dalam Dimiyati dan Mudjiono (2006 :17) mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :
a. Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar
secara terstruktur.
(14)
c. Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery learning).
d. Guru menggunakan metode simulasi
e. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan mampu berpartiipasi dengan kelompok lain.
f. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
g. Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta
peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas (Snelbecker, 1974:483-494; Skager, 1984: 33; Bergan dan Dunn, 1976; 122-128).
Menurut Abdillah dalam Aunurrahman (2008 : 26) mengemukakan bahwa: pembelajaran adalah suatu upaya mengubah siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.
Lebih lanjut Nasution (1997:37) mengemukakan bahwa:
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.
Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:9):
1. Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku
siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.
2. Membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai siswa dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.
3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.
4. Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku dan evaluasi.
Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran adalah jalan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar, untuk mengerti suatu hal yang sebenarnya tidak diketahui. Seorang yang melakukan kegiatan belajar dapat disebut
(15)
telah mengerti suatu hal bila ia juga dapat menerapkan apa yang telah ia pelajari. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
C. Pembelajaran IPS Geografi
Geografi adalah mata pelajaran dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang diajarkan dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat sekolah menengah. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Disamping itu mata pelajaran IPS juga dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (Depdiknas 2005:417).
(16)
Hakekat Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dalam konteks keruangan. Konsep geografi yang diketengahkan di awal secara jelas menegaskan bahwa yang menjadi objek studi geografi tidak lain adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakikatnya merupakan bagian dari bumi yang terdiri atas atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan batuan, kulit bumi). Pada konsep ini, geosfer atau permukaan bumi tadi ditinjau dari sudut pandang kewilayahan yang menampakkan persamaan dan perbedaaan. Persamaan dan perbedaan tadi tidak terlepas dari adanya relasi keruangan dari unsur-unsur geografi yang membentuknya. Di sini studi geografi melihat dan mempelajari wilayah-wilayah di permukaan bumi yang tersebar membentuk lingkungan-lingkungan geografi tertentu yang menunjukkan sistem kewilayahan (regional system) dan sistem kelingkungan (ekosistem) tertentu. Dari sekian jumlah sistem kewilayahan dan sistem kelingkungan tadi sudah pasti ada persamaan dan perbedaan gejala, bahkan keunikan di wilayah-wilayah atau ekosistem. Geografi juga mengkaji mengenai manusia sebagai salah satu unsur geografi yang juga menjadi objek studi geografi, ada dalam konteks biosfer. Dengan demikian, apapun yang menjadi objek studi (udara, batuan, air, makhluk hidup) selalu dihubungkan dengan kedudukan dan kepentingan umat manusia.
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, dapat
diketengahkan disini bahwa geografi dan studi geografi berkenaan dengan: (1) permukaan bumi (geosfer), (2) alam lingkungan (atmosfer, litosfer,
(17)
kondisi fisik wilayah Indonesia, biosfer), (3) umat manusia dengan kehidupannya (antroposfer), (4) penyebaran keruangan gejala alam dan kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan, dan (5) analisis hubungan keruangan gejala-gejala geografi di permukaan bumi. Dengan demikian, dapat diketengahkan disini bahwa pembelajaran geografi hakikatnya adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dan variasi kewilayahannya. Dengan perkataan lain, pembelajaran geografi yang diajarkan di sekolah disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing (Sumaatmadja.1997:12).
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Geografi masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah dan model penugasan menjadi pilihan utama strategi belajar di samping bidang pengajaran yang terdiri atas materi yang banyak dan berupa hafalan belaka. Padahal Kedudukan dan fungsi Geografi saat ini, tidak lagi hanya terbatas kepada ilmu yang mengembangkan prinsip-konsep dan teorinya saja, melainkan telah terjun ke bidang-bidang praktis dalam memanfaatkan sumber daya dan lingkungan untuk kesejahteraan umat manusia secara seimbang (Fajar 2002:92).
Untuk merealisasikan hal tersebut perlu adanya metode pembelajaran yang diharapkan dapat mengembangkan potensi serta kompetensi yang dimiliki siswa, baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotor untuk menghadapi
(18)
lingkungan hidupnya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Manihah Ulya (2007:17) Dengan adanya kemajuan teknologi informasi sekarang ini, pendekatan yang sesuai untuk dikembangkan adalah dengan menyajikan informasi geografis dalam berbagai alat peraga, seperti gambar, denah, peta dan diagram. Siswa diharapkan dapat memulai dengan bantuan berbagai perangkat hingga mereka mampu menerangkan gagasan yang berkaitan dengan informasi keruangan dalam bentuk peraga.
B. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Pedagogik Guru
Proses pembelajaran terjadi ketika seorang guru berdiri didepan kelas menyampaikan materi pelajaran, pada diri siswa terjadi pengamatan terhadap guru didalam kelas yang dipengaruhi oleh komponen kognitif siswa, sehingga siswa dapat memberi tanggapan tentang objek yang diamati. Proses pengamatan inilah yang dinamakan dengan persepsi, seperti yang dikemukakan oleh Slameto (3003:72):
persepsi yaitu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusi “. Lebih lanjut Slameto menjelaskan bahwa persepsi Manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya hubungan ini dilakukan lewat panca indra, penglihatan, pendengaran, perabaan, perasaan, dan penciuman.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Gulo (1982) dalam Moedijarto (1998:6) bahwa:
persepsi dapat diartikan sebagai pengetahuan lingkungan melalui interpretasi panca indera. Untuk dapat melakukan persepsi, seseorang perlu mempunyai kesiapan memberikan respon terhadap lingkungan dengan cara yang tidak sama.
(19)
Berdasarkan beberapa pengertian tentang persepsi tersebut, maka dapat dikatan bahwa persepsi merupakan suatu pendapat yang didahului oleh proses penginderaan dan diteruskan ke pusat syaraf,sehingga individu dapat mengenal dan memaknakan suatu objek yang ada dilingkungannya.
Setiap orang mempunyai persepsi terhadap berbagai macam objek, misalnya seorang siswa mempunyai beragam pendapat terhadap kompetensi guru yang mengajarnya, begitu pula dengan tipe-tipe guru yang yang diinginkannya, sehingga akan didapat beragam persepsi siswa tentang kompetensi guru.
Untuk melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran, guru harus memiliki seperangkat kompetensi yang harus dikuasai dan dimiliki.
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Lebih lanjut dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”.
Dimensi kompetensi pedagogik menurut Rasto (2009:3) antara lain:
1. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran.
Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran menurut Joni (1984:12) dalam Rasto (2009:3) antara lain:
1. Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,
2. Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, 3. Merencanakan pengelolaan kelas,
4. Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran;
5. Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan
(20)
Lebih dalam Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi:
1. Mampu mendeskripsikan tujuan,
2. Mampu memilih materi,
3. Mampu mengorganisir materi,
4. Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran,
5. Mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran,
6. Mampu menyusun perangkat penilaian,
7. Mampu menentukan teknik penilaian, dan
8. Mampu mengalokasikan waktu.
Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program pembelajaran merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.
2. Kompetensi Melaksanakan Proses Pembelajaran
Melaksanakan proses pembelajaran merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan pembelajaran dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu
diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar,
(21)
penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa.
Sebagaimana pendapat Yutmini (1992:13) mengemukakan bahwa:
persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, meliputi kemampuan:
1. Menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran,
2. Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran.
3. Berkomunikasi dengan siswa,
4. Mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan
5. Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.
Pada pelaksanaan proses pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan pembelajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa.
Lebih lanjut Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi
melaksanakan proses pembelajaran meliputi :
1. Membuka pelajaran,
2. Menyajikan materi,
3. Menggunakan media dan metode,
4. Menggunakan alat peraga,
5. Menggunakan bahasa yang komunikatif,
6. Memotivasi siswa,
7. Mengorganisasi kegiatan,
8. Berinteraksi dengan siswa secara komunikatif,
9. Menyimpulkan pelajaran,
(22)
11. Melaksanakan penilaian, dan
12. Menggunakan waktu.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses pembelajaran merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses pembelajaran adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.
3. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Pembelajaran
Sutisna (1993:212) mengemukakan bahwa:
Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan.
Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa.
(23)
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penilaian belajar peserta didik, meliputi:
1. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran,
mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda,
2. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid,
3. Mampu memeriksa jawab,
4. Mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian,
5. Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian,
6. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian, 7. Mampu menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian, 8. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian,
9. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis. 10.Mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian
11.Mengklasifikasi kemampuan siswa
12.Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian
13.Mampu melaksanakan tindak lanjut
14.Mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut
15.Mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.
Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik guru tercermin dari indikator yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dapat diartikan sebagai tanggapan atau pendapat seorang siswa tentang kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya sebagi pentransfer ilmu . agar persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru tersebut baik, maka guru harus meningkatkan kompetensi pedagogiknya, sebab kompetensi pedagogik adalah kompetensi yang memiliki pengaruh terhadap siswa. Hal ini diperkuat oleh Diana Nur (2009:22) bahwa Persepsi adalah proses seseorang untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan mengevaluasi
(24)
orang lain tentang sifat,kwalitas, dan keadaan lain yang ada dalam diri seseorang yang dipersepsikan. Dalam hal ini, kompetensi pedagogik guru merupakan objek yang dipersepsi oleh siswa. Apabila persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru baik, maka tidak menutup kemungkinan akan berbengaruh positif terhadap siswa yang nampak dalam motivasi belajar dan prestasi belajar siswa.
Saat ini, kebanyakan siswa belum memahami secara teoritis tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru, tapi pada prakteknya siswa sudah mampu menilai guru manakah yang memiliki kompetensi dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pegajar. Tanggapan positif atau negatif yang terjadi pada siswa merupakan perasaan yang dihasilkan dari pengamatan sehari-hari ketika seorang guru mengajar di kelas, tindak lanjutnya setelah proses pembelajaran selesai sampai pada pembagian hasil evaluasi pada siswa. Tanggapan yang baik akan diberikan kepada guru yang dinilainya telah berkompeten dan secara tidak langsung siswapun pada akhirnya akan termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya, demikian sebaliknya, apabila tanggapan siswa kurang baik terhadap kompetensi pedagogik guru maka siswapun akan sulit termotivasi untuk meningkatkan prestasinya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru adalah suatu proses dimana siswa mengamati dan memberikan tanggapan atas kompetensi pedagogik yang dimiliki seorang guru sebagai objek, melalui panca inderanya. Demikian
(25)
pentingnya persepsi siswa yang baik terhadap kompetensi guru dalam hal ini kompetensi pedagogik guru. Maka seorang guru harus memiliki kompetensi yang menunjang. Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru akan timbul dari proses saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Jadi cukup jelas, persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru erat hubungannya dengan prestasi belajar yang dicapai siswa , karena guru yang berkompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar dan meningkatkan prestasinya.
C. Motivasi Belajar
Sebelum membahas tentang motivasi belajar perlu dibahas terlebih dahulu mengenai motif. Menurut Slameto (2003 :171) mendefinisikan sebagai berikut “Motif yaitu faktor-faktor yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku”. Motivasi sangat bermakna dalam sebuah proses belajar mengajar. Selain dari dalam diri, keberhasilan siswa dalam belajar salah satunya juga tergantung pada usaha guru dalam membangkitkan motivasi siswanya untuk belajar. Motivasi akan menyebabkan terjadinya perubahan energi pada diri manusia. Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga orang mau dan ingin melakukan sesuatu. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi dalam kegiatan belajar adalah sebagai keseluruhan daya pengerak di
(26)
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar tercapai. (Sardiman,2000:73)
Secara harfiah, motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:593)
Dimyati dan Mudjiono (2006:80) mengemukakan bahwa:
motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar.
Slameto (2003:170) mengemukakan bahwa:
motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia.
Sesuai dengan pendapat para ahli di atas, bahwa motivasi adalah kemampuan memberikan semangat pada diri sendiri maupun kepada siswa guna melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung adanya unsur harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga memiliki kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar. Jadi motivasi belajar adalah kemampuan atau semangat untuk
(27)
melakukan proses belajar, dengan motivasi yang tinggi, diharapkan akan meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Gage&Berliner (1979) dalam Slameto (2003:176) menyarankan cara meningkatkan motivasi siswa, tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar-besaran.Cara tersebut sebagai berikut:
a. Pergunakan pujian verbal
b. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana
c. Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk mengadakan eksplorasi
d. Sekali-kali pengajar melakukan hal-hal yang luar biasa,misalnya
meminta siswa siswa menyusun soal-soal tes
e. Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada siswa sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha untuk belajar
f. Pergunakan materi-materi yang sudah dikenal sebagai contoh
g. Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik h. Mintalah siswa untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari
sebelumnya
i. Pergunakan simulasi dan permainan
j. Perkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan
k. Perkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan dari
keterlibatan siswa.
l. Pengajar perlu memahami dan mengawasi suasana sosial di lingkungan sekolah
m. Pengajar perlu memahami hubungan kekuasaan antara guru dan siswa
Sardiman (2000:90) mengemukakan bahwa ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu
a. Memberi angka (simbol dari nilai kegiatan belajarnya)
b. Hadiah
c. Saingan/kompetensi
d. Ego-involvement
e. Memberi ulangan
f. Mengetahui hasil g. Pujian
h. Hukuman
i. Hasrat untuk belajar j. Minat
(28)
Thursan Hakim (2000:30-31) mengatakan bahwa motivasi belajar seorang siswa dapat dibangkitkan dengan mengusahakan agar siswa memiliki motif intrinsik dan motif ekstrinsik dalam belajar. Adapun cara menimbulkan motif intrinsik antara lain sebagai berikut:
a. Memahami manfaat-manfaat yang diperoleh dari setiap pelajaran
b. Memilih bidang studi yang paling disenangi dan paling sesuai dengan minat
c. Memilih jurusan bidang studi yang sesuai dengan bakat pengetahuan
d. Memilih bidang studi yang paling menunjang masa depan
Sedangkan cara membangkitkan motif ekstrinsik dapat dilakukan dengan memiliki berbagai keinginan yang perlu dimiliki untuk membangkitkan motivasi belajar.
Berbagai keinginan yang perlu dimiliki untuk membangkitkan motivasi belajar, diantaranya sebagai berikut:
a.Keinginan mendapat nilai ujian yang baik b.Keinginan menjadi juara kelas atau juara umum c.Keinginan naik kelas atau lulus ujian
d.Keinginan menjaga harga diri atau gengsi
e.Keinginan untuk menang bersaing dengan orang lain f. Keinginan menjadi siswa teladan
g.Keinginan untuk dapat memenuhi persyaratan dalam memasuki
pendidikan lanjutan
h.Keinginan untuk menjadi sarjana
i. Keinginan untuk dikagumi sebagai orang yang berprestasi
j. Keinginan untuk menutupi atau mengimbangi kekurangan tertentu yang ada dalam diri sendiri
k.Keinginan untuk melaksanakan anjuran/dorongan dari orang lain seperti orangtua, kakak, teman akrab, guru dan orang lain yang disegani serta mempunyai hubungan erat.
Menurut Sardirman (2000:83) ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi
(29)
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Berdasarkan definisi di atas bahwa fungsi motivasi adalah sebagai penggerak manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan menyeleksi perbuatan tersebut. Pembagian motivasi itu sendiri dapat dibagi menjadi dua, seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (2000:87), yaitu:
a.Motivasi Intrinsik
motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b.Motivasi ekstrinsik
Adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Berdasarkan definisi di atas, bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa dipengaruhi oleh pihak lain yang biasa di sebut motivasi intrinsik dan motivasi yang dipengaruhi oleh pihak lain atau motivasi ekstrinsik.
D. Prestasi Belajar Geografi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan. Sedangkan belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003:2). Sedangkan menurut Tulus Tu’u (2004:75) prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru
(30)
Lebih lanjut Nasution (1996:17) mengungkapkan bahwa:
prestasi belajar adalah “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Sedangkan menurut Slameto (1995:54-71) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yaitu faktor jasmaniah (faktor kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), serta faktor kelelahan.
2. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, yaitu faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa-siswa, disiplin sekolah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang atau siswa yang didapat setelah siswa mengikuti tes yang dapat dilihat dalam bentuk angka atau nilai.
Bintarto dan Hadisumarno (1987 : 10) menyatakan bahwa geografi adalah suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari berbagai sifat (yang beraneka ragam) di permukaan bumi. Sedangkan menurut hasil seminar dan lokakarya di semarang (1998) Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi (gejala geosfer) serta interaksi
(31)
antara manusia dengan lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan. Dari definisi-definisi para pakar tentang belajar, prestasi belajar dan ilmu Geografi di atas, bahwa prestasi belajar geografi adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang diberikan oleh guru selama mengikuti pelajaran geografi yang dapat dilihat dalam bentuk nilai atau angka yang dihasilkan setelah mengerjakan tes atau tugas.
E. KERANGKA PIKIR
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang dioperasionalkan, yaitu dua variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y). Variabel bebas yang pertama (X1) persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru, yang kedua (X2) adalah motivasi belajar, sedangkan variabel terikat (Y) adalah prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kotabumi semester Ganjil tahun pelajaran 2009/2010.
Prestasi belajar Geografi adalah hasil dari belajar Geografi. Prestasi belajar dari masing-masing siswa tentunya tidak sama hal tersebut berhubungan dengan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa. Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik gurugeografi cenderung berhubungan dengan prestasi belajar geografi yang akan diraih oleh siswa tersebut. kompetensi pedagogik guru meliputi keahlian - keahlian yang dimiliki oleh guru dalam melakukan proses belajar mengajar. jika persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru baik, maka akan cenderung berpengaruh pula terhadap prestasi yang diperoleh oleh siswa. Begitupun
(32)
sebaliknya, jika persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi buruk maka prestasi belajar geografi siswa akan rendah pula. Sesuai dengan pedapat Diana Nur (2009:22) bahwa Persepsi adalah proses seseorang untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan mengevaluasi orang lain tentang sifat,kwalitas, dan keadaan lain yang ada dalam diri seseorang yang dipersepsikan. Dalam hal ini, kompetensi pedagogik guru merupakan objek yang dipersepsi oleh siswa. Apabila persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru baik, maka tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh positif terhadap siswa yang nampak dalam prestasi belajar siswa.
Secara harfiah, motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:593)
Jika dalam belajar siswa memiliki motivasi yang tinggi, maka prestasi belajar cenderung akan mengalami peningkatan. dan sebaliknya, jika motivasi belajar siswa rendah, maka prestasi belajar cenderung akan rendah. Karena bagaimana mungkin seseorang dapat memperoleh sesuatu tanpa ada dorongan dari dalam diri sendiri dan dari luar dirinya atau tanpa ada keinginan untuk memperoleh sesuatu. Dengan demikian, diperkirakan bahwa persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi dan motivasi belajar siswa sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa.
(33)
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah: Gambar 1. Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kompetensi
Pedagogik Guru dan Motivasi Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa kelas XI IPS 1 dan IPS 2 SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil TP 2009/2010.
Gambar1: Bagan Kerangka Pikir
F. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2, SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010. Semakin positif persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru, maka ada kecenderungan semakin tinggi pula prestasi belajar geografi siswa.
Persepsi siswa tentang kompetensi
pedagogik guru (X1)
Motivasi belajar
siswa (X2)
Prestasi belajar geografi
(34)
2.Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2, SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010. Semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka ada kecenderungan semakin tinggi pula prestasi belajar geografi siswa
3.Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi dan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2, SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010. Semakin baik persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan semakin tinggi motivasi belajar maka prestasi belajar geografi siswa akan semakin meningkat.
(35)
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 2 Kotabumi Jalan Raya Prokimal Kecamatan KotabumiUtara, Lampung Utara.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah ex post facto., Penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut (Sugiyono,2004:7). Bila dilihat dari tingkat eksplanasi penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,2004:11)
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono(2008:117)mendefinisikan populasi sebagai berikut:
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
(36)
Sedangkan menurut S. Margono (2004:118) mengatakan bahwa populasi adalah Seluruh data yang menjad perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan .
Oleh karena itu, dari beberapa pendapat di atas bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang meliputi seluruh karakteristik pada suatu wilayah yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi sasaran pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS-1dan XI IPS-2, SMA Negeri 2 Kotabumi yang berjumlah 67siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2004:73). Teknik pengambilan sampel menggunakan
simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dari populasi secara
acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut
(Sugiyono,2004:74).
Penentuan siswa yang akan dijadikan sampel untuk setiap kelas dilakukan dengan cara undian yang merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menarik sampel dengan menggunakan simpel random sampling (M. Nazir,1999:336). Dalam penelitian ini besarnya sampel ditentukan dengan rumus Taro Yamane sebagai berikut :
N n =
N.d² +1 Keterangan :
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
(37)
Maka pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : N n = N.d² +1 67 n =
67 (0,05)² + 1 67
n =
0,16 + 1 = 57
Jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 57 siswa, untuk lebih proporsional maka dicari masing-masing kelas dengan alokasi proporsional (jalaluddin Rahmat,1997:82). Hal ini dilakukan dengan rumus :
Jumlah sampel
Jumlah sampel tiap kelas = X jumlah siswa tiap kelas
Jumlah Populasi
Maka perhitungan proporsional sampling masing-masing kelas adalah : 34x 57
n = = 28 siswa
67 33 x57
n = = 28 siswa
67
Agar lebih jelas, sampel penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2 : Perhitungan Besar Sampel Penelitian Siswa Kelas
XI IPS 1 dan IPS 2 di SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil TP 2009/2010.
No Kelas Jumlah Siswa Sampel
1 2
XI IPS 1 XI IPS 2
34 33
28 28
67 56
(38)
D. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto(2002:97) bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
1. Independent Variable atau Variabel Bebas,
Yaitu Persepsi Siswa Kompetensi Pedagogik Guru (X1) dan Motivasi Belajar (X2)
Persepsi siswa tentang kompetensi Pedagogik Guru (X1)
Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dapat diartikan sebagai tanggapan atau pendapat seorang siswa tentang kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya sebagi pentransfer ilmu . agar persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru tersebut baik, maka guru harus meningkatkan kompetensi pedagogiknya, sebab kompetensi pedagogik adalah kompetensi yang memiliki pengaruh terhadap siswa.
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Lebih lanjut dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan
(39)
Dimensi kompetensi pedagogik ini antara lain:
1. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran.
2. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
3. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar
kompetensi pedagogik guru tercermin dari indikator yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru adalah suatu proses dimana siswa mengamati dan memberikan tanggapan atas kompetensi pedagogik yang dimiliki seorang guru/ sebagai objek melalui panca inderanya.
Motivasi Belajar (X2)
Menurut Elliott, et.al. (1996) dalam jamaluddin (2005:71) yang mengatakan motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Hal ini ditegaskan oleh Houston (1985) dalam jamaluddin (2005:72) bahwa motivasi merupakan faktor yang memprakarsai, memperkuat, dan mempertahankan perilaku.
Sesuai dengan pendapat para ahli di atas, bahwa motivasi adalah kemampuan memberikan semangat pada diri sendiri maupun kepada siswa guna melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung adanya unsur harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga
(40)
memiliki kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar.
Jadi motivasi belajar adalah kemampuan atau semangat untuk melakukan proses belajar, dengan motivasi yang tinggi, diharapkan akan meraih prestasi belajar yang memuaskan.
2. Dependent Variable atau Variabel Terikat Yaitu Prestasi Belajar Geografi (Y), menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan. Sedangkan belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003:2).
Sedangkan Menurut Tulus Tu’u (2004:75) , prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang atau siswa yang didapat setelah siswa mengikuti tes yang dapat dilihat dalam bentuk angka atau nilai.
Bintarto dan Hadisumarno (1987 : 10) menyatakan bahwa geografi adalah suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari berbagai sifat (yang beraneka ragam) di permukaan bumi. Sedangkan menurut hasil seminar dan lokakarya di Semarang (1998)
(41)
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi
( gejala geosfer ) serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan.
Dari definisi-definisi para pakar tentang belajar, prestasi belajar dan ilmu Geografi di atas, bahwa prestasi belajar Geografi adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang diberikan oleh guru selama mengikuti pelajaran Geografi yang dapat dilihat dalam bentuk nilai atau angka yang dihasilkan setelah mengerjakan tes atau tugas.
E. Definisi Operasional Variabel
Untuk mempermudah pengukuran di lapangan, maka konsep dalam penelitian ini dapat dioperasionalkan yaitu:
1. Persepsi siswa tentang Kompetensi pedagogik guru (X1)
Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dapat diartikan sebagai tanggapan atau pendapat seorang siswa tentang kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya sebagi pentransfer ilmu . agar persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru tersebut baik, maka guru harus meningkatkan kompetensi pedagogiknya, sebab kompetensi pedagogik adalah kompetensi yang memiliki pengaruh terhadap siswa.
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
(42)
Lebih lanjut dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik”. Dari pengertian tersebut, maka indikator kompetensi pedagogik guru adalah:
1. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran, yang meliputi :
a. Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,
b. Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, c. Merencanakan pengelolaan kelas,
d. Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran;
e. Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran.
2. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar, yang meliputi : a.Berkomunikasi dengan siswa
b.Sistematis dalam menjelaskan materi c.Menggunakan alat bantu/media
d.Memberikan umpan balik pada siswa
e.Mendorong siswa untuk akif didalam kelas f. Memotivasi semangat belajar
g.Menarik kesimpulan
3. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar, yang meliputi :
a. Memberikan uji blok untuk setiap kompetensi dasar b. Memberi soal / tes formatif
c. Memberikan soal pre/posttest
d. Memberikan remedial
e. Memberikan tugas mandiri dan tugas kelompok
Variabel persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru ini diukur dengan menggunakan skor yang diperoleh dari hasil kuesioner pilihan ganda yang berjumlah 15 butir, setelah itu dilakukan uji validitas instrument ke non sampel, ternyata kesemuanya valid, hanya saja setelah melalukan diskusi dengan guru mata pelajaran geografi mengenai kuisioner tersebut , maka penulis disarankan untuk merevisi kalimat pada beberapa soal agar lebih mudah dipahami. Adapun tiap jawaban yang bersifat positif skornya 2. Sedangkan untuk jawaban yang bersifat negatif skornya 1. sehingga skor
(43)
total tertinggi adalah 30 dan skor total terendah adalah 15. Jumlah alternatif jawaban untuk semua pertanyaan adalah 2 buah. Langkah berikutnya menggolongkan tingkatan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru menurut kategori sebagai berikut: Tinggi dan rendah.
Rumus interval yang digunakan untuk menentukan kategori kompetensi pedagogik menurut Soegyarto mangkuatmodjo (1997:37) menggunakan kriterium strurgess yaitu:
K NR NT
I
Keterangan: I = Interval
NT = Nilai variabel tinggi NR = Nilai variabel terendah K = Kategori
Maka,I= 28-17
2
I= 5,5
Jadi, skor kompetensi pedagogik adalah: 24- 29 = kompetensi pedagogik tinggi 16-23= kompetensi pedagogik rendah
2. Motivasi Belajar (X2)
Menurut Sardirman (2000:73), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendakioleh subyek belajar dapat tercapai. Dari pengertian tersebut, maka indikator motivasi belajar adalah:
(44)
1. Motivasi Intrinsik
a. Keinginan memperoleh nilai yang baik
b. Keinginan memperoleh informasi
c. Keinginan diterima rang lain d. Rasa senang belajar
e. Keuletan dalam memecahkan masalah
2. Motivasi ekstrinsik a. Pujian
b. Hadiah c. Persaingan
d. Hukuman
e. Dorongan guru,teman dan rang tua.
Variabel Motivasi belajar siswa ini diukur dengan menggunakan skor yang diperoleh dari hasil kuesioner pilihan ganda yang berjumlah 15 butir, setelah itu dilakukan uji validitas instrument ke non sampel,ternyata kesemuanya valid. Adapun tiap jawaban yang bersifat positif skornya 2. Sedangkan untuk jawaban yang bersifat negatif skornya 1. sehingga skor total tertinggi adalah 30 dan skor total terendah adalah 15. Jumlah alternatif jawaban untuk semua pertanyaan adalah 2 buah. Langkah berikutnya menggolongkan tingkatan motivasi belajar siswa menurut kategori sebagai berikut: Tinggi dan rendah.
Rumus interval yang digunakan untuk menentukan kategori motivasi menurut Soegyarto mangkuatmodjo (1997:37) menggunakan kriterium strurgess yaitu:
K NR NT
I
Keterangan: I = Interval
NT = Nilai variabel tinggi NR = Nilai variabel terendah K = Kategori
Maka,I= 28 - 17
2
(45)
Jadi, skor kompetensi pedagogik adalah: 24 - 29 = Motivasi belajar tinggi 16– 23= Motivasi belajar rendah
3. Prestasi Belajar (Y)
Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan guru (Tulus Tu’u,2004:75). Pada penelitian ini, prestasi belajar Geografi diperoleh dari nilai hasil tes yang diperoleh dari pengambilan nilai tes secara langsung oleh peneliti di kelas kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.
Prestasi yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu nilai hasil TES dengan kategori prestasi belajar geografi sebagai berikut:
Tabel 3. Kategori Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS 1 dan IPS 2 di SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil TP 2009/2010.
No Prestasi Belajar Prestasi Belajar IPS
1. Rendah (0,0 – 6,4)
3. Tinggi (6,5 – 10)
Sumber: Dokumentasi peneliti tahun 2010
F. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, yaitu:
1. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data yang lengkap dan sah (Budi Koestoro, Basrowi,2006:142).
(46)
Dokumentasi digunakan untuk mendapat data yang sudah tersedia tentang keadaan siswa dan keadaan umum sekolah mengenai sejarah berdirinya SMA Negeri 2 Kotabumi.
2. Teknik Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006:127).
Instrument tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Di dalam penelitian digunakan jenis tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes prestasi ini diberikan setelah peserta telah mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes obyektif yang berjenis pilihan ganda. Untuk mengetahui validitas dan reabilitas instrument yang akan diteskan maka dilakukan uji coba instrument tes terlebih dahulu, setelah diketahui kevaliditan dan kereliabelan instrument tes baru dilakukan tes. Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui prestasi siswa kelas XII IPS di SMA NEGERI 2 Kotabumi.
3. Tehnik wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya bias dilakukan secara langsung dengan tatap muka langsung dengan narasumber. Namun bisa juga dilakukan dengan tidak langsung(wawancara tertulis) seperti melalui telepon, internet, atau surat. (Syamsul Bahri, 2008: 26)
(47)
Tehnik ini digunakan untuk mengetahui keadaan persepsi siswa mengenai kompetensi pedagogik guru dan mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa kelas XI IPS di SMA NEGERI 2 Kotabumi. Pada saat penelitian pendahuluan, penulis melakukan wawancara terhadap beberapa anak yang hasil tesnya tidak memenuhi standar KKM, penulis mengajukan 6 pertanyaan yang terdiri dari 3 pertanyaan yang menyangkut persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan tiga pertanyaan yang menyangkut motivasi belajar siswa yang melatarbelakangi skripsi ini.
4. Teknik Kuesioner
Dalam bukunya Suharsimi (2006 : 225) berpendapat bahwa kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Jenis kuesioner yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup, artinya jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih. Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah yang berkaitan dengan responden. Uji coba kuesioner telah dilakukan pada hari senin tanggal 14 Desember 2009 sebanyak 11 siswa yang merupakan populasi dari kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi dan jumlah kuesioner sebanyak 30 butir pertanyaan. Dalam penelitian ini teknik kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa kelas XI IPS di
(48)
G. Uji Persyaratan Instrumen
Untuk memperoleh data yang lengkap, maka alat instrumen yang berupa angket harus memenuhi 2 persyaratan dalam suatu alat penelitian, yaitu harus
valid dan reliabel. Untuk itu, alat instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2006 :136).
Untuk mengukur validitas suatu instrument digunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut :
N.XY – (X) (Y)
r
xy =
{N.X² - (X)²} {N.Y² - (Y)²}Keterangan :
r
xy = Koefisien KorelasiN = Jumlah Responden
X = Jumlah Skor Item
(49)
Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila
r
hitung >r
tabel dengan tarafsignifikansi 0,05 maka instrumen tersebut valid. Sebaliknya jika
r
hitung <r
tabel maka instrumen tersebut tidak valid.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Dalam penelitian ini uji reliablitas menggunakan rumus Spearmen Brown sebagai berikut:
r11 =
2 1 2 1 2 1 2 1 . r 1 . r 2 Keterangan:
r11 : Reliabilitas instrumen
2 1 2 1 .
r : rxy yang disebut sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen (Suharsimi Arikunto,2006:180)
Dengan kriteria uji apabila r hitung > r tabel maka alat ukur tersebut dinyatakan reliabel dan sebaliknya jika r hitung < r tabel maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak reliabel
H. Teknik Analisis Data
Instrumen yang digunakan dalam analisis data untuk penelitian ini berupa data ordinal, dan penelitian ini dalam analisis datanya menggunakan statistik parametrik maka perlu ada penyesuaian data lebih dahulu. Sehubungan data masih dalam skala ordinal maka harus diubah menjadi interval. Untuk
(50)
mengubah data ordinal ke interval dilakukan melalui methode of succesive interval, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. mencari skor terbesar dan terkecil b. mencari nilai rentangan ( R )
c. mencari banyak kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log n (rumus Storges) d. mencari nilai panjang kelas (i)
I = R : BK
5. membuat tabulasi dengan tabel penolong 6. mencari rata-rata (Mean)
X = f x
N
7. mencari simpangan baku ( Standar Deviasi)
n.
f x² - ( f x)²S =
n (n-1)
8. Mengubah data ordinal menjadi data interval dengan rumus :
(X1 – X) T1 = 50+10
S (Riduan,2004:188-189)
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat berdasarkan sampel yang akan diuji hipotesisnya. Apakah sampel berditribusi normal atau tidak. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. menetukan skor terbesar dan terkecil b. menentukan rentangan ( R )
c. menentukan banyaknya kelas dengan rumus :
BK = 1 + Log n
d. menentukan panjang dengan rumus :
i = R : BK
e. membuat tabulasi dengan tabel penolong f. menentukan rata-rata dengan rumus :
(51)
Ζ = fX i
g. menentukan simpangan baku yaitu dengan rumus :
n.
x² - (x)²S =
n (n-1)h. membuat daftar frekuensi dengan jalan :
1. menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval ditambah 0,5.
2. mencari Z score untuk batas kelas interval dengan rumus : Batas Kelas - X
Z = S
3. mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas.
4. mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0 – Z.
5. mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden.
i. mencari Chi Kuadrat Hitung (χ² hitung) k
(fo
–
fe)
χ² hitung =
i =1
fe
kriteria pengujian adalah jika X²hitung < X²tabel maka variabel tersebut berdistribusi normal dan jika X²hitung >X²tabel maka variabel tersebut berdistribusi tidak normal. (Riduan,2004:180-181)
Uji normalitas menggunakan spss for windows versi 12.0 adalah: Rumusan hipotesis:
· Ho: data berasal dari populasi berdistribusi normal · H1: data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal Kriteria pengambilan keputusan:
· Tolak Ho apabila nilai signifikansi (sig.) < 0.05 berarti distribusi sampel tidak normal
(52)
· Terima Ho apabila nilai signifikansi (sig.) > 0.05 berarti distribusi sampel normal. (Teddy Rusman:62)
2. Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas digunakan uji Barlett. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Memasukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada
tabel penolong.
b. Menghitung varian gabungan dari semua sampel, dengan rumus:
n.(nI - 1)SI²
S² =
n.(nI - 1)
c. Menghitung Log S
d. Menghitung nilai B, dengan rumus:
B = (Log S) (ni – 1) e. Menghitung nilai χ² hitung
χ² hitung = (Ion 10) (B - (dk) Log S)
kriteria pengujian adalah jika X²hitung < X²tabel maka variabel tersebut bersifat homogen dan jika X²hitung > X²tabel maka variabel tersebut bersifat tidak homogen. (Riduan,2004:177 – 178)
Uji homogenitas menggunakan spss for windows versi 12.0 : Rumusan hipotesis:
· Ho: varians populasi homogen
· H1: varians populasi tidak homogen
Kriteria pengambilan keputusan:
· Jika probabilitas (sig.) > 0,05 maka Ho diterima
(53)
I. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua dan ketiga digunakan statistik model korelasi Product Moment dengan rumus:
Pada hipotesis pertama dihitung korelasi antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dengan motivasi belajar siswa, dengan rumus :
N.X1X2 – (X1) (X2)
r
xy= {N.X1² - (X1)²} {N.X2² - (X1)²} Keterangan :
r
xy = Koefisien Korelasi antara variabel X1 dan variabel X2N = Jumlah Sampel yang diteliti
X1 = Skor Variabel persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru
Y1 = Skor Variabel motivasi belajar siswa
Hipotesis yang kedua, dihitung korelasi antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar geografi , dengan rumus :
N.X1Y – (X1) (Y)
r
xy = {N.X1² - (X1)²} {N.Y² - (Y)²} Keterangan :
r
xy = Koefisien Korelasi antara variabel X1 dan variabel YN = Jumlah Sampel yang diteliti
X1 = Skor Variabel motivasi belajar siswa
Y1 = Skor Variabel prestasi belajar geografi
Setelah diperoleh besarnya r, maka untuk menguji signifikansi korelasi dihitung dengan uji statistik t dengan rumus :
r
n - 2 t =
1 - r²(54)
n – 2 dengan = 0,05. (Sugiyono,2004:182-184)
Hipotesis yang ketiga, dihitung korelasi antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Geografi, dengan rumus :
r2yx1+ r2yx2+2ryx1ryx2rx1x2
r
y.X1.x2 = 1-r2x1x2 Keterangan :
r
y.X1.x2 = Koefisien Korelasi antara variabel X1 dengan X2 bersama-sama dengan variable yryx1 = Korelasi produk moment antar x1 dengan y ryx2 = Korelasi produk moment antar x2 dengan y rx1x2 = Korelasi produk moment antar x1 dengan x2
Untuk menguji signifikasi koefisien korelasi ganda dapat dihitung dengan rumus :
Fh= R2/k (1-R2)/(n-k-1)
Keterangan :
Fh = F hitung
R = Koefisien korelasi ganda
K = jumlah variabel independen
n = jumlah sampel
Kriteria Uji Hipotesis
1. Ada hubungan antara X dan Y jika koefisien korelasi tidak sama dengan 0 (nol) atau (r≠0), dan tidak ada hubungan antara X dan Y jika koefisien korelasi (r) sama dengan 0 (nol).
(55)
2. Jika nilai korelasi (r) positif maka hubungan antara X dan Y bersifat positif, jika korelasi (r) negatif maka hubungan antara X dan Y bersifat negatif
3. Untuk mengetahui kategori keeratan hubungan X dan Y dapat diketahui setelah niai r yang diperoleh dikonsultasikan pada table 4 interpretasi nilai r
4. Terdapat hubungan yang signifikan pada taraf yang signifikan 5% bila r hitung sama atau lebih dari pada r table( r hitung ≥r tabel).
Tabel 3. Interpretasi Nilai r
No Besar Nilai r Interpretasi keeratan hubungan
1 Antara 0,80-1,000 Sangat erat
2 Antara 0,60-0,799 Erat
3 Antara 0,40-0,599 Cukup erat
4 Anatara 0,20-0,399 Lemah
5 Antara 0,000-0,199 Sangat lemah
(56)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis data, ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2 di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.Ada kecenderungan semakin baik persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi, maka prestasi belajar geografi siswa cenderung semakin tinggi pula.
2. Berdasarkan hasil analisis data, ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2 di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010. Ada kecenderungan semakin tinggi motivasi belajar, maka prestasi belajar geografi siswa cenderung semakin tinggi pula.
3. Berdasarkan hasil analisis data, ada hubungan positif yang sangat erat dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi dan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2, SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP
(57)
2009/2010. Dengan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru yang baik dan motivasi belajar siswa yang tinggi, maka prestasi belajar geografi siswa akan cenderung meningkat.
B. Saran
Berdasarkan rumusan kesimpulan tersebut, maka ada beberapa saran yang dapat diajukan penulis sebagai berikut:
1. Siswa hendaknya mampu memotivasi diri untuk belajar lebih giat agar prestasi yang dicapai terus mengalami peningkatan.
2. Orang tua siswa, guru, dan Sekolah hendaknya mampu memberikan
motivasi kepada siswa untuk dapat belajar dengan baik.
3. Guru geografi diharapkan dapat meningkatkan kompetensi , terutama kompetensi pedagogik .
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara prestasi belajar siswa dengan kompetensi guru diluar kompetensi pedagogik , antara lain kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.
(1)
· Terima Ho apabila nilai signifikansi (sig.) > 0.05 berarti distribusi sampel normal. (Teddy Rusman:62)
2. Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas digunakan uji Barlett. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Memasukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel penolong.
b. Menghitung varian gabungan dari semua sampel, dengan rumus: n.(nI - 1)SI²
S² =
n.(nI - 1) c. Menghitung Log S
d. Menghitung nilai B, dengan rumus: B = (Log S) (ni – 1)
e. Menghitung nilai χ² hitung
χ² hitung = (Ion 10) (B - (dk) Log S)
kriteria pengujian adalah jika X²hitung < X²tabel maka variabel tersebut bersifat homogen dan jika X²hitung > X²tabel maka variabel tersebut bersifat tidak homogen. (Riduan,2004:177 – 178)
Uji homogenitas menggunakan spss for windows versi 12.0 :
Rumusan hipotesis:
· Ho: varians populasi homogen · H1: varians populasi tidak homogen
Kriteria pengambilan keputusan:
· Jika probabilitas (sig.) > 0,05 maka Ho diterima
(2)
I. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua dan ketiga digunakan statistik model korelasi Product Moment dengan rumus:
Pada hipotesis pertama dihitung korelasi antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dengan motivasi belajar siswa, dengan rumus :
N.X1X2 – (X1) (X2)
r
xy= {N.X1² - (X1)²} {N.X2² - (X1)²} Keterangan :
r
xy = Koefisien Korelasi antara variabel X1 dan variabel X2N = Jumlah Sampel yang diteliti
X1 = Skor Variabel persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru Y1 = Skor Variabel motivasi belajar siswa
Hipotesis yang kedua, dihitung korelasi antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar geografi , dengan rumus :
N.X1Y – (X1) (Y)
r
xy = {N.X1² - (X1)²} {N.Y² - (Y)²} Keterangan :
r
xy = Koefisien Korelasi antara variabel X1 dan variabel YN = Jumlah Sampel yang diteliti
X1 = Skor Variabel motivasi belajar siswa Y1 = Skor Variabel prestasi belajar geografi
Setelah diperoleh besarnya r, maka untuk menguji signifikansi korelasi dihitung dengan uji statistik t dengan rumus :
r
n - 2 t =
1 - r²(3)
n – 2 dengan = 0,05. (Sugiyono,2004:182-184)
Hipotesis yang ketiga, dihitung korelasi antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Geografi, dengan rumus :
r2yx1+ r2yx2+2ryx1ryx2rx1x2
r
y.X1.x2 = 1-r2x1x2 Keterangan :
r
y.X1.x2 = Koefisien Korelasi antara variabel X1 dengan X2 bersama-samadengan variable y
ryx1 = Korelasi produk moment antar x1 dengan y ryx2 = Korelasi produk moment antar x2 dengan y rx1x2 = Korelasi produk moment antar x1 dengan x2
Untuk menguji signifikasi koefisien korelasi ganda dapat dihitung dengan rumus :
Fh= R2/k (1-R2)/(n-k-1)
Keterangan : Fh = F hitung
R = Koefisien korelasi ganda K = jumlah variabel independen n = jumlah sampel
Kriteria Uji Hipotesis
1. Ada hubungan antara X dan Y jika koefisien korelasi tidak sama dengan 0 (nol) atau (r≠0), dan tidak ada hubungan antara X dan Y jika koefisien korelasi (r) sama dengan 0 (nol).
(4)
2. Jika nilai korelasi (r) positif maka hubungan antara X dan Y bersifat positif, jika korelasi (r) negatif maka hubungan antara X dan Y bersifat negatif
3. Untuk mengetahui kategori keeratan hubungan X dan Y dapat diketahui setelah niai r yang diperoleh dikonsultasikan pada table 4 interpretasi nilai r
4. Terdapat hubungan yang signifikan pada taraf yang signifikan 5% bila r hitung sama atau lebih dari pada r table( r hitung ≥r tabel).
Tabel 3. Interpretasi Nilai r
No Besar Nilai r Interpretasi keeratan
hubungan
1 Antara 0,80-1,000 Sangat erat 2 Antara 0,60-0,799 Erat 3 Antara 0,40-0,599 Cukup erat 4 Anatara 0,20-0,399 Lemah 5 Antara 0,000-0,199 Sangat lemah Sumber ;Riduan, 2008 : 136
(5)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis data, ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2 di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.Ada kecenderungan semakin baik persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi, maka prestasi belajar geografi siswa cenderung semakin tinggi pula.
2. Berdasarkan hasil analisis data, ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2 di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010. Ada kecenderungan semakin tinggi motivasi belajar, maka prestasi belajar geografi siswa cenderung semakin tinggi pula.
3. Berdasarkan hasil analisis data, ada hubungan positif yang sangat erat dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi dan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2, SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP
(6)
2009/2010. Dengan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru yang baik dan motivasi belajar siswa yang tinggi, maka prestasi belajar geografi siswa akan cenderung meningkat.
B. Saran
Berdasarkan rumusan kesimpulan tersebut, maka ada beberapa saran yang dapat diajukan penulis sebagai berikut:
1. Siswa hendaknya mampu memotivasi diri untuk belajar lebih giat agar prestasi yang dicapai terus mengalami peningkatan.
2. Orang tua siswa, guru, dan Sekolah hendaknya mampu memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat belajar dengan baik.
3. Guru geografi diharapkan dapat meningkatkan kompetensi , terutama kompetensi pedagogik .
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara prestasi belajar siswa dengan kompetensi guru diluar kompetensi pedagogik , antara lain kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.