Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Tanaman Jati (Tectona grandis Linn.f.) di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung, Bogor.

39

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Kehutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Cahyawati, Dwi Septi. 2004. Pengaruh Mikorhiza dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Semai Ficus callosa Willd. (Pangsar). Skripsi. Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Departemen Kehutanan. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Departemen Kehutanan.
Jakarta.
-----------. 2002. Informasi Singkat Benih Jati. Penerbit Direktorat Perbenihan
Tanaman Hutan Departemen Kehutanan. Jakarta.
-----------. 2003. Buku Panduan Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen
Kehutanan. Jakarta.
Gomez, Kwanchai and Arturo a. Gomez.1986. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian. Penerjemah : Endang Sjamsuddin, Justika .S. Baharsyah.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hardjowigeno, S.2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Haygreen, John G. dan Jim L. Bowyer. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Laegreid, M. O.C. Bøckman and O. Kaarstad. 1999. Agriculture, Fertilizers and

Environment. CABI Publishing. USA.
Leiwakabessy, F.M. 1998. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mahfudz, Henry Supriyanto, Drastyono, M. Anisfauzi, Yuliah dan Toni Herawan.
2003. Sekilas Jati. Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta.
Masripatin, Nur. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Jati. Penerbit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen
Kehutanan. Jakarta.
Nguyen.

2001.
Social
Forestry:
Terminology
Forum.
http://edugreen.teri.res.in/explore/forestry/social.htm.

URL:


40

Noronha, R. dan Spears, J.S. 1988. Variabel-variabel Sosiologi dalam Rancangan
Proyek Kehutanan. Dalam: Cernea, M.M. (ed.) Mengutamakan Manusia
di Dalam Pembangunan. Alih bahasa oleh Teku, B.B. Universitas
Indonesia Press, Jakarta: 287-340.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Penerbit: Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Nugroho, A. 2003. Pengaruh Pemupukan dan Penyiangan Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jati Super (Tectona grandis Linn.f.) di Taman Hutan
Cikabayan. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Pandit, I Ketut dan Hikmat Ramdan. 2002. Anatomi Kayu. Yayasan Penerbit
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pasaribu, Hati S. 2003. Budidaya Jati. Penerbit Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta.
Pusat Studi Pembangunan IPB. 1991. Proceeding Seminar III Hasil Penelitian
Perhutanan Sosial di Jawa dan Luar Jawa. Bogor.
Soepraptohardjo, M. 1978. Jenis-jenis Tanah di Indonesia. Badan Pengendali
Bimas dan Lembaga Penelitian Tanah. Departemen Pertanian. Jakarta.
Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas

Kehutanan (YPFK). Bogor.
Sumarna, Yana. 2003. Budidaya Jati. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Webb, Darek B, Peter J. Wood, Julie P. Smith dan G.Sian Henman. A Guide to
Species for Tropical Timber and Sub-Tropical Plantations. On :Tropical
Forestry Papers No. 15 Second Editions. Unit of Tropical Silviculture
Commonwealth Forestry Institute University of Oxford, Canada: 249.

38

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemupukan pada tanaman Jati dengan dosis hingga 30 gram/ tanaman
(umur 8 bulan setelah pemupukan) pada tanah Latosol menghasilkan persentase
hidup tanaman yang tinggi, yaitu berkisar antara 90%-100%, namun pemupukan
tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah
daun tanaman.. Akan tetapi lokasi (blok) berpengaruh terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kelerengan,
kandungan unsur hara dalam tanah, teknik konservasi tanah dan air, serta jenis
vegetasi yang tumbuh atau di tanam di daerah tersebut.


Saran
1. Perlu adanya teknik pengolahan tanah yang baik untuk menjaga
ketersediaan unsur hara pada masing-masing blok.
2. Perlu penanaman jenis tanaman (legum) yang dapat menjaga ketersediaan
unsur hara di dalam tanah.

24

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Persentase Hidup Tanaman
Hasil perhitungan persentase hidup tanaman jati dapat dilihat pada Tabel
5.
Tabel 5. Persentase hidup tanaman jati pada umur 8 bulan setelah pemupukan
Blok
Dosis Pupuk NPK (gr/tanaman)
0

10


20

30

A

100 %

100 %

100 %

100 %

B

90 %

100 %


100 %

100 %

C

90 %

100 %

90 %

100 %

Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase hidup tanaman jati di desa
Sukagalih termasuk cukup tinggi, berkisar antara 90% sampai dengan 100%.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, tanaman jati yang mati disebabkan karena
serangan hama penggerek batang terutama pada blok C dan menyerang bagian
pucuk tanaman. Jumlah tanaman jati yang terserang hama penggerek sebanyak 11
batang (Tabel 6). Persentase hidup tanaman pada Tabel 1 tersebut menunjukkan

bahwa bibit jati yang di tanam di desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung,
pada ketinggian 800 mdpl, dapat menyesuaikan dengan kondisi lapangan
setempat.
Tabel 6. Jumlah bibit jati yang terserang hama penggerek batang pada umur 8
bulan setelah pemupukan
Blok
Dosis Pupuk
Jumlah
0 gram

10 gram

20 gram

30 gram

A

-


-

2

-

2

B

1

-

1

-

2


C

4

2

-

1

7

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah tanaman yang terserang hama
penggerek batang pada blok C cukup banyak dengan tingkat keparahan serangan
yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, hama penggerek

25

batang rata-rata menyerang pada bagian pucuk tanaman dan pada batang tanaman
jati sehingga mengakibatkan tumbuhnya terubusan dan kerusakan pada tanaman

bahkan mengakibatkan kematian pada tanaman, yaitu 1 tanaman di blok B pada
kontrol dan 1 tanaman di blok C pada kontrol. Selain serangan hama penggerek
batang juga terjadi serangan hama ulat yang mengakibatkan berkurangnya luasan
daun yang dapat mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang pada
akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan tanaman.

Pertambahan Tinggi
Pertambahan tinggi merupakan selisih antara pengukuran akhir dengan
pengukuran awal. Pengukuran pertambahan tinggi pada tanaman jati dilakukan
setiap seminggu sekali selama delapan bulan. Adapun rata-rata pertambahan
tinggi tanaman jati dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman jati 8 bulan
setelah pemupukan
Dosis Pupuk
Tinggi (cm)
NPK
NPK
NPK
NPK
0 gram

10 gram 20 gram 30 gram
Jumlah
RataBlok
(∑)
rata
A
71.3
77.3
58.2
66.4
273.2
68.3
B

96.8

76.0

78.4

78.9

330.2

82.5

C

34.6

47.3

52.7

42.8

177.4

44.4

Jumlah (∑)

202.7

200.6

189.3

188.1

780.75

65.1

Rata-rata

67.6

66.9

63.1

62.7

65.1

Tabel 7 menunjukkan pertumbuhan tinggi rata-rata jati pada blok A, B dan
C sebesar 68,3 cm, 82,5 cm, dan 44,4 cm, sedang pertumbuhan tinggi rata-rata
sebagai akibat perlakuan dosis pupuk 0, 10, 20 dan 30 gram adalah 67,6 cm, 66,9
cm, 63,1 cm dan 62,7 cm. Interaksi antara dosis pupuk NPK dan blok tanaman
menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman terbaik pada blok B dengan dosis 0
gram NPK, yaitu 96,8 cm. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pertumbuhan
tanaman jati berbanding terbalik dengan dosis pupuk NPK yang diberikan. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan nilai rata-rata pada setiap perlakuan dosis pupuk yang

26

diberikan. Adapun grafik pertumbuhan rata-rata tanaman setiap minggu dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pertumbuhan rata-rata tanaman jati selama 8 bulan
250.0
Blok A P0
Blok A P1
200.0

Blok A P2

Tinggi (cm)

Blok A P3
150.0

Blok B P0
Blok B P1
Blok B P2

100.0

Blok B P3
Blok C P0

50.0

Blok C P1
Blok C P2
0.0

1 2 3 4

5

6 7

8

9 10 11 12 13 14 15 16 17 31

Blok C P3

Minggu ke-

Gambar 2 menunjukkan pertumbuhan pada musim kemarau (minggu 1-17)
dan pertumbuhan pada musim penghujan (minggu 17-31). Adapun gambar
kondisi tanaman di lapangan dapat dilihat pada gambar 3.

A
B
Gambar 3. Pertumbuhan Tanaman Jati pada Musim Kemarau (A) dan pada
Musim Penghujan (B)
Gambar 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan jati pada musim kemarau
agak lambat karena terjadi kekurangan air dan sebagian besar daun gugur, sedang
pada musim penghujan jumlah air cukup dan banyak daun. Adapun hasil

27

perhitungan nilai koefisien korelatif antara dosis pupuk dan pertumbuhan tinggi
pada setiap blok dapat dibaca pada Tabel 8.
Tabel 8. Koefisien korelasi (r) antara dosis pupuk dengan pertumbuhan jati di
blok A, B dan C
No
Blok
Nilai r
Nilai R2
Blok A
-0,54
0.29
Blok B
-0,58
0.34
Blok C
0,51
0.26
Rata-rata
-0,94
0.88
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai r terendah terdapat pada Blok B, yaitu
sebesar -0,58, sedangkan nilai r tertinggi terdapat pada Blok C, yaitu 0,51. Hal ini
dikarenakan pertumbuhan tanaman pada blok A dan B berbanding terbalik dengan
dosis pupuk, sedangkan pada blok C menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman
berbanding lurus terhadap dosis pupuk. Jika nilai koefisien korelasi dihitung
berdasarkan nilai rata-rata pertumbuhan tinggi seluruh blok (A,B,C) maka
pertumbuhan tinggi tanaman berbanding terbalik dengan dosis pupuk dengan nilai
r = -0,94 (berkorelasi negatif). Pertumbuhan rata-rata tanaman jati berdasarkan
hasil selisih tinggi akhir dengan tinggi awal dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Laju pertumbuhan bibit jati umur 8 bulan setelah pemupukan
120.0
Blok A P0
Blok A P1

100.0

Tinggi (cm)

Blok A P2
Blok A P3

80.0

Blok B P0
60.0

Blok B P1
Blok B P2

40.0

Blok B P3
Blok C P0

20.0

Blok C P1
Blok C P2

0.0
1 2

3 4

5

6

7 8

9 10 11 12 13 14 15 16 17 31

Minggu ke-

Blok C P3

28

Gambar 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman jati selama 8 bulan
setelah pemupukan di blok B tanpa pupuk mencapai pertumbuhan terbaik pada
minggu ke 11 pada kontrol. Berdasarkan masing-masing perlakuan dosis
pemupukan menunjukkan bahwa pada dosis 10 gram menghasilkan pertumbuhan
terbaik terjadi pada minggu ke-14, sedangkan pada perlakuan pupuk 20 gram dan
30 gram pertumbuhan terbaik terjadi pada minggu ke-12 dan 13. Secara ekonomi
hal ini berguna, karena pada pertumbuhan pada kondisi tersebut pemupukan dapat
dihentikan sehingga menghemat biaya pembelian pupuk. Adapun pertimbangan
lain yaitu apabila pemupukan terus dilaksanakan akan memberikan hasil yang
sama. Hasil sidik ragam pertumbuhan tinggi disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertambahan tinggi
rata-rata tanaman jati umur 8 bulan setelah pemupukan
Sumber
Jumlah
Db
Kuadrat
F
F
P-value
Keragaman
Kuadrat
Tengah
hitung
tabel
2.68 0.8978
Pupuk
56.87583333
3 18.95861111
0.19tn
Blok

2977.71166667

2

1488.85583333 15.11*

Galat

591.14166667

6

98.52361111

Total

3625.72916667

11

2.68

0.0045

Keterangan: tn : tidak nyata (FhFt (α = 0.05))
Tabel 9 menunjukkan bahwa dosis pupuk NPK tidak berpengaruh secara
nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman Jati setelah 8 bulan pemupukan,
namun lokasi (blok) tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan
Jati. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemupukan yang terbaik pada
masing-masing blok, maka dilakukan uji lanjut Duncan (Tabel 10).
Tabel 10. Uji lanjut Duncan pengaruh dosis pupuk NPK dan blok terhadap ratarata pertambahan tinggi tanaman jati umur 8 bulan setelah pemupukan
Perlakuan Pupuk
Pertambahan Tinggi
Blok
Pertambahan Tinggi
(NPK)
Rata-rata (cm)
Rata-rata (cm)
0 gram
67.57a tn
A
68.30a**
10 gram

66.87a

B

82.53a

20 gram

63.10a

C

44.35b

30 gram

62.70a

29

Keterangan: ** = nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan selang
kepercayaan 95%.
tn = tidak nyata
Tabel 10 menunjukkan bahwa pemberian pupuk pada dosis 0 gram, 10
gram, 20 gram dan 30 gram per tanaman menghasilkan pertumbuhan tinggi
tanaman yang hampir sama (antara 62,7 sampai dengan 67,57 cm). Jati yang
ditanam pada blok A dan B lebih tinggi daripada yang ditanam di blok C.
Sementara itu, bibit jati pada blok C pertumbuhannya kurang bagus karena
kesuburan tanah di blok C kurang subur dengan nilai N dan K yang rendah
(Tabel 11.).
Tabel 11. Hasil analisis kimia tanah di tempat penelitian
Blok
pH
Kandungan bahan organik
H2 O
KCl C (%)
N (%)
C/N
P
(ppm)
A
5.7
4.8
3.00
0.21
14
16

KTK
K
(ppm)
423

32.13

B

5.9

4.9

2.58

0.18

14

16

768

25.65

C

6.3

5.0

1.70

0.14

12

63

147

26.00

Tabel 11 menunjukkan bahwa pada blok C kandungan Nitrogen (N),
Karbon (C) dan Kalium (K) termasuk rendah, yaitu 1,70 %, 0,14 % dan 147 ppm,
demikian juga nilai KTKnya (26,0).

Pertambahan Diameter
Diameter tanaman jati diukur karena diameter merupakan salah satu
indikator pertumbuhan tanaman ke arah radial karena dipengaruhi oleh jarak
tanam. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari selisih antara pengukuran diameter
akhir dan pengukuran diameter awal pada tanaman jati. Berdasarkan hasil analisis
data dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan, diperoleh hasil pertumbuhan
rata-rata diameter tanaman jati seperti yang terlihat pada Tabel 12.

30

Tabel 12. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman jati umur 8
bulan setelah pemupukan
Dosis Pupuk
Diameter (mm)
NPK
NPK
NPK
NPK
Jumlah
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
(∑)
Rata-rata
Blok
A
3.2
3.2
3.4
3.3
13
3.2
B

3

3.2

3.1

3.6

12.9

3.2

C

3.5

2.3

3

3.2

12

3

Jumlah (∑)

9.7

8.7

9.5

10.0

61.2

3.1

Rata-rata

3.2

2.9

3.2

3.3

3.1

Tabel 12 manunjukkan bahwa pertumbuhan diameter jati tertinggi
diperoleh pada blok B dipupuk NPK 30 gr, yaitu sebesar 3,6 mm. Untuk
mengetahui perlakuan dosis pupuk terhadap diameter pada berbagai blok, maka
dilakukan sidik ragam (Tabel 13).
Tabel 13. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertambahan diameter
rata-rata tanaman jati umur 8 bulan setelah pemupukan
Sumber
Jumlah
Db
Kuadrat
F hitung F tabel P-value
Keragaman
Kuadrat
Tengah
2.68
0.5917
3 0.06972222 0.57tn
Pupuk
0.20916667
Blok

0.08666667

2

0.04333333 0.92tn

Galat

0.45333333

6

0.07555556

Total

0.74916667

11

2.68

0.4848

Keterangan: tn : tidak nyata (Fh