Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Di Perairan Hutan Harapan Jambi

KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN
DI PERAIRAN HUTAN HARAPAN JAMBI

TEDJO SUKMONO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul keanekaragaman dan
distribusi ikan di Perairan Hutan Harapan Jambi adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015

Tedjo Sukmono
NIM G362100011

RINGKASAN
TEDJO SUKMONO. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan di Perairan Hutan
Harapan Jambi. Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN, MF. RAHARDJO,
dan RIDWAN AFFANDI.
Hutan Harapan merupakan kawasan restorasi ekosistem pada areal hutan
hujan tropis dataran rendah pertama di Indonesia terletak di Provinsi Jambi dan
Sumatera Selatan, memiliki berbagai tipe ekosistem perairan seperti sungai, danau
dan rawa banjiran. Eksplorasi keanekaragaman dan distribusi ikan di Hutan
Harapan perlu dilakukan sebagai dasar kegiatan restorasi dan konservasi ikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman spesies, status IUCN,
spesies asli dan distribusi ikan di Perairan Hutan Harapan sebagai dasar kegiatan
restorasi serta mengkaji keragaman genetik famili Cyprinidae berdasarkan gen
sitokrom oksidase I (COI) DNA mitokondria sebagai barcode DNA
Pengambilan contoh dan analisis ikan dilakukan dari September 2012 –
Februari 2014. Analisis morfometrik dan meristik di Laboratorium Sumber Daya
Ikan IPB dan Laboratorium Iktiologi Bidang Zoologi Puslit Biologi LIPI. Analisis
molekuler di Laboratorium Bioteknologi Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB.

Pengambilan sampel dilakukan pada 8 stasiun penelitian berdasarkan perbedaan
tipologi habitat. Alat tangkap yang digunakan bersifat aktif dan pasif dengan
berbagai ukuran meliputi jala, jaring, sudu, serok, serua, tajur, bubu dan pancing.
Keanekaragaman ikan di Perairan Hutan Harapan teridentifikasi sebanyak
123 spesies, 62 genera, serta 23 famili. Keanekaragaman tertinggi di Sungai kapas
(111) spesies, dan terendah di Danau 41 (2) spesies. Terdapat 23 spesies ikan
merupakan catatan baru untuk Jambi. Berdasarkan IUCN Red List ikan di Hutan
Harapan terdiri atas lima kategori yaitu: belum dievaluasi (74) spesies, informasi
kurang (4) spesies, berisiko rendah (41) spesies, hampir terancam (3) spesies, dan
terancam (1) spesies. Sebanyak 65 ekor ikan famili Cyprinidae, mewakili 17
genera dan 26 spesies telah di sekuens berdasarkan gen COI menghasilkan sekuen
sepanjang 680 bp. Kesamaan identitas anggota famili Cyprinidae hasil sekuen
dibandingkan data pada genbank > 89%. Pohon filogenetik yang dihasilkan
menunjukkan bahwa famili Cyprinidae terbagi atas 2 clade utama meliputi Clade
A terdiri atas kelompok Puntius dan Clade B kelompok Rasbora
Kata penting: barcode DNA , distribusi, keanekaragaman, Hutan Harapan

SUMMARY
TEDJO SUKMONO. Diversity and Distribution of Fish in The Waters Harapan
Rainforest Jambi. Supervised by DEDY DURYADI SOLIHIN, MF. RAHARDJO

and RIDWAN AFFANDI
Harapan Rainforest is the first ecosystem restoration in Indonesia. This
area is located in Jambi and South Sumatra Provinces. There are various types of
aquatic ecosystems in Harapan Rainforest such as river, lake or swamp flood.
Exploration of the diversity and distribution of fish in Harapan Rainforest was
needed to be used as the basis of restoration and conservation of fish. This study
aimed to assess the diversity of species, IUCN status, native species, and
distributions of fish in The Waters Harapan Rainforest as a basis for restoration
projects. And furthermore to assess the genetic diversity of the family Cyprinidae
based on gene cytochrome oxidase I (COI) mitochondrial DNA as DNA barcode.
Research was conducted during September 2012 - February 2014.
Morphological analysis was carried out in the Laboratory of Fish Resources
Research Centre in IPB and Laboratory Icthyology Zoology Indonesian Institute
of Sciences. Molecular analysis was conducted in Biotechnology Laboratory of
Primate Research Center Bogor Agricultural University. Sampling was done at
eight research stations based on different habitat typologies, used gill nets, nets,
scoop nets, traditional fish traps and fishing rod.
The diversity of fish in The Waters Harapan Rainforest identify were over
123 species, 62 genera and 23 families. Highest of fish biodiversity in Kapas
River (111) species, and the lowest in Lake 41 (2) species. There were 23 species

of fish new record for the area of Jambi. Based on the IUCN Red List, fish in
Harapan Rainforest consists of five categories: not evaluated (74) species, data
deficient (4) species, least concern (41) species, nearly threatened (3) species, and
endangered (1) species. A total of 65 individuals members Cyprinidae,
representing 17 genera and 26 species had been sequence based on COI genes
equences resulted in 680bp. Partial nucleotide sequence of Cyprinidae COI gene
has similarity of more 89% comparing to genebank database. Recontruction of
phylogenetic tree showed two differend main claude of family Cyprinidae,
represented by Puntius and Rasbora.
Keywords: DNA barcodes, diversity, distribution, Harapan Rainforest

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN PADA
PERAIRAN DI HUTAN HARAPAN JAMBI

TEDJO SUKMONO

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji pada Ujian Tertutup:
Dr. Sudarto, MSc.
Reny K Hadiaty, DSc.


Penguji pada Ujian Terbuka:
Prof. Dr. Krismono, MS.
Dr. Forst Bambang Irawan, MSc.

Judul Disertasi

: Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Di Perairan
Hutan Harapan Jambi

Nama

: Tedjo Sukmono

NRP

: G362100011

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Dr Ir Dedy Duryadi Solihin, DEA
Ketua

Prof Dr Ir MF. Rahardjo, DEA
Anggota

Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Biosains Hewan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Dyah Perwitasari,MSc

Dr Ir Dahrul Syah,MScAgr


Tanggal Ujian : 2 Maret 2015

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga disertasi yang berjudul “ Keanekaragaman dan Distribusi Ikan
di Perairan Hutan Harapan Jambi ” dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
tinggi kepada Bapak Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA, Bapak Prof Dr Ir MF. Rahardjo
DEA, dan Bapak Prof Dr Ir Ridwan Affandi DEA, selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, saran, dan motivasi demi terwujudnya disertasi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pimpinan beserta seluruh
staf PT.Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) sebagai pengelola Hutan Harapan atas
izin dan dukungan yang diberikan dari awal hingga selesainya pelaksanaan penelitian.
Kepada kepala beserta staf Pusat Studi Primata (PSSP-IPB) atas izin dan dukungan
penggunaan sarana Laboratorium Bioteknologi, serta kepada kepala beserta staf
Laboratorium Iktiologi Bidang Zoologi Puslit Biologi- LIPI atas dukungan identifikasi
dan penyimpanan sampel penelitian.

Semoga disertasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya untuk
perkembangan ilmu keanekaragaman hayati dan konservasi ikan air tawar.

Bogor, Maret 2015

Tedjo Sukmono

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii


I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan
Hipotesis
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
3
3
3

II PERAIRAN HUTAN HARAAN
Habitat Perairan di Hutan Harapan
Karakter Stasiun Penelitian

5
5

7

III IKTIOFAUNA DI PERAIRAN HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH,
HUTAN HARAPAN JAMBI
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan

10
10
11
11
18
21

IV PERSEBARAN SPATIO-TEMPORAL IKAN AIR TAWAR DI PERAIRAN
HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH, HUTAN HARAPAN JAMBI
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan

22
22
23
24
34
36

V KEANEKARAGAMAN IKAN FAMILI CYPRINIDAE BERDASARKAN
DNA BARCODE DI HUTAN HARAPAN JAMBI
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan

37
37
38
39
45
47

VI PEMBAHASAN UMUM

48

VII SIMPULAN DAN SARAN

51

DAFTAR PUSTAKA

52

LAMPIRAN

56

DAFTAR TABEL
1. Karakter stasiun penelitian
2. Spesies ikan, status IUCN, serta potensinya di Hutan Harapan
3. Persebaran spasio-temporal ikan pada Sungai Kapas, Sungai Lalan,
Sungai Kandang, dan Rawa Klompang
4. Persebaran spasio-temporal ikan pada Danau 41, Danau Camp, Danau
Rohani, dan Danau Tiung Luput
5. Parameter fisika-kimia air stasiun penelitian
6. Jarak genetik 26 spesies famili Cyprinidae pada genbank NCBI
7. Komposisi nukleotida famili Cyprinidae
8. Variasi susunan nukleotida dan perubahannya pada famili Cyprinidae

8
12
26
29
33
40
41
41

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kerangka permasalahan penelitian
Diagram aliran utama sungai banjiran
Kondisi Sungai Kapas sepanjang tahun (2012-2013)
Peta lokasi penelitian di Hutan Harapan
Katagori IUCN red list ikan di Hutan Harapan
Potensi Ikan Hutan Harapan sebagai ikan konsumsi, hias, dan
keduanya
7. Beberapa spesies ikan hias di Hutan Harapan
8. Beberapa spesies ikan konsumsi di Hutan Harapan
9. Persebaran jumlah ikan tangkapan di Sungai Kapas, Sungai Kandang,
dan Sungai Lalan
10. Persebaran jumlah ikan tangkapan di Danau Rohani, Danau 41,
Rawa Klompang, Danau Tiung Luput, dan Danau Camp
11. Persebaran jumlah jenis ikan di Sungai Kapas, Sungai Kandang, dan
Sungai Lalan
12. Persebaran jumlah jenis ikan di Danau 41, Rawa Klompang,
Danau Tiung Luput, Danau Camp
13. Pengelompokan stasiun penelitian
14. Pita DNA hasil elektroforesis
15. Ektogram sequence DNA (680 bp)
16. Kontruksi filogenetik Cyprinidae dengan NJ- boostrap 100x (500 bp)

4
6
7
8
15
16
16
17
24
24
25
25
33
39
40
44

DATAR LAMPIRAN
1. Data deposit ikan asal Hutan Harapan di Museum Zoologi Bogoriensis
2. Formulir penerimaan spesimen Zoologi

57
60

1

I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumatra merupakan pulau terbesar kedua pada kepulauan Paparan Sunda setelah
Kalimantan, terdapat banyak kesamaan fauna ikan air tawar karena adanya aliran sungai
purba pada masa pleistosen diantara kedua pulau tersebut (McConnell 2002). Menurut
Kottelat et al. (1993) Sumatra memiliki jenis endemik yang lebih sedikit dibandingkan
Kalimantan tetapi ini hanya perkiraan saja mengingat sebagian besar koleksi ikan di
Sumatra hanya didapatkan dari sungai dataran rendah bahkan kadang-kadang hanya dari
pasar ikan. Banyak habitat ikan di wilayah Sumatra seperti sungai, danau dan rawa di
hutan tropis, sungai di dataran tinggi, dan danau di pegunungan belum di koleksi dan di
identifikasi ikannya. Weber & Beaufort (1916) telah mendeskrisikan berbagai spesies
ikan di Sumatra meliputi wilayah Padang, Riau, Palembang, dan Jambi hampir seabad
yang lalu namun belum intensif. Kottelat et al. (1993) mencatat 272 spesies ikan air
tawar di Sumatra dan 30 spesies termasuk endemik. Lebih lanjut Kottelat & Whitten
(1996) menyatakan bahwa pengetahuan tentang ikan Sumatra masih sangat terbatas
karena minimnya eksplorasi dan publikasi. Wargasasmita (2002) mencatat terdapat 589
spesies ikan air tawar Sumatra, 58 spesies bersifat endemik dan 14 spesies terancam
punah.
Penelitian ikan air tawar di berbagai propinsi di Sumatra telah dilakukan oleh
beberapa peneliti seperti Muchlisin & Azizah (2009) mengidentifikasi ikan air tawar di
Aceh terdiri atas 114 spesies, 69 genera, 41 famili dan 12 ordo. Menurut Simanjutak et al.
(2006), di Sungai Kampar Kiri Riau terdapat 86 spesies ikan air tawar yang terdiri atas
21 famili dan 44 genera. Nurdawati & Prasetyo (2007) mengidentifikasi ikan hutan rawa
di Sumatra Selatan terdiri 75 spesies , 45 genera, 20 famili dan 7 ordo. Iqbal (2011) telah
mengidentifikasi ikan air tawar Hutan Rawa Gambut Merang-Kepayang Sumatra Selatan
meliputi 57 spesies, 44 genera dan 24 famili. Spesies ikan air tawar di perairan umum
Jambi terdiri atas 131 spesies, 24 famili dan 14 ordo (DKP 1993). Menurut Tan &
Kottelat (2009), keanekaragaman spesies ikan yang terdapat di Jambi tercatat 297 spesies,
yang 48 spesies diantaranya adalah catatan baru Jambi dan 45 diantaranya merupakan
catatan baru Sumatra, namun demikian survai dilakukan antara 1994 dan 2003 dengan
habitat ikan terbatas pada daerah aliran sungai (DAS) Batanghari Jambi.
Jambi merupakan salah satu provinsi di Sumatra dengan potensi keanekaragaman
ikan air tawar yang tinggi. Menurut Wargasasmita (2002) berdasarkan endemisitas ikan
di Sumatra, Jambi memiliki endimisitas tertinggi kedua yaitu 20.7% (12 jenis) setelah
Sumatra Barat yaitu 24.1% (14 jenis), sedangkan Propinsi Lampung memiliki
endemisitas ikan air tawar terendah 5.2% (3 jenis). Peluang untuk menemukan spesies
baru ataupun catatan baru di Jambi, terutama pada habitat air tawar masih sangat besar;
seperti temuan spesies berikut ini: Puntius sp. “Bertam”, Puntius sp.”Kerinci”, ataupun
Rasbora britanii (Tan & Kottelat 2009). Keanekaragaman ikan air tawar di Jambi
kemungkinan masih terus akan meningkat karena banyak areal yang berpotensi sebagai
habitat ikan air tawar terutama yang berada di hutan belum di inventarisasi, contohnya di
Perairan Hutan Harapan Jambi.
Hutan Harapan merupakan kawasan restorasi ekosistem pada areal hutan hujan
tropis dataran rendah pertama di Indonesia. Arealnya merupakan bekas wilayah hak
pengusahaan hutan (HPH) PT Asialog, terletak antara Propinsi Jambi dan Sumatra
Selatan dengan luas ±101.000 Ha (REKI 2008). Hutan yang tersisa saat ini merupakan
campuran hutan sekunder yang masih baik dan areal bekas HPH yang terdegradasi.
Menurut David (2009), meskipun Hutan Harapan sudah terganggu, keanekaragaman

2
jenis asli masih banyak tersisa dan menggantungkan hidupnya di Hutan Harapan seperti :
harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), gajah (Elephas maximus sumatraensis),
rusa (Cervus unicolor), dan burung rangkong (Buceros rhinoceros). Lebih lanjut David
(2009) menyatakan bahwa kawasan Hutan Harapan merupakan habitat bagi 294 spesies
burung, 56 spesies mamalia, 27 spesies amphibi, 42 spesies reptil, dan 444 spesies
tumbuhan. Namun demikian hingga saat ini belum pernah dilakukan inventarisasi ikan di
Perairan Hutan Harapan. Menurut Sukmono et al. (2013a) sedikitnya terdapat 15
ekosistem perairan di Hutan Harapan terdiri atas: sungai besar yang berarus lemah
bersifat banjiran, danau ataupun rawa, berpotensi memiliki keanakaragaman ikan air
tawar tinggi. Menurut Kottelat et al. (1993),inventarisasi ikan yang dikaitkan dengan
lingkungan hidupnya sangat penting guna mengetahui dinamika dalam sistem perairan
dan kemungkinan adanya dampak lingkungan perairan. Selain itu, ikan juga dapat
digunakan sebagai bioindikator pencemaran (Mirza dan Prasetyo 2000). Banyak
kawasan konservasi di Indonesia telah ditetapkan resmi, tetapi belum satupun yang
diusulkan sebagai tempat konservasi fauna ikan, hal ini karena kesulitan dalam
identifikasi fauna ikan di tempat tersebut.
Sebagai bekas areal HPH kawasan Hutan Harapan telah mengalami deforestasi
ataupun fragmentasi. Muchlisin & Azizah (2009), menyatakan bahwa degradasi habitat
menyebabkan turunnya kekayaan jenis dan keanekaragaman ikan, terutama pada
ekosistem perairan yang tergenang. Kekayaan jenis ikan berperan penting dalam
menggambarkan daya dukung lingkungan terhadap spesies ikan (Hargarave 2009).
Eksplorasi biodiversitas ikan di Perairan Hutan Harapan perlu dilakukan untuk
mendapatkan data sebagai penunjang kegiatan restorasi dan konservasi ikan, seperti
penetapan area penampungan, pelarangan penangkapan, penentuan waktu penangkapan,
pembatasan alat tangkap, pemulihan stok ataupun untuk penetuan zonasi konservasi
perairan. Hal ini hanya dapat dilakukan jika tersedia data yang fundamental tentang
karakteristik fauna ikan (Syafei 2005). Karakteristik tersebut antara lain:
keanekaragaman, status IUCN red list, distribusi, kemanfaatan, filogenetik, ataupun tipe
habitat ikan.
Identifikasi spesies ikan yang cepat dan akurat merupakan komponen penting
dalam pemantauan dan konservasi keanekaragaman hayati dalam skala global, umumnya
masih dilakukan secara morfologi (morfometri dan meristik), namun dalam
perkembangannya karakter morfologi memiliki kesulitan dan keterbatasan terutama saat
mengidentifikasi ikan dalam tahap perkembangan seperti pada tahap larva, atau hanya
menemukan fragmennya saja atau pada saat spesimen dewasa tidak tersedia. Karakter
morfologi juga sulit untuk mengidentifikasi spesies yang memilki kemiripan dengan
spesies lain (sibling) atau spesies tersembunyi (kriptik) hal ini akan menimbulkan
kerancuan taksonomi, sehingga perlu dilakukan dengan metode lain yaitu melaui
identifikasi molekuler (Hajibabei et al. 2007). Gen Cythocrome oksidase I (COI) dengan
fragmen 650 bp telah digunakan untuk menjelaskan adanya kerancuan taksonomi akibat
adanya spesies kriptik pada famili Mugilidae yang memiliki 17 genus dan lebih dari 60
spesies. Spesies kriptik terjadi antara Mugil platanus dan Mugil liza. Identifikasi dengan
morfologi dan morfometri kedua spesies tersebut mengalami kesulitan (Prasanna et al.
2011).
Permasalahan
Hutan Harapan Jambi merupakan bekas wilayah HPH yang direstorasi. Awalnya
merupakan hutan hujan tropis dataran rendah Sumatra yang mengalami alih fungsi lahan
dan fragmentasi hutan, sehingga berdampak pada penurunan kondisi keanekaragaman

3
spesies didalamnya, tidak terkecuali spesies yang hidup di ekosistem perairan seperti
ikan. Hutan Harapan memiliki tipe ekosistem perairan yang bervariasi seperti: sungai,
danau, dan rawa banjiran. Ekosistem perairan yang berbeda ini akan dihuni oleh
komunitas ikan yang berbeda; dengan demikian Hutan Harapan memiliki peran penting
berkaitan dengan keanekaragaman spesies ikan. Sejalan dengan hal tersebut kegiatan
restorasi yang bertujuan untuk memulihkan kondisi habitat alami beserta interaksi
makhluk hidup yang ada didalamnya membutuhkan data fundamental; begitu juga untuk
restorasi badan perairan karena target restorasi adalah spesies dan habitatnya.
Data biodiversitas dan distribusi ikan akan menggambarkan daya dukung
lingkungan perairan dan sebaliknya lingkungan perairan yang berkualitas akan memberi
kontribusi tinggi terhadap biodiversitas dan distribusinya. Namun hingga saat ini kondisi
habitat perairan serta karakteristik ikan di Hutan Harapan belum diketahui. Karakteristik
ikan meliputi: keanekaragaman spesies, distribusi spatio-temporal, kemanfaatan,
keragaman genetik, serta status IUCN ikan di Hutan Harapan. Karakteristik tersebut
sangat penting sebagai data dasar dalam kegiatan restorasi ikan dan badan perairan di
Hutan Harapan dan lebih lanjut mendukung kegiatan restorasi areal Hutan Harapan
secara keseluruhan. Secara skematis kerangka permasalahan penelitian disajikan pada
Gambar 1.
Hipotesis
1.
2.
3.

Keanekaragaman spesies ikan alami di Perairan Hutan Harapan masih tinggi
Distribusi spesies ikan endemik / unik di wilayah Perairan Hutan Harapan sangat
spesifik pada wilayah yang tergenang air sepanjang tahun
Tipe habitat perairan yang berbeda akan dihuni oleh komunitas ikan yang berbeda
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji karakteristik ikan di Perairan Hutan Harapan meliputi : keanekaragaman,
status IUCN, keaslian jenis, dan distribusi spatio-temporal sebagai dasar kegiatan
restorasi perairan Hutan Harapan.
2. Mengkaji keragaman genetik famili Cyprinidae di Hutan Harapan berdasarkan gen
cytochrome oksidase I (COI) DNA Mitokondria sebagai barcode DNA
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dan alternatif dalam pengelolaan
kawasan restorasi Hutan Harapan terutama yang berkaitan dengan restorasi perairan
meliputi fauna ikan dan habitatnya, serta memberikan data barcode DNA ikan famili
Cyprinidae di Perairan Hutan Harapan.

4

Degradasi habitat di Perairan
Hutan Harapan

Penurunan kondisi fisik
dan kimiawi perairan

Keanekaragaman ikan
menurun

Pengukuran
kondisi perairan
P

Eksplorasi ikan

Parameter fisika dan kimia perairan:
panjang maksimum, lebar maksimum,
kedalaman,
kecerahan,
suhu,
kecepatan arus, tipe subtrat, pH, DO,

Karakteristik ikan :
keanekaragaman, distribusi ,
status IUCN, endemisitas,
jenis baru, catatan baru,
keragaman molekuler

Kondisi karakteristik ikan dan ekosistem
Perairan Hutan Harapan

Penentuan strategi restorasi

Kelestarian ikan dan ekosistem Perairan
Hutan Harapan

Gambar 1 Kerangka permasalahan penelitian

5

II PERAIRAN HUTAN HARAPAN JAMBI
Hutan Harapan merupakan areal restorasi pertama pada hutan hujan tropis dataran
rendah di Indonesia, arealnya merupakan bekas hak pengusahaan hutan (HPH) PT
Asialog dan PT Inhutani V terletak antara Propinsi Jambi dan Sumatra Selatan memiliki
keanekaragaman spesies dan nilai biologi yang tinggi. Hutan Harapan yang saat ini
dikelola PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) terus mengalami penyusutan lahan
akibat perambahan dan penebangan liar. Pada tahun 1990, areal tersebut memiliki luas ±
16 juta ha, kemudian menjadi 2.2 juta ha, dan pada tahun 1997 tinggal 300.000 ha. Pada
saat ini luas areal tersebut hanya tersisa 100.000 ha namun demikian proses perambahan
terus terjadi. Areal yang saat ini direstorasi merupakan campuran hutan sekunder yang
masih baik dan area yang terdegradasi. Kawasan ini sangat menarik berbagai lembaga
lingkungan karena masih banyak spesies langka yang menggantungkan hidupnya di
Hutan Harapan (REKI 2008). Hasil citra satelit di kawasan hutan ini menunjukkan
pembukaan tutupan hutan sejak lima tahun terakhir mencapai hampir 20 %, atau sekitar
13.337 ha. Perambahan paling marak terjadi pada tahun 2007 seluas 6.300 ha, untuk
penanaman sawit. Laju penurunan hutan yang besar memiliki banyak konsekuensi
karena lebih banyak spesies yang tergantung pada hutan menghadapi resiko kepunahan
dibandingkan sebelumnya. Kebanyakan spesies ini bertahan hidup pada areal yang
semakin sempit tanpa ada upaya perlindungan kawasan ini (REKI 2008).
Hutan Harapan merupakan hutan hujan tropis Sumatra yang memiliki berbagai tipe
ekosistem air tawar baik yang bersifat mengalir (lentik) ataupun menggenang (lotik),
berupa sungai besar, anak sungai, danau ataupun rawa banjiran. Pada studi pendahuluan
ditemukan sekitar 15 badan perairan di Hutan Harapan, terdiri dari sungai besar berarus
lemah, danau dan rawa banjiran (Sukmono et al. 2013a).
Habitat Perairan di Hutan Harapan
Hutan Harapan kaya akan habitat peraran air tawar. Berdasarkan hasil penelitian
dan didukung dengan data sekunder melalui angket dan wawancara terhadap penduduk
perbatasan, penduduk lokal dalam Hutan Harapan (Suku Batin Sembilan) dan karyawan
PT REKI selaku pengelola Hutan Harapan. Terdapat empat daerah aliran sungai (DAS)
di Hutan Harapan meliputi : DAS Meranti, DAS Kapas, DAS Lalan, dan DAS Kandang.
Setiap DAS terdiri atas beberapa sungai kecil, danau oxbow serta rawa banjiran yang
membentuk satu kesatuan ekologis. Sekitar 37 badan perairan dapat ditemukan di Hutan
Harapan terdiri atas 7 sungai utama, 9 danau dan rawa utama, 10 anak sungai kecil, dan
11 danau dan rawa dangkal. Hasil ini lebih banyak dibandingkan temuan pada saat studi
pendahuluan yang hanya 15 badan perairan karena selain durasi waktu lebih lama,
wilayah penelitian juga lebih luas. Pada musim hujan jumlah habitat perairan di Hutan
Harapan bisa menjadi lebih banyak karena daerah tangkapan air dan cekungan menjadi
tergenang, hingga saat ini beberapa diantara habitat perairan tersebut belum memiliki
nama.
Sungai-sungai utama yang berada di Hutan Harapan memiliki karakter sebagai
sungai banjiran dengan beberapa anak sungai kecil dan pintasan sungai (putusan sungai)
serta beberapa rawa dan danau dangkal disepanjang alirannya. Pada saat hujan air akan
cepat meluap dan banjir hingga beberapa ratus meter dari batas tepi sungai, tetapi dalam
beberapa hari berikutnya pada saat tidak turun hujan air akan cepat surut. Pada saat surut
air yang berada di tempat rendah akan terjebak, sehingga akan terbentuk rawa dan danau
kecil yang dangkal sebagai karakter utama sungai banjiran. Puncaknya pada saat musim
kemarau sungai menjadi sangat dangkal, anak sungai kering hingga bisa diseberangi

6
dengan jalan kaki dan beberapa rawa dan danau yang masih berair menjadi terpisah
dengan sungai utama. Menurut Rowberry et al. (2011) daerah banjiran dan lahan basah
ditandai dengan variabilitas tahunan areal banjiran sepanjang sungai utama yang bersifat
banjiran. Aliran sungai di Hutan Harapan yang merupakan sungai banjiran dapat di
ilustrasikan berdasarkan Welcomme (2001), sebagai berikut :

Gambar 2 Diagram aliran utama sungai banjiran (Welcomme 2001)
Sungai utama yang terdapat di Hutan Harapan meliputi : Sungai Kapas, Sungai
Meranti, Sungai Lalan, Sungai Kandang, Sungai Bungin, Sungai Jerat, Sungai Telang
dan Sungai Mase Rusa. Sungai Kapas merupakan sungai paling besar di Hutan Harapan
serta paling banyak memiliki anak sungai, danau serta rawa banjiran diikuti Sungai
Meranti, namun demikian kedua sungai ini bertemu di bagian tengahnya. Anak sungai
yang terdapat di Sungai Kapas meliputi: Sungai Bato, Sungai Nangoi, Sungai Nawai,
Sungai Timbun Tulang, Sungai Badak, Sungai Tanam Tubo, Sungai Cawang, Sungai
Bujang Palembang, dan Sungai Ibul. Adapun rawa dan danau dangkal yang terdapat
disepanjang aliran Sungai Kapas meliputi: Rawa Bato, Pintasan Bayumi, Danau Ngepak
Siam,Danau Bedegum, Rawa Muara Perkat, Danau Cabai, Danau Seprena, Danau
Begarih, Pintasan Ci Imah, Danau Palau tidak bermulut dan Danau Cincang Kayu.
Pada saat musim kemarau rawa dan danau tersebut umumnya tidak mengalami
kekeringan, berperan sebagai refuge area ikan-ikan di Sungai Kapas dan pada saat
musim hujan perairan tersebut menyatu dengan sungai utama yaitu Sungai Kapas. Hal
ini berlawanan sekali dengan anak-anak sungai yang terdapat di sepanjang Sungai Kapas
seperti Sungai Bato, Sungai Nawai atau Sungai Nangoi, umumnya kering pada saat
musim kemarau. Pengambilan sampel saat musim kemarau banyak dilakukan di danau
dan rawa tersebut seperti di Danau Bedegum dan Pintasan Bayumi kedua habitat
perairan ini merupakan refuge area yang terbesar dan tidak pernah kering walaupun
musin kemarau. Danau Bedegum ± 150 m dari tepi Sungai Kapas pada koordinat X =
0306965 dan Y = 9755620 dan ketinggian 56 m dengan bentuk danau seperti tapal kuda
panjang maksimum 500 m dan lebar 40 m, bagian tepi danau ditumbuhi vegetasi rotan,
kayu kelat, medang, gasing, arang-arang dan semading. Sedangkan Pintasan Bayumi ±
50 m dari tepian Sungai Kapas pada koordinat X = 0309734 dan Y= 9750791 dengan
bentuk juga menyerupai tapal kuda, lebar maksimum 30 m dan panjang 800 m, vegetasi
disekitarnya meliputi kayu aro, jambu -jambuan, rengas, rotan dan medang. Berdasarkan
informasi penduduk lokal kedua habitat ini masih terdapat buaya senyulong, sehingga

7
jarang dikunjungi oleh penduduk lokal. Gambaran Sungai Kapas beserta anak sungai dan
refuge area disajikan pada Gambar 3.
b

a

d

f

c

e

Gambar 3 Kondisi Sungai Kapas sepanjang tahun (2012-2013)
a.Sungai Kapas musim kemarau b. Sungai Kapas musim hujan c.Sungai Bato
(anak Sungai Kapas) musin kemarau, d. Sungai Bato musim hujan e. Danau
Bedegum musim kemarau f. Pintasan Bayumi musim kemarau.
Selain itu sepanjang jalan utama di areal Hutan Harapan karena berada didataran
rendah banyak daerah tangkapan air yang berbentuk rawa atau danau seperti : Danau
Camp, Danau 35, Danau 41, Danau 38 Danau Tiung Luput dan Danau Rohani dan Rawa
Danau Hitam, Rawa Klompang, serta Rawa Tanding. Dengan kondisi yang demikian
Hutan Harapan sangat berpotensi sebagai habitat alami ikan -ikan asli Sumatra.
Karakter Stasiun Penelitian
Penelitian dilakukan pada 8 perairan utama mewakili ± 40% perairan utama di
Hutan Harapan meliputi : Sungai Kapas, Sungai Kandang, Sungai Lalan, Danau Tiung
Luput, Danau 41, Danau Camp, Danau Rohani dan Rawa Klompang. Penentuan stasiun
penelitian dilakukan berdasarkan tipologi habitat sungai, danau dan rawa. Lokasi Stasiun
penelitian disajikan pada Gambar 4.

8

Gambar 4 Peta lokasi penelitian di Hutan Harapan; 1) Sungai Kapas, 2) Sungai Lalan,
3) Sungai Kandang, 4) Danau 41, 5) Danau Camp, 6) Danau Rohani,
7) Danau Tiung Luput, 8) Rawa Klompang.

Karakter tiap stasiun penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Karakter stasiun penelitian
Nama Stasiun
Sungai Kapas

Sungai Kandang

Sungai Lalan

Karakter
Sungai utama di Hutan Harapan dbersifat banjiran, hulunya berada di
Kabupaten Sarolangun (Jambi) dan hilirnya berada di Kabupaten Musi
Banyu Asin (Sumsel). Warna air kecoklatan, subtrat dasar pasir putih
dangan banyak serasah daun. Lebar sungai pada saat air normal 30- 50
meter dengan kedalaman 1.5 – 5 m. Pada saat banjir besar lebar sungai
mencapai 100-300 m dan kedalaman 6-15 m. Pada saat kemarau aliran
sungai mengecil seperti parit dan banyak batang kayu besar melintang.
Sungai Kapas memiliki banyak anak sungai, danau dan rawa banjiran.
Vegetasi sekitar sungai meliputi rotan, makaranga, jambuan, jambu eropa,
kelat. medang meranti, dan arang-arang. Berada pada posisi koordinat S
103º17'17.463" dan E 02 º 14'54.382" dengan ketinggian 54 m dpl.
Sungaibersifat banjiran,hulunya berada di perusahaan HTI-PT Agronusa
dan menuju ke arah Sungai Bahar Jambi. Lebar sungai normal 5-10 m dan
kedalaman 0.5 -2 m. Warna air jernih saat kemarau dan subtrat dasar
lumpur coklat kehitaman. Pada saat banjir lebar sungai mencapai 5-20 m,
kedalaman 2-6 m. air berwarna coklat keruh. Vegetasi sekitar sungai
meliputi kayu bulian, Sepa, Aro, rotan, resam dan kumpe. Berada pada
posisi koordinat S 103 º 17'34.787" dan E 02 º 5'7.951", ketinggian 45 m
dpl.
Sungai bersifat banjiran, hulunya berada disekitar wilayah Sungai Kapas
menuju Unit 22 Sungai Bahar Jambi. Lebar sungai normal 10-13 m dengan
kedalaman 0.5-2 m. Pada saat kemarau air berwarna kehitaman dan banyak
kayu besar melintang di permukaan air, subtrat dasar lumpur hitam dengan
banyak serasah daun. Pada saat banjir lebar sungai mencapai 20-50 m dan
kedalaman 2-4 m. Memiliki beberapa anak sungai dan rawa dangkal di
sepanjang alirannya. Air berwarna coklat kehitaman, Vegetasi sekitar
sungai meliputi : medang, meranti, petaling, jambu eropa dan rotan. berada
pada posisi koordinat S 103 º 22'28.772" dan E 02 º 11' 20.875", ketinggian
50 m dpl.

9
Danau Tiung Luput

Danau 41

Danau Camp

Danau Rohani

Rawa Klompang

Danau Tiung luput terletak di Km 35, sehingga dikenal juga sebagai Danau
35. Bentuk danau tidak beraturan tetapi menyerupai huruf L . Terletak di
pinggir jalan utama menuju Camp Hutan Harapan, ± 1 km dari camp utama
Danau ini sebelumnya dimanfaatkan oleh kelompok suku anak dalam
(SAD) Batin Sembilan untuk mandi. Kedalaman 0.5-6 m, panjang
makismum 250 m dan lebar maksimum 136 m. Warna air coklat keruh,
subtract dasar lumpur coklat kehitaman campur serasah daun. Pada bagian
inlet sangat dangkal banyak ditumbuhi rumput kumpeh dan resam, tepian
danau dikelilingi hutan sekunder hanya sisi kiri yang terbuka. Merupakan
hulu Sungai Beruang, Berada pada posisi koordinat S 103 º 22' 4.899" dan E
02 º 7' 38.683", dengan ketinggian 53 m dpl.
Merupakan danau tertinggi di areal Hutan Harapan berbentuk menyerupai
lingkaran dengan diameter 65 m dan kedalaman 1,5-5 m. warna air jernih
kehitaman dan subtrat dasar lumpur kehitaman. Pergantian air danau sangat
dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan, karena tidak ditemukan inlet
dan outlet pada danau tersebut. Pada musim kemarau permukaan air banyak
buih dan fraksi seperti minyak. Bagian tepi danau berbatasan dengan areal
bekas tanaman perkebunan sengon dan sawit.. Berada pada posisi koordinat
S 103 º 20' 0.296" dan E02 º 7' 20.969",dengan ketinggian 76 m dpl.
Danau berbentuk oval dan berair jernih berada disamping camp utama
Hutan Harapan. Panjang maksimum 351 m, lebar maksimum 102 m dengan
kedalaman 0.5-3 m dan subtrat dasar lumpur kehitaman. Bagian inlet
banyak ditumbuhi paku resam, rumput kumpeh dan bagian tengah banyak
ditumbuhi hidrila, teratai. Bagian tepi danau banyak terdapat tanaman
jambu eropa. Berada pada posisi koordinat S 103 º 22' 30.428" dan E 02 º 7'
42.161", dengan ketinggian 52 m dpl
Danau berbentuk persegi panjang dan merupakan danau semi artifisial
terbentuk karena dampak pembuatan jalan logging dan bagian sisi Kanan
pernah digali untuk memindahkan jalan, terdapat dua saluran inlet dan satu
saluran outlet berupa pipa PVC berdimater ± 20 inc . panjang maksimum
215 m dan lebar maksimum 72 m, serta kedalaman 1.2-5 m. Vegetasi
pinggiran danau pernah mengalami kebakaran , sehingga nampak bekas
kayu terbakar. Saat ini dikelilingi tanaman akasia dan air berwarna hitam
kecoklatan. Berada pada posisi koordinat S 103 º 20' 7.517" dan E 02 º 9'
45.656", dengan ketinggian 48m dpl.
Rawa banjiran pada bagian tengah rawa di dominasi vegetasi rumput
kumpe dan samariding, sehingga membagi rawa seolah menjadi dua
bagian. Panjang maksimum 185 m dan lebar maksimum 50 m dengan
kedalaman 0.5-1,2 m. Pada saat studi pendahuluan (Agustus 2011 dan
Februari 2012) Rawa klompang masih berbatasan dengan kebun sawit dan
hutan sekunder. Tetapi pada saat pengambilan sampel (September 2012) di
sekitar rawa sudah di jadikan areal Mitra-Zone PT REKI untuk masyarakat
adat Batin Sembilan sejak April 2012, sehingga banyak rumah masyarakat
adat Batin Sembilan berada disekitar Rawa Klompang. Sebagian besar
masyarakat adat tersebut menggunakan rawa untuk kebutuhan mandi dan
cuci. Sehingga air rawa sangat kotor dan banyak sampah rumah tangga.
Berada pada koordinat S 103 º 22' 39.415" dan E02 º 7' 48.474",dengan
ketinggian 50 m dpl

10

III Iktiofauna di Perairan Hutan Tropis Dataran Rendah,
Hutan Harapan Jambi
Pendahuluan
Penelitian tentang biodiversitas ikan air tawar di Sumatra bagian tengah seperti
Jambi dan Riau sudah dilakukan hampir seabad yang lalu, namun belum intensif. Weber
& Beaufort (1916) telah mendeskripsikan berbagai spesies ikan di wilayah Padang, Riau,
Palembang, dan Jambi. Kottelat et al. (1993) mencatat 272 spesies ikan air tawar di
Sumatra dan 30 spesies termasuk endemik. Lebih lanjut Tan & Kottelat (1996)
menyatakan bahwa pengetahuan tentang ikan Sumatra masih sangat terbatas karena
minimnya eksplorasi dan publikasi. Terdapat 589 ikan air tawar Sumatra dan 58 spesies
bersifat endemik (Wargasasmita 2002). Muchlisin & Azizah (2009) mengidentifikasi
ikan air tawar di Aceh terdiri atas 114 spesies, 69 genera, 41 famili dan 12 ordo. Menurut
Simanjutak et al. (2006), di Sungai Kampar Kiri Riau terdapat 86 spesies ikan air tawar
yang terdiri atas 44 genera dan 21 famili. Iqbal (2011) mengidentifikasi ikan air tawar
hutan rawa gambut Merang-Kepayang Sumatra Selatan meliputi 57 spesies, 44 genera
dan 24 famili. Spesies ikan air tawar di perairan umum Jambi terdiri atas 131 spesies,
24 famili dan 14 ordo (DKP 1993). Menurut Kottelat & Whitten (2009),
keanekaragaman spesies ikan yang terdapat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari
Jambi tercatat 297 spesies, yang 48 spesies diantaranya adalah catatan baru Jambi dan 45
diantaranya merupakan catatan baru Sumatra, namun demikian survai dilakukan antara
1994 dan 2003.
Menurut Wargasasmita (2002), distribusi geografis ikan endemik Sumatra
mengumpul di kawasan bagian tengah Sumatra (Padang, Jambi, dan Riau). Jambi
menempati urutan kedua provinsi di Sumatra dengan endemisitas ikan air tawar tertinggi
(20.7%), setelah Padang (24.1%); berikutnya Kepulauan Riau (17.3%), Aceh Darrusalam
(17.3%), dan Riau (15.5%). Peluang menemukan spesies baru ataupun catatan baru
terutama pada habitat air tawar di Jambi masih sangat besar, seperti temuan spesies
berikut ini: Puntius sp. “Bertam”, Puntius sp.”Kerinci”, ataupun Rasbora britanii (Tan &
Kottelat 2009). Keanekaragaman ini masih akan terus meningkat karena banyak areal
yang berpotensi sebagai habitat ikan air tawar terutama yang berada di hutan Jambi
belum diinventarisasi, seperti di Hutan Harapan. Studi pendahuluan yang telah dilakukan
pada Agustus 2011 (musim kemarau) dan Februari 2012 (musim penghujan) mencatat 49
spesies dan 10 famili ikan di Hutan Harapan (Sukmono et al. 2013a).
Hutan Harapan merupakan kawasan restorasi ekosistem pada areal hutan hujan
tropis dataran rendah pertama dan terbesar di Indonesia yang dikelola oleh PT REKI
(Restorasi Ekosistem Indonesia) terletak di perbatasan Jambi dan Sumatra Selatan.
Arealnya merupakan bekas wilayah hak pengusahaan hutan (HPH), dengan luas sekitar
100.000 Ha (REKI 2008). Hutan yang tersisa saat ini merupakan campuran hutan
sekunder yang masih baik dan areal bekas HPH yang terdegradasi. David (2009)
menyatakan bahwa kawasan Hutan Harapan saat ini merupakan habitat bagi 294 spesies
burung, 56 spesies mamalia, 27 spesies amfibi, 42 spesies reptil, dan 444 spesies
tumbuhan. Namun demikian belum pernah dilakukan inventarisasi ikan air tawar di areal
Hutan Harapan. Padahal Hutan Harapan memiliki berbagai tipe ekosistem perairan
seperti: sungai besar yang berarus lemah, danau ataupun rawa banjiran.
Eksplorasi iktiofauna di Hutan Harapan perlu dilakukan sebagai dasar kegiatan
restorasi dan konservasi ikan, seperti: penetapan area perlindungan, pelarangan
penangkapan, penentuan waktu penangkapan, pembatasan alat tangkap, pemulihan stok,

11
ataupun untuk penentuan kawasan restorasi dan konservasi perairan. Hal ini hanya dapat
dilakukan jika tersedia data yang fundamental tentang fauna ikan (Syafei 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman spesies ikan air tawar yang ada
di Hutan Harapan sebagai dasar dari kegiatan restorasi dan konservasi.
Bahan dan Metode
Penelitian dilaksanakan selama satu tahun dari bulan September 2012 hingga Juli
2013 di Hutan Harapan. Penentuan stasiun didasarkan pada tipologi habitat mewakili
sungai, danau dan rawa utama yang terdapat di Hutan Harapan meliputi: Sungai Kapas,
Sungai Lalan, Sungai Kandang, Danau 41, Danau Camp, Danau Rohani, Danau Tiung
Luput dan Rawa Klompang (Bab II, Gambar 4).
Tiap stasiun penelitian dibagi dalam tiga substasiun yang mewakili bagian inlet,
tengah, dan outlet atau bagian tepi dan tengah berjarak ±50 m. Pengambilan contoh ikan
dilakukan dengan penebaran jala pada setiap substasiun sebanyak 15 kali setiap
pengambilan sampel, sedangkan pemasangan jaring insang dilakukan selama enam jam
dan diangkat setiap dua jam sekali. Tiga jaring dengan ukuran mata jaring 0.5 inci, 1 inci,
dan 1.5 inci; dipasang setiap pengambilan sampel. Jarak antar jaring 50 m bentangan
jaring (lebar) 30 m, tinggi 1 m (Haryono 2006). Pada area danau yang tertutup vegetasi
dilakukan penangkapan ikan dengan sudu (tray net) dan serok (scoop net). Ikan yang
sulit terkena jaring dan jala seperti famili Channidae ditangkap menggunakan pancing
dan tajur dengan umpan katak. Ikan berukuran kecil seperti genus Rasbora dan Puntius
selain ditangkap dengan jala dan jaring juga ditangkap dengan menggunakan serua yang
diberi umpan dedak. Ikan yang bersarang di lumpur dan vegetasi ditangkap dengan bubu
belut dan sudu.
Contoh ikan yang tertangkap diberi label dan dicatat spesies serta jumlahnya.
Sebelum diawetkan dalam formalin 10% dan alkohol 70% dalam keadaan segar setiap
sampel difoto dengan kepala menghadap kekiri. Identifikasi dilakukan berdasarkan
karakter morfometrik dan meristik mengacu kepada buku identifikasi Allen et al. (1990),
Kottelat(1993), Kottelat & Whitten (1996), Rachmatika (2004), Haryono (2006), Ng&
Lim (2008), dan Tan & Kottelat (2009). Pengukuran morfometrik menggunakan kaliper
dengan posisi ikan menghadap kekiri, sedangkan penghitungan meristik jari-jari sirip dan
pori-pori garis sisi diamati menggunakan kaca pembesar (loops) dan mikroskop
binokuler (Tan & Kottelat 2009). Karakter morfometri yang diukur meliputi 15 karakter
sedangkan meristik terdiri atas 8 karakter (Haryono 2010).
Hasil
Dari September 2012 hingga Juli 2013 sebanyak 123 spesies ikan, 62 genera, dan
23 famili berhasil teridentifikasi. Lima famili dengan jumlah spesies terbanyak adalah
Cyprinidae 59 spesies (48%), Bagridae 11 spesies (8.9%), Siluridae 8 spesies (6.5%),
Hemiramphidae 5 spesies (4.1%) dan Osphronemidae 5 spesies (4.1%). Dari 123 spesies
ikan yang ditemukan, 23 spesies diantaranya merupakan catatan baru (new record) bagi
Jambi. Spesies, status IUCN dan potensi ikan di Hutan Harapan disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan kategori status konservasi IUCN Red List (Fisbase 2013) ikan di Hutan
Harapan Jambi terbagi atas lima kategori yaitu: belum dievaluasi (not evaluated) 74
spesies (60%), informasi kurang (data deficient) 4 spesies (3,25%), berisiko rendah
(least concern) 41 spesies (33.3%), hampir terancam (near threatened) 3 spesies (2.4%),
dan genting atau terancam(endangered) 1 spesies atau 0.8% (Gambar 5).

12
Ditinjau dari sisi potensi ikan hasil koleksi di Hutan Harapan, 58 spesies (47%)
berpotensi sebagai ikan konsumsi, 35 spesies (29%) berpotensi sebagai ikan hias, dan 30
spesies (24%) berpotensi hias dan konsumsi (Gambar 6). Berbagai spesies ikan hias dan
ikan konsumsi yang hidup alami di Hutan Harapan disajikan pada Gambar 7 dan Gambar
8. Berdasarkan keaslian ikan di Hutan Harapan, sebanyak 123 spesies (100%)
merupakan spesies alami (native species) asli Indonesia. Berbagai spesies ikan introduksi
yang umumnya banyak ditemukan di perairan tawar Indonesia berdasarkan
Wargasasmita (2005), seperti: ikan mas (Cyprinus carpio), mujahir (Oreochromis
mossambicus), nila (Oreochromis niloticus), ikan seribu (Poeicelia reticulata), sepat
siam (Trichopodus pectoralis), bawal (Colossoma macropomum) dan lele dumbo
(Clarias gariepinus) tidak ditemukan di areal Hutan Harapan. Berdasarkan matrik
kriteria ikan langka yang perlu dilindungi di Provinsi Jambi mengacu pada endemisitas,
populasi terancam punah, dan kondisi habitat bahwa sepuluh ikan terlangka di Provinsi
Jambi dapat ditemukan di Hutan Harapan antara lain: ridiangus (Balantiocheilos
melanopterus), gurami coklat (Sphaerichtys osphromenoides), sebarau (Hampala
ampalong), sebarau (Hampala macrolepidota), gurami (Osphronemus goramy), dan
kepras atau Cylocheilichthys enoplos (KKP 2010).
Tabel 2 Spesies ikan, status IUCN, dan potensinya di Hutan Harapan
No

Famili

Nama Lokal

I

Akysidae

Sapu-sapu

II

Ambassidae

Nama Ilmiah

IUCN

Potensi

Acrochordonichthys rugosus** (Bleeker,1854)

NE

H

Sapu-sapu

Acrochordonichthys sp.

NE

H

Sebengka

Parambassis sp.

DD

K

Sebengka

Parambassis macrolepis** (Bleeker, 1856)

NE

K

III

Anabantidae

Betok

Anabas testudineus (Bloch, 1792)

DD

K

IV

Bagridae

Baung rambe

Hemibagrus nemurus (Valenciennes, 1840)

LC

K

Baung Tikus

NE

H&K

NE

H&K

Baung kuning

Nanobagrus armatus** (Vaillant, 1902)
Pseudomystusmahakamensis**
(Vaillant, 1902)
Leiocassis sp.

NE

H&K

Baung

Mystus sp.1

NE

K

Baung

Mystus sp.2

NE

K

Keting

Mystus micracanthus (Bleeker, 1846)

NE

K

Senggiring

Mystus nigriceps (Valenciennes, 1846)

NE

K

Baung

Hemibagrus planiceps (Valenciennes, 1840)

NE

K

Baung

Hemibagrus sabanus** (Inger & Chin, 1959)

NE

K

Biran

Mystus sp.3

NE

K

Langli

Syncrossus hymenophysa (Bleeker, 1852)

NE

H

Anculong

Acantopsis dialuzona (Van Hasselt, 1823)

NE

H

Gabus

Channa striata (Bloch,1793)

LC

K

Bujuk

Channa lucius (Gunther, 1861)

LC

K

Toman

Channa micropeltes (Cuvier, 1831)

LC

K

Gabus kuning

Channa cyanospilos (Bleeker,1853)

NE

K

Keli dacin

Clarias meladerma (Bleeker, 1852)

DD

K

Lembat

Clarias nieuhofi (Valenciennes, 1840)

LC

K

Lembat

Clarias teijsmanni (Bleeker, 1857)

NE

K

Ridiangus

Balantiocheilos melanopterus (Bleeker, 1850)

EN

H

Baung murai

V
VI

VII

VIII

Cobitidae
Channidae

Clariidae

Cypriniade

13
Bentulu

Barbichthys laevis (Valenciennes, 1852)

LC

K

Lampam

LC

K

NE

H&K

LC

H

LC

H &K

LC

H&K

Kepras bening

Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker, 1854)
Malayochela maassi **
(Weber & de Beaufort, 1912)
Crosscheilus oblongus**
(Kuhl & Van Hasselt, 1823)
Anematichthys repasson(Valenciennes, 1842)
Cyclocheilichthys apogon
(Valenciennes, 1842)
Cyclocheilichthys heteronema (Bleeker, 1854)

LC

H&K

Kepras

Cyclocheilicthys enoplos (Bleeker, 1849)

LC

H&K

Sebarau

Hampala ampalong (Bleeker, 1852)

NE

H&K

Sebarau

Hampala bimaculata** (Popta, 1905)
Hampala macrolepidota
(Kuhl & Van Haselt, 1823)
Labiobarbus fasciatus (Bleeker, 1853)

NE

H&K

LC

H&K

NE

K

LC

K

NE

K

Lambak

Labiobarbus festivus** (Heckel, 1843)
Labiobarbus leptocheilus**
((Valenciennes, 1842))
Labiobarbus ocellatus (Heckel, 1843)

NE

K

Seluang

Labocheilos sp.

NE

H&K

Seluang

Luciosoma sp.

NE

H&K

Seluang bara
Parang-parang
bengkok
Arau padi

Luciosoma trinema (Bleeker, 1852)

NE

H& K

Macrochirichtys macrochirus

NT

H

Osteochilus borneensis (Bleeker, 1856)

NE

K

Palau

Osteochilus vittatus(Valenciennes, 1842)

LC

K

Mata merah

Osteochilus melanopleurus (Bleeker, 1852)

LC

K

Kujam

LC

K

NE

K

Aro X

Osteochilus microchepalus (Bleeker, 1855)
Osteochilus kappenii**
(Weber & de Beaufort, 1916)
Osteochilus sp. 1

NE

K

Aro Y

Osteochilus sp. 2

NE

K

Aro

Osteochilus spilurus (Bleeker, 1851)

LC

K

Banta
Kujam garis
Kujam kuning

Osteochilus triporos(Bleeker, 1852)
Osteochilus waandersii (Bleeker, 1853)
Ostoechilus sp.3

LC
LC
NE

K
K
K

Parang-parang

Oxygaster anomalura (Van Hasselt, 1823)

LC

H&K

Parang-parang

Parachela hypophthalmus (Bleeker, 1860)

LC

H&K

Parang-parang

Parachela oxygastroides (Bleeker, 1852)

LC

H&K

Seluang kuring

Desmopuntius gemellus (Kottelat, 1996)

NE

H

Aji-aji

Puntigrus anchiporus** (Vaillant, 1902)

NE

H

Tana

Barbodes binotatus (Valenciennes, 1842)

LC

H&K

Kepa

Puntioplites bulu (Bleeker, 1851)

DD

K

Kepa

Puntioplites wandersii (Bleeker, 1859)

NE

K

Kapiat

Barbonymus gonionotus (Fowler, 1943)

LC

K

Kepyur

Puntius lateristriga (Valenciennes, 1842)

LC

H&K

Seluang kuring

Striuntius lineatus (Duncker, 1904)

NE

H

Seluang
Seluang
Kepras sedang
Kepras besar

Sebarau
Umbut-umbut
Terpayang
Umbut-umbut

Aro

14
Seluang kuring

Striuntius sp.”Harapan”**

NE

H

Aji-aji

Puntigrus tetrazona (Bleeker, 1855)

NE

H

Seluang dara

Boraras maculatus** (Duncker, 1904)

LC

H

Seluang

Rasbora aprotaenia** (Hubbs & Brittan, 1954)

NE

H&K

Seluang

Rasbora argyrotaenia (Bleeker, 1849)

NE

H&K

Seluang barau

Rasbora caudimaculata (Herre, 1940)

NE

H&K

Seluang
Seluang
Seluang

Rasbora cephalotaenia (Bleeker, 1852)
Rasbora elegans (Volz, 1903)
Rasbora kalbarensis (Kottelat, 1991)

NE
LC
NE

H&K
H&K
H&K

Seluang merah
Seluang
batang
Seluang
ekor kuning
Seluang

Rasbora sp.1

NE

H&K

Rasbora borneensis** (Bleeker, 1860)

NE

H&K

Rasbora sp.2

NE

H

Rasbora substilis (Roberts, 1989)

NE

H

Seluang
Seluang
sri gunting
Seluang

Rasbora sumatrana (Bleeker, 1852)

NE

H

Rasbora trilineata (Steindahcner, 1870)

LC

H

Rasborichthys sp.

NE

H

Damaian

Thynnichthys tynnoides (Bleeker, 1852)

LC

K

Damaian

Thynnichthys polylepis (Bleeker, 1860)

NE

K

IX

Eleotrididae

Betutu

Oxyeleotris marmorata (Bleeker, 1853)

LC

K

X

Helostomatidae

Tambakan

Helostoma temmincki (Cuvier, 1829)

LC

K

XI

Zenarchopteridae

Julung-julung

Hemirhamphodon tengah** (Collete, 1991)

NE

H

Julung-julung

Hemirhamphodon phaiosoma (Bleeker, 1852)

NE

H

Julung-julung

NE

H

NE

H

Tiluk

Mycrophis sp.
Hemiramphodon pogonognathus
(Bleeker, 1853)
Macrognathus aculeatus (Bloch, 1786)

NE

H

Tilan

Macronagthus maculatus (Cuvier, 1832)

LC

H

XIII Nandidae

Kerapu rawa

Nandus nebulosus (Gray, 1835)

LC

K

XIV Nemacheilidae

Tali-tali

Nemacheilus spiniferus** (Kottelat, 1984)

NE

H

Tali-tali

Nemacheilus lactogeneus** (Robert, 1989)

NE

H

Selinca

Belontia hasselti (Cuvier, 1831)

NE

K

Gurami

Osphronemus goramy (Lacepede, 1801)

LC

K

Cupang

Betta rubra (Perugia, 1893)

NE

H

Cupang

Betta picta (Valenciennes, 1846)
Sphaerichthys osphromenoides
(Canestrini, 1860)

NE

H

NE

H

Sepat mutiara

Trichopodus leerii (Bleeker, 1853)

NT

H&K

Sepat rawa

Trichopodus trichopterus (Pallas, 1770)

LC

H&K

Tumbur bunut

Luciocephalus pulcher** (Gray, 1830)

NE

H

Riu-riu

Pangasius sp.

NE

K

Juaro

Pangasius polydon (Bleeker, 1852)

NE

K

Sepatung

Pristolepis grootii (Bleeker, 1851)

NE

K

Sepatung

Pristolepis fasciata (Bleeker, 1852)

LC

K

Patin

Laides hexanema (Bleeker, 1852)

NE

K

Julung-julung
XII

XV

Mastacembelidae

Osphronemidae

Gurami coklat

XVI Pangasidae
XVII Pristolepididae
XV
III

Schilbeidae

15

Lais

Pseudeutropius moolenburghae (Weber & de
Beufort, 1913)
Kryptopterus cryptopterus (Bleeker, 1851)

Tapa

Wallago leerii (Bleeker, 1851)

NE

K

Tapa

Wallago sp

NE

K

Lais

Kryptopterus palembangensis (Bleeker, 1852)

NE

K

Lais

Kryptopterus sp.1

NE

K

Lais

Ompok hypothalamus** (Bleeker, 1846)

NE

K

Lais kaca

Kryptoperus minor** (Roberts, 1989)

NT

H

Lais

Kryptopterus sp2

NE

K

Lais

Ompok eugeneiatus (Vaillant, 1893)

NE

K

Layang-layang

Glyptothorax sp.

NE

H&K

XXI Soleidae

Ikan lidah

Achiroides leucorhynchos** (Bleeker, 1851)

NE

H

XXII Synbranchidae

Belut

Monopterus albus (Zuiew, 1793)

LC

K

XX
III

Buntal

Pao leiurus (Bleeker, 1853)

LC

H

Buntal

Pao palembangensis (Bleeker, 1851)

LC

H

Patin
XIX Siluridae

XX

Sisoridae

Tetraodontidae

NE

K

LC

K

Keterangan :
** New record (catatan baru ) Jambi
H dan K = Hias dan Konsumsi
NE = Not Evaluated
DD= Data Deficient
LC = Least Concern
NT = Near Threatened
EN= Endngered

Endangered

Near Threatenet

Least Concern

Data De