Latar Belakang Pengalaman Kerja

3 oleh permasalah diatas inilah, penulis ingin meniliti permasalahan ini sebagai p enyusunan skripsi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Seberapa besar pengaruh Surat Paksa terhadap Pencairan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Madya di Wilayah DJP Jawa Barat I. 2. Seberapa besar pengaruh Pencairan Tunggakan Pajak terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Madya di Wilayah DJP Jawa Barat I. 1.3 Tujuan Penelitian Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut: 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis Adapun kegunaan praktis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi DJP sebagai pelaksana law enforcement Dapat mengambil kebijakan yang lebih efektif dalam melaksanakan pengawasan kewajiban perpajakan atau penegakan hukum law enforcement dibidang penagihan pajak yang dilakukan oleh kantor pelayanan pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah tunggakan pajak dan meningkatkan penerimaan pajak pada setiap kantor pelayanan pajak. 2. Bagi bagian penagihan di kantor pelayanan pajak Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pelaksanaan penagihan pajak di kantor pelayanan pajak, seperti peningkatan kualitas dan kuantitas jurusita di kantor pelayanan pajak dan juga memperbanyak tindakan tegas seperti pemblokiran nomer rekening wajib pajak. Diharapkan masukan - masukan tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bagi bagian penagihan untuk dilaksanakan dimasa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan hasil pencapaian dari bagian penagihan itu sendiri.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan akademis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswai yang melakukan penelitian di bidang penagihan pajak dalam hal ini mengembangkan di bagian surat paksa. 2. Bagi Ilmu Akuntansi Diharapkan dapat memperoleh pemahaman lebih dalam mengenai proses penagihan pajak dan mengetahui efektivitas tindakan penagihan pajak baik dalam mengurangi jumlah tunggakan pajak. Adapun mata kuliah yang berkembang dalam penelitian ini adalah mata kuliah perpajakan.

II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesisi 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Surat Paksa 2.1.1.1 Pengertian Surat Paksa Adapun pengertian surat paksa menurut Mardiasmo 2009:121 adalah sebagai berikut : “Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap”. Sedangkan pengertian surat paksa menurut Rusjdi 2007:33 adalah sebagai berikut : “Surat paksa adalah perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak”. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan surat paksa diterbitkan karena penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dan kepadanya telah dikeluarkan surat teguran. Adapun indikator untuk Surat paksa adalah : Jumlah nominal surat paksa. 4 2.1.2 Pencairan Tunggakan Pajak 2.1.2.1 Pengertian Pencairan Tunggakan Pajak Menurut Yamit 2004 Kualitas adalah: ”Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan ”. 2.1.2.2 Pengertian Penagihan Pajak Pengertian cair disini mengandung dua pengertian dimana sampai dengan lunas atau bahkan sudah tidak dapat dilakukan penagihan lagi dengan kata lain dihapuskan. Sedangkan pengertian lunas memiliki dua pengetian yakni dengan cara dibayar lunas, baik dibayar dengann uang tunai maupun melalui pembukuan atau dengan cara penjualan sita lelang atas barang- barang milik penanggung pajak. Utang pajak diusulkan dihapuskan apabila tidak ada lagi kemampuan penanggung pajak dalam membayar utang pajak dan tidak adalagi objek sitanya. Menurut Yustinus Prastowo 2009:164 pencairan tunggakan pajak adalah: “Pembayaran utang pajak sebesar yang masih harus dibayar sesuai administrasi di kantor pajak”. Pengertian pencairan tunggakan pajak yang dikemukakan oleh Waluyo 2003:64 adalah sebagai berikut: “Pencairan tunggakan pajak adalah jumlah pembayaran atas tunggakan pajak yang dapat terjadi”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pencairan tunggakan pajak merupakan pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak. Dengan adanya pencairan pajak maka akan menambah penerimaan negara di sektor pajak. Indikator pencairan tunggakan pajak adalah: Jumlah pencairan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Madya di Wilayah DJP Jawa Barat I. 2.1.3 Penerimaan Pajak 2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak Pengertian penerimaan pajak menurut John Hutagaol 2007:325 adalah sebagai berikut: “Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus- menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat”. Berdasarkan Undang-Undang Tentang anggaran pendapatan dan belanja negara tahun 2001 2001:155 Pengertian Penerimaan Pajak adalah sebagai berikut: “Penerimaan pajak adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional”. Berdasarkan kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan penerimaan pajak adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat. Adapun indikator Penerimaan Pajak adalah realisasi penerimaan pajak.

2.2 Kerangka Pemikiran

Peran penerimaan pajak sangat penting bagi kemandirian pembangunan, karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara dari dalam negeri yang paling utama selain dari minyak dan gas bumi untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Dalam Ketetapan MPR RI Nomor IIMPR1998 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN disebutkan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional harus berlandaskan kemampuan sendiri, sedangkan bantuan luar negeri merupakan pelengkap. Hal ini menunjukkan bahwa sedapat mungkin peranan bantuan luar negeri semakin berkurang sehingga negara semakin mampu membangun berdasarkan kekuatannya sendiri terutama jiwa warganya untuk berpartisipasi membayar pajak sebagai kewajiban dan keikutsertaannya dalam pembiayaan negara Zakiah M: 2008. Dalam melakukan pemungutan pajak, Indonesia menganut tiga sistem, yaitu salah satunya adalah Self Assessment System Siti Resmi: 2007. Rimsky K. Judisseno 2004 mengatakan bahwa Self Assessment System diberlakukan untuk memberikan kepercayaan 5 yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Akan tetapi dalam kenyataannya pembayaran pajak masih banyak terdapat kelalaian, bahkan mangkir dalam melaksanakan pembayaran dan pelaporan pajak terutang oleh wajib pajak tertentu. Pajak terutang yang lalai dilunasi oleh Wajib pajak akan terakumulasi menjadi tunggakan pajak yang berpotensi mengurangi penerimaan pajak. Sehingga cenderung dapat berisiko untuk berkurangnya pendapatan negara yang dapat mengakibatkan defisit APBN secara tidak langsung John Hutagaol: 2007. Tunggakan Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan Panca Kurniawan: 2006. Oleh karena itu, perlu dilakukannya pelunasan tunggakan pajak agar penerimaan pajak bisa menjadi optimal yaitu dengan melakukan tindakan penagihan pajak John Hutagaol: 2007. Tindakan penagihan pajak tersebut mempunyai kekuatan hukum yang memaksa John Hutagaol: 2007. Tindakan memaksa tercantum dalam pasal-pasal penagihan pajak dengan tujuan dari dicantumkannya pasal-pasal penagihan pajak adalah untuk memastikan bahwa penerimaan pajak oleh negara dapat dipenuhi Soemarso: 2007.

2.2.1 Pengaruh Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak

Teori menurut Erly Suandy 2002 menyatakan: “Penagihan pajak sebagaimana yang diatur dalam UU adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjualbarang- barang yang disita”. Menurut Mala Rizkika Velayati, dkk 2012 menyatakan: “Hutang pajak yang belum dilunasi sering dihadapi karena peningkatan jumlah tunggakan pajak masih belum bisa diimbangi oleh kegiatan pencairan. Telah dilakukan berbagai tindakan penagihan pajak oleh fiskus terhadap Wajib Pajak danatau Penanggung Pajak dengan penagihan pasif maupun aktif. Penagihan pasif dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo melalui himbauan, baik dengan surat maupun dengan telepon atau media lainnya. Penagihan aktif dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dengan diterbitkannya Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan hingga pelaksanaan penjualan barang yan g disita melalui lelang barang milik Penanggung Pajak”.

2.2.2 Pengaruh Pencairan Tunggakan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Teori menurut John Hutagaol 2007 menyatakan: “Pajak terutang yang lalai dilunasi oleh Wajib pajak akan terakumulasi menjadi tunggakan pajak yang berpotensi mengurangi penerimaan pajak. Sehingga cenderung dapat berisiko untuk berkurangnya pendapatan negara yang dapat mengakibatkan defisit APBN secara tidak langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukannya pelunasan tunggakan pajak agar penerimaan pajak bisa menjadi optimal”.

2.3 Hipotesis Penelitian

H 1 = Surat Paksa berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. H 2 = Pencairan Tunggakan Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak.

III. Objek dan Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian

Dalam Penelitian ini peneliti mengambil judul penelitian yaitu, “Pengaruh Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak dan Implikasinya Terhadap Penerimaan Pajak ”.

3.2 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian peneliti menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan anatara variable yang