PENGGOLONGAN BARANG BUKTI BARANG TEMUAN SEBAGAI BARANG BUKTI

9. Tempat Penyimpanan Barang Bukti adalah ruangan atau tempat khusus yang disiapkan dan ditetapkan berdasarkan surat ketetapan oleh Kepala Satuan Kerja Kasatker untuk menyimpan benda-benda sitaan penyidik berdasarkan sifat dan jenisnya yang dikelola oleh PPBB. Pasal 2 Tujuan peraturan ini adalah: a. sebagai pedoman bagi penyidik dan PPBB untuk mengelola barang bukti dengan tertib di lingkungan Polri; dan b. terwujudnya tertib administrasi pengelolaan barang bukti dalam proses penyidikan di lingkungan Polri. Pasal 3 Prinsip-prinsip pengelolaan barang bukti dalam peraturan ini meliputi: a. legalitas, yaitu setiap pengelolaan barang bukti harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. transparan, yaitu pengelolaan barang bukti dilaksanakan secara terbuka; c. proporsional, yaitu keterlibatan unsur-unsur dalam pelaksanaan pengelolaan barang bukti harus diarahkan guna menjamin keamanannya; d. akuntabel, yaitu pengelolaan barang bukti dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, terukur, dan jelas; dan e. efektif dan efisien yaitu setiap pengelolaan barang bukti harus dilakukan dengan mempertimbangkan adanya keseimbangan yang wajar antara hasil dengan upaya dan sarana yang digunakan.

BAB II PENGGOLONGAN BARANG BUKTI

Pasal 4 Barang bukti dapat digolongkan berdasarkan benda: a. bergerak; dan b. tidak bergerak. Pasal 5 ..... Pasal 5 1 Benda bergerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, merupakan benda yang dapat dipindahkan danatau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. 2 Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat 1, berdasarkan sifatnya antara lain: a. mudah meledak; b. mudah menguap; c. mudah rusak; dan d. mudah terbakar. 3 Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat 1, berdasarkan wujudnya antara lain: a. padat; b. cair; dan c. gas. 4 Benda bergerak selain sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 juga termasuk benda yang terlarang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 6 Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, merupakan benda selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, antara lain: a. tanah beserta bangunan yang berdiri di atasnya; b. kayu tebangan dari hutan dan kayu dari pohon-pohon yang berbatang tinggi selama kayu-kayuan itu belum dipotong; c. kapal laut dengan tonase yang ditetapkan dengan ketentuan; dan d. pesawat terbang. BAB III ....

BAB III BARANG TEMUAN SEBAGAI BARANG BUKTI

Pasal 7 1 Barang temuan diperoleh petugas Polri pada saat melakukan tindakan kepolisian ataupun ditemukan masyarakat berupa benda danatau alat yang ada kaitannya dengan peristiwa pidana yang terjadi atau ditinggalkan tersangka karena melarikan diri atau tersangka belum tertangkap. 2 Barang temuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dapat dijadikan barang bukti setelah dilakukan penyitaan oleh penyidik karena diduga: a. seluruh atau sebagian benda danatau alat diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil tindak pidana; b. telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana; dan c. mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan. 3 Penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilaksanakan menurut cara yang diatur dalam Hukum Acara Pidana. Pasal 8 1 Barang bukti temuan yang telah disita penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 2 paling lama 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam wajib diserahkan kepada PPBB. 2 PPBB yang menerima penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib melakukan pencatatan ke dalam buku register dan disimpan pada tempat penyimpanan barang bukti. 3 Dalam hal barang bukti temuan terdiri atas benda yang dapat lekas rusak atau membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk disimpan, dapat diambil tindakan sebagaimana diatur dalam Hukum Acara Pidana. 4 Dalam hal barang bukti temuan berupa narkotika jenis tanaman, dalam waktu 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam wajib dimusnahkan sejak saat ditemukan, setelah sebagian disisihkan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan. BAB IV .....

BAB IV PPBB