Kinerja Pembangunan Daerah : Suatu Evaluasi Terhadap Kursus Keuangan Daerah.

KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH :
SUATU EVALUASI TERHADAP KURSUS KEUANGAN DAERAH

HERTANTI SHITA DEWI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA *
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kinerja Pembangunan
Daerah : Suatu Evaluasi terhadap Kursus Keuangan Daerah adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor,Februari 2015
Hertanti Shita Dewi
NIM. H 152110061



Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

RINGKASAN
HERTANTI SHITA DEWI. Kinerja Pembangunan Daerah : Suatu Evaluasi
terhadap Kursus Keuangan Daerah. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA
PUTRI dan BAMBANG JUANDA.
Sejak diberlakukan otonomi daerah di bidang keuangan, pemerintah
melakukan kebijakan desentralisasi fiskal berdasarkan peraturan Undang-Undang
No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dalam
kebijakan ini pemerintah memberikan sumber pendanaan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada pemerintah daerah untuk
membiayai pembangunan daerah. Konsekuensinya setiap Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) wajib menyusun laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD)
sebagai pertanggungjawaban atas dana yang diterima. Kondisi laporan keuangan
baik di pusat maupun daerah berdasarkan hasil audit yang telah dilakukan BPK
dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi opini. Permasalahan sampai saat ini
menunjukkan bahwa kualitas LKPD belum mencapai opini yang diharapkan yaitu
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Dalam upaya meningkatkan kualitas laporan
keuangan dan kinerja pembangunan yang baik perlu dikelola oleh sumberdaya
manusia yang kompeten. Pengelolaan keuangan yang baik menekankan
perencanaan dan penganggaran berdasarkan kriteria belanja berkualitas.
Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah menyelenggarakan kursus keuangan
daerah (KKD)untuk meningkatkan kinerja aparat daerah di bidang pengelolaan
keuangan.
Fenomena atas penilaian opini BPK dan kinerja pembangunan daerah di
evaluasi dengan memperhitungkan indikator kinerja diantaranya : PDRB per
kapita, Indeks Pembangunan Manusia, proporsi belanja modal, alokasi pendapatan
dan belanja daerah serta banyaknya jumlah alumni KKD. Untuk mendapatkan
informasi daerah yang mempunyai penilaian terbaik atas dua penilaian tersebut
makadilakukan klasifikasi menjadi beberapa kategori.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik wilayah
berdasarkan opini audit BPK dan kinerja pembangunan daerah serta menganalisis

faktor yang mempengaruhi opini audit BPK dan kinerja pembangunan daerah.
Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai sumber data. Metode analisis
menggunakan program Excelserta program Minitab, dan diolah dengan
menggunakan regresi logistik biner dan regresi berganda.
Hasil penelitian teridentifikasi bahwa wilayah Indonesia bagian barat
mempunyai karakteristik predikat opini dan kinerja pembangunan daerah dengan
kategori terbaik dibandingkan wilayah lainnya. Hasil pengujian juga menunjukkan
terdapat adanyahubungan antara kinerja pembangunan daerah dengan opini audit
BPK yang bersifat timbal balik atau saling memengaruhi. Opini audit BPK
dipengaruhi kinerja pembangunan daerah demikian pula sebaliknya. Karakteristik
wilayah berdasarkan penilaian kategori ideal (A dan B) sebanyak 139 SKPD
(26,53%). Dan untuk kategori C sampai dengan F sebanyak 385 SKPD (73,47%).
Kategori A-B tertinggi dicapai wilayah bagian barat yaitu sebanyak 104 SKPD
(33,88%), kemudian bagian tengah dengan jumlah 32 SKPD (20,92%), dan
bagian timur 3 SKPD (4,69%). Sedangkan untuk kategori (C sampai dengan F),

pencapaian wilayah barat sebanyak 203 SKPD (66,12%), wilayah tengah
sebanyak 121 SKPD (77,08%), dan di wilayah bagian timur sebanyak 61 SKPD
(95,31%).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa opini audit BPK dengan predikat

WTP/WDP dipengaruhi oleh jumlah alumni, PDRB per kapita, Indeks
Pembangunan Manusia, dan porsi belanja modal dengan nilai odd ratio tertinggi
adalah pengaruh IPM sebesar 1.08, jumlah alumni sebesar 1.05, PDRB per kapita
sebesar 1.00 dan porsi belanja modal sebesar 0.94. Untuk variabel PDRB per
kapita dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah alumni, proporsi belanja modal,
PAD, alokasi belanja, dummy opini, dummy wilayah dan kepulauan, sementara
IPM dipengaruhi oleh jumlah alumni, opini BPK, alokasi belanja pendidikan,
alokasi belanja kesehatan, dummy wilayah dan dummy kepulauan.
Kursus Keuangan Daerah(KKD) sangat membantu dalam meningkatkan
kinerja daerah. Hal ini terlihatdari manfaat pelatihan KKD yang memberikan
kemampuan staf melakukan pengelolaan keuangan dengan persentase tertinggi
pada proses penganggaran dan tugas administrasi keuangan.
Kata kunci : jumlah alumni KKD, opini audit BPK, kinerja pembangunan daerah.

SUMMARY
HERTANTI SHITA DEWI. Performance of Local Development: An Evaluation
of Local Finance Course. Under immediate supervision of EKA INTAN
KUMALA PUTRI and BAMBANG JUANDA.
Since local autonomy in finance was put into effect, the government has
imposed fiscal decentralization policy based on Law No. 33 Year 2004 on Central

and Local Financial Balance. In this policy, the government provides local
government with financial sources in the State Budget (APBN) to finance local
development. Consequently, every Local Apparatus Working Unit (SKPD) is
required to make a local government financial report (LKPD) for all funds it
receives. Based on results of audits conducted by the State Audit Board (BPK) it
was shown that financial reports in central and local governments faced
fluctuating opinion from year to year. The main problem found was that no
LKPD has ever obtained the expected Unqualified Opinion (WTP). Competent
human resources are required in the improvement of financial report quality and
development performance. Good financial governance stresses on planning and
budgeting based on quality expenditure criteria. For this purpose the government
has conducted local finance courses (KKD) in order to improve the performance
of local apparatus in financial management.
In this study, the phenomena of BPK opinions and local development were
evaluated by using the several performance indicators including Gross Regional
Domestic Product (PRDB) per capita, human development index (IPM), capital
expenditure proportion, local budget allocation, and number of KKD alumni. In
order to get information on regions with the best scores on both phenomena,
classification into several categories was done.
The study was aimed at identifying local characteristics based on BPK audit

opinions and local development performance and analyzing factors affecting BPK
audit opinions and local development performance. Secondary data were used.
Data analyzes were done by using Excel and Minitab programs and data were
subjected to binary logistic regression and multiple regression.
Results showed that west Indonesian regions had the best BPK audit opinion
and development performance. It was also shown that there an inter-influencing
relationship between local development performance and BPK audit opinions.
There were 139 SKPD (26.53%) regions with ideal (A and B) categories and 385
SKPD (73.47%) with C to F categories. The highest A-B categories were
obtained mostly by west regions (104 SKPD, 33.88%) followed by central regions
(32 SKPD, 20.92%), and eastern regions (3 SKPD, 4.69%). Meanwhile C to F
categories were obtained by 203 SKPD (66.12%) in west regions, 121 SKPD
(77.08%) in central regions, and 61 SKPD (95.31%) in eastern regions.
Results also showed that BPK audit unqualified/qualified opinions were
affected by number of alumni, PDRB per capita, IPM, and capital expenditure
proportion. The highest odd ratio value (1.08) was given by IPM followed by
number of alumni (1.05), PRDB per capita (1.00), and capital expenditure
proportion (0.94). PDRB per capita was significantly affected by number of
alumni, capital expenditure proportion, region own-source revenue (PAD),


expenditure allocation, dummy opinion, dummy region and island. Meanwhile,
IPM was affected by number of alumni, BPK audit opinion, and expenditure
allocation on education, expenditure allocation on health, dummy region, and
dummy Island.
KKD was found to be significantly helpful in improving a region
performance. This was indicated from the fact that KKD trainings were found to
improve staff ability in financial management especially in budgeting process and
financial administration.

Key words: number of KKD alumni, BPK audit opinion, local development
performance.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH:
SUATU EVALUASI TERHADAP KURSUS KEUANGAN
DAERAH

HERTANTI SHITA DEWI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis


: Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc

Penguji Wakil Program Studi

: Dr Mukhamad Najib, STP MM

Judul Tesis : Kinerja Pembangunan Daerah : Suatu Evaluasi terhadap Kursus
Keuangan Daerah
Nama
: Hertanti Shita Dewi
NIM
: H152110061

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, MS
Ketua

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 18 Desember 2014

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Bismillahirrahmannirrahim. Alhamdulillahi Rabbil’alamin.Puji dan syukur

penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini dengan judul Kinerja Pembangunan Daerah : Suatu Evaluasi
terhadap Kursus Keuangan Daerah merupakan tugas akhir akademis dalam
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Dalam kesempatan ini dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, MS serta Bapak Prof Dr Ir Bambang
Juanda, MS selaku pembimbing dan selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Atas perhatian, bimbingan,
dan sarannya dalam pembuatan karya ilmiah ini.Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc atas
kesediaannya menjadi penguji luar komisi serta Bapak Dr Mukhamad Najib, STP
MM selaku perwakilan Program Studi atas saran dan masukan yang
diberikan.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Orangtua (Alm.
Suherman Rudyanto dan Rr. Koestanie), kakak dan adik-adik tercinta serta temanteman yang telah memberikan doa, nasehat, bantuan serta semangat untuk penulis
sehingga bisa mencapai semua ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor,

Februari 2015

Hertanti Shita Dewi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitan
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Efektivitas
Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah
Penilaian Kualitas Laporan Keuangan
Diklat, Tujuan dan Sasaran
Penyelenggaraan Diklat
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Diklat
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB per
Kapita
Belanja Modal
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Belanja Daerah dan Belanja Berkualitas
Belanja Pendidikan, Kesehatan dan Pelayanan Umum
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode Analisa Data
Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Teknik Analisa Data
Analisa Tentang Pola dan Karakteristik Wilayah
Analisa Pengaruh Jumlah Alumni KKD, dan
Pembangunan Daerah terhadap Opini Audit BPK

1
4
6
6
7

7
8
9
11
13
14
14
17
17
18
19
20
21
24
25
28
31

32
32
32
33
35
35
Kinerja 38

Analisa Pengaruh Jumlah Alumni KKD, Opini Audit BPK, 39
dan Pengelolaan APBD terhadap Kinerja Pembangunan
Daerah
4 GAMBARAN UMUM TOPIK PENELITIAN
Gambaran Umum Penyelenggaraan Kursus Keuangan Daerah
Gambaran Umum Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemda
Gambaran Umum Kinerja Pembangunan dan Pengelolaan
Keuangan daerah
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektivifitas dan Manfaat Penyelenggaraan KKD
Hasil Penilaian Opini Audit BPK atas Laporan Keuangan
Pemda
Profil Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah
Profil Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Profil Belanja Pendidikan
Profil Belanja Kesehatan
Profil Belanja Pelayanan Umum
Karakteristik Wilayah dengan Penilaian Hubungan antara Opini
Audit BPK dengan Kinerja Pembangunan Daerah
Karakteristik Rincian Kategori
Hasil Identifikasi Kinerja di Tingkat Wilayah
Analisis Pengaruh Jumlah Alumni KKD dan Kinerja
Pembangunan Daerah terhadap Opini Audit BPK
Analisis Pengaruh Opini BPK, Jumlah Alumni KKD dan
Pengelolaan Keuangan terhadap Kinerja Pembangunan Daerah
Analisis Kinerja Pembangunan dengan Variabel PDRB per
Kapita
Analisis Kinerja Pembangunan dengan Variabel IPM
Ikhtisar Analisis Hubungan KKD dengan Opini Audit BPK
Ikhtisar Analisis Hubungan Opini Audit BPK dengan Kinerja
Pembangunan Daerah
6 6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

46
49
54

57
61
65
70
72
73
73
74
74
79
88
97
97
107
112
114

115
115
116

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37

Perkembangan opini LKPD tahun 2008-2012
Indikator-indikator kinerja pembangunan daerah
Variabel hubungan opini audit, jumlah alumni, pengelolaan APBD dan
kinerja pembangunan daerah
Penilaian identifikasi kinerja SKPD
Matrik tujuan dan operasional penelitian
Jumlah SKPD yang pernah mendapat Predikat WTP tahun 2009-2012
Pencapaian predikat WTP tingkat Provinsitahun 2009-2012
Pencapaian predikat WTP tingkat Kabupatentahun 2009-2012
Pencapaian predikat WTP tingkat Kotatahun 2009-2012
Profil kinerja pembangunan daerah tahun 2009-2012
Profil PDRB per kapita rata-rata tingkat wilayah tahun 2009-2012
Profil proporsi belanja modal tahun 2009-2012
Profil indeks pembangunan manusia tahun 2009-2012
Profil proporsi rata-rata PAD tingkat wilayah tahun 2009-2012
Profil proporsi belanja daerah tahun 2009-2012
Karakteristik kinerja pembangunan daerah dan opini
Profil penilaian PDRB per kapita dan opini
Profil penilaian belanja modal dan opini
Profil penilaian indeks pembangunan manusia dan opini
Capaian kinerja pembangunan daerah dan opini
Rekapitulasi karakteristik profil kinerja dan opini wilayah Sumatera
Rekapitulasi karakteristik profil kinerja dan opini wilayah Jawa/Bali
Rekapitulasi karakteristik profil kinerja wilayah Kalimantan
Rekapitulasi karakteristik profil kinerja wilayah Sulawesi
Rekapitulasi karakteristik profil kinerja wilayah Nusatenggara
Rekapitulasi karakteristik profil kinerja wilayah Maluku
Rekapitulasi karakteristik profil kinerja wilayah Papua
Hasil capaian kinerja dan opini tingkat kepulauan
Hasil capaian kinerja dan opini tingkat wilayah
Rekapitulasi capaian kinerja dan opini tingkat wilayah
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang opini audit
BPK dengan kriteria WTP/WDP
Hasil uji anova opini audit BPK terhadap PDRB per kapita provinsi
Hasil uji anova opini audit BPK terhadap PDRB per kapita kabupaten
Hasil uji anova opini audit BPK terhadap jumlah alumni
Hasil uji anova opini audit BPK terhadap IPM
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB per kapita di
tingkat provinsi dengan dummy kategori wilayah
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB per kapita di
tingkat kabupaten/kota dengan dummy kepulauan

3
16
34
36
45
50
51
52
53
66
67
68
69
70
71
76
77
77
78
79
79
81
82
82
83
84
85
86
86
87
88
93
94
95
96
98
101

38
39

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di tingkat provinsi 107
dengan dummy kategori wilayah
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di tingkat 109
kabupaten dengan dummy kategori kepulauan

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Boxplot keterkaitan jumlah alumni terhadap opini BPK
Profil pencapaian opini BPK atas Laporan Keuangan Pemda
Keterkaitan antar atribut dan indikator belanja berkualitas
Diagram alir kerangka penelitian
Profil jumlah alumni tahun 2008 - 2012
Penyebab ketidakberhasilan pelatihan dalam meningkatkan keterampilan
manajemen keuangan publik
Manfaat terpenting dari pelatihan
Efek terpenting dari pelatihan
Peningkatan opini laporan keuangan dari predikat TMP menjadi WDP
Peningkatan opini laporan keuangan dari predikat WDP menjadi WTP
Peningkatan opini laporan keuangan dari predikat TMP/TW menjadi
WTP
Peningkatan opini laporan keuangan dari predikat TMP menjadi WTP
Peningkatan opini laporan keuangan dari predikat TMP menjadi WDP
Peningkatan opini laporan keuangan dari predikat WDP menjadi WTP
Fluktuasi opini laporan keuangan TMP/TW menjadi WDP kembali TW
Boxplot pengaruh jumlah alumni terhadap opini BPK
Boxplot pengaruh PDRB per kapita terhadap opini BPK
Boxplotpengaruh IPM terhadap opini BPK
Boxplot pengaruh belanja modal terhadap opini BPK
Uji beda opini terhadap PDRB per kapita provinsi
Uji beda opini terhadap PDRB per kapita kabupaten
Uji beda opini terhadap jumlah alumni
Uji beda opini terhadap IPM
Boxplot pengaruh dummywilayah terhadap PDRB per kapita
Hubungan proporsi alokasi belanja pendidikan terhadap PDRB per
kapita
Boxplot pengaruh dummy kepulauan terhadap PDRB per kapita
Boxplot pengaruh dummy wilayah terhadap IPM
Boxplot pengaruh dummy kepulauan terhadap IPM

2
3
23
31
47
59
59
60
62
63
63
64
64
64
65
91
92
92
93
94
95
95
96
100
104
106
109
111

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Daftar laporan keuangan Pemda dengan opini WTP tahun 2009-2012
Rincian SKPD dengan klasifikasi kategori
Karakteristik profil kinerja dan opini wilayah Sumatera

120
122
129

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Karakteristik profil kinerja dan opini wilayah Jawa/Bali
Karakteristik profil kinerja dan opini wilayah Kalimantan
Karakteristik profil kinerja dan opini wilayah Sulawesi
Karakteristik profil kinerja dan opini wilayah Nusa tenggara
Karakteristik profil kinerja dan opini wilayah Maluku
Karakteristik profil kinerja dan opini wilayah Papua
Hasil uji beda opini terhadap PDRB per kapita Provinsi
Hasil uji beda opini terhadap PDRB per kapita Kabupaten
Hasil uji beda opini terhadap jumlah alumni
Hasil uji beda opini terhadap IPM
Hasil pengujian parameter PDRB per kapita tingkat Provinsi
Hasil pengujian parameter PDRB per kapita tingkat Kabupaten/Kota
Hasil pengujian parameter IPM tingkat Provinsi
Hasil pengujian parameter IPM tingkat Kabupaten/Kota

132
135
136
138
139
140
141
142
143
144
145
148
151
153

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak diterbitkan Undang-Undang No.22 tahun 1999 yang diperbaharui
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Pemda),
diantaranya memberlakukan pemberian otonomi daerah dengan penyerahan
sebagian besar urusan kepemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah. Tujuan kebijakan ini untuk memacu kesejahteraan, pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya serta meningkatkan pendayagunaan potensi
daerah secara optimal dan terpadu. Pelimpahan ini meningkatkan tanggung jawab
dan kompleksitas pelayanan publik yang harus dilaksanakan Pemda.
Dalam Otonomi daerah di bidang keuangan, pemerintah pusat telah
melakukan kebijakan desentralisasi fiskal, sesuai amanat Undang Undang No.25
Tahun 1999 yang diperbaharui Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dalam kebijakan ini pemerintah
memberikan sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) kepada pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan daerahnya.
Misi utama kedua Undang-Undang tersebut adalah peningkatan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan dan pelayanan masyarakat.
Salah satu konsekuensi diberlakukannya Undang Undang tersebut adalah,
pemerintah daerah penerima sumber pendanaan APBN mempunyai kewajiban
mempertanggung jawabkan dana yang dikelolanya dengan membuat laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah, dalam bentuk laporan keuangan yang
nantinya akan di audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan
Keuangan yang dibuat oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
kemudian oleh BPK akan diberikan penilaian menjadi 4 kriteria penilaian sesuai
dengan kualitasnya yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Dengan
Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW), dan Tidak Memberikan Pendapat
(TMP). Laporan keuangan diperlukan untuk memberikan informasi keuangan
sebagai umpan balik perbaikan manajemen keuangan selanjutnya, dan
meningkatkan kualitas pengelolaan anggaran.
Paradigma desentralisasi fiskal juga membutuhkan ketersediaan sumberdaya
manusia (SDM) di daerah yang mampu melaksanakan pengelolaan keuangan
daerah. SDM ini diharapkan mampu menyusun perencanaan dan penganggaran,
pengelolaan pendapatan dan belanja serta mempertanggungjawabkan keuangan
daerahnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan telah menyelenggarakan
Kursus Keuangan Daerah (KKD) dan Kursus Keuangan Daerah Khusus Penata
Usahaan/Akuntansi Keuangan Daerah (KKDK). Kursus Keuangan Daerah adalah
pelatihan di bidang pengelolaan keuangan daerah yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan aparat Pemda dalam mengelola keuangan daerah
(mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan).
Penyelenggaraan Kursus Keuangan Daerah (KKD) diharapkan dapat
meningkatkan kompetensi SDM dalam pengelolaan keuangan daerah.

2

Sampai saat ini paradigma kinerja daerah yang baik salah satunya dinilai
dari laporan keuangan yang memperoleh predikat WTP. Masyarakat menganggap
bahwa opini audit BPK atas laporan keuangan merupakan gambaran kinerja
keuangan daerah. Dapat diartikan bahwa predikat opini laporan keuangan yang
baik mencerminkan kinerja daerah yang baik pula.
Penelitian Juanda et al. (2013) tentang “Studi Efektivitas dan Dampak
Kursus Keuangan Daerah dan Kursus Keuangan Daerah Khusus (KKDK)”
membuktikan bahwa banyaknya jumlah alumni cenderung meningkatkan
penilaian opini BPK atas laporan keuangan Pemda. Gambar berikut menunjukkan
bahwa semakin banyak jumlah alumni maka predikat opini yang dicapai oleh
Pemda juga semakin baik.

Sumber : Juanda et al.(2013)
Gambar 1 Boxplot keterkaitan jumlah alumni terhadap opini BPK
Gambar 1 di atas menjelaskan adanya indikasi bahwa makin banyak jumlah
alumni KKD/KKDK (angka median) selama 6 tahun (2007 sampai 2012), akan
cenderung Pemdanya mendapat opini BPK lebih baik pada tahun 2012. Kelompok
Pemda yang mendapat predikat opini TMP, median jumlah alumninya 3 orang,
predikat TW median jumlah alumninya 5 orang, predikat WDP median jumlah
alumninya 7 orang, sedangkan kelompok Pemda yang mendapat predikat opini
WTP dari BPK, median jumlah alumninya 10 orang.
Selanjutnya masih dalam penelitian Juanda et al. (2013) tentang “Evaluasi
Regulasi Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pengaruhnya terhadap Upaya
Peningkatan Kualitas Belanja Daerah” menunjukkan bahwa opini BPK
merupakan “hilir” dari siklus pengelolaan keuangan daerah dari aspek
perencanaan dan penganggaran, sedangkan “hulu” dari perencanaan
penganggaran tersebut adalah penentuan prioritas belanja. Perencanaan dan
penganggaran atas belanja daerah ini dilaksanakan berdasarkan disiplin prioritas
daerah, ketepatan penentuan alokasi belanja, ketepatan waktu (penetapan APBD,
realisasi belanja dan pendapatan), efisien dan efektif dalam penggunaanya serta
akuntabel dan transparan yang menyangkut laporan keuangan. Kriteria tersebut
oleh Juanda et al. (2013) disebut sebagai kriteria belanja berkualitas. Belanja
berkualitas adalah belanja yang dialokasikan berdasarkan prioritas pembangunan
daerah yang dilakukan secara efisien dan efektif, tepat waktu, transparan dan
akuntabel. Belanja berkualitas akan menempatkan atribut prioritas untuk
dilaksanakan dengan disiplin tinggi. Kedisiplinan yang tinggi terhadap prioritas

3

akan menentukan ketepatan alokasi anggaran. Walaupun opini merupakan hilir
dari proses pengelolaan keuangan daerah, namun tetap menjadi salah satu
indikator penilaian kinerja daerah.
Hasil audit yang telah dilakukan BPK terhadap Laporan Keuangan di
berbagai wilayah, baik di pusat maupun daerah, dari tahun ke tahun mengalami
fluktuasi opini dari kategori WTP, WDP, TW sampai penilaian terendah yaitu
TMP. Adapun hasil opini audit BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) menurut catatan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Keuangan Semesteran (IHPS)
tahun 2012, untuk profil kinerja daerah baik di tingkat provinsi, kabupaten, kota
di Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Perkembangan opini LKPD tahun 2008-2012
LKPD.
TA
2008
2009
2010
2011
2012

WTP

%

WDP

%

TW

%

TMP

%

JUMLAH

13
15
34
67
64

3
3
7
13
12

323
330
341
349
353

67
65
65
67
68

31
48
26
8
6

6
10
5
2
1

118
111
121
96
97

24
22
23
18
18

485
504
522
520
520

Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan (IHPS) BPK-Semester II, tahun 2012
(data diolah)
Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2008
s.d tahun 2012 pada tabel di atas menunjukkan jumlah satker yang meningkat
pada predikat opini WTP dan WDP, sementara nilai opini untuk predikat TW dan
TMP masih berfluktuasi dan cenderung menurun. Artinya laporan keuangan
Pemda sudah menunjukkan hasil kinerja yang lebih baik yaitu dengan terlihatnya
peningkatan opini WTP/WDP dan penurunan opini TW/TMP. Hasil penilaian
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 2 Profil pencapaian opini BPK atas laporan keuangan Pemda

4

Gambar 2 menunjukkan bahwa LKPD di Indonesia tahun 2008 hingga 2012
sudah mengalami perbaikan, tetapi masih belum optimal. Hal ini terlihat dari
penilaian laporan keuangan dengan predikat tertinggi yaitu Wajar Tanpa
Pengecualian yang pada tahun 2011 baru dicapai oleh 67 SKPD (12,78%) dari
keseluruhan yang berjumlah 524 SKPD. Fenomena ini diduga antara lain karena
kurangnya kemampuan sumberdaya manusia yang kompeten dalam pengelolaan
keuangan, baik secara administrasi maupun operasional.
Pemerintah Daerah yang mempunyai predikat opini laporan keuangan yang
baik diikuti kinerja pembangunan daerah yang juga baik, diharapkan dapat
menjadi contoh atau memberikan pengaruh baik bagi perekonomian serta
pembangunan di daerah lainnya. Indikator kinerja pembangunan menurut
Bappenas (2008) meliputi berberapa aspek yaitu : aspek kinerja ekonomi, kinerja
keuangan, kinerja aparatur daerah, dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Indikator kinerja pembangunan daerah yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi aspek kinerja ekonomi daerah dengan indikator PDRB per kapita, aspek
kesejahteraan masyarakat dengan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
dan aspek kinerja keuangan daerah dengan indikator proporsi belanja modal.
Adapun pengelolaan APBD meliputi variabel pendapatan dengan indikator
proporsi PAD, dan variabel belanja meliputi porsi belanja pendidikan, belanja
kesehatan, serta belanja pelayanan umum. Indikator-indikator tersebut dipilih
berdasarkan pertimbangan karena dianggap paling dekat dengan standar
kehidupan masyarakat dan mampu menggambarkan kinerja pembangunan daerah.
Daerah yang sudah mempertimbangkan kriteria belanja berkualitas
mempunyai prospek dapat mencapai kinerja pembangunan yang diharapkan,
namun sebaliknya bagi daerah yang tidak melaksanakan perencanaan dan
penganggaran dengan pertimbangan kriteria belanja berkualitas akan mengalami
hambatan dalam peningkatan pembangunan di daerahnya. Untuk meminimalisir
keadaan tersebut telah dilakukan berbagai upaya pembaharuan di bidang
pengelolaan keuangan, antara lain peningkatan profesionalisme sumber daya
manusia di bidang keuangan.

Perumusan Masalah
Dalam era kebijakan otonomi, setiap daerah didorong untuk lebih tanggap,
kreatif dan inovatif dalam menjalankan perekonomian. Dasar rujukan otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal sendiri dimulai sejak disahkannya Undang
Undang No.32/2004 dan Undang-Undang No. 33/2004 dimana Pemerintah
Daerah (Pemda) memiliki otonomi yang luas untuk mengelola sumber-sumber
ekonomi daerah secara mandiri dan bertanggung jawab, yang hasilnya ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Penerapan otonomi
daerah difasilitasi oleh Pemerintah Pusat dengan meningkatkan alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disalurkan ke daerah.
Sebagai wujud pertanggungjawaban penggunaan anggaran, setiap pengguna
anggaran berkewajiban untuk menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
yang akuntabel, transparan dan informatif sesuai dengan format yang dikeluarkan
oleh Kementerian Keuangan. Target Laporan Keuangan yang diharapkan adalah
predikat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun pada kenyataannya

5

laporan keuangan yang dibuat oleh pengguna anggaran pemerintah sampai saat ini
masih belum mencapai target yang diharapkan. Hal ini terlihat jelas dari masih
minimnya jumlah Pemda yang mempunyai predikat opini WTP. Terkait opini
BPK terhadap hasil pemeriksaan laporan keuangan Pemda, WTP merupakan
predikat terbaik, namun bukan berarti bebas dari penyimpangan. Predikat WTP
dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mewujudkan efisiensi pengelolaan
keuangan di daerah. Hal penting lain adalah implikasi opini BPK atas laporan
keuangan terhadap kesejahteraan masyarakat daerah.
Aparatur Negara sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang bertugas
dalam pengelolaan keuangan merupakan salah satu unsur utama yang mempunyai
peranan cukup penting dalam keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan di
daerah. Oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan kompetensi sehingga
dapat menghasilkan aparat yang bertanggung jawab, bermoral, profesional serta
dapat menjadi acuan bagi masyarakat di daerahnya.
Penyelenggaraan Kursus Keuangan Daerah (KKD) bertujuan meningkatkan
kompetensi aparatur pemerintah daerah dalam pemahaman kebijakan strategis
pengelolaan keuangan, pemahaman kebijakan fiskal, keterampilan teknik
operasional pengelolaan keuangan, pemahaman atas kebijakan keuangan daerah,
dan apresiasi pegawai atas peran akuntansi. Atau dapat disimpulkan bahwa KKD
ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas SDM daerah sehingga mampu
melaksanakan pengelolaan keuangan daerah secara efisien dan efektif. SDM ini
diharapkan mampu menyusun perencanaan, penganggaran, pengelolaan
pendapatan dan belanja/pembiayaan, penatausahaan/akuntansi keuangan daerah
yang berbasis anggaran dan sesuai peraturan yang berlaku, serta mempertanggung
jawabkan keuangan daerah berdasarkan prinsip good governance.
Berdasarkan penelitian Juanda et al. (2013) dijelaskan bahwa dalam
pengelolaan keuangan, setiap daerah wajib menyusun perencanaan dan
penganggaran yang disesuaikan dengan prioritas dan karakteristik daerah. Hal lain
yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan dan penganggaran ini salah
satunya adalah yang menyangkut laporan keuangan daerah yang dinilai
berdasarkan predikat opini yang diberikan BPK. Untuk mencapai opini sesuai
yang diharapkan, Pemda harus didukung oleh optimasi pemanfaatan faktor
pembangunan seperti ketersediaan sumberdaya manusia yang pintar dan
kompeten.
Kinerja daerah tidak dapat digambarkan hanya oleh opini BPK atas laporan
keuangan Pemda. Kinerja pembangunan daerah yang dicerminkan antara lain oleh
nilai PDRB per kapita, IPM dan Belanja modal juga merupakan tolok ukur
penilaian kinerja daerah. Oleh karenanya faktor yang diduga mempengaruhinya
seperti indikator penetapan alokasi belanja meliputi alokasi belanja pendidikan,
alokasi belanja kesehatan dan alokasi belanja pelayanan umum direncanakan dan
dianggarkan berdasarkan kriteria belanja berkualitas.
Terdapat beberapa wilayah yang menunjukkan keberhasilan dalam
pengelolaan keuangan di daerahnya. Hal tersebut terlihat dari indikator kinerja
pembangunan yang nilainya sudah di atas rata-rata nasional dan predikat opini
BPK juga cukup baik, yang ditandai dengan meningkatnya opini. Namun tidak
dipungkiri bahwa lebih banyak daerah yang belum mencapai kriteria tersebut.
Ada beberapa cara untuk mengukur keberhasilan daerah, diantaranya
dengan melihat seberapa besar pemerintah daerah menentukan alokasi nilai

6

belanja untuk kepentingan publik serta seberapa besar nilai belanja untuk
kepentingan publik tersebut jika dibandingkan dengan rata-rata nasional sehingga
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik secara optimal, dan apakah belanja
tersebut sudah mengacu pada kriteria belanja berkualitas.
Atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi wilayah yang mempunyai penilaian opini laporan keuangan dan
kinerja pembangunan yang baik. Selain itu juga dilakukan pengujian untuk
mengetahui apakah pelatihan KKD/KKDK dengan jumlah alumni yang cukup
banyak, dapat memberikan manfaat dalam kinerja pengelolaan keuangan daerah
dan mempunyai kontribusi serta pengaruh bagi laporan keuangan daerah. Salah
satu indikator keberhasilannya yaitu berdasarkan capaian predikat opini yang
dinilai oleh BPK. Selanjutnya juga dilakukan pengujian variabel jumlah alumni
serta variabel lain yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja pembangunan
daerah.
Dari uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik wilayah berdasarkan opini laporan keuangan dan
kinerja pembangunan daerah.
2. Seberapa besar jumlah alumni dan kinerja pembangunan daerah mempunyai
peluang mempengaruhi opini audit BPK dengan predikat WTP/WDP atas
laporan keuangan Pemda.
3. Bagaimana pengaruh jumlah alumni, pengelolaan APBD meliputi pendapatan
dan belanja, serta opini audit BPK terhadap kinerja pembangunan daerah.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
efektivitas penyelenggaraan Kursus Keuangan Daerah berkaitan dengan opini
audit BPK atas laporan keuangan serta kinerja pembangunan daerah.
Tujuan spesifik berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik wilayah berdasarkan opini audit BPK atas
laporan keuangan dan kinerja pembangunan daerah.
2. Menganalisis seberapa besar jumlah alumni dan kinerja pembangunan daerah
memberi peluang terhadap pencapaian opini audit BPK dengan predikat
WTP/WDP.
3. Mengkaji pengaruh opini BPK, jumlah alumni, serta pengelolaan APBD
meliputi pendapatan dan belanja terhadap kinerja pembangunan daerah.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memahami karakteristik wilayah
berdasarkan klasifikasi atas laporan keuangan dan kinerja pembangunan daerah
dalam rangka pengembangan ilmu pembangunan wilayah dan penyempurnaan
kebijakan pembangunan, serta memberikan informasi dan masukan bagi
pengambil kebijakan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan dan

7

efektivitas alumni KKD. Manfaat lain adalah sebagai informasi dan masukan bagi
pengambil kebijakan instansi terkait, khususnya bidang perencanaan
pembangunan daerah dalam merancang dan menentukan strategi serta kebijakan
apa yang perlu dilakukan dengan mengacu pada disiplin prioritas daerah agar
melaksanakan pengelolaan keuangan lebih optimal dengan memperhatikan
ketepatan anggaran, ketepatan pengelolaan dengan mengacu prinsip ekonomis,
efisien dan efektif. Selain itu dapat diketahui wilayah/Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) mana yang dapat dijadikan panutan dalam mengelola kinerja
daerah, dan memberi dampak positif bagi SKPD lainnya sehingga kualitas laporan
keuangan secara administrasi maupun operasional di daerah dapat mencapai
sasaran dan tujuan yang diharapkan yaitu Wajar Tanpa Pengecualian.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup 524 SKPD di 33 Provinsi. Pada
penelitian ini juga untuk mengetahui efektivitas penyelenggaraan kursus keuangan
daerah/khusus terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan dan pengaruhnya
terhadap kinerja pembangunan daerah. Tolok ukur yang digunakan adalah jumlah
alumni, opini audit BPK dan kinerja pembangunan dan pengelolaan pendapatan
serta belanja Pemda. Pengukuran kinerja pembangunan dalam penelitian ini hanya
mencakup aspek ekonomi, keuangan dan kesejahteraan masyarakat meliputi
pengukuran PDRB per kapita, proporsi belanja modal dan Indeks Pembangunan
Manusia, serta pengelolaan APBD meliputi proporsi pendapatan asli daerah,
alokasi belanja pendidikan, alokasi belanja kesehatan, dan alokasi belanja
pelayanan umum.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu
terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang
sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (View
point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat
dengan efisiensi (Muchtar, 2012). Sedangkan The Liang Gie masih dalam
Muchtar (2012) mengemukakan “efektivitas adalah keadaan atau kemampuan
suatu kerja yang dilaksanakan oleh manusia untuk memberikan hasil guna yang
diharapkan”. Dari pemaparan mengenai konsep efektivitas di atas, maka
efektivitas sesungguhnya merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
pencapaian hasil dari aktivasi tunggal maupun kolektif. Artinya dengan
menggunakan ukuran tingkat efektivitas dapat diketahui sejauh mana pengaruh
yang ditimbulkan oleh aktivasi yang dilakukan terhadap hasil (output) yang
diharapkan. Efektivitas juga berarti hubungan antara output dan tujuan, dan

8

merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari
organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan.
Efektivitas pada dasarnya mengacu pada kemampuan setiap organisasi
dengan menggambarkan keberhasilan dalam pencapaian tujuan atau efektivitas
yang dijabarkan berdasarkan kapasitas organisasi untuk memperoleh dan
memanfaatkan sumber daya yang ada dalam usaha pencapaian tujuan organisasi.
Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian
sasaran tersebut, maka dapat dikatakan semakin efektif pula unit tersebut.
Konsep efektivitas dalam pengelolaan kegiatan pelatihan menurut
Pravitasari (2008) adalah suatu ukuran keberhasilan pelatihan dalam mencapai
tujuan dari pelatihan. Untuk melihat efektivitas suatu kegiatan pelatihan dapat
dilihat dalam evaluasi pelatihan seperti pernyataan Mangkuprawira (2004) masih
dalam Pravitasari (2008) mengemukakan kriteria efektif yang digunakan untuk
mengevaluasi pelatihan berfokus pada progress dan outcome yang memperhatikan
hal-hal berikut :
1.
Reaksi peserta terhadap muatan isi dan proses pembelajaran dengan skala
dari sangat puas sampai sangat tidak puas
2.
Pengetahuan dari pembelajaran yang diperoleh melalui pengalaman
pelatihan
3.
Perubahan perilaku
4.
Hasil perbaikan terukur pada individual dan organisasi.
Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan
pengawasan keuangan daerah (PP 58/2005, pasal 1).
Semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas
menjadi sangat dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya
dan proses pengelolaan keuangan daerah pada khususnya. Untuk itu diperlukan
suatu laporan keuangan yang handal dan dapat dipercaya agar dapat
menggambarkan sumberdaya keuangan daerah berikut dengan analisis prestasi
pengelolaan sumberdaya keuangan daerah itu sendiri. Otonomi daerah harus
disadari sebagai suatu transformasi paradigma dalam penyelenggaraan
pembangunan dan pemerintahan di daerah. Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki
otonomi yang lebih luas untuk mengelola sumber-sumber ekonominya secara
mandiri dan bertanggung jawab, yang hasilnya diorientasikan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerah.
Selain itu, pemerintah pusat melakukan reformasi di bidang keuangan
negara. Reformasi di bidang keuangan tersebut mencakup semua aspek
manajemen
keuangan,
termasuk
perencanaan,
implementasi
dan
pertanggungjawaban. Kondisi tersebut mensyaratkan manajemen keuangan yang
efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
Penelitian Juanda et al. (2013) tentang regulasi pengelolaan keuangan
daerah terhadap kualitas belanja daerah menjelaskan bahwa dalam agenda
reformasi, terjadi perubahan dalam tata kelola pemerintahan yang berimplikasi
pula terhadap pengelolaan keuangan daerah.

9

Marzuki Alie. Ketua DPR RI (periode 2009-2014) mengemukakan bahwa
kendala dalam mencapai pengelolaan keuangan daerah yang efektif 1 meliputi :
1.
Kurangnya efektivitas penyusunan APBD.Terdapat beberapa hal dalam
penyusunan APBD secara tepat waktu adalah sulitnya mencapai
kesepakatan pembahasan dengan DPRD. Selain itu, sering terjadi hambatan
teknis dalam proses penyusunan APBD, karena kompleksitas proses
penganggaran berbasis kinerja.
2.
Kurangnya efektivitas pengeluaran APBD.Pengeluaran APBD mempunyai
pe-ranan yang sangat penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan Pemda.
Efektivitas pengeluaran APBD akan berpengaruh langsung terhadap
efektivitas pelayanan publik, yang pada gilirannya akan menentukan
keberhasilan pembangunan daerah. Menjaga kesinambungan antara program
dan kegiatan melalui pola belanja APBD akan menjadi tantangan tersendiri
bagi pencapaian efektivitas pengeluaran APBD.
3.
Kurangnya Akuntabilitas Laporan Keuangan Daerah. Berdasarkan hasil
pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan 524 Pemda di seluruh
Indonesia tahun 2010, hanya 14% yang mendapatkan penilaian Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).
Dalam pengelolaan keuangan seperti yang dikemukakan dalam Ikhtisar
Hasil Pemeriksaan Semester II (IHPS) pemeriksaan BPK Tahun 2012, kasus
ketidak efektifan yaitu adanya penggunaan anggaran yang tidak tepat
sasaran/tidak sesuai peruntukkan, pemanfaatan barang/jasa dilakukan tidak sesuai
dengan rencana yang ditetapkan, barang yang dibeli belum/tidak dapat
dimanfaatkan, pelaksanaan kegiatan terlambat/terhambat sehingga mempengaruhi
pencapaian tujuan organisasi, serta fungsi atau tugas instansi yang diperiksa tidak
diselenggarakan dengan baik termasuk target penerimaan tidak tercapai.
Kasus ketidak efektifan kemungkinannya terjadi karena pejabat yang
bertanggung jawab lalai, tidak cermat dalam merencanakan kegiatan dan
melaksanakan tugas, serta kurang berkoordinasi dengan pihak terkait untuk
mengupayakan pemanfaatan barang yang sudah ada secara optimal.
Penilaian Kualitas Laporan Keuangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara menyebutkan
bahwa pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah. Sedangkan laporan keuangan
adalah bentuk pertanggungjawaban sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 30, Pasal
31, dan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
1

Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah. 24 Agustus 2013.www.marzukialie.com

10

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas Laporan Keuangan (LK)
yang bertujuan memberikan keyakinan yang memadai bahwa LK telah disajikan
secara wajar dalam semua hal yang material, dan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pemeriksaan keuangan yang
dilakukan oleh BPK adalah pemeriksaan atas LK pemerintah pusat dan
pemerintah daerah serta Badan lainnya termasuk BUMN.
Dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2011 di tegaskan pula
bahwa pemeriksaan atas laporan keuangan dilakukan dalam rangka memberikan
pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan. Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa
mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
(Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara).
Adapun kriteria pemberian opini menurut Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, penjelasan pasal 16 ayat (1), opini merupakan pernyataan profesional
pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan yang didasarkan pada kriteria (a) kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan, (b) kecukupan pengungkapan
(adequate disclosures), (c)
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan , dan (d) efektivitas Sistem
Pengendalian Intern (SPI).
Menurut Undang Undang No 15 tahun 2004, terdapat empat jenis opini
yang diberikan oleh pemeriksa yaitu :
 Opini Wajar Tanpa Pengecualian – WTP (unqualified opinion); opini wajar
tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan
diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material dan informasi
keuangan dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh para pengguna
laporan keuangan.
 Opini Wajar Dengan Pengecualian – WDP (qualified opinion); opini wajar
dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan
dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material, kecuali untuk
dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan, sehingga
informasi keuangan dalam laporan keuangan yang tidak dikecualikan dalam
opini pemeriksa dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.
 Opini Tidak Wajar– TW(adverse opinion); opini tidak wajar menyatakan
bahwa laporan keuangan tidak disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam
semua hal yang material, sehingga informasi keuangan dalam laporan
keuangan tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.
 Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan
Pendapat– TMP (disclaimer of opinion); pernyataan menolak memberikan
opini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak dapat diperiksa sesuai
dengan standar pemeriksaan. Dengan kata lain, pemeriksa tidak dapat
memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, sehingga informasi keuangan dalam laporan keuangan tidak dapat
digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan
keuangan (UU No. 17 Tahun 2003, UU No. 1 Tahun 2004, dan UU No. 15 Tahun

11

2004), pemerintah daerah wajib menyusun laporan keuangan yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) disusun
berdasarkan laporan keuangan yang dibuat oleh seluruh SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah).
Terkait opini hasil pemeriksaan BPK, kategori penilaian yang paling tinggi
adalah wajar tanpa pengecualian (WTP). Wajar dalam hal ini, antara realisasi
dengan dokumen-dokumennya ada keserasian. Predikat WTP sangat penting
karena predikat ini sebagai langkah awal untuk mewujudkan efisiensi anggaran di
daerah, sehingga ke depan, alokasi anggaran benar-benar efisien, produktif dan
sebesar-besarnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
Virgasari (2009) menyatakan bahwa pendapat atau opini hasil pemeriksaan
BPK terhadap laporan keuangan dapat mempengaruhi kinerja keuangan daerah,
karena dengan adanya opini dari auditor, masyarakat akan dapat mengetahui
bagaimana kinerja keuangan pemeritah daerah, apakah dana yang dialokasikan
dari pendapatan daerah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengalokasian tersebut mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung bagi
masyarakat. Dalam menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh
lembaga lembaga pemerintah, maka diperlukan perluasan sistem pemeriksaan,
tidak sekedar conventional audit, namun perlu juga dilakukan value for money
audit (VFM audit).VFM audit ini biasa disebut juga dengan audit kinerja yang
meliputi audit ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Halim (2004) masih dalam
Virgasari (2009) juga menyatakan bahwa dengan mempertahankan tingkat
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dalam mengelola keuangannya, akan berguna
bagi pemerintah daerah dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntanbel dan
pemerintahan yang baik (good governance).

Diklat, Tujuan dan Sasaran
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 17 Tahun
2011 tanggal 18 Juli 2011, menjelaskan pengertian pendidikan dan pelatihan
adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan seorang pegawai. Diklat
membantu pegawai dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan
penerapannya, guna meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap yang
diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuannya (Advianto, 2012).
Notoatmodjo (2003:28) mengungkapkan bah