Pengamh Tingkat Kecukupan Modal, Risiko Kredit, dan Intennediasi terhadap Penyaluran Kredit, Profitabilitas dan Likuiditasi BPR di Provinsi DKI Jakarta

PENGARUH TINGKAT KECUKUPAN MODAL,
RISIKO KREDIT, DAN INTERMEDIASI
TERHADAP PENYALURAN KREDIT, PROFITABILITAS,
DAN LIKUIDITAS BPR DI PROVINSI DKI JAKARTA

EKA NURNAFIH

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Tingkat
Kecukupan Modal, Risiko Kredit, dan Intermediasi terhadap Penyaluran Kredit,
Profitabilitas, dan Likuiditas BPR di Provinsi DKI Jakarta adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Eka Nurnafih
NIM H24100059

ABSTRAK
EKA NURNAFIH. Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal, Risiko Kredit, dan
Intermediasi terhadap Penyaluran Kredit, Profitabilitas, dan Likuiditas BPR di
Provinsi DKI Jakarta. Di bawah bimbingan BUDI PURWANTO.
BPR harus meningkatkan daya saing untuk menghadapi persaingan dengan
Bank Umum atau lembaga pembiayaan lainnya dengan meningkatkan penyaluran
kredit, profitabilitas, dan likuiditas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh tingkat kecukupan modal, risiko kredit, dan intermediasi terhadap
penyaluran kredit, profitabilitas, dan likuiditas. Objek penelitian ini adalah 11
BPR di Provinsi DKI Jakarta. Metode analisis yang digunakan adalah Structural
Equation Modeling. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan modal

berpengaruh negatif secara signifikan terhadap penyaluran kredit, berpengaruh
positif secara signifikan terhadap profitabilitas dan berpengaruh positif secara
tidak signifikan terhadap likuiditas. Risiko kredit berpengaruh negatif secara tidak
signifikan terhadap penyaluran kredit, berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap profitabilitas serta berpengaruh positif secara signifikan terhadap
likuiditas. Intermediasi berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap
penyaluran kredit, berpengaruh positif secara signifikan terhadap profitabilitas,
serta berpengaruh negatif secara signifikan terhadap likuiditas.
Kata Kunci :

intermediasi, penyaluran kredit, profitabilitas, risiko kredit,
tingkat kecukupan modal

ABSTRACT
EKA NURNAFIH. Effect of Capital Adequacy Ratio, Credit Risk, and
Intermediation on Credit Distribution, Profitability, and Liquidity of BPR in DKI
Jakarta Province. Supervised by BUDI PURWANTO.
BPR should improve its competitiveness to face the competition with
commercial banks or other financial institutions to increase credit distribution,
profitability, and liquidity. The objective of this research is to determine the effect

of the capital adequacy level, credit risk, and intermediation on credit distribution,
profitability, and liquidity. The object of this research taken from eleven BPR in
DKI Jakarta Province. The analysis method in this study used Structural Equation
Modeling. This study shows that the level of capital adequacy ratio has significant
and negative effect on credit distribution, positive and significant effect on
profitability, and had unsignificant positive effect on liquidity. Credit risk has
unsignificant and negative effect on credit distribution, significant and negative
effect on profitability, and significantly positive effect on liquidity. Intermediation
has unsignificant and positive effect on credit distribution, significantly and
positive effect on profitability, but significantly negative effect on liquidity.
Key words:

Capital adequacy ratio,
intermediation, profitability

credit

distribution,

credit


risk,

PENGARUH TINGKAT KECUKUPAN MODAL,
RISIKO KREDIT, DAN INTERMEDIASI
TERHADAP PENYALURAN KREDIT, PROFITABILITAS,
DAN LIKUIDITAS BPR DI PROVINSI DKI JAKARTA

EKA NURNAFIH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi

Pengamh

Tingkat

Kecukupan

Intennediasi terhadap

Modal,

Likuiditasi BPR di Provinsi DKI Jakarta
Nama
NIM

Eka Nnaih
H24100059


Disetujui oleh

Ir Budi Purwanto, ME
Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

2 8 AUG 2014

Risiko

Kredit,

dan

Penyaluran Kredit, Profitabilitas dan


PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini adalah
keuangan, dengan judul Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal, Risiko Kredit, dan
Intermediasi terhadap Penyaluran Kredit, Profitabilitas, dan Likuiditas BPR di
Provinsi DKI Jakarta.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Budi Purwanto, M.E. selaku
dosen pembimbing, Bapak Slamet Nuryadin dan Ibu Yuyun Sutinah selaku orang
tua, serta keluarga penulis yang selalu mendukung kegiatan yang penulis lakukan.
Ucapan terimakasih juga disampaikan untuk semua dosen yang telah memberikan
ilmunya pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, seluruh
staf Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, serta Institut
Pertanian Bogor, teman-teman Manajemen 47 serta keluarga besar BEM FEM
IPB.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Eka Nurnafih


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA


5

Penelitian Terdahulu

5

METODE PENELITIAN

5

Kerangka Pemikiran

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

6

Metode pengumpulan Data


6

Metode Penarikan Sampel

7

Metode Pengolahan dan Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan dan Proyeksi Trend Kinerja BPR Provinsi DKI Jakarta
pada tahun 2011-2017
Kinerja Keuangan BPR di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011-2013

11
11
12

Analisis Partial Least Square (PLS)

14

Pengujian Model SEM

15

Implikasi Manajerial

24

SIMPULAN DAN SARAN

26

Simpulan

26

Saran

27

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

43

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Modal inti, aset, DPK, kredit, dan kredit bermasalah BPR Provinsi
DKI Jakarta tahun 2011-2013 (miliar rupiah)
Perbandingan kinerja BPR Provinsi DKI Jakarta dengan BPR skala
Nasional tahun 2011-2013
Hipotesis Penelitian
Nilai tertinggi dari rasio CAR, NPL, LDR, JK, MS, ROA, NPM,
LTA, LAD BPR di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011-2013
Nilai terendah dari rasio CAR, NPL, LDR, JK, MS, ROA, NPM,
LTA, LAD BPR di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011-2013
Nilai faktor loading setelah model diestimasi pada Bank Perkreditan
Rakyat di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011-2013
Nilai faktor loading setelah dilakukan dropping pada Bank
Perkreditan Rakyat di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012-2013
Nilai uji validitas pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi DKI
Jakarta tahun 2011-2013
Nilai uji reliabilitas pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi DKI
Jakarta tahun 2011-2013
Nilai R-Square pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi DKI
Jakarta tahun 2011-2013
Hasil Path coefficients pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi
DKI Jakarta tahun 2011-2013
Perbandingan antara hipotesis penelitian dengan hasil analisis
Structural Equation Modeling

2
3
10
12
13
16
17
17
18
18
19
24

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kerangka pemikiran penelitian
Model Structural Equation Modeling
Perkembangan dan proyeksi trend kinerja BPR Provinsi DKI
Jakarta
Model Structural Equation Modeling setelah diestimasi
Model Structural Equation Modeling setelah dilakukan dropping
Model implikasi manajerial

6
9
11
15
16
25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Penelitian terdahulu
Nama-Nama BPR di Provinsi DKI Jakarta
Analisis trend untuk tahun 2014 sampai 2017
Tabel nilai rasio keuangan BPR di Provinsi DKI Jakarta pada tahun
2011 sampai 2013

29
32
33
34

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia tentang perbankan yaitu
No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 10 tahun 1998 yang menyebutkan bahwa Bank berdasarkan
jenisnya terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Hakikatnya dalam penyaluran dana, Bank Umum bertugas melayani usaha-usaha
besar dan menengah sedangkan BPR bertugas melayani usaha mikro dan kecil.
Namun semenjak adanya Peraturan Bank Indonesia No. 14/22/PBI/2012 yang
menyebutkan bahwa Bank Umum wajib menyalurkan dananya dalam bentuk
kredit atau pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
dengan pangsa minimal 20 persen secara bertahap, membuat banyak Bank Umum
mulai fokus untuk membiayai usaha mikro dan kecil. Masuknya Bank Umum
dalam membiayai sektor UMKM membuat pesaing BPR semakin banyak.
Kondisi itu dipertegas dengan hasil penelitian yang dituangkan pada artikel Kajian
Stabilitas Keuangan No. 20 September 2013 yang menyatakan bahwa terdapat
persaingan diantara sesama BPR dalam pemberian kredit mikro dengan tingkat
persaingan yang cenderung meningkat selama periode pengamatan. Serta terdapat
pula persaingan antara BPR dan Bank Umum dalam pemberian kredit mikro
(Hafidz et al 2013).
Dalam menghadapi persaingan yang ketat tersebut, BPR harus melakukan
penguatan permodalan dan penguatan kapasitas kredit agar profitabilitas dan
likuiditas BPR terus meningkat (Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM 2011).
Pengelolaan modal oleh manajemen sangat penting dilakukan guna mendapatkan
return yang maksimal sehingga dapat meningkatkan laba. Manajemen akan
melakukan pengelolaan modal dengan memperhatikan tingkat risiko, sehingga
Capital Adequecy Ratio (CAR) merupakan rasio yang tepat untuk melihat tingkat
tingkat kecukupan modal pada BPR. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut
mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi profitabilitas (Suhardi dan Altin 2011). Penguatan permodalan pada
BPR dapat membantu BPR untuk melakukan ekspansi dan bersaing dengan bank
umum dalam hal penyaluran kredit.
Penyaluran kredit merupakan faktor yang harus diperhatikan guna
meningkatkan daya saing. Semakin besar pangsa pasar kredit yang diraih oleh
BPR maka akan semakin meningkatkan daya saing BPR dalam penyaluran kredit
mikro dan menengah. Tingkat kecukupan modal (CAR) yang tinggi menunjukkan
bahwa bank memiliki modal yang tinggi untuk bisa disalurkan pada kredit
sehingga kemungkinan akan ada peningkatan penyaluran kredit. Permodalan yang
tinggi dapat membantu bank melakukan ekspansi usaha dan leluasa untuk
menempatkan dananya dalam investasi yang menguntungkan yang akan
meningkatkan laba sehingga profitabilitaspun meningkat (Putri 2008). Namun,
disisi lain penyaluran kredit dan profitabilitaas diduga dipengaruhi juga oleh
risiko kredit yang diukur dengan Non Performing Loan (NPL) dan tingkat
intermediasi yang diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Rahim
dan Irpa (2008), NPL memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas. NPL yang

2
rendah mengindikasikan bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit cukup rendah
sehingga bank akan mengalami keuntungan. Menurut Setiadi (2010), rasio LDR suatu
bank akan mempengaruhi profitabilitas bank tersebut. Semakin besar jumlah dana
yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit maka semakin berkurang jumlah
dana yang menganggur dan penghasilan bunga yang diperoleh akan meningkat. Hal
ini tentunya akan meningkatkan LDR sehingga profitabilitas bank juga meningkat.
Peningkatan penyaluran kredit dan profitabilitas dapat meningkatkan kepercayaan
investor dan deposan sehingga mampu meningkatkan daya saing BPR di pasar
perbankan. BPR akan lebih percaya diri lagi dalam bersaing dengan Bank atau
Lembaga keuangan lainnya.
Salah satu Provinsi yang memiliki tingkat persaingan tinggi yaitu Provinsi
DKI Jakarta. DKI Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Indonesia, dimana banyak
berdiri lembaga keuangan termasuk Bank Umum. Berdasarkan Statistik
Perbankan Indonesia Volume 12 No.2 Januari 2014 terdapat 25 BPR dengan 8
kantor cabang dan 35 KPK serta 547 kantor cabang Bank Umum yang ada di
Provinsi DKI Jakarta. Data tersebut menunjukkan bahwa persaingan BPR dan
Bank Umum di Provinsi DKI Jakarta memang cukup ketat. Hal ini pastinya akan
berpengaruh pada kondisi dan kinerja BPR. Adapun kondisi BPR yang dilihat dari
jumlah modal inti, aset, kredit, dan kredit bermasalah pada BPR Provinsi DKI
Jakarta dapat terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Modal inti, aset, DPK, kredit, dan kredit bermasalah BPR Provinsi DKI
Jakarta tahun 2011-2013 (miliar rupiah)
No.
1.
2.
3.
4.

Komponen
Modal Inti
Aset
Kredit
Kredit
Bermasalah

2011

2012

2013

679 157
1 341
670

761 151
1 579
882

865 054
1 625
981

46

64

64

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, diolah (2013)
DPK : Dana Pihak Ketiga

Tabel 1 memperlihatkan bahwa modal inti, aset, kredit, dan kredit
bermasalah BPR Provinsi DKI Jakarta dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami
peningkatan. Pada Desember 2013, BPR Provinsi Jakarta merupakan Provinsi
yang memiliki aset terbesar kedelapan secara nasional yaitu mencapai 1625 miliar
rupiah. Tingkat penyaluran kredit BPR Provinsi DKI Jakarta menempati posisi
sebelas yaitu 981 miliar rupiah. Namun hal tersebut tidak diiringi dengan kondisi
kreditnya dimana BPR Provinsi Jakarta masih memiliki jumlah kredit bermasalah
yang tinggi yaitu sebesar 64 miliar rupiah. Selain itu, kinerja BPR di Provinsi DKI
Jakarta dibandingkan dengan kinerja BPR secara nasional dapat dilihat pada Tabel
2.

3
Tabel 2

Perbandingan kinerja BPR Provinsi DKI Jakarta dengan BPR skala
Nasional tahun 2011-2013
DKI Jakarta (%)
Nasional (%)
Rasio
No.
Keuangan
2011
2012
2013
2011
2012
2013
1. CAR
20.25
17.75
18.59 28.68 27.55 28.50
2. LDR
66.82
69.53
88.10 78.54 78.63 84.20
3. NPL
6.54
7.28
6.71
5.22
4.75
4.43
4. ROA
1.07
1.34
1.57
3.32
3.46
3.43
5. ROE
12.74
16.56
7.73 29.46 32.63 32.24
6. Pertumbuhan
18.15
26.08
11.24 21.44 21.21 18.78
Kredit

Sumber : Website resmi Bank Indonesia, diolah (2013)

Tabel 2 memperlihatkan bahwa nilai CAR Provinsi DKI Jakarta
menunjukan trend menurun pada tahun 2011 sampai tahun 2012 namun
mengalami peningkatan pada tahun 2013. Nilai LDR dan ROA menunjukan trend
yang meningkat dari tahun 2011 sampai 2013. Sedangkan nilai NPL, ROE, dan
Pertumbuhan kredit menunjukan trend meningkat dari tahun 2011 ke tahun 2012
namun mengalami penurunan pada tahun 2013. Secara keseluruhan, kinerja BPR
Provinsi DKI Jakarta berada di bawah rata-rata kinerja BPR skala Nasional. Nilai
CAR menunjukan bahwa kemampuan permodalan BPR Provinsi DKI Jakarta
masih dibawah rata-rata kemampuan permodalan BPR skala Nasional. Nilai ROA
dan ROE menunjukan bahwa tingkat profitabilitasnya masih rendah. Sementara
nilai NPL memperlihatkan bahwa tingkat risiko kreditnya tinggi. Kinerja BPR
DKI Jakarta tahun 2011 dan 2012 menunjukan bahwa nilai ROE, ROA, dan
Pertumbuhan Kredit meningkat saat nilai CAR menurun dan NPL serta LDR
meningkat. Pada tahun 2012 dan 2013 ketika nilai CAR dan LDR naik sedangkan
NPL menurun ternyata pertumbuhan kredit dan nilai ROE pun menurun. Oleh
sebab itu, perlu diketahui bagaimanakah sebenarnya pengaruh tingkat kecukupan
modal, risiko kredit, dan intermediasi terhadap penyaluran kredit dan tingkat
profitabilitas guna meningkatkan daya saing di industri perbankan. Namun untuk
menambah kekuatan BPR perlu diketahui juga bagaimana pengaruhnya terhadap
likuiditas. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat kecukupan modal, Risiko Kredit, Dan
Intermediasi Terhadap Penyaluran Kredit, Profitabilitas, Dan Likuiditas BPR di
Provinsi DKI Jakarta”

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, diketahui bahwa pada BPR
Provinsi DKI Jakarta ketika nilai CAR meningkat, NPL dan LDR menurun,
pertumbuhan kredit dan ROE justru mengalami penurunan. Hal ini berbeda
dengan yang dikemukan oleh Suharti dan Altin (2011), Rahim dan Irpa (2008)
serta Setiadi (2010) pada latar belakang di atas. Sehingga perumusan masalah
pada penelitian ini yaitu :

4
1. Bagaimana pengaruh tingkat kecukupan modal terhadap penyaluran kredit,
profitabilitas, dan likuiditas BPR di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011
sampai 2013 ?
2. Bagaimana pengaruh risiko kredit terhadap penyaluran kredit, profitabilitas,
dan likuiditas BPR di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 sampai 2013 ?
3. Bagaimana pengaruh intermediasi terhadap penyaluran kredit, profitabilitas,
dan likuiditas BPR di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 sampai 2013 ?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan,
maka tujuan penelitian yang diharapkan antara lain :
1. Menganalisis pengaruh tingkat kecukupan modal terhadap penyaluran kredit,
profitabilitas, dan likuiditas BPR di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011
sampai 2013.
2. Menganalisis pengaruh risiko kredit terhadap penyaluran kredit, profitabilitas,
dan likuiditas BPR di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 sampai 2013.
3. Menganalisis pengaruh intermediasi terhadap penyaluran kredit, profitabilitas,
dan likuiditas BPR di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 sampai 2013.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak,
antara lain :
1. Bagi Bank Indonesia serta BPR terkait, hasil penelitian ini dapat dijadikan
informasi, masukan, serta evaluasi tentang kinerja BPR dan kemampuannya
menghadapi risiko dan persaingan.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan serta memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan.
3. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan referensi apabila
mengangkat topik penelitian yang sejenis.
4. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan sebagai
sarana untuk menerapkan ilmu manajemen yang telah diperoleh selama
menempuh pendidikan.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada mengidentifikasi nilai tingkat kecukupan modal,
risiko kredit, intermediasi, penyaluran kredit, profitabilitas, dan likuiditas BPR di
Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 sampai 2013. Penelitian ini juga meneliti
pengaruh tingkat kecukupan modal, risiko kredit, dan intermediasi terhadap
penyaluran kredit, profitabilitas, dan likuiditas. Adapun rasio yang mencerminkan
tingkat kecukupan modal yaitu Capital Adequecy Ratio (CAR), risiko kredit
diukur dengan Non Performing Loan (NPL), Intermediasi diukur dengan Loan to
Deposit Ratio (LDR), profitabilitas diukur dengan Return on Asset (ROA), Return

5
on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM), likuiditas dinilai dengan Liquid
Assets to Total Assets Ratio (LTA) dan Liquid Asset to Deposits Ratio (LAD),
sedangkan penyaluran kredit dinilai oleh Jumlah Kredit (JK), Pertumbuhan Kredit
(PK) dan Market Share pada kredit (MS).

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik
penelitian diantaranya yaitu menurut Riski Agustiningrum (2013) dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan” menyatakan bahwa CAR berpengaruh
tidak signifikan terhadap profitabilitas, NPL berpengaruh negatif signifikan
terhadap profitabilitas sedangkan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap
profitabilitas. Hasil penelitian Hiras dan Rosa (2011) yang berjudul “Analisis
Tingkat Kecukupan Modal dan Loan To Deposit Ratio terhadap Profitabilitas”
menyatakan bahwa secara simultan dan parsial CAR dan tingkat LDR memiliki
pengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian Febrianto (2013)
mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga, LDR, NPL, CAR, ROA, dan BOPO
terhadap penyaluran kredit menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif
signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit sedangkan NPL dan CAR masingmasing tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit.
Penelitian Guspiat (2008) yang berjudul Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap
Profitabilitas (Studi Kasus pada Bank Syari’ah Mandiri tahun 2004 – 2007)
dengan variabel dependen ROA dan variabel independen LTA dan LAD
menyimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen. LTA berpengaruh positif terhadap ROA sedangkan LAD berpengaruh
negatif terhadap ROA. Adapun penelitian terdahulu lainnya dapat dilihat pada
Lampiran 1.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Adanya peraturan Bank Indonesia No.14/22/PBI/2012 membuat persaingan
yang dihadapi oleh BPR semakin meningkat khususnya di Provinsi Jakarta tempat
Bank Umum bernaung. Kondisi ini membuat BPR harus memiliki kekuatan untuk
menghadapi persaingan agar BPR terus tumbuh dan memiliki kelangsungan hidup
bisnis yang lama. Beberapa caranya yaitu dengan memperkuat permodalan,
memperhatikan tingkat risiko kredit dan tingkat intermediasi sehingga dapat
meningkatkan kapasitas penyaluran kredit, profitabilitas, dan likuiditas. Tingkat
penyaluran kredit, profitabilitas, dan likuiditas yang tinggi merupakan salah satu
alat yang bisa meningkatkan competitive value dan bargaining position pada BPR.

6
Peraturan Bank Indonesia No. 14/22/PBI/2012

Persaingan yang dihadapi BPR semakin meningkat

Bank Perkreditan Rakyat

Pengelolaan modal, risiko kredit dan tingkat intermediasi BPR untuk meningkatkan
penyaluran kredit, profitabilitas, dan likuditas guna meningkatkan daya saing BPR

Laporan Keuangan BPR di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 sampai 2013

CAR

NPL

Tingkat
kecukupan

LDR

Intermediasi

JK

PK
P

Penyaluran
Kredit

MS

ROE

ROA

NPM

Profitabilitas

LAD

LTA

Likuiditas

Risiko Kredit

Structural Equation Modelling (SEM)

Pengaruh Tingkat kecukupan modal, Risiko Kredit dan Intermediasi terhadap
Penyaluran Kredit, Profitabilitas, dan Likuiditas

Rekomendasi Langkah Strategis

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Provinsi DKI
Jakarta dengan menganalisis laporan keuangan 25 BPR (lampiran 2) dari tahun
2011 sampai 2013. Data tersebut diambil melalui website resmi Bank Indonesia
dan Otoritas Jasa Keuangan. Waktu penelitian dimulai sejak bulan Maret 2014
sampai Juni 2014.

Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan pada penelitian merupakan data sekunder yaitu
data laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa

7
keuangan yang berasal dari masing-masing BPR di Provinsi DKI Jakarta. Data
lainnya berasal dari buku, skripsi, thesis, jurnal penelitian, internet, serta tulisantulisan lainnya yang berhubungan dengan topik yang dibahas.

Metode Penarikan Sampel
Sampel dipilih berdasarkan purposive sampling yaitu BPR yang memiliki
data laporan keuangan lengkap dari mulai laporan neraca, laporan laba rugi, dan
laporan informasi lainnya. Serta memiliki modal inti di bawah 10 miliar rupiah
dari tahun 2011 sampai 2013. BPR yang tidak memiliki data laporan lengkap serta
BPR yang memiliki modal inti di atas 10 miliar rupiah pada periode tersebut akan
dihilangkan dari sampel penelitian ini. Hingga akhirnya, dari 25 BPR dipilih
sebanyak 11 BPR yang ada di Provinsi DKI Jakarta.
.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari sumber diolah menggunakan microsoft excel untuk
mendapatkan nilai rasio yang diinginkan. Setelah itu data dianalisis menggunakan
metode Structural Equetion Model (SEM) dengan bantuan aplikasi Smart PLS.
Adapun rincian perhitungannya sebagai berikut :
1.

Capital Adequecy Ratio (CAR)
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva
bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank,
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. CAR
juga berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko
(Dendawijaya 2005).
CAR=

2.

x 100% ................................................. (1)

Non Performing Loan (NPL)
Rasio ini menunjukan presentase kredit atau pembiayaan yang macet
pada suatu bank juga menunjukan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah. Semakin kecil NPL semakin baik kondisi bank
tersebut. Suatu bank dikatakan baik apabila memiliki nilai NPL dibawah 5
persen. Sesuai SE BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 rasio NPL
dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPL =

3.

Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

Total Kredit Bermasalah
total kredit

x 100% ....................................................... (2)

Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio ini digunakan untuk menilai tingkat intermediasi suatu bank
dalam mengelola dana yang dihimpunnya untuk disalurkan dalam bentuk
kredit. Selain itu rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank

8
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan.
LDR =
4.

total kredit

Total Dana yang Dihimpun

x 100%

.................................................. (3)

Return on Equity (ROE)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola modal yang ada untuk mendapatkan net income. Rasio ini
merupakan perbandingan laba bersih bank dengan modal sendiri.
Laba Bersih

5.

ROE = Modal Sendiri x 100% ....................................................................... (4)

Return on Asset (ROA)
Return on total Asset (ROA) atau yang sering juga disebut dengan
Return on Investment merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan
aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin
baik keadaan perusahaan.
ROA =

6.

Laba Bersih

Pendapatan Operasional

x 100%.........................................................(6)

Aset Likuid
Total Aset

� 100%........................................................................... (7)

Liquid Assets to Deposit Ratio (LAD)
Rasio ini dapat dijadikan ukuran untuk menilai kemampuan bank dalam
memenuhi likuiditas akibat adanya penarikan dana oleh pihak ketiga.
LAD =

9.

x 100% ..................................................... (5)

Liquid Assets to Total Assets Ratio (LTA)
Rasio ini menggambarkan porsi aktiva lancar (liquid assets) atas total
aktiva (total assets). Semakin besar LTA maka kemampuan bank untuk
memenuhi kewajibannya akan semakin baik.
LTA =

8.

Total Aktiva

Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh bank
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.
NPM =

7.

Laba bersih sesudah pajak

Aset Likuid

Total Deposit

� 100%........................................................................ (8)

Jumlah Kredit yang diberikan (JK)
Seberapa besar dana yang dikeluarkan untuk disalurkan pada kredit.
Satuan untuk jumlah kredit adalah rupiah, namun pada penelitian ini nilai
jumlah kredit di logaritma naturalkan agar menghasilkan nilai yang lebih
kecil yang mendekati nilai indikator-indikator lainnya.

9

JK = ln (Jumlah Kredit yang diberikan) .................................................. (9)
10. Pertumbuhan Kredit (PK)
Pertumbuhan Kredit adalah seberapa besar perubahan kredit saat ini
terhadap kredit sebelumnya.
PK =

Jumlah kredit saat ini − jumlah kredit sebelumnya
jumlah kredit sebelumnya

x 100% ...................... (10)

11. Market Share Kredit (MS)
Market share kredit adalah seberapa besar perbandingan kredit BPR
terkait terhadap kredit BPR se-Jakarta. Market Share kredit melihat seberapa
besar pangsa pasar kredit yang dimiliki oleh BPR tersebut.
MS =

Total Kredit BPR terkait

Total Kredit BPR se−Jakarta

x 100% .................................................... (11)

Setelah nilai semua rasio tersebut didapatkan, selanjutnya data dianalisis
dengan metode analisis kuantitatif yaitu metode Structural Equation Modeling
(SEM) - Partial Least Squares (PLS) dengan bantuan aplikasi SmartPLS 2.0. PLS
merupakan metode analasis yang powerfull dan sering disebut juga soft modeling
karena sering meniadakan asumsi-asumsi OLS (Ordinary Least Squares) regresi,
seperti data yang terdistribusi normal secara multivariate dan tidak adanya
problem multikolonieritas antar variabel endogen (Wold 1985). Pada Analisis
PLS-SEM data diolah melalui dua sub model yaitu model pengukuran atau outer
model dan model struktural atau yang disebut inner model. Adapun model SEM
yang akan diuji disajikan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2 Model Structural Equation Modeling

10
Dari gambar diatas diketahui bahwa model SEM ini terdiri dari Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio
(LDR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin
(NPM), Liquid Assets to Total Assets Ratio (LTA), Liquid Assets to Deposits
Ratio (LAD), Jumlah Kredit (JK), Pertumbuhan Kredit (PK) dan Market Share
(MS). Berdasarkan indikator tersebut, maka penulis menentukan hipotesis yang
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hipotesis penelitian
H0
Ha 1

H0
Ha 2

H0
Ha 3

H0
Ha 4

H0
Ha 5

H0
Ha 6

H0
Ha 7

H0
Ha 8

H0
Ha 9

Hipotesis
Tingkat kecukupan modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penyaluran kredit
Tingkat kecukupan modal berpengaruh secara signifikan terhadap
penyaluran kredit
Tingkat kecukupan modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas
Tingkat kecukupan modal berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas
Tingkat kecukupan modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
likuiditas
Tingkat kecukupan modal berpengaruh secara signifikan terhadap
likuiditas
Tingkat risiko kredit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penyaluran kredit
Tingkat risiko kredit berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran
kredit
Tingkat risiko kredit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas
Tingkat risiko kredit berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas
Tingkat risiko kredit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
likuiditas
Tingkat risiko kredit berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas
Tingkat intermediasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penyaluran kredit
Tingkat intermediasi berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran
kredit
Tingkat intermediasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas
Tingkat intermediasi berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas
Tingkat intermediasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
likuiditas
Tingkat intermediasi berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas

11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan dan Proyeksi Trend Kinerja BPR Provinsi DKI Jakarta
pada Tahun 2011 sampai 2017
Berdasarkan hasil analisis trend pendahuluan seperti yang dijelaskan pada
latar belakang maka dilakukanlah analisis forecasting atau proyeksi trend untuk
empat tahun yang akan datang yaitu untuk tahun 2014 sampai 2017. Adapun
perkembangan dan proyeksi trend kinerja BPR Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat
pada Gambar 3.

Nilai rasio

Proyeksi Trend
1.400
1.300
1.200
1.100
1.000
0.900
0.800
0.700
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
-0.100

CAR
LDR
NPL
ROA
ROE
Pertumbuhan Kredit

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Gambar 3 Perkembangan dan Proyeksi Trend Kinerja BPR Provinsi DKI Jakarta
Gambar 3 memperlihatkan bahwa pada tahun 2014 sampai 2017, CAR
berada di atas 0.1 atau 10 persen yang berarti CAR berada diatas 8 persen. Hal ini
mengasumsikan bahwa BPR Provinsi DKI Jakarta masih mampu menutupi
penurunan aktiva yang terjadi akibat adanya kerugian-kerugian yang disebabkan
oleh aktiva berisiko. Namun trend mengalami penurunan sehingga BPR harus
terus mempertahankan modal dan mengawasi aktiva tertimbang yang
mengandung risiko agar CAR tetap berada di atas 8 persen. Proyeksi trend LDR,
NPL, pertumbuhan kredit, dan ROA menunjukkan nilai yang meningkat. Trend
tersebut meramalkan bahwa kinerja BPR dalam mengelola dana yang
dihimpunnya ke dalam penyaluran kredit akan semakin baik. Jumlah kredit
bermasalah dari tahun 2014 sampai tahun 2017 diprediksikan akan mengalami
kenaikan. Jumlah penyaluran kredit diramalkan akan selalu meningkat dan jumlah
peningkatan kreditnya pun akan lebih besar dari peningkatan kredit sebelumnya.

12
Selain itu, kemampuan BPR untuk mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan aset diramalkan akan semakin baik. Proyeksi trend ROE
memperlihatkan adanya penurunan bahkan mencapai nilai negatif. Kondisi
tersebut mengasumsikan bahwa kemampuan BPR untuk mendapatkan keuntungan
dengan memanfaatkan modal sendiri semakin menurun. Nilai ROE yang negatif
menunjukan bahwa pada tahun 2017 diprediksikan bahwa laba yang dimiliki BPR
Provinsi DKI Jakarta bernilai negatif. Adapun nilai proyeksi trend masing-masing
rasio dapat dilihat pada Lampiran 3.

Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2012 sampai 2013
Penelitian terhadap perusahaan dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan yang merefleksikan tingkat kecukupan modal, tingkat risiko kredit,
tingkat intermediasi, tingkat penyaluran kredit, tingkat profitabilitas, dan tingkat
likuiditas. Kondisi kinerja keuangan BPR di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011
sampai 2013 dapat dilihat melalui nilai rasio-rasio keuangan pada Lampiran 4.
nilai tertinggi untuk masing-masing rasio dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai tertinggi dari rasio CAR, NPL, LDR, JK, MS, ROA, NPM, LTA,
LAD BPR di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011-2013
Rasio
Nama BPR
Bulan-Tahun
Nilai
CAR
PT BPR Mora
Maret 2013
3.942
NPL
PT BPR Mora
Maret 2013
1.000
LDR
PT BPR Anugerah Artha Sentosa Desember
1.090
Prima
2012
JK
PT Bina Dana Cakrawala
Maret 2013
24.933
MS
PT Multi Sembada Dana
Desember
0.073
2011
ROA
PT BPR Anugerah Artha Sentosa Desember
0.655
Prima
2012
NPM
PT BPR Mora
Maret 2013
6.954
LTA
PT BPR Mora
Maret 2013
0.972
LAD
PT BPR Mora
Maret 2013
1.073
Tabel 4 menunjukkan bahwa BPR Mora memiliki nilai CAR tertinggi yaitu
pada Maret 2013. BPR Mora memiliki nilai CAR sebesar 3.942 artinya BPR
tersebut memiliki tingkat kecukupan modal sebesar 394 persen. Kondisi ini
mencerminkan bahwa BPR tersebut memiliki kemampuan yang sangat besar yaitu
dari modal yang dimiliki untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
adanya kerugian yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Namun kondisi ini
sangat perlu diperhatikan karena dikhawatirkan adanya dana yang mengendap
yang tidak memberikan tambahan pendapatan karena tidak digunakan untuk
kegiatan operasional apapun. Selain itu BPR Mora juga memiliki nilai NPL
tertinggi yaitu pada Maret 2013 sebesar 1.000 atau 100 persen. Hal ini

13
mencerminkan bahwa pada BPR Mora hampir seluruh kredit yang disalurkan
menghasilkan kredit yang bermasalah baik berupa kredit kurang lancar, kredit
diragukan, ataupun kredit macet. Tingginya NPL ini dikarenakan perbandingan
jumlah kredit bermasalah dengan total jumlah kredit yang disalurkan sangat besar.
BPR yang memiliki nilai LDR tertinggi yaitu BPR Anugerah Artha Sentosa Prima
pada bulan Desember 2012. Nilai LDR BPR Anugerah Artha Sentosa Prima
mencapai 109 persen. Hal ini mencerminkan bahwa jumlah kredit yang diberikan
bank lebih besar dari pada jumlah dana yang diterima oleh bank. Selain itu nilai
LDR yang tinggi juga menunjukan tingginya kemampuan bank untuk
memanfaatkan dana yang diterimanya ke dalam kegiatan penyaluran kredit.
BPR yang memiliki jumlah penyaluran kredit (JK) tertinggi adalah BPR
Bina Dana Cakrawala pada Maret 2013 sebesar 24.933. BPR yang memiliki
market share kredit (MS) terbesar yaitu PT Multi Sembada Dana pada bulan
desember 2013 dengan nilai 0.073. Hal tersebut terjadi karena BPR terkait
menyalurkan dananya untuk kredit lebih besar dibandingkan dengan BPR lainnya.
BPR yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah BPR Anugerah Artha Sentosa
Prima sebesar 0.655 yang berarti bank mampu mengelola setiap asetnya Rp 1
untuk menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.655. Semakin tinggi ROA maka
bank semakin mampu mendayagunakan aset yang dimiliki dengan baik untuk
mendapatkan keuntungan. Demikian pula nilai NPM tertinggi yang diraih oleh
BPR Mora sebesar 6.954 yang berarti dari penjualan sebesar Rp 1 bank mampu
memperoleh laba bersih sebesar Rp 6.954. BPR yang memiliki nilai LTA tertinggi
yaitu sebesar 0.972 adalah BPR Mora pada bulan Maret 2013. Nilai LTA yang
tinggi mencerminkan bahwa sebagian besar aset yang dimiliki bank tersebut
merupakan aset yang likuid. Sedangkan nilai LAD tertinggi diraih oleh BPR Mora
pada bulan Maret 2013 sebesar 1.073 yang artinya bank memiliki kemampuan
yang cukup baik dalam likuditas akibat adanya penarikan dana oleh pihak ketiga.
Sedangkan untuk nilai terendah dari masing-masing rasio dapat dilihat pada Tabel
5.
Tabel 5 Nilai terendah dari rasio CAR, NPL, LDR, JK, MS, ROA, NPM, LTA,
dan LAD BPR di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011-2013
Rasio
Nama BPR
Bulan-Tahun
Nilai
CAR
PT BPR Multi Sembada Dana Desember 2012
0.008
NPL
PT BPR Mora
Juni 2013 – Desember
0.000
2013
LDR
PT BPR Haneda Mitra Usaha September 2013
0.065
MS
PT BPR Mora
Maret 2013
0.000
JK
PT BPR Mora
Maret 2013
19.418
ROA
PT BPR Mora
Desember 2012
-1.163
NPM
PT BPR Mora
Juni 2012
-20.117
LTA
PT BPR Anugerah Artha September 2011
0.005
Sentosa Prima
LAD
PT BPR Anugerah Artha September 2011
0.006
Sentosa Prima
Tabel 5 menunjukan bahwa BPR yang memiliki nilai CAR terendah adalah
BPR Multi Sembada Dana pada Maret 2013 sebesar 0.008 atau 8 persen. Kondisi

14
ini sesuai dengan persyaratan BI yang mengharuskan BPR memiliki nilai CAR
minimum delapan persen. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa BPR Multi
Sembada Dana memiliki kemampuan yang cukup untuk membiayai seluruh aktiva
yang mengandung risiko menggunakan modal yang dimilikinya. BPR yang
memiliki nilai NPL terendah yaitu BPR Mora sebesar 0.000 atau nol persen yang
artinya seluruh kredit yang disalurkan oleh BPR tersebut merupakan kredit lancar
dan tidak ada satupun yang merupakan kredit bermasalah. BPR yang memiliki
nilai LDR terendah yaitu BPR Haneda Mitra Utama pada bulan September 2012.
Nilai LDR BPR Haneda Mitra Utama sebesar 0.065 atau 6.5 persen. Hal ini
mencerminkan bahwa jumlah kredit yang diberikan bank sangat kecil dibandingan
jumlah dana yang diterima oleh bank. Selain itu nilai LDR yang rendah
menunjukan rendahnya kemampuan bank untuk memanfaatkan dana yang
diterimanya ke dalam kegiatan penyaluran kredit.
BPR yang memiliki jumlah kredit dan market share kredit terendah adalah
BPR Mora sebesar 19.418 dan 0.000. Hal tersebut terjadi karena BPR terkait
menyalurkan dananya untuk kredit lebih kecil dibandingkan dengan BPR lainnya.
BPR yang memiliki nilai ROA dan NPM terendah adalah BPR Mora. BPR
tersebut memiliki nilai ROA sebesar -1.163 dan nilai NPM sebesar -20.117. Nilai
ROA yang negatif dikarenakan bank memiliki laba yang negatif. Selain itu, nilai
ROA yang kecil dikarenakan bank memiliki perbandingan antara laba dan jumlah
aset yang relatif kecil. Sedangkan nilai NPM yang kecil dikarenakan bank
memiliki perbandingan yang kecil antara laba bersih dengan pendapatan
operasional yang didapat dari kegiatan operasional bank. BPR yang memiliki nilai
likuiditas terendah yaitu BPR Anugerah Artha Sentosa Prima dengan nilai LTA
sebesar 0.005 dan nilai LAD sebesar 0.006. Dari nilai LTA yang rendah
menyatakan bahwa bank hanya memiliki sedikit aset yang likuid dari total aset
yang dimiliki oleh bank tersebut. Sedangkan nilai LAD yang rendah menyatakan
bahwa kemampuan bank dalam likuiditas akibat adanya penarikan dana pihak
ketiga masih tergolong rendah.

Analisis Partial Least Square (PLS)
Pada penelitian kali ini, pengujian model dilakukan dengan menggunakan
metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan alat analisis yaitu SmartPLS.
Terdapat enam variabel laten yaitu Tingkat kecukupan modal (KEC.MODAL),
Risiko Kredit (RISK.KREDIT), Intermediasi (INTERMEDIASI), Profitabilitas
(PROFITABILITAS), Likuditas (LIKUIDITAS), dan Penyaluran Kredit
(PENY.KREDIT). Masing-masing variabel laten memiliki variabel manifest
sebagai indikator yang merefleksikan variabel laten tersebut. Untuk variabel laten
Tingkat kecukupan modal (KEC.MODAL) hanya memiliki satu variabel manifest
yaitu Capital Adequecy Ratio (CAR). Risiko Kredit (RISK.KREDIT)
direfleksikan dengan Non Performing Loan (NPL). Intermediasi dicerminkan oleh
Loan to Deposits Ratio (LDR). Profitabilitas (PROFITABILITAS) memiliki tiga
variabel manifest yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net
Profit Margin (NPM). Likuiditas (LIKUIDITAS) memilik dua variabel manifest
yaitu Liquid Assets to Total Assets Ratio (LTA) dan Liquid Assets to Deposit
Ratio (LAD). Dan untuk variabel laten Penyaluran Kredit memiliki tiga variabel

15
manifest yaitu Jumlah Kredit (JK), Pertumbuhan Kredit (PK), dan Market Share
Kredit (MS).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
variabel yang tidak bisa diukur secara langsung yaitu tingkat kecukupan modal,
Risiko Kredit, dan Intermediasi terhadap profitablitas, likuiditas, dan penyaluran
kredit.
Pengujian Model SEM
Model evaluasi PLS dilakukan dengan menilai outer model dan inner model.
Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas
dan reliabilitas model serta menunjukan bagaimana variabel manifest
merepresentasikan variabel laten untuk diukur. Sedangkan evaluasi model
struktural atau inner model dilakukan untuk memprediksi hubungan antar variabel
laten.

Model Pengukuran (Outer Model)
Pada penelitian ini indikator yang digunakan adalah indikator reflektif.
Outer model dengan indikator reflektif dievaluasi melalui validitas convergent dan
discriminant dari indikator pembentuk kontruks laten dan composite reliability
serta cronbach alfa untuk blok indikatornya. Uji validitas convergent indikator
reflektif dapat dilihat dari nilai faktor loading dari setiap indikator konstruk,
dimana nilainya harus melebihi 0.7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory
dan 0.6 – 0.7 untuk penelitian yang bersifat exploratory serta nilai Average
Variance Extracted (AVE) dan Communality-nya harus lebih besar dari 0.5
(Lataan dan Ghozali, 2012). Sehingga indikator yang memiliki nilai loading faktor
kurang dari 0.7 akan dihilangkan dalam penelitian ini. Tahap pertama yaitu
dengan membuat model SEM seperti pada Gambar 3. Lalu model diestimasi
sehingga menghasilkan nilai faktor loading. Adapun model setelah diestimasi
seperti pada Gambar 3.

Gambar 4 Model Structural Equation Modeling setelah diestimasi

16
Dari Gambar 4 di atas dapat diketahui langsung nilai loading factor, namun
lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil “report html” yang memaparkan nilai faktor
loading seperti pada Tabel 6.
Tabel 6

Nilai faktor loading setelah model diestimasi pada Bank Perkreditan
Rakyat di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011-2013
Konstruk
Indikator
Nilai Faktor Loading
KEC. MODAL
CAR
1.000
RISK. KREDIT
NPL
1.000
INTERMEDIASI
LDR
1.000
JK
0.965
PENY. KREDIT
MS
0.892
PK
-0.017
ROA
0.956
PROFITABILITAS
ROE
-0,054
NPM
0.949
LTA
1.000
LIKUIDITAS
LAD
1.000

Tabel 6 menunjukkan nilai faktor loading CAR, NPL, LDR, JK, MS, ROA,
NPM, LTA, dan LAD lebih dari 0.7 sehingga semua indikator dinyatakan dapat
merefleksikan masing-masing konstruknya. Sedangkan nilai faktor loading PK
dan ROE kurang dari 0.7 yang berarti indikator tersebut tidak dapat merefleksikan
konstruknya sehingga harus dihapuskan dari penelitian ini.
Setelah dilakukan Drop Out terhadap indikator yang tidak reflektif maka
dihasilkan model akhir SEM seperti pada Gambar 5.

Gambar 5 Model Structural Equation Modeling setelah dilakukan dropping

17
Dari Gambar 5 diatas dapat dilihat nilai loading factor setelah dilakukan
dropping, namun lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil “report html” yang
memaparkan nilai loading factor seperti pada Tabel 7.
Tabel 7 Nilai faktor loading setelah dilakukan dropping pada Bank Perkreditan
Rakyat di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011-2013
Konstruk
Indikator
Nilai Faktor Loading
KEC. MODAL
CAR
1.000
RISK. KREDIT
NPL
1.000
INTERMEDIASI
LDR
1.000
JK
0.965
PENY. KREDIT
MS
0.894
ROA
0.956
PROFITABILITAS
NPM
0.948
LTA
1.000
LIKUIDITAS
LAD
1.000
Dari tabel di atas diketahui semua indikator memiliki nilai faktor loading lebih
dari 0.7 yang berarti indikator-indikator tersebut valid dan mampu merefleksikan
konstruknya. Selain dari nilai faktor loading, uji validitas dapat dilihat dari nilai
AVE dan Communality seperti pada Tabel 8.
Tabel 8

Nilai uji validitas pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2011-2013
KONSTRUK
AVE
Communality
KEC.MODAL
1.000000
1.000000
RISK. KREDIT
1.000000
1.000000
INTERMEDIASI
1.000000
1.000000
PENY.KREDIT
0.854492
0.854492
PROFITABILITAS
0.897450
0.897450
LIKUIDITAS
0.999557
0.999557

Tabel 8 memperlihatkan nilai AVE dan Communality yang dihasilkan oleh
konstruk lebih dari 0.5 sehingga semua konstruk dinyatakan memenuhi
persyaratan validitas konvergen.
Selain uji validitas, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk untuk
membuktikan keakuratan, kekonsistenan, dan ketepatan instrumen dalam
mengukur konstruk. Nilai pengujian ini dapat dilihat dari nilai cronbach’s alfa
dan composite reliability yang harus lebih dari 0.7 untuk penelitian yang bersifat
konfirmatori. Nilai uji reliabilitas BPR di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada
Tabel 9.

18
Tabel 9

Nilai uji reliabilitas pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2011-2013
KONSTRUK

Composite Reliability

Cronbachs Alpha

1.000000
1.000000
1.000000
0.927811
0.951154
0.999778

1.000000
1.000000
1.000000
0.854492
0.897450
0.999557

KEC.MODAL
RISK. KREDIT
INTERMEDIASI
PENY.KREDIT
PROFITABILITAS
LIKUIDITAS

Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai cronbachs alpha dan nilai composite reliability
lebih dari 0.7 sehingga semua konstruk dapat dinyatakan reliabel.

Model Struktural (Inner Model)
Untuk memprediksi hubungan antar variabel laten digunakan evaluasi
model struktural atau inner model. Inner model dievaluasi dengan melihat
besarnya presentase variance yang dijelaskan dengan melihat nilai R-Square untuk
konstruk laten endogen, Stone Geisser Test untuk menguji prediktive relevance,
dan Average Variance Extracted (AVE) untuk predictivenness dengan
menggunakan prosedur resampling seperti jackknifing dan boothstrapping untuk
memperoleh stabilitas dari estimasi (Latan dan Ghozali, 2012)
Tabel 10 Nilai R-Square pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi DKI Jakarta
pada tahun 2011-2013
R Square
LIKUIDITAS
0.961417
PENY. KREDIT
0.686246
PROFITABILITAS
0.416313
Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan modal, risiko kredit dan
intermediasi dapat menjelaskan LIKUIDITAS sebesar 96.14 persen dan sisanya
3.86 persen dijelaskan oleh variabel lain. Tingkat kecukupan modal, risiko kredit
dan intermediasi dapat menjelaskan PENYALURAN KREDIT sebesar 68.63
persen dan sisanya 31.37 persen dijelaskan oleh variabel lain. Tingkat kecukupan
modal, risiko kredit dan intermediasi dapat menjelaskan PROFITABILITAS
sebesar 41.63 persen dan sisanya sebesar 58.37 persen dijelaskan oleh variabel
lain.
Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, selanjutnya dilakukan
bootstrapping. Dari hasil boothstrapping didapatkan nilai Path Coefficients yang
salah satunya berisi original sample (O) dan T Statistics seperti pada Tabel 11.
Dimana apabila nilai T-Statistik lebih besar dari T Table yaitu 1.96 maka variabel
independen dinyatakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

19
dependennya, sedangkan jika lebih kecil dari 1.96 maka variabel independen
dinyatakan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap variabel dependennya.
Berpengaruh positif atau negatifnya variabel independen terhadap variabel
dependen dapat diketahui dari nilai original sample. Apabila nilai original sample
bersifat negatif maka variabel independen dinyatakan berpengaruh negatif
terhadap variable dependen dan apabila bernilai positif maka variabel independen
dinyatakan berpengaruh positif terhadap variabel dependen.
Tabel 11 Hasil Path coefficients pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2011-2013
Hubungan antar Konstruk
KEC.MODAL PENY.KREDIT

Original Sample
(O)

T Statistics
(|O/STERR|)

-0.757125

16.472623

KEC.MODAL PROFITABILITAS

0.278376

1.973862

KEC.MODAL LIKUIDITAS

0.003107

0.170935

RISK.KREDIT  PENY.KREDIT

-0.063945

1.321554

RISK.KREDIT  PROFITABILITAS

-0.637406

5.927808

RISK.KREDIT  LIKUIDITAS

0.166634

5.530498

INTERMEDIASI PENY.KREDIT

0.037720

0.754540

INTERMEDIASI PROFITABILITAS

0.255270

2.068993

-0.866603

32.744186

INTERMEDIASILLIKUIDITAS

Hasil path coefficient di atas menunjukkan bahwa tingkat kecukupan modal
memiliki pengaruh paling signifikan yang bersifat negatif yaitu terhadap
penyaluran kredit dengan nilai original sample dan T-Statistik sebesar dan 0.757125 dan 16.472623. Risiko kredit memiliki pengaruh paling signifikan yang
bersifat negatif yaitu terhadap profitabilitas dengan nilai original sample dan TStatistik sebesar -0.637406 dan 5.927808. Sedangkan intermediasi memiliki
pengaruh paling signifikan yang bersifat negatif yaitu terhadap likuiditas dengan
nilai original sample dan T-Statistik sebesar -0.866603 dan 32.744186.

Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal terhadap Penyaluran Kredit
Hipotesis pertama menyatakan tingkat kecukupan modal berpengaruh
signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
original sample dan T-Statistik KEC.MODAL terhadap PENY.KREDIT sebesar 0.757125 dan 16.472623 yang berarti tingkat kecukupan modal berpengaruh
negatif secara signifikan terhadap penyaluran kredit. Hal ini berarti ketika nilai
CAR tinggi maka penyaluran kreditnya akan rendah, dan sebaliknya ketika nilai
CAR rendah maka penyaluran kreditnya akan tinggi. Ketika CAR tinggi maka
BPR memiliki modal yang cukup tinggi untuk menutupi penurunan aktiva akibat
adanya kerugian yang disebabkan aktiva berisiko. Modal tersebut sebenarnya

20
dapat memberi kesempatan bagi BPR untuk meningkatkan penyaluran kreditnya.
Namun pada kenyataannya kecukupan modal yang tinggi belum tentu dapat
men

Dokumen yang terkait

PENGARUH RISIKO KREDIT DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 7 29

PENGARUH KECUKUPAN MODAL, RISIKO KREDIT, EFISIENSI OPERASIONAL DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS Pengaruh Kecukupan Modal, Risiko Kredit, Efisiensi Operasional Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Survey pada Bank Umum Konvensional di Indonesia P

0 2 22

PENGARUH KECUKUPAN MODAL, RISIKO KREDIT, EFISIENSI OPERASIONAL DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS Pengaruh Kecukupan Modal, Risiko Kredit, Efisiensi Operasional Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Survey pada Bank Umum Konvensional di Indonesia P

0 4 22

PENGARUH KECUKUPAN MODAL DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENYALURAN KREDIT :Kasus Bank Umum Go Public Periode 2009-2013.

0 3 41

PENGARUH KECUKUPAN MODAL DAN PENYALURAN KREDIT PADA PROFITABILITAS DENGAN PEMODERASI RISIKO KREDIT.

1 1 15

PENGARUH KECUKUPAN MODAL, TINGKAT EFISIENSI, RISIKO KREDIT, DAN LIKUIDITAS PADA PROFITABILITAS LPD KABUPATEN BADUNG.

0 7 17

Pengaruh Risiko Kredit dan Tingkat Kecukupan Modal Terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

PENGARUH RISIKO KREDIT DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

1 1 13

RISIKO KREDIT, LIKUIDITAS DAN KECUKUPAN MODAL TERHADAP PROFITABILITAS BERDAMPAK PADA RETURN SAHAM

0 0 16

Risiko Kredit, Likuiditas dan Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas Berdampak pada Return Saham - Scientific Repository

0 0 25