Dinamika Populasi Ulat Jengkal (Hypiosidra talaca) pada Tanaman Teh di PTP .Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat.

DINAMIKA POPULASI HAMA ULAT JENGKAL (Hyposidra
talaca) PADA TANAMAN TEH DI PTP NUSANTARA VIII
GUNUNG MAS BOGOR, JAWA BARAT

RIZKI ISRAHAYU

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Populasi Ulat
Jengkal (Hypiosidra talaca) pada Tanaman Teh di PTP .Nusantara VIII Gunung
Mas Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Rizki israhayu
NIM A34070077

ABSTRAK
RIZKI ISRAHAYU. Dinamika Populasi Ulat Jengkal (Hyposidra talaca) pada
Tanaman Teh di PTP Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat. Dibimbing
oleh R. YAYI MUNARA KUSUMAH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan populasi Hyposidra talaca
di perkebunan PTP Nusantara VIII Gunung Mas. Hyposidra talaca merupakan
hama penting pada perkebunan teh, karena dapat menurunkan produksi teh.
Hyposidra talaca pada umumnya menyerang daun yang masih muda, serangan
berat hama ini dapat mengakibatkan daun berlubang dan pucuk. Metode yang
digunakan adalah pengamatan langsung di lapangan dengan mengamati jumlah
populasi Hyposidra talaca. Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan survey lokasi
terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara lokasi satu
dan yang lainnya. Penghitungan populasi Hyposidra talaca dilakukan selama 8
kali pada masing-masing sampel tanaman . Hyposidra talaca yang mati terinfeksi

NPV dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam gelas plastik. Larva yang mati
terinfeksi NPV memiliki ciri larva menjadi lembek, dan sesaat sebelum mati larva
naik ke atas pucuk mengantung membentuk huruf V terbalik. Larva yang mati
selain disebabkan oleh NPV sebagian besar mengering dan menggantung di daun
teh. Selain Hyposidra talaca ada juga serangga lain yang ditemukan di lapangan.
Pengamatan serangga lain ini dilakukan dengan menggunakan jaring dan
menghitung jumlah serangga yang terperangkap di dalam jaring.
Kata kunci: teh, Hyposidra talaca, Nucleopolyhedrosis virus (NPV),

ABSTRACT
RIZKI ISRAHAYU. Population Dynamics (Hyposidra talaca) on Tea Plants in
PTP Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, West Java. Guided by R. YAYI
MUNARA KUSUMAH.
This study was conducted to determine the abundance of the population of
Hyposidra talaca at PTP Nusantara VIII Gunung Mas. Hyposidra talaca is an
important pest in tea plantations, because it could decrease the production of tea.
Hyposidra talaca generally attacks young leaves and shoots, severe investation of
this pest can cause heavy defoliation of leaves and shoots of the plant. The method
used was direct observation in the field by observing the population Hyposidra
talaca. Prior to this study a survey was conducted to ditermine the sites. The

difference in Hyposidra talaca populutaion dynamics between two sites was
studied. The population dynamics of these pests were recorded 8 times on each
site. Nucleopolyhedrosis virus infected Hyposidra talaca were collected in the
plastic cup. Infected larvae usually become soft and prior to death they climb to
the top and hang on the tea leaves in an inverted V shape position. Dead larvae
caused by other factors usually found in dry condition. The presence of other
insects were observed and recorded and was collected using insect nets.
Keyword: tea, Hyposidra talaca, Nucleopolyhedrosis virus (NPV)

DINAMIKA POPULASI ULAT JENGKAL (Hyposidra
talaca) PADA TANAMAN TEH DI PTP NUSANTARA VIII
GUNUNG MAS BOGOR, JAWA BARAT

RIZKI ISRAHAYU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi tanaman


DEPARTEMAN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa
NIM

: Dinamika Populasi Ulat Jengkal (Hypiosidra talaca)
pada Tanaman Teh di PTP .Nusantara VIII Gunung Mas
Bogor, Jawa Barat.
: Rizki Israhayu
: A34070077

Disetujui oleh,


Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Si

Diketahui oleh,

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa
NIM

: Dinamika Populasi Ulat Jengkal (Hypiosidra tala ca)
pada Tanaman Teh di PTP Nusantara VIII Gunung Mas
Bogor, Jawa Barat.
: Rizki Israhayu
: A34070077

Disetujui oleh


Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Si

Asih Nawangsih, M.Si

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Dinamika
Populasi Ulat Jengkal (Hypiosidra talaca) pada Tanaman Teh di PTP .Nusantara
VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Yayi Munara Kusumah,
Msi selaku dosen pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Widodo, Ms selaku dosen
penguji yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Rizki Israhayu


DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN



Latar Belakang



Tujuan Penelitian




Manfaat Penelitian



METODE



Tempat dan Waktu



Alat dan Bahan



Metode Penelitian




HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi Hidup Hyposidra talaca




Kematian Hyposidra talaca akibat NPV

10 

Kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV

15 

SIMPULAN DAN SARAN

18 


Simpulan

18 

Saran

18 

DAFTAR PUSTAKA

19 

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

27


DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kondisi lahan blok 5
Kondisi lahan blok 7
Rata-rata populasi instar setiap minggu pada blok 5
Rata-rata populasi intsar setiap minggu pada blok 7
Uji normal Blok 7
Uji normal blok 5
Macam-macam Perangkap
Larva mati karena NPV
Rata-rata kematian karena NPV pada blok 5
Rata-rata kematian karena NPV pada blok 7







10 
10 
11 
12 

Uji normal blok 7 
Uji normal blok 5 
Grafik kematian bukan karena NPV pada blok 5 
Grafik kematian bukan karena NPV pada blok 7 
Uji normal blok 7 
Uji normal blok 5 

14 
14 
15 
15 
17 
17 

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Rata-rata Hyposidra talaca pada blok 5 dan blok 7
Ragam Hyposidra talaca blok 7 dan blok 5
Rata-rata kematian Hyposidra talaca karena NPV
Ragam kematian Hyposidra talaca karena NPV
Rata-rata kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV
Ragam kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV

21 
22 
23 
24 
25 
26 

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman teh (Camelia sinensis) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang telah lama berada di Indonesia dan memiliki peranan penting
sebagai sumber devisa negara. Perkebunan teh juga merupakan sumber lapangan
pekerjaan bagi masyarakat di sekitar perkebunan. Pengembangan pengolahan teh
terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang terus meningkat. Teh
merupakan salah satu komuditas unggulan di Provinsi Jawa Barat. Pada umumnya
teh tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian antara 200 – 2000 meter di atas
permukaan laut (Suwarto & Yuke 2012).
Produksi teh di Indonesia berfluktuasi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain faktor lingkungan, teknik budidaya, serta hama
dan penyakit tanaman. Meskipun demikian tidak semua hama dan penyakit dapat
menurunkan produktivitas teh, hanya beberapa saja yang dianggap penting karena
dapat menurunkan produksi tanaman teh.
Penyakit – penyakit penting pada tanaman teh di indonesia antara lain
cacar daun teh (Exobasidium vexans), akar merah (Ganoderma philippii), akar
hitam, akar merah bata, leher akar, akar diplodia, rhizoctonia, dan penyakit pada
masa persemaian (Semangun 1991). Sedangkan hama-hama penting pada
tanaman teh antara lain, kepik penghisap daun (Helopeltis spp.), ulat penggulung
daun (Homona coffearia), ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) dan ulat
jengkal (Hyposidra talaca) (Simanjuntak 2002).
Hama pada tanaman teh merupakan salah satu faktor penurun produksi
yang cukup penting. Biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendalian hama di
perkebunan teh berkisar antara 10 % – 15 % dari harga pokok. Serangan
Hyposidra talaca (ulat jengkal) pernah dilaporkan menghabiskan beberapa hektar
tanaman teh rakyat di Cikalong Wetan pada tahun 1971, dan pada tahun 1977
menyerang beberapa ribu hektar di Jawa Barat. Serangan berat hama ini
menyebabkan penurunan produksi yang sangat drastis dan selama beberapa waktu
tidak menghasilkan pucuk sama sekali (Subiakto & Sutaryanto 1977 dalam
Widayat et al 1996).
Hyposidra talaca pada umumnya menyerang daun yang masih muda atau
pucuk daun. Serangan berat mengakibatkan daun berlubang dan pucuk tanaman
gundul. Hyposidra talaca dapat menyerang tanaman kopi, kakao, kina, jambu
klutuk, rami dan beberapa jenis kacang-kacangan. Jenis-jenis tanaman yang
merupakan tanaman inang untuk ulat jengkal ini sebaiknya tidak ditanam di kebun
teh, karena keberadaannya akan membantu hama ini berkembangbiak
(Simanjuntak 2002).
Setelah tahun 1940–an, teknik pengendalian yang berkembang pesat
adalah pengendalian secara kimiawi dengan pemakaian berbagai macam pestisida
sintesis (Soesanto 2006). Pengendalian hama di perkebunan teh umumnya
dilakukan dengan menggunakan insektisida kimia, karena dianggap lebih efektif
serta hasilnya cepat dan dapat dilihat. Subiakto & Sutaryanto (1977) melaporkan
adanya gejala resistensi ulat jengkal pada pertanaman teh terhadap suatu
insektisida dalam waktu satu tahun pemakaian.

2

Pemerintah semakin memperketat penggunaan pestisida sintetik. Dalam
Undang –undang RI No. 12 tahun 1992 dicanangkan pelaksanaan pengendalian
hama terpadu (PHT) yang melarang penggunaan sarana dan cara yang dapat
mengganggu kesehatan manusia dan mencemari lingkungan (Widayat et al 1996).
Pengendalian hayati merupakan salah satu tindakan alternatif yang ramah
lingkungan. Penggunaan agens hayati seperti predator, parasitoid dan patogen
serangga lainnya (bakteri, virus, cendawan) dapat menjadi alternatif pengendalian
hama. (salah satunya H.talaca NPV).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian penyakit pada
Hyposidra talaca yang disebabkan oleh Ht-NPV di PT Perkebunan Nusantara
VIII kebun Gunung Mas.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang potensi
infeksi alami NPV sebagai agen pengendali hayati Hyposidra talaca di PT
Perkebunan Nusantara VIII kebun Gunung Mas.

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Gunung
Mas, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dimulai pada tanggal 10 Juli 2012
sampai 20 September 2012.

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penilitian ini, antara lain: buku
catatan lapang, gelas plastik, jaring serangga, label, kamera digital, alat tulis, dan
tali plastik.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung populasi
H. talaca pada dua blok tanaman yang berbeda di lapangan. Dalam setiap blok
tanaman terdapat tiga patok tanaman sebagai contoh dan masing-masing patok
memiliki lima sampel tanaman berukuran 1m x 1m yang ditentukan secara
diagonal.
Penentuan Lokasi
Survey dilakukan untuk menentukan lokasi penelitian juga untuk
mengetahui 2 blok yang akan dijadikan lokasi penelitian. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan antara lokasi satu dan yang lainnya. Keadaan lokasi dapat
menentukan dinamika populasi Hyposidra talaca yang terdapat pada lahan
tersebut.
Lahan uji yang digunakan adalah blok 5 dan blok 7. Kedua blok ini dipilih
karena blok 5 mengalami kerusakan lebih parah dibandingkan dengan blok 7.
Setelah penentuan blok, dalam masing-masing blok ditentukan 3 patok
tanaman. Dalam setiap patok ditentukan masing-masing 5 tanaman sampel dan
ditandai dengan tali rafia.
Pengamatan Populasi Hyposidra talaca
Pengamatan larva Hyposidra talaca dilakukan 1 kali seminggu selama 8
minggu pada masing-masing sampel tanaman. Larva Hyposidra talaca yang
ditemukan dicatat berdasarkan fase instar yang ada.
Pengamatan Mortalitas Hyposidra talaca
Selama pengamatan populasi Hyposidra talaca dilakukan juga
pengamatan terhadap Hyposidra talaca yang mati terinfeksi Ht-NPV. Larva yang
terinfeksi Ht-NPV memiliki ciri-ciri larva menjadi lembek jika ditekan, larva mati
menggantung membentuk huruf v terbalik dan menggantung di pucuk daun teh.
Larva yang mati selain disebabkan oleh Ht-NPV sebagian besar mengering dan
menggantung di daun teh, tetapi tidak hanya berada di pucuk melainkan juga di
daun yang sudah tua.

4

Pengamatan kejadian penyakit pada Hyposidra talaca dilakukan 1 kali
seminggu selama 8 minggu dan dilakukan pada semua sampel tanaman yang ada.
Larva yang mati terinfeksi Ht-NPV dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam gelas
plastik.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan
produksi, begitu juga pada tanaman teh. Di PTP Nusantara VIII kebun Gunung
Mas hampir sebagian besar kerusakan diakibatkan oleh Hyposidra talaca.
Tingginya Populasi H. talaca dapat menyebabkan tanaman menjadi gundul karena
hama tersebut tidak hanya memakan pucuk daun teh tetapi juga daun teh tua
sehingga hanya tinggal ranting-ranting saja yang tampak. H. talaca lebih
menyukai puucuk sehingga tanaman yang baru dipangkas yang sering
diserangnya (Tim penulis PS 1993)
Kebun Gunung Mas
Kebun Gunung Mas memiliki luas area 1.173,11 ha yang dibagi ke dalam
beberapa blok untuk memudahkan pengawasan dalam kegiatan penyemprotan,
pemetikan, pemupukan, pemangkasan, pembersihan gulma, pengambilan hama
dan lain-lain. Blok merupakan bagian kebun yang lebih kecil. Blok-blok tersebut
memiliki luas yang berbeda. Setiap blok dibagi ke dalam beberapa patok yang
ditandai dengan pohon pelindung . Setiap patok berukuran kurang lebih 400 m2.
Pohon pelindung tersebut berfungsi sebagai pembatas kebun.
Lokasi Pengamatan
Dalam pengamatan ini ditentukan 2 blok, yaitu blok 5 dan blok 7 sebagai
blok contoh, dengan pertimbangan kedua blok tersebut memiliki perbedaan yang
signifikan dalam hal kondisi tanaman dan lahannya (Gambar 1 dan 2). Di bawah
ini diperlihatkan keadaan blok 5 dan blok 7.

Gambar 1. Kondisi lahan blok 5
Blok 5 memiliki luas 12,02 ha. Pada blok ini memiliki lahan yang kurang
baik, banyak bagian-bagian blok yang kosong akibat serangan hama. Serangan
hama yang pernah terjadi di blok ini menjadi penyebab banyaknya tanaman teh
yang mati dan hanya menyisakan batang yang kering serta tidak dapat
menghasilkan pucuk kembali untuk dipetik. Akibat kurangnya perawatan lahan,
pada blok 5 banyak sampah anorganik dan gulma. Gulma yang tumbuh di sekitar
tanaman teh memungkinkan untuk menjadi inang alternatif H. talaca, karena
hama ini bersifat polifag pada beberapa jenis tanaman (Simanjuntak 2002).

6

Gambar 2. Kondisi lahan blok 7
Blok 7 memiliki luas 6,36 ha. Blok ini memiliki kondisi lahan yang lebih
baik, hanya beberapa tanaman yang berlokasi di pinggir jalan yang mengalami
sedikit kerusakan. Pada blok ini hanya sedikit ditemukan gulma karena dilakukan
perawatan yang lebih baik.

Populasi H. talaca
Hasil pengamatan terhadap populasi H. talaca pada blok 5 (Gambar 3) dan
blok 7 (Gambar 4) serta jumlah rata-rata populasi instar dalam pengamatan setiap
minggu pada blok 5 dan blok 7 disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0,000

I1
I2
I3
I4
I5

Gambar 3. Rata-rata populasi instar dalam setiap minggu
Pada pangamatan tanggal 25 Juli ditemukan populasi instar 4 sebesar 7,733
larva per m2 sedangkan instar 1 tidak ditemukan. Pada pengamatan tanggal 31 Juli
populasi instar 4 mengalami penurunan menjadi 1,667 larva per m2 karena
dilakukan pemetikan pada tanggal 27 Juli yang mengakibatkan terbawanya larva.
Pada minggu ini tidak ditemukan larva instar 3. Kemungkinan larva instar 3 sudah
menjadi instar 4, bahkan ada yang sudah menjadi instar 5 dan larva instar 4 yang
sudah berubah menjadi instar 5 kemungkinan sudah turun ke tanah untuk berpupa.
Menurut Kalshoven (1981) larva H. talaca berpupa di dalam tanah.
Pada tanggal 8 Agustus jumlah larva H. talaca semua instar mengalami
penurunan setelah dilakukan penyemprotan insektisida. Pada minggu ini

7

ditemukan beberapa kelompok telur H. talaca yang siap menetas pada pohon
pelindung. Pada saat menjelang menetas telur menjadi kehitaman (Simanjuntak
2002). Setelah telur menetas populasi larva instar 1 mulai terlihat yaitu 2,8 larva
per m2. Populasi larva instar 2 sudah ada sebanyak 1,8 larva per m2 pada
pengamatan tanggal 15 Agustus kemungkinan karena ada larva instar 1 yang
menetas tetapi tidak terlihat pada minggu sebelumnya yang sudah berubah
menjadi instar 2.
Semua larva mengalami kenaikan populasi pada pengamatan tanggal 28
Agustus kecuali larva instar 1. Pada minggu ini larva instar 1 mengalami
penurunan, karena larva instar 1 telah berubah menjadi instar 2 dari 2.8 larva per
m2 menjadi 0.6 larva per m2. Pada minggu ini sudah banyak ditemukan imago
disekitar tanaman teh dan imago-imago yang menempel pada perangkap.
Penurunan populasi larva pada setiap instar terjadi saat pengamatan tanggal
4 September. Karena pada tanggal 29 Agustus dilakukan penyemprotan
insektisida, kemungkinan sebagian besar larva mati akibat insektisida. Pada
minggu ini juga ditemukan imago dan beberapa kelompok telur H. talaca pada
pohon pelindung. Telur dikendalikan dengan cara mekanik menggunakan tangan.
Untuk mencegah imago-imago meletakkan telurnya, dilakukan pengendalian
dengan cara berburu imago secara manual dengan menggunakan jaring dan
perekat yang ditempelkan pada pohon pelindung.
Pada pengamatan tanggal 11 September populasi H. talaca tidak mengalami
perbedaan yang jauh dengan minggu sebelumnya. Hanya instar 5 yang mengalami
penurunan, karena banyak instar 5 yang sudah turun ke tanah untuk berpupa.
Penurunan populasi ini dapat disebabkan juga karena sehari sebelumnya
dilakukan pemetikan yang dapat menyebabkan terbawanya larva H. talaca
bersama pucuk yang di petik. Pada tanggal 18 September larva instar 1
mengalami kenaikan populasi dari 0,53 larva per m2 menjadi 2,53 larva per m2.
Pada minggu ini telur-telur Hyposidra talaca telah menetas, menyebabkan
populasi larva instar 1 mengalami kenaikan. Larva instar 2 mengalami kenaikan
jumlah populasi karena larva instar 1 yang ditemukan pada minggu sebelumnya
telah berubah menjadi instar 2. Semua populasi larva mengalami peningkatan
karena perubahan fase instar.
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000

I1

4,000

I2

3,000

I3

2,000

I4

1,000

I5

0,000

Gambar 4. Rata-rata populasi instar setiap minggu

8

Pada pengamatan tanggal 24 Juli ditemukan populasi larva pada berbagai
instar. Populasi larva tertinggi terjadi pada instar 5 yang ditemukan sebanyak 8,4
larva per m2. Larva instar 4 sebanyak 6,53 per m2 serta larva instar 3 sebanyak
7,67 per m2. Larva instar 2 sebanyak 1 per m2 sedangkan larva instar 1 tidak
ditemukan. Pada pengamatan tanggal 30 Juli semua instar mengalami penurunan
jumlah populasi karena pada tanggal 27 Juli dilakukan penyemprotan insektisida
kemungkinan larva yang mati akibat insektisida tinggi, selain itu sudah banyak
larva instar akhir yang turun ke tanah untuk berpupa. Pada minggu tersebut
ditemukan imago yang berterbangan.
Berdasarkan pengamatan pada tanggal 7 Agustus terjadi penurunan populasi
pada semua tingakatan instar kecuali pada instar 3. Larva instar 3 mengalami
kenaikan populasi menjadi 0,13 larva per m2. Pemetikan yang dilakukan pada
tanggal 31 Juli menyebabkan terbawanya larva H. talaca bersama pucuk yang di
petik, ini berpengaruh pada penurunan populasi. Pada minggu ini ditemukan
kelompok telur yang siap menetas pada pohon pelindung. Peningkatan populasi
larva instar 1 dari yang semula tidak ada menjadi 6,2 larva per m 2 pada
pengamatan tanggal 14 Agustus terjadi karena banyaknya telur yang menetas.
Populasi larva instar 1 pada pengamatan tanggal 27 Agustus mengalami
penurunan dari 6,2 larva per m2 menjadi 0,93 larva per m2 karena larva instar 1
sudah menjadi instar 2, begitu juga dengan larva yang lainnya sudah mengalami
perubahan fase instar. Pada minggu ini ditemukan imago-imago yang menempel
pada perekat yang dipasang pada pohon pelindung. Penurunan populasi larva pada
setiap instar terjadi pada pengamatan tanggal 3 September, kecuali larva instar 5,
yang mengalami kenaikan dari 0,4 larva per m2 menjadi 1.6 larva per m2 karena
adanya fase perubahan larva instar 4 menjadi instar 5. Pada minggu ini ditemukan
kelompok telur dari H. talaca.
Pada pengamatan tanggal 10 September populasi larva instar 1 mengalami
peningkatan dari 0,06 larva per m2 menjadi 0,8 larva per m2, sedangkan larva
instar lainnya mengalami penurunan. Peletakan telur yang tidak serempak
menyebabkan penetasan yang tidak serempak. Pada pengamatan 17 September,
Larva instar 1 mengalami peningkatan populasi dari 0,80 menjadi 3,73 larva per
m2, larva instar 2 dari 0,06 larva per m2 menjadi 2.2 larva per m2 karena larva
instar 1 telah berubah menjadi instar 2.
Laju populasi H. talaca pada blok 5 dan blok 7 hampir sama, tetapi jumlah
populasi blok 7 pada berbagai instar lebih banyak karena tanaman pada blok 7
lebih subur dan lebih banyak pucuk segar untuk dimakan oleh H. talaca. Imago H.
talaca berterbangan di kebun teh mencari pohon pelindung yang memiliki pucuk
banyak untuk meletakkan telur, karena pucuk segar merupakan pakan utama bagi
telur H. talaca yang baru menetas. Larva instar awal hidup berkelompok dan
menetas pada bagian atas tanaman pelindung tersebar dengan bantuan angin
ketika mereka menggantung dengan benang sutera (Simanjuntak 2002).
Kenaikan populasi H. talaca di lapangan dapat disebabkan oleh penetasan
telur yang tidak serempak serta pergantian fase instar larva. Selain itu, penurunan
populasi instar tertentu dapat disebabkan oleh perubahan populasi fase instar,
pemetikan, serta penyemprotan insektisida. Perubahan fase instar dapat
mempengaruhi tingkat populasi H. talaca karena larva tersebut mengalami
perubahan ke instar selanjutnya.

9

Hipotesis:
H0: ragam populasi hidup pada blok 7 = ragam populasi hidup pada blok 5
H1: ragam populasi hidup pada blok 7 ragam populasi hidup pada blok 5
alpha yang digunakan = 0.05 (5%)
Uji F (untuk sebaran normal)
p-value pada uji F = 0.006
Keputusan: Tolak H0 karena p-value (0.006) < alpha (0.05), artinya ragam
populasi hidup pada blok 7 ragam populasi hidup pada blok 5.
Uji Levene (selain sebaran normal)
p-value: 0.176
Keputusan: Terima H0 karena p-value (0.176) > alpha (0.05), artinya
ragam populasi hidup pada blok 7 ragam populasi hidup pada blok 5.
Uji Normal (uji kolmogorov smirnov)
Probability Plot of Lahan_1
Normal
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value

95
90

0.9499
1.385
40
0.246
0.150

80

Percent

70
60
50
40
30
20
10
5

1

-0.2

-0.1

0.0

0.1

0.2
0.3
Lahan_1

0.4

0.5

0.6

Gambar 11. Blok 7: p-value (>0.150) > alpha (0.05) sehingga Terima H0, artinya
kematian Hyposidra talaca pada blok 7 menyebar normal.
Probability Plot of Lahan_2
Normal
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value

95
90

0.1294
0.09968
8
0.143
>0.150

80

Percent

70
60
50
40
30
20
10
5

1

-0.1

0.0

0.1
0.2
Lahan_2

0.3

0.4

Gambar 12. Blok 5: p-value (>0.150) > alpha (0.05) sehingga Terima H0, artinya
kematian Hyposidra talaca pada blok 5 menyebar normal.
Karena blok 7 dan blok 5 menyebar normal sehingga uji keragaman yang
diperhatikan adalah uji F sehingga kesimpulannya adalah ragam populasi mati
karena NPV pada kedua lahan sama. Untuk rata-rata populasi karena NPV
Keputusannya adalah Terima H0 karena p-value (0.314) > alpha (0.05), artinya
rata-rata populasi mati karena NPV pada blok 7 = rata-rata populasi mati karena
NPV pada blok 5.

.

15

BUKAN NPV
16,00%
14,00%
12,00%
10,00%
8,00%
6,00%
4,00%
2,00%
0,00%

bukan npv

Gambar 13 . Grafik kematian bukan karena NPV pada blok 5

Pengamatan jumlah larva yang mati bukan karena NPV pada tanggal 25 Juli
sebanyak 21,8%, lebih rendah dibandingkan dengan yang terinfeksi NPV. Pada
minggu berikutnya kematian bukan karena NPV meningkat pada tanggal 31 Juli
menjadi 8,90% dan pada 8 Agustus menjadi 14,27%. Hal ini disebabkan
dilakukannya penyemprotan menggunakan insektisida pada minggu sebelumnya
yang memungkinkan larva mati. Pada pengamatan tanggal 15 Agustus larva
mengalami penurunan kembali menjadi 9,58%.
Pada pengamatan tanggal 28 Agustus jumlah larva yang mati bukan karena
NPV menjadi 4,16%. Pada minggu berikutnya tanggal 4 September meningkat
kembali menjadi 6,16%, hal ini kemungkinan diakibatkan oleh penyemprotan
insektisida pada tanggal 29 Agustus, dan terus meningkat pada tanggal 11
September menjadi 12,70%. Pada pengamatan tanggal 18 September kembali
menurun menjadi 6,05%. Pada setiap pengamatan larva tidak selalu ditemui
disetiap sampel tanaman.
BUKAN NPV
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%

bukan NPV

Gambar 14 . Grafik kematian akibat faktor lain pada blok 7

16

Pada pengamatan tanggal 24 Juli larva mati bukan karena NPV sebanyak
3,84%. Pada minggu berikutnya yaitu pada pengamatan tanggal 30 Juli
mengalami peningkatan menjadi 21,26%. Hal ini mungkin disebabkan oleh
penyemprotan insektisida pada tanggal 27 Juli. Kematian bukan karena NPV
mengalami penurunan kembali pada tanggal 7 Agustus menjadi 8,60% dan
tanggal 14 Agustus menjadi 2,62%, disebabkan oleh matinya larva instar akhir
sebelum menjadi pupa.
Saat pengamatan tanggal 27 Agustus larva mati bukan karena NPV
mengalami peningkatan menjadi 7,34%, mungkin diakibatkan oleh penyemprotan
insektisida yang dilakukan pada tanggal 24 Agustus. Kematian larva bukan karena
NPV mengalami peningkatan kembali pada tanggal 3 September menjadi 10,04%.
Pada pengamatan tanggal 10 September mengalami penurunan menjadi 5,45%
dan pada tanggal 17 September menjadi 5,73%. Larva yang mati bukan karena
NPV menunjukan tubuh larva terlihat kering dan tidak menunjukan gejala infeksi
NPV (Parasian 2007).
Kematian larva bukan karena NPV pada blok pengamatan 5 dan 7 dapat
disebabkan oleh penyemprotan insektisida. Larva membutuhkan waktu beberapa
lama untuk mati setelah dilakukan penyemprotan., ini menyebabkan kematian
larva berbeda-beda pada setiap minggu pengamatan.
Hipotesis:
H0: ragam populasi mati bukan karena NPV pada blok 7 ragam populasi mati
bukan karena NPV pada blok 5
H1: ragam populasi mati bukan karena NPV pada blok 7 ragam populasi mati
bukan karena NPV pada nlok 5
alpha yang digunakan = 0.05 (5%)
Uji F (untuk sebaran normal)
p-value pada uji F = 0.358
Keputusan: Tolak H0 karena p-value (0.358) > alpha (0.05), artinya ragam
populasi mati bukan karena NPV pada blok 7 = ragam populasi mati bukan karena
NPV pada blok 5.
Uji Levene (selain sebaran normal)
p-value: 0.761
Keputusan: Tolak H0 karena p-value (0.761) > alpha (0.05), artinya ragam
populasi mati bukan karena NPV pada blok 7 = ragam populasi mati bukan karena
NPV pada blok 5.

17

Uji Normal (uji kolmogorov smirnov)
Probability Plot of Lahan_1
Normal
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value

95
90

0.08
0.04149
8
0.171
>0.150

80

Percent

70
60
50
40
30
20
10
5

1

0.00

0.05

0.10
Lahan_1

0.15

0.20

Gambar 15. Blok 7: p-value (>0.150) > alpha (0.05) sehingga Terima H0, artinya
kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV pada blok 7
menyebar normal.
Probability Plot of Lahan_2
Normal
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value

95
90

0.07896
0.05968
8
0.235
>0.150

80

Percent

70
60
50
40
30
20
10
5

1

-0.10

-0.05

0.00

0.05
0.10
Lahan_2

0.15

0.20

0.25

Gambar 16. Blok 5: p-value (>0.150) > alpha (0.05) sehingga Terima H0, artinya
kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV pada blok 5
menyebar normal.
Karena blok 7 dan blok 5 menyebar normal sehingga uji keragaman yang
diperhatikan adalah uji F sehingga kesimpulannya adalah ragam populasi mati
bukan karena NPV pada kedua lahan sama. Untuk rata-rata populasi kematian
bukan karena NPV Keputusannya adalah Terima H0 karena p-value (0.314) >
alpha (0.05), artinya rata-rata populasi mati karena NPV pada blok 7 = rata-rata
populasi mati karena NPV pada blok 5.
Berdasarkan grafik kematian dan populasi yang hidup dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi populasi yang hidup semakin rendah mortalitas, sebaliknya
semakin tinggi tingkat mortalitas semakin rendah jumlah populasi yang hidup.
Hal ini berlaku untuk ke dua blok pengamatan. Perbedaannya adalah mortalitas
pada blok 7 akibat bukan NPV lebih tinggi di bandingkan dengan blok 5. Hal
tersebut terjadi karena lebih sering dilakukan perawatan pada blok 7 dengan cara

18

pembersihan gulma serta penyemprotan insektisida. Mortalitas bukan karena NPV
lebih banyak terjadi akibat penyemprotan insektisida.

KESIMPULAN

Populasi Hyposidra talaca lebih banyak ditemukan pada tanaman teh yang
berpucuk subur, karena pucuk teh merupakan makanan utama bagi Hyposidra
talaca. Imago Hyposidra talaca berterbangan mencari pohon pelindung yang
terdapat di perkebunan teh untuk meletakkan telurnya. Penetasan telur yang tidak
serempak menyebabkan perbedaan populasi larva setiap minggunya.
Pada blok 7 populasi larva instar 1 tertinggi ditemukan pada pengamatan
tanggal 14 Agustus yaitu 6,2 larva per m2, karena imago H. talaca meletakkan
telurnya pada sela-sela pohon pelindung yang memiliki kondisi pertanaman teh
yang subur. Pada lahan yang ditumbuhi oleh gulma, lebih banyak ditemukan
larva Hyposidra talaca yang mati akibat NPV, karena jumlah tanaman yang
sedikit dan banyaknya larva lebih memudahkan NPV untuk tersebar secara
langsung di alam. Ciri-ciri larva yang mati akibat NPV adalah tubuh larva akan
hancur jika ditekan dan mengeluarkan cairan berwarna cokelat, serta larva
menggantung pada pucuk teh. Kematian larva bukan karena NPV lebih banyak
ditemukan setelah penyemprotan insektisida, kemungkinan larva mati terkena
insektisida lebih besar. Ciri-ciri larva yang mati bukan karena NPV adalah tubuh
larva mengering berada di pucuk daun.
SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peran NPV dalam menekan
populasi Hyposidra talaca di perkebunan teh.

19

DAFTAR PUSTAKA
.
Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID): Icthiar Baru – van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.
Lestari MP. 2008. Karakterisasi Morfologi dan Molekuler Nucleopolyhedrovirus
(NPV) pada Hyposidra talaka wlk. (lepidoptera : geometridae) [skripsi].
Bogor (ID): Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Institut Pertanian Bogor.
Parasian F. 2007. Pengaruh Konsentrasi Nuclear polyhedrosis virus terhadap
Mortalitas Beberapa Instar Larva Hyposidra talaca Wlk. (Lepidoptera:
Geometridae) [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman,
Institut Pertanian Bogor.
Paridah I. 1996. Pengaruh NPV Heliothis armigera terhadap Populasi dan Tingkat
Serangan Larva Heliothis armigera (Lep: Noctuidae) pada Tanaman Tomat
[skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian
Bogor.
Pradana R. 2013. Pengelolaan Kebun dan Upaya Pengendalian Hama Ulat Jengkal
(Hyposidra
talaca)
dengaan
Aplikasi
Hyposidra
talaca
nucleopolyhedrovirus pada Tanaman Teh di PT. Perkebunan Nusantara VIII
Gunung Mas Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Hama dan
Penyakit Tanaman, Institut Pertanian Bogor.
Semangun H. 1987. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebuan Indonesia.
Yogjakarta (ID): Yayasan Pembina Fakultas Pertanian, Universitas Gajah
Mada.
Simanjuntak. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Teh. Jakarta
(ID): Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina
Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian.
Suwarto dan Yuke O. 2012 . Budi Daya Tanaman perkebunan Unggul . Ed ke-2 .
Jakarta : Penebar Swadaya.
Tanada Y, dan Harry KK. 1993. Insect Patholoy. San Diego (US):
Academic Press, Inc.
Tim Penulis PS. 1993. Pembududayaan dan Pengelolaan Teh. Jakarta: Penebar
Swadaya

20

19

LAMPIRAN

20

21

Lampiran 1. Rata-rata Hyposidra talaca pada blok 7 dan blok 5
Two-sample T for Blok_7 vs Blok_5
Blok_7
Blok_5

N
40
40

Mean
0.95
1.55

StDev
1.39
2.18

SE Mean
0.22
0.34

Difference = mu (Blok_7) - mu (Blok_5)
Estimate for difference: -0.595
95% CI for difference: (-1.407, 0.217)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.46
Value = 0.149 DF = 78
Both use Pooled StDev = 1.8239

P-

Penjelasan:
-

alpha yang digunakan sebesar 5%
p-value yang dihasilkan sebesar 0.149.
Hipotesis:
H0: rata-rata Hyposidra talaca pada lahan 1= rata-rata Hyposidra talaca
pada lahan 2
H1: rata-rata Hyposidra talaca pada lahan 1 rata-rata Hyposidra talaca
pada lahan 2

22

Lampiran 2. Ragam Hyposidra talaca pada blok 7 dan blok 5
Method
Null hypothesis
Alternative hypothesis
1
Significance level

Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok 5) = 1
Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok_5) not =
Alpha = 0.05

Statistics
Variable
Lahan_1
Lahan_2

N
40
40

StDev
1.385
2.176

Variance
1.919
4.734

Ratio of standard deviations = 0.637
Ratio of variances = 0.405
95% Confidence Intervals
Distribution
of Data
Normal
Continuous

CI for StDev
Ratio
(0.463, 0.875)
(0.280, 1.313)

CI for
Variance
Ratio
(0.214, 0.766)
(0.078, 1.725)

Tests
Method
F Test (normal)
Levene's Test (any continuous)

DF1
39
1

DF2
39
78

Test
Statistic
0.41
1.86

P-Value
0.006
0.176

23

Lampiran 3. Rata-rata kematian Hyposidra talaca karena NPV
Results for: kematian Hyposidra talaca karena NPV
Two-Sample T-Test and CI: Blok_7, Blok_5
Two-sample T for Blok_7 vs Blok_5
Lahan_1
Lahan_2

N
8
8

Mean
0.198
0.1294

StDev
0.156
0.0997

SE Mean
0.055
0.035

Difference = mu (Blok_7) - mu (Blok_5)
Estimate for difference: 0.0682
95% CI for difference: (-0.0720, 0.2085)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.04
= 0.314 DF = 14
Both use Pooled StDev = 0.1308

P-Value

Penjelasan:
-

alpha yang digunakan sebesar 5%
p-value yang dihasilkan sebesar 0.314.
Hipotesis:
H0: rata-rata kematian Hyposidra talaca karena NPV pada blok 7 = ratarata kematian Hyposidra talaca karena NPV pada blok 5
H1: rata-rata kematian Hyposidra talaca karena NPV pada blok 7 ratarata kematian Hyposidra talaca karena NPV pada blok 5

24

Lampiran 4. Ragam kematian Hyposidra talaca akibat NPV
Test and CI for Two Variances: Blok_7, Blok_5
Method
Null hypothesis
Alternative hypothesis
Significance level

Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok_5) = 1
Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok_5) not = 1
Alpha = 0.05

Statistics
Variable
Lahan_1
Lahan_2

N
8
8

StDev
0.156
0.100

Variance
0.024
0.010

Ratio of standard deviations = 1.563
Ratio of variances = 2.441
95% Confidence Intervals
Distribution
of Data
Normal
Continuous

CI for StDev
Ratio
(0.699, 3.492)
(0.802, 2.849)

CI for
Variance
Ratio
(0.489, 12.195)
(0.644, 8.114)

Tests
Method
F Test (normal)
Levene's Test (any continuous)

DF1
7
1

DF2
7
14

Test
Statistic
2.44
2.22

P-Value
0.262
0.158

25

Lampiran 5. Rata-rata kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV
Results for: kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV
Two-Sample T-Test and CI: Blok_7, Blok_5
Two-sample T for Blok_7 vs Blok_5
Lahan_1
Lahan_2

N
8
8

Mean
0.0800
0.0790

StDev
0.0415
0.0597

SE Mean
0.015
0.021

Difference = mu (Blok_7) - mu (Blok_5)
Estimate for difference: 0.0010
95% CI for difference: (-0.0541, 0.0562)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.04
= 0.968 DF = 14
Both use Pooled StDev = 0.0514

P-Value

Penjelasan:
-

alpha yang digunakan sebesar 5%
p-value yang dihasilkan sebesar 0.968.
Hipotesis:
H0: rata-rata kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV pada lahan 1=
rata-rata kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV pada lahan 2
H1: rata-rata kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV pada lahan 1
rata-rata kematian Hyposidra talaca bukan karena NPV pada lahan 2

26

Lampiran 6. Ragam kematian Hyposidra talaca karena NPV
Test and CI for Two Variances: Blok_7, Blok_5
Method
Null hypothesis
Alternative hypothesis
1
Significance level

Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok_5) = 1
Sigma(Blok_7) / Sigma(Blok_5) not =
Alpha = 0.05

Statistics
Variable
Lahan_1
Lahan_2

N
8
8

StDev
0.041
0.060

Variance
0.002
0.004

Ratio of standard deviations = 0.695
Ratio of variances = 0.483
95% Confidence Intervals

Distribution
of Data
Normal
Continuous

CI for StDev
Ratio
(0.311, 1.554)
(0.346, 7.340)

CI for
Variance
Ratio
(0.097, 2.415)
(0.120, 53.881)

Tests
Method
F Test (normal)
Levene's Test (any continuous)

DF1
7
1

DF2
7
14

Test
Statistic
0.48
0.10

P-Value
0.358
0.761

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 21 Februari
1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Saiful Firdaus dan Ibu Eisyah Setia Patra.
Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Rimba Putera dan lulus
pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Ciomas dan lulus pada tahun 2004. Penulis
kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Al-Ghazali dan lulus pada
tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor jurusan
Proteksi Tanaman melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SMPTN).