Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Jawa Barat

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA

PERKEBUNAN TEH GUNUNG MAS PTPN VIII

BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI

EDGARDI MUHAMMAD ERNALDI H34076056

     

                   

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010 


(2)

RINGKASAN

EDGARDI MUHAMMAD ERNALDI. Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YUSALINA).

Agrowisata adalah salah satu sektor penggabungan antara sektor pertanian dan pariwisata. Agrowisata mulai banyak digemari masyarakat sebagai salah satu alternatif tempat wisata yang baru dan berbeda karena menawarkan konsep back to nature. Kawasan Cisarua, Puncak, Cipanas merupakan tempat yang tingkat persaingan bisnis agrowisatanya cukup tinggi, hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang memadati kawasan tersebut pada hari libur atau long weekend untuk berwisata. Selain itu, di kawasan ini banyak tempat – tempat wisata yang menawarkan konsep agrowisata.

Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas adalah salah satu agrowisata di kawasan Puncak yang juga memiliki potensi wisata yang bagus, namun menghadapi persaingan bisnis yang tinggi dengan usaha lain yang sejenis. Dengan demikian, Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas juga harus terus berinovasi dan memiliki strategi bisnis untuk menghadapi persaingan tersebut. Penerapan strategi bisnis dalam persaingan usaha yang tidak diterapkan secara baik, akan memberikan dampak pada keberlangsungan usaha seperti penurunan tingkat kunjungan wisatawan ke agrowisata. Tingkat kunjungan wisatawan ke Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 267.206 kunjungan yang mana pada tahun 2006 dapat mencapai 332.240 kunjungan. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu strategi pengembangan yang harus terus dilakukan sesuai dengan keadaan lingkungan perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) yang berpengaruh terhadap Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas serta merumuskan dan menganalisis berbagai alternatif strategi yang tepat dan strategi yang diprioritaskan sesuai dengan kondisi Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas. Analisis data yang dilakukan mencakup (1) analisis faktor internal dan faktor eksternal perusahaan untuk memperoleh kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan yang akan dimasukan kedalam matriks IFE dan matriks EFE, (2) posisi perusahaan diperoleh dari matriks IE, (3) alternatif strategi yang sesuai dengan keadaan internal dan keadaan eksternal perusahaan diperoleh dari matriks SWOT dan (4) alternatif strategi yang menjadi prioritas perusahaan diperoleh dari QSPM.

Lingkungan internal yang menjadi kekuatan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas adalah memiliki panorama alam perkebunan teh yang indah, lokasi wisata yang strategis, lokasi wisata yang luas dan terdiri dari berbagai macam objek wisata, memiliki fasilitas penginapan, cafe, dan sarana olah raga, serta serta fasilitas outbond, mempunyai pabrik pengolahan teh sebagai objek wisata serta harga tiket masuk yang tegolong murah (berkisar dibawah Rp 10.000). Kelemahan yang dimilikinya adalah promosi yang belum intensif dan gencar,


(3)

kurangnya pengawasan terhadap lokasi wisata dan objek – objek wisata yang ada, potensi wisata alam dan lokasi wisata yang ada belum dioptimalkan secara maksimal, belum tersedianya pendataan pemesanan tempat dengan sistem komputerisasi, belum tersedianya sistem pemesanan melalui internet.

Lingkungan eksternal yang menjadi peluang bagi Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas adalah kecenderungan keinginan konsumen untuk beralih ke wisata alam (agrowisata) atau berwisata back to nature, jumlah wisatawan yang terus bertambah terutama pada saat – saat libur panjang atau long weekend, kecenderungan masyarakat untuk melakukan acara pertemuan atau acara kumpul keluarga di luar kota, perkembangan teknologi, infrastruktur serta akses jalan yang bagus dan mudah. Ancaman dari faktor eksternalnya adalah konsumen memiliki keleluasan untuk mencari dan berkunjung ke objek wisata lain, banyaknya bermunculan agrowisata lain, perkembangan agrowisata baru yang sangat pesat dan memiliki ciri khas tertentu, hambatan masuk dalam bisnis atau usaha agrowisata yang relatif rendah, intensitas persaingan dalam bisnis atau usaha agrowisata yang relatif tinggi.

Hasil matriks IE menunjukkan bahwa Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas berada pada sel V yaitu daerah hold and maintain atau pelihara dan pertahankan dan strategi yang umum dilakukan pada sel ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Analisis Matriks SWOT dilakukan untuk menentukan strategi apa saja yang cocok untuk diterapkan dalam pengembangan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas. Hasil analisis SWOT diperoleh enam alternatif strategi yaitu menambah fasilitas penginapan dan fasilitas lainnya, melakukan kerja sama dengan pemerintah dan warga setempat di sekitar lokasi usaha, melakukan promosi lebih aktif dan gencar, menerapkan perkembangan dan penggunaan teknologi, meningkatkan mutu pelayanan jasa dan kualitas, dan melakukan kerja sama dengan tempat – tempat wisata lain di sekitar Puncak dan Cipanas.

Berdasarkan hasil matriks QSPM diperoleh strategi yang diprioritaskan dari beberapa alternatif strategi yang dihasilkan matriks SWOT tersebut. Strategi yang diprioritaskan tersebut adalah melakukan promosi lebih aktif dan gencar melalui media elektonik dan media cetak serta membuat promosi dengan paket – paket liburan tertentu. Strategi menambah fasilitas penginapan dan fasilitas lainnya adalah alternatif strategi yang juga paling diprioritaskan setelah strategi melakukan promosi yang lebih gencar tersebut.


(4)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA

PERKEBUNAN TEH GUNUNG MAS PTPN VIII

BOGOR, JAWA BARAT

EDGARDI MUHAMMAD ERNALDI H34076056

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(5)

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Jawa Barat

Nama : Edgardi Muhammad Ernaldi

NIM : H34076056

Menyetujui, Pembimbing

Dra. Yusalina, MSi NIP. 19650115 199003 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Jawa Barat“ adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2010

Edgardi Muhammad Ernaldi H34076056


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandung pada tanggal 29 Juni 1986. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hadi Nurhadi dan Ibu Jang Yulanda.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Banjarsari 3 Bandung pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 2 Bandung. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Negeri 2 Bandung diselesaikan pada tahun 2004.

Penulis diterima pada program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Universitas Padjadjaran pada tahun 2004. Program Diploma III Manajemen Agribisnis diselesaikan pada tahun 2007 dan melanjutkan pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya serta dengan segala kekuatanNya senantiasa memberikan limpahan rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Jawa Barat“.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) yang berpengaruh terhadap Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII, merumuskan berbagai alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII dan menentukan prioritas alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2010


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, saran, waktu, kesabaran dan perhatiannya yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Suharno, M. Adev dan Yeka Hendra Fatika, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada seminar kolokium yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang membantu penulis dalam penyusunan penelitian ini.

4. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku Ketua Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor serta seluruh dosen, asisten dosen dan staf Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

5. Papah dan Mamah serta seluruh keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

6. Pihak Agrowisata PT Perkebunan Nusantara VIII atas waktu, kesempatan, Informasi, dan dukungan yang diberikan.

7. Drs. H. Wahyu Gumelar Soeriawinata selaku manager Agrowisata PT Perkebunan Nusantara VIII yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Jawa Barat.

8. Wachyuni Husni, B.Sc selaku Wakil Manager Unit I Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas serta telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam pengumpulan informasi dan data yang berguna dalam penelitian ini.


(10)

9. Bapak Yudi, Ibu Irawati Angga Kusumah, Bapak Taufik, Bapak Irwan, Bapak Yatna, Ibu Rani, Ibu Tini serta seluruh staf dan karyawan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuannya dalam pengumpulan informasi dan data yang berguna dalam penelitian ini.

10.Seluruh staf dan karyawan Program Ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis.

11.Seluruh teman – teman Program Ekstensi Agribisnis khususnya Angkatan II, III dan IV yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua motivasi dan dukungannya yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Juli 2010


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………... xi

DAFTAR TABEL ………... xiii

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xv

I PENDAHULUAN ……… 1

1.1.Latar Belakang ……… 1.2.Perumusan Masalah ……… 1.3.Tujuan ………. 1.4.Manfaat Penelitian ……….. 1.5.Ruang Lingkup ……… 1 8 12 12 13 II TINJAUAN PUSTAKA ……… 14

2.1. Pengertian Agrowisata ……… 2.2. Manfaat Agrowisata ……… 2.3. Pengembangan Agrowisata ………. 2.4. Strategi Pengembangan Agrowisata ... 2.5. Kajian Penelitian Terdahulu Mengenai Strategi Pengembangan ... 14 16 17 22 23 III KERANGKA PEMIKIRAN ... 30

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ……….. 3.1.1. Konsep Manajemen Strategi ………. 3.1.2. Konsep dan Proses Perumusan Manajemen Strategi … 3.1.3. Visi dan Misi Perusahaan ……….. 3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal ………. 3.1.5. Analisis Lingkungan Internal ……… 3.1.6. Konsep Perumusan Strategi ……….. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ………... 30 30 31 33 34 40 42 43 IV METODE PENELITIAN ……… 47

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ………... 4.2. Metode Penentuan Sampel ………... 4.3. Data dan Instrumentasi ……… 4.4. Metode Pengumpulan Data ……….. 4.5. Metode Pengolahan Data ………. 4.5.1. Analisis Matriks IFE dan EFE ………... 4.5.2. Matriks Internal – Eksternal (IE) ………... 4.5.3. Matriks SWOT ………... 4.5.4. Matriks perencanaan strategis kuantitatif (QSPM) …… 47 47 48 48 48 49 52 53 54 V GAMBARAN UMUM AGROWISATA PERKEBUNAN TEH GUNUNG MAS PTPN VIII ………... 57 5.1. Sejarah singkat PTP Nusantara VIII ”Gunung Mas” ………...

5.2. Sejarah Singkat Agrowisata ………

57 58


(12)

5.3. Keadaan Fisik dan Geografis ……….. 5.4. Kondisi Infrastruktur ………... 5.5. Sarana dan Prasarana Agrowisata Gunung Mas ………. 5.6. Visi dan Misi PTP Nusantara Gunung Mas ……… 5.7. Struktur Organisasi PTP Nusantara VIII”Gunung Mas” …….

59 60 61 63 64

VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ………... 65

6.1. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ... 6.1.1. Pemasaran ... 6.1.2. Keuangan ... 6.1.3. Produksi dan Operasi ... 6.1.4. Sumber Daya Manusia ... 6.1.5. Penelitian dan Pengembangan ………... 6.1.6. Sistem Informasi Manajemen ... 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ... 6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh ………. 6.2.2. Analisis Lingkungan Industri ……… 6.3. Identifikasi Kekuatan dan Kelamahan, serta Peluang dan Ancaman ……….. 6.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan ……….. 6.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman ……… 65 65 69 70 71 72 73 74 75 82 86 87 89 VII PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI ... 92

7.1.Analisis Matriks IFE dan Matriks EFE ... 7.1.1. Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 7.1.2. Analisis Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) .... 7.2. Analisis Matriks Internal – Ekstenal (IE)... 7.3.Analisis Matriks SWOT ... 7.3.1. Strategi SO ... 7.3.2. Strategi WO ... 7.3.3. Strategi ST ... 7.3.4. Strategi WT ... 7.4.Analisis Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix) ... 92 92 95 97 99 101 102 104 104 105 VIII KESIMPULAN DAN SARAN ………. 109

8.1. Kesimpulan ... 109

8.2. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ……….. 112


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Kontribusi Pariwisata dalam Perolehan Devisa di Indonesia Tahun

2002 – 2007 (Miliar US$) ………. 1 2. Perkembangan Wisatawan Nusantara (WINUS) Tahun 2001-2008 …

3 3. Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesia 2000 – 2008 …………..

4 4. Kawasan Agrowisata di Jawa Barat Tahun 2007 ………...

7 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal Perusahaan ...

50 6. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ………..

51 7. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ………

52 8. Penyusunan Strategi yang Diterapkan Berdasarkan Matriks SWOT …

54 9. Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) ………...

56 10. Daftar Harga Fasilitas Wisata di Agrowisata Perkebunan Teh Gunung

Mas PTPN VIII 2010 ………. 66

11. Daftar Harga Penginapan di Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII tahun 2010……… 68 12. Rekapitulasi Data Induk Karyawan Perkebunan Gunung Mas PTPN

VIII Tahun 2008 ……… 72

13. Pengeluaran Rata – rata Per Kapita Sebulan di Beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2007... 80 14. Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Perkapita Sebulan di DKI

Jakarta Tahun 2007 – 2008 ……… 81 15. Hasil Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Agrowisata

Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII ……… 93 16. Hasil Matriks Eksternal Factor Evaluation (IFE) Agrowisata

Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII ………. 96 17. Hasil Matriks SWOT Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas

PTPN VIII ……….. 100


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Jumlah Kunjungan Agrowisata Gunung Mas Tahun 2004-2008 ……….. 11 2. Model Komprehensif Manajemen Strategis ………. 33 3. Daftar Fenomena yang Menghasilkan Peluang dan Ancaman ………….. 37 4. Kekuatan – Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ……….

38 5. Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Promosi

Taman Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas Tahun 2010 ……….... 46 6. Matriks Internal – Eksternal (IE) ………... 53 7. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2009 (Jiwa) ….. 79 8. Matriks Internal – Eksternal (IE) Agrowisata Perkebunan Teh Gunung


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Rata–rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara per Kunjungan ke

Indonesia Menurut Negara Tempat Tinggal Tahun 2002 – 2007 (US$) ……… 114 2. Kuesioner Pemberian Bobot dan Penetapan Rating Faktor Internal dan

Eksternal ………... 115 3. Kuesioner Penilaian Pengunjung ……….. 120 4. Pemberian Bobot dan Penetapan Rating Faktor – Faktor Internal ……... 126 5. Pemberian Bobot dan Penetapan Rating Faktor – Faktor Eksternal ……. 127 6. Karakteristik Responden Dari Pihak Konsumen ………. 128 7. Skor Rata – rata Tingkat Kepentingan Atribut Agrowisata Perkebunan

Teh Gunung Mas Menurut Konsumen ………. 129 8. Skor Rata – rata Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut

Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas ………... 130 9. Hasil QSPM Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII

Tahun 2010…... 131 10. Rute Tea Walk Agrowisata Gunung Mas Tahun 2010 ………. 134 11. Lokasi Penginapan Agrowisata Tahun 2010 ……… 135


(16)

I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kekayaan alam dan hayati yang dimiliki Indonesia sangat beragam dan dapat dijadikan sebagai salah satu produk andalan bagi perekonomian bangsa Indonesia. Selain diperuntukkan sebagai budidaya dan produksi komoditi pertanian serta perkebunan, keunikan dari kondisi alam Indonesia ini dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Dengan demikian, sektor pariwisata berpotensi untuk berkembang di Indonesia. Keberadaan industri pariwisata diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan sektor pariwisata hendaknya juga diikuti dengan upaya pelestariannya, agar kekayaan alam dan hayati yang dimiliki oleh Indonesia tidak punah.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan pengaruh besar dalam perekonomian bangsa Indonesia. Sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa negara yang cukup besar, hal tersebut dapat terlihat dari sumber penerimaan devisa negara selama kurun waktu 2002 – 2004, walaupun sempat menurun pada 2005 – 2006 tetapi pada tahun 2007 sektor pariwisata kembali memberikan sumbangan devisa negara yang cukup besar dibandingkan sektor yang lainnya (Tabel 1). Sektor pariwisata dapat dikatakan memberikan sumbangsih terbesar setelah sektor minyak dan gas terhadap devisa negara, sehingga sektor pariwisata memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan.

Tabel 1. Kontribusi Pariwisata dalam Perolehan Devisa di Indonesia Tahun 2002 – 2007 (Miliar US$)

No. Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 1 Minyak dan gas 12,29 13,65 15,59 19,23 21,20 17,46 2 Pariwisata 4,30 4,03 4,79 4,52 4,44 5,34

3 Garment 3,57 3,89 4,27 4,99 5,60 4,73

4 Industri kayu lapis 1,62 3,16 3,41 3,08 3,32 1,15 5 Industri elektonik - 3,12 3,23 4,36 4,44 3,94 *Keterangan: Bulan Januari – Oktober 2007


(17)

Kontribusi sektor pariwisata dalam perolehan devisa negara tersebut dapat dipengaruhi dari berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi perolehan devisa negara dari sektor pariwisata tersebut adalah pajak yang didapat ketika wisatawan asing atau pun wisatawan nusantara melakukan trasaksi ketika sedang melakukan perjalanan wisata. Dimana pajak yang didapat dari sektor pariwisata tersebut cukup besar, sehingga dapat memberikan sumbangan devisa negara yang cukup tinggi. Dengan demikian, peranan wisatawan sangatlah penting dalam pengembangan sektor pariwisata secara keseluruhan.

Industri pariwisata Indonesia tidak hanya menarik wisatawan nusantara saja tetapi juga wisatawan mancanegara. Para wisatawan tersebut memberikan dampak yang baik bagi pendapatan atau devisa negara Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dari rata – rata pengeluaran wisatawan mancanegara yang terus meningkat setiap tahunnya yang tentunya akan mempengaruhi perolehan devisa negara Indonesia (Lampiran 1). Wisatawan nusantara juga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi perolehan devisa negara Indonesia. Berdasarkan data Pusat Analisis Informasi Pariwisata pada tahun 2007 jumlah wisatawan nusantara mencapai 116.100 orang dengan pengeluaran rata – rata Rp 406.000 sehingga total pengeluarannya diperkirakan mencapai Rp 79,85 triliun. Tahun 2008 diperkirakan total pengeluaran wisatawan nusantara tersebut dapat mencapai Rp 81,05 triliun1.

Tingginya pengeluaran yang berasal dari wisatawan mancanegara dan nusantara tersebut menandakan bahwa minat masyarakat Indonesia dan dunia untuk berwisata di Indonesia cukup tinggi. Hal tersebut didukung dengan terus meningkatnya jumlah wisatawan setiap tahunnya, seperti Jumlah Wisatawan Nusantara yang terus mengalami kenaikan (Tabel 2). Terdapatnya sebagian masyarakat yang mengalami peningkatan taraf perekonomian kehidupannya, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah wisatawan nusantara tersebut. Peningkatan jumlah wisatawan nusantara tentunya akan mempengaruhi tingkat pendapatan pemerintah dari sektor pariwisata. Pada tahun       

1

Pusat Analisis Informasi Pariwisata. 2010. Bagaimana Menghitung Jumlah Wisatawan Nusantara?. http://infopariwisata.wordpress.com/2010/03/02/bagaimana-menghitung-jumlah-wisatawan-nusantara/. [7 Mei 2010].


(18)

2004, jumlah Wisatawan Nusantara sebanyak 111.350 orang. Pada tahun 2007 meningkat menjadi 115.670 orang, dan pada tahun 2008 diperkirakan menjadi 117.840 orang2. Tingginya jumlah wisatawan nusantara juga diikuti dengan jumlah wisatawan mancanegara yang juga tinggi.

Tabel 2. Perkembangan Wisatawan Nusantara (WISNUS) Tahun 2001 – 2008 Tahun Wisnus

(ribuan orang)

Perjalanan (ribuan orang)

Rata – rata Perjalanan (hari)

Total Pengeluaran (triliun Rp)

2001 103.884 195.770 1,88 58,71

2002 105.379 200.589 1,90 68,82

2003 110.030 207.119 1,88 70,87

2004 111.353 202.763 1,82 71,70

2005 112.701 198.359 1,76 74,72

2006 114.270 204.553 1,79 88,21

2007 115.335 222.389 1,93 108,96

2008 117.213 225.042 1,92 123,17

Sumber: Depertemen Kebudayaan dan Pariwisata(2009)

Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia selalu mengalami perubahan tiap tahunnya. Jumlah kunjungan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Beberapa faktor tersebut adalah peledakan bom di beberapa daerah di Indonesia dan juga beberapa isu kesehatan seperti flu burung dan flu babi yang marak di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan beberapa negara memberlakukan travel warning atau larangan kunjungan wisata ke Indonesia. Kejadian tersebut berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.

Pada tahun 2003 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara adalah yang terendah dalam satu dekade terakhir. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa kejadian di atas, tetapi dengan berjalannya waktu kepercayaan dunia internasional berangsur – angsur mulai pulih. Kepercayaan dunia internasional tersebut       

2

Bapenas. 2008. Data dan Informasi Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga: Perkembangan Jumlah Kedatangan Winus. Http://kppo.bappenas.go. id/files/-7-perkembangan%20jumlah%20kedatangan%20wisnus.pdf. [7 mei 2010].


(19)

ditunjukan dengan jumlah wisatawan mancanegara yang terus meningkat dan mancapai puncaknya pada tahun 2008, walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun – tahun sebelumnya (Tabel 3).

Tabel 3. Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesia 2000 - 2008 Rata-Rata

Pengeluaran Per Orang (US$) Tahun

Jumlah Wisatawan

Mancanegara Per Kunjungan

Per Hari

Rata-rata Lama Linggal

(hari)

Penerimaan Devisa (Juta US$) 2000 5.064.217 1.135,18 92,59 12,26 5.748,80 2001 5.153.620 1.053,36 100,42 10,49 5.396,26

2002 5.033.400 893,26 91,29 9,79 4.305,56

2003 4.467.021 903,74 93,27 9,69 4.037,02

2004 5.321.165 901,66 95,17 9,47 4.797,88

2005 5.002.101 904,00 99,86 9,05 4.521,89

2006 4.871.351 913,09 100,48 9,09 4.447,98

2007 5.505.759 970,98 107,70 9,02 5.345,98

2008 6.429.027 1.178,54 137,38 8,58 7.377,39 Sumber: Depertemen Kebudayaan dan Pariwisata(2009)

Membaiknya sektor pariwisata membuat para pelaku usaha atau pelaku bisnis dibidang pariwisata terus bertambah dan pelaku bisnis yang sudah ada pun terus meningkatkan kualitas usaha atau bisnis pariwisatanya tersebut. Peningkatan kualitas dari usaha pariwisata tersebut dilakukan untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung ke tempat – tempat wisata yang ada di Indonesia. Peningkatan kualitas tersebut dapat berupa, perbaikan dalam setiap aspek objek wisata, promosi usaha, penambahan fasilitas objek wisata dan membuka jenis wisata yang baru.

Perkembangan trend wisata semakin mengarah kepada konsep back to nature. Suasana alamiah yang dipandang oleh beberapa orang sangat cocok untuk dijadikan tempat liburan yang nyaman, karena pada dasarnya manusia adalah bagian dari alam dan membutuhkan alam sebagai tempat melepaskan dan melupakan segala masalah yang muncul dalam kehidupan sehari – hari. Aspek


(20)

inilah yang dicermati oleh pengelola bisnis wisata untuk diterjemahkan sebagai peluang bisnis, sehingga berbagai alternatif wisata dengan konsep back to nature pun banyak bermunculan yang sesuai dengan selera konsumen.

Indonesia yang merupakan negara agraris, tentu saja memiliki potensi yang cukup besar dalam bidang pertanian yang terlihat dari banyaknya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dibidang pertanian. Ketergantungan akan sektor pertanian hendaknya membawa kebijakan pembangunan dengan menjadikan sektor pertanian sebagai leading sector. Hal ini logis kerena sektor pertaniaan dianggap sebuah representasi dari pengolahan kekayaan alam dan hayati, karena kebutuhan akan bahan pangan, serat, obat – obatan, energi, dan sebagian bahan baku industri dipasok oleh kegiatan di sektor ini (Sabiham, 2004). Dengan demikian, sektor pertanian menjadi salah satu sektor utama yang menjadi tumpuan pembangunan.

Pembangunan pertanian harus dilakukan secara maksimal disegala bidang usaha sektor pertanian, sehingga pembangunan pertaniaan serta segala bidang usahanya tersebut dapat dioptimalisasikan. Pendekatan optimalisasi pembangunan pertanian dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu diversifikasi, kualitas (quality), dan keunikan (uniqueness) (Islamiarani, 2008). Agrowisata adalah salah satu bidang usaha pertanian yang didasarkan atas konsep uniqueness. Agrowisata bukan hanya usaha jasa di bidang pertanian saja tetapi suatu usaha dibidang pertanian yang menawarkan konsep wisata dengan menjual keindahan alam dan pengetahuan mengenai alam dan pertaniaan. Selain itu, agrowisata juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan, dan menjadi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis.

Sektor agrowisata merupakan perpaduan antara sektor pertanian dengan wisata. Konsep agrowisata yang berbeda dengan yang lainnya (uniqueness) menyebabkan agrowisata mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Perubahan persepsi masyarakat sekarang ini yang cenderung mengarah kepada konsep back to nature menyebabkan kebutuhan akan tempat berlibur yang alami cenderung meningkat. Agrowisata dapat menjadi media promosi bagi produk – produk pertanian dan sumber penerimaan non-produksi bagi perusahaan pengelola. Hal


(21)

tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat menunjang perkembangan agrowisata (Herlita, 2008).

Agrowisata yang mulai marak dan banyak digemari masyarakat belakangan ini, menyebabkan semakin banyak dan semakin berkembangnya tempat – tempat wisata yang menawarkan agrowisata. Objek agrowisata yang ada di Indonesia sangat beragam, seperti Taman Safari, Kebun Raya Cibodas, Taman Bunga Nusantara, Taman Buah Mekarsari yang terletak di Cipanas Kabupaten Cianjur merupakan agrowisata yang sudah maju dan yang paling digemari oleh masyarakat umum. Terdapat pula Agrowisata Stroberi Cihideung–Bandung dan Kusuma Argowisata Batu–Malang yang juga memiliki skala areal yang luas.

Banyak agrowisata bermunculan dan menawarkan produk yang hampir serupa tetapi tetap menawarkan keunikannya masing – masing. Bisnis argowisata tersebut bermunculan hampir diseluruh Indonesia. Jawa Barat adalah salah satu propinsi yang menjadi sentra produksi komoditas pertaniaan. Potensi sektor pertanian yang dimiliki Jawa Barat banyak dimanfaatkan sebagai usaha agrowisata oleh beberapa pihak atau pengusaha.

Keberagaman agrowisata yang ada di Indonesia salah satunya seperti di Jawa Barat menimbulkan persaingan yang semakin ketat antar agrowisata, sehingga setiap pelaku bisnis harus menyiapkan strategi – strategi yang tepat dalam memasarkan produk dan jasanya. Hal tersebut bertujuan agar para pelaku bisnis dapat mempertahankan pasar dan merebut pasar pesaingnya. Keberagaman tempat wisata yang terdapat di Jawa Barat mendorong adanya pengembangan di sektor agrowisata. Banyaknya agrowisata yang terdapat di Jawa Barat (Tabel 4), memberikan banyak pilihan kepada masyarakat untuk memilih tempat agrowisata yang akan mereka kunjungi.

Puncak adalah salah satu kawasan yang sangat ramai dilalui oleh masyarakat, walaupun sudah ada jalan tol yang menghubungkan Bandung dan Jakarta serta kota – kota lain disekitarnya, Puncak masih dipadati oleh masyarakat yang ingin berlibur terutama pada saat libur panjang. Dengan demikian, jalur yang menghubungi Jakarta dan Bandung yang melewati puncak banyak terdapat tempat – tempat agrowisata. Kawasan Puncak memiliki beberapa tempat wisata yang


(22)

menarik. Salah satu objek agrowisata yang menarik dan memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas.

Tabel 4. Kawasan Agrowisata di Jawa Barat Tahun 2007

No. Agrowisata Lokasi Keterangan

1 Balai Penelitian Tanaman Hias Pacet, Cipanas Kebun Penelitian Tanaman Hias 2 Batulawang - Afdeling Cisaga Cisaga, Ciamis Perkebunan Teh dan

Karet 3 Kebun Percobaan Pasir

Sarongge

Pacet, Cianjur Kebun dan Pabrik Teh

4 Peternakan Ayam Pelung Cianjur Budidaya dan Atraksi Ayam Pelung

5 Taman Bunga Nusantara Cipanas Taman bunga 6 Kebun Wisata Pasir Mukti Citeureup, Bogor Kebun Buah dan

Kolam Pemancingan 7 Seni Ketangkasan Domba Garut Budidaya Domba dan

Kerajinan Kulit 8 Balai Inseminasi Buatan

Lembang

Lembang, Bandung Budidaya Sapi 9 Horticulture Research Institut

Lembang

Cikole, Lembang Kebun Penelitian Hortikultura 10 Perkebunan Gambung Cisondari, Bandung Perkebunan Teh 11 Perkebunan Malabar PTP XII

(PTPN VIII)

Pengalengan, Bandung

Perkebunan Teh 12 Perkebunan Rancabali PTP XII

(PTPN VIII)

Ciwidey, Bandung Perkebunan Teh 13 Perkebunan Gunung Mas PTP

XII (PTPN VIII)

Puncak, Bogor Perkebunan Teh

14 Perkebunan Kelapa Sawit Garut Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

15 Kebun Anggrek dan Tanaman Hias

Cikole, Lembang Kebun Anggrek 16 Perkebunan Ciater (PTP XII) Nagarak, Subang Kebun Teh

17 Tambaksari Subang Pabrik Teh

18 BBT Hortikultura Pasir banteng, Tanjungsari

Penjualan Bibit Tanaman Buah 19 Kebun Raya Bogor Bogor Taman dan Hutan

Kota

20 Taman Wisata Mekarsari Cipanas Taman Buah Sumber: http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewprovinsi (2008)

Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas merupakan bagian dari PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII), objek wisata tersebut terletak di kawasan Cisarua Bogor. PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) merupakan gabungan tiga PTPN (PTPXI, PTP XII, PTP XIII). Lokasi perkebunan teh yang


(23)

luas dan sejuk dimanfaatkan oleh PTPN VIII sebagai tempat usaha agrowisata. Selain sebagai kebun budidaya dengan tujuan penambahan sumber penerimaan perusahaan, hamparan kebun teh yang luas disertai kesejukan hawa pegunungan merupakan salah satu daya tarik Agrowisata Gunung Mas. Panorama alam pekebunan teh memberikan peluang besar bagi Agrowisata Gunung Mas untuk terus berkembang, mengingat tingginya minat konsumen untuk berlibur dengan suasana alam atau back to nature

1.2.Perumusan Masalah

Persaingan dalam kegiatan bisnis merupakan hal yang biasa terjadi. Persaingan bisnis yang sehat akan sangat berpengaruh terhadap jalannya usaha atau bisnis tersebut, karena persaingan usaha yang sehat dapat memberikan dampak positif bagi para pelaku usaha yang saling bersaing. Sehinga dapat menimbulkan upaya – upaya peningkatan efisiensi, produktivitas, kualitas produk yang dipasarkan. Kompetisi persaingan untuk menarik konsumen lebih banyak, juga dilakukan dengan memberikan pelayanan yang baik dan senyaman mungkin.

Tingkat persaingan bisnis agrowisata yang terjadi di kawasan Puncak dan sekitarnya cukup besar karena jumlah agrowisata yang cukup banyak di kawasan tersebut serta jumlah pengunjung atau wisatawan yang belum pasti jumlahnya setiap tahun. Sebagian besar dari pengunjung atau wisatawan yang akan ke tempat agrowisata biasanya memilih tempat agrowisata yang relatif sudah besar dan dikenal banyak orang seperti Taman Safari, Taman Buah Mekar Sari, Kebun Raya Cibodas, dan Taman Bunga Nusantara.

Persaingan bisnis atau usaha agrowisata di kawasan Puncak, Cianjur dan sekitarnya sangat terlihat jelas, taman Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas memang bukan yang menguasai persaingan. Salah satu agrowisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah Taman Buah Mekarasari. Berdasarkan data dari PT Mekar Unggul Sari atau Taman Buah Mekarsari bahwa jumlah pengunjung pada tahun 2006 sebanyak 863.598 orang dan akan terus berpotensi untuk bertambah pada tahun – tahun berikutnya. Jumlah pengunjung Taman Buah Mekarsari pada hari – hari biasa berkisar 100.000 – 150.000 orang per bulannya, dan pada saat libur sekolah dan libur panjang seperti pada tanggal 21 Juni 2009 hingga 12 Juli 2009, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Buah


(24)

Mekarsari mencapai 200.000 – 210.000 pengunjung atau meningkat hampir 100 persen dibandingkan hari biasa3. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata Taman Buah Mekarsari adalah 1,2 juta hingga 1,5 juta orang pada satu tahun terakhir.

Taman Safari juga salah satu pesaing dari Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII. Taman Safari merupakan tempat wisata yang manawarkan keindahan fauna dan juga mengembangkan usahanya dengan menyediakan fasilitas – fasilitas hiburan bagi anak – anak dan juga orang dewasa. Setiap tahunnya jumlah konsumen yang berkunjung ke Taman Safari berkisar 1,2 juta wisatawan4. Hal ini mengindikasikan bahwa Taman Safari adalah salah satu pesaing utama Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII.

Pelaku usaha dalam bisnis agrowisata yang juga merupakan pesaing kuat Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas adalah Kebun Raya Cibodas. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya Cibodas dapat dikatakan cukup banyak, tahun 2005 jumlah pengunjung mencapai 554.967 wisatawan, sedangkan pada tahun 2008 menjadi 435.743 wisatawan5. Dengan demikian Kebun Raya Cibodas juga dapat dikatakan sebagai salah satu agrowisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan

Selain Taman Wisata Mekarsari dan Kebun Raya Cibodas, Taman Bunga Nusantara juga merupakan salah satu pesaing utama karena jumlah pengunjungnya yang juga relatif banyak. Setiap long weekend atau libur panjang pada tahun 2009 jumlah pengunjung Taman Bunga Nusantara dapat mencapai 15.000 orang6. Taman Bunga Nusantara sedikit berbeda dengan taman wisata yang lainnya, kerena Taman Bunga Nusantara lebih menawarkan keindahan

      

3

Ugi. 2010. Mekarsari Kebanjiran Kunjungan. http://www.pelita.or.id/baca.php?id=7569. [5 januari 2010].

4

Endy. 2009. Turis Timur Tengah dan India 'Serbu' Taman Safari Bogor. http://erawisata .com/berita-wisata/berita-hangat. [5 Februari 2010].

5

Handoko A. 2009. Cipanas-Puncak, Siap Manjakan Wisatawan. http://cetak.kompas. com /read. [29 september 2009].

6

Zulka. A. 2009. Kunjungan Ke KRC Mencapai 20 Ribu Wisatawan. http://dhi.koran-jakarta.com/ . [5 januari 2010].


(25)

taman bunga dengan landscape yang bermacam – macam bentuknya dengan bunga – bunga yang beragam.

Terdapat pula tempat wisata yang dapat dikatakan pendatang baru dan memiliki potensi untuk mengungguli Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas, yaitu Taman Wisata Matahari. Taman Wisata Matahari yang baru dibuka pada tahun 2007, merupakan taman wisata yang perkembangnya cukup cepat. Berdasarkan data dari manajemen Taman Wisata Matahari jumlah rata – rata wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Matahari pada tahun 2007 hingga 2008 berkisar antara 20.000 orang – 50.000 orang per bulannya. Jumlah kunjungan tersebut dapat dikatakan cukup tinggi bagi pendatang baru dalam persaingan bisnis wisata ini.

Selain Taman Wisata Matahari juga terdapat pendatang baru lain yang juga dapat memberikan ancaman terhadap bisnis atau usaha Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas, yaitu Cimory. Cimory memang tidak dapat dikategorikan sebagai tempat agrowisata, karena pada awalnya Cimory adalah tempat indusri pengolahan susu yang kemudian dikembangkan sebagai restoran yang menampilkan makan dan minuman dari susu olahan serta makanan lainnya. Cimory menawarkan produk “Cimory Educational Tour” yang memberikan kesempatan pada konsumen untuk melihat serta mencoba proses memerah susu sapi. Cara yang dilakukan Cimory tersebut berdampak pada jumlah konsumen yang terus meningkat setiap bulannya. Menurut manajemen Cimory jumlah pengunjung dapat mencapai 500 hingga 700 orang perharinya. Taman Wisata Matahari dan Cimory dapat dikatakan pesaing baru bagi Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas, karena dapat berkembang dengan cepat dalam waktu yang relatif singkat dan dapat mengancam keberlangsungan usaha taman Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas.

Persaingan antar obyek agrowisata yang ada di Jawa Barat terutama di kawasan Puncak, Cipanas, Cisarua dan sekitarnya menuntut inovasi yang kreatif dari pihak pengelola. Inovasi dan kreatifitas tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan daya tarik taman Agrowisata Gunung Mas ditengah persaingan yang sangat ketat dengan Taman Safari, Taman Bunga Nusantara, Taman Wisata Mekarsari, Kebun Raya Cibodas dan Taman Wisata Matahari. Dengan demikian,


(26)

Pengelola Agrowisata Gunung Mas perlu melakukan pengembangan agar bisnis agrowisata tersebut dapat tetap bersaing dengan agrowisata yang lainnya.

Kecenderungan penurunan angka kunjungan di Agrowisata Gunung Mas pada tahun 2005 – 2008 (Gambar 1) dan jumlah kunjungan yang tidak sebanyak taman agrowisata yang lainnya atau pesaing utamanya membuktikan bahwa Agrowisata Gunung Mas membutuhkan suatu startegi untuk medapatkan konsumen yang lebih banyak dan dapat bersaing dengan pesaing utamanya, seperti Taman Wisata Mekarsari, Kebun Raya Cibodas dan Taman Safari. Salah satu cara yang efektif untuk mendapatkan konsumen yang lebih banyak adalah dengan melakukan pengembangan Agrowisata Gunung Mas dengan keunikan – keunikan yang dimilikinya agar dapat menarik minat konsumen untuk bekunjung. Dengan demikian, diperlukan suatu strategi pengembangan untuk mendapatkan suatu strategi bisnis bagi taman Agrowisata Gunung Mas yang dapat memberikan dampak seperti pada tingkat kunjungan wisatawan ke Taman Agrowisata Gunung Mas.

0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000

Tahun

Jumlah Kunjungan 322,380 371,130 332,240 318,440 267,206

2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Agrowisata Gunung Mas Tahun 2004-2008.

Sumber: Laporan Tahunan Agrowisata Gunung Mas (2008). (diolah)

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh Agrowisata Gunung Mas dalam menjalankan usahanya seperti persaingan usaha yang cukup besar, maka Agrowisata Gunung Mas harus membuat dan merumuskan strategi pengembangan yang kompeten dan tepat untuk keberlangsungan usaha sebagai salah satu upaya


(27)

menarik perhatian konsumen. Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat dikemukakan perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, adalah : 1. Faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh dalam

pengembangan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas?

2. Strategi apa saja yang dapat diterapkan dan menjadi prioritas dalam upaya pengembangan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas?

1.3.Tujuan

Setelah menyampaikan latar belakang yang mendasari perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi Faktor lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas.

2. Menganalisis strategi pengembangan yang dapat diterapkan dan diprioritaskan di Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan informasi berkaitan dengan agrowisata dan strategi pengembangan atau strategi bersaiang pada sektor pariwisata, pertanian atau agrowisata seperti pengusaha dibidang pertanian dan kepariwisataan, pemerintah, mahasiswa, dan perguruan tinggi. Bagi pengusaha dibidang pertanian dan kepariwisataan terutama manajemen taman Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran dan masukan yang bermanfaat dalam hal merumuskan strategi pengembangan untuk menghadapi persaingan bisnis. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam membuat keputusan atau kebijakan dalam hal pengembangan di sektor pariwisata dan pertaniaan. Manfaat bagi mahasiswa dan Peruguruan Tinggi adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau pembanding bagi studi – studi mengenai strategi pengembangan khususnya dibidang agrowisata.


(28)

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dan pembahasan dalam penelitian ini adalah gambaran umum perusahaan dari taman Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII, identifikasi faktor lingkukan internal dan eksternal, dan perumusan strategi pengembangan yang dapat dijalankan perusahaan sebagai upaya dalam menghadapi persaingan usaha. Ketebatasan bahasan yang telah diuraikan tersebut diharapkan tidak mengurangi esensi dari penelitian ini guna mengukur kinerja yang dapat mengakomodasi stakeholder dan sampai sejauh manakah keberhasilan yang diraih mampu memuaskan pihak – pihak terkait.


(29)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Agrowisata

Agrowisata adalah suatu jenis sektor usaha percampuran antara pertanian (agriculture) dan wisata. Wisata merupakan suatu kegiatan singkat dengan sukarela untuk menikmati objek wisata, sehingga agrowisata merupakan suatu kegiatan singkat dengan sukarela untuk menikmati objek wisata yang berbasis pertanian (Islamiarani, 2008). Pengertian agrowisata berdasarkan keputusan Menteri Pariwisata, pos dan telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian No.KM.47/PW.DWO/MPPT-89 dan No.204/KPTS/HK/050/4/1989, agrowisata sebagai bagian dari objek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertaniaan (Tirtawinata dan Fachrudin, 1996). Sehingga agrowisata ini dapat dikatakan sektor usaha baru yang merupakan penggabungan sektor pertanian dan wisata yang dapat terus dikembangkan.

Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris agrotourism. Berdasarkan asal katanya, agro berarti pertanian dan tourism berarti pariwisata/kepariwisataan. Agrowisata atau agrotourism adalah berwisata ke daerah pertaniaan. Pertaniaan dalam arti luas mencakup pertaniaan rakyat perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Tidak hanya dilihat dari hasilnya, namun terkait lebih luas dengan ekosistemnya, bahkan lingkungan secara umum (Septiani, 2001).

Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung ditempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah - wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi wisatawan asing maupun lokal, yang tentunya meningkatkan kunjungan wisata Indonesia. Masyarakat setempat juga bisa menjadi pemandu wisata. Menyadari pentingnya nilai kualitas lingkungan tersebut, masyarakat/petani setempat perlu diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan, dan kelestarian lingkungannya.


(30)

Menurut Subowo (2002) Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian1. Bisnis atau usaha agrowisata sebenarnya juga menawarkan sesuatu yang berbeda kepada wisatawan. Sajian yang diberikan kepada wisatawan tidak hanya berupa pemandangan kawasan pertanian dan kenyamanan di alam pertanian saja, tapi juga menyajikan aktivitas petani dengan teknologi yang digunakannya dan dilakukan dalam lahan pertanian atau tempat produksi.

Sebagian besar tempat agrowisata menawarkan kepada konsumen untuk mengikuti aktivitas tersebut, menikmati produk pertanian yang baru saja diproses setelah panen, mempelajari cara memproduksi suatu hasil pertanian, mempelajari historik lokasi, arsitektur, atau budaya pertaniaan yang khas dan kombinasi dari berbagai ciri dan keunikan yang di tawarkan agrowisata tersebut. Dalam aktivitas agrowisata ini, petani yang berada dalam kawasan agrowisata, dapat menjadi objek atau bagian dari sistem pertanian yang ditawarkan pada aktivitas wisata.

Agrowisata adalah kegiatan wisata yang menjadikan pertanian dalam arti luas sebagai objek wisata, tidak hanya terbatas pada pemandangan agraris saja tetapi juga aktivitasnya, produksi dan budaya masyarakat agraris tersebut. Agrowisata bukan semata merupakan usaha dibidang jasa untuk memenuhi kebutuhan pengunjung akan keindahan alam dan udara segar, namun berperan juga sebagai promosi bagi produk pertaniaan dan menjadi salah satu media pendidikan masyarakat yang potensial serta memberikan sinyal positif bagi prospek pengembangan diversifikasi produk pertanian pada umunya dan agribisnis pada khususnya (Fitriani, 2008).

Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-toursm), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan. wisata ekologi (eco-toursm) meliputi serangkaian jenis wisata yang berlandaskan pada pengkaitan antara kegiatan wisata dengan konservasi alam. Berdasarkan

1

Subowo. 2002. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani. http://database.deptan .go.id/agrowisata. [29 september 2009].


(31)

pengertian mengenai agrowisata tersebut di atas, maka agrowisata dapat dikatakan sebagai suatu bidang atau sektor yang merupakan penggabungan sektor pertanian dan pariwisata menjadi suatu bidang usaha yang memanfaatkan keindahan alam pertaniaan dan bisnis pariwisata. Dengan demikian, sektor agrowisata adalah sektor yang cukup berpotensi untuk dikembangkan karena usaha di bidang agrowisata ini menawarkan sesuatu yang berbeda, unik dan juga bermanfaat.

2.2. Manfaat Agrowisata

Berkembangnya bisnis atau usaha agrowisata juga harus memperhatiakan manfaat dan fungsi dari agrowisata itu sendiri. Pemanfaatan dari adanya agrowisata akan memberikan keuntungan yang banyak bagi beberapa orang, seperti petani sekitar dan juga akan bermanfaat bagi kelestarian alam. Menurut Tirtawinata dan Fachrudin (1996) agrowisata mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

1. Meningkatkan konservasi lingkungan; daerah agrowisata diharapkan memiliki existence effect (efek nyata) yang berguna bagi lingkungan karena keberadaannya mempengaruhi cuaca dan iklim sekitarnya.

2. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam; keindahan visual dapat diperoleh dari topografi, jenis flora dan fauna, warna dan arsitektur bangunan yang tesusun dalam tata ruang yang serasi dengan alam. Kondisi ini didukung pula oleh kebersihan lingkungan.

3. Memberikan nilai rekreasi; rekreasi ditengah alam yang indah dan nyaman perlu didukung oleh fasilitas – fasilitas pengunjung serta paket acara.

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuaan; pengunjung dapat mempelajari kegiatan budidaya, pemanenan, pengolahan hingga menjadi produk yang dapat dikonsumsi.

5. Mendapatkan keuntungan ekonomi, baik bagi pengelola, masyarakat, pemerintah daerah maupun negara; keuntungan bagi daerah dan masyarakat antara lain membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan popularitas daerah serta meningkatkan produksi.

Manfaat yang hampir menyentuh ke beberbagai bidang terutama di sekitar tempat agrowisata tersebut akan sangat bermanfaat jika fungsi dari agrowisata itu sendiri berjalan dengan baik. Fungsi dari agrowisata itu tidak hanya sebagai


(32)

tempat rekreasi saja, tetapi juga memiliki fungsi lain. Menurut keputusan Menteri Pariwisata, pos dan telekomunikasi No.KM.98/Pw.102/MPPT-87 tentang ketentuan usaha objek pariwisata, fungsi dari agrowisata sebagai berikut:

1. Pusat informasi pariwisata setempat untuk mengetahui, mengenal, memahami dan menghayati peristiwa kehidupan dan perikehidupan suatu kelompok masyarakat tertentu.

2. Pusat promosi pariwisata setempat karena sarana dan fasilitasnya dapat didayagunakan untuk penampilan dan peragaan kegiatan – kagiatan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat.

3. Pusat kegiatan suatu kelompok masyarakat yang dapat diarahkan dan mewakili semua sektor kegiatan bersama yang dibutuhkan oleh kelompok tersebut.

4. Pemusatan kegiatan suatu kelompok masyarakat yang dapat diarahakan dan mewakili semua sektor kegiatan bersama yang dibutuhkan oleh kelompok tersebut.

5. Sebagai arena yang dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya aspirasi yang dikaitkan dengan seni dan budaya masyarakat setempat dengan budaya pertanian yang dilakukan secara turun temurun.

Manfaat dari adanya agrowisata selain dapat mengembangkan dan memperkenalkan bidang pariwisata dan pertanian secara bersamaan ke masyarakat, juga dapat menjalin hubungan kekeluargaan dengan petani atau masyarakat sekitar. Manfaat yang paling dirasakan konsumen dari adanya agrowisata adalah konsumen atau wisatawan dapat, meningkatkan kesehatan dan kesegaran tubuh, beristirahat dan menghilangkan kejenuhan, mendapatkan petualangan yang mengagumkan, mendapatkan makanan yang benar – benar alami (organic food), mendapatkan suasana yang benar-benar berbeda.

2.3. Pengembangan Agrowisata

Pengembangan merupakan sesuatu upaya terhadap pemanfaatan potensi yang dimiliki, sehingga tercipta sesuatu yang lebih baru dari sebelumnya. Pengembangan dapat dilakukan dengan menambahkan dan memperbaharui sesuatu yang ada. Pengembangan dalam suatu bisnis atau usaha yaitu melakukan penambahan usaha atau pun produk baru yang berasal dan masih berkaitan dari


(33)

bisnis yang sudah ada, tentunya pengembangan tersebut didasari dari potensi bisnis yang ada serta dilakukan dengan terencana. Pengembangan dalam bisnis tersebut dilakukan selain karena potensi yang ada, juga dapat dilakukan dalam upaya mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan persaingan bisnis.

Bisnis pariwisata adalah salah satu usaha yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Perkembangan bisnis pariwisata pun dapat disatukan dengan sektor lain dalam pelaksanaannya, seperti sektor pertanian dengan kegiatan konservasi alam yang tentunya terdapat unsur wisata didalamnya atau dapat disebut ekowisata. Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat kaitannya dengan konservasi alam. Dengan demikian, ekowisata sangat tepat dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Pada hakekatnya ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian lahan yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat setempat.

Kegiatan ekowisata lebih menitik beratkan pada kegiatan konservasi alam tetapi juga memasukkan unsur bisnis didalamnya, sebaliknya agrowisata lebih menitik beratkan pada bisnis wisata alam dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan juga memasukan unsur konservasi alam didalamnya. Menurut Fandeli dan Nurdin (2005) terdapat arah pengembangan dasar ekowisata yang dapat diterapkan dalam pengembangan agrowisata, yaitu :

1. Lingkungan alam dan sosial budaya harus menjadi dasar pengembangan pariwisata dengan tidak membahayakan kelestariannya.

2. Agrowisatabergantung pada kualitas lingkungan alam dan sosial budaya yang baik. Keduanya menjadi fondasi untuk meningkatkan ekonomi lokal dan kualitas kehidupan masyarakat yang timbul dari industri pariwisata.

3. Keberadaan organisasi yang mengelola agar tetap terjaga kelestariannya, berkaitan dengan pengelolaan yang baik untuk wisatawan; saling memberikan informasi dan pengelolaan dengan operator wisata, masyarakat lokal dan mengembangkan potensi ekonomi yang sesuai.

4. Di kawasan agrowisata, wisatawan menikmati seluruh fasilitas yang ada, dan aktifitas kegiatan yang dapat memberikan pengetahuan baru dalam berwisata hanya saja tidak semua kebutuhan wisatawan tersebut dapat dipenuhi karena


(34)

dalam beberapa hal mungkin terdapat harapan yang tidak sesuai dengan kondisi agrowisatayang bersangkutan.

5. Wisatawan cenderung mengharapkan kualitas pelayanan yang baik, sesuai dengan biaya yang dikeluarkan dan mereka tidak selalu tertarik pada pelayanan yang murah harganya.

6. Keinginan wisatawan cenderung bermacam – macam tergantung karakteristik wisatawan, tidak semuanya dapat dipenuhi.

7. Perencanaan harus lebih cepat dilakukan dan disempurnakan terus – menerus seiring dengan perkembangan pariwisata, termasuk juga menginventarisir komponen – komponen yang ada di sekitar agrowisata terutama yang berpengaruh terhadap kebutuhan wisatawan.

Kegiatan pengembangan agrowisata menurut Deasy (1994) diarahkan pada terciptanya penyelenggaraan dan pelayanan yang baik sehingga sebagai salah satu produk pariwisata Indonesia, agrowisata dapat dilestarikan dan dikembangkan dalam upaya diversifikasi pertanian dan pariwisata. Arah pengembangan ini disesuaikan dengan potensi dan prioritas pembangunan pertanian suatu daerah. Pengembangan agrowisata pada hakikatnya merupakan upaya terhadap pemanfaatan potensi wisata pertanian.

Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini.

Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta


(35)

memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya2.

Pengembangan agrowisata ini juga perlu dukungan dari pemerintah daerah terutama dari Departemen Pertanian dan Departeman Pariwisata yang diharapkan bersama – sama merumuskan suatu kebijakan – kebijakan untuk pengembangan sektor agrowisata. Banyak sekali bidang dalam pertanian yang dapat dijadikan tempat agrowisata dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi agrowisata yang sangat besar dan akan memberikan keuntungan yang besar pula untuk pemerintah daerah dan pusat serta para petani yang juga turut berperan langsung dalam pengembangan agrowisata. Menurut Utama (2007) Potensi budidaya pertanian yang dapat dijadikan agrowisata antara lain :

1. Perkebunan

Suatu kawasan perkebunan yang ideal untuk dapat dimanfaatkan sebagai objek dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang kegiatannya merupakan kesatuan yang utuh mulai dari pembibitan sampai dengan pengolahan hasilnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa setiap kegiatan dan proses pengusahaan perkebunan dapat dijadikan daya tarik atau atraksi yang menarik bagi wisatawan mulai dari pembibitan, penanaman, pengolahan ataupun pengepakan hasil produksinya. Perkebunan sebagai objek agrowisata terdiri dari perkebunan kelapa sawit, karet, teh, kopi, kakao, tebu, dan lain-lain. Pada dasarnya luas suatu perkebunan ada batasnya, namun perkekbunan yang dijadikan sebagai objek agrowisata luasnya tidak dibatasi, dengan kata lain luasnya sesuai izin atau persyaratan objek agrowisata yang diberikan.

Untuk menunjukkan kepada wisatawan suatu perkebunan yang baik dan benar, seyogyanya dalam objek wisata dilengkapi dengan unit pengolahan, laboratorium, pengepakan hasil, sarana dan prasarana.

2. Tanaman pangan dan Hortikultura

2

Harun R. 2008. Mengembangkan Agrowisata (Wisata Pertanian). http://www.kabarindonesia.com .[29 september 2009].


(36)

Daya tarik tanaman pangan dan hortikultura sebagai objek agrowisata antara lain kebun bunga – bungaan, kebun buah – buahan, kebun sayur – sayuran, kebun tanaman obat – obatan/jamu.

3. Peternakan

Potensi peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain cara tradisional dalam pemeliharaan ternak, aspek kekhasan/keunikan pengelolaan, produksi ternak, atraksi peternakan dan peternakan khusus seperti bekisar dan burung puyuh.

4. Perikanan

Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan dengan potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup besar, kegiatan perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai obyek agrowisata. Secara garis besar kegiatan perikanan dibagi menjadi kegiatan penangkapan dan kegiatan budidaya, dan kegiatan tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi objek agrowisata seperti budidaya ikan air tawar, budidaya Air Payau (tambak), budidaya laut (kerang, rumput laut, kakap merah, dan mutiara)3.

Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman, maupun pemandangan), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat – alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usaha tani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya dan pasca panen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan.

3

Utama R. 2007. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif. www.gdnet.org/cms/fulltext /1164925881_buku_agrowisata.doc. [29 september 2009].


(37)

Teknologi budi daya pertanian tradisional sebagai perwujudan keserasian hasil seleksi alam yang berlangsung dalam kurun waktu yang panjang dapat menjadi paket atraksi wisata yang potensial untuk dipasarkan4. Pengembangan agrowisata di berbagai aspek yang terdapat didalam agrowisata tersebut sangatlah dibutuhkan, karena dengan adanya pengembangan tersebut akan meningkatkan kualitas dari agrowisata itu sendiri. Salah satu dampak dari adanya pengembangan agrowisata tersebut adalah peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan perusahaan untuk menarik minat konsumen.

2.4. Strategi Pengembangan Agrowisata

Strategi pengembangan dalam agrowisata harus memperhatikan peningkatkan kemampuan para pelaku agribisnis dibidang agrowisata untuk mengidentifikasi peluang pasar sehingga para pelaku usaha tersebut dapat dengan mudah membuka dan mengembangkan bisnis agrowisatanya. Berjalannya bisnis agrowisata didukung dengan minat konsumen yang ingin berkunjung ke tempat agrowisata, sehingga para pelaku usaha perlu melakukan promosi untuk memperkenalkan usaha agrowisatanya tersebut. Peran promosi usaha dalam pengembangan dan jalannya usaha suatu agrowisata cukup penting karena dengam promosi maka konsumen akan lebih mengenal dan mengetahui tempat agrowisata yang akan mereka kunjungi. Semua hal tersebut, tentunya akan mempengaruhi perumusan strategi yang akan dilakukan oleh perusahaan.

Pengembangan Agrowisata secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan promosi. Kemampuan pengelola Agrowisata dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas, menyajikan paket – paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan. Sehingga Kegiatan promosi dapat dikatakan kunci dalam mendorong kegiatan Agrowisata. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau media audiovisual),

4

Harun R. 2008. Mengembangkan Agrowisata (Wisata Pertanian). http://www.kabarindonesia.com .[29 september 2009].


(38)

serta penyediaan informasi pada tempat umum (hotel, restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara objek Agrowisata dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan.

Promosi memang salah satu cara atau strategi untuk memperkenalkan suatu usaha, tetapi strategi pengembangan yang akan dirumuskan dalam suatu perusahaan harus dilihat berdasarkan faktor – faktor internal dan eksternal dari perusahaan tersebut. Strategi bersaing menjadi salah satu kendala yang dihadapi taman Agrowisata Perkebunan Teh PTPN VIII Gunung Mas, hal tersebut dapat terlihat dari jumlah konsumen taman Agrowisata Perkebunan Teh PTPN VIII Gunung Mas yang tidak lebih banyak dari jumlah konsumen agrowisata yang lainnya seperti Taman Safari, Taman Bunga Nusantara, Taman Buah Mekarsari, dan Kebun Raya Cibodas, yang memiliki strategi pengembangan untuk bersaing dengan agrowisata lainnya, sehingga dapat menarik konsumen yang lebih banyak. Strategi bersaing yang dimiliki Agrowisata Perkebunan Teh PTPN VIII Gunung Mas dapat dikatakan terbatas, di mana Agrowisata Perkebunan Teh PTPN VIII Gunung Mas hanya mengandalkan pada lingkukan alam yang indah, komoditi teh dan perkebunan teh, serta penginapan (bungalow) saja untuk memperkenalkan potensi agrowisata yang mereka miliki. Sedangkan potensi yang lainya belum dioptimalkan secara maksimal. Dalam hal ini peran pormosi usaha juga penting untuk memperkenalkan kepada masyarakat, agar Agrowisata Perkebunan Teh PTPN VIII Gunung Mas dapat lebih diketahui oleh masyarakat banyak. Peranan pengembangan agrowisata juga harus diutamankan sebelum mempromosikan usaha yang telah dikembangkan sebelumnya berdasarkan strategi pengembangan yang telah dirumusakan.

2.5. Kajian Penelitian Terdahulu Mengenai Strategi Pengembangan

Berdasarkan kajian penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan dapat dikatakan bahwa permasalahan yang sering terjadi pada penelitian analisis strategi pengembangan mengenai agrowisata, yaitu penurunan konsumen atau pun penurunan tingkat pendapatan yang dikarenakan banyaknya pesaing baru yang bermunculan. Hal ini, dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan Wijaya (2005), Masang (2006), Muttaqien (2007) dan Lestari (2008) dikarenakan permasalahan yang dirumuskan hampir serupa, yaitu tingkat persaingan yang meningkat karena


(39)

pendatang baru yang banyak sehingga menyebabkan penurunan konsumen dan memerluakan suatu strategi pengembangan untuk menghadapai persaingan.

Penelitian yang dilakukan Sinaga (2008) sedikit berbeda karena dalam penelitian ini lebih menganalisis strategi bersaing yang akan diterapkan dalam melakukan ekspor produk teh hitam dari perkebunan teh Gunung Mas PTPN VIII. Penelitian Sinaga (2008) tersebut juga memiliki sedikit kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Wijaya (2005), Masang (2006), Muttaqien (2007) dan Lestari (2008) yaitu mengenai penurunan, jika penelitian tersebut merumuskan masalah mengenai penurunan konsumen maka penelitian Sinaga (2008) merumusakan masalah mengenai penurunan tingkat ekspor teh hitam. Pada intinya penelitian yang mereka lakukan adalah untuk meneliti suatu strategi yang tepat untuk diterapkan dalam sebuah perusahaan yang diteliti dalam menghadapai suatu persaingan usaha yang semakin ketat.

Hasil akhir penelitian yang dilakukan Wijaya (2005) dan Sinaga (2008) menyatakan bahwa prioritas strategi yang cocok untuk diterapkan pada perusahaan yang diteliti adalah kerja sama dengan pihak lain yang bertujuan untuk mengembangkan usaha. Wijaya (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa strategi yang menjadi prioritas pada Wisata Agro Durian Warso Farm adalah kerja sama dengan pihak Asosiasi Wisata Agro Indonesia dan biro perjalanan wisata. Kemudian Sinaga (2008) dalam penelitiannya juga menghasilkan hal yang hampir serupa, strategi yang diprioritaskan dalam penelitiannya mengenai strategi bersaing teh hitam adalah meningkatkan kerjasama dengan lembaga – lembaga terkait guna meningkatkan mutu dan teknologi. Strategi yang menjadi prioritas dalam penelitian Wijaya (2005) dan Sinaga (2008) akan lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal dibandingkan faktor internalnya.

Sedikit berbeda dengan hasil akhir penelitian yang dilakukan Wijaya (2005) dan Sinaga (2008). Hasil akhir penelitian Masang (2006) menyatakan bahwa strategi yang diprioritaskan lebih kepada sisi manajemen internal yang memberikan pengaruh kuat terhadap strategi yang menjadi prioritas. Strategi yang menjadi prioritas dalam penelitian Masang (2006) adalah mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan agrowisata.


(40)

Hasil akhir penelitian yang dilakukan Muttaqien (2007) menyatakan bahwa strategi yang diprioritaskan adalah menciptakan paket agrowisata dengan muatan edukasi yang lebih baik dan menarik. Pengaruh eksternal dan internal terhadap strategi yang menjadi prioritas dalam penelitian Muttaqien (2007) tersebut sama kuatnya dikarenakan dalam mencipatakan paket agrowisata dengan muatan edukasi tersebut juga harus mempertimbangkan keinginan konsumen yaitu pihak eksternal.

Perbedaan dan kesamaan yang terdapat pada penelitian – penelitian tersebut diatas menandakan bahwa strategi yang diprioritaskan pada setiap penelitan tersebut sesuai dengan keadaan internal dan eksternal yang dihadapi setiap perusahaan yang diteliti. Berdasarkan penelitian – penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa, pada umumnya penelitian strategi pengembangan didasari dari tingkat persaingan usaha yang terjadi. Dengan demikian dalam penelitian strategi pengembangan, faktor eksternal seperti tingkat persaingan serta faktor internal harus diperhatikan dengan serius dalam pengambilan keputusan penelitian atau pun data yang akan diteliti dan diolah. Berikut ini adalah sedikit pemaparan dari penelitian – penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan terutama yang berkaitan dengan agrowisata.

Wijaya (2005) dalam penelitiannya membahas mengenai strategi pengembangan dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Wisata Agro Durian pada Warso Farm di Cihideung, Bogor”. Menjelaskan strategi pengembangan dengan mengunakan analisi tiga tahap formulasi strategi yaitu mengunakan matriks IFE dan EFE kemudian matriks SWOT serta matriks IE, dan terakhir tahap pencocokan atau keputusan dengan mengunakan QSPM. Berdasarkan hasil analisis penelitian tersebut didapat kesimpulan bahwa posisi Wisata Agro Durian pada Warso Farm dalam matriks IE berada pada sel II, hal tersebut menunjukan bahwa faktor internal Wisata Agro Durian Pada Warso Farm berada diatas rata – rata, sedangkan faktor eksternal berpengaruh cukup tinggi. Dengan demikian strategi yang dapat dilaksanakan pada sel ini adalah strategi tumbuh dan kembangkan. Strategi yang dapat dilakukan Wisata Agro Durian pada Warso Farm adalah strategi intensif (pengembangan pasar).


(41)

Berdasarkan pengolahan QSPM pada pernelitian tersebut, Wisata Agro Durian Pada Warso Farm sangat cocok menerapkan strategi pengembangan, seperti (1) strategi integrasi kedepan dengan bekerja sama dengan AWAI (Asosiasi Wisata Agro Indonesia) dan biro perjalanan wisata agar kegiatan Wisata Agro Durian Warso Farm dapat menjadi bagian dari paket wisata Wisata Agro Durian Pada Warso Farm, serta (2) membangun sarana penginapan atau menambah fasilitas seperti yang terdapat pada kampung wisata. Strategi pengembangan pasar dilakukan dengan pembutan produk – produk yang berciri khas durian. Kemudian strategi integrasi horizontal dilakukan dengan cara bekerja sama dengan hotel dan tempat wisata lainnya untuk melakukan paket – paket wisata.

Penelitian yang dilakukan oleh Masang (2006) yang berjudul Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis mengenai identifikasi unsur – unsur strategis dan analisis dalam pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis. Penelitian ini mengunakan IFE dan EFE matriks untuk menunjukan kekuatan dan kelemahan dari Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis dan mengunakan IE serta SWOT dalam pencocokan dan perumusan strateginya. Hasil analisis dari penelitian ini didapat bahwa Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis berada pada sel IV dalam matriks IE yang merupakan daerah tumbuh dan kembangkan, posisi ini menggambarkan bahwa Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis dalam kondisi internal yang kuat dan respon Taman Sringanis terhadap faktor – faktor eksternal yang dihadapi tergolong tinggi. Difisi dalam sel ini dapat menerapkan strategi intensif dan strategi integerasi.

Berdasarkan dari rumusan analisi SWOT dalam penelitian tersebut, didapat empat strategi alternatif yang dapat dijadikan pilihan bagi Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis dalam memperbaiki/meningkatkan kinerjanya, diantaranya adalah mengoptimalkan keungulan dan pengelolaan agrowisata serta menjaga kualitas produk tetap bermutu dan berkhasiat. Memanfaatkan selera wisata konsumen yang berubah dari mass tourism ke nice tourusm berbasis lingkungan. Memanfaatkan kualitas produk, citra baik di mata konsumen, mempertahankan hubungan baik dengan pemasok, hubungan baik dengan instansi


(42)

pemerintah untuk mengntisipasi adanya pengunaan obat farmasi dalam dunia medis, ancaman pendatang baru, adanya produk subtitusi dan peningkatan jumlah pelaku industri. Mempertahankan harga produk, meningkatka kegiatan promosi secara optimal, memperbaiki sistem manajemen perusahaan, mencoba memasarkan produk di daerah bandung dengan mutu dan kualitas yang sama dengan pesaing, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan manajemennya, mengikutsertakan produk pada pameran perdagangan untuk mempromosikan produk.

Muttaqien (2007) juga menganalisis mengenai strategi pengembangan dengan judul “Analsis Strategi Bersaing Agrowisata Vin’s Berry Park Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua-Lembang Kabupaten Bandung, Jawa Barat”. Penelitian tersebut menjelasakan bahwa faktor internal perusahaan yaitu kekuatan utama Vin’s Berry Park adalah dalam budidaya stroberi, dan kelemahan utamanya adalah promosi belum optimal. Sedangkan faktor eksternal perusahaan yaitu peluang utama Vin’s Berry Park adalah meningkatnya minat berwisata back to nature, dan ancaman utamanya adalah tingkat persaingan yang tinggi. Berdasarkan analisis matriks IE dalam penelitian ini menunjukan bahwa Vin’s Berry Park berada pada kuadran V yakni pertahankan dan pelihara. Strategi yang dapat dilakukan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Analisis SWOT yang dilakukan dalam penelitian ini menghasilkan beberapa alternatif strategi yang nantinya akan diprioritaskan dengan mengunakan analisis QSPM. Alternatif strategi yang menjadi prioritas tersebut adalah menciptakan paket agrowisata dengan edukasi yang lebih baik dan menarik, meningkatkan personal selling kepada pengunjung group khususnya kepada para decision maker untuk kegiatan field trip dengan memaksimalkan network yang dimiliki. Kesimpulan utama yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan keunggulan bersaing yang akan dibangun Vin’s Berry Park yaitu menjadi agrowisata stroberi dengan konten edutainment yang baik dan terjangkau. Strategi bersaing yang dipilih adalah menciptakan paket agrowisata dengan edukasi yang lebih baik dan menarik.

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2008) dengan judul “Analisis Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Galeri Tanaman Hias Kebun Raya


(43)

Cibodas” menjelaskan bahwa strategi yang dirumuskan menggunakan tiga tahap perumusan strategi, yaitu matriks IFE dan EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM untuk menentukan strategi yang diprioritaskan. Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa kekuatan utama Galeri Tanaman Hias Kebun Raya Cibodas adalah posisi yang strategis dan citra baik di mata konsumen. Kelemahan utamanya adalah banyaknya aktivitas non-provit dan kontinuitas pasokan saprotan tidak bisa diandalkan. Peluang utama dari Galeri Tanaman Hias Kebun Raya Cibodas adalah daya tawar – menawar konsumen Galeri Tanaman Hias Kebun Raya Cibodas yang lemah, sedangkan ancaman utamanya adalah jumlah pesaing yang banyak.

Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa terdapat empat alternatif strategi utama yang relevan untuk dilaksanakan oleh Galeri Tanaman Hias Kebun Raya Cibodas, yaitu; (1) berusaha meraih lebih besar share dari segmen pasar pengunjung Kebun Raya Cibodas, (2) memperbaiki produk, (3) melakukan pemasaran lebih intensif dan terintegerasi, serta (4) mengembangkan penyediaan produk komplemen. Strategi yang paling prioritas untuk dijalankan adalah strategi perbaikan produk.

Sinaga (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan yang dilakukan di Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII Bogor, dengan judul “Strategi Pengembangan Ekspor Teh Hitam pada Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Jawa Barat”. Berdasarkan hasil penelitiannya yang mengunakan IFE, EFE, IE dan SWOT didapat beberapa strategi yang cocok dalam pengembangan ekspor teh hitam dari Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII Bogor, strategi tersebut yaitu; memperluas pangsa pasar, meningkatkan kualitas produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk substitusi, meningkatkan produktivitas pemetik, memperluas areal perkebunan yang masih tersisa, menekan biaya operasional perusahaan, dan meningkatkan kerjsama dengan lembaga – lembaga terkait guna meningkatkan mutu dan teknologi.

Kajian penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan tersebut, dilakukan untuk mengetahui variabel atau faktor apa saja yang biasa terdapat pada penelitian analisis strategi pengembangan terutama pada bidang usaha agrowisata. Faktor yang terdapat pada penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan faktor


(44)

sementara pada penelitian yang akan dilakukan sebelum menentukan faktor penentu yang sebenarnya. Dengan demikian, penelitian terdahulu tersebut juga dapat dijadikan bahan acuan dalam menentukan faktor atau variabel sebelum penelitian dilakukan. Faktor – faktor strategis internal dan eksternal yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2005), Masang (2006) dan Sinaga (2008), memberikan suatu ide bagi peneliti dalam menentukan faktor – faktor stratregis internal dan eksternal dalam penelitia yang akan dilakukan.

Faktor strategis tersebut seperti faktor “minat konsumen yang mulai beralih kewisata back to nature” serta faktor “persaingan bisnis yang tinggi” yang terdapat pada penelitian terdahulu tersebut dapat diterapkan pada penelitian yang akan dilakukan sebelum menentukan faktor strategis yang sebenarnya, dikarenakan faktor tersebut cukup cocok dengan keadaan lingkungan perusahaan yang akan diteliti. Kajian dari penelitian terdahulu juga dapat membantu dalam memberikan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang akan dilakukan. Jawaban sementara berdasarkan penelitian terdahulu tersebut terhadap tujuan penelitian yang akan dilakukan, akan memudahkan dalam melakukan analisis penelitian dilapangan karena mendapatkan gambaran dari penelitian terdahulu yang temanya hampir serupa.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi umum yang digunakan untuk analisis strategi pengembangan adalah keadaan persaingan bisnis yang terjadi serta faktor – faktor internal dan eksternal dari suatu perusahaan. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut diatas, terdapat beberapa kemiripan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kemiripan terletak pada metode yang digunakan, yaitu menggunakan tiga tahapan perumusan strategi. Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan beberapa penelitian tersebut diatas terletak pada permasalahan dan objek yang akan diteliti.


(1)

139

Lampiran 11 (Lanjutan)

Pengaruh Kurang Kuat = Jika faktor tersebut merupakan peluang/ancaman yang memberikan pengaruh kurang kuat terkait upaya pengembangan pasar Ciapus Bromel. Tidak Berepengaruh = Jika faktor tersebut merupakan peluang/ancaman

yang tidak memberikan pengaruh terkait upaya pengembangan pasar Ciapus Bromel


(2)

140

Lampiran 12. Kuesioner Karakteristik dan Pendapat Kontraktor Taman dan Landscaper

Kuesioner Penelitian

Perencanaan Strategi Pengembangan Pasar Tanaman Hias Bromelia Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini. Lembar kuesioner ini merupakan instrumen yang digunakan untuk penelitian “Perencanaan Strategi Pengembangan Pasar Tanaman Hias Bromelia oleh Elva (H34060750), Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Untuk memenuhi tugas penyelesaian skrispi program sarjana. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas bantuan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

--- Petunjuk: Pilih salah satu jawaban dan berikan Anda (x) atau lingkari jawaban sesuai

dengan jawaban Anda.

Nama :

Alamat Usaha/Pekerjaan :

Pekerjaan : a. Kontraktor b. Kontraktor taman c. Konsultan d. Landscaper

e. Lainnya…. (untuk pekerjaan, Anda boleh memilih lebih dari satu) Pertanyaan Inti

1. Apakah Anda pernah menggunakan bromelia sebagai ornamen taman? a. Iya, alasannya……. b. Tidak, alasannya….

2. Menurut Anda, apa fungsi tanaman bromelia di dalam sebuah taman ? (Pilihan boleh lebih dari 1)

a. Groundcover b. Tanaman Pagar/Pembatas c . Point of View d. Lainnya, sebutkan…..

3. Berdasarkan jawaban no 2, tanaman apa yang paling sering Anda gunakan untuk menggantikan bromelia tsb?

4. Terkait jawaban no 3, apa alasan pemilihan tanaman tersebut? (Pilihan boleh lebih dari 1)

a. Pemeliharaan mudah b. harga lebih murah c. warna lebih bagus d. lainnya……… 5. Biasanya, berapa jumlah minimal tanaman yang Anda beli?

Groundcover sebanyak….. tanaman  Tanaman pagar sebanyak….tanaman  Point of Viewsebanyak…tanaman

6. Berapa tingkat penyerapan tanaman terhadap sinar matahari yang paling sering Anda beli berdasarkan fungsi tanaman?

 Groundcover : a. 45-59.5 % b. 60-84.5 % c. 85-100%  Tanaman pagar a. 45-59.5 % b. 60-84.5 % c. 85-100%  Point of View: a.45-59.5 % b. 60-84.5 % c.85-100%


(3)

141

Lampiran 12. (Lanjutan)

7. Urutkan faktor yang paling Anda pertimbangkan dalam membeli tanaman taman disuatu tempat (1-6) ?

Harga Kedekatan interpersonal Kualitas Jasa pengantaran tanaman Keragaman Varietas Lainnya,sebutkan

8.Berapa ukuran tanaman yang paling banyak Anda beli?

Groundcover ukuran : a. kecil b.sedang c. Besar (silang satu jawaban)  Tanaman pagar ukuran : a. kecil b.sedang c. Besar (silang satu jawaban)  Point of View ukuran : a. kecil b.sedang c. Besar (silang satu jawaban) 9. Dari mana Anda mendapatkan Informasi mengenai suplier tanaman taman? a. Toko tanaman hias b. Kerabat (Teman atau Keluarga) c. Media Cetak d. Media Elektronik

e. Asosiasi tanaman hias f. Pameran

10. Media atau sumber informasi apa yang paling mempengaruhi Anda dalam membeli tanaman bromelia?

a. Toko tanaman hias d. Internet h. Televisi b. Kerabat e. Brosur i. Radio c. Majalah f. Pameran j. Koran k. Lainnya, sebutkan ….

11. Dimana tempat Anda biasa membeli tanaman taman? (Pilihan boleh lebih dari 1)

a. Toko tanaman hias d. Internet

b. Penjual tanaman hias di pinggir jalan e. Pasar tradisional

c. Pameran f. Nursery

g. Petani tanaman hias h. Lainnya, sebutkan ….

12. Apakah Anda cenderung akan membeli tanaman hias pada tempat yang sama seperti sebelumnya?

a. Iya, alasannya…. b. Tidak,alasannya…

13. Faktor apa yang paling membuat Anda loyal terhadap suplier tanaman taman? a. Harga murah b. Personality c. Varietas banyak d.Lainnya, …..

14. Apakah kondisi perekonomian mempengaruhi kuantitas pembelian Anda terhadap tanaman taman?

a. Iya b. Tidak

15. Apakah mayoritas owner dari properti residensial, properti komersial, atau pemesan taman Anda berasal dari etnis China?

a. Iya b. Tidak

16. Jika iya, apakah fengshui mempengaruhi jenis varietas tanaman yang akan Anda beli? a. Iya b. Tidak, alasannya

17. Siapa yang paling mempengaruhi jenis varietas tanaman yang harus dibeli untuk sebuah taman?


(4)

142

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian 1. Kegiatan Budidaya Ciapus Bromel

Pencampuran Media Tanam Perbanyakan Vegetatif Pengambilan Anakan

Repotting Persiapan Penjualan Penyemprotan Pestisida Repotting

2. Kegiatan Pemasaran Ciapus Bromel

Pameran di Tamini Pameran di Belanova Pameran di Green Park

3. Produk Ciapus Bromel

4. Prasarana Produksi

Green House Alatt Penyemprotan Selang Rak Anakan Bromelia

5. Stakeholder Ciapus Bromel

Pemilik Ciapus Bromel Manajer Pengelola Koordinator Lapangan Pemasok Media Tanam


(5)

ii

RINGKASAN

ELVA. Perencanaan Strategi Pengembangan Pasar Tanaman Hias Bromelia Melalui Pendekatan Arsitektur Strategi (Studi Kasus: Usaha Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan BURHANUDDIN).

Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang mempunyai prospek untuk dikembangkan. Prospek tersebut dapat dilihat dari kontribusi subsektor hortikultura terhadap devisa negara dan share Product Domestic Bruto (PDB) hortikultura terhadap total PDB Negara Indonesia. Tanaman hias merupakan bagian dari tanaman hortikultura yang memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan PDB dari subsektor hortikultura. Kecenderungan peningkatan PDB tanaman hias merupakan suatu refleksi dari peningkatan volume penjualan yang juga menggambarkan kondisi peningkatan permintaan pasar terhadap tanaman hias.

Menurut Kepala Seksi Bimbingan dan Pengembangan Usaha Sub Direktorat Tanaman Taman (2010), salah satu tanaman hias yang mengalami peningkatan permintaan adalah tanaman hias pot berdaun indah. Indikator yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan permintaan pasar terhadap tanaman pot berdaun indah adalah dimasukkannya tanaman hias pot berdaun indah menjadi komoditas unggulan tanaman hias di tahun 2008 dan indikator lainnya berupa peningkatan volume produksi tanaman pot berdaun indah. Menurut Perhimpunan Florikultura Indonesia (2010) salah satu jenis tanaman hias pot berdaun indah yang sedang digemari masyarakat pada tahun 2009 adalah bromelia. Berdasarkan Data Ditjen Hortikultura (2008) Jawa Barat merupakan daerah sentra produsen tanaman bromelia dan salah satunya adalah Kabupaten Bogor.

Ciapus Bromel merupakan produsen bromelia terbesar di Kabupaten Bogor dan hanya melayani pasar konsumen dalam penjualannya. Iklim yang mendukung pertumbuhan bromelia secara optimal, produsen bromelia terbesar di Kabupaten Bogor, dan adanya potensi pasar berupa kecenderungan peningkatan permintaan tanaman hias pot berdaun indah terkait dengan fungsinya sebagai tanaman taman merupakan peluang bagi Ciapus Bromel untuk meningkatkan nilai penjualannya. Untuk memanfaatkan peluang tersebut serta secara jangka panjang mengantisipasi pengaruh tren terhadap penjualan Ciapus Bromel, maka perusahaan berencana melakukan pengembangan pasar. Agar perencanaan tersebut lebih dapat terukur dan adaptable maka diperlukan rancangan perencanaan strategi dalam bentuk plot strategi dan program kerja.

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi kondisi usaha Ciapus Bromel serta merumuskan strategi pengembangan pasar Ciapus Bromel dan memplotkan program dari strategi yang telah dirumuskan ke dalam bentangan arsitektur. Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada Usaha Ciapus Bromel yang terletak di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan.


(6)

iii Hasil audit internal dan eksternal perusahan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki dua kekuatan yang paling penting dalam mewujudkan pengembangan pasar Ciapus Bromel yaitu memiliki varietas terbanyak dan latar belakang pendidikan dan pengalaman pemilik plus manajer pengelola. Kelemahan yang paling penting diatasi Ciapus Bromel adalah perbaikan manajemen dan peningkatan kapasitas produksi. Peluang yang paling berpengaruh dan penting bagi pengembangan pasar Ciapus Bromel adalah kecenderungan membaiknya kondisi perekonomian tahun 2010-2014 serta adanya wacana konsep green living dari pemerintah. Ancaman yang paling diwaspadai Ciapus Bromel adalah keberadaan tanaman hias substitusi.

Hasil arsitektur strategi, secara umum ada dua bagian strategi yang diterapkan Ciapus Bromel selama kurun waktu 2010-2014. Pertama strategi yang dominan berisi program yang dilakukan secara kontinu, yaitu; (1) Memperbaiki manajemen dan kualitas SDM karyawan Ciapus Bromel; (2) Menyediakan bromelia dengan harga kompetitif dan berkualitas; (3) Sosialisasi mengenai manfaat keberadaan bromelia kepada masyrakat melalui kerjasama dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia. Bentuk strategi kedua berisi program yang dilakukan secara bertahap, yaitu; (1) Aliansi pemasaran dengan perusahaan landscape; (2) Penambahan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan target pasar potensial; (3) Repositioning produk untuk menciptakan permintaan kontraktor taman dan landscaper; dan (4) Revitalisasi promosi sebagai upaya positioning produk Ciapus Bromel di benak kontraktor taman dan landscaper.