Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP

SKIM UJICOBA ASURANSI USAHATANI PADI DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM AUTP

IMAM WAHYUDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Skim Ujicoba Asuransi
Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani
dalam Program AUTP adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Imam Wahyudi
NIM H451110501

RINGKASAN
IMAM WAHYUDI. Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP. Dibimbing
oleh ANDRIYONO KILAT ADHI dan SUHARNO
Asuransi Pertanian merupakan suatu program yang ditawarkan sebagai
salah satu alternatif skim pendanaan yang berkaitan dengan pembagian risiko
dalam usahatani. Ujicoba atau pilot project program asuransi pertanian telah
dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan telah diaplikasikan pada
tanaman padi. Salah satu wilayah ujicoba asuransi pertanian ini adalah Kabupaten
Gresik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui mekanisme skim asuransi
pertanian pada ujicoba Asuransi Usahatani Padi (AUTP), (2) menganalisis tingkat
partisipasi petani dalam program AUTP, dan (3) menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP.
Penelitian ini menggunakan 60 sampel responden petani padi yang
tergabung dalam Kelompok Tani Ngudo Mulyo, Desa Pinggir, Kabupaten Gresik.

Karakteristik internal dan eskternal petani yang diduga berhubungan dengan
partisipasi petani dalam program AUTP diantaranya adalah : tingkat pendidikan,
luas lahan garapan, status kepemilikan lahan, status keanggotaan dalam GP3K,
sikap terhadap perubahan, gaya kepemimpinan, metode sosialisasi program, dan
peranan BUMN (Petrokimia Gresik).
Berdasarkan hasil pengamatan pada Kelompok Tani Ngudo Mulyo, skim
ujicoba AUTP melibatkan perusahaan-perusahaan BUMN diantaranya PT.
Petrokimia Gresik dan PT. Jasindo sebagai pelaksana program. Skim pendanaan
premi asuransi dalam program ujicoba AUTP berasal dari subsidi PT. Petrokimia
Gresik sebesar 80% sedangkan sisanya 20% ditanggung oleh petani (swadaya).
PT. Jasindo merupakan perusahaan BUMN yang bertindak sebagai konsorsium
dan penanggung risiko yang memberikan jaminan ganti rugi kepada petani apabila
terjadi kegagalan panen yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang dijamin
dalam polis AUTP.
Berdasarkan proses klaim yang diajukan oleh petani kepada pihak
penanggung risiko, dalam skim ujicoba AUTP pemberian ganti rugi didasarkan
pada prinsip indemnity insurance. Dalam prinsip Indemnity (ganti rugi), petani
yang mengalami kerugian yang disebabkan oleh banjir, kekeringan, dan serangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) akan memperoleh ganti rugi sesuai
dengan nilai pertanggungan yang telah disepakati dan tertera dalam perjanjian

asuransi (polis AUTP). Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam hal terjadinya klaim,
pihak penanggung akan berusaha mengembalikan posisi keuangan pihak
tertanggung sama seperti sesaat sebelum terjadinya kerugian. Posisi keuangan
yang dimaksud dalam skim ujicoba AUTP adalah berdasarkan nilai
pertanggungan yang tertera dalam polis AUTP, sedangkan besarnya nilai
pertanggungan didasarkan atas nilai input produksi atau biaya produksi yang
dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya.
Berdasarkan analisis data menggunakan tabulasi silang dan uji Chi-square
diketahui bahwa faktor-faktor internal dan eksternal yang signifikan berhubungan
dengan partisipasi petani dalam kegiatan sosialisasi program AUTP adalah :

tingkat pendidikan, status keanggotaan dalam GP3K, gaya kepemimpinan, metode
sosialisi program, dan peran BUMN Petrokimia. Sedangkan pada saat
pelaksanaan program AUTP, faktor-faktor internal dan eskternal yang signifikan
berhubungan dengan partisipasi petani untuk menjadi peserta program AUTP
adalah : status keangotaannnya dalam GP3K, peran BUMN dan metode sosialisi
program.
Kata kunci : asuransi, tanaman padi, partisipasi

SUMMARY

IMAM WAHYUDI. Rice Farm Insurance Trial Scheme and Factors Related to
Farmer Participation in AUTP Program. Supervised by ANDRIYONO KILAT
ADHI and SUHARNO.
Agricultural insurance is a program offered as one alternative of funding
schemes related to risk diversion in farming. Trials or pilot projects of agricultural
insurance program have been implemented in several regions in Indonesia and
prioritized in rice crop. One agricultural insurance trial area is located in Gresik
Regency. The aims of this study are: (1) To gain information concerning
implementation mechanism of the insurance scheme on rice crop insurance pilot
project (AUTP), (2) To analyze participation level of rice farmers in AUTP
program and (3) To analyze factors related to participation of rice farmers in
AUTP program.
This study included 60 rice farmers who are members of Ngudo Mulyo
Farmer Group, Pinggir Village, Gresik Regency, East Java, as respondents.
Internal and external characteristics of farmers which were expected to be related
to farmer participation in AUTP program were education level, land area, land
tenure, membership status in GP3K, attitude toward change, leadership style of
leader in farmer groups, socialization method, and the role of state-owned
enterprises (Petrokimia Gresik).
Result of observation on Farmers Group Ngudo Mulyo showed that the

AUTP scheme involving state-owned enterprises (BUMN) which contributed as
program executor, those were PT. Petrokimia Gresik and PT. Jasindo. Financing
scheme of insurance premium in AUTP trial program came from subsidy of PT.
PKG (80%) while the remaining 20% was paid by farmers (self-support).
Moreover, PT. Jasindo functioned as consortium and risk guarantee which
provided compensation to farmers in case of crop failures caused by events
guaranteed in the AUTP policy.
Regarding the claim submitted by farmers to the risk guarantee in the
AUTP trial scheme, compensation is given according to the principle of indemnity
insurance, that is farmers sufferring losses caused by flood, drought, and Plant
Pest Organisms (OPT) will receive compensation in accordance with the agreed
sum insured and stated in the insurance agreement (AUTP policy). In addition,
this principle explains that in the event of a claim, insurer will restore the financial
position of the insured party the same position that existed prior to the loss.
Financial position mentioned in the AUTP trial scheme is based on the sum
insured stated in the AUTP policy while the sum insured value is based on the
input value of production or production costs spent by farmers for farming.

Analysis using cross tabulation analysis and Chi-square test showed that
internal and external factors significantly related to farmer participation in the

socialization activities of AUTP program were education level, membership status
in GP3K, leadership styles, methods of socialization program, and the role of
state-owned enterprises (BUMN) Petrokimia. However, farmer participation in
the AUTP program was influenced significantly by membership status in GP3K,
the role of state-owned enterprises and methods of socialization program.
Keywords: insurance, rice plants, participation

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

SKIM UJICOBA ASURANSI USAHATANI PADI DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM AUTP


IMAM WAHYUDI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Magister Sains Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji dari Luar Komisi

: Dr Ir Burhanudin, MM

Penguji dari Program Studi


: Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Judul Tesis
Nama
NIM

: Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP
: Imam Wahyudi
: H451110501

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
Ketua

Dr Ir Suharno, M.Adev
Anggota


Diketahui oleh,
Ketua Program Studi
Magister Sains Agribisnis

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 ini adalah
asuransi pertanian dengan judul Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Petani dalam Program AUTP.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
dan Bapak Dr Ir Suharno, M.Adev selaku komisi pembimbing, Dr Ir Burhanudin,
MM selaku penguji luar komisi, serta Ibu Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS yang
telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Arif Karsanto dari PT. Petrokimia Gresik, Bpk Abdul Aziz sebagai
ketua Kelompok Tani Ngudi Mulyo, dan Bapak Muryadi Johar selaku Kepala
Cabang PT. Jasindo Cabang Surabaya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015
Imam Wahyudi

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

viii

DAFTAR TABEL

ix


DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat Penelitian

1
1
5
6
6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu Tentang Asuransi Pertanian
Implementasi Asuransi Pertanian di Beberapa Negara
Perkembangan Asuransi Pertanian di Beberapa Negara

6
6
7
10

3 KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Risiko dan Ketidakpastian dalam Sektor Pertanian
Konsep Asuransi
Lembaga Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia
Asuransi Pertanian
Asuransi Pertanian Berbasis Indemnity Insurance dan Parametrik
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pertanian
Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Kerangka Pemikiran Operasional

10
10
14
15
16
16
17
18
19

4 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Contoh
Metode Analisis Data

22
22
22
22
22

5 SKIM UJICOBA AUTP DI KELOMPOK TANI NGUDO MULYO
Prinsip Asuransi Pertanian dalam Skema Ujicoba AUTP di
Kelompok Tani Ngudo Mulyo
Peran Pemerintah dalam Skim Ujicoba AUTP di
Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Petani Sasaran dalam Program Ujicoba AUTP di
Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Premi dan Skim Pendanaan Asuransi Usahatani Padi di
Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Klaim dan Jenis Risiko yang Dijamin dalam skema Ujicoba AUTP di
Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Skim Permohonan AUTP dan Klaim AUTP

23
23
25
25
27
27
28

ix

6 HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor Internal dan Eksternal Petani
Faktor Internal Petani
Karakteristik Eksternal Petani
Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program Ujicoba
Asuransi Usahatani Padi (AUTP)
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Petani dengan
Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP
Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Tingkat
Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP
Evaluasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat
Partisipasi Petani dalam Program Ujicoba AUTP

31
31
31
34

7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

56
56
57

DAFTAR PUSTAKA

58

LAMPIRAN

60

RIWAYAT HIDUP

66

36
37
45
45
52

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Produk domestik bruto menurut lapangan usaha
Ujicoba asuransi usahatani padi pada musim tanam Oktober 2012
sampai dengan Maret 2013
Tingkat subsidi pemerintah China tahun 2007-2010
Perkembangan asuransi pertanian di beberapa negara
Kelebihan dan kelemahan prinsip Indemnity Insurance dan Parametric
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan di
Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Jumlah dan persentase responden menurut luas lahan garapan di
Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Jumlah dan persentase responden menurut status pemilikan
lahan garapan di Kelompok Tani Ngudo Mulyo
Jumlah dan persentase responden menurut status keanggotaan dalam
GP3K di Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Jumlah dan persentase petani responden menurut sikap petani terhadap
perubahan di Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan ketua
di Kelompok Tani Ngudi Mulyo

2
4
8
10
24
31
32
32
33
33
34

x

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

23
24
25
26
27
28

29
30
31

Jumlah dan persentase petani berdasarkan metode sosialisasi program
AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Jumlah dan persentase responden menurut keaktifan peran BUMN
dalam program AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program
Asuransi Usahatani Padi (AUTP)
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan
partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut lahan garapan dan tingkat
partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut status pemilikan lahan dan
tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut status keanggotaan dalam
GP3K dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut sikap terhadap perubahan
dan partisispasi petani dalam sosialisasi program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan dan
partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut metode sosialisasi program
dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut keaktifan peran
PT. Petrokimia Gresik dan partisipasi petani dalam
sosialisasi program AUTP
Partisipasi petani dalam pelaksanaan program asuransi pertanian
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan
partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut luas lahan garapan dengan
partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut status lahan garapan dan
tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut keanggotaannya dalam
GP3K dengan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut sikap petani terhadap
perubahan dan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan
program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan dan
tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut metode sosialisasi program
AUTP dan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP
Jumlah dan persentase responden menurut peran PT. Petrokimia Gresik
dan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP

35
35
36
37
38
39
40
41
42
43

44
45
46
47
47
48

49
50
51
51

xi

32
33

Faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat
partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP
Faktor internal dan eksternal petani yang berhubungan dengan tingkat
partisipasi dalam pelaksanaan program AUTP

53
55

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Premi asuransi pertanian dunia periode 2005-2008
Risk – Uncertainty Continum
Hubungan antara Varian dan Expected Return
Fungsi Utilitas dengan Marginal Utility menurun, meningkat dan tetap
Kerangka pemikiran operasional
Mekanisme pelaksanaan program AUTP
Mekanisme pengajuan Asuransi Usahatani Padi (AUTP)
Mekanisme klaim Asuransi Usahatani Padi (AUTP)

3
11
12
13
21
26
29
30

DAFTAR LAMPIRAN

1
2

Ikhtisar Polis Asuransi Usahatani Padi
60
Daftar Peserta Asuransi Usahatani Padi di Kelompok Tani Ngudi Mulyo 64

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 80 000
kilometer garis pantai dan lebih dari 17 000 pulau, berada di jalur Cincin Api
pasifik (Ring of Fire) yang menyebabkan Indonesia rawan terhadap bencana alam
seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor. Posisi geografis
ini juga menyebabkan Indonesia rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim,
yang sebagian besar sudah mulai dirasakan seperti musim kemarau
berkepanjangan, banjir dan cuaca ekstrim. Hal ini berdampak buruk bagi
kesehatan dan kesejahteraan penduduk, serta mengancam keanekaragaman hayati
dan stabilitas ekonomi Indonesia.
Sektor pertanian merupakan salah satu usaha yang paling rawan terhadap
dampak negatif perubahan iklim. Meningkatnya insiden dan intensitas banjir atau
kekeringan menyebabkan terjadinya eskalasi kerusakan tanaman. Pada saat yang
sama, perilaku iklim ekstrim juga berakibat tidak optimalnya atau rusaknya
jaringan irigasi, jalan usahatani, dan prasarana pertanian lainnya. Jadi secara
umum risiko dan ketidakpastian dalam usahatani meningkat dan selama ini petani
menanggung sendiri risiko tersebut. Implikasinya, masa depan ketahanan pangan
nasional menghadapi situasi yang lebih suram.
Sektor pertanian juga merupakan sektor fundamental dalam pembangunan
ekonomi. Banyak sektor yang menggantungkan keberlangsungan usahanya pada
sektor pertanian sebagai penyedia input produksi. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa pertanian merupakan sektor yang strategis, terutama dalam konteks
perdagangan di Indonesia. Pertanian termasuk ke dalam tiga sektor unggulan
penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB). Pada triwulan ketiga tahun 2014,
sektor pertanian tercatat sebagai sektor terbesar kedua yang menghasilkan
kontribusi bruto sebesar 15.21% (Tabel 1)1.
Tingginya potensi di sektor pertanian seharusnya dapat menjadi pendorong
bagi pemerintah untuk melakukan pembangunan yang lebih intensif. Hal ini
dibutuhkan mengingat ketahanan pangan nasional menjadi salah satu tujuan utama
pembangunan nasional (Pasaribu et al. 2010). Kekurangan bahan pangan,
khususnya makanan pokok beras akan menimbulkan gejolak sosial ekonomi dan
politik yang mempengaruhi pembangunan itu sendiri. Masalah-masalah
multidimensional untuk mencapai kecukupan pangan sangat beragam dan dalam
konteks ini, pemerintah berusaha untuk terus meningkatkan produksi pangan
melalui inovasi teknologi dan penerapan program perbaikan manajemen usahatani
Salah satu ancaman yang sangat mengkhawatirkan saat ini adalah ancaman
dampak pemanasan global. Pemanasan global membuat iklim di dunia berubahubah tidak menentu. Dampak lain dari pemanasan global adalah berubahnya
ekosistem dan terganggunya keseimbangan ekologi. Secara agregat diperkirakan
bahwa total biaya dan risiko akibat perubahan iklim global setara dengan
1

Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. http://bps.go.id. Diakses
pada 11 Maret 2015

2

kehilangan setidaknya 5% PDB dunia per tahun (Sterm 2006 dalam Sumaryanto
dan Nurmanaf 2007).
Tabel 1

Produk domestik bruto menurut lapangan usaha
Harga Berlaku
(Triliun Rupiah)

Triw
II
2014

Lapangan usaha
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pertanian, Peternakan,
Kehutan dan Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air
Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Real estat dan
Jasa
Jasa-Jasa
PDB
PDB Tanpa Migas

Triw
III
2014

Harga Konstan
(Triliun Rupiah)

Triw
II
2014

Triw
III
2014

Distribusi
(Persen)

Triw
II
2014

Triw
III
2014

368.7

398.4

91.0

97.2

14.84

15.21

268.2

274.8

48.0

49.3

10.80

10.49

589.2

612.4

183.4

188.1

23.72

23.37

21.2

21.2

5.6

5.6

0.85

0.81

245.1

255.6

47.5

49.1

9.87

9.76

362.8

373.6

130.7

132.6

14.61

14.26

182.0

191.0

79.1

81.1

7.33

7.29

189.4

196.3

71.7

73.0

7.63

7.49

257.2
2 483.8
2 304.4

296.6
2 619.9
2 438.8

67.1
724.1
691.6

69.6
745.6
712.6

10.35
100.0
92.78

11.32
100.0
93.09

Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

Oleh karena itu, perlu adanya upaya sistematis dan melembaga untuk
meminimalkan risiko kerugian akibat ancaman yang terjadi pada sektor pertanian.
Salah satu alternatif instrumen manajemen risiko yang layak dipertimbangkan
adalah keberadaan asuransi pertanian, khususnya untuk menanggulangi kerugian
akibat perubahan iklim global tersebut. Asuransi ditawarkan sebagai salah satu
dari skim pendanaan untuk membagi risiko seperti kegagalan panen. Asuransi
pertanian berhubungan dengan pembiayaan usahatani dengan pihak ketiga
(perusahaan asuransi swasta atau instansi pemerintah) dengan jumlah tertentu dari
pembayaran premi (World Bank 2008 dalam Pasaribu 2010).
Asuransi pertanian sebenarnya bukan istilah baru dalam pembangunan
sektor pertanian. Banyak negara, khususnya negara maju seperti Amerika, Jepang
dan beberapa negara Uni Eropa telah menggunakan instrumen kebijakan ini untuk
menjaga produksi pertanian dan melindungi petani dari kegagalan panen. Ratarata subsidi asuransi yang diberikan pemerintah negara maju kepada petani adalah
sebesar 50-60% dari total premi asuransi yang harus dibayar oleh petani. Disisi
lain, pasar asuransi dunia juga memperlihatkan perkembangan yang sangat
menjanjikan. Premi langsung untuk jenis asuransi pertanian tercatat berkembang
pesat dalam beberapa tahun terakhir, yaitu dari USD 8 juta pada tahun 2005
menjadi sekitar USD 18.5 juta tahun 2008 yang dapat dilihat pada Gambar 1.

3

Gambar 1 Premi asuransi pertanian dunia periode 2005-2008
Sumber: Itturioz (2009)

Ada tiga faktor utama yang berkontribusi dalam pertumbuhan asuransi
pertanian. Faktor pertama adalah peningkatan nilai produk pertanian dalam
beberapa tahun terakhir yang berdampak langsung pada peningkatan volume
premi asuransi pertanian. Faktor kedua, peningkatan nilai aset pertanian yang juga
meningkatkan kepekaan terhadap hilangnya aset tersebut, akibatnya permintaan
terhadap asuransi pertanian meningkat. Faktor ketiga adalah perkembangan pasar
baru bagi asuransi pertanian dan meningkatnya dukungan sektor publik atas
keberadaan pasar ini. Hal ini memberi kontribusi kepada peningkatan permintaan
asuransi pertanian (Iturrioz 2009).
Berbagai proyek rintisan (pilot project) asuransi pertanian juga telah
dilaksanakan di beberapa negara berkembang sebagai upaya atraktif dalam
memanajemen risiko perubahan iklim, seperti di India, Ukraina, Malawi dan
Thailand (United Nation 2007). Salah satunya proyek rintisan pemerintah India
yang diberi nama The National Agriculture Insurance Scheme (NAIS). Dalam
proyek ini, pemerintah India memberikan subsidi awal kepada petani kecil dan
menengah sebesar 50%. Proyek ini berhasil meningkatkan persepsi dan motivasi
petani mengenai asuransi.
Sama seperti negara berkembang lainnya, asuransi pertanian di Indonesia
masih terbilang hal baru. Maka, dibutuhkan ujicoba atau pilot project asuransi
pertanian sebelum asuransi pertanian itu diterapkan lebih luas. Pengalaman dari
negara-negara yang telah melaksanakan ujicoba sistem asuransi pertanian tersebut
sangatlah bermanfaat. Dari pengalaman itu, dapat diketahui sejumlah skenario
asuransi yang sekiranya dapat dimodifikasi untuk diimplementasikan di
Indonesia.
Ujicoba asuransi pertanian di Indonesia telah dilaksanakan oleh
Kementerian Pertanian pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Ujicoba
asuransi pertanian tersebut dilakukan untuk Asuransi Usahatani Padi (AUTP)
yang melibatkan beberapa pihak diantaranya: (1) BUMN Pupuk, petani atau
gabungan kelompok tani, perusahaan asuransi (PT. Jasindo) dan Kementerian
Pertanian. Tujuan dari ujicoba AUTP yaitu memberikan perlindungan dalam
bentuk santunan modal kerja kepada petani jika terjadi gagal panen sebagai akibat
risiko banjir, kekeringan dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Wilayah uji coba AUTP dilaksanakan di beberapa propinsi seperti Jawa Timur,

4

Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Daerah-daerah yang menjadi wilayah ujicoba
pelaksanaan AUTP merupakan daerah-daerah yang tingkat risikonya cukup tinggi
terhadap kondisi yang tidak dapat dikendalikan seperti kekeringan dan banjir.
Ujicoba AUTP tahap I dilaksanakan pada musim tanam Oktober 2012
sampai dengan Maret 2013 di wilayah Sumatera Selatan (Kabupaten Oku Timur)
dan Jawa Timur (Kabupaten Tuban dan Gresik). Ujicoba tahap I ditargetkan
seluas 3 000 hektar namun yang terealisasi seluas 623.12 hektar. Ujicoba AUTP
di Kabupaten Karawang Jawa Barat dikatakan tidak berhasil karena tidak ada
petani yang tertarik untuk ikut serta dalam asuransi pertanian. Hal ini dikarenakan
petani di Kabupaten Karawang merasa tidak memerlukan asuransi dan merasa
terbebani dengan harus membayar premi sebesar Rp 36 000 per hektar (20% dari
total premi) meskipun telah mendapat subsidi premi sebesar 80% dari pemerintah.
Pada tabel 2 dapat dilihat realisasi ujicoba Asuransi Usahatani Padi pada musim
tanam Oktober sampai dengan Maret 2013.2
Tabel 2
No
1

2

3

Ujicoba asuransi usahatani padi pada musim tanam Oktober 2012
sampai dengan Maret 2013

Bantuan
Premi
Pupuk
Petrokimia
Gresik
Pupuk
Sriwijaya
Palembang
Pupuk
Kujang

Propinsi

Kabupaten

Jawa
Timur

Tuban
Gresik

Sumatera
Selatan

Oku Timur

Jawa
Barat
Jumlah

Karawang

Target
(ha)
1 000
1 000

Realisasi
(ha)
320.00
150.87
152.25

1 000
3 000

0
623.12

Klaim
(ha)
80
-

25
-

7.28

4.78

0

0

87.28

%

29.78

Sumber: PT. Pupuk Kujang Indonesia (2012), diolah

Asuransi untuk usahatani padi dapat menjadi program menarik dalam
hubungannya dengan perubahan iklim yang sulit diprediksi sehingga keberadaan
ujicoba AUTP sangat diperlukan sebelum asuransi pertanian ini diterapkan pada
skala yang lebih luas. Beberapa skim dan skenario dibuat dalam pilot project
tersebut untuk menguji pola yang paling cocok untuk asuransi usahatani padi di
Indonesia. Oleh karena itu, petani yang berpartisipasi dalam skim asuransi harus
didasarkan pada kesukarelaan, bukan paksaan karena partisipasi petani akan
mendukung kesuksesan dan keberlangsungan program.
Secara konseptual, program ujicoba AUTP merupakan salah satu bentuk
program yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam rangka untuk melihat
sejauhmana program ini dapat secara efektif melindungi petani dari ancaman
gagal panen dan memperkenalkan kepada petani bagaimana mekanisme sistem
asuransi pertanian berjalan sebagai langkah awal untuk mengembangkan sistem
asuransi pertanian di Indonesia dalam skala nasional. Sebagai langkah awal
menuju pengembangan sistem asuransi pertanian yang berkelanjutan, program
AUTP dituntut untuk meramu pola pendekatan yang mampu memenuhi kedua
2

Data Kementerian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal Tahun 2014
dalam kajian persiapan implementasi asuransi pertanian secara nasional

5

tantangan tersebut. Program AUTP juga dilaksanakan untuk memberikan
wawasan baru kepada petani terkait adamya sistem perlindungan usahatani dan
agar dalam penyelenggarannya dapat berjalan secara efektif perlu melibatkan
petani dalam setiap proses kegiatannya.
Rumusan Masalah
Pertanian merupakan salah satu usaha yang rawan terhadap dampak
negatif perubahan iklim, seperti banjir dan kekeringan yang dapat menyebabkan
gagal panen. Jika hal ini tidak diantisipasi dengan tepat akan berpotensi
melemahkan motivasi petani untuk mengembangkan usahatani, bahkan dapat
mengancam ketahanan pangan nasional. Selama ini pemerintah telah banyak
mengeluarkan kebijakan dan program untuk membantu sektor pertanian. Beberapa
kebijakan di sektor pertanian seperti subsidi bibit, subsidi pupuk, bantuan sarana
produksi pertanian, serta program kredit untuk sektor pertanian telah dilaksanakan
oleh pemerintah. Namun, bantuan tersebut dirasa belum cukup untuk membantu
petani dalam mengatasi berbagai masalah di sektor pertanian terutama masalah
gagal panen yang disebabkan oleh kondisi perubahan iklim yang tidak menentu.
Sebagai antisipasi terhadap kemungkinan gagal panen yang dapat terjadi di
sektor pertanian, maka pemerintah telah melaksanakan ujicoba sistem asuransi
pertanian di beberapa wilayah di Indonesia yang diterapkan pada tanaman padi
dan diberi nama program Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Kegiatan ujicoba
asuransi pertanian dilatarbelakangi untuk membantu petani menanggung risiko
yang muncul karena perubahan pergeseran musim dan kehilangan hasil pertanian.
Sumber pendanaan untuk membayar premi asuransi dari kegiatan ujicoba tersebut
berasal dari subsidi pemerintah dan petani, serta dari perusahaan BUMN yang
bekerjasama dengan petani.
Program AUTP dinyatakan efektif jika program tersebut mampu
memenuhi kebutuhan petani dan bermanfaat bagi petani. Agar tercapai program
yang efektif diduga partisipasi petani memegang peranan penting dalam
keseluruhan siklus kegiatannya dari mulai perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan
hasil dan evaluasi kegiatannya. Partisipasi petani diduga dapat menghindarkan
program yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani. Berdasarkan pertanyaan
utama penelitian ini yaitu bagaimana mekanisme penerapan skim asuransi dalam
program ujicoba AUTP dan sejauhmana program ujicoba AUTP mampu
membangkitkan partisipasi petani untuk terlibat dalam program tersebut sebagai
langkah awal menuju pada pengembangan program AUTP dalam skala nasional
yang berkelanjutan, maka dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yang
perlu dikaji, diantaranya :
1. Bagaimana mekanisme skim asuransi pertanian dalam program ujicoba
AUTP?
2. Bagaimana tingkat partisipasi petani dalam program ujicoba AUTP ?
3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam
program AUTP ?

6

Tujuan
Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji mekanisme
skim asuransi pertanian dalam program AUTP dan mengkaji faktor-faktor yang
berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP yang hasilnya akan
menjadi informasi bagi pelaku bisnis dan pemerintah dalam rangka mengevaluasi
dan menyesuaikan skim asuransi pertanian yang paling cocok di Indonesia. Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memberikan gambaran mengenai mekanisme skim asuransi pertanian
dalam program ujicoba AUTP
2. Mengkaji tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP
3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani
dalam program ujicoba AUTP
Manfaat Penelitian
Penelitian ilmiah yang mengambil judul “Skim Ujicoba Asuransi
Usahatani Padi (AUTP) dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi
Petani dalam Program AUTP ini diharapkan bisa memberikan nilai manfaat,
antara lain:
1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi
mengenai penerapan asuransi pertanian di Indonesia dan bahan referensi
dalam pengambilan keputusan, terutama dalam upaya melindungi sektor
pertanian dari dampak perubahan iklim yang dapat menimbulkan risiko
gagal panen.
2. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu
pengetahuan dan menambah pengetahuan empiris mengenai asuransi
pertanian.
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi
peneliti lainnya untuk mengembangkan penelitian terkait sistem mitigasi
sektor pertanian untuk mengatasi masalah risiko di bidang pertanian

2 TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu Tentang Asuransi Pertanian
Penelitian terkait asuransi pertanian dilakukan oleh Nurmanaf et al. pada
tahun 2007, Pasaribu et al. pada tahun 2010 serta Raju dan Chand pada tahun
2008. Nurmanaf et al. mengadakan penelitian tentang analisis kelayakan dan
perspektif pengembangan asuransi pertanian. Penelitian tersebut menghasilkan
sejumlah informasi tentang rumusan atau skim asuransi pertanian untuk
komoditas utama. Penelitian tersebut juga menghasilkan rekomendasi kebijakan
yang dapat digunakan untuk pengembangan asuransi pertanian.

7

Penelitian yang dilakukan Pasaribu et al. adalah pengembangan asuransi
khusus untuk usahatani padi untuk menanggulangi risiko kerugian 75% akibat
banjir, kekeringan, dan hama penyakit. Hasil penelitian Pasaribu et al. (2010)
adalah terlaksananya sosialisasi, kordinasi, dan advokasi sistem asuransi usahatani
padi ke berbagai stakeholder, tersusunnya pedoman pelaksanaan asuransi
usahatani padi, terlaksananya pilot project asuransi pertanian, dan terbentuknya
strategi serta langkah-langkah operasional pelaksanaan sistem asuransi pertanian.
Raju dan Chand (2008) mengadakan penelitian tentang masalah dan
prospek asuransi pertanian di India. Penelitian ini membahas persepsi petani pada
asuransi pertanian di Andhra Pradesh, India dimana petani yang menjadi
responden merupakan petani yang mengajukan pinjaman atau pembiayaan
pertanian ke bank dan petani yang tidak mengajukan pinjaman ke bank. Hasil dari
penelitian tersebut adalah adanya perbedaan strategi yang dilakukan petani dalam
menghadapi gagal panen. Kelompok tani yang mengajukan pinjaman menganggap
asuransi pertanian merupakan cara tepat sebagai strategi menghadapi risiko gagal
panen di sektor pertanian.
Implementasi Asuransi Pertanian di Beberapa Negara3
1.

India
Negara India mengenal asuransi pertanian sejak 1972 dengan
diterapkannya ujicoba asuransi pertanian yang diterapkan secara swadaya. Mulai
tahun 1979 pemerintah India memberikan subsidi premi asuransi gagal panen
berdasarkan yield index untuk wilayah publik. Mulai tahun 1985 skim asuransi
gagal panen secara komprehensif (Comprehensive Crop Insurance Scheme atau
CSIS) mulai diperkenalkan di enam belas negara bagian dan dua wilayah serikat
oleh perusahaan asuransi di India yaitu General Insurance Corporation (GIC).
CSIS diganti dengan National Agricultural Insurance Scheme (NAIS) pada tahun
1999/2000. Tujuan Pemerintah India memberikan subsidi premi asuransi gagal
panen antara lain (FAO 2011) :
a. Untuk memberikan dukungan keuangan bagi petani ketika terjadi gagal
panen
b. Untuk mengembalikan kelayakan kredit bagi petani setelah gagal panen
untuk musim tanam berikutnya
c. Untuk mendukung dan merangsang produksi sereal, kacang-kacangan, dan
minyak sayur
Skim asuransi pertanian secara nasional di India (NAIS)
merepresentasikan kepentingan pemerintah untuk tujuan sosial dan ekonomi, yaitu
memberikan kesempatan kepada petani terutama petani kecil dan marginal untuk
mengakses kredit pada waktu musim tanam dengan bunga yang terjangkau serta
membantu petani dari sisi keuangan jika terjadi gagal panen. Pemerintah India
memberikan subsidi untuk program asuransi pertanian dengan porsi pembagian
50% ditanggung oleh pemerintah pusat serta 50% ditanggung pemerintah propinsi
dan negara bagian.
3

Kementerian Keuangan. Badan Kebijakan Fiskal Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal. 2014. Kajian
Persiapan Implementasi Asuransi Pertanian Secara nasional.

8

2.

China
Negara China mulai menerapkan asuransi pertanian sejak tahun 1982
melalui asuransi ternak dan asuransi gagal panen. China mengalami dua tahap
perkembangan asuransi pertanian. Pada tahun 1982 sampai dengan 2002 asuransi
dilaksanakan oleh suatu perusahaan asuransi di China (People’s Insurance
Company of China/PPIC). Pendapatan premi sebesar USD 98 juta pada tahun
1992 dan menurun sebesar USD 40 juta pada tahun 2002. Pada masa itu,
perusahaan asuransi mengalami kerugian dan akhirnya diprivatisasi. Pada tahap
kedua, Pemerintah China mulai memperkenalkan subsidi dalam skim asuransi
pertanian pada tahun 2003. Pemerintah China mendorong perusahaan asuransi
baru untuk melaksanakan asuransi pertanian sebagai salah satu kebijakan guna
mengembangkan sektor pertanian. Sejak tahun 2005, pelaksanaan asuransi
pertanian mengalami perkembangan sehingga subsidi premi juga mengalami
peningkatan. Saat ini China merupakan negara yang menerapkan asuransi
pertanian terbesar setelah Amerika Serikat.
Asuransi di negara China bersifat sukarela, baik untuk asuransi gagal
panen maupun asuransi peternakan. Kebijakan besaran subsidi dan pengambilan
keputusan dilakukan oleh kelompok tani di tingkat desa atau koperasi. Dalam satu
kasus, terdapat petani yang tidak terdaftar sebagai peserta asuransi karena tidak
membayar sebagian premi, namun secara otomatis petani tersebut tetap akan
memperoleh bantuan subsidi premi dari pemerintah. Beban premi asuransi
ditanggung oleh tiga pihak, antara lain pemerintah pusat dan pemerintah daerah
melalui subsidi, serta sisanya ditanggung oleh petani. Besaran subsidi premi
asuransi berkisar antara 20% sampai 100% tergantung dengan kondisi masingmasing wilayah. Tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 subsidi premi mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Tabel 3 menunjukkan tingkat subsidi premi yang
diberikan oleh pemerintah China kepada petani.
Tabel 3

Tingkat subsidi pemerintah China tahun 2007-2010

Tahun

Jenis
Asuransi

Produk

2007

Gagal
Panen

2008

Gagal
Panen

2009

Gagal
Panen

2010

Gagal
Panen

Jagung,Padi,
Gandum, kedelai,
kapas
Jagung, Padi,
Gandum, kedelai,
Kapas, Kacang Tanah
Jagung, beras,
gandum, kedelai,
kapas, kacang tanah
Jagung, beras,
gandum, kedelai,
kapas, kacang tanah

Pemerintah
Pusat
25 %

Pemerintah
Daerah
25%

Total
Subsidi
50%

35%

25%

60%

35%

25%

60%

40%

25%

65%

Sumber: FAO (2011)

3.

Vietnam
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi Pemerintah
Vietnam, dimana 22% Produk Domestik Bruto (PDB) disumbang dari sektor
pertanian. Negara Vietnam sering dilanda bencana angin puyuh dan hujan yang
cukup deras sehingga menyebabkan banjir, tanah longsor, musim kering, dan

9

gelombang badai. Asuransi pertanian di Negara Vietnam mulai diterapkan sejak
tahun 1982 oleh perusahaan asuransi Bao Viet Insurance. Asuransi pertanian
dilaksanakan tanpa bantuan subsidi premi dari pemerintah untuk mendukung
asuransi pertanian. Asuransi pertanian dilaksanakan oleh Bank Pertanian
bekerjasama dengan petani, dan sifatnya tidak wajib bagi petani untuk ikut
asuransi. Produk asuransi pertanian yang ditanggung oleh perusahaan asuransi
meliputi jagung, ubi kayu dan padi.
4.

Thailand
Asuransi gagal panen telah diterapkan di Thailand antara tahun 1978
sampai dengan tahun 1990. Asuransi gagal panen menanggung berbagai macam
risiko (Multiple Peril Crop Insurance/MPCI) untuk produk kapas, jagung, dan
kacang kedelai. Program asuransi telah ditutup karena tingginya biaya
administrasi dan besarnya kerugian yang harus ditanggung. Asuransi gagal panen
berdasarkan indeks iklim dilaksanakan pada tahun 2006 sampai dengan tahun
2010 oleh perusahaan reasuransi, kumpulan dari sembilan perusahaan asuransi
dan perusahaan asuransi milik Pemerintah Thailand (Thai Reinsurance Public
Company Ltd). Asuransi Indeks Iklim menjamin tanaman kapas yang merupakan
tanaman konvensional yang sangat rentan terhadap curah hujan dengan rata-rata
tarif premi diatas 10%.
Asuransi Indeks Iklim dilaksanakan oleh Bank Pertanian (Bank of
Agriculture and Agricultural Cooperative/BAAC), namun petani tidak wajib
mengikuti asuransi pertanian. Pada tahun 2010, Pemerintah Thailand tidak
memberikan subsidi atas pelaksanaan asuransi pertanian. Tahun 2011 sampai
dengan 2013 Pemerintah Thailand memberikan subsidi sebesar 50% sampai
dengan 100% tergantung tipe petani, yaitu:
1) Rumah tangga petani miskin di wilayah pedesaan, subsidi premi sebesar
90% sampai dengan 100% dari total premi.
2) Petani lainnya, subsidi premi sebesar 60% sampai dengan 70% dari total
premi
3) Organisasi produksi pertanian, subsidi premi sebesar 50% dari total premi
5.

Jepang
Pada tahun 1929 di negara Jepang diberlakukan asuransi ternak. Kemudian
pada tahun 1937, peraturan tentang asuransi hutan nasional mulai diberlakukan
untuk menanggung kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran, pengaruh iklim
(angin, air, salju, kekeringan, es, gelombang pasang) dan erupsi gunung berapi.
Skim asuransi pertanian di Jepang dibangun berdasarkan solidaritas antar petani,
dimana setiap koperasi mengumpulkan dana yang berasal dari pembayaran premi.
Skim asuransi pertanian bergantung pada jaringan koperasi di tingkat lokal,
regional, dan nasional, dimana terdapat sekitar 300 koperasi nasional. Tipe
asuransi pertanian di Jepang meliputi:
1) Asuransi padi, gandum, barley (program nasional)
2) Asuransi ternak (program nasional)
3) Asuransi produk buah dan tanaman buah (program pilihan)
4) Asuransi tanaman lapangan dan berbagai tanaman (program pilihan)
5) Asuransi rumah kaca atau greenhouse (program pilihan)

10

Asuransi pertanian di Jepang dilaksanakan oleh sekitar 300 koperasi,
dimana tidak ada koperasi yang khusus melayani petani kecil dan marginal.
Kewajiban petani untuk ikut dalam asuransi pertanian tergantung pada produk
asuransi dan tipe petani. Petani dengan produk pertanian utama seperti gandum,
barley, dan padi diwajibkan ikut asuransi. Meskipun demikian, petani yang tidak
memenuhi syarat (misalnya luas lahan minimum yang bisa diasuransikan) dapat
menjadi peserta asuransi secara sukarela.
Perkembangan Asuransi Pertanian di Beberapa Negara
Asuransi pertanian telah dilaksanakan oleh banyak negara maju terutama
Amerika Serikat sejak tahun 1930-an disusul Eropa dan negara-negara di kawasan
Asia Pasifik dengan Jepang mengawali terbentuknya legislasi asuransi pertanian
tahun 1929. Perkembangan asuransi pertanian di beberapa negara dapat dijelaskan
pada tabel 4.
Tabel 4

Perkembangan asuransi pertanian di beberapa negara

Negara

Tahun
Mulai

Sistem
Koasuransi

Amerika Serikat
Kanada
Spanyol
Portugal
Italia
Perancis
India
Filipina
China
Brazil
Meksiko
Chile
Kolombia
Korea Selatan
Turki

1930-an
1980-an
1980
1979
1970-an
2005
1985
1980
1950-an
1950-an
1990
2000
2000
2001
2005

Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada

Perusahaan
Asuransi
Pertanian
Negara
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Subsidi
Premi

Dukungan
Keuangan
untuk R n D

Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada

Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Sumber: Stutley (2007) dalam RPJMN Bidang Pangan dan Pertanian 2015-1019

3 KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Risiko dan Ketidakpastian dalam Sektor Pertanian
Pada dasarnya terdapat beberapa definisi mengenai risiko. Secara umum
risiko dibedakan dengan kondisi ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan suatu
kondisi yang tidak dapat diketahui atau diperkirakan sebelumnya oleh pengambil
keputusan, sedangkan risiko adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan

11

peluang terjadinya kerugian atau keuntungan (Fleisher 1990). Sementara itu,
Frank Knight yang diacu dalam Calkin (1983) menyatakan bahwa risiko
menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku
bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis, sedangkan ketidakpastian
menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pelaku
bisnis sebagai pembuat keputusan. Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian
dalam suatu kontinum dapat dilihat dari Gambar 2.
Peluang dan Hasil

Peluang dan Hasil tidak

Diketahui

Diketahui

RISKY EVENTS

UNCERTAIN EVENTS
Gambar 2 Risk – Uncertainty Continum
Sumber: Debertin (1986)

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada kontinum sebelah kiri
menggambarkan kejadian yang berisiko yang mana peluang dan hasil dari suatu
kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Sementara kontinum yang di
sebelah kanan menggambarkan kejadian tidak pasti yang mana peluang dan hasil
dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan secara pasti.
Pengertian lain mengenai risiko adalah risiko merujuk pada variabilitas
hasil dari kegiatan yang tidak pasti. Jika tingkat variabilitas ini rendah, kegiatan
tersebut kemungkinan merupakan hal yang pasti. Setiap individu akan cenderung
memberikan pilihan dengan tingkat variabilitas yang lebih rendah (Nicholson
1991). Vaughan (1978) juga mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai
berikut:
1. Risk is the chance of loss
Chance of loss biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu keadaan
yang mana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau
kemungkinan kerugian.
2. Risk is the possibility of loss
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada
diantara nol dan satu
3. Risk is uncertainty
Definisi ini menjelaskan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian
atau dengan kata lain risiko terjadi karena adanya kondisi yang tidak pasti
(ketidakpastian).
Risiko pada kegiatan pertanian bersifat unik dibanding lainnya. Hal ini
dikarenakan ketergantungan aktivitas pertanian terhadap kondisi alam terutama
iklim dan cuaca. Harwood et al (1999) menyatakan terdapat beberapa sumber
risiko pada kegiatan produksi pertanian, yaitu meliputi :
1. Production of yield risk
Faktor risiko produksi dalam kegiatan pertanian disebabkan adanya
beberapa hal yang tidak dapat dikontrol terkait dengan iklim dan cuaca
seperti curah hujan, temperatur udara, hama dan penyakit. Selain itu,
teknologi juga berperan dalam menimbulkan risiko pada kegiatan

12

pertanian. Penggunaan teknologi baru secara cepat tanpa adanya
penyesuaian sebelumnya justru dapat menyebabkan penurunan
produktivitas alih-alih efisiensi yang diharapkan
2. Price of market risk
Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga input dan output. Pada
umumnya, kegiatan produksi pertanian merupakan proses yang lama.
Sementara itu pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Oleh
karena itu, petani belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan
yang diharapkan pada saat panen. Begitu pula dengan harga-harga input
yang berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan
produksi. Pada akhirnya risiko harga tersebut akan berpengaruh terhadap
pendapatan yang diperoleh petani
3. Industrial risk
Berhubungan dengan kebijakan dan program dari pemerintah yang
mempengaruhi sektor pertanian. Misalnya, adanya kebijakan pemerintah
untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input. Secara
umum, industrial risk ini cenderung tidak dapat diantisipasi sebelumnya.
4. Financial risk
Financial risk atau risiko finansial ini dihadapi oleh petani pada saat petani
meminjam modal dari institusi seperti bank. Risiko ini berkaitan dengan
fluktuasi dari tingkat suku bunga pinjaman (interest rate).
Perilaku setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda satu sama
lain. Menurut teori Von Neumann-Morgensten (1944) yang diacu dalam Nicholson
(1991), perilaku ekonomi individu yang berada dalam kondisi tidak pasti cenderung
akan menetapkan pilihan pada pilihan yang memaksimumkan nilai yang diharapkan.
Dalam indeks utilitas Von Neuman-Morgensten terdapat kategori individu dalam
menghadapi risiko, yaitu Risk verter, Risk Neutral, dan Risk Taker. Perilaku individu
dalam menghadapi risiko dapat dijelaskan dengan teori utilitas seperti terlihat pada
Gambar 3.
Expected Return
U1
Risk Averter
U2
Risk Neutral
U3
Risk Taker

Varian Return

Gambar 3 Hubungan antara Varian dan Expected Return
Sumber: Debertin (1986)

13

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara Varian Return yang merupakan
ukuran dari tingkat risiko yang dihadapi, dengan return yang diharapkan
(expected return) yang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan pembuat
keputusan. Perilaku pembuat keputusan dalam menghadapi risiko tersebut
diklasifikasikan menjadi tiga kategori sebagaimana berikut:
1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter) menunjukkan
jika U1 diasumsikan kuva isoutility pembuat keputusan maka adanya
kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan
diimbangi dengan kenaikan return yang diharapkan.
2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk neutral)
menunjukkan jika U2 diasumsikan kurva isoutility pembuat keputusan.
Maka adanya kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat
risiko tidak akan diimbangi dengan kenaikan return yang diharapkan.
3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk taker) menunjukkan
jika U3 diasumsikan kurva isoutility pembuat keputusan. Maka adannya
kenaikan varian return merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi
oleh pembuat keputusan dengan kesediaannya menerima return yang
diharapkan lebih rendah.
Bentuk lain yang dapat menggambarkan perilaku individu dalam
menghadapi risiko dapat dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan keputusan
individu berkaitan dengan kemungkinan pendapatan.
Utility
U(y)1

Yield
Gambar 4 Fungsi Utilitas dengan Marginal Utility menurun, meningkat dan tetap
Sumber: Debertin (1986)

Berdasarkan gambar 4, individu yang digambarkan pada kurva U(y)1
termasuk dalam perilaku risk averter. Kurva tersebut menunjukkan kepuasan
marginal utility yang semakin menurun (diminishing marginal utility) dari
pendapatan. Meskipun tambahan pendapatan selalu meningkatkan kepuasan,
tetapi kenaikan kepuasan yang dihasilkan karena kenaikan pendapatan yang
mendekati titik orginal akan lebih besar dari kenaikan kepuasan karena kenaikan
pendapatan berikutnya. Sementara pada risk lover, kepuasan marginal utility
semakin meningkat (increasing marginal utility) dari pendapatan dan pada risk
neutral kepuasan marginal utility tetap (constan marginal utility).

14

Dalam menghadapi risiko pada kegiatan produksi pertanian, petani dapat
melakukan beberapa strategi. Menurut Harwood et al. (1999), beberapa strategi
yang dapat dilakukan oleh petani meliputi:
1. Diversifikasi Usaha (Entreprise Diversification)
Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering
digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi
diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha
memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan
memiliki hasil yang lebih tinggi.
2. Integrasi Vertikal (Vertical Integration)
Integrasi vertikal merupakan salah satu strategi dalam payung koordinasi
vertikal yang meliputi seluruh cara yang mana output dari satu tahapan
produksi dan distrib