Dampak Modal Sosial Terhadap Perekonomian di Indonesia

DAMPAK MODAL SOSIAL TERHADAP
PEREKONOMIAN DI INDONESIA

EDWIN TRIYOGA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA
PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Dampak Modal Sosial
Terhadap Perekonomian di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014


Edwin Triyoga
NRP 151114124 

2

RINGKASAN
EDWIN TRIYOGA. Dampak Modal Sosial Terhadap Perekonomian di Indonesia.
Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan WIWIEK RINDAYATI.
Salah satu unsur institusi di dalam masyarakat yang penting bagi
perekonomian adalah modal sosial. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlalu
terpengaruh, di mana perekonomian dunia pada tahun 2008 diguncang dengan
adanya krisis global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan
yang tidakcukup berarti di mana pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tercatat
sebesar 6.01%. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4.58%.
Pada tahun 2010 kondisi perekonomian Indonesia kembali menunjukkan kondisi
yang cukup baik, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 tumbuh 6.1%.
Penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup drastis di tahun 2009 dan
kenaikannya pada tahun 2010 serta peningkatan modal sosial dari tahun 2007 ke
2009 perlu ditelaah dan dianalisis lebih lanjut, terutama karena kinerja

perekonomian yang cukup bagus pada tahun 2010 yang menunjukkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu bertahan dan mengalami peningkatan.
Apakah kondisi ini hanya disebabkan karena berkurangnya tekanan krisis
ekonomi global atau karena negara ini memiliki modal sosial yang baik sehingga
dapat pulih dari penurunan pertumbuhan ekonomi dengan cepat.
Penelitian ini memiliki empat tujuan: pertama mengidentifikasi kondisi
karateristik modal sosial masyarakat di Indonesia. Kedua; menganalisis unsurunsur modal sosial yang dominan dalam menentukan tinggi rendahnya modal
sosial di Indonesia. Ketiga; menganalisis tipologi pertumbuhan ekonomi dengan
kondisi modal sosial di Indonesia. Tujuan keempat yaitu mengkaji pengaruh
modal sosial terhadap perekonomian di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan dua alat analisis utama: analisis faktor yang
digunakan dalam pembentukan modal sosial dan regresi ordinary least square
yang digunakan untuk melihat dampak modal sosial terhadap perekonomian di
Indonesia.
Dengan menggunakan data cross section seluruh provinsi di Indonesia
diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: (1) Nilai modal sosial provinsi di
Indonesia memiliki rata-rata 68.80 yang menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia memiliki modal sosial yang relatif baik; (2) Kepercayaan (trust)
memiliki kontribusi yang dominan dibandingkan unsur dari modal sosial yang lain
sebesar 49.86%; (3) Analisis tipologi menunjukkan sebesar 66.67% provinsi di

Indonesia menggambarkan pola hubungan yang positif antara modal sosial dan
pertumbuhan ekonomi. (4) Hasil pengujian model regresi menunjukkan bahwa
modal sosial memiliki memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap
pendapatan perkapita, yang berarti modal sosial mendukung perekonomian secara
terus menerus.
Kata kunci: modal sosial, perekonomian, ordinary least square

3

SUMMARY
EDWIN TRIYOGA. The Impacts of Social Capital on Economic in Indonesia.
Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM and WIWIEK RINDAYATI.
One of the elements of institution in society that is very important for
economy is social capital. In the recovery period after the financial crisis, the
2004–β007 period, Indonesia’s economic growth reverted upward by 5.03 to 6.35
percent with an average growth of 5.64 percent during that period. The interesting
part is that Indonesia’s economic growth wasn’t really affected whereas the world
economy in 2008 was shaken by the global crisis. Indonesia’s economic growth
experienced insignificant decline in 2008 at 6.01 percent. In 2009, the economic
growth was recorded at 4.58 percent. In 2010, the economy of Indonesia was in

fairly good condition, with 6.1 percent economic growth. The quite drastic decline
of Indonesia’s economic growth in β009 and its rise in β010 as well as the
increase of social capital from 2007 to 2009 need to be observed and analysed
further, especially because the fairly good economic performance in 2010 shows
that Indonesia’s economic growth can survive and improve. It is still undecided
whether this condition is the result of reducing global financial crisis pressure or
because this country has good social capital that allows speedy recovery from
economic growth decline.
This study has four objective: first; identify the condition of community’s
social capital characteristics in Indonesia. Second; analyze the elements of social
capital are dominant in determining the level of social capital in Indonesia. Third;
analyze the typology economic growth with social capital conditions in Indonesia.
The fourth objective is to find out the effect of social capital on economic in all
the provinces of Indonesia.
The study used two main analysis instruments: factor analysis method aims
to obtain social capital indexes and the constituent factors according to the provinces
in Indonesia, and ordinary least square regression is used to see the impact of
social capital on economics in Indonesia.
By using cross-sectional data from all the provinces of Indonesia, it can be
concluded as follows: (1) The values of social capital in the provinces of

Indonesia were on average 68.80 indicating that societies in Indonesia have
relatively good social capital. (2) Trust has the dominant contribution compared
with other factor of social capital is 49.86 percent. (3) Typological analysis
indicates that 66.67 percent of provinces in Indonesia described the pattern of
relationship between social capital and economic growth. (4) Based on regression
model found that social capital has a significant positive effect on income per
capita, which means that the influence of those factors support growth
continuously.
Keywords: social capital, economic, ordinary least square

4

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

5

DAMPAK MODAL SOSIAL TERHADAP
PEREKONOMIAN DI INDONESIA

EDWIN TRIYOGA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

6

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS.

7

Judul Tesis
Nama
NIM

: Dampak Modal Sosial Terhadap Perekonomian di Indonesia
: Edwin Triyoga
: H151114124

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Ekonomi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 5 Maret 2014

Tanggal Lulus: 12 Mei 2014

8

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah tentang modal sosial, dengan judul Dampak
Modal Sosial terhadap Perekonomian di Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim,

M.Ec dan Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama proses penulisan tesis ini, serta kepada
Bapak Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, M.S selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan kritik dan masukan untuk menyempurnakan tesis ini. Disamping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Pimpinan Badan Pusat Statistik yang
telah memberikan dukungan untuk penulis selama ini. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada orang tua dan istri atas segala doa dan kasih sayangnya.
Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
akademisi dan pemerintah.

Bogor, Maret 2014
Edwin Triyoga

9

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
4
4

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Tinjauan Empiris
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian

5
5
10
13
13

3 METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis

14
14
17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembentukan Variabel Modal Sosial
Gambaran Umum
Tipologi Modal Sosial dan Pertumbuhan Ekonomi
Analisis Regresi Modal Sosial terhadap PDRB Per Kapita

24
24
29
42
43

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

46
46
47

DAFTAR PUSTAKA

49

LAMPIRAN

51

RIWAYAT HIDUP

60

10

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Defiinisi Modal Sosial
Definisi Trust
Unsur, Variabel dan Katagori Jawaban untuk Pengukuran Modal Sosial
Tipologi Daerah atas Dasar Modal Sosial dan Pertumbuhan Ekonomi
Penghitungan Kaiser's Measure of Sampling Adequacy (MSA)
Iterasi Pertama Penghitungan Analisis Faktor
Iterasi Kedua Penghitungan Analisis Faktor
Component Tranformation Matrix Penghitungan Analisis Faktor
Iterasi Kedua
9 Iterasi Ketiga Penghitungan Analisis Faktor
10 Component Tranformation Matrix Penghitungan Analisis Faktor
Iterasi Ketiga
11 Hasil Regresi Model Modal Sosial terhadap PDRB Per Kapita

7
8
14
21
24
25
26
27
27
28
46

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2004-2011
Error! Bookmark not defined.
Kerangka Pemikiran
12
Scree Plot Iterasi Ketiga Penghitungan Analisis Faktor
29
Indeks Modal Sosial Provinsi di Indonesia
30
Kontribusi Unsur-unsur terhadap Modal Sosial Indonesia
33
Kontribusi Unsur-unsur terhadap Modal Sosial Provinsi di Indonesia
34
Perbandingan Indeks Modal Sosial dan Pertumbuhan Ekonomi
41
Transmisi Modal Sosial dan Pertumbuhan Ekonomi
41
Tipologi Daerah Provinsi di Indonesia Menurut Modal Sosial dan
Pertumbuhan Ekonomi
42

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Analisis Faktor Modal Sosial
Penghitungan Pembobot Analisis Faktor Unsur Modal Sosial
Penghitungan Pembobot Analisis Faktor Unsur Modal Sosial
Hasil Penghitungan Nilai Modal Sosial dan Unsurnya
Hasil Penghitungan Kontribusi Unsur Modal Sosial
Indikator Ekonomi Indonesia Tahun 2009
Analisis Regresi OLS Dampak Modal Sosial Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

51
53
54
55
56
57
58

11

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan merupakan proses perubahan dan transformasi jangka
panjang yang melibatkan berbagai faktor yang menghasilkan kemakmuran dan
kesejahteraan. Dalam konteks yang ada selama ini, pembangunan dinilai
keberhasilan ataupun kegagalannya dengan menggunakan indikator yang lebih
banyak bernuansa ekonomi. Pembangunan yang dilaksanakan sangat menekankan
pada bidang ekonomi yang utamanya adalah pertumbuhan ekonomi. Sugiyanto
(2010) mengemukakan bahwa paradigma baru dalam ekonomi adalah melihat
pembangunan secara multidimensi mulai dari proses perubahan struktur sosial,
perilaku, dan institusi nasional yang sama dengan percepatan pertumbuhan
ekonomi. Perubahan struktur sosial, perilaku dan institusi tersebut tercermin
dalam berbagai perspektif sosial seperti sikap saling percaya, toleransi akan
perbedaan, partisipasi dalam kelompok, dan hubungan antar anggota masyarakat
yang cenderung masih diabaikan.
Tanpa bermaksud mengabaikan pengaruh dari berbagai indikator-indikator
ekonomi yang ada, semua sadar bahwa indikator modal sosial juga memiliki peran
yang sangat signifikan dalam peningkatan pertumbuhan. Arsyad (2010)
menegaskan bahwa negara-negara dengan institusi yang lebih baik akan mampu
mengalokasikan sumberdaya secara lebih efisien, sehingga perekonomian bisa
bekerja lebih baik. North (1990) mendefinisikan institusi tersebut sebagai aturanaturan yang diciptakan untuk mengatur berbagai interaksi manusia. Selain aturan
formal, aturan tersebut mencakup aturan informal yang terdiri dari norma sosial,
konvensi, adat istiadat, sistem nilai dan modal sosial yang secara bersama-sama
membuat tatanan yang baik dalam berkehidupan.
Putnam (1993) menyatakan modal sosial saat ini dipandang sebagai resep
utama dalam perkembangan pembangunan ekonomi. Di dalam tulisannya tersebut
juga dikemukakan bahwa berbagai studi telah membuktikan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang cepat di wilayah Asia Timur disebabkan oleh adanya kegiatan
ekonomi yang menyangga pada modal sosial yang baik. Hal ini didukung oleh
pendapat Hasbullah (2006) bahwa modal sosial memiliki pengaruh yang tinggi
terhadap perkembangan dan kemajuan berbagai sektor ekonomi. Hal ini didukung
oleh pendapat
Peradigma baru ini dimulai ketika para ahli ekonomi mulai merasakan
adanya ketidakberhasilan aplikasi dan implementasi ’mahzab ekonomi neoklasik’. Sebagaimana ditegaskan oleh Fukuyama (2000) bahwa perkembangan
ekonomi dunia dewasa ini didera oleh banyak penyakit. yang disebabkan karena
secara menyeluruh sistem perekonomian dunia telah mengabaikan beberapa
bagian dari pemikiran pelopor mahzab ekonomi klasik. Pemikiran tersebut
menjelaskan bahwa kehidupan ekonomi tertanam secara mendalam pada
kehidupan sosial serta pada dasarnya tidak bisa dipahami terpisah dari adat, moral,
dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat di mana proses ekonomi itu terjadi. Smith
(2005) menuangkan pemikiran yang terabaikan ini dalam buku Theory of Moral
Sentiments (1790) yang menjelaskan pentingnya 'kontrak sosial’ (social contract).
Unsur penting dari kontrak sosial ini antara lain apa yang mereka sebut sebagai

12
karakteristik jaringan sosial, pola-pola imbal balik, dan kewajiban-kewajiban
bersama, di mana unsur-unsur penting ini disebut dengan modal sosial (Fukuyama
2000).
Lebih lanjut hal ini sangat menarik apabila ditinjau dalam kasus
pembangunan ekonomi di Indonesia, khususnya pada indikator perkembangan
pertumbuhan ekonomi yang dapat dilihat pada grafik berikut:
7
6.46
6.35

6.5

6.01
6

6.2

5.69
5.5

5.5
5

5.03

4.63

4.5
4
2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Sumber: BPS
Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2004-2011
Pada periode pemulihan setelah krisis ekonomi yakni periode tahun 2004
sampai dengan tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali naik. yaitu
sebesar 5.03 sampai 6.35% dengan rata-rata pertumbuhan pada periode tersebut
sekitar 5.64%. Hal yang menarik adalah ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak terlalu terpengaruh. di mana perekonomian dunia pada tahun 2008
diguncang dengan adanya krisis global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
mengalami penurunan yang tidak cukup berarti di mana pada tahun 2008
pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6.01%, turun 0.34% dibandingkan
pertumbuhan pada tahun 2007.
Uniknya dampak adanya krisis global ini justru baru dirasakan pada tahun
2009. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 ternyata mengalami penurunan
yang lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2008. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4.58%. jika
dibandingkan tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tahun 2009 mengalami
penurunan sebesar 1.38%. Pada tahun 2010 kondisi perekonomian Indonesia
kembali menunjukkan kondisi yang cukup baik. pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2010 tumbuh 6.1% meningkat dibandingkan tahun 2009 dan mampu lebih
tinggi dari tahun 2008.
Perumusan Masalah
Penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup drastis di tahun
2009 dan kenaikannya pada tahun 2010 perlu ditelaah dan dianalisis lebih lanjut,
terutama karena kinerja perekonomian yang cukup bagus pada tahun 2010 yang

13
menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu bertahan dan mengalami
peningkatan. Apakah kondisi ini hanya disebabkan karena berkurangnya tekanan
krisis ekonomi global atau karena negara ini memiliki modal sosial yang baik
sehingga dapat pulih dari penurunan pertumbuhan ekonomi dengan cepat.
Sebagaimana ketika Indonesia diprediksi akan mengalami lost generation paska
krisis 1997/1998 di Indonesia (Sulhin 2004). Indonesia digambarkan akan berada
pada suatu kondisi di mana masyarakatnya secara umum kehilangan arah dan
pegangan, pertumbuhan ekonomi yang buruk, kemiskinan yang kronis,
pengangguran yang membengkak, dan kasus gizi buruk yang kenyataannya tidak
terjadi. Muncul kembali sebuah pertanyaan apakah Indonesia masih memiliki
nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai penyangga dalam krisis dan self
endowment yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang baik. Tercatat 3 kali
Indonesia terkena dampak krisis yaitu tahun 1998, 2007, dan 2011 namun
Indonesia masih tetap bertahan. Hal ini diartikan secara lugas oleh Ismalina
(2009) bahwa kondisi tersebut merupakan representasi mekanisme kebertahanan
hidup masyarakat melalui modal sosial masyarakat Indonesia. Kondisi-kondisi
yang telah disebutkan sebelumnya menjadi alasan yang cukup kuat untuk
menganalisis modal sosial masyarakat di Indonesia dalam menunjang
pembangunan khususnya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian ada beberapa pandangan negatif terhadap interaksi
masyarakat Indonesia yang melahirkan modal sosial. Pernyataan negatif tersebut
menyebutkan adanya kondisi faktor kultural yang melemah, semangat gotong
royong yang memudar, kebersamaan yang menjadi ”individualistik”, serta
keengganan untuk berpartisipasi dan bergaul. Koentjaraningrat (2004)
menyatakan bahwa manusia Indonesia mengidap mentalitas yang lemah, yaitu
konsepsi atau pandangan dan sikap mental terhadap lingkungan yang sudah lama
mengendap dalam alam pikiran masyarakat, karena terpengaruh atau bersumber
kepada sistem nilai budaya (culture value system) sejak beberapa generasi yang
lalu, dan yang baru timbul sejak zaman revolusi yang tidak bersumber dari sistem
nilai budaya pribumi. Artinya, kelemahan mentalitas manusia Indonesia
diakibatkan oleh dua hal yaitu karena sistem nilai budaya negatif yang berasal dari
bangsa sendiri dan dari bangsa lain.
Penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan seberapa besar faktor
modal sosial akan mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia. Terlebih lagi
penelitian modal sosial (social capital) merupakan penelitian yang menarik dan
penting untuk dibahas, kendati bahan dan kajian yang ada di Indonesia sangat
terbatas, ditambah lagi memasukkan dimensi modal sosial sebagai salah satu
komponen dalam pertumbuhan ekonomi tidaklah mudah.
Fukuyama (2000) menempatkan Jepang sebagai negara yang memiliki
high-trust. Kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Jepang tidak terlepas dari
tingginya rasa saling mempercayai pada setiap individu masyarakat, dalam sebuah
paket keunggulan modal sosial. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa modal
sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi dan
sektor-sektor lainnya (Hasbullah 2006). Sebuah pertanyaan besar muncul, apakah
modal sosial yang dimiliki oleh Indonesia merupakan persoalan atau keunggulan
dalam mengiringi perkembangan bangsa ini menuju masyarakat yang kuat,
modern, produktif, kompetitif dengan pertumbuhan yang berkualitas? Luasnya

14
pembahasan mengenai aspek modal sosial, maka penelitian ini memfokuskan
pada permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kondisi karakteristik modal sosial masyarakat di Indonesia?
2. Unsur modal sosial manakah yang memiliki peran dominan dalam
menentukan tinggi rendahnya modal sosial di Indonesia?
3. Apakah di Indonesia memiliki pola pertumbuhan ekonomi yang sejalan
dengan kondisi modal sosialnya?
4. Apakah terdapat pengaruh antara variabel-variabel modal sosial dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
Tujuan Penelitian
Setelah melihat latar belakang dan rumusan permasalahan di atas. maka
dirumuskan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kondisi karateristik modal sosial masyarakat di Indonesia.
2. Menganalisis unsur-unsur modal sosial yang dominan dalam menentukan
tinggi rendahnya modal sosial di Indonesia.
3. Menganalisis tipologi pertumbuhan ekonomi dengan kondisi modal sosial di
Indonesia.
4. Mengkaji pengaruh modal sosial terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Manfaat Penelitian

1.

2.

3.

4.

Manfaat dari penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut:
Dengan diketahuinya kondisi modal sosial di Indonesia, dapat disimpulkan
penyebab modal sosial disebuah wilayah lebih tinggi atau lebih rendah dari
yang lain.
Dengan diketahuinya unsur utama modal sosial di Indonesia, dapat
disimpulkan penyebab modal sosial di sebuah wilayah lebih tinggi atau lebih
rendah dari yang lain.
Dengan tipologi pertumbuhan ekonomi dengan kondisi modal, kita bisa
melihat wilayah-wilayah yang memiliki pertumbuhan dan modal sosial di
atas rata-rata, dan alasan beberapa daerah yang tidak mengikuti pola tersebut.
Mengetahui hubungan antara modal sosial dengan petumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis penelitian ini mencakup dua hal. Pertama.
menyajikan pengukuran dan gambaran umum modal sosial di Indonesia dengan
analisis faktor serta analisis tipologi daerah. Kedua. menganalisis keterkaitan
modal sosial terhadap pertumbuhan ekonomi melalui model ekonometrika.
Lingkup wilayah penelitian mencakup 33 provinsi periode tahun 2009. Penelitian
ini menggunakan data sekunder dari hasil olah raw data Susenas serta data yang
sudah diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang dikumpulkan
merupakan data cross section seluruh provinsi di Indonesia tahun 2009.

15

2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Modal Sosial dan Pembangunan
Pembangunan dapat dimaknai sebagai suatu proses perbaikan yang
berkesinambungan atas suatu masyarakat secara menyeluruh menuju kehidupan
yang lebih baik. Namun. sering dijumpai gambaran kehidupan di mana kegagalan
pembangunan membuktikan adanya beragam jenis kebijakan dan program yang
dilakukan tidak dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal seperti yang
diharapkan. Seiring dengan itu. keinginan untuk belajar dari kekeliruan tersebut
sangat tipis sehingga program dan kebijakan yang terbukti gagal terus diulang.
Begitu besarnya dana pembangunan yang telah dibelanjakan dan dikeluarkan
tetapi daya dongkraknya amat kecil. Hal ini disebabkan kebijakan-kebijakan yang
diimplementasikan senantiasa berbenturan dengan tembok kokoh nilai-nilai
tradisional, ketiadaan semangat kekeluargaan, hilangnya rasa saling mempercayai,
keterisolasian budaya dan sejenisnya. Banyak contoh dan ragam kebijakan yang
sebetulnya positif tetapi tidak banyak menghasilkan perubahan seperti yang
diharapkan, karena ada kekuatan lain yang sering diabaikan. Kekuatan ini
bersumber dari nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang sering juga
disebut dengan ‘modal sosial’.
Modal sosial merupakan energi pembangunan yang cukup besar. Masingmasing entitas sosial memiliki tidak saja tipologi melainkan juga konfigurasi nilai
dan norma yang sangat menentukan derajat kerekatan sosial dan kolaborasi sosial
dalam masyarakat. Dimensi ini akan berpengaruh kuat pada karakteristik perilaku
masyarakat dan respon yang ditunjukkan terhadap setiap kebijakan pembangunan
yang dibuat oleh pemerintah. Apa pun rencana dan proyek yang dirancang akan
senantiasa berhadapan dengan faktor-faktor yang dapat memperlancar atau
bahkan menggerogoti pembangunan itu sendiri. Dalam hal ini peran modal sosial
sangat menentukan.
Fukuyama (2000) dengan meyakinkan berargumentasi bahwa modal sosial
memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat
kehidupan masyarakat modern. Modal sosial sebagai condisia sine qua non
(syarat mutlak) bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial,
politik dan stabilitas demokrasi. Di dalamnya. merupakan komponen kultural bagi
kehidupan masyarakat modern. Modal sosial yang lemah akan mengurangi
semangat gotong-royong, menambah kemiskinan, meningkatkan pengangguran,
kriminalitas dan menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduk.
Awal Pemikiran Modal Sosial
Awal kemunculan istilah modal sosial sudah cukup lama. Adam Smith dan
ilmuwan di abad ke 18 dalam kajian ekonominya telah memasukkan unsur modal
sosial yang disebutnya sebagai kontrak sosial (social contract) akan menentukan
kemajuan pembangunan ekonomi. Kelompok ini menyebut unsur penting dari
kontrak sosial sebagai karakteristik jaringan sosial, pola-pola timbal balik, dan
kewajban-kewajiban bersama. Dari pemikiran-pemikiran ini pula berbagai kajian

16
yang merupakan konsep modern dari modal sosial di abad berikutnya memiliki
dasar-dasar teoritis yang cukup kuat. Seperti apa yang telah dilakukan oleh Marx
dan Engles dengan konsep solidaritas yang terikat (bounded solidarity) yang
menggambarkan tentang kemungkinan munculnya pola hubungan dan kerja sama
yang kuat ketika suatu kelompok berada dalam tekanan negara atau kelompok
lainnya (Woolcock 1998).
Hasbullah (2006) menyebutkan bahwa kajian pertama yang cukup
komprehensif tentang modal sosial terutama pada pembahasan mengenai suatu
unit sosial berlangsung pola-pola hubungan timbal balik yang didasari oleh
prinsip-prinsip kebajikan bersama (social virtues), simpati dan empati (altruism).
serta tingkat kohesivitas hubungan antarindividu dalam suatu kelompok (social
cohesivity).
Definisi dan Perspektif Modal Sosial
Sampai saat ini kesepahaman dan kesepakatan dalam mendefinisikan dan
menentukan ukuran modal sosial yang memadai secara ilmiah dan berlaku secara
universal belum tercapai. Akibatnya, modal sosial sering didefinisikan menurut
perspektif yang berbeda-beda.
BPS (2010) menyatakan bahwa terjadi kesalahpahaman terkait definisi
modal sosial yang ada di masyarakat, yakni:
1. Modal sosial dianggap sebagai konsep yang kompleks, multidimensi,
multitafsir dan cenderung abstrak.
2. Ketidakjelasan pola keterkaitan yang berlaku secara universal antara modal
sosial dengan aspek keamanan, ketertiban dan kesejahteraan.
3. Pemahaman keliru yang menganggap bahwa seluruh fakta sosial (norma,
kebiasaan, adat istiadat dan budaya) yang berkembang di tingkat lokal
merupakan modal sosial.
4. Penilaian yang berbeda terhadap fakta sosial yang berkembang di masyarakat
sehingga muncul pertanyaan besar apakah modal (capital) dapat mengalami
kenaikan maupun penurunan dalam kuantitas dan kualitasnya sejalan dengan
perubahan waktu.
Beberapa definisi yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengukur
modal sosial, ditampilkan pada Tabel 1.
Tokoh-tokoh tersebut memiliki perbedaan penekanan terhadap unsurunsur pembentuk modal sosial sehingga mempengaruhi pendekatan analisisnya.
Meskipun demikian. inti konsep modal sosial memberikan penekanan pada
kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan memperbaiki kualitas kehidupan
dan senantiasa melakukan perubahan dan penyesuaian secara terus-menerus.
Hal yang cukup menarik adalah Bourdieu menekankan peran individual
dan keterikatan sosial yang terorganisir dalam memprediksi kemajuan individu
dan tindakan-tindakan kolektif mereka. Selanjutnya Coleman dan Bourdieu
memiliki kesamaan dalam fokus kajian yaitu individual. terutama yang berkaitan
dengan peran dan hubungan dengan sesama sebagai unit analisis modal sosial. Di
lain pihak Putnam lebih mengembangkan pemikirannya pada ide asosiasi dan
aktifitas masyarakat sipil sebagai basis bagi terciptanya integrasi sosial dan
kesejahteraan.

17
Tabel 1 Definisi Modal Sosial
Sumber

Definisi Modal Sosial

(1)
Bourdieu
dalam
Richardson
(1986)

(2)
Modal sosial merupakan agregasi dari sumber daya aktual maupun
potensial terkait dengan kepemilikan jejaring kokoh dari hubungan
yang bersifat resmi atas jalinan kerja dan pengakuan bersifat
timbal balik.

Coleman
(1988)

Modal sosial inheren dalam struktur relasi antarindividu. Struktur
relasi dan jaringan inilah yang menciptakan berbagai ragam
kewajiban sosial, menciptakan iklim saling percaya, membawa
saluran informasi, dan menetapkan norma-norma dan sangsi sosial
bagi para anggotanya.

Putnam
(1993)

Menggambarkan fitur yang dimiliki oleh organisasi sosial seperti
sikap percaya, norma, dan jejaring, mampu memperbaiki efisiensi
masyarakat melalui fasilitasi berbagai tindakan terkoordinasi.

Adler dan
Kwon
(2002)

Modal sosial merupakan gambaran dari keterikatan internal yang
mewarnai struktur kolektif dan memberikan kohesifitas dan
keuntungan-keuntungan bersama dari proses dan dinamika modal
sosial yang terdapat dalam struktur yang dimaksud.

Cohen dan
Prusak
(2001)

Modal sosial sebagai indeks dari hubungan yang aktif
antarmasyarakat. Setiap pola hubungan yang terjadi diikat oleh
kepercayaan (trust) kesalingpengertian (mutual understanding), dan
nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok
untuk membuat kemungkinan aksi bersama dilakukan secara efektif
dan efisien.

Fukuyama
(2000)

Keberadaan dari sekumpulan nilai-nilai informal tertentu (spesifik)
yang bersifat instan atau norma yang dianut bersama seluruh
anggota kelompok yang memungkinkan kerja sama di antara
anggota kelompok tersebut

Hasbullah (2006) merangkumnya dengan memaparkan bahwa jati diri
modal sosial yang sebenarnya adalah nilai-nilai dan norma yang dipedomani
sebagai acuan bersikap, bertindak dan bertingkah laku, serta berhubungan dengan
pihak lain yang mengikat kepada proses perubahan dan upaya masyarakat yang
untuk mencapai suatu tujuan. Nilai dan unsur tersebut terwujud dalam sikap
partisipatif, sikap saling memperhatikan, saling memberi dan menerima, saling
percaya, kemauan masyarakat atau kelompok tersebut untuk secara terusmenerus proaktif baik dalam mempertahankan nilai, membentuk jaringanjaringan kerja sama maupun dengan penciptaan kreasi dan ide-ide baru, yang
keseluruhannya diperkuat oleh nilai-nilai dan norma yang mendukungnya.
Unsur Pembentuk Modal Sosial
Proses terbentuknya indeks modal sosial pada masyarakat diidentifikasi
dan dipahami Nahapiet dan Ghoshal (1998) dengan membagi modal sosial

18
menjadi tiga dimensi, yaitu:
1. Struktural (structural dimension) yaitu sesuatu yang memfasilitasi
aksesibilitas terhadap sumber daya sehingga mendorong terbentuknya
interaksi sosial di masyarakat. Pendekatan ini meliputi: kelompok dan
jejaring.
2. Relasional (relational dimension) yaitu dimensi kemampuan yang berakar
pada hubungan seperti respects. friendship seperti dan kejujuran
(trustworthiness). Pendekatan ini meliputi: sikap percaya dan toleransi.
3. Kognitif (cognitive dimension) yaitu sesuatu yang mendasari individu untuk
berperan dalam meningkatkan kesejahteraan dan manfaat sosial dalam
masyarakat. Pendekatan ini meliputi solidaritas.
Inti dari pembahasan tentang modal sosial terletak pada bagaimana
kemampuan masyarakat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerja sama
membangun suatu jaringan dalam suatu pola interaksi yang timbal balik dan
saling menguntungkan. dan dibangun di atas kepercayaan yang ditopang oleh
norma-norma dan nilai-nilai sosial yang positif dan kuat untuk mencapai tujuan
bersama. Hasbullah (2006) menjelaskan unsur-unsur pembentuk modal sosial
adalah sebagai berikut.
1. Jaringan. Modal sosial akan kuat tergantung pada kapasitas yang ada dalam
kelompok masyarakat untuk membangun sejumlah asosiasi berikut
membangun jaringannya. Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan
masyarakat yang lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling
berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan
(equality), kebebasan (freedom), dan keadaban (civility).
2. Resiprocity (timbal-balik). Modal sosial senantiasa diwarnai oleh
kecenderungan saling tukar kebaikan antarindividu dalam suatu kelompok
atau antarkelompok. Pola pertukaran merupakan suatu kombinasi jangka
pendek dan jangka panjang dalam nuansa altruism (kepedulian dan
mementingkan kepentingan orang lain).
3. Trust atau kepercayaan didefinisikan oleh beberapa tokoh yang tertuang pada
tabel berikut:
Tabel 2 Definisi Trust
Sumber
(1)

Definisi Trust
(2)

Dimensi trust merupakan warna dari suatu sistem kesejahteraan
bangsa. Kemampuan berkompetisi akan tercipta dan dikondisikan
oleh satu karakteristik yang tumbuh di masyarakat yaitu trust.
Putnam
Trust adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko
(1993)
dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari oleh perasaan
yakin bahwa orang lain akan melakukan sesuatu seperti yang
diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola
tindakan yang saling mendukung. atau paling tidak. orang lain
tidak akan melakukan tindakan yang merugikan diri dan
kelompoknya.
Sumber: Hasbullah (2006)
Fukuyama
(2000)

19
4.

5.

6.

7.

Cooperativeness (kerja sama atau gotong royong). Menurut Coleman nilainilai kerja sama bertindak sebagai pembatas kepentingan pribadi dan
mengarahkan individu untuk berkontribusi dalam penyediaan berbagai jenis
barang-barang untuk kepentingan umum (Knack dan Keefer 1997).
Norma sosial. Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol
bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian norma itu
sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh
anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-norma ini
biasanya terinstusionalisasi dan mengandung sangsi sosial yang dapat
mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang
berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak
tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan
pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial (Knack
dan Keefer 2007). Aturan kolektif ini misalnya, menghormati orang yang
lebih tua, menghormati pendapat orang lain, norma hidup sehat, dan
sebagainya. Aturan-aturan kolektif tersebut merupakan contoh dari norma
sosial.
Nilai-nilai. Nilai-nilai adalah sesuatu ide yang turun temurun dianggap benar
dan penting oleh kelompok masyarakat, misalnya, nilai harmoni, prestasi,
kerja keras, dan kompetisi. Nilai senantiasa memiliki kandungan konsekuensi
yang ambivalen. Nilai harmoni misalnya, yang oleh banyak pihak dianggap
sebagai pemicu keindahan dan kerukunan hubungan sosial yang tercipta,
ternyata di sisi lain dipercaya pula dapat menghalangi kompetisi dan
produktivitas.
Tindakan proaktif merupakan salah satu unsur penting modal sosial. yang
berupa keinginan kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi
tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan mereka dalam suatu kegiatan
masyarakat. Melibatkan diri bukan hanya bertujuan untuk mencari
kesempatan yang dapat memperkaya, tidak saja dari sisi material tapi juga
kekayaan hubungan hubungan social, dan menguntungkan kelompok, tanpa
merugikan orang lain, secara bersama-sama.

Pengukuran Modal Sosial
BPS (2010) menyebutkan bahwa kesulitan utama yang dihadapi dalam
mengukur modal sosial adalah penentuan indikator yang mampu secara baik
merepresentasikan konsep modal sosial. Kesulitan ini terjadi karena dimensi
modal sosial seringkali tidak berlaku umum bagi setiap masyarakat terkait dengan
perbedaan aspek sosiologis maupun geografis. Analisis modal sosial yang telah
berkembang selama ini juga lebih bersifat kontekstual (menurut bidang kajian
yang relevan), dan dengan cakupan masyarakat yang bersifat lokal (terbatas).
Akibatnya. pencarian instrumen yang mampu merepresentasikan modal sosial
yang berlaku universal serta dapat diperbandingkan antarwilayah geografis
menjadi kegiatan yang tidak mudah. Sementara itu, pengukuran modal sosial
secara kuantitatif perlu dilakukan agar dampak perubahan modal sosial terhadap
berbagai pencapaian pembangunan masyarakat menjadi mudah untuk dievaluasi.
Upaya intensif untuk merumuskan pendekatan ataupun indikator yang
mampu merepresentasikan modal sosial secara tepat telah dilakukan oleh berbagai
pihak. BPS (2010) menyebutkan bahwa temuan akhir yang disampaikan oleh

20
Grootaert dkk. (2004) yang dirilis oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa modal
sosial dapat dikuantitatifkan dan dianalisis dengan metoda statistika tertentu,
dengan instrumen pengukuran modal sosial yang salah satunya dikelompokkan ke
dalam dimensi input, yang meliputi:
1. Kelompok dan jejaring (groups and networks). Faktor ini memuat pola dan
cakupan partisipasi, kontribusi yang diberikan maupun diterima individu
dalam berbagai jenis kelompok (organisasi) sosial dan jejaring informal, serta
bagaimana keterlibatan individu tersebut dapat berubah antarwaktu.
2. Sikap percaya dan solidaritas (trust and solidarity). Faktor ini mencakup
persepsi dan sikap percaya terhadap tetangga sekitar, aparatur penyedia
layanan publik, serta sikap saling membantu antaranggota masyarakat beserta
kemungkinan perubahannya antarwaktu.
Pertumbuhan Ekonomi
Pentingnya modal fisik pada umumnya dan pendidikan pada khususnya
telah ditekankan dalam teori pertumbuhan di tahun 1980-an dan 1990-an, dalam
model pertumbuhan endogen dan mengembangkan model pertumbuhan neoklasik.
Salah satu metode estimasi kuantitas adalah menggunakan fungsi produksi, dalam
hal ini diperlukan untuk estimasi manfaat pengeluaran biaya bagi pendidikan dan
peningkatan modal manusia, tidak ada cara tertentu untuk aplikasi variabel modal
manusia dalam fungsi produksi. Model fungsi produksi Cobb-douglas yaitu
Dalam fungsi produksi ini, Y adalah produk domestik bruto, L adalah
angkatan kerja, K adalah modal fisik dan S adalah modal sosial, A adalah
teknologi. Α, dan mengindikasikan elastisitas produksi terhadap modal fisik,
angkatan kerja dan modal sosial.

Tinjauan Empiris
Selama beberapa dekade terakhir. pembangunan ekonomi. terutama di
negara-negara berkembang telah mengalami perbaikan, dari sebelumnya growth
oriented, menjadi human paradigm. Namun demikian, dampak positif dari
pembangunan dan kebijakan yang dibuat masih belum optimal. Oleh karena itu
mulai tumbuh kesadaran di kalangan ekonom untuk melibatkan faktor kultural
dan mendayagunakan lembaga-lembaga dalam masyarakat untuk mengoptimalkan
hasil dari proses pembangunan.
Putnam (1993) menjelaskan perbedaan pertumbuhan ekonomi wilayah
Italia Utara dengan Italia Selatan. Perbedaan tersebut berkaitan dengan struktur
sosial yang ada di masing-masing wilayah. Wilayah Italia Utara memiliki struktur
sosial horisontal sedangkan struktur sosial di wilayah Italia Selatan lebih
berbentuk hirarkhi. Modal sosial diukur dari indeks perluasan civic community,
keterlibatan warga negara dan efisiensi pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan
konvergensi lebih cepat dan keseimbangan pendapatan terjadi pada tingkat yang
lebih tinggi di wilayah dengan modal sosial yang lebih besar.
Knack dan Keefer (1997) menguji dampak trust dan norma sosial terhadap
tingkat pertumbuhan dan investasi dengan data World Values Survey dengan
sampel 29 negara, di mana variabel penjelasnya adalah proporsi siswa yang

21
memenuhi syarat yang terdaftar di Sekolah Dasar tahun 1960 dan di Sekolah
Menengah tahun 1960. Pendapatan perkapita 1980 dan tingkat harga barangbarang investasi 1980. Hasil dari penelitian tersebut adalah trust dan norma sosial
berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dampak trust
terhadap pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi di negara-negara miskin. Hal ini
karena jika trust dalam suatu negara tinggi, maka tidak diperlukan adanya sistem
kontrak yang membutuhkan biaya yang tinggi, sehingga biaya transaksi menjadi
lebih rendah, sehingga meningkatkan produksi yang pada akhirnya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kerja sama masyarakat dan trust
berpengaruh signifikan terhadap investasi dan pendapatan per kapita. Semakin
tinggi trust di suatu negara, semakin tinggi investasi di negara tersebut. Tingginya
investasi tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
pendapatan per kapita.
Christoforou (2003) menggunakan analisis regresi guna menunjukkan
peran modal sosial dalam memperkokoh pertumbuhan ekonomi di Yunani. Dalam
penelitian tersebut modal sosial merujuk kepada hubungan sosial yang
berdasarkan norma. jaringan kerjasama dan rasa percaya mempengaruhi pasar dan
pemerintah dalam menguatkan collective action antarpelaku dan memperbaiki
pertumbuhan dan efisiensi sosial. Regresi dilakukan terhadap indeks keanggotaan
individu. Regresi juga dilakukan antara pendapatan perkapita masyarakat dan
indeks keanggotaan masyarakat. Selanjutnya dikatakan bahwa tradisi kewargaan
yang rendah menghambat reformasi dan pembangunan di Yunani. Perilaku
partisipasi masyarakat tidak saja ditentukan oleh determinan individu tetapi juga
determinan agregat dari modal sosial. Peningkatan dalam tingkat pendidikan dan
kesempatan kerja akan meningkatkan intensif untuk berpartisipasi dalam
kelompok sehingga menguatkan indeks modal sosial.
Beugelsdijk dan Schaik (2005) melakukan penelitian dengan
menggeneralisasi penelitian Putnam (1993) di 54 negara Eropa pada kurun waktu
1950-1998. Penelitian ini menggunakan modal sosial terutama dalam bentuk rasa
saling percaya dan aktivitas organisasi (associational activity). Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa tidak hanya keberadaan jaringan kerjasama saja yang memacu
pertumbuhan ekonomi wilayah tetapi juga tingkat keterlibatan aktual di dalam
jaringan tersebut. Dalam penelitian tersebut Beugelsdijk dan Schaik juga
memodelkan hubungan antara modal sosial dan pertumbuhan dengan
menggunakan data dari European Value Studies (EVS) untuk mengujinya. Modal
sosial dibedakan atas bonding dan bridging sesuai dengan pendapat Putnam. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa modal sosial yang lebih tinggi dapat
mendongkrak (crowd out) pertumbuhan ekonomi wilayah. Semakin kuat modal
sosial yang bersifat bridging akan menguatkan pertumbuhan ekonomi karena
partisipasi dalam jaringan kerja interkomunitas mengurangi insentif untuk
melakukan kegiatan rent seeking dan berlaku curang.
Antoci, et al (2008) memperkenalkan akumulasi modal sosial menjadi
sebuah model Cobb-Douglas dengan menunjukkan bagaimana modal sosial
berbeda dari akumulasi modal fisik dan manusia. Penelitian ini mengambil
pandangan bahwa modal sosial menjadi penting untuk dinikmati sebagai social
goods yang tersedia terutama melalui partisipasi sosial. Hasil dari penelitian
menyebutkan bahwa kurangnya perhatian dan investasi dalam modal sosial dapat
menyebabkan pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat jatuh ke dalam perangkap

22
kemiskinan.
Musai, et al (2011) melakukan penelitian mengenai hubungan antara
modal sosial dan pertumbuhan ekonomi pada Negara Iran dan 75 negara lain di
dunia pada tahun 2008 dengan menggunakan model pertumbuhan endogen. Pada
penelitian ini digunakan persamaan Cobb-Douglas dengan menganggap bahwa
produk domestik bruto merupakan fungsi Cobb-Douglas dari modal social, modal
fisik dan tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan dari modal
sosial, modal fisik dan tenaga kerja secara statistik tinggi dan signifikan terhadap
produk domestik bruto. Selanjutnya penelitian ini berhasil menunjukkan efek
positif dari modal sosial terhadap pertumbuhan ekonomi. melalui peningkatan
modal sosial yang menjadi penyebab peningkatan produk domestik bruto.
Nademi, et al (2012) melakukan penelitian untuk melihat pola hubungan
antara pertumbuhan ekonomi dan modal sosial di negara-negara industri di
periode 2000-2007. Ada tiga hal yang dihasilkan dalam penelitian ini, yakni:
1. Hasil penelitian dengan uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi menyebabkan modal sosial menjadi meningkat, namun
begitu hal itu tidak terjadi sebaliknya di mana modal sosial tidak menjadi
penyebab pertumbuhan ekonomi.
2. Terdapat hubungan kointegrasi antara modal sosial dan pertumbuhan
ekonomi.
3. Hasil estimasi menunjukkan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
modal sosial adalah asimetris kuadratik. Hal ini dapat diartikan bahwa
sebelum pertumbuhan ekonomi mencapai ambang batas maka pertumbuhan
ekonomi memiliki efek negatif pada modal sosial, namun setelah pertumbuhan
ekonomi mencapai tingkat ambang batas maka pertumbuhan ekonomi
memiliki efek positif pada modal sosial.
Kerangka Pemikiran
Krisis global yang terjadi tahun 2008 juga berdampak terhadap
perekonomian Indonesia. Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun
drastis sebesar 1.38%. Namun pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Indonesia
pulih dengan cepat. meningkat menjadi 6.20%. Apakah kondisi ini hanya
disebabkan karena berkurangnya tekanan krisis ekonomi global atau karena
negara Indonesia memiliki modal sosial yang baik sehingga dapat pulih dari
penurunan pertumbuhan ekonomi dengan cepat.
Hal ini diartikan secara lugas oleh Ismalina (2009) bahwa kondisi tersebut
merupakan representasi mekanisme kebertahanan hidup masyarakat melalui
modal sosial masyarakat Indonesia. Berdasarkan pernyataan tersebut. peneliti
ingin mengungkapkan seberapa besar faktor modal sosial akan mempengaruhi
kinerja perekonomian Indonesia. Dengan menggunakan analisis faktor, analisis
tipologi daerah dan analisis regresi ingin diketahui karateristik modal sosial,
tipologi pertumbuhan ekonomi dengan kondisi modal sosial serta pengaruh modal
sosial terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

23

Krisis global tahun 2008




Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
2009 menurun drastis sebesar 1.38%
Tahun 2010 pertumbuhan ekonomi
Indonesia pulih dengan cepat, meningkat
menjadi 6.2%

Berkurangnya
tekanan
krisis ekonomi global?

Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia memiliki modal
sosial yang baik?







Unsur-Unsur Modal Sosial
Sikap percaya (trust)
Toleransi
Kelompok (groups)
Solidaritas
Jejaring (network)

 Pengaruh modal sosial terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia
 Karateristik modal sosial di Indonesia
 Unsur dominan yang menentukan tinggi
rendahnya modal sosial
 Tipologi pertumbuhan ekonomi dengan
kondisi modal sosial

Gambar 2 Alur Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penulisan ini adalah terdapat hubungan yang positif antara
laju pertumbuhan ekonomi dengan modal sosial di Indonesia.

24

3 METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data
sekunder dari hasil olah raw data SUSENAS serta data yang sudah diterbitkan
oleh BPS (Badan Pusat Statisik). Data yang dikumpulkan merupakan data cross
section seluruh provinsi di Indonesia tahun 2009.
Jenis-jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Data pada blok vii (keterangan modal sosial) kuesioner SUSENAS modul
sosial budaya dan pendidikan tahun 2009 dengan sampel rumah tangga yang
mencakup 291 888 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia baik daerah
perkotaan maupun pedesaan. Semua keterangan rumah tangga tersebut
diupayakan mengelompok dalam 4 (empat) unsur pembentuk modal sosial
yang disesuaikan dengan dimensi input yang disampaikan oleh Grootaert et
al (2004) dalam BPS (2010), yaitu unsur kelompok dan jejaring (groups and
networks), unsur sikap percaya dan solidaritas (trust and solidarity) ditambah
dengan toleransi (tolerance) karena toleransi dalam konteks Indonesia
dianggap melengkapi konsep modal sosial.

Sikap percaya (trust)

Tabel 3 Unsur, variabel dan katagori jawaban untuk pengukuran modal sosial
Unsur
Nama Variabel
Katagori Jawaban
(1)
(2)
(3)
1. Percaya pada keputusan/kebijakan
1 (Tidak Peduli)
pemerintah
2 (Tidak Percaya)
3 (Kurang Percaya)
4 (Percaya)
5 (Sangat Percaya)
2. Percaya pada aparatur RT/SLS
1 (Tidak Peduli)
terkecil
2 (Tidak Percaya)
3 (Kurang Percaya)
4 (Percaya)
5 (Sangat Percaya)
3. Percaya pada pengurus kelompok
1 (Tidak Peduli)
masyarakat
2 (Tidak Percaya)
3 (Kurang Percaya)
4 (Percaya)
5 (Sangat Percaya)
4. Percaya pada aparatur desa/kelurahan
1 (Tidak Peduli)
2 (Tidak Percaya)
3 (Kurang Percaya)
4 (Percaya)
5 (Sangat Percaya)

25
Unsur
(1)

Nama Variabel
(2)
5. Percaya untuk menitipkan anak

Kelompok (groups)

Toleransi (tolerance)

6. Percaya untuk menitipkan rumah

1.

Perasaan bertetangga dengan suku
bangsa lain

2.

Perasaan bertetangga dengan agama
lain

3.

Tanggapan jika akan didirikan tempat
ibadah agama lain

4.

Tanggapan tentang orang lain yang
tingkat hidupnya lebih tinggi

1.

Kebiasaan saling bersilaturahim

2.

Kebiasaan saling mengantar makanan

KatagoriJawaban
(4)
1 (Tidak Peduli)
2 (Tidak Percaya)
3 (Kurang Percaya)
4 (Percaya)
5 (Sangat Percaya)
1 (Tidak Peduli)
2 (Tidak Percaya)
3 (Kurang Percaya)
4 (Percaya)
5 (Sangat Percaya)
1 (Tidak senang)
2 (Kurang senang)
3 (Tidak masalah)
4 (Senang)
5 (Sangat senang)
1 (Tidak senang)
2 (Kurang senang)
3 (Tidak masalah)
4 (Senang)
5 (Sangat senang)
1 (Tidak senang)
2 (Kurang senang)
3 (Tidak masalah)
4 (Senang)
5 (Sangat senang)
1 (Tidak senang)
2 (Kurang senang)
3 (Tidak masalah)
4 (Senang)
5 (Sangat senang)
1 (Tidak Pernah)
2 (Jarang)
3 (Kadang-kadang)
4 (Sering )
5 (Sangat sering)
1 (Tidak Pernah)
2 (Jarang)
3 (Kadang-kadang)
4 (Sering)
5 (Sangat sering)

26

Jejaring (network)

Solidaritas

Unsur
(1)
1.

Nama Variabel
(2)
Kesiapan membantu peminjam uang

2.

Kemudahan mendapat pinjaman uang

1.

Banyaknya ART usia 10 tahun ke atas
yang memiliki sahabat

2.

Banyaknya keluarga yang menjadi
sahabat

3.

Banyaknya organisasi yang diikuti

Katagori Jawaban
(3)
1(Tidak mau)
2 (Ragu)
3 (Terpaksa)
4 (Siap Membantu)
5 (Sangat siap)
1 (Sangat sulit)
2 (Sulit)
3 (Tidak Pasti)
4 (Mudah)
5 (Sangat mudah)
1 (Tidak ada)
2 (Sebagian kecil)
3 (Separuhnya)
4 (Sebagian besar)
5 (Semua ART)
1 (0-2 keluarga)
2 (3-4 keluarga)
3 (5-6 keluarga)
4 (7-10 keluarga)
5 (>10 keluarga)
1 (0 perkumpulan)
3 (1 perkumpulan)
5 (>1 perkumpulan)

Sumber: BPS, 2010
2.

3.

4.

PDRB per kapita ADHK. BPS (2012) menjelaskan bahwa PDRB per kapita
atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata
ekonomi per kapita. Madsen (2006) dalam Pillai (2011) menyebutkan bahwa
dihampir semua negara, PDB per kapita digunakan sebagai patokan untuk
mengukur kemajuan ekonomi bangsa. Peningkatan PDB per kapita
menandakan pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk penelitian ini, data yang
digunakan adalah PD